Anda di halaman 1dari 19

JURNAL BELAJAR

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Senin dan Rabu / 6 dan 8 Februari 2017


Nama/ NIM : Bidari Intan Rucitra/150341602763
Kelas :A
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : 1. Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya
dalam Pembelajaran.
2. Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dan dalam
Pembelajaran.
Tujuan : 1. Menjelaskan pengertian teori behavioristik dan kognitif.
2. Menjelaskan perbedaan teori behavioristik dan kognitif.
3. Menjelaskan dan memberi contoh penerapan teori belajar
behavioristik dan kognitif.
I. Konsep Belajar

Definisi Umum (General)

Ahli Pendukung
Teori Belajar
Behavioristik dan Perbandingan Antar Teori Belajar
Kognitif

Contoh Penerapan dalam


Pembelajaran Secara Umum dan
Sains Biologi
II. Bukti Belajar
2.1 Pengertian Umum Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Jadi secara definitif Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.
Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak
lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da
kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Para ahli pendukung teori behaviorisme ini menganalogikan pikiran manusia
dengan tingkah laku anjing, karena manusia juga masuk dalam golongan hewan
yang juga memiliki naluri hewan yang dalam hal ini adalah anjing. Anjing diberi
stimulan berupa makanan yang didahului oleh adanya bel atau lonceng,sehingga
dalam beberapa waktu yang dianalogikan sebagai waktu pembelajaran dan
habituasi, maka anjing dapat meneruskan stimulasi dalam bentuk gerakan atau
aksi, sehingga anjing akan meneteskan air liurnya ketika ada makanan dan bunyi
bel.

Gambar 1.1 Diagram Pengertian dan Prinsip Teori Belajar Behavioristik


Sumber : www.madenuryadi.wordpress.com
Dalam pembelajaran behaviorisme dikenal beberapa prinsip metodologi
pembelajaran, yakni :

(1) Reinforcement and Punishment (penguatan dan hukuman)


(2) Primary and Secondary Reinforcement (penguatan primer dan sekunder)
(3) Schedules of Reinforcement (penguatan yang terjadwal dan teratur)
(4) Contingency Management (manajemen suatu kemungkinan)
(5)Stimulus Control in Operant Learning (mengatur rangsangan dalam
pembelajaran)
(6) The Elimination of Responses (eliminasi respons)
(Gage, Berliner, 1984). Sementara itu, karakteristik umum dari teori belajar
behavioristik adalah sebagai berikut :
1. Mementingkan faktor lingkungan
2. Menekankan pada faktor bagian
3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif.
4. Sifatnya mekanis
5. Mementingkan masa lalu
2.2 Pengertian Umum Teori Belajar Kognitifisme
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan
bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,
melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan
seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
Gambar 1.2 Alur Teori Belajar Kognitf
Sumber: www.membumikanpendidikan.blogspot.com
2.3 Ahli Pendukung Teori Belajar Behavioristik
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya
adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan
dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya
dalam pembelajaran.
1. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

Gambar 1.3 Thordike


Sumber : www.wikipedia.org.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat
diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin,
2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni :
(1) hukum efek;
(2) hukum latihan dan
(3) hukum kesiapan
Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat
respon (Bell, Gredler, 1991).
2. Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-
perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena
tidak dapat diamati.

Gambar 1.4 Watson


Sumber : www.wikipedia.org.
Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati
dan diukur.
3. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin.

Gambar 1.5. Clark Hull


Sumber: www.wikipedia.org
Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan
manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk
dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler,
1991).
4. Edwin Guthrie
Asas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar.
Gambar 1.6 Edwin Guthrie
Sumber: www.wikipedia.org
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi
stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekadar
hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon
bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat
dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus
respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang
mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
5. Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli
konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara
sederhana, namun lebih komprehensif.
Gambar 1.7 Skinner
Sumber: www.wikipedia.org.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang
nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara
stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-
perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan
lagi, demikian seterusnya.
2.4 Ahli Pendukung Teori Belajar Kognitifisme
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin
bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya
dan makin meningkat pula kemampuannya.

