Attachment
Attachment
Attachment
1. DESKRIPSI
DAFTAR ISI - Sunk Cost Tidak Masuk
Perhitungan
MODUL
- Tujuan - Konsekuensi proyek
14
2. DEFINISI 4. METODE dalam CAPITAL
3. ASPEK PENTING dalam BUDGETING
CAPITAL BUDGETING - Average Rate of Return
- Gunakan Selalu Cash Flow - Pay Back Period
- Think Incrementally - Net Present Value (NPV)
- Perhitungkan Opportunity - Profitability Index (PI)
Cost - Internal Rate of Return
- Capital Rationing
1. DESKRIPSI
Dalam modul ini akan dijelaskan
tentang metode-metode dalam
penilaian rencana investasi dan
pengambilan keputusan terhadap
rencana investasi tersebut.
Investasi (sumber-sumber yang
tersedia) jumlahnya sangat
langka (terbatas), maka tidak
semua proyek/usaha /kegiatan
MANAJEMEN KEUANGAN
dapat diselenggarakan walaupun
semuanya memberikan
keuntungan. Dari berbagai
kesempatan investasi, terbuka
tingkat keuntungan yang
berbeda-beda, untuk itu perlu adanya penilaian terhadap rencana
investasi (analisis, rangking dan pemilihan proyek/usaha yang akan
dijalankan sesuai dengan investasi yang ada dan berikan
keuntungan yang lebih besar)
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa :
a. Dapat menjelaskan tentang investasi dan pentingnya keputusan
investasi.
b. Dapat menjelaskan tentang metoda dalam penilaian rencana investasi.
c. Dapat melakukan penilaian terhadap rencana investasi (melakukan
analisis dan rangking terhadap rencana investasi).
d. Dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap rencana investasi.
2. Definisi
Capital Budgeting adalah keseluruhan proses dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana, jangka waktu pengembalian
dana tersebut melebihi satu tahun (Suratiyah, 2006) dan menurut Pangestu (2001)
Capital Budgeting adalah menilai rencana investasi yang akan kembali dalam
jangka panjang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa datang.
Investasi berkaitan engan berbagai macam aktivitas dan terbagi menjadi dua,
yaitu aset riil dan aset finansial. Aset riil misalnya tanah, emas, mesin dan
bangunan. Aset finansial misalnya deposito, saham, dan obligasi.
Menurut Tandelilin (2001), tujuan investasi adalah untuk :
Menghasilkan sejumlah uang
Untuk mendapat kehidupan yang lebih layak / baik dimasa yang akan datang.
Menurut Soetrisno (1985) yang menjelaskan tentang kriteria usulan proyek,
investasi adalah pengeluaran yang pertama atau ongkos permulaan proyek, yaitu
ongkos yang dikeluarkan mulai studi kelayakan, pembangunan proyek sampai
dengan pembukaan proyek .Ongkos / biaya ini disebut dengan project cost (ongkos
proyek) atau ongkos permulaan (initial cost). Dalam analisis criteria usulan proyek
tahun permulaan proyek ditandai dan disebut dengan tahun ke nol.
Dari berbagai kesempatan investasi, terbuka keuntungan yang berbeda, untuk
itu perlu adanya analisis terhadap usulan proyek. Salah satu tujuannya adalah
mengadakan penilaian terhadap investasi dan dapat memilih alternatif investasi
yang paling menguntungkan (Gray,dkk., 1985)
Menurut Husnan dan Muhamad (2000), dalam studi kelayakan, yang dipelajari
salah satunya adalah penilaian investasi dengan kriteria investasi. Sedangkan
menurut Soetrisno P.H (1985), salah satu tahapan dalam studi kelayakan adalah
tahap evaluasi dengan criteria investasi dan tahap ranking
2. Think Incrementally
Berusaha untuk selalu think incrementally, yakni bagaimana tambahan
yang dihasilkan oleh suatu proyek terhadap kondisi yang ada sekarang? Apakah
dengan mengambil proyek yang satu ini akan menghasilkan tambahan yang
menguntungkan, ataukah justru lebih menguntungkan jika tidak melakukan
apapun?
