Anda di halaman 1dari 69

BAB 1

IDENTITAS BANK

Bank juga merupakan organisasi perusahaan yang ditentukan oleh modal, tenaga
manusia, sarana berusaha, teknologi dan manajemen serta pasar bagi produknya. Selain
mempunyai persamaan dengan perusahaan lainnya, bank mempunyai ciri-ciri khusus yang
membedakan dari perusahaan pada umumnya. Justru ciri-ciri ini merupakan identitas bank
sehingga dapat dibedakan perusahaan bank dengan perusahaan bukan bank.
Adapun identitas tersebut, untuk memudahkan mengingatnya saya singkat OPSIOPA
yaitu singkatan dari:
O Objek usaha
P Pendapatan dan biaya perusahaan
S Sarana usaha
I Internal control
O Outlet usaha
P Persaingan usaha
A Asset perusahaan

A. OBJECT USAHA BANK


Object usaha bank adalah uang, bank menempatakan uang sebagai komoditi yang
diperdagangkan sekaligus sebagai tujuan dan juga sebagai alat likuiditas. Uang merupakan
object usaha yang dominan, walaupun terdapat kegiatan jasa dibidang yang lain seperti
megadakan transfer, perdagangan ekspor impor dan lain-lain. Sebgai objek usaha uang
diperdagangkan seperti komoditi, uang dihimpun dari masyarakat yang kelebihan uang atau
sengaja menimbun uang dengan berbagai motif. Selanjutnya uang yang dihimpun dari
masyarakat tersebut kemudian dijual kembali kepada masyarakat, baik untuk tujuan
konsumtif atau untuk tujuan produktif.
Peminjam dengan tujuan konsumtif adalah pinjaman bukan untuk tujuan usaha tetapi untuk
membeli barang untuk dipakai, karena yang bersangkutan tidak sanggup
menyediakan sejumlah uang seharga barang tersebut secara sekaligus.
Pada bank konvensional pinjaman ini dalam bentuk kredit dengan menetapkan
tingkat suku bunga yang lebih mahal dari suku bunga ketika bank membeli uang tersebut.
Sedangkan untuk bank dengan prinsip syariah, dalam bentuk penyediaan
pembiayaan dengan imbalan bagi hasil atau pembelian barang dengan prinsip sewa.
Bank yang dalam operasinya sebagai bank devisa, memperdagangkan uang asing
dengan prinsip jual beli, mendapatkan keuntungan dengan selisih harga jual dan harga beli.
Bank juga memandang uang sebagai tujuan usaha dalam artian untuk
mendatangkan keuntungan, seperti halnya perusahaan lainnya, berusaha dalam rangka

1
"membuat uang" atau mendapatkan keuntungan.
Bedanya perusahaan selain bank, uang bukan object usaha tetapi sebagai sarana
untuk berusaha, sebagai alat likuiditas dan sebagai tujuan usaha. Uang dipandang sebagai
alat likuiditas, karena uang sebagai alat untuk membayar kewajiban-kewajiban yang harus
segera dibayar, sama seperti perusahaan lainnya.

B. PENDAPATAN DAN BIAYA

Perusahaan bank dipengaruhi uang yang dihimpun dan disalurkan. Pendapatan


dan biaya bank sangat dipengaruhi manajemen penghimpunan uang dan penyaluran
uang. Biaya uang yang dihimpun bank dari masyarakat tergantung dari jenis uang
tersebut diperoleh melalui produk apa dari bank yang bersangkutan. Bank dalam
menghimpun uang menggunakan berbagai produk, di mana melalui produk itu
masyarakat menyimpan uangnya pada bank. Dikenal produk: giro, tabungan, deposito,
sertifikat deposit, deposit on call dan lain-lain.
Pada dasarnya harga beli uang ditentukan oleh asal uang itu (sesuai produk) dari
lamanya waktu uang tersebut disimpan, tentu saja faktor intern bank dan extern ikut
mempengaruhi. Faktor intem bank misalnya apakah bank yang bersangkutan sedang
dalam kondisi banyak uang (kelebihan likuiditas), pada kondisi demikian bank yang
bersangkutan akan mengenéalikan (mengurangi) penghimpunan uang dengan biaya
yang mahal, sebaliknya dalam kondisi bank sedang kekurangan likuiditas, bank yang
bersangkutan gencar menghimpun uang dari segala macam produk, bila perlu dengan
meluncurkan paket-paket hadiah. Juga merupakan faktor intern bank, mengatur
komposisi uang yang dihimpunnya dengan memperbesar komposisi uang yang berasal
dari produk yang berbiaya murah, agar didapat harga uang secara keseluruhan menjadi
lebih murah.

Faktor extern adalah persaingan antarbank, ketentuan pemerintah dan tingkat


bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Perihal lamanya waktu penyimpanan uang menjadi dasar harga uang, dapat
dijelaskan bahwa semakin lama dan pasti waktu penyimpanan uang tersebut maka
semakin tinggi biaya yang dikeluarkan.
Sebagai contoh: deposito disimpan nasabah dengan menentukan waktu tertentu,
misalnya satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dua belas bulan dan seterusnya, biaya uang
ltu lebih tinggi dari simpanan berupa giro, karena giro tidak ditentukan berapa lama uang
nasabah disimpan, dapat diambil nasabah sewaktu-waktu, karenanya harganya murah.

Dalam hal penyaluran uang kepada masyarakat bank menetapkan harga


dlpengaruhi juga faktor extem dan intern. Faktor extern, seperti tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, ketentuan pemerintah. Faktor intern adalah kemampuan
manajemen bank tersebut mengelola penghimpunan uang sehingga didapat harga uang
yang dibeli jatuh tidak terlalu tinggi, misalnya dengan mempeftinggi komposisi
penghimpunan uang dengan biaya rendah, dengan demikian harga perolehan uang akan
jauh lebih murah. Jika perolehan uang lebih murah maka tingkat harga yang lebih rendah
dari bank pesaing, bank tersebut sudah mendapatkan keuntungan (spread). Faktor intern
berikutnya adalah efisiensi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mengelola uang
tersebut tidak terlalu tinggi.

Selanjutnya agar uang yang dijual kepada masyarakat itu dapat kembali dengan

2
baik, maka faktor intern yang penting harus diperhatikan adalah disiplin aparat bank yang
terkait dalam rantai penjualan uang tersebut. Disiplin dalam artiian loyal kepada bank
tldak melakukan rekayasa dalam pemberian pinjaman, bekerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku pada bank yang bersangkutan.
Biaya-biaya uang yang dihimpun dari masyarakat per produk dan biaya penyaluran
uang ke masyarakat per produk dapat dihitung secara rinci dengan cara "Urai Kegiatan".
Biaya penghimpunan uang dengan cara menguraikan seluruh kegiatan mulai dari
nasabah datang sampai uang tersimpan ditambah dengan biaya bunga atau bagi hasil
yang ditetapkan. Sedangkan biaya penjualan uang kepada masyarakat adalah dengan
menguraikan seluruh kegiatan yang dilakukan sejak uang diberikan kepada peminjam
sampai kembali ke bank.
Dengan cara "Urai Kegiatan", seluruh produk bank dapat dihitung secara detail
biaya-biaya yang dikeluarkan melalui penguraian biaya-biaya per kegiatan: biaya
personil, biaya kantor cabang, biaya kantor pusat, biaya bahan dan barang/formulir, biaya
komunikasi, biaya penyusutan peralatan dan lain-lain per produk. (Teknik "Urai Kegiatan"
akan di kemukakan di Bab Xl tentang "Harga Produk Bank").
Jelaslah bahwa pada perusahaan bank, pendapatan dan biaya yang dikeluarkan
sangat tergantung dari uang yang dihimpun yaitu asalnya dengan produk apa,
bagaimana pengelolaannya, serta penyaluran uang ke peminjam meliputi berapa banyak
volumenya dan bagaimana dapat mempertahankan kualitasnya sehingga menghasilkan
pendapatan dan justru tidak merugikan. Dapat diperoleh harga beli dan harga jual uang
sehingga mendapatkan spread yang optimal.

C. SARANA USAHA BANK

Bank dalam seluruh kegiatannya menggunakan sarana operasi berupa "dokumen",


berbeda dengan perusahaan lain sarana usaha utamanya bukan dokumen. Misalnya
perusahaan transportasi sarana utamanya adalah armada angkutan. Perusahaan dagang
sarana utamanya adalah tempat usaha dan barang yang diperdagangkan, kadang
dilengkapi pula dengan amada angkutan sesuai kebutuhan. Perusahaan restoran sarana
utamanya tempat usaha dan dilengkapi dengan peralatan penyiapan hidangan, bahan
yang dihidangkan, kadang dilengkapi juga dengan alat pengangkutan dan pergudangan.
Beda sekali dengan usaha bank, setiap nasabah yang berhubungan dengan bank
hanya berhubungan dengan dokumen. Penyimpan uang dapat bukti berupa buku
tabungan, atau catatan rekening koran, bukti setoran, bilyet, yang semuanya adalah
berwujud kertas yang ada tulisannya menyatakan sesuatu atau catatan electronic berupa
output yang menyatakan sesuatu; disebut dokumen.
Seorang yang membeli produk suatu bank tidak mendapatkan sepotong barangpun
tetapi hanya mendapat selembar atau seberkas dokumen, demikian juga nasabah yang
meminjam uang dari bank sebelum pencairan uang, terlebih dahulu menanda tangani
dokumen perjanjian pinjam meminjam. Setelah disetujui pinjaman tersebut kembali
peminjam berhubungan dengan dokumen untuk mencairkan pinjamannya atau nanti
ketika mengembalikan pinjamannya.
Selama yang bersangkutan mempunyai rekening pinjaman, juga mendapatkan
dokumen, dengan dokumen itu pinjaman ditata usahakan. Kegiatan pada bank sejak
mulai sampai selesai dengan menggunakan sarana dokumen, dengan bukti tertulis,
bukan dengan barang.

3
D. INTERNAL CONTROL DAI-AM PERUSAHAAN BANK

Konsekuensi sarana usaha bank adalah dokumen, dan bank adalah suatu bisnis
kepercayaan masyarakat, maka internal control pada bank demikian ketatnya. Kalau
dalarn perusahaan industri, seorang buruh pulang membawa hasil produk dari
perusahaan tersebut dengan kasat mata dapat dilihat.

Perusahaan-perusahaan tertentu memeriksa buruhnya ketika masuk terutama saat


koluar dari pabrik, Perusahaan bank tidak dapat dilakukan demikian mengingat sarana
utoma usahanya adalah dokumen.

Bukan pula selamanya bahwa dokumen itu bila dicuri oleh karyawan tidak akan
merugikan bank, tetapi yang berbahaya adalah manipulasi atas isi yang tercantum dalam
dokumen itu, Manipulasi ini bila terjadi kadang meliputi jumlah berlipat ganda jauh lebih
tinngi dari seorang buruh pabrik mencuri produk pabrik. Manipulasi dapat tejadi jika
sistem yang kurang mendukung dan intemal control yang tidak ketat.

Sistem yang dirancang sebagai upaya internal control. Contoh sistem penata
usahaan uang tunai di kasir setiap hari. Sistem penata usahaan simpanan uang nasabah.
Sistem pemutusan pemberian pinjaman uang kepada nasabah. Sistem pengelolaan
bahan dan barang keperluan kerja semisal formulir dan sebagainya, semua telah dibuat
rupa dan umumnya menggunakan kontrol ganda (dual control).

Kini sistem internal control bank dilaksanakan dengan teknologi komputer,


tidak meninggalkan sistem manual yang telah bedangsung selama ini.

Dokumen pada bank berupa formulir-formulir dapat dikelompokkan atas:

formulir cetakan blanko yang belum terisi, redaksi di dalamnya diisi oleh nasabah
atau pegawai bank, akan mengikat setelah terdapat isian dan otentikasi pegawai
bank.

Formulir berharga tanpa nilai nominal, semisal blanko cek, blanko bilyet giro, blanko
deposito, blanko wesel, blanko Letter of Credit per surat dan sebagainya tergantung
produk bank yang bersangkutan. Formulir seperti ini dikontrol keberadaannya
secara periodik dengan berita acara, kadang diperiksa secara mendadak oleh
petugas internal control. Formulir ini diawasi ketat persediaannya, keluar
masuknya, karena bila formulir tersebut keluar tidak sesuai prosedur .(misalnya
dicuri pihak tertentu) maka dapat merugikan nama baik bank, misalnya
dipergunakan untuk penipuan atau perbuatan tidak baik lainnya.

Formulir berharga bernilai nominal, contoh travelers cheque, ceftificate deposito


dan lain-lain formulir sesuai produk bank yang bersangkutan. Fomnulir ini disimpan
khusus sama dengan menyimpan uang tunai, pengawasan dilakukan dengan
membuat berita acara setiap bulan dan kadang diperiksa secara mendadak oleh
pejabat bank yang berwenang.

Sebagai ilustrasi, mengenai pengawasan uang tunai dilakukan setiap hafi diatur sistem
sodemikian rupa, dengan pengawasan berjenjang dan klop setiap hari.

4
Pengawasan Berjenjang

Terhadap penyimpanan uang tunai, banyak bank menerapkan penyimpanan uang


dengan pengawasan lebih dari dua orang, di mana setiap orang hanya dapat melakukan
satu tindakan, sementara untuk dapat mengeluarkan uang harus melalui kerja sama
antar orang-orang yang diberi wewenang tersebut.
Mekanismenya adalah, misalnya dengan tiga orang (umpamanya A, B, dan C) yang
berwenang mengeluarkan uang tunai dari khasanah (ruang khusus menyimpan uang dan
surat berharga), di mana uang tersimpan di dalam lemari besi yang hanya dapat dibuka
dengan anak kunci dan nomor kombinasi. Untuk keamanan dengan pola dual control,
kode membuka kombinasi diketahui hanya oleh si A, anak kunci di pegang si B, untuk
masuk ke ruang khasanah kuncinya dipegang si C. Dengan sistem pengawasan seperti
ini terjamin keamanan pengeluaran uang, karena hanya mungkin terjadi bila dilakukan
oleh tiga orang secara bersama.
Ada juga cabang suatu bank yang lebih besar iagi, dengan menerapkan empat
orang untuk dapat mengeluarkan uang, pada pintu khasanah terdapat lagi pintu besi
yang membukanya dengan kombinasi, di samping pintu yang kuncinya dipegang si C
dalam contoh di atas. Pintu masuk khasanah berkombinasi ini, hanya dapat dibuka oleh
orang lain lagi, misalnya pimpinan cabang. Dalam hal ada pergantian pejabat, kode
kombinasi-kombinasi tersebut setelah serah terima langsung diubah.
Operasional bank selalu dengan dual control atau melibatkan beberapa orang, agar
terjadi internal control yang ketat, dalam konteks tersebut di banyak bank bila dua orang
pegawai yaitu karyawan dan karyawati pada bank yang sama, menikah, salah séorang di
antaranya harus mengundurkan diri.

Klop Setiap Hari

Uang tunai yang tersimpan di bank, setiap hari dalam keadaan harus klop, diatur
sistem pengawasan sedemikian rupa yaitu berapa uang masuk dan uang keluar dan
berapa seharusnya uang tunai secara fisik tersisa, banyak bank malah merinci uang
berdasarkan nilai nominalnya. Tidak diperkenankan kelompok teller pulang sebelum uang
tunai tersebut dinyatakan klop. (Jang tunai diperiksa harian, dengan pemeriksa pejabat
bank yang berwenang.
Pejabat pemeriksa tersebut di banyak bank dipergilirkan dengan tidak
memberitahukan jadual giliran tersebut kepada kelompok kasir atau teller. Pergiliran dan
tidak diberitahukan siapa yang melakukan opname uang tunai itu dimaksudkan agar
pihak terperiksa tidak dapat menduga perilaku pemeriksa yang dapat giliran hari yang
bersangkutan.

Dimaklumi bahwa setiap orang berbeda teknik pemeriksaan yang digunakannya,


kadang ada yang memeriksa hanya dengan acak, ada dengan teknik tertentu yang
diyakininya akurasinya. Dengan unsur dadakan serta tak dapat diduga seperti itu maka
pihak terperiksa setiap hari akan menyiapkan diri untuk diperiksa sesuai panata usahaan
yang diperiksa secara apapun akan menghasilkan keadaan terbaik.