Gambar 1.2 J.Piaget


Sumber: www.wikipedia.org
Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat
didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan
mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut
Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi).
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
a. Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah
demi selangkah.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau
tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.
c. Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan
kekekalan.
d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir
abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu
perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf.
2) Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan
syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yang
berbeda usia akan berbeda secara kualitatif.
3) Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu
akomidasi dan asimilasi
4) Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di pahami seseuai dengan
struktur kognitif. (apabila individu menerima infomasi atau pengalaman baru
maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur
kognitif yang dimiliki)
5) Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat
dipahami (apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan
dengan informasi yang diterima).
6) Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi
dan ekuilibrasi (penyeimbangan)
7) Asimilasi (proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi)
8) Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri
pembagianmaka terjadi prses intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan
pembagian (info baru) inilah asimilasi.
9) Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya
anak sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip pembagian dalam
situasi baru
10) Proses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang ada dlm dirinya
disebut ekuilibrasi
11) Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan
umurnya
12) Tahap sensorimotor (0-2 thn), preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-
11 thn), operasional formal (12-18 thn)
13) Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal
asimilasi dan akomodasi pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan
baik
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
dan diskusi dengan teman-temanya.

2. Teori belajar menurut Bruner


Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free discovery
learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai
dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Gambar 1.3 Bruner
Sumber: www.wikipedia.org
Model pemahaman dari konsep Bruner (Degeng,1989) menjelaskan bahwa
pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah banyak
menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan
kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting untuk
mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
1.Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2.Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan
informasi secara realistis
3.Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada
diri sendiri atau pada orang lain
4.Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk
perkembangan kognitifnya
5.Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif
6.Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan
bebrapa alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.
7.Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic,
symbolic.
8.Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya
untuk emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9.Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk
perumpamaan dan perbandingan
10. Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan
abstrak.
11. Model pemahaman dan penemuan konsep
12. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan
memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery
learning)
13. Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan.

3. Teori belajar bermakna Ausubel


Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna
bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini
banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa.