Misalnya, ketika perusahaan ingin memperbarui peralatan produksi yang
sudah dimilikinya selama beberapa tahun dengan yang baru, dan menjual yang
lama. Tentunya harus diperhitungkan incremental cash flow setelah pajak yang
dihasilkan dari peralatan produksi yang baru tersebut. Mungkin saja ternyata
incremental cash flow yang dihasilkan justru negative karena biaya perawatan
peralatan baru lebih mahal, misalnya sementara penghematan tidak terlalu
signifikan.
3. PerhitungkanOpportunity Cost
Opportunity cost adalah nilai ekonomis yang hilang ketika seseorang
memilih suatu alternative dibandingkan dengan alternative lainnya. Opportunity
cost merupakan komponen yang seringkali dilupakan maupun salah dihitung
dalam evaluasi capital budgeting. Hal ini seringkali disebabkan karena orang
seringkali tidak menyadari adanya peluang lain yang dapat dihasilkannya.
Contoh, misalnya kita mempunyai sebidang tanah pribadi yang kita beli
dengan harga Rp 1 miliar, dan ingin digunakan untuk suatu proyek.Harga pasar
tanah ini sekarang sekitar 2 miliar. Kesalahan yang seringkali terjadi adalah
sama sekali tidak menghitung penggunaan tanah pribadi sebagai opportunity
cost atau hanya menghitung Rp1 miliar saja sebagai opportunity cost, padahal
potensi penjualannya mencapai Rp2 miliar, yang seharusnya jadi opportunity
cost.
5.Konsekuensi proyek
Dalam melakukan analisa capital budgeting, Anda harus punya pandangan
jauh ke depan. Arahkan fokus Anda juga kepada implikasi-implikasi yang
dihasilkan dari keputusan proyek yang Anda ambil. Apakah ada risiko atau
Page 3 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
kemungkinan buruk yang memunculkan biaya tidak terduga? Jika ada biaya-
biaya yang tersembunyi, perhitungkan juga dalam analisa.
Misalnya, proyek dari pengembangan produk baru, tentunya berpotensi untuk
memakan pangsa pasar dari produk yang lama. Sehingga ini juga penting untuk
dipertimbangkan.
Langkah-langkah Capital Budgeting:
1. Biaya proyek harus ditentukan
2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk
nilai akhir aktiva
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas
aliran kas)
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal
(cost of capital) yg tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan
digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan
biayanya.
Page 4 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Contoh:
Perusahaan “Sari Delima” sedang menilai dua buah proyek A, dan B, yang masing-
masing membutuhkan initial investment sebesar Rp. 6.000.000,00 untuk proyek
A, dan Rp 7.200.000,00 untuk proyek B. Perusahaan akan menggunakan metode
garis lurus (stright-line method) dalam mendepresiasi kedua proyek tersebut.
Umur ekonomis masing-masing proyek adalah 6 tahun dan tidak ada nilai residu
pada akhir tahun ke-6.
Berdasarkan informasi di atas, maka diketahui bahwa:
Proyek A Proyek B
Initial Rp 6.000.000,00 Rp 7.200.000,00
Investment
Depresiasi Rp 1.000.000,00 Rp 1.200.000,00
Jumlah cash inflow untuk masing-masing proyek dapat dicari dengan cara
sebagai berikut:
CI = EAT + D
Di mana:
CI = Cash Inflow
EAT = Earning after taxes atau laba bersih sesudah pajak
D = Depresiasi
Tabel 1 menyajikan jumlah proyeksi laba bersih sesudah pajak dan cash inflow
untuk masing-masing proyek.
Tabel 1
Initial Investment, Earning After Taxes dan Cash Flow untuk
Kedua Usulan Proyek Perusahan “Sari Delima”
Proyek A Proyek B
Initial Investment Rp 6.000.000,00 Initial Investment Rp 7.200.000,00
Tahun EAT CI Tahun EAT CI
Rp. Rp. Rp. Rp.