Intemal control ini tidak saja hanya oleh intem suatu outlet bank yang
bersangkutan, tetapi secara dadakan atau periodik dilakukan control intem oleh kantor
pusat, setiap bank mempunyai satuan unit kerja pengawasan intem ini, unit ini berada

5
langsung di bawah direksi bank.

Selain control intem, bank dikontrol juga oleh institusi dari luar yang memang
berwenang untuk mengontrol bank, yaitu dari Bank Indonesia sebagai pembina bank-
bank, kadang team pemeriksa datang secara mendadak tanpa memberitahukan terlebih
dahulu. Begitu datang sebelum kas buka, setelah menunjukkan surat tugas, langsung
minta dibukakan khasanah untuk memeriksa uang tunai, petugas bank sudah terbiasa
bahwa kapanpun uang diperiksa selalu sesuai antara jumlah uang secara phisik dengan
catatan pada buku yang diistilahkan bank dengan "klop". Pemeriksaan bank Indonesia
menurut berita terakhir ini akan lebih ditingkatkan lagi frequensinya sampai 5 kali dalam
setahun.

Pemeriksaan yang ketat ini bukan hanya menyangkut uang tunai, tetapi seluruh
kegiatan administrasi perbankan, selalu dapat diuji kebenaran administrasi secara harian,
dilakukan kontrol berlapis. Wujud konkrit kontrol tersebut adanya buku-buku pembantu
yang akurasinya selalu di!eaalisir oleh pejabat yang berwenang, selanjutnya setiap
kegiatan dilaporkan secara harian, mingguan, bulanan, triwulanan dan tahunan dalam
rangka kontrol dan evalusi perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dan pembuatan
proyeksi kegiatan diwaktu mendatang.

Di era teknologi yang semakin canggih sekarang ini, alat kontrol berupa buku-buku
pembantu tersebut sebagian besar telah digantikan dengan sistem komputer.
Di dalam sistem internal control bank, selain dengan dirancang segala macam
sistem sarana pengawasan, pengawasan terhadap kejujuran penggerak sistem
(manusia/pelaksana) sangat diperhatikan, dalam kaitan itu maka pada bank, CUTI dan
ROTASI karyawan adalah juga merupakan alat intemal control. Karyawan diwajibkan
untuk melaksanakan cuti setiap tahun, banyak kasus penyelewengan/penyimpangan
prosedur yang dilakukan seorang karyawan ditemukan ketika yang bersangkuan sedang
cuti. Karena cuti diwajibkan dan menjadi waktu yang tepat untuk menilai pegawai
melaksanakan tugas, maka setiap pegawai bank akan lebih berhati-hati melaksanakan
tugasnya dari periode masuk dari cuti ke cuti berikutnya.

Begitu juga rotasi yang teratur dilaksanakan, membuat setiap karyawan bank
bekerja sesuai sistem dan prosedur, bukan atas dasar kehendak sendiri, meskipun
Inovasi dan kreatifitas harus dikembangkan, sebab setiap pegawai menyadari bahwa
pekerjaan yang dilakukannya sekarang dalam waktu yang tidak diketahuinya tetapi pasti
akan dilanjutkan oleh orang lain, akan diketemukan orang lain bila terdapat
penyimpangan.

E. OUTLET USAHAKANTOR-KANTOR SUATU BANK

Bank kehidupannya sangat tergantung pada nasabah, karena itu di mana lokasi
yang diperkirakan mempunyai nasabah potensial, maka berdirilah kantor bank. Hampir
disetiap mall dan kompleks perumahan yang besar bank mendirikan kantomya. Jaringan
kantor yang banyak dan lengkap ini akan menambah kepercayaan masyarakat sekaligus
akan memudahkan nasabah bertransaksi.

Bandingkan dengan perusahaan penerbangan misalnya, hanya ada kantor di mana


terdapat lapangan terbang saja. Institusi publik misalnya Kantor Pelayanan Pajak, hanya
ada kantor dalam jumlah terbatas dalam suatu kota dan bahkan untuk kota-kota di luar

6
Jakarta kebanyakan hanya ada satu kantor saja per kota setingkat Kabupaten.
Untuk mendirikan suatu kantor bank dilakukan terlebih dahulu survey untuk
menganalisa seberapa jauh berdirinya kantor tersebut akan memberikan kontribusi
keuntungan kepada bank secara keseluruhan, setidaknya dalam jangka pendek outlet
tersebut sanggup membiayai dirinya sendiri. Untuk itu harus dihimpun data suatu lokasi
yang akan didirikan outlet baru berupa:

Berapa banyak potensi nasabah di lokasi tersebut, dengan data nasabah yang
telah ada di kantor cabang-kantor cabang lama di mana nasabah beralamat di
lokasi tersebut.
Potensi dana yang dapat dihimpun dari nasabah-nasabah yang telah ada tersebut,
karena proyeksi penghimpunan dana akan menjadi proyeksi sumber penghasilan
dari calon outlet baru, walaupun untuk sementara outlet baru tersebut belum
menyalurkan uang kepada nasabah. Pada banyak bank prestasi penghimpunan
dana merupakan penghasilan suatu out let, karena dana yang dihimpun diteruskan
atau seolah dljual ke cabang lain untuk dijual ke nasabah. Penjualan antarcabang
ini diberikan spread tertentu yang merupakan sumber penghasilan cabang
pengumpul uang tersebut.
Potensi perekonomian setempat untuk dapat menilai berapa banyak proyeksi
nasabah baru baik dalam artian penghimpunan uang, maupun nasabah yang akan
memerlukan pinjaman.
Dari data ramalan volume kegiatan tersebut dapat disusun jumlah personil yang
akan mendukung outlet baru tersebut. Jangka panjang jika sukses, dibakukan
penambahan dan perubahan sebagaimana mestinya. Bukan tidak pernah terjadi
kegagalan, akhirnya outlet baru dibuka itu harus ditutup.
Terakhir pertimbangan harga pengadaan lokasi dan letak staregis outlet gedung di
lokasi tersebut, termasuk keamanan, perparkiran.

Dalam hasil penilaian atas dasar analisa tersebut ada bank yang mendirikan
outlet baru tidak langsung berdiri sendiri, tetapi di bawah salah satu kantor cabang
yang sudah ada, out let baru merupakan sub branch atau kantor kas.

F. PERSAINGAN USAHA DALAM DUMA PERBANKAN

Produk yang diluncurkan bank kepada nasabah, baik produk penghimpunan uang
(produk pasiva) maupun produk penjualan dana (produk aktiva) dan produk jasa-jasa
hampir semuanya sama setiap bank. Oleh sebab itu maka persaingan antarbank sangat
ketat, nasabah akan memilih yang menurut mereka bank yang terbaik. Kriteria terbaik ini
relatif, masing-masing orang akan memberikan penilaian yang berbeda-beda. Bank
berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik tersebut, justru yang membedakan
satu bank dengan bank lain adalah pelayanannya.
Di samping itu termasuk menjadi penilaian nasabah dalam menentukan bank
pilihannya adalah organisasi bank yang bersangkutan, yaitu seberapa luas jaringan
kantor cabang bank tersebut di dalam dan di luar negeri, dalam rangka mempercepat dan
mempermudah transaksi.

Terakhir ini nasabah terutama yang menyimpan dana pada bank diberikan
semacam isyarat oleh pemerintah dengan terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan
atau LPS. Sesuai UU No. 24/2004. Nasabah harus lebih berhati hati menyimpan uangnya

7
pada bank, harus dinilai bank tersebut cukup baik atau tidak, sanggupkah
mengembalikan simpanan.
Untuk memberikan penilaian baik atau tidak suatu bank nasabah harus mampu
menilai bank apakah sehat atau tidak. Dewasa ini pengetahuan tentang bank bukan
hanya harus dikuasai oleh orang yang berkecimpung di bidang usaha dan bidang
perbankan saja, tetapi juga harus diketahui masyarakat luas, sekurang-kurangnya dapat
melihat bank sehat atau tidak agar tidak keliru menyimpan uangnya. Kriteria bank sehat
secara umum terindikasi dari: Pen-nodalannya, Kualitas pinjaman yang diberikannya,
Pengelolanya, Kinerjanya, Kemampuan memenuhi komitmentnya.

Permodalannya. Penilaian permodalan suatu bank dapat diketahui dari:


Kemampuan modal bank mengimbangi jumlah assetsnya, diukur dari
perbandingan antara "equity capital" dengan 'total assets". Bandingkan
bank-bank yang dinilai, bank tertinggi rasio ini dibandingkan dengan bank
Iainnya adalah bank yang lebih baik.
Kemampuan bank mengatasi risiko penurunan dari assets diukur dengan
membandingkan "equity capital" dengan (total assets dikurangi uang tunai
dikurangi surat-surat berharga)".
Kemampuan menghadapi kerugian disebabkan pemberian pinjaman
(kredit) bermasalah, pola pengukuran dengan perbandingan antara
"equity + penyisihan penghapusan aktiva produktip" dibandingkan dengan
"jumlah pinjaman yang diberikan".
Kemampuan modal bank untuk menghadapi kerugian, diukur melalui CAR
(Capital Adiquaci Ratio) ukurannya adalah perbandingan antara "modal
bank" dengan "jumlah aktiva tertimbang menurut risiko". Perhitungan
aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), dengan cara pemberian bobot

atas setiap jenis aktiva sesuai dengan risiko masing-masing aktiva,


ketentuan pembobotan ditetapkan oleh Bank Indonesia misalnya pernah
ditetapkan sebagai berikut:
Jenis aktiva Bobot risiko
Kas 0%
Giro pada Bl 0%
Giro pada bank lain 20%
Penempatan dana pada bank lain 20%
Surat-surat berharga 100%
Kredit yang diberikan 100%
Penyertaan 100%
Pendapatan yg masih akan diterima 100%
Biaya dibayar dimuka 100%
Aktiva tetap 100%
Aktiva lainnya 100%

Sementara itu di Sisi modal, diberikan batas maksimum modal tersebut dapat
dipergunakan, misalnya ditentukan pada modal inti laba tahun berjalan hanya 50%
yang dapat diakui, sementara pada modal pelengkap, modal lain-lain dianggap
sebagai modal hanya 50%.

8
Kualitas kredit yang diberikannya. Infonasi kualitas kredit bermasalah (non
performance loan NPL) disuatu bank secara garis besar dapat diperoleh dari
media massa baik cetak maupun elektronik. Ketentuan yang berlaku di bank
kualitas kredit ditandai dengan "kolektibilitas". Bank Indonesia membagi nasabah
dalam lima kolektlbilitas yaitu:

a. Kolektibiliti satu, kelompok lancar


b. Kolektibiliti dua, kelompok debitur yang sudah mendapatkan perhatian khusus
dari bank (special mention), sebab sudah mulai menunjukkan tanda-tanda
tidak lancar misalnya menunggak pembayaran pokok dan bunga tetapi
dibayar sebelum 90 hari.
c. Kolektibiliti tiga, kelompok debitur yang kurang lancar (sub standaM) di antara
tandanya sudah menunggak pokok dan bunga lebih dari 90 hah.
d. Kolektibiliti empat, kelompok debitur diragukan (doubtful) di antara indikasi
kelompok ini menunggak pokok dan bunga lebih dari 180 hari.
e. Kolektibiliti lima, kelompok debitur macet (loss), ciri utamanya menunggak
bunga dan angsuran pokok lebih dari 270 hari.

sejak tahun 2005 Bl mengeluarkan SE No. 7/2/PBl/2005 tanggal 20 Januari 2005


dilanjutkan dengan SE 8/2/PBl/2006 tanggal 30 Januari tahun 2006, inti pokok dari
ketentuan SE Bl tersebut adalah bank-bank dalam menetapkan penilaian kolektibilitas
debitur harus seragam, guna menghindari debitur yang sama mempunyai kolektibilitas
yang berbeda pada bank yang berbeda.

Pengelolanya. Dinilai reputasi pengelola bank tersebut. Secara umum bila telah
berhubungan dengan bank yang bersangkutan gambaran kualitas manajemen bank
tersebut sedikit dapat diketahui, misalnya kecepatan dan ketepatan pelayanan,
kedisiplinan para karyawannya, keteraturan prosedur pelayanan dan lain
sebagainya. Bank Indonesia dalam memberikan penilaian manajemen bank mem-
berikan ratusan pertanyaan kepada bank yang dinilai, kemudian jawaban atas
peflanyaan tersebut diberi nilai secara kualitatif. Angka penilaian bidang
manajemen ini digabungkan dengan angka-angka aspek penilaian lainnya untuk
menentukan bank yang bersangkutan termasuk: sehat, cukup sehat, kurang sehat
atau tidak sehat.

Kinerjanya. Kemampuan bank tersebut memperoleh keuntungan 'baik gross


maupun net.
a. Gross profit Margin membandingkan antara "pendapatan operasional bank
dikurangi dengan beban-beban operasional" dibandingkan dengan
"pendapatan operasional". Perbandingan ini menginformasikan besamya
prosentase laba bank atas kegiatan usaha yang mumi sebelum dikurangi
biaya-biaya bersifat non operasional.
b. Net profit margin merupakan perbandingan antara "net income" dengan
"Operational Income" dan rasio ini menunjukkan kemampuan bank
menghasilkan income bersih dari seluruh kegiatan bank baik untuk kegiatan
operasional maupun kegiatan non operasional.
c. Kemampuan manajemen mengelola equity capital yang tersedia untuk
mendapatkan keuntungan, diukur dengan membandingkan "pendapatan
bersih" dengan "equity capital"
d. Kemampuan manajemen memperoleh profitabilitasnya dan mengefisiensikan

9
pengelolaan bank secara keseluruhtn, dikenal dengan rasio ROA (return on
assets), dengan membandingkan "pendapatan bersih" dengan 'total assets".
e. Kemampuan manajemen dalam mengelola perkreditan. Ukurannnya adalah
perbandingan "penerimaan bunga atas kredit yang diberikan dan pendapatan
lainnya karena kegiatan kredit" dibandingkan dengan 'total kredit yang
diberikan".

Komitmentnya. Yaitu tingkat kemampuan bank tersebut untuk memenuhi


kewajiban-kewajiban atau janji-janji dalam memberikan uang atau menyelesaikan
pembayaran atas kewajiban yang harus dibayar. yaitu membandingkan "kekayaan
tunai" dengan jumlah "kewajiban tunai" dari bank tersebut.

Dari parameter tersebut masyarakat umum dapat menilai kesehatan suatu bank
untuk memutuskan ke bank mana uang akan disimpan. Penilaian ini dengan
menggunakan teknik penilaian oleh team penilai dari institusi yang berwenang menilai
bank. Data kualitatif dari aspek yang dinilai diberikan angka sehingga dapat membanding
antara satu bank dengan bank lainnya akan tingkat kesehatannya, atau dapat
menentukan bank tersebut dalam kategori sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak
sehat. Penilaian kesehatan bank dibahas di Bab XV dalam buku ini

G. ASSETS PERUSAHAAN BANK

Assets perusahaan bank lebih banyak dalam bentuk likuiditas, daripada dalam
bentuk phisik, karena usahanya adalah dalam bidang memperdagangkan uang. Bank
oenantiasa siap untuk mencairkan dana baik berbentuk uang tunai maupun membayar
kowajiban melalui lalu lintas pembayaran dengan pemindah bukuan. Bila dijumlahkan
maka assets dalam bentuk likuid lebih besar dari assets dalam bentuk phisik seperti
gedung kantor, peralatan kerja.

Bandingkan dengan perusahaan lainnya, umumnya assets dalam bentuk likuid


lebih kecil dibandingkan dengan sarana perusahaan yang bersangkutan. Misalkan usaha
pnbrikan memproduksi barang tertentu, maka assetsnya banyak tertanam di pabrik,
bahan baku dan piutang.

Asset bank terdiri dari alat-alat likuid, uang tunai dan tertanam dalam piutang
kepada debitur. Pada bank dikenal Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Jika
kredit dipersamakan dengan suatu produk pada perusahaan pabrikan (industri), maka
bank dibatasi menjual hasil produksinya, sedangkan pada perusahaan industri, tidak
dibatasi menjual produknya.

BMPK suatu bank dibatasi sesuai ketentuan yang berlaku berbanding lurus dengan
jumlah permodalan bank tersebut dikaitkan dengan performance kredit yang
diberikannya. Performance kredit mempengaruhi (mengurangi) permodalan bank yang
bersangkutan karena semakin jelek kualitas kreditnya akan semakin banyak jumlah
modal yang harus di sisihkan untuk pencadangan risiko non performance loan.

