PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya esterogen dan progesterone,
terutama progesterone, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama
adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium oleh kedua
hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involunsi endometrium sendiri
menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan semula. Kemudian, selama 24 jam
sebelum menstruasi, pembuluh darah yang mengarah ke lapisan mukosa
endometrium, akan menjadi vasospatik. Vasospasme, penurunan zat nutrisi
endometrium, dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya
proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Selama
menstruasi normal, kira-kira 40ml darah dan tambahan 35ml cairan serosa
dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membentuk bekuan
karena firinosilin dilepaskan bersama dengan nekrotik endometrium. Bila
terjadi pendarahan yang berlebihan dipermukaan uterus, jumlah fibrinosilin
mungkin tidak cukup untuk mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah
pada selama menstruasi sering merubakan bukti klinis adanya kelainan
patologi uterus. Dalam waktu 4-7 hari sesudah dimulainya menstruasi
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah
mengalami epitelisasi kembali.
Menorhagia atau pendarahan menstruasi berat, merupakan penyebab
penting dari kesehatan yang buruk pada wanita. Diperkirakan bahwa 9-30
persen dari wanita usia reproduksi menderita menorhagia, prevelasi
meningkat pada usia produksi, dan memuncak di usia menopause.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, penulis telah merumuskan
cara untuk dapat memahami tentang gangguan menstuasi, menorhagia.
Beberapa masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Apa Definisi Menorhagia?
2. Apa Etiologi Menorhagia?
3. Apa Tanda dan Gejala Menorhagia?
4. Apa Patofisiologi Menorhagia?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Menorhagia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan
makalah ini agar kami dapat memahami tentang gejala menorhagia serta
penanganan utamanya dan dapat mengaplikasikannya langsung dalam proses
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menoragia adalah perdarahan yang terjadi pada masa menstruasi dengan
jumlah yang banyak dapat disertai gumpalan darah bahkan disertai
dismenorhea (Manuaba, 2008). Menoragia adalah perdarahan yang
darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30cc per hari, dan lama haid 4- 6
hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 90cc, itu sudah abnormal.
Sedangkan menurut Prawirohardjo (2011), menoragia adalah perdarahan haid
yang jumlah total darahnya melebihi 80 ml dalam satu siklus, dan durasi lebih
dari 7 hari, untuk frekuensi ganti pembalut dapat lebih dari 2-5 kali dalam
sehari.
B. Etiologi
Penyebab menoragia terletak pada kondisi dalam uterus. Hemostatis di
endometrium pada siklus haid berhubungan erat dengan plasenta dan fibtrin.
D. Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamu mensekresi Gonadotropin
releasing hormone (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan
Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan
folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan
leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan
folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah.
Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus
luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi.
14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari
peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan
progesteron akibat involusi korpus luteum. Pada siklus anovulasi,
perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi
dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada
korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesterone yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk
produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan
siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun
ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak
mengakibatkan pendarahan hebat.
E. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus
menoragia adalah sebagai berikut :
1. Penanganan menoragia dilakukan dengan melihat penyebab
perdarahan, apakah disebabkan oleh infeksi, kelainan patologi,
kelainan organik, AKDR, kelainan koagulasi atau penyakit neoplasia,
apabila disebabkan oleh hal-hal tersbut, penatalaksanaan segera
dikolaborasikan dengan dokter Spesialis (Varney, 2006)
2. Apabila tidak ditemukan adanya kelainan patologi, perdarahan
berkelanjutan dapat dilakukan terapi secara farmakologik. Perawat
dapat memberikan provera 10 mg per oral, 1x1 selama 10 hari,
dimulai pada hari ke- 15 atau hari ke-16. Dan dapat juga diberikan
DepoProvera 150 mg secara IM (Varney, 2006)
3. Apabila perdarahan menoragia terjadi karena kelainan organik dapat
dilakukan tata laksana bedah, yaitu dilatasi dan kuretase, serta
histeroskopi (Norwitz, 2008).
Sedangkan menurut Manuba (2008), penanganan tindakan pada menoragia,
yaitu:
1. Melakukan rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan terapi sesuai
dengan penyebabnya.
2. Bila perdarahan cukup banyak sebaiknya memasang tampon vaginal yang