1 1.000.000,00 2.000.000,00 1 3.300.000,00 4.500.000,00
2 1.000.000,00 2.000.000,00 2 1.000.000,00 2.200.000,00
3 1.000.000,00 2.000.000,00 3 800.000,00 2.000.000,00
4 1.000.000,00 2.000.000,00 4 100.000,00 1.300.000,00
5 1.000.000,00 2.000.000,00 5 100.000,00 1.300.000,00
6 1.000.000,00 2.000.000,00 6 100.000,00 1.300.000,00
Rata-
rata 1.000.000,00 2.000.000,00 900.000,00 2.100.000,00
Page 5 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Average earning after taxes (rata-rata bersih sesudah pajak):
Average earning after taxes atau rata-rata keuntungan bersih sesudah
pajak dihitung dengan jalan menambah keseluruhan keuntungan bersih sesudah
pajak selama umur proyek, kemudian dibagi dengan umur ekonomis proyek
tersebut:
∑ EAT
Average EAT =
n
Di mana:
Average EAT = rata-rata keuntungan
∑EAT = total keuntungan
n = umur ekonomis
Rata-rata keuntungan bersih sesudah pajak untuk kedua proyek adalah :
Rp.6.000.000,00
Average EAT proyek A =
6
= Rp.1.000.000,00
Rp.5.400.000,00
Average EAT proyek B =
6
= Rp 900.000.00
Average investment (Rata-rata investasi):
Rata-rata investasi dihitung dengan jalan membagi dua jumlah investasi.
Rata-rata ini mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan metode
depresiasi garis lurus dan tidak ada nilai residu atau salvage value pada akhir
umur ekonomis proyek. Dengan demikian, nilai buku aktiva akan menurun pada
tingkat yang konstan, mulai dari nilai investasi yang semula sampai dengan Rp 0
pada akhir umur ekonomis proyek. Hal ini berarti bahwa rata-rata nilai proyek
adalah separuh dari nilai jumlah investasi yang semula. Latarbelakang pemikiran
seperti ini sama dengan rata-rata persediaan yag digunakan dalam perhitungan
EOQ yang sudah disajikan didepan.
Rata-rata investasi untuk masng-masingproyek adalah:
Nilai investasi
Rata-rata investasi =
2
Rp 6.000.000.00
Rata-rata investasi proyek A =
2
= Rp 3.000.000.00
Rp 7.200.000.00
Rata-rata investasi proyek B =
2
= Rp 3.600.000.00
Setelah mengetahui rata-rata laba bersih sesudah pajak dan rata-rata investasi,
maka average rate of return untuk masing-masing proyek adalah sebagai
berikut:
Page 6 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Average rate of return:
Rp 1.000.000.00
Proyek A =
Rp 3.000.000.00
= 0,333 atau 33,33%
Rp 900.000.00
Proyek B =
Rp 3.600.000.00
= 0,25 atau 25%
Dari hasil perhitungan di atas maka tampak bahwa proyek A lebih baik
daripada proyek B karena average rate of returnnya lebih besar dibandingkan
dengan average rate of return B.
Metode lain untuk menghitung average rate of return dari suatu proyek.
Salah-satu dari metode tersebut menggunakan rata-rata keuntungan bersih
sesudah pajak. Dengan menggunakan metode di atas, maka perlu terlebih
dahulu dihitung rata-rata cash inflow adalah:
∑ Cash inflow
Average cash inflow =
n
Di mana:
Average cash inflow = rata-rata cash inflow
∑ cash inflow = total cash inflow
n = umur ekonomis proyek
(jangka waktu proyekmenghasilkan).
Average cash inflow untuk:
Rp 12.000.000.00
Proyek A =
6
= Rp 2.000.000.00
Rp 12.000.000.00
Proyek B =
6
= Rp 2.100.000.00
Setelah mengetahui jumlah rata-rata inflow, maka perhitungan average
rate of return dengan cara yang kedua adalah sebagai berikut:
Average cash inflow
Average rate of return =
Average investment
Average rate of return untuk masing-masing proyek adalah:
Rp 2.000.000.00
Proyek A =
Rp 3.000.000.00
= 0,6667 atau 66,67%
Rp 2.100.000.00
Proyek B =
Rp.3.600.000,00
= 0,5833 atau 58,33%
Dari hasil perhitungan di atas, maka proyek A menunjukkan average rate of
return yang lebih besar daripada proyek B, dengan demikian. Keadaan proyek A
lebih menguntungkan dibandingkan dengan proyek B.