10
BAB 2
PENGERTIAN

Berbicara mengenai BANK, agar lebih memudahkan pemahamannya terlebih


dahulu hendaknya dimengerti tentang 'lembaga keuangan, karena bank adalah
merupakan salah satu lembaga keuangan. Sedangkan lembaga keuangan adalah badan
usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk likuid, kewajiban-kewajibannya terutama
dari simpanan masyarakat serta instrumen-instrumen utang yang diterbitkannya.

Aktivitas Lembaga Keuangan

Menempatkan dana yang dihimpunnya dari masyarakat dalam bentuk


kredit/pembiayaan (bagi bank) atau menanamkannya dalarm surat-surat berharga
(terutama untuk lembaga keuangan bukan bank).

Fungsi Lembaga Keuangan

Sebagai perantara antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dengan


kelompok masyarakat yang mengalami kekurangan dana. Kelompok yang mempunyai
kelebihan dana tersebut adalah kelompok yang dengan berbagai alæan menyimpan
uangnya pada bank atau lembaga keuangan.
Adapun alasan penyimpanan dana oleh masyarakat pada bank adalah alasan
safety, alasan liquidity, alasan accessibility, alasan convenience dan alasan untuk
mencapai target suatu jumlah tertentu, jadi ada juga kelompok masyarakat yang
menyisihkan dananya untuk disimpan pada bank bukan lantaran kelebihan dana, tetaoi
untuk menyimpan dana pada bank, penyimpan memperkecil pengeluaran demi mencapai
target tertentu.
Kelompok yang mengalami kekurangan dana, terbagi dari kelompok yang
mengalami kekurangan modal kerja, kelompok memerlukan dana untuk investasi,
kelompok yang memerlukan dana untuk konsumtif.
Modal kerja, secara umum dapat diartikan dana yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan usaha. Modal kerja yang dibiayai bank pada umumnya tidak seluruhnya dari
keperluan modal kerja suatu usaha, akan tetapi bank akan memberikan pembieyaan
modal kerja dalam peæentase tertentu misalnya 60% sampai 70% dari kebutuhan modal
kerja suatu usaha. Sedang pengertian modal kerja menurut arti dalam neraca adalah:
modal beæih merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan passiva lancar, untuk
membiayai kegiatan usaha yang biasa diistilahkan dengan working capital.
Keperluan untuk investasi, secara umum investasi diartikan penggunaan dana
untuk membeli barang modal atau membangun suatu proyek yang perputaran dananya
tidak terjadi dalam satu tahun. Kelompok pengguna dana investasi ini, biasanya
memerlukan dana untuk membangun suatu pabrik, atau perkebunan, mendirikan hotel,
rumah sakit dan sebagainya. Pengertian investasi menurut kamus perbankan yang
diterbitkan LPPI adalah penanaman modal yang biasanya dalam jangka panjang untuk
pengadaan aktiva tetap atau pembelian saham-saham, surat-surat berharga lainnya
dengan maksud memperoleh keuntungan.

Konsumtif dalam artian kredit, adalah pengguna dana yang meminjam dana dari
bank untuk keperluan memenuhi kebutuhan untuk digunakan sendiri, bukan untuk
diperdagangkan, atau peminjaman dana bukan dengan tujuan untuk usaha. Dalam
kelompok konsumtif ini ada berskala kecil misalnya pembelian sepeda motor, alat rumah

11
tangga, alat electronic dan lain-lain. Sedangkan berskala besar seperti pembelian rumah.
Dari _pengertian dan uraian di atas maka yang dapat dikelompokkan sebagai badan
usaha yang tergolong lembaga keuangan:

1. Bank
2. Asuransi
3. Dana pensiun
4. Perusahaan pembiayaan
5. Lembaga perkreditan
6. Perusahaan reksa dana
7. Pegadaian

A. PENGERTIAN BANK

Dari pengertian lembaga keuangan yang telah disebutkan di atas, maka bank
adalah lembaga keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat
yang berkelebihan dana dan menyalurkan dana tersebut kepada kelompok masyarakat
yang kekurangan dana dan ri,embutuhkan dana tersebut seita memenuhi persyaratan
tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut.
Menurut Undang-undang yang berlaku saat ini bank diartikan: 'badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak"

Bank menurut jenisnya oleh Undang-undang dibagi menjadi:

1. Bank umum
2. Bank Perkreditan Rakyat

Untuk jelasnya menurut Undang-undang No.7 tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992
yang disempumakan dengan Undang-undang No. 10 tahun 1998 tanggal 10 November
1998, sehingga pasal 1 Undang-undang 7/1992 yang semula terdifi atas 20 ayat menjadF
28 ayat. Pengertian mengenai bank dapat dikutipkan dari pasal 1 mulai ayat 1 sainpai
ayat 4 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1.
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup


kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya;
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak;
3. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran;
4. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak

12
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;
dan seterusnya sampai dengan ayat 28

Melalui pengertian dari Undang-undang di atas terdapat beberapa hal yang dapat
dlkemukakan yaitu pengertian:

1. Perbankan
2. Bank
3. Bank umum
4. Bank Perkreditan Rakyat.

Perbankan

Segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, dengan demikian maka segala
sesuatu usaha yang memproses dan melaksanakan kegiatannya seperti halnya
dilakukan oleh bank seperti halnya bank, apalagi menamakan lembaganya sebagai bank
disebut perbankan. Setiap kegiatan yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat harus mendapat izin sebagai bank. Seperti yang
dimuat dalam pasal 16 Undang-undang perbankan:

Pasal 16

(1) Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai
Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia,
kecuali apabila kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dimaksud diatur
dengan Undang-undang tersendiri.
(2) Untuk memperoleh izin usaha . . dan seterusnya sampai dengan ayat 3.

Dengan demikian, tidak boleh ada perseorangan ataupun suatu badan usaha yang
melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dan memberikan pinjaman
dalam bentuk kredit, beroperasi tanpa izin. Karena kegiatan itu adalah merupakan
kegiatan bank, bank beroperasi harus mendapatkan izin dari bank Indonesia. Bila
perseorangan atau badan hukum melakukan kegiatan seperti bank dimaksud tanpa izin,
dilarang dan disebut dengan bank gelap.

Bank

Suatu badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat


kemudian menyalurkan dana yang dihimpunnya itu kepada masyarakat. Dana yang
dihimpun dari masyarakat berbentuk simpanan, sedangkan penyaluran dana kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya yang tujuan dari penyaluran itu
untuk meningkatkan taraf hidup rakyat.

Bank umum

Bank umum sejak UU 10/98 diartikan dengan dua pengertian yaitu:

13
 Bank Konvensional
Artinya bank dengan pelaksanaan ketentuan yang berlaku seperti yang telah
berlaku umum selama ini, jadi dalam hal ini praktik bank secara umum selama ini,
simpanan pada bank mendapatkan bunga yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada bank. Demikian juga ketentuan tingkat bunga
pinjaman ditentukan oleh bank sesuai tingkat bunga yang berlaku. (Konvensionil
menurut arti bahasa dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti: "menurut apa
yang sudah menjadi kebiasaan")

 Prinsip Bank Syariah


Dalam menjelaskan prinsip bank Syariah ini dapat dikemukakan pada Tabel 2.1. di
bawah;

Baik bank umum konvensional maupun bank Syariah keduanya melaksanakan


kegiatan bank yaitu melakukan kegiatan bank (menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat) dan ditambah dengan memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Sebagai lembuga penyerap dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada
masyarakat dan memberikan pelayanan jasa dalam lalu lintas pembayaran, maka sifat
usaha bank umum dapat dikelompokkan sesuai sifat tersebut ke dalam aktivitas dari bank
umum yaitu:
1. Aktivitas bidang aktiva
2. Aktivitas bidang pasiva
3. Aktivitas bidang jasa.

Aktivitas Bidang Aktiva

Yaitu kegiatan bank umum dalam upaya mengalokasikan dananya untuk


memperoleh keuntungan. Bank-bank umum di Indonesia hingga saat ini masih sangat
tergantung dari aktivitas pengelolaan dana ini, dalam penempatan dana terutama dalam
bentuk penyaluran kredit.

Bank-bank dalam menetapkan kolektibiliti ini telah menggolongkan nasabah dalam


5 kelompok yaitu:

1. Lancar, kelompok 1
2. Perhatian khusus (special mention). kelompok 2
3. Kurang lancar (substandard), kelompok 3
4. Diragukan (doubtful), kelompok 4
5. Macet, kelompok 5

Dana yang disalurkan bank dalam bentuk kredit tersebut pada dasarnya bukan
dana bank itu sendiri, melainkan dana yang dihimpunnya dari masyarakat, termasuk
dana masyarakat yang menyimpan dananya dengan motive untuk mencapai target
simpanan tertentu guna melaksanakan suatu cita-cita tertentu dengan bersusah payah
menyisihkan dananya, oleh karena itulah maka bank dalam melaksanakan kegiatannya
harus dengan penuh kehati-hatian seperti yang diisyaratkan dalam pasal 2 Undang-
undang No 7/1992 yang berbunyi: "perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian".

14
Aktivitas Bidang Pasiva

Kegiatan ini adalah kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan pihak ketiga
lainnya dengan berbagai bentuk. Dikenal dalam istilah perbankan dengan "produk" dana.
Produk dana ini ditawarkan oleh bank-bank kepada masyarakat dan pihak ketiga dalam
rangka menghimpun dana, dengan berbagai kemudahan dan fasilitas, sehingga
memotivasi masyarakat penyimpan untuk menitipkan dananya pada bank yang
bersangkutan.
Dikenal berbagai macam bentuk simpanan yang dapat dikelompokkan berupa
reker:ing giro atau current accouTt, deposito atau time deposit, tabungan atau saving
deposit, sertifikat deposito dan Deposit on call.

Giro

Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap waktu dengan
menggunakan cek, bilyet giro (surat perintah pembayaran) atau dengan cara pemindah
bukuan disebut juga dengan demand deposit.

Deposito

Simpanan pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesudah jangka
waktu tertentu, menurut perjanjian antara penyimpan, dengan bank. Disebut juga dengan
time deposit.

Sertificate deposito

Simpanan pada bank yang diterbitkan atas unjuk, dengan bunga dibayar dimuka
dengan sistem discount.

Deposit on call

Simpanan pada bank yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu tetapi


sebelum melakukan pengambilan, pihak penyimpan harus memberitahukan kapan akan
molokukan pengambilan kepada bank.

Tabungan

Simpanan pada bank yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan menggunakan


sarana yang ditentukan oleh setiap bank yang menerbitkan produk tersebut. Disebut juga
dongan saving deposit.
Aktivitas aktiva dan aktivitas passiva sangat berkaitan erat, karena pada prinsipnya
dana yang disalurkan dalam bentuk kredit dapat dilakukan akan tergantung dari dana
yang terkumpul dari masyarakat. Demikian pula harga jual atau bunga kredit yang
ditawarkan kepada peminjam banyak ditentukan oleh berapa harga beli dana atau jasa
yang diberikan kepada masyarakat penyimpan dana.
Aktivitas Bidang Jasa

Aktivitas bidang jasa suatu bank mengandung dua pengertian:


Secara umum usaha bank itu sendiri adalah usaha dibidang jasa karena bank

15
dalam usahanya tidak memproduksi barang melainkan memproduksi jasa-jasa
berupa:
1. pemberian kredit,
2. pemberian fasilitas penjaminan,
3. jasa sebagai perantara perdagangan luar negeri,
4. sebagai perantara perdagangan dalam negefi,
5. penyelenggara transfe uang dalam dan luar negeri,
6. jasa penitipan (safe deposit box),
7. jasa penukaran uang asing
8. jasa pencairan warkat-warkat bayar atas unjuk dari luar negeri, dan sebagainya
Pengertian yang lebih khusus, yang dimaksud bidang jasa disini adalah khusus
pada bidang-bidang yang melayani jasæiasa dalam transaksi pembayaran, di mana
kegiatan jasa bidang pembayaran ini hanya boleh dilakukan oleh bank umum.
Tidak boleh dilakukan oleh bank perkreditan rakyat. Bank umum dalam kegiatannya
lebih lanjut biasanya untuk lebih meluaskan jangkauan usahanya akan
memposisikan diri sebagai bank umum devisa setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia. Aktivitas bidang jasa-jasa bagi bank umum biasa yang belum bank
devisa, adalah semua jasa diluar jasa bidang pembayaran luar negeri dan valuta
asing, sedangkan bank umum dan sekaligus sebagai bank devisa dapat melakukan
kegiatan seluruh bidang jasa termasuk lalu lintas pembayaran dengan luår negeri
dan kegiatan jasa valuta asing, sehingga aktivitas bidang jasa bagi bank umum
devisa antara lain sebagai berikut:
1. Pengiriman uang dalam negeri yang biasanya disebut dengan transfer masuk
dan transfer keluar.
2. Pengiriman uang luar negeri, yang biasa disebut dengan inward transfer dan
outward transfer.
3. Inkaso atau collection
4. Trade service, yaitu kegiatan ekspor-impor
5. Perdagangan valuta asing yakni jual beli mata uang asing.
6. Pengambil alihan dan penjualan Travelers Cheque
7. Pembayaran Clean L/C
8. Perantara perdagangan dalam negeri dengan bentuk SKBDN (IJC dalam
negeri)
9. Jasa safe deposit box, dan jasa lainnya.

Bank Perkreditan Rakyat

Pengertian Bank Perkreditan Rakyat, seperti yang diatur dalam pasal 13 Undang-
undang No 7/1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No.10/1998 dapat
dikutipkan sebagai befikut:

Pasal 13

Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:


a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

16
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk Iainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. Memberikan kredit;
c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank Iain.

Selanjuaya kegiatan yang dilarang bagi Bank Perkreditan Rakyat seperti yar:g
dimuat dalam pasal 14 UU No. 7/92 setelah diubah dengan UU No. 10/98 yaitu:
a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing;
c. Melakukan penyertaan modal;
d. Melakukan usaha perasuransian;
e. Melakukan usaha Iain diluar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam
pasal 13.

B. ASURANSI

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang


penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakar
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu (PSI 246 KUHD).

Pengertian asuransi diatur dalam Undang-undang No. 2 tahun 1992 tanggal 11


Februari 1992, petikan sebagian pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

Pasai I
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:

1. Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
2. Objek Asuransi adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia,
tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang,
rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.

Kegiatan asuransi terkait dengan lembaga keuangan karena salah satu Sisi
kegiatan dari asuransi„ adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui penerimaan
premi, seperti yang tertuang dalam pasal 2 UU No.2/1992, yang secara lengkap berbunyi:

a, Usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana
masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan
kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena sesuatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap

17
hidup atau meninggalnya seseorang.
b. Usaha penunjang usaha asuransi, yang menyelenggarakan jasa keperantaraan, penelitian
kerugian asuransi dan jasa aktuaria.

Dari pengertian di atas, jelaslah bahwa asuransi termasuk dalam badan


usaha lembaga keuangan, karena menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk premi, kemudian menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang
mengklaim asuransi lantaran terjadinya kerugian, atau kerusakan atau suatu objek
pertanggungan harus dibayar klaimnya. Di samping itu asuransi juga melakukan
kegiatan-kegiatan lainnya untuk menunjang usahanya yang akan dikaji pada bagian
lain dalam buku ini. (bahasan khusus Iihat Bab XVII).

C. DANA PENSIUN

Keberadaan dana pensiun dibakukan dengan Undang-undang No.ll tahun 1992


yang memberikan penegasan bahwa dana pensiun menghimpun dana dari iuran peserta
dan iuran pemberi kerja, dana tersebut dikelola sedemikian rupa, kemudian dapat
memberikan jumlah tertentu secara berkesinambungan setiap bulan kepada anggotanya
yang telah memasuki masa pensiun atau menjalankan pensiun.
Dana pensiun dikelompokkan dalam badan usaha yang bergerak sebagai letnbaga
keuangan, karena kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat kelompok
sekerja, kemudian mengelola dana tersebut, selanjutnya memberikan dana secara tetap,
sesuai ketentuan masing-masing dana pensiun, setiap bulan kepada peserta yang sudah
pensiun.
Bagaimana pengelolaan dana yang diperoleh dari iuran peserta dan pemberi kerja
tersebut, akan di jelaskan pada bagian tersendiri dalam buku ini. (lihat Bab XVIII).