Gambar 1.4 David Ausubel


Sumber: www.wikipedia.org
Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar
yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses
internal. Atau dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang
tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan
asumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar akan
berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan
struktur kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah sebagai berikut :
1) Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan
baru
2) Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus,
memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang
sudah dipahami
3) Siswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance
organizer)
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
a. Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan
b. Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa.
c. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.
d. Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar
2.5 Perbedaan Umum
Secara umum, perbedaan antara teori belajar kognitifisme dan behaviorisme
adalah terletak pada orientasi pembelajaran, dimana pada teori behaviorisme
orientasi yang paling penting adalah orientasi hasil berupa tingkah laku dan nilai
angka, sedangkan pada teori kognitif lebih kepada orientasi proses dan pola pikir
peserta didik secara kognitif. Behaviorisme memberikan suatu justifikasi terhadap
siswa secara kaku dan mutlak, sedangkan teori kognitif lebih konstruktif dan
mampu meminimalisasi sikap guru yang telalu otoritarian.
2.6 Aplikasi Teori Belajar Behavioristik dan Kognitif dalam Pembelajaran
Sains Biologi
Dalam pembelajaran masa kini, teori belajar behavioristik tidak bisa
dihilangkan begitu saja. Hanya saja, teori ini harus diadaptasi berdasarkan
kelebihannya. Seorang guru, menurut saya wajib hukumnya memberi penguatan
dengan cara yang baik dan berdampak positif bagi para siswanya. Contohnya
dalam pembelajaran biologi, guru harus melihat dan mampu menilai bagaimana
tingka laku siswa dalam berproses selama pembelajaran, misalnya dalam
praktikum, pembelajaran klasikal, atau dalam proses assesmen. Dengan demikian,
maka guru mampu menilai keberhasilan pembelajaran dengan salah satu caranya
melalui tingkah laku siswa yang dianggap sebagai respons pembelajaran yang
telah atau sedang dilakukan oleh guru. Selain itu, guru juga harus memberi aturan
yang tegas tanpa bersikap otoriter terhadap para siswa. Ada kalanya, jika siswa
tidak mampu menunjukkan perilaku sebagai seorang pebelajar guru harus
memberikan perlakuan khusus dengan analisis yang matang tanpa mendahulukan
penghukuman yang dikedepankan oleh teori behavioristik. Guru juga harus
bersikap demokratis terhadap perilaku siswa dengan kontrol yang tidak sepihak
dan guru menjadi seakan-akan selalu benar dan murid tidak boleh menyalurkan
hasrat psikologis dan emosionalnya di dalam proses belajar dan mengajar.
Pembelajaran ilmu alam atau ilmu pasti memili karakteristik yang berbeda
dengan ilmu lainnya, misalnya ilmu sosial maupun pembelajaran seni. Teori
kognitif sangat erat kaitannya dengan bagaimana seorang guru atau pendidik
mampu mengkur aspek kognitif dari setiap siswa. Aspek kognitif adalah aspek
penguasaan pikiran terhadap ilmu pengetahuan tertentu, baik dalam ranah teori
maupun implementasi atas teori-teori tersebut. Dalam bidang sains biologi,
seorang siswa atau pebelajar dinilai matang secara kognitif ketika pendidiknya
mampu menggunakan pendekatan kognitif untuk menggambarkan kemampuan
kognitifnya.
Secara pribadi saya setuju dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jean
Piaget yang menyatakan bahwa indikator ukur dari kemampuan kognitif siswa
tidak selamanya diukur dengan angka-angka. Akan tetapi, ada kalanya guru juga
mampu menilai kemampuan kognitif daribanyak hal yang bersifat kualitatif,
misalnya dengan mengajukan pertanyaan lisan dengan melihat kualitas jawaban
dan kebenaran konsep dasarnya, maka guru mampu menilai secara kualitatif
terhadap kemampuan kognitif siswa tesebut.
Selain itu, bagi saya teori ini merupakan suatu perkembangan dari teori
behavioristik yang banyak dikritik karena guru terlalu bersifat otoriter dan
komunikasi yang terjalin hanya satu arah, dimana siswa jarang diberi kesempatan
untuk self discovery. Teori kognitif inilah yang sebenarnya menjadi salah satu
dasar adanya metode inkuiri dan inkuiri terbimbing yang notabene memberi
kesempatan kepada para siswa untuk menemukan sesuatu yang dikaitkan dengan
teori yang sudah dijadikan sebagai bahan pengantar oleh guru.
III. Relevansi
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan teori
belajar behavioristik dan kognitifisme :
Behavioristik Kognitifisme
Secara umum saya sudah memahami Teori belajar kognitif adalah suatu
ciri umum dari teori behavior yang pertentangan dari para kaum
mengedepankan tingkah laku sebaga modern terhadap kaum behavioris,
suatu hasil pembelajaran yang utama, dimana pendidikan adalah sebuah
karena bagi kaum behavioris tingkah proses berpikir secara kognitif yang
laku dapat mencerminkan terjadinya nantinya akan mendorong peserta
perubahan kemasyarakatan, melalui didik untuk menginternalisasi nilai
proses pembelajaran. pembelajaran yang positif melalui
orientasi pembelajaran proses.
Tokoh yang paling terkenal untuk teori Tokoh utama yang menjadi pionir
behaviorisme adalah Skinner dalam penggagasan teori kognitif
adalah J.Piaget.