Ada lagi metode lain yang sering digunakan dalam menentukan besarnya
average rate of return yaitu dengan menggunakan initial investment sebagai
Page 7 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
penyebut dan bukannya average atau rata-rata initial investment. Dengan
demikian, average rate of return untuk masing-masing proyek dapat dihitung
sebagai berikut:
Average earning after taxes
Average of return =
initial investment
Rp 900.000.00
Proyek A =
Rp 6.000.000.00
= 0,1667 atau 16,67%
Rp 900.000.00
Proyek B =
Rp 7.200.000.00
= Rp 0,1250 atau 12,5%
Dengan mengggunakan metode average rate of return, maka keputusan-
keputusan sehubungan dengan usulan proyek mana yang akan diterima harus
didasarkan pada perbandingan antara average rate of return yang diperoleh oleh
masing-masing proyek dengan average rate of return minimal yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
Kebaikan-kebaikan dan kelemahan metode average rate of return
Aspek yang paling menguntungkan dalam penggunaan teknik average rate
of return adalah kemudahan dalam penerapannya. Input utama yang harus
diperoleh adalah jumlah investasi atau initial investment dan proyeksi
keuntungan bersih sesudah pajak, di mana hal ini tidak terlalu sulit untuk
diperoleh.
Adapun kelemahan-kelemahan dari average rate of return adalah sebagai
berikut:
- Kelemahan pertama adalah karena penggunaan “accounting income”
(keuntungan bersih sesudah pajak). Akan tetapi hal ini bisa diatasi dengan
menggunakan rata-rata cash inflow seperti yang disajikan dalam cara kedua di
atas.
- Kelemahan yang kedua adalah pengabaian terhadap nilai waktu dari uang
yang akan diterima pada masa yang akan datang. Seperti sudah dikemukakan
dalam pembahasan mengenai present value, uang Rp 1.00 pada saat ini
nilainya lebih besar dibandingkan dengan Rp 1.00 pada masa yang akan
datang, di mana hal ini disebabkan karena adanya faktor bunga atau “nilai
waktu dari uang”. Besarnya perbedaan antara uang Rp 1.00 saat ini dengan
Rp 1.00 setahun kemudian adalah sebesar tingkat bunga yang berlaku.
Perbedaan tersebut dapat diilustrasikan dengan menggunakan data dalam
tabel 2.
Page 8 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Tabel 2
Perhitungan Average Rate of Return Untuk
Tiga Proyek Capital Expenditure
Proyek
Keterangan X Y Z
1. Initial investment Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 2.000.000,00
2. Rata-rata investasi Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00
Tahun
1 Rp 200.000,00 Rp 4.00.000,00 Rp 600.000,00
2 Rp 300.000,00 Rp 400.000,00 Rp 500.000,00
3 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
4 Rp 500.000,00 Rp 400.000,00 Rp 300.000,00
5 Rp 600.000,00 Rp 400.000,00 Rp 200.000,00
3. Rata-rata EAT Rp 400.000,00 Rp 400.000,00 Rp 400.000,00
4. Average rate of return
5. (3) : (2)
40% 40% 40%
Sekalipun average rate of return dari ketiga proyek tersebut di atas adalah
sama, yaitu 40%, tetapi apabila faktor bunga ikut dipertimbangkan maka
keadaannya akan lain. Manajer keuanagn perusahaan akan lebih menyukai
proyek Z dibandingkan kedua proyek lainnya, dan akan lebih menyukai proyek Y
dibandingkan dengan proyek X. Hal tersebut disebabkan karena uang yang lebih
besar diterima pada saat ini akan dapat memberikan return yang lebih besar
apabila diinvestasikan kembali pada proyek-proyek lain, dan hal ini tidak
diperhitungkan dalam metode average rate of return.