D. PEGADAIAN

Perum Pegadaian, adalah suatu lembaga pemerintah satu-satunya yang


memberikan jasa penyaluran uang kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dengan
jaminan barang bergerak. Gadai menurut pengertian KHU Perdata pasal 1150 adalah:
"suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berutang atau oleh seseorang lain atas
namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu untuk me-
ngambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari pada orang-orang berpiutang
lainnya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang
telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya
mana harus didahulukan". (Bahasan khusus mengenai Pegadaian pada Bab XIX)

E. PERUSAHAAN REKSA DANA

Perusahaan yang menanamkan modalnya dalam berbagai portofolio saham


beragam (Diversified portfolio). Modal reksa dana dihimpun dari Investor yang
menanamkan modalnya melalui membeli saham.

Reksa Dana dikategorikan sebagai lembaga keuangan, karena menciptakan


permodalan bagi perusahaan yang membutuhkan permodalan dengan cara menghimpun
dana dari masyarakat luas, melalui instrumen penjualan saham yang harganya dapat

18
dijangkau oleh masyarakat. Bab XX. khusus mengupas Reksa Dana

F. LEMBAGA PEMBIAYAAN

Lembaga pembiayaan yang telah banyak dikenal antara lain: Factoring, Forfaiting,
ventura.

1. Factoring
Adalah perusahaan yang mengambil alih risiko bad debt (piutang yang bermasalah)
yang terdiri atas:

 Recourse factoring
Risiko bad debts tetap berada pada client atau nasabah, jadi maksudnya
apabila penagihan gagal, maka nasabah yang menanggung risiko kegagalan
itu, dengan demikian pembiayaan yang sudah diterimanya atas penjualan
piutang itu dikembalikan kepada perusahaan factoring berikut biaya-biaya
yang timbul karenanya.

 Factoring without recourses


Risiko bad debt tidak akan dibebankan kepada client atau nasabah, jadi
tertagih atau tidak piutang yang diurus adalah konsekuensi perusabaan
factoring.

Di Indonesia usaha factoring operasionalnya didasarkan oleh Kepres RI No. 61


tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan SK
Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan tata cara
pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

2. Forfaiting
Adalah lembaga yang memberikan pembiayaan untuk penagihan piutang
antarnegara, di mana lembaga tersebut berada di negara pembeli memberikan
pembiayaan kepada penjual, tanpa hak recourse kepada penjual.

3. Ventura
Lembaga pembiayaan ventura adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

4. Leasing
Setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk dipergunakan suatu perusahaan, dengan jangka waktu
berdasarkan pembayaran berkala. Leasing dibagi menjadi:
* Financing leasing, yaitu penerima fasilitas dapat memilih angsuran untuk hak
pakai atau hak milik.
* Operating leasing, yaitu penerima fasilitas hanya mempunyai hak pakai.
Bahasan khusus tentang Lembaga Pembiayaan pada Bab XXI).

BAB 3
JENIS LEMBAGA PERBANKAN

19
Jenis lembaga perbankan dapat dikelompokkan antara lain menumt:
1. Fungsinya
2. Pemiliknya
3. Penciptaan uang giral
4. Menurut Undang-undang
5. Barang yang disimpan dan disalurkan.

A. BANK MENURUT FUNGSINYA

Bank menurut fungsinya terdiri atas:


1. Bank sentral (Central Bank), dalam hal ini di Indonesia satu-satunya adalah
Bank Indonesia, suatu bank yang keberadaannya di Indonesia sebagai
perwujudan dari UU Dasar 1945 seperti tersurat dalam pasal 23 ayat 3 dan 4.
Selanjutnya Bank Indonesia diatur dengan UU No. 13 tahun 1968, kemudian
terakhir ini diatur dengan UU No. 23 tahun 1999. Pada UU yang berlaku saat
ini yaitu No. 23/1999 diatur bahwa Bank Indonesia adalah Bank sentral
Republik Indonesia yang merupakan lembaga negara yang independent dan
badan hukum, harus bebas dari campur tangan Pemerintah atau pihak-pihak
lainnya kecuali un'uk hal-hal secara tegas diatur dalam UU. No. 23/1999.
Kemudian diubah dengan undang-undang No. 3 tahun 2004.
2. Bank umum (Commercial bank), suatu bank yang kegiatannya mengumpulkan
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito dan
tabungan, kemudian menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau pinjaman yang dapat dipersamakan dengan kredit, memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan adanya bank umum Syariah, maka
bank umum yang melaksanakan kegiatan selama ini disebut dengan bank
umum konvensional.
3. Bank umum Syariah, yaitu suatu bank umum yang dalam kegiatannya
mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana ke dalam
masyarakat sertä ikut memberikan jasa dalam lalu litas pembayaran, semuanya
dilakukan dengan prinsip syariah. Prinsip Syariah adalah prinsip-prinsip
penyimpanan dana, peminjaman dana, jual beli dan segala aspek perniagaan
dan perekonomian dilaksanakan dengan menerapkan tuntunan agama Islam.
4. Bank Tabungan (Saving bank) Bank yang dalam kegiatannya terutama
mengumpulkan dana simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya
menyalurkan dana melalui pembelian kertas-kertas berharga, dalam rangka
membungakan uangnya.

5. Bank Pembangunan (Development Bank) ialah bank yang menghimpun dana


dengan jalan terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito atau mengelu-
arkan kertas berharga jangka menengah dan panjang, dalam usahanya bank
pembangunan terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang.
6. Bank desa (Rural bank), bank yang menerima simpanan dalam bentuk uang dan
bentuk barang (natura) misalnya padi, jagung dan hasil pertanian lainnya, dalam
usahanya bank desa memberikan kredit baik dalam bentuk uang maupun natura.
B. JENIS BANK MENURUT KEPEMILIKANNYA

1. Bank milik Negara, yaitu semua bank yang modal dari bank tersebut adalah
merupakan penyertaan modal negara, hingga saat buku ini ditulis, bank milik
negara terdiri atas:

20
a. Bank Indonesia, suatu bank merupakan lembaga negara, sebagai
pemegang kas Pemerintah.
b. Bank Mandiri, sebuah bank milik pemerintah diatur berdasarkan Peraturan
pemerintah no 75/1998 tanggal 1 Oktober 1998 tentang penyertaan modal
negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan (Persero)
di bidang perbankan. Penyeflaan modal negara RI pada PT Bank Mandiri
pada saat pendiriannya adalah berasal dari kekayaan negara berasal dari
dua sumber.
Sumber pertama dari saham milik negara yang ada pada keempat bank
milik negara yaitu:

 PT Bank Bumi Daya (Persero),


 PT Bank Dagang Negara (Peæero),
 PT Bank Ekspor-lmpor (Persero) dan
 PT Bank Pembangunan Indonesia.

Sumber kedua modal PT Bank Mandiri berasal dari kekayaan negara


yang dipisahkan yang berasal dari Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Bank BNI 1946, milik pemerintah yang didirikan berdasarkan UU No. 17/1968,
sekarang dikenal dengan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank
BNI adalah bank umum yang tugas utama bank ini pada mulanya adalah
menggerakkan sektor industri.
d. Bank Rakyat Indonesia, didirikan berdasarkan UU No.21/1968, melakukan
usaha bank umum, pada permulaan pendiriannya oleh Pemerintah bank ini
ditugaskan untuk melayani petani, koperasi, nelayan, pengrajin, perindustrian
dan pedagang kecil, termasuk pengawasan bank desa bank pasar dan
sejenisnya.
e. Bank Tabungan Negara, didirikan dengan UU No. 20/1968, pada awäl
pendirian bank ini mengumpulkan dana terutama melalui simpanan berbentuk
tabungan dalam usahanya membungakan dananya dalam kertas berharga,
belakangan bank ini usahanya banyak ditujukan untuk memberikan kredit
perumahan.

2. Bank milik swasta, bank-bank milik swasta, karena modalnya adalah sepenuhnya
berasal dari pemodal swasta. Sehubungan dengan asal swasta yang memodali
bank tersebut dapat dibagi tiga kelompok yaitu:
a. Bank-bank milik swasta nasional, dapat berbentuk:

 Bank umum swasta di antaranya ada bank umum devisa


 Bank tabungan swasta
 Bank pembangunan swasta

b. Bank-bank milik swasta asing, bank-bank yang seluruh sahamnya dimiliki


oleh pihak swasta asing baik oleh warganegara asing maupun badan hukum
yang pimpinan dan pesertanya warga negara asing
c. Bank-bank milik campuran atau kerja sama antara swasta nasional dan
swasta asing, yaitu bank yang berdiri di Indonesia yang modal sahamnya
merupakan gabungan antara pihak swasta Indonesia dan swasta asing.

21
3. Bank milik pemerintah Daerah
Bank-bank milik Pemerintah Daerah yang keberadaannya sesuai UU 'No.13/1962.
Setiap daerah Propinsi mempunyai bank pemerintah daerah yang lazimnya disebut
dengan Bank Pembangunan Daerah. Bahkan saat ini BPD modalnya ada sebagian
yang dibantu permodalannya dengan penyertaan modal pemerintah yaitu: BPD Su-
matera Utara, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD Kalimantan Barat, BPD Kali-
mantan Timur, BPD Sulawesi Utara, BPD Sulawesi Tengah, BPD Nusa Tenggara
Barat, BPD Nusa Tenggara Timur sesuai PP RI No. 411999 tgl 18-01-1999.

4. Bank Koperasi
Bank-bank yang didirikan dengan modal yang dihimpun dari perkumpulan koperasi.
Bank koperasi didirikan dengan kekuatan SK Menteri Keuangan RI. No.
Kep.800/MK/lV/ll/1969 'gl 22-11-69 serta Keputusan bersama antara Gubernur Bl
dan Mentranskop No. 19a/GBl/72 per 350/KPTS/Mentranskop/192 tgl 16-08-1972.
Pada tahun 1987 berdiri Bank Umum Koperasi Indonesia BUKOPIN.

C. PENCIPTAAN UANG GIRAL

Dari segi penciptaan uang giral, maka bank dapat dibedakan atas Bank Primer dan
Bank Sekunder.

1. Bank primer adalah bank yang dapat menciptakan uang giral


Semua bank umum adalah bank yang dapat menciptakan uang giral, karena
menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk Giro yang memungkinkan untuk
girannya menafik Cek atau Bilyet Giro yang merupakan uang giral. Di Sisi lain bank
umum juga membefikan kredit kepada nasabah dengan penafikan dapat dilakukan
dengan instrumen uang giral.
2. Bank sekunder
Adalah bank yang tidak dapat menciptakan uang giral, hanya sebagai
perantara dalam menyalurkan kredit. Dalam kelompok ini adalah bank-bank
perkreditan rakyat, bank tani bank desa dan sebagainya. Bank sejenis BPR ini tidak
diperkenankan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran uang (misalnya transfer dan
kliring) dan tidak diperkenankan untuk menerima simpanan dalam bentuk giro
karenanya tidak dapat menciptakan uang giral.

D. BANK MENURUT UNDANG-UNDANG

Pokok-pokok perbankan yang menjadi acuan beroperasinya bank, sebelumnya


diatur dengan UU No. 14/1967, selanjutnya dengan diundangkannya UU No- 7/1992, UU
No.14/1967 dicabut dan yang menjadi dasar perbankan di Indonesia hin gga saat ini
adalah UU No.7/1992 yang kemudian diubah dengan UU No. 10/1998.

Khusus untuk Bank Indonesia terakhir diatur dengan UU No.23/1999, dan UU No.
3/2004. Bank menurut UU No.7/1992 dan perubahannya dengan UU No.1 0/1998 jenis
bank dibagi menjadi:
Bank Umum, dan
Bank Perkreditan Rakyat.

22
Bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat dapat melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional maupun dengan prinsip Syariah.
Atas dasar Undang-undang tentang perbankan No. 7/92 diubah dengan No.10/98
tersebut maka pembagian bank yang telah dibicarakan di atas yaitu menurut fungsinya,
pemiliknya dan lain-lain sudah tidak ditampakkan lagi dalam Undang-undang, sehingga
pengelompokan bank saat ini dibedakan dari badan hukumnya yaitu:

Dengan ketentuan Undang-undang 7/92 dan 10/98 tersebut tampak bahwa Bank
Umum dan Bank Perkreditan Rakyat ada tiga kemungkinan untuk mempunyai badan
hukum yang sama yaitu:
1. Perusahaan Daerah,
2. Koperasi, dan
3. Perseroan Terbatas.

Akan tetapi Bank Perkreditan Rakyat tidak dimungkinkan berbadan hukum


Perseroan.
Bank umum dapat melakukan emisi saham pada bursa efek di Indonesia, deogan
ketentuan bahwa bagi bank dengan badan hukum Perusahaan Perseroan (Persero),
emisi saham hanya mungkin untuk dilakukan tetapi tidak mengakibatkan perubahan
mayoritas kepemilikan atas saham oleh negara

E. BANK MENURUT BARANG YANG DISIMPAN DAN DISALURKAN

Sebagai tambahan melengkapi khasanah pengertian atas jenis-jenis perbankan,


megkipun Undang-undang perbankan tidak menyebutkannya, akan tetapi dalam
masyarakat sering ditemukan istilah tersebut. Ada beberapa istilah yang disebut sebagai
bank, namun sebenarnya badan atau lembaga atau institusi tersebut bukan bank seperti
yang dimaksudkan oleh Undang-undang. Badan, lembaga atau institusi tersebut disebut
bank karena menyimpan dan menyalurkan suatu barang, oleh karena itu maka dalam
paragraph ini disebut "Barang yang disimpan dan disalurkan"
Dalam buku ini diistilahkan saja bank bukan bank antara lain yaitu:
1. Bank Mata
2. Bank Darah
3. Bank Sperma
4. Bank Data

Institusi tersebut di atas menerima atau menampung sesuatu, barang/atau organ


tersebut dari masyarakat yang menyumbangkan/menjualnya atau menyimpannya,
kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya.

BAB 4

TUGAS DAN USAHA BANK

23
A. TUGAS BANK INDONESIA

Tugas-tugas Bank Indonesia secarz jelas diatur dalam UU No. 23/1999 kemudian
diubah dan disempumakan dengan UU No. 3 tahun 2004 yaitu:

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter


Dalam rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia
berwenang:
1. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi; menetapkan sasaran moneter, berarti Bank Indonesia betwenang
menciptakan keadaan moneter di negara Republik Indonesia ini dengan
memperhatikan kondisi perekonomian baik nasional maupun internasional.
Guna mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal teæebut Bank
Indonesia dapat menyelenggarakan suwey secara berkala atau sewaktu-
waktu diperlukan bersifat mikro atau makro. Tugas survey ini dapat
ditugaskan kepada pihak lain dengan Peraturan Bank Indonesia.
2. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang
termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. Operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing.;
Dalam rangka mengatur uang yang beredar dalam masyarakat, Bank
Indonesia menerapkan operasi pasar terbuka yaitu, ketika uang banyak
beredar dalam masyarakat Bank Indonesia akan menyedot uang
tersebut dengan menerapkan penjualan SBI dengan tingkat bunga
tinggi, dengan demikian maka tingkat bunga deposito akan naik.
Tingkat deposito yang naik akan menarik minat masyarakat yang
berkelebihan dananya menyimpan uang di bank. Giliran uang dalam
masyarakat ditengarai kurang, maka kebijakan pasar terbuka ditempuh
dengan menurunkan tingkat bunga SBI, sehingga masyarakat yang
berkelebihan uang yang ditanam dalam deposito akan menarik dananya
maka uang dalam masyarakat akan beredar lebih banyak. Sementara
sejalan dengan turunnya bunga deposito maka tingkat bunga kredit
atau pinjaman kepada bank juga akan turun. Sektor riil akan bergerak
lebih gesit lagi dengan meminjam modal kepada bank, uang akan
beredar lebih banyak dalam masyarakat. Operasi pasar terbuka ini
dilakukan oleh Bank Indonesia, sehingga didapat jumlah uang yang
ideal beredar dalam masyarakat.

b. Penetapan tingkat diskonto; Bank Indonesia menetapkan rate diskonto


atas wesel dan surat order dengan dua penanggung jawab atau lebih,
surat wesel. dan kertas dagang yang Iain, baik yang ditarik dengan
jaminan L/C maupun dengan jaminan surat pengangkutan

c. Penetapan cadangan wajib minimum (bagi bank-bank); Bank Indonesia


menetapkan giro wajib minimum bank-bank pada Bank Indonesia atau
Reserve Requirement (RR), untuk dana cadangan bagi bank yang
bersangkutan dalam proses kliring, penarikan dana pemberian kredit
sebagai ukuran kredibilitas bank yang bersangkutan

24
d. Pengaturan kredit dan pembiayaan; antara lain menetapkan
pembatasan kualitatif dan kuantitatif atas pemberian kredit.
Cara-cara pengendalian moneter ini dapat dilaksanakan juga dengan
prinsip Syariah yang akan ditetapkan dengan peraturan Bank Indonesia.