IV. Identifikasi Masalah


Berikut ini permasalahan yang dapat diidentifikasi dari presentasi dan
diskusi pada pertemuan pekan ini :
1. Jika teori belajar behavior masih digunakan di negara kita apakah masih cocok
untuk kondisi saat ini ? (Mohammad Taufik Aji Fahruli/6 Februari 2017)
Jawaban : teori belajar ini masih cocok untuk beberapa aspek dan jenjang,
misalnya untuk di Indonesia pendidikan ini dianggap sesuai untuk pedagogis
murni, misalnya pada TK/Paud dan SD, dimana belum ada sentuhan
pendidikan orang dewasa atau konsep andragogis (Gissa Adela P.W dan
Bidari Intan Rucitra)
2. Apakah hukuman yang diberikan terhadap anak didik akan berpengaruh ke
masa depan? (Yulista Trias Rohayati/6 Februari 2017)
Jawaban : tentu saja karena hukuman yang berkelanjutan akan memicu rasa
dendam dan kemauan ingin membalasnya atau melampiaskan pada dimensi
yang lain. Selain itu, hukuman tidak membuat efek jera yang permanen dan
internalisasi nilai yang baik (Rido Sigit Wicaksono)
3. Apakah hasil teori berupa respons dapat bertahan pada waktu yang lama ?
(Dita Perdana/6 Februari 2017)
Jawaban : bisa jadi jika guru mampu melakukan penguatan secara behavioral
dengan baik dan berkala, sehingga dapat membuat impresi bagi siswa yang
mengakibatkan daya tahan memori otak akan bertambah karena adanya
stimulasi dari kemenarikan penyampaian konsepnya (Rido Sigit Wicaksono).
4. Bagaimana menurut penyaji jika masih ada orang tua atau guru yang
menggunakan teori behavior terhadap anak didik atau putra putrinya ?
(Purwaning Rohmah/6 Februari 2017)
Jawaban : tergantung dari sifat dasar anak tersebut, tetapi secara umum, akan
muncul gejala anak terlambat untuk mandiri dan cenderung manja. (Rido
Sigit Wicaksono).
5. Apakah teori ini akan membawa dampak positif atau negatif ketika diterapkan
pada kurikulum 2013 yang berlaku saat ini ? (Umar Hanif/6 Februari 2017)
Jawaban :kurang sesuai jika dimasukkan secara penuh, tetapi dalam kondisi
tertentu sesuai dengan standar isi kurikulum pasti didahului oleh teori
behvioristik (Gissa Adela P.W, Koko Murdianto, dan Christine Apriyani)
6. Mengapa terjadi ketidaksesuaian ketika awal bahwa orientasi teori behavior
adalah perilaku namun hasil akhir berupa nilai yang diangkakan? (Shela
Emilia Permatasari/6 Februari 2017)
Jawaban : nilai yang diangkakan adalah perwujudan dari perubahan tingkah
laku selain daripada adanya tingkah laku secara konkret (Rido Sigit
Wicaksono dan Mochammad Fahrur Rozi)
7. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kognitif bagi siswa SD,SMP, dan SMA
? (Purwaning Rohmah/8 Februari 2017)
Jawaban :pembelajaran tentu disesuaikan dengan iklim kesiswaan tdak
menutup kemungkinan setiap jenjang mengalami banyak perbedaan (Koko
Murdianto)
8. Bagaimana cara memposisikan ingatan anak terhadap materi menjadi long
term memory ? (Ridadyah Wilujeng/8 Februari 2017)
Jawaban : dengan pembelajaran menarik dan interaktif serta mengesankan
bagi siswa (Dwi Darmayanti, Christine Apriyani, dan Maya Agustin)
9. Bagaimana pembiasaan pada orientasi proses pada pada orang tua atau
masyarakat yang awam bahwa orientasi proses itu juga penting ? (Gissa Adel
P.W./8 Februari 2017)
Jawaban : perlu proses yang panjang untuk membiasakan suatu nilai atau
norma (Luthfianti Fanani dan Bidari Intan Rucitra)
IV. Elemen yang Menarik
Elemen yang menarik dari perkuliahan ini adalah ketika dijelaskan jika
teori belajar ada bermacam-macam. Hal ini menurut tangkapan saya digagas
karena perkembangan peradaban pada saat itu. Jadi kita sebagai seorang guru
harus mampu mengadaptasi kelebihan dari masing-masing teori.
V. Refleksi Diri (Umum)
Secara umum melalui sudut pandang klasikal, semua mahasiswa mampu
mengemukakan pendapatnya mengenai keberadaan teori belajar behaviorisme dan
kognitifisme.
VI. Refleksi Diri (Khusus)
Secara pribadi untuk pertemuan ini saya sangat senang karena diajak untuk
belajar histori dari teori belajar beserta kelebihan dan kekurangannya, sehingga
pengetahuan ini akan menjadi modal bagi saya untuk menerapkan strategi belajar
sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan sekolah.

DAFTAR RUJUKAN
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV.
Rajawali
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition,
Chicago: Rand Mc. Nally

Anda mungkin juga menyukai