Page 9 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Cash inflow yang dibutuhkana dalam tahun ketiga untuk dapat menutup
sisa initial investment adalah sebesar Rp 500.000,00 maka jumlah kebutuhan
sebesar Rp 500.000,00 tersebut hanya menggambrkan 25% dari cash inflow
tahun ketiga (Rp 500.000,00 : Rp 2.000.000,00) x 100%. Dengan perkataan lain
cash inflow sebesar Rp 500.000,00 dalam tahun ketiga akan terkumpul dalam
waktu 3 bulan (25 x 12 bulan). Dengan demikian, payback period untuk proyek
B adalah 2,25 tahun atas 2 tahun 3 bulan. Perhitungan payback di atas dapat
disederhanakan apabila dibuat jumlah kumulatif cash inflow dari tahun ke tahun
seperti pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Initial Investment, EAT, Cash Inflow dan Kumulatif Cash Inflow
Untuk Kedua Usulan Proyek Perusahaan “Sari Delima” (dalam ribuan)
Proyek A Proyek B
Initial investment Rp 6.000,00 Initial investment Rp 7.200,00
Tahun EAT Cash Cumulative EAT Cash Cumulative
inflow cash inflow inflow cash inflow
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1) 1.000,00 2.000,00 2.000,00 3.300,00 4.500,00 4.500,00
2) 1.000,00 2.000,00 2.000,00 1.000,00 2.200,00 6.700,00
3) 1.000,00 2.000,00 6.000,00 800,00 2.000,00 8.700,00
4) 1.000,00 2.000,00 8.000,00 100,00 1.300,00 10.000,00
5) 1.000,00 2.000,00 10.000,00 100,00 1.300,00 11.300,00
6) 1.000,00 2.000,00 12.000,00 100,00 1.300,00 12.600,00
Dengan adanya data tentang kumulatif cash inflow maka secara langsung
dapat dilihat bahwa initial investment untuk proyek A akan tertutup pada tahun
ke-3, sedangkan payback period untuk proyek B dapat dihitung sebagai berikut:
b−c
Payback period = t + d−c
Contoh:
Misalnya proyek senilai Rp. 600.000.000,- menghasilkan cashflow selama 4
tahun masing-masing Rp. 150.000.000,-; Rp. 200.000.000,-; Rp. 250.000.000;
dan Rp. 300.000.000,-. Bila diinginkan keuntungan sebesar 15%, maka NPVnya
bisa dihitung sebagai berikut :
Tabel 5
Perhitungan Net Present Value (r= 18%)
TAHUN CASHFLOW DISCOUNT FACTOR PRESENT VALUE OF
R= 15% CASHFLOW
1 150.000.000,- 0,870 130.500.000,-
2 200.000.000,- 0,756 151.200.000,-
3 250.000.000,- 0,658 164.500.000,-
4 300.000.000,- 0,572 171.600.000,-
Total Present Value of Cashflow 617.800.000,-
Present Value of investment 600.000.000,-
NET PRESENT VALUE 17.800.000,-
Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil NPV positif Rp. 17.800.000,- artinya
proyek ini layak.
Page 12 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
5. Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) didefinisikan sebagai tingkat discount atau
bunga yang akan menyamakan present value cash inflow dengan jumlah initial
investment dari proyek yang sedang dinilai. Engan perkataan lain. IRR adalah
tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama degan nol, karena present
value cash inflow pada tingkat discount tersebut akan sama dengan initial
inveestment.
Perusahaan mengunakan teknik IRR dalam mengevaluasi usulan proyek
capital budgeting, maka keputusan tentang diterima tidaknya proyek tersebut
akan tergantung pada “beberapa rate of return yng diperoleh dibandingkan
dengan cost of capital yang digunakan sebagai discount factor dalam
memnentukan present value dari cash inflow yang diterima”. Kriteria penerimaan
atau penolakan suatu usulan cash inflow ditentukan sebagai berikut:
Usulan proyek investasi akan diterima apabila:
IRR ≥ cost of capital
Dan akan ditolak apabila:
IRR < cost of capital
Perhitungan IRR
Perhitungan IRR harus dilakukan secara “trial and error” (coba-coba)
sampai pada akhirnya diperoleh tingkat discount yang akan menyebabkan NPV
sama dengan nol. Penentuan besarnya IRR untuk suatu pola cash flow yang
berbentuk anuiler jauh lebih mudah dibandingkan dengan pola cash inflow yang
tidak sama dari tahun ke tahun (mixed stream of flow). Dengan menggunakan
contoh yang sudah diberikan di depan tentang perusahaan “Sari Delima” maka
IRR untuk proyek A dan B daoat ditentukan sebagai berikut:
Perhitungan IRR untuk cash inflow yang berbentuk anuitet (proyek A).
Perhitungan IRR untuk proyek A dan B dibahas secara terpisah mengingat pola
cash inflow dari kedua proyek terseut berbeda satu sama lain, dalam artian
bahwa pola cash inflow proyek A berbentuk anuitet, sedangkan pola cash inflow
proyek B tidak sama dari tahun ke tahun.