Kebijakan moneter

Moneter, dalam arti bahasa adalah keuangan dengan demikian yang


dimaksud dengan kebijakan moneter adalah kebijakan dibidang keuangan.
Berbicara mengenai keuangan tentu menyangkut uang. (Jang, dalam
kesehariannya saat ini tidak saja sebagai alat tukar, tetapi sudah menjadi
komoditi perdagangan, oleh karena itu maka dalam kebijakan moneter uang
dipandang dari sudut:
1. peredaran uang
2. kurs uang (nilai tukar uang)
Peredaran uang termasuk kebijakan pembentukan uang giral, pemberian
kredit. Kebijakan pemberian kredit tergolong dalam kegiatan moneter, karena
dengan dikucurkannya kredit akan terbentuk uang giral dalam masyarakat.
Uang giral dalam masyarakat berperan meningkatkan transaksi pemiagaan
dan produksi dengan demikian mempercepat berputamya roda
perekonomian.
Aturan-aturan tentang pemberian kredit ditetapkan oleh bank Indonesia
misalnya penetapan Batas Maksimum Pemberian Kredit yang dikenal dengan
(BMPK), penetapan cadangan minimum bank yaitu sejumlah dana cair yang
harus tersedia di bank.
3. Bank Indonesia mengelola cadangan devisa, menyusun rencana devisa,
memelihara posisi likuiditas dan solvabilitas intemasional dengan cara
memelihara cadangan minimum devisa negara.
4. Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa
5. Dalam rangka pengelolaan devisa Bank Indonesia dapat menerima pinjaman
dari luar negeri.

b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

Bank Indonesia berwenang:


1. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan
jasa sistem pembayaran.
2. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan
laporan tentang kegiatannya.
3. Menetapkan penggunaan alai pombayaran.
4. Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank dalam mata
uang rupiah dan atau valuta asing.

5. Bank Indonesia menyelenggarakan penyelesaian akhir transaksi pembayaran


antarbank dalam mata uang rupiah dan atau valuta asing, atau menyetujui
pihak Iain melaksanakannya.
6. Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan
dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai
alat pembayaran yang sah.
7. Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

25
mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.

c. Mengatur dan mengawasi Bank

Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi bank-bank, Bank Indonesia


menetapkan peraturan, memberikan, dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang meliputi antara lain:
1. menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-
hatian,
2. memberikan dan mencabut izin usaha bank,
3. memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor bank,
4. memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank,
5. memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha
tertentu,
6. melakukan pengawasan langsung dan tidak langsung kepada bank,
7. melakukan pemeriksaan terhadap bank baik secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan,

B. TUGAS DAN USAHA BANK UMUM

Bank umum bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam


rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Untuk merealisasikan tujuan tersebut di atas,
maka bank umum berusaha dalam bidang:
a. menghimpun daha dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan utang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya;

C. TUGAS DAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT

Tujuan dan tugas bank Perkreditan Rakyat di antaranya adalah:


1. Memberikan pelayanan jasa perbankan bagi masyarakat pedesaan.
2. Mengembangkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, dalam rangka terhindarnya
masyarakat pengusaha di desa, petani, nelayan dari rentenir.

3. Memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat desa, agar tidak


mengalami kesulitan dalam prosedur berhubungan dengan bank dalam rangka
mendapatkan permodalan.
4. Menghimpun tabungan masyarakat pedesaan, sekaligus membina masyarakat
desa, agar hidup hemat dengan menabung.

Adapun usaha Bank Perkreditan Rakyat ialah:


1, Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito

26
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2, Memberikan kredit;
3, Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.
4, Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito
berjangka, Sertifikat deposito dan/atau tabungan pada bank lain.

Dalam melaksanakan kegiatannya Bank Perkreditan Rakyat dilarang:


1. Menerima simpanan Giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran.
2. Melakukan kegiatan dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan kegiatan diluar kegiatan yang diperbolehkan.

D. TUGAS DAN USAHA BANK SYARIAH

Salah satu bank di Indonesia yang telah menerapkan praktik perbankan dengan
prinsip Syariah adalah bank Muamalat menurut Zainul Arifin (1999:91) bahwa misi dari
bank Muamalat adalah:
1. Turut berperan dalam menunjang pembangunan ekonomi bangsa Indonesia
terutama melalui peningkatan peranan pengusaha muslim dalam perekonomian
nasional dan bertindak sebagai katalisator pengembangan lembaga-lembaga
keuangan syariah di Indonesia
2. Memberikan laba (profit) yang wajar bagi pemegang saham
3. Mengusahakan pertumbuhan perusahaan (corporate growth) yang optimal
4. Memberikan kontribusi yang positif kepada masyarakat Islam (social contribution)
5. Memeliharä dan meningkatkan mutu kehidupan bekerja (quality o/ work life).

Untuk mencapai misi tersebut, perbankan syariah meluncurkan produk-produk:


1. Jual-beli
2. Bagi hasil
3. Akad jasa-jasa

Jual-beli

Jual beli adalah transaksi yang melibatkan dua pihak yakni satu pihak sebagai
pembeli dan pihak lain sebagai penjual diikat dengan suatu kesepakatan jual-beli. Di
dalam prinsip perbankan syariah jual-beli menurut Zainul Arifin (1999: 200-205)
digolongkan menjadi sebagai berikut:

a. Bai'Al-Muthlaqah
Adalah jual-beli biasa, yaitu pertukaran barang dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: bai'al muthlaqah dilakukan untuk
pelaksanaan jual beli barang.

b. Muqayyadah
Jual-beli, transaksi dilakukan dengan menukar barang dengan barang

27
(bater), penerapan sistem ini dalam transaksi eksporfimpor di mana tidak
didapatkan penyelesaian transaksi dengan jual beli melalui mata uang asing.

c. Shaff
Jual-beli mata uang dengan uang asing yang berbeda, bentuk ini dapat
diaplikasikan dengan jual beli dari mata uang dollar ke rupiah atau sebaliknya dan
juga dalam bentuk transfer.

d. Murabahah
Jual-beli di mana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan
pembeli, dalam lembaga keuangan model ini diaplikasikan antara nasabah dengan
bank, nasabah sebagai pembeii dan bank sebagai penjual, dengan harga dan
keuntungan disepakati di awal.

e. Musawamah
Jual-beli biasa di mana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan
keuntungan yang didapatnya

f. Tuliyah
Jual-beli di mana penjual tidak memungut keuntungan, akan tetapi menerima
komisi.

g. Muwadha'ah
Penjualan dengan discount, misalnya suatu bank menjual inventarisnya di
bawah harga karena akan mengganti baru, sedangkan yang lama nilai bukunya
telah habis.

h. Bai' Salam

Pembeli memberikan uang terlebih dahulu kepada penjual atas barang yang
telah disebutkan spesifikasinya dan diantarkan kemudian. Contoh bank memberi-
kan pembiayaan untuk pengolahan produk pertanian. Ketika panen hasil pertanian
tersebut dibeli oleh bank dengan uang yang sudah dibayarkan terlebih dahulu.
Sementara itu uang hasil pembayaran tersebut dipergunakan petani untuk modal
mengolah lahan.

i. Istishna

Jual beli dilakukan di mana penjual membuat barang yang dipesan pembeli
dengan modal sendiri.

Bagi Hasil

a. Mudharabah
Akad yang dilakukan antara pemilik modal dengan pengelola, keuntungan
disepakati di awal kesepakatan untuk dibagi beæama dan kerugian ditanggung
pemilik modal. Bentuk ini adalah pembiayaan yang diberikan oleh lembaga bank
Syariah kepada nasabah pengelola suatu proyek, setelah diperhitungkan keuntungan
disepakati dibagi di awal pejanjian, bilamana rugi maka pihak pemodal menang-

28
gungnya.
b. Mudharabah Muqayyadah
Sama dengan model Mudharabah, bedanya ialah proyek yang menentukan
adalah pihak pemberi modal.
c. Musyarakah
Serikat, yaitu antara dua pemilik mocal menggabungkan modalnya guna
usaha tertentu sedangkan yang melaksanakannya ditunjuk salah satu di antaranya,
aplikasi dalam bank Syariah, ialah membiayai usaha nasabah tetapi tidak 100%,
nasabah mempunyai self financing. Dalam hal ini yang mengelola adalah nasabah.
d. Musyarakah Mutanaqishah
Akad antara dua pihak yang berserikat dalam suatu barang, di mana salah
satu di antaranya membeli bagian dari yang lain atas barang tersebut. Bentuk ini
dalam bank Syariah diterapkan atas pembiayaan suatu proyek di' mana nasabah
dengan self financing sejumlah tertentu

Akad-Akad Jasa

a. Wadiah
Wadiah adalah akad yang 'terjadi antara dua pihak, di mana pihakspertama
menitipkan suatu barang kepada pihak kedua.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: lembaga keuangan menerapkan akad ini
pada rekening giro (liabilitas)

b. Ijarah
Ijarah adalah akad sewa-menyewa barang antara dua pihak.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: akad sewa yang terjadi antara lembaga
keuangan (pemilik barang) dengan nasabah (penyewa), dengan cicilan sewa yang
sudah termasuk cicilan pokok harga barang. Karena itu, biasanya ijarah ini dinamai
dengan Ijarah Wal Iktina atau Ijarah al-Muntahia Bitamliik.

c. Wakalah
Wakalah adalah perwakilan antara dua belah pihak.
Aplikasi dalam lembaga keuangan:
1. Wakalah biasanya diterapkan untuk pembuatan letter of credit, atas
pembelian barang di luar negeri (L/C Import, atau penerusan permintaan
akan barang dalam negeri dari bank luar negeri (L/C export);
2. Wakalah juga diterapkan untuk melakukan transfer dana dari nasabah
kepada alamat di tempat lain.

d. Kafalah
Kafalah adalah akad jaminan suatu pihak kepada pihak lain.
Aplikasi dalam lembaga keuangan: dalam lembQa keuangan biasanya
digunakan untuk membuat garansi atas suatu pruek (peffonnance bonds), partisipasi
dalam tender (tender bond), atau pembayaran lebih dulu (advanæ payment bond).

e. Hawalah
Hawalah adalah akad pemindahan utang Ipiutang suatu pihak kepada pihak
yang lain.

29
Aplikasi dalam lembaga keuangan:
1. Dalam lembaga keuangan, hawalah diterapkan pada fasilitas tambahan
kepada nasabah pembiayaan yang ingin menjual produknya kepada
pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli tersebut dalam bentuk
giro mundur. Ini lazim disebut Post Dated Check;
2. Bisa juga diterapkan pada produk factoring.

f. Rahn
Rahn adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang
lain, dengan uang sebagai gantinya.
Aplikasi dalam lembaga keuengan:
1. Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang
berisiko dan memerlukan jaminan tambahan;
2. Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk keperluan nasabah
yang sifatnya jasa dan konsumtif, seperti pendidikan, kesehatan, dan
sebagainya. Lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali
biaya pemeliharaan atau keamanan barang tersebut.

g. Qard
Qard adalah akad pinjam-meminjam (uang) antara suatu pihak dengan pihak
lainnya. Jika ada jaminan, maka ini menjadi rahn.
Aplikasi dalam lembaga keuangan:akd ini menpdi fasilitæ tambahan bQi
nasabah pembiayaan yang memeriukan dana mendesak untuk membiayä usahanya.
Pemaparan secara lebih mendalam tentang Bank Syariah dimuat di dalam
buku ini pada Bab XIV.

BAB 5
SUMBER DANA BANK

Bank dalam Undang-undang no 7/1992 dan dengan perubahannya melalui UU


1011998 dibagi menjadi bank umum konvensional dan bank umum syariah, BPR
Konvensional dan BPR Syariah sehubungan dengan itu sumber dana dari kedua bank
tersebut juga berbeda, maka pembahasan sumber dana ini dibagi menjadi:

 Sumber dana bank umum konvensional.


 Sumber dana bank umum Syariah.
 Sumber dana Bank Perkreditan Rakyat konvensional.

30
 Sumber dana Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Walaupun sumber dana dari pembagian 4 kelompok model bank tersebut di atas
terdapat perbedaannya namum mempunyai kesamaan yaitu masing-masing mempunyai
sumber dana yang berasal dari:

a. Sumber dana sendiri yaitu dari modal sendiri yang diperoleh dari para pendiri/
pemegang saham dan juga dari keuntungan, cadangan dan sisa laba tahun lalu,
laba yang ditahan, laba tahun berjalan dan agio saham, serta penilaian kembali
aktiva tetap. Modal sendiri suatu bank, adalah modal awal pada saat pendirian
bank yang jumlahnya telah ditetapkan dalam suatu ketentuan atau peraturan
pendirian bank.
b. Sumber dana dari lembaga keuangan lain, misalnya pinjaman dari pasar uang
antarbank, Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), Program bantuan kredit luar
negeri melalui Pemerintah yang dikenal dengan two step loan, fasilitas diskonto.
KLBI adalah kredit yang dibefikan oleh bank Indonesia kepada bank untuk disalurkan
kepada masyarakat, besamya bunga KLBI lebih rendah dari kredit yang disalurkan
oleh bank yang bersangkutan kepada masyarakat, sehingga bank tersebut
mendapatkan keuntungan dari selisih bunga tersebut. KLBI biasanya diberikan oleh
Bank Indonesia melalui perbankan operasional untuk program-program tettentu. Two
step loan adalah kredit untuk sektor-sektor usaha tertentu sesuai dengan persyaratan
negara yang memberikannya, untuk disalurkan oleh suatu bank kepada pengusaha
sesuai dengan persyaratan tersebut. Fasilitas diskonto merupakan modal sendiri
suatu bank, karena melalui fasilitas teæebut suatu bank yang melaksanakan
pendiskontoan wesel yang ditagih keluar negeri misalnya, akan mendapatkan dana
segar dari bank Indonesia selama jangka waktu tertentu sampai kewajibån harus
membayar wesel yang ditagih teæebut timbul.
c. Sumber dana dari masyarakat, berupa rekening giro dan dana transfer (BPR tidak
diperkenankan, hanya bank umum), deposito, tabungan, sertifikat deposito, obligasi,
saham dari masyarakat (untuk bank yang sudah go publik).

Giro

Giro sesuai ketentuan undang-undang telah dikemukakan pada penjelasan bagian


pengertian membahas aktivitas bidang pasiva bank. Dengan kata lain dalam pengertian
sumber dana, giro adalah sumber dana bank dari masyarakat dalam bentuk rupiah atau
pun valuta asing, dengan persyaratan-persyaratan tertentu yang penarikannya dapat
dilakukam sewaktu-waktu dengan menggunakan Cek/Bilyet giro atau cara lain yang
disepakati dalam syarat pembukaan rekening giro.