IRR proyek A
Untuk menentukan IRR proyek A yang cash inflownya berbentuk anuited, maka
diperlukan 3 langkah perhitungan:
1. Hitungbesarnya payback period untuk proyek yang sedang dievaluasi.
2. Gunakan Tabel !-4 (PVIFAi_n), dan pada baris umur prpoyek ,n, carilah
angka yang sama atau hampir sama dengan hasil payback period dalam
langkah 1 di atas. IRR tereltak pada persentase terdekat dari hasil yang
diperoleh.
3. Apabila masih diperlukan, maka dapat dilakukan langkah ketiga yaitu untuk
menentukan besar IRR yng sesungguhnya dari suatu proyek dengan jalan
mengadakan interpolasi.
Contoh: untuk mencari IRR ari usulan proyek perusahaan “sari Delima” maka
IRR untuk proyek A dapat langsung dihitung dengan menggunakan
langkah-langkah yang sudah disebutkan di atas. Langkah pertama yaitu
menentukan payback period dari proyek A.
Page 13 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Rp 6.000.000.00
Payback period proyek A =
Rp 2.000.000.00
= 3.000
Menurut tabel PVIFAi,n (langkah kedua) maka faktor yang terdekat dengan
nilai sebesar 3.000 untuk jangka waktu 6 tahun adalah 3.020 (24%) dan 2,951
(25%). Dengan demikian, IRR proyek a terletak di antara tingkat discount 24-
25%. Dengan membandingkan jarak dari rate yang sesungguhnya (3.000)
dengan PVIFA 24% 6 dan PVIFA 25%,6 maka dapat disimpulkan bahwa IRR
proyek A lebih mendekati 24%.
Untuk menetukan tingkat IRR yang sesunguhnya maka perlu dilaksanakan
langkah ketiga yaitu dengan jalan mengadakan interpolasi atas hasil yang sudah
diperoleh terseut, sebagai berikut:
Interpolasi PVIFAi,n PVIFAi,n
24% 3.020 3.020
Rate 3.000
susungguhnya 2,951− −
25% 0,069 0.020
0.020
IRR yang sebenarnya = 24% + x 1%
0.069
= 24.28%
Mengingat cost of capital perusahaan “sari Delima” adalah sebesar 10%, maka
IRR proyek A sebesar 24.28% enunjukkan keadaan yang sangat baik.
IRR proyek B
Perhitungan IRR untuk cash inflow tidak sama dari tahun ke tahun. Untuk
menghitung IRR cash inflow yang tidak berbentuk anuitet (mixed stream of cash
inflow) jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penghitungan IRR untuk cash
inflow yang tidak berbentuk anuitet. Salah satu cara untuk menyederhanakan
perhitungan IRR untuk cash inflow yang tidak berbentuk anuitet adalah dengan
jalan “menganggap cash inflow tersebut solah-olah” suatu anuitet dengan jalan
mengambil rata-ratanya. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Hitunglah rata-rata cash inflow per tahun.
2. Bagilah initial investment dengan rata-rata tersebut untuk mengetahui
“perkiraan” payback period dari proyek yang sedang dievaluasi.
3. Gunakanlah tabel a-4 untuk menghitung besarnya IRR seperti langkah ke-2
dalam menghitung IRR untuk pola cash inflow yang berbentuk anuitet. Hasil
yag diperoleh akan merupakan “perkiraan IRR”.
4. Kemudian sesuaikanlah (adjust) IRR yang diperoleh dalam langkah ke-3 di
atas (diperbesar atau diperkecil) ke dalam pola cash inflow yang
sesungguhnya. Apabila cash inflow yang sesungguhnya dalam tahun-tahun
pertama ternyata lebih besar dari rata-rata yang dipeoleh dalam langkah 1 di
atas, maka perbesarlah tingkat disvount yang digunakan, dan apabila
sebaliknya maka perkecillah discount tersebut.
5. Denganmengunakan discount rate baru yang diperoleh dalam langkah ke-4,
hitunglah net present value dari proyek tersebut.
Page 14 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
6. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari nol, maka naikkanlah discount
rate yang digunakan, dan apabila sebaliknya, maka turunkanlah discount
rate tersebut.
7. Hitunglah kembali NPV dengan menggunakan disrate yang baru, sampai
akhirnya diperoleh discount rate yang secara erurutan menghasilkan NPV
yang positif dan negatif. Dengan mengadakan interpolasi, maka IRR yang
sebenarnya akan dapat ditentukan.