Penarikan dapat dilakukan oleh pihak pembuka rekening giro yang istilahnya
disebut nasabah girant, sepanjang saldo rekening giro yang bersangkutan cukup untuk
memperhitungkannya.
Yang dimaksud cukup untuk memperhitungkannya adalah, dana yang disimpan
nasabah masih cukup untuk membayar Cek/Bilyet giro pada saat diunjukkan kepada
bank untuk dibayar. Sebagai contoh dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Nasabah giro A menyetor pada waktu pembukaan rekening tanggal 16 April tahun
xxxx sebesar Rp50 juta. Pada hari itu juga yang bersangkutan. mendapatkan buku
Cek/BiIyet giro. Kepada nasabah yang bersangkutan dibebankan biaya melalui rekening
gironya oleh Bank untuk pengadaan buku Cek/Bilyet giro sebesar Rp50 ribu dengan

31
demikian saldo rekening giro tuan A tersisa Rp49 juta 950 ribu. Penarikan maksimum
yang dapat ditarik oleh tuan A hanya Rp49 juta 950 ribu. Bila tuan A menarik lebih besar
dari jumlah tersebut berarti penarikan melebihi saldo yang tersedia sehingga tidak cukup
untuk diperhitungkan.
Bila seorang nasabah membuka rekening Giro pada bank berarti bank yang
bersangkutan melakukan hubungan hukum dengan nasabah tersebut. Karena
menyangkut hubungan hukum maka tidak begitu saja setiap orang yang datang ke Bank
dapat dilayani membuka rekening Giro. Adapun nasabah yang dapat dilayani untuk
membuka rekening Giro, sehingga nasabah itu mempunyai hubungan hukum yaitu
hubungan rekening dengan bank adalah:
a, Cakap berbuat hukum baik perusahaan yang berbadan hukum maupun yang
belum berbadan hukum.
Bagi orang perorangan pengertian (kriteria) cakap berbuat hukum ialah sudah
dewasa, tidak di bawah pengampuan. Sudah dewasa menurut hukum yaitu
mencapai usia 21 tahun atau telah menikah (pasal 330 KUH perdata). Sedangkan
ditaruh di bawah pengampuan yaitu orang-orang yang secara phisik telah dewasa,
tetapi mempunyai kelainan dari manusia yang nonmal misalnya: boros, sakit jiwa.
1) Badan bukan badan hukum
Bentuk suatu badan bukan berbadan hukum adalah:
Perseroan (maatschaap), suatu badan yang didirikan atas dasar
persetujuan di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk
membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.
Perseroan Firma, suatu badan usaha yang didirikan oleh beberapa
orang di bawah suatu nama bersama, didirikan dengan akte otentik dan
didaftarkan di pengadilan negori ditempat Firma itu didirikan.
Perseroan Komanditer (CV), sama seperti Firma tetapi di dalam suatu
perseroan Komanditer terdapat 2 jenis pesero yaitu: Pesero diam, di
mana para pesero ini hanya menyetor sejumlah modal tertentu dan
tidak turut aktif mengurus perseroan. Pesero Aktif, yaitu pesero yang
menjadi pengurus perseroan tersebut.
Yayasan, suatu perkumpulan yang didirikan dengan tujuan tertentu
tanpa anggota, terutama bergerak dibidang sosial. Akan tetapi menurut
kebiasaan (doktrin) yayasan dapat digolongkan sebagai badan hukum
apabila: Didirikan dengan akte notaris, adanya pemisahan harta
pengurus dengan yayasan, mempunyai tujuan usaha sosial dan adanya
suatu organisasi.

2. Badan berbadan hukum


Suatu perkumpulan atau badan yang tergolong berbadan hukum bila
telah terjadi pemisahan antara harta kekayaan milik perkumpulan atau badan
dengan milik pribadi para pengurus perkumpulan. Badan/perkumpulan yang
dapat dikelompokkan sebagai berbadan hukum dapat lagi dibedakan
menurut:
a. Dasar hukum yang mengatumya
Badan hukum publik, yakni badan hukum yang dasamya adalah'
hukum publik yaitu, Pemerintah Daerah, Perusahaan Daerah,
Perusahaan Negara (Perusahaan Jawatan: Perjan, Perusahaan
Umum: Perum, Perusahaan Perseroan: Persero).

32
Badan hukum Privat, badan hukum yang dasarnya adalah hukum
privat yakni: Perseroan Terbatas, Koperasi, Dana Pensiun.

b. Nasionaitas
Badan hukum nasional
Bahwa dasar hukum dari badan hukum tersebut berlaku hukum
Indonesia dan pengurusnya tunduk kepada hukum Indonesia.

Badan hukum asing


Adalah badan hukum yang didirikan dengan hukum asing (bukan
hukum Indonesia) di mana modalnya seluruh atau sebagian milik
warga negara/badan hukum asing.

Bentuk badan hukum atas dasar hukum yang mengaturnya dan atas dasar
nasionalitas misalnya berbentuk:

1. Perseroan terbatas (PT), suatu perkumpulan yang tidak memakai nama


bersama atau nama salah satu dari perseronya, dan tidak boleh menggu-
nakan nama yang sudah dipakai oleh perseroan terbatas lainnya.

Suatu Perseroan Terbatas harus didirikan dengan akte notaris dalam


bahasa Indonesia yang merupakan syarat mutlak untuk pendiriannya.

Sebelum perseroan terbatas tersebut dapat berdiri secara sah sebagai


badan hukum, maka akte pendiriannya harus disampaikan terlebih dahulu
kepada menteri Kehakiman untuk mendapatkan pengosahan, Status perse-
roan terbatas sebagai badan hukum diperoleh setelah akte pendiriannya
disahkan oleh Menteri Kehakiman. Untuk setiap perubahan dalam syarat-
syarat pendiriannya diperlukan persetujuan Menteri.
Akte pendirian beserta dengan pengesahan yang telah diperoleh dari
Menteri Kehakiman harus didaftarkan dalam Daftar perusahaan di
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan selanjutnya diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara RI.

Jadi prosedur pendirian Perseroan Terbatas (P T) sebagai badan hukum


harus menempuh:
1. Pembuatan akte pendirian secara notariil dalam bahasa Indonesia.
2. Pengesahan akte pendirian pada Menteri Kehakiman.
3. Pendaftaran pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
4. Diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI.

Suatu Perseroan Terbatas yang telah memenuhi syarat-syarat menjadi


badan hukum, maka segala sesuatu hubungan hukum yang dibuat oleh
pengurusnya seperti yang diatur dalam akte pendirian dan perubahan
(bilamana telah diubah dan disahkan) menjadi tanggung jawab sepenuhnya
dari badan hukum dan terpisah dari tanggung jawab perseronya dan
pengurus secara pribadi.

Dalam hubungan dengan pembukaan rekening giro petugas bank harus


benar-benar mempelajari segala akte pendirian dan perubahan perusahaan

33
dan proses serta prosedur penerbitan akte pendirian dan perubahannya,
karena di dalamnya terkandung syarat-syarat kewenangan masing-masing
pengurus yang erat hubungan dengan pembukaan rekening giro. Kewenang-
an dan hak masing-masing pengurus yang diatur dalam akte akan menen-
tukan batasan penarikan uang dalam rekening, batasan mengenai penjamin-
an atas harta kekayaan milik Perseroan, kewenangan untuk memberikan
kuasa, kewenangan bertindak untuk dan atas nama Perseroan di dalam dan
di luar pengadilan dan lain sebagainya yang sangat penting diketahui oleh
petugas bank, sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

2. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang


dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi merupakan
gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas kekeluargaan. Mengenai kope-
rasi secara tegas diatur dalam UU. No. 2511992. Koperasi memperoleh status
badan hukum setelah akte pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Untuk
mendapatkan pengesahan, para pendiri mengajukan surat kepada Jawatan
Koperasi disertai akte pendirian koperasi dan pengesahan akta pendirian
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Identitas Koperasi:
1. Didirikan untuk melayani masyarakat.
2. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional.
3. Berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kehidupan melalui
peningkatan potensi konsumsi.
4. Asas kekeluargaan menjadi kunci penyelesaian masalah.
5. Alat perjuangan ekonomi rakyat untuk mempertinggi kesejahteraan.

3. Dana Pensiun

Dalam kaitan pembukaan rekening giro, perlu diketahui bahwa suatu


badan hukum Dana Pensiun baru dapat memulai kegiatannya, dalam artian
membuka rekening giro dan berhubungan dengan bank melalui cara lain,
setelah memperoleh pengesahan Menteri Keuangan. Dana pensiun terbagi
dalam 2 jenis yaitu:

A. Dana Pensiun pemberi kerja


Dibentuk oleh orang atau badan yang_ mempekerjakan karyawan,
selaku pendiri, untuk menyelenggarakan program pensiun manfaat
pasti atau program pensiun iuran pasti, bagi kepentingan sebagian atau
seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan
kewajiban terhadap pemberi kerja.

B. Dana Pensiun Lembaga Keuangan


Dibentuk oleh badan atau perusahaan asuransi jiwa untuk

34
menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik
karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun
pemberi kerja dari karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan.
Yang dimaksud dengan manfaat pasti adalah apabila peserta
meninggal dunia dana yang merupakan hak pensiun adalah nilai
sekarang dari manfaat pensiun peserta dihitung pada saat peserta
meninggal dunia , sedangkan yang dimaksud dengan iuran pasti adalah
dana yang merupakan hak peserta adalah himpunan iuran dan hasil
pengembangannya (PP No. 76/1992 Pasal 30 ayat I dan Pasal 21-22
UU No. 11;1992).

4. Badan Usaha Milik Negara


Di dalam kelompok badan usaha milik negara terdapat beberapa jenis
badan usaha yaitu:
Perusahaan Jawatan (PERJAN)
Adalah semua perusahaan yang didirikan dengan sifat usaha dibidang
penyediaan jasa bagi masyarakat berupa pelayanan pada masyarakat.
Pengurus perusahaan jawatan diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah.
Dalam kaitan pembukaan rekening giro yang harus menjadi perhatian
keabsahan dari pengangkatan pengurus yang bersangkutan berikut
kewenangan yang diberikan kepadanya. Perlu diperhatikan pembatasan
kewenangan dan batas waktu jabatan pengurus yang diangkat tersebut. Cid
perusahaan Perjan:
1. Kegiatan usahanya bersifat melayani kepentingan umum dan tidak
mencari keuntungan.
2. Modal usaha berasal dari pemerintah dengan pertanggungan jawaban
disesuaikan dengan bidang usaha dari departemen yang sesuai untuk
membawahinya.
3. Pengelolaannya di bawah satu departemen, direktorat jenderal,
direktorat, pemerintah daerah disesuaikan dengan fungsi dan tujuan
pembentukannya.
4. Perjan dipimpin seorang kepala bertanggung jawab kepada departemen.
5. Memperoleh fasilitas dari negara atau pemerintah.
6. Status kepegawaian, pegawai negeri
7. Bersifat hukum public yaitu pemerintah atau negara yang akan mewakili
jika terjadi permasalahan dengan pihak lain.

Perusahaan Umum (PERUM)


Adalah semua perusahaan yang didirikan oleh pemerintah di mana
seluruh modalnya dimiliki negara yang berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Perum tidak mengeluarkan saham yang dapat dibagi-bagikan
karena semua sahamnya adalah milik negara: Adapun sifat usaha dari Perum
ialah berusaha dibidang penyediaan pelayanan bagi kemanfaatan umum di
samping berusaha untuk mendapatkan keuntungan. Identitas PERUM:
1. Kegiatan usahanya melayani kepentingan umum sekaligus mencari
keuntungan.
2. Bergerak dalam bidang kegiatan-kegiatan vital yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.
3. Berstatus badan hukum, mempunyai kekayaan sendiri.

35
4. Modal dari kekayaan negara yang dipisahkan serta dapat memperoleh
kredit baik dari dalam maupun luar negeri setta dapat mengeluarkan
saham dan obligasi.
5. Dipimpin oleh direksi dan status karyawan diatur dengan peraturan
sendiri.
6. Wewenang dan tanggung jawab dalam penugasan direksi sesuai
dengan badan usaha secara umum.

Perusahaan Perseroan (Persero)


Adalah semua perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang
diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang sahamnya baik
seluruhnya ataupun sebagian dimiliki oleh negara yang berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan. Adapun sifat usaha dari Peæero adalah bertujuan
untuk memupuk keuntungan dan berusaha dibidang yang dapat mendorong
perkembangan sektor swasta atau sektor koperasi, diluar bidang usaha
PERUM dan PERJAN. Identitas Persero :
1. Tujuan usaha mencari keuntungan
2. Bidang usaha pada sector yang vital menguasai hajad hidup orang
banyak (masyarakat umum) dan profitabel.
3. Status hukum, tunduk kepada hukum perdata, peæeroan terbatas.
4. Modal merupakan kekayaan negara yang dipisahkan, dibenarkan untuk
bekerja sama dengan pihak swasta maupun koperasi dan diperbo-
lehkan menjual saham dan obligasi
5. Dipimpin oleh direksi, pegawai berstatus swasta.
6. Peran pemerintah sebesar saham yang dimiliki oleh pemerintah,

Dengan pengertian di atas maka pihak yang dapat melakukan


pembukaan rekening giro adalah subjek hukum baik perseorangan maupun
suatu badan atau badan hukum asalkan subjek hukum tersebut memenuhi
kriteria sebagai subjek hukum.

b. Calon Girant mengisi formulir permohonan dan menanda tangani pejanjian syarat- syarat
pembukaan rekening giro, karena dengan dibukanya rekening Giro terbuka kemungkinan
pihak Girant untuk melakukan penafikan dana yang secara tidak
langsung ikut menciptakan uang giral dalam masyarakat yang berakibat adanya
transaksi perekonomian. Bila Girant melakukan penarikan Cek/Bilyet giro kosong
akan berdampak negatif temadap masyarakat khususnya masyarakat bisnis,
sehingga dalam perjanjian pembukaan rekening Giro dituangkan perihal sanksi bagi
pemegang rekening girt) bila melakukan penarikan Cek/Bilyet giro kosong.

c. Calon nasabah giro diminta menyerahkan satu atau beberapa contoh tanda tangan
sebagai specimen pada bank, untuk digunakan sebagai contoh tanda tangan yang
mengikat yang akan dibanding dengan tanda tangan yang akan digunakan
nasabah pada Cek/Bilyet Giro atau surat menyurat yang berhubungan dengan
bank. Untuk perusahaan yang ingin membubuhkan cap/stempel pada setiap
penarikan Cek/Bilyet giro dan atau suratnya kepada bank maka harus memberikan
specimen tersebut ketika membuka rekening. Dalam specimen ditentukan syarat-
syarat pembatasan penarikan; misalnya kata-kata "Untuk penarikan harus selalu
menggunakan Stempel sebagaimana dicontohkan" atau "Untuk menarikan melebihi

36
Rp(sekian) harus dengan dua penanda tangan" dan sebagainya tergantung
keinginan yang wajar dari nasabah pembuka rekening. Selanjutnya demikian ada
perubahan-perubahan tentang specimen tandatangan dan stempel/cap, nasabah
harus memberitahukannya kepada bank. Sebelum pemberitahuan diterima bank,
maka specimen yang lama tetap berlaku.

Setelah mengisi formulir dan menanda tangani perjanjian pembukaan rekening giro,
serta menyampaikan specimen, nasabah melakukan penyetoran pertama pada bank
yang jumlahnya ditetapkan oleh bank yang beæangkutan (tidak sama bank yang sat:.i
dengan bank lainnya), kepada nasabah diberikan buku Cek/Bilyet giro. Ketika menerima
buku Cek/Bilyet giro tersebut nasabah harus menanda tangani sesuai specimen dan
mengembalikan segera resi dari Cek/Bilyet giro yang terdapat di lembar paling depan
buku Cek/Bilyet giro. Kalau Resi tersebut belum kembali dan nasabah melakukan pena-
rikan baik dengan Cek ataupun dengan Bilyet giro, bank tidak boleh membayarkan Cek
atau Bilyet giro yang resinya belum kembali tersebut, karena dalam redaksi pada resi
tersebut adanya suatu pernyataan bahwa nasabah akan bertanggung jawab sepenuhnya
atas penggunaan setiap lembar Cek/BiIyet giro dimaksud. Jika belum kembali, maka
bank dalam posisi yang lemah karena belum adanya pernyataan nasabah termaksud.

Dengan telah diterimanya nasabah menjadi nasabah Giro, maka terjalinkan


hubungan hukum antara bank dengan nasabah yang bersangkutan dan timbullah hak
dan kewajiban kedua belah pihak. Pihak bank berkewajiban melakukan pencatatan-
pencatatan mengenai penerimaan atau setoran, pembayaran dan penyimpanan serta
semua transaksi yang dilakukan oleh bank. Dipihak lain nasabah Girant mempunyai
kewajiban untuk mematuhi segala ketentuan yang tercantum dalam perjanjian
pembukaan rekening giro, termasuk di antaranya membayar biaya-biaya yang timbul
dengnn terselenggaranya hubungan rekening Giro dimaksud. Nasabah Giro juga wajib
ntuh dengan ketentuan-ketentuan baru yang ditentukan oleh pihak bank dikemudian
tentang pengaturan hubungan rekening Giro.

Jika seorang nasabah Giro sudah tidak menyetujui lagi dengan syarat atau
ketentuan mengenai pemegang rekening Giro yang ditetapkan baru, dapat saja yang
bersangkutan menghentikan hubungannya dengan bank dalam rekening giro alias
menutup rekeningnya. Misalnya ketika membuka rekening belum adanya persyaratan
klasiflkasi rekening pasif dan rekening aktif.

Belakangan Bank yang bersangkutan menetapkan bahwa nasabah Giro yang


saldonya di bawah RP 1 juta selama 3 bulan berturut-turut digolongkan sebagai rekening
pasif. Setiap rekening pasif akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp100 ribu.
Dengan diterapkan peraturan ini rekening nasabah yang hanya berbaki di bawah RPI
juta itu akan habis kurang dari satu tahun, atau akan tutup dengan sendirinya lantaran
tidak mempunyai saldo. Dalam hal ini bank dapat menutup rekening secara sepihak dan
menganggap nasabah telah mengetahui sekaligus menyetujuinya.

Suatu rekening Giro dapat berakhir di suatu bank tidak saja oleh karena ditutup
Oleh bank sebab tidak aktif akan tetapi dapat juga dengan alasan:
1. Ditutup atas permintaan sendiri
2. Ditutup atas perintah Bank Indonesia
3. Ditutup karena yang bersangkutan temyata telah termuat dalam black list Bank
Indonesia.

37
4. Ditutup karena nasabah perseorangan meninggal dunia.
5. Ditutup karena sanksi penarikan Cek/Bilyet giro kosong sebanyak 3 kali berturut-
turut dalam 6 bulan.

Yang dimaksud tutup atas permintaan sendiri ialah bilamana nasabah giro
menyatakan kepada bank yang bersangkutan bahwa dia akan mengakhiri hubungan
rekening giro karena satu dan lain sebab. Alasan yang dikemukan nasabah menutup
rekeningnya misalnya perusahaan mengakhiri kegiatannya, pindah alamat, tidak bisa
aktif lagi dalam suatu perusahaan karena telah pecah kongsi, dan membuka perusahaan
baru. Dalam hal penutupan rekening atas permintaan sendiri lebih mudah penyelesaian
dengan nasabah, karena segala cek dan bilyet giro yang masih tersisa dapat diminta/dita-
rlk kembali oleh pihak bank serta nasabah dapat dibebani biaya administrasi rekening.

Berbeda dengan penutupan rekening giro karena tidak aktif dan cek kosong sulit
bagi bank untuk mendapatkan kembali sisa buku cek maupun bilyet giro yang belum
terpakai. Kalau tidak aktif umumnya tidak mudah bagi bank untuk komunikasi dengan
nasabah. Jika cek kosong biasanya nasabah sudah punya etika kurang baik.

Pengertian satu kali menarik cek kosong bilamana nasabah melakukan penarikan
cek/giro yang melebihi jumlahnya dari saldo yang tersedia di dalam rekeningnya. Cek
dengan nomor yang sama bilamana diajukan berulang-ulang tetap dianggap satu kali
penarikan cek/giro kosong. Alasan penolakan cek/bilyet giro yang lainnya sehingga
cek/bilyet giro ditolak tetapi pada cek/bilyet giro yang sama itu saldonya tidak cukup
dianggap sebagai penarikan cek kosong. Jadi yang dimaksud dengan tiga kali melakukan

penarikan cek/bilyet giro kosong dalam enam bulan ialah bilamana nasabah dalam waktu
enam bulan menarik tiga lembar/bilyet giro kosong yang berlainan nomornya. Sanksi atas
penarikan cek/bilyet giro kosong adalah langsung ditutupnya rekening yang bersangkutan
dan dimuat dalam daftar hitam (black list) Bank Indonesia sehingga nasabah itu tidak
dapat lagi membuka rekening atau mendapatkan kredit dari bank selama namanya belum
direhabilitir dari black list Bank Indonesia. Secara rinci penghitungan frekuensi penarikan
Cek/GB kosong adalah.
1. Satu lembar (satu nomor) Cek/GB diajukan berulang-ulang dianggap satu kali
penarikan Cek/GB kosong.
2. Beberapa lembar Cek/GB kosong nasabah ditolak oleh suatu bank pada hari yang
sama dianggap satu kali penarikan Cek/GB kosong.
3. Beberapa lembar Cek/GB kosong ditarik melalui beberapa bank pada hari yang
sama, dihitung sebanyak Cek/GB yang ditolak.

Pencabutan nama nasabah dari black list Bank Indonesia dapat dilakukan setelah
satu tahun sejak tanggal penutupan melalui bank di mana rekening nasabah ditutup
dengan mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia. Nasabah harus dapat
membuktikan bahwa cek/bilyet giro kosong yang pemah ditariknya telah diselesaikannya
kepada masing-masing pemegang yang dibuktikan dengan kwitansi serta dikembali-
kannya cek/bilyet giro kosong tersebut. Di samping itu nasabah telah mengembalikan
seluruh buku cek/giro billyet yang belum terpakai, membuat pemyataan tidak akan
menarik cek/bilyet giro kosong lagi dikemudian hari. Setelah mendapat persetujuan
penghapusan dari black list nasabah dapat membuka rekening giro lagi.

38
Selain penutupan rekening giro ada juga kemungkinan rekening giro nasabah
dilakukan pemblokiran oleh karena salah satu di antara sebab:
1. Permintan pihak Kepolisian dalam rangka perkara pidana, di mana diperlukan
persyaratan adanya surat perintah penyitaan/pemblokiran oleh kepolisian
(sekurang-kurangnya dari Polres) dan Berita acara penyitaan/pemblokiran.
2. Permintaan kejaksaan dalam rangka perkara pidana dengan syarat adanya surat
perintah penyitaan/pemblokiran yang dikeluarkan oleh Kejaksaan dan berita acara
pemblokiran.
3. Permintaan Pengadilan Negeri dengan surat keputusan Penetapan penyitaan dari
Pengadilan Negeri dan berita acara penyitaan/pemblokiran.
4. Atas permintaan Bank Indonesia dengan surat perintah pemblokiran dari BI.

Selama waktu pemblokiran seluruh transaksi penarikan dari rekening ditolak, akan
tetapi seluruh transaksi penyetoran diterima.
Sebagai kewajiban bank terhadap pemegang rekening giro di antaranya
memberikan buku cek dan buku bilyet giro dan bahkan perkembangan perbankan
terakhir ini kepada nasabah giro juga diberikan kartu untuk penarikan saldonya berypa
kartu yang dikenal dengan "ATM" (Automatic Teller Machine) di Indonesia ering
diterjemahkan; ATM sebagai perpanjangan "Anjungan Tunai Mandiri".

CEK

Diatur dalam KUHD Pasal 178 yang harus memenuhi syarat formal:
1. Perkataan "cek" tercantum dalam warkat .
2. Perintah tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.
3. Nama bank tertarik
4. Tempat pembayaran.
5. Jumlah uang.
6. Tempat dan tanggal penarikan.
7. Tanda tangan (stempel) penarik.
8. Nama (bisa tidak dicantumkan) dan nomor rekening penarik.

Jadi cek adalah suatu bentuk surat perintah pembayaran yang dibuat oleh
pemegang rekening pada suatu bank untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak
yang membawa atau mengunjukkan cek itu kepada bank atau pihak yang disebut
namanya.

ATM

Suatu kartu yang diberikan bank kepada nasabah yang dapat digunakan untuk
menarik dana dari rekening nasabah dengan memasukkan kartu tersebut pada mesin
yang tersedia di anjungan tunai mandifi oleh bank yang bersangkutan. Pemilik kartu ATM
memasukkan kartunya pada mesin ATM dan untuk pengamannya masing-masing nasa-
bah diberikan/memillki PIN (Personal Idenfication Number) yang hanya dapat diketahui
secara pribadi oleh yang bersangkutan sendiri. Setelah memasukkan PIN tersebut
nasabah melaksanakan prosedur sesuai petunjuk dari mesin yang bersangkutan.
Kewajiban lainnya dari bank adalah mengirimkan rekening koran dan memberikan
jasa giro kepada nasabah.
Rekening koran adalah suatu bentuk laporan bulanan yang diberikan oleh bank
kepada nasabah memuat saldo awal bulan, mencatat seluruh transaksi baik pengeluaran

39
maupun pemasukan dari rekening tersebut serta saldo akhir bulan yang bersangkutan.
Guna dari rekening tersebut merupakan alat untuk nasabah melakukan penelitian
terhadap transaksi-transaksi yang dilakukannya pada bulan yang bersangkutan sekaligus
untuk memantau penerimaan tagihan-tagihannya yang diharapkan masuk kedalam
rekening dari rekan bisnisnya juga pembayaran-pembayaran yang dilakukannya dengan
instrumen yaitu cek, Bilyet Giro. Dari sudut bank rekening koran (statemen) merupakan
alat konfirmasi atas kebenaran pencatatan transaksi yang dilakukan oleh nasabah,

JASA GIRO
Jasa giro sebetulnya adalah bunga yang diberikan oleh suatu bank atas simpanan
giro yang dilakukan oleh nasabah, akan tetapi karena rate bunga ini tenalu kecil
dibandingkan dengan simpanan-simpanan nasabah kepada bank lainnya maka dikalangan
perbankan bunga giro ini diistilahkan dengan "jasa giro". Pedakuan pemberian jasa giro
bermacam pola dapat diterapkan oleh pihak bank, hal mana lazimnya dituangkan dalam
pedkatan antara nasabah girant dengan bank di dalam syarat-syarat pembukaan rekening
giro. Syarat umum tersebut ditanda tangani kedua belah pihak ketika membuka rekening
giro. Setiap bank menerapkan pola jasa giro masing-masing yang mungkin berbeda antara
satu bank dengan bank lainnya. Dasar pola perhitungan jasa giro tersebut ialah:

 Atas dasar baki terendah setiap bulan


 Atas dasar saldo harian terendah.
 Atas rata-rata saldo kumulatif terendah.

dari rekening giro yang bersangkutan dikalikan dengan rate jasa giro bank yang
bersangkutan, dibayar dengan menambahbukukan pada rekening nasabah girant pada
bulan berikutnya. Ketentuan mengenai jasa giro tidak sama bank yang satu dengan bank
Iainnya, akan tetapi pada pokoknya diperhitungkan berdasarkan hari bunga rata-rata dan
saldo kumulatif rata-rata dibayarkan pada awal bulan berikutnya.

Kini perhitungan jasa giro dengan pola apapun telah dibuat oleh komputer yang
secara otomatis masuk ke dalam rekening nasabah awal bulan berikutnya.
Bank menerima simpanan dalam bentuk Giro, dari masyarakat dapat
dikelompokkan:

1. Giro atas nama perseorangan


Rekening giro yang dibuka oleh orang peæeorangan yang memenuhi syarat-syarat
seperti dikemukakan di atas di mana yang bertindak untuk dan atas nama nasabah
giro adalah orang perseorangan. Dalam kelompok ini terdapat juga rekening perse-
orangan yang dibuka oleh dua orang atau lebih dengan istilah rekening bersama
(joint account). Masing-masing orang dalam rekening bersama ini dapat bertindak
untuk mengatas namakan semua orang yang membuka satu reKening tersebut.
2. Giro atas nama suatu badan tetapi bukan badan hukum
Yang dimaksud dengan badan disini berarti tidak lagi digolongkan perorangan mumi,
tetapi sudah mengatas namakan suatu badan, tetapi belum berbadan hukum.
Misalnya untuk Daerah Jawa Timur misalnya kita mengenal "UD" ( untuk singkatan
Usaha Dagang), kebanyakan daerah di Indonesia mempunyai Toko, Lcsmen,
Penginapan, Warung, Depot tenasuk Finna, maatschaap, Perseroan Komanditer
(CV) dan sebagainya yang belum memenuhi syarat sebagai badan hukum menutut

40
undang-undang. Penanggung jawab suatu badan ini adalah orang yang punya atau
orang yang namanya tertera dalam SIUP. Untuk kelompok ini syarat stempel dalam
specimen tanda tangan tidak mengikat. Maksud tidak mengikat adalah: bilamana
ketika membuka rekening oleh nasabah dibefikan contoh stempel, misalnya ketika
menarik Cek/Bilyet Giro nasabah lupa membubuhkan stempel, penafikan tersebut
tidak dapat ditolak dengan alasan specimen tidak sama, kecuali secara tegas
disebutkan dalam pembatasan pembukaan rekening. Agar tidak rancu maka ketika
membuka rekening atas suatu badan, hal ini harus dijelaskan.
3. Giro atas nama badan hukum
Yang dimungkinkan membuka rekening giro atas nama badan hukum adalah:
a. Perseroan Terbatas (PT),
b. Koperasi,
c. Dana Pensiun,
d. Perusahaan Jawatan (Perjan)
e. Perusahaan Umum (Perum)
f. Perusahaan Perseroan (Persero)

Semua calon nasabah baik perorangan, perkumpulan bukan badan hukum


maupun badan hukum membuka rekening giro dengan persyaratan pokok harus
menyertakan seluruh legalitas usaha yang ada tergantung kelompoknya misalnya
untuk rekening perseorangan:

1. Kartu Penduduk,
2. NPWP
3. SIUP (jika ada)
4. TDP (jika ada)
5. Ada juga bank yang meminta photo nasabah.

Untuk rekening atas nama perkumpulan atau badan bukan badan hukum:
1. Kartu penduduk, masing-masing pengurus perkumpulan yang berhak
mewakili perkumpulan.
2. Akte pendirian perkumpulan bagi perkumpulan yang didirikan dengan akte.
3. NPWP
4. SIUP (bila ada)
5. TDP (bila ada)
6. Ada juga bank yang meminta photo dari setiap pengurus.

Untuk Perusahaan yang berbadan hukum:


1. Akte pendirian, akte perubahan dan/atau surat keputusan/pengangkatan
pengurus yang bersangkutan,
2. Kartu penduduk masing-masing pengurus
3. NPWP,
4. SIUP.
5. TDP
6. Ada bank yang meminta foto masing-rnasing pengurus
7. Lain-lain yang bemubungan dengan legalitas perusahaan.

41
2. Tabungan

Adalah simpanan nasabah kepada bank, yang dapat ditarik sewaktu-waktu


dapat ditarik oleh nasabah menurut syarat tertentu yang disepakati (misalnya
dengan ATM), tetapi tidak dapat ditarik dengan menggunakan sarana Cek/Bilyet
Giro atau instrument lainnya yang dapat dipeæamakan dengan Cek/Bilyet Giro.
Bila untuk membuka rekening giro, terbatas kepada nasabah yang memenuhi
syarat kedewasaan, perusahaan berbadan hukum dan bukan badan hukum, maka
pembukaan rekening tabungan diperuntukkan bagi perseorangan dan dapat
diterima nasabah semua umur. Bunga tabungan yang diberikan kepada nasabah
lebih tinggi dari bunga rekening giro, karena frekuensi penarikan nasabah relatif
lebih jarang ketimbang rekening giro dan nasabah tidak dapat melakukan penarikan
menggunakan Cek/Bilyet Giro.
Gerakan menabung, telah lama digalakkan oleh pemerintah dikenal dengan
Tabanas, Tapelpram dan Taska, sejak tahun 1990 bank-bank mengadakan produk
tabungan secara bebas dalam artian penamaannya, pemberian suku bunga dan
hadiah-hadiah sebagai perangsang penabung. Tepatnya Bank Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Direksi Bank Indonesia no. 22/133/UPG tanggal 1
Desember 1989 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia no. 221631KEP/DlR
tanggal 1 Desember 1989 tentang penyelenggaraan tabungan.
Surat Keputusan Bank Indonesia yang diedarkan dengan surat edaran
tersebut di atas memutuskan bahwa:
Mencabut Keputusan Direksi Bl mengenai penyelenggaraan Tabanas
(Tabungan Pembangunan Nasional) dan Taska (Tabungan Asuransi Berjangka
yang diberlakukan sejak tahun 1971 dan diatur dengan beberapa Keputusan
Direktur Bl 15-07-1971 sampai dengan 15-06-1987.
Dengan bedakunya ketentuan baru mengenai tabungan tersebut maka
bermunculanlah sejak tahun 1990 bentuk-bentuk tabungan dari bank umum
pemerintah dan swasta dan juga Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Setiap bank
menentukan sendiri aturan mengenai tabungan tersebut termasuk besamya bunga
yang diberikan kepada penabung, akan tetapi tetap mengacu kepada pengertian
tabungan seperti dijelaskan di atas. Bunga tabungan ditambah bukukan kedalam
rekening tabungan penabung setiap awal bulan. Perhitungannya bunga tabungan
kebanyakan bank menghitung berdasarkan baki rata-rata tabungan penabung
dalam sebulan. Cara menghitung bunga tabungan sama dengan cara perhitungan
jasa giro hanya besar bunganya saja yang berbeda.