Contoh aplikasi dari ke-7 langkah tersebut di atas ke dalam data poyek B adalah
sebagai berikut:
1. Rata-rata cash inflow = Rp 2.100.000.00 (Tabel 14.1)
Rp 7.200.000.00
2. Perkiraan besarnya payback period: =
Rp 2.100.000.00
=3.429
3. Dalam tabel A-4 (PVIFAi,n) pada ,n.6 tahun diketahui bahwa nilai yang
terdekat dengan 3.429 adalah 3.410 pada discount rate sebesar 19%.
Dengan demikian, discount rate sebesar 19% ini akan dijadikan sebgai titik
awal penentuan IRR yang sebenarnya.
4. Karena itu cash inflow pada tahun-tahun pertama lebih besar dari rata-rata
cash inflow maka secara subyektif discount rate tersebut dinaikan sebesar
3% menjadi 22%.
5. Dengan menggunakan discount rate sebasar 22%, maka selanjutnya dihitung
berapa NPV dari proyek tersebut (lihat tabel6)
6. Karena NPV yang diperoleh dalam langkah 5 di atas masih jauh lebih besar
dari nol, maka discount rate tersebut harus ditingkatkan lagi, misalnya 26%.
Perhitungan NPV pada tingkat discount 26% disajikan pada tabel 7.
Perhitungan pada tabel 7 menunjukkan bahwa dengan discount rate sebesar
26%, NPV sudah semakin kecil tetapi masih lebih besar dari nol. Dengan
demikian discount rate harus ditingkatkan lagi, dan sekarang kita mencoba
untuk menghitung NPV yang positif dan negatif, maka proses trial and error
tersebut sudah dapat dihentikan karena IRR untuk proyek B.
Tabel 6
Perhitungan NPV Proyek B pada discount Rate sebesar 22%
Tahun Cash inflow PVIF 22% Present value
(1) (2) (1) X (2)
1 Rp 4.500.000,00 0,820 Rp 3.690.000,00
2 Rp 2.200.000,00 0,672 Rp 1.478.400,00
3 Rp 2.000.000,00 0,551 Rp 1.102.000,00
4 Rp 1.300.000,00 0,451 Rp 586.300,00
5 Rp 1.300.000,00 0,370 Rp 481.000,00
6 Rp 1.300.000,00 0,303 Rp 393.300,00 +
Total PV cash inflow Rp 7.731.600,00
PV initial investment Rp 7.200.000,00 −
NPV Rp 531.600,00
Page 15 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Tabel 7
Perhitungan NPV Proyek b pada Discount rate Sebesar 26%
Tahun Cash inflow PVIF 26 % Present value
(1) (2) (1) x (2)
1 Rp 4.500.000,00 0,794 Rp 3.573.000,00
2 Rp 2.200.000,00 0,630 Rp 1.386.000,00
3 Rp 2.000.000,00 0,500 Rp 1.000.000,00
4 Rp 1.300.000,00 0,397 Rp 516.100,00
5 Rp 1.300.000,00 0,315 Rp 409.500,00
6 Rp 1.300.000,00 0,250 Rp 325.000,00 +
Total PV cash inflow Rp 7.209.600,00
PV initial investment Rp 7.200.000,00 –
NPV Rp 9600,00
Tabel 8
Perbandingan Antara Mesin F dan G
Keterangan Tahun 0 Tahun 1 𝑰𝑹𝑹∗∗
investasi Cash inflow
Mesin F (Rp 60.000,00) Rp 72.000,00 20%
Mesin G (Rp 100.000,00) Rp 118.000,00 18%
Mesin (F-G) (Rp 40.000,00) Rp 46.000,00 15%
**Perhitungan IRR untuk masing-masing proyek dilakukan dengan cara yang sama seperti
sebelumnya
Page 16 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka secara sederhana pilihan akan
jatuh pada mesin F karena IRR-nya lebih besar dari pada mesin G. Tetapi apakah
memang benar demikian? Apabila NPV kedua mesin tersebut dihitung dengan
menggunakan cost of capital sebesar 10% maka ternyata mesin G lebih
menguntungkan karena NPV-nya lebih besar dibandingkan dengan mesin F.
Perhitungan NPV untuk kedua mesin tersebut adalah :
Mesin F
Cash inflow PVIF 10% Present value cash inflow
Rp 72.000,00 0,909 Rp 65.448,00
Initial investment (Rp 60.000,00)–
Mesin G
Rp 118.000,00 0,909 Rp 107.000,00
Initial investment Rp 100.000,00
Page 17 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Gambar 1
Net Present Value Profile untuk Proyek A dan B
6. Capital Rationing
Tujuan daripada capital rationing adalah untuk memilih di antara proyek-
proyek tersebut yang akan memaksimumkan atau yang akan memberikan
kontribusi yang paling besar kepada pemilik perusahaan. Secara umum hal
tersebut dilakukan dengan jalan memilih proyek-proyek yang akan memberikan
total net present value yang tertinggi.
Contoh:
Perusahaan “Bianglala Putih” memiliki modal sejumlah Rp 20.000.000,00
untuk diinvestasikan, dan pada saat ini perusahaan sedanga
mempertimbangkan 6 buah proyek.Jumlah investasi dan IRR untuk
masing-masing proyek disajikan pada tabel 9.
Tabel 9
Jumlah Investasi dan IRR untuk Masing-Masing Proyek
Proyek Initial Invesment IRR Ranking
A Rp 8.000.000,00 12% 1 B
B Rp 7.000.000,00 20% 2 C
C Rp 10.000.000,00 16% 3 E
D Rp 4.000.000,00 8% 4 A
E Rp 6.000.000,00 15% 5 F
F Rp 11.000.000,00 11% 6 D
Page 19 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
keseluruhan budget digunakan ataupun tidak, hal tersebut dipandang sebagai
“total investasi” atas mana harus diperoleh net present value semaksimum
mungkin.
Contoh:
Proyek-proyek yang sudah disajikan dalam contoh tentang pendekatan internal
rate of return di depan akan diranking kembali dalam tabel 10 atas dasar IRR-
nya masing-masing, dan disampng itu disajikan pula present value cash inflow
untuk masing-masing proyek dengan menggunakan discount rate sebesar 10%.
Tabel 10
Ranking Proyek Atas Dasar tingkat IRR-nya Masina-Masing
PV cash inflow dengan
Ranking Proyek Initial invesment IRR
discount rate 10%
1 B Rp 7.000.000,00 20% Rp 11.200.000,00
2 C Rp 10.000.000,00 16% Rp 14.500.000,00
3 E Rp 6.000.000,00 15% Rp 7.900.000,00
4 A Rp 8.000.000,00 12% Rp 10.000.000,00
5 F Rp 11.000.000,00 11% Rp 12.650.000,00
6 D Rp 4.000.000,00 8% Rp 3.600.000,00
Page 20 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
RANCANGAN TUGAS
1. PT. Agrivita merencanakan sebuah proyek di bidang agribisnis yang diperkirakan
akan membutuhkan dana sebesar Rp. 750.000.000,00. Dana tersebut Rp.
100.000.000,00 merupakan modal kerja dan sisanya modal tetap dengan nilai residu
diperkirakan sebesar Rp. 150.000.000,00 dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun.
Return yang diharapkan adalah 18% dan 24%.
Adapun perhitungan laba setelah pajak dan cashflow adalah sebagai berikut : (dlm
ribuan rupiah)
KRITERIA PENILAIAN
1. Kebenaran penjelasan
2. Inovatif dan kreatif
3. Kekompakan kerja sama dalam kelompok (team work)
Page 21 of 22
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Clive ., Lien K. Sabur., Pasaman Simanjuntak dan P.F.L. Maspaitella.1985.
Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia. Jakarta.
Husnan, Suad dan Muhamad, Suwarno. 2000. Studi Kalayak Proyek. UPP AMP YKPN.
Yogyakarta
Pangestu S.2001. Manajemen Keuangan (Bahan Ajar) Program Studi Manajemen
Agribisnis. UGM.Yogyakarta.
Simarmata, Dj. A. 1984. Pendekatan Sistem dalam Analisis Proyek Investasi dan Pasar
Modal. Gramedia. Jakarta
Suratiyah, Ken.2006. Manajemen Finansial Untuk Perusahaan Pertanian (Buku Ajar).
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.UGM.Yokyakarta
Sutrisno, PH.1985. Dasar-dasar Evaluasi Proyek dan Manajemen Proyek.FE UGM.
Yogyakarta
Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tandelilin, Eduardus.2001.Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.BPFE.
Yogyakarta
Page 22 of 22