Beraneka nama tabungan, dari berbagai bank yang tersedia untuk menjaring
penabung, namun prinsip dasamya sama yaitu tabungan adalah merupakan
simpanan dari masyarakat yang dapat ditarik sewaktu-waktu dengan menggunakan
sarana seperti yang disepakati antara pihak bank dengan penabung, tetapi tidak
dapat dilakukan dengan Cek/Bilyet Giro. Di Sisi bank tabungan adalah merupakan
sumber dana jangka pendek, karena sifatnya dapat dilaksanakan penarikan setiap
saat oleh penabung.
Ketentuan dalam SK Dir Bl mengenai tabungan tersebut lebih lanjut
menentukan bahwa tabungan hanya boleh diselenggarakan dalam rupiah dan
ketentuan mengenai penyelenggaraannya ditetapkan masing-masing bank.

Syarat-syarat umum tabungan

42
Setiap bank yang menyelenggarakan tabungan menetapkan sendiri syarat-
syarat tabungan, sebagai acuan umum tabungan adalah:
1. Bank akan menerbitkan buku tabungan sebagai bukti bahwa nasabah
memiliki tabungan pada bank yang bersangkutan. Perkembangan
selanjutnya berkenaan dengan kemajuan teknologi bentuk buku telah
digantikan oleh sebagian bank dengan kartu yang kecil yang dapat
dimasukkan kedalam dompet.
2. Penyetoran dapat dilakukan dengan menggunakan buku dan juga
dimungkinkan tanpa menggunakan buku. Bila disetor dengan transaksi
yang terjadi langsung ter print dalam buku sedangkan penyetoran dengan
tidak menggunakan buku misalnya transfer, pemindah bukuan untuk
keuntungan rekening tabungan yang bersangkutan, perubahan transaksi
nasabah tersebut disimpan oleh bank dalam saldo yang ada pada catatan
bank (unposted items file) kemudian pada saat buku tabungan sampai ke
bank diadakan penyesuaian saldo dengan mencetak unposted items pada
buku. Bank tertentu memperjanjikan kepada penabung bilamana melewati
tanggal tertentu baru buku diserahkan ke teller bank maka pencetakan
saldo dari administrasi bank ke dalam buku tidak dapat dicetak terperinci
yang nampak hanya saldo akhir.
3. Pengambilan dapat dilakukan dengan menggunakan buku mempergu-
nakan slip pengambilan yang disediakan di counter bank atau dengan
menggunakan kartu ATM (tergantung bank pelaksana) jika dengan kartu
ATM maka penyesuaian saldo dalam buku tabungan berlaku seperti
ketentuan no. 2 di atas.
4. Jika terdapat perbedaan saldo antara buku dengan saldo yang ada di
bank setiap bank penyelenggara memperjanjikan kepada penabung
bahwa saldo yang diakui adalah seperti yang tercatat pada bank.

5. Segala akibat penyalah gunaan buku ataupun kartu ATM atas nama
penabung menjadi tanggung jawab sepenuhnya penabung. Hal ini diatur
dalam syarat-syarat tabungan dan ditegaskan oleh petugas bank ketika
penabung akan membuka tabungannya.
6. Apabila buku tabungan atau kartu ATM hilang penabung harus segera
melapor kepada bank dan dalam kesempatan pertama melaporkan
kepada polisi dan laporannya dibawa kepada bank untuk dilakukan
proses penggantian buku tabungan maupun ATM.
7. Setiap bank menetapkan setoran minimum bagi penabung dan saldo
tabungan yang harus tersisa jika dilakukan pengambilan. Bank-bank
tertentu menetapkan berdasarkan besarnya jumlah kelompok penabung
misalnya kelompok emas, perak dengan perbedaan fasilitas.
8. Bank-bank penyelenggara tabungan tidak sama dalam menentukan
tingkat suku bunga, akan tetapi pada umumnya tingkat suku bunga
tabungan setinggi-tingginya adalah sama dengan tingkat suku bunga
deposito tertinggi pada bank yang bersangkutan.
9. Cara penghitungan bungapun juga bebas menentukan apakah berdasar-
kan saldo terendah dalam satu bulan takwim atau saldo terendah rata-
rata harian. Saldo terendah satu bulan takwim dalam rangka persaingan
antarbank yang marak pada saat ini sudah tidak populer dilaksanakan.

43
10. Bunga tabungan dibukukan pada rekening tabungan pada awal bulan
berikutnya, atas besarnya bunga tabungan dikenakan pajak 20% yang
ditampakkan dalam rekening tabungan. Pembenanan biaya serta pajak
dalam tabungan dibukukan dengan angka tanpa dibelakang koma.
11. Untuk menjadi penabung harus mengisi formulir yang disediakan oleh
bank dengan melampirkan KTP atau identitas diri serta pasfoto
(tergantung banknya)
12. Ada juga bank penyelenggara yang mempejanjikan kepada penabungnya jika
tidak aktif dalam jangka waktu tertentu dan mempunyai saldo minimum akan
dilakukan penutupan sepihak oleh bank sebagai penabung tidak aktif.
13. Bilamana penabung meninggal dunia tidak serta merta ahli waris meng-
gantikan kedudukannya tetapi saldo tabungannya dapat diberikan kepada
ahli warisnya setelah mendapatkan fatwa waris yang sah.

3. Deposito Berjangka

Simpanan nasabah kepada bank dalam kelipatan tertentu yang hanya dapat
ditarik pada jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan antara bank dengah
nasabah ketika penempatan deposito. Kelipatan ialah ketentuan bank jumlah
minimum misalnya kelipatan Rp100 ribu untuk rupiah, kelipatan USD 100 untuk
mata uang asing (dollar Amerika). Dalam hal ketentuan seperti contoh tersebut
berarti nasabah dapat menempatkan deposito mulai dari jumlah Rp100 ribu (dalam
rupiah) atau dalam valuta asing dengan kelipatan USD 100.-
Menurut undang-undang, pengertian Deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian
nasabah penyimpan dengan bank (pasal 1 ayat 7 UU 10/98).
Simpanan dalam bentuk deposito dikelompokkan oleh bank sebagai dana
yang relatif lebih panjang dari pada simpanan dalam bentuk tabungan dan rekening
giro, karena penyimpan deposito pada dasarnya hanya akan mencairkan
simpanannya setelah sampai pada jangka waktu tertentu yang diperjanjikan ketika
menempatkan deposito. Jangka waktu penempatan deposito pada umumnya bank-
bank menetapkan mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 24 bulan.
Tingkat suku bunga biasanya semakin singkat waktu penempatannya semakin
rendah. Akan tetapi di Indonesia ketika krisis moneter terjadi, pernah logika tingkat
suku bunga ini terbalik, yaitu tingkat suku bunga untuk penempatan jangka waktu
yano panjang justru lebih rendah.
Dalam penempatan deposito kini seseorang nasabah diminta untuk mengisi
formulir menerangkan dari mana sumber dananya, di samping diminta untuk
menunjukkan identitas yang kemudian poto kopinya diarsipkan bank. Pada waktu
penyimpanan deposito nasabah diminta untuk menyepakati berapa lama jangka
waktu simpanan depositonya akan ditempatkan pada bank. Sedangkan bank
berkewajiban memberikan infonasi yang jelas dalam bilyet deposito berapa bunga
yang disepakati untuk penempatan jangka waktu sesuai pen-nintaan penyimpan dan
apakah penyimpan minta untuk diperpanjangnya deposito secara otomatis pada saat
jatuh tempo nanti. Perpanjangan secara otomatis ini disebut dengan automatic roll over,
maksudnya pada tanggal jatuh tempo nanti tanpa kehadiran penyimpan
deposito bank akan memperpanjangnya secara otomatis dengan kelipatan waktu
yang sama dengan deposito semula. Penyimpan deposito dalam istilah perbankan
disebut deposan.

44
Transfer

Transfer adalah pengiriman uang dari suatu cabang suatu bank ke cabang
lain bank tersebut atau ke bank lain atas amanat nasabah suatu bank baik nasabah
yang mempunyai rekening maupun nasabah tidak tetap (working customers),
ditujukan untuk diri pengamanat atau orang Iain dalam negeri maupun luar negeri.
Transfer merupakan salah satu pelayanan jasa dalam bidang lalu lintas
pembayaran.
Transfer dari sudut dana, dipandang sebagai salah satu sumber dana dari
masyarakat yang dapat dihimpun oleh bank. Transfer dipandang sebagai sumber
dana, karena sebagian besar dana transfer terutama yang tidak langsung masuk ke
dalam rekening, akan timbul jeda antara disetornya dana ke bank hingga dana
tersebut keluar dari bank dalam artian diambil oleh si alamat.
Dana transfer yang belum diambil oleh si alamat (yang tidak langsung masuk
ke rekening) tersebut dibukukan oleh bank dalam suatu rekening yaitu rekening
"Transfer yang akan di bayafl. Rekening transfer yang akan dibayar ini mengendap
di bank sejak mulai tiba dari bank pengirim sampai diterima oleh si alamat,
pengendapan tersebut tidak harus mengeluarkan biaya bunga. Jadi transfer untuk
si alamat yang tidak mempunyai rekening merupakan dana murah bagi bank.
Sementara itu transfer teruntuk kepada pemegang rekening, menjadi sumber
dana bagi bank karena tertampung di rekening yang bersangkutan misalnya dalam
tabungan atau dalam rekening giro. Seperti telah kita bahas, bahwa giro, tabungan
merupakan sumber dana bank yang dihimpun bank dari masyarakat.
Dalam administrasi bank, transfer dikelompokkan menjadi transfer keluar
(outward transfer) dan transfer masuk (inward transfer).
Transfer masuk adalah bila suatu bank menerima transfer untuk keuntungan
nasabahnya atau untuk keuntungan si alamat transfer melalui banknya.
Sedangkan transfer keluar adalah bila bank melaksanakan amanat untuk

mengirimkan transfer keluar, sesuai amanat nasabah. Kedua transfer itu dapat
berasal dari dan ke dalam negeri maupun dari dan ke luar negeri.
Transfer yang dilakukan di dalam kota sewilayah kliring dengan bank lain
biasanya dilakukan oleh bank dengan Lalu Lintas Giro (LLG).
Dari penjelasan di atas maka transfer melalui bank dapat dibagi menjadi:
1. transfer keluar dalam negeri,
2. transfer masuk dalam negeri,
3. transfer keluar luar negeri dan,
4. transfer masuk luar negeri.
Dalam transfer yang terlibat ada beberapa pihak yaitu:
1. pihak pengamanat
2. pihak si alamat (atau penerima)
3. pihak bank pengirim dan
4. pihak bank penerima.

Setelah munculnya teknologi ATM, perkembangan transfer dalam jumlah


terbatas dapat dilakukan sendiri oleh pemegang rekening di dalam bilik anjungan
tunai mandiri. Pemegang rekening memasukkan kartu ke mesin ATM, setelah
menekan tombol PIN, keluar pesan-pesan pilihan, selanjutnya pilih transaksi
transfer kemudian ketik berapa jumlah yang akan ditransfer, setelah menekan

45
tombol membenarkan transaksi tersebut pada mesin ATM, dalam waktu yang sama
jumlah uang sudah berpindah ke rekening penerima. Untuk jumlah yang melampaui
batas transaksi ATM transfer tetap mempergunakan prosedur seperti dijelaskan di
bawah ini. Untuk jumlah yang yang cukup besar misalnya Rp100 juta ke atas
belakang ini disediakan sistem transfer yang cepat dikenal dengan RTGS (Real
Time Grouth system).

BAB 6

BIAYA DANA BANK

Dana yang telah dihimpun melalui berbagai instrument yang telah dibicarakan pada
bab V, pada umumnya dana dikerahkan dengan memberikan bunga. Bunga yang
dikeluarkan oleh bank itu merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dana
yang bersangkutan.
Di samping dana yang diperoleh dengan biaya, ada juga dana yang diperoleh tanpa
bunga, dengan demikian tidak berbiaya, walaupun pada dasamya bila dihitung secara
cermat tidak ada dana yang gratis, karena walau tidak membayar bunga tetapi untuk
mendapatkan dana yang tidak berbunga tersebut perlu biaya-biaya formulir, tenaga kerja,
listrik dan sumber daya lainnya. Dalam buku ini akan dibahas biaya-biaya diluar bunga
tersebut secara tersendiri di Bab Xl, jadi dana yang diperoleh tanpa membayar bunga
dianggap tidak berbiaya.

A. KOMPONEN BIAYA DANA

Faktor-faktor yang berperan dalam perhitungan biaya atas dana yang dihimpun
bank:

46
1. Bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana
2. Lokasi dari dana tersebut diperoleh
3. Cadangan wajib yang ditentukan Bank Indonesia.
4. Komposisi jenis dana
5. Jangka waktu pengendapan dana
6. Volume dana
7. Biaya operasional untuk menghimpun dana
8. Bagian dana yang tidak dapat dijadikan aktiva produktif.

1. Bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana

Faktor bunga sangat dominan menentukan biaya/harga dana yang diperoleh


dari masyarakat, oleh karena itu sering menjadi ukuran besamya tingkat bunga
dalam transaksi bisnis umum yang berlaku di pasar dikaitkan dengan tingkat bunga
yang berlaku di bank. Dapat dimengerti bahwa tingkat bunga bank sangat
mempengaruhi sektor perdagangan dan perekonomian secara menyeluruh.
Pengusaha dan pedagang dalam transaksi yang pembayarannya dilåkukan
kemudian, telah memperhitungkan nilai yang harus dibayar kemudian itu lebih
besar dari nilai jika dibayar dengan cash, jumlah nilai yang dilebihkan dari
pembayaran cash itu memperhitungkannya dengan bunga bank yang berlaku
dihubungkan dengan jangka waktu pembayaran kemudian tersebut dan disepakati
kedua belah pihak. Tingkat suku bunga selalu berfluktuasi berpengaruh langsung
tinggi rendahnya biaya dana bank. Cost of borrowing ini morupakan variable cost
terbesar dalam struktur biaya dana bank.

2. Lokasi sumber dana tersebut diperoleh

Lokasi untuk mendapatkan dana menentukan biaya dana, tingkat kesulitan


menemukan lokasi sumber dana akan mempengaruhi harga dana yang
bersangkutan. Tingkat kesulitan mendapatkan lokasi dalam artian letaknya yang
sulit didatangi dan juga dalam pengertian untuk mendapatkan dana tersebut harus
dikeluarkan biaya ekstra lainnya kepada pemilik dana. Biaya menemukan sumber
dana dan biaya ekstra tersebut akan diperhitungkan sebagai unsur yang
menambah besarnya biaya dana.
Penulis pernah bertugas di suatu cabang bank diluar jawa, mendapatkan
dana dari lokasi yang jauh dari kantor. Pergi ke lokasi tersebut menempuh jalan
yang cukup sulit, biaya transportasi tinggi. Dana tersebut harus diambil karena
pertimbangan cross selling dengan kegiatan lainnya dari nasabah. Dana berupa
tabungan dari karyawan sebuah pabrik pengolahan kayu yang jauh dari kota.
Tindakan ini memenuhi kesepakatan management bank dengam management
pabrik, agar seluruh bisnis pabrik disalurkan melalui bank tempat penulis bertugas.
Bila dihitung tidak sepadan antara perolehan dana dengan biaya yang dikeluarkan,
namun demikian kebijakan yang harus diambil untuk menjaga bisnis lainnya yang
mendatangkan keuntungan lebih besar.

3. Cadangan wajib yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

47
Biaya dana adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh bank untuk dana yang
dihimpunnya sebelum dikurangi likuiditas wajib minimum (legal resewe require-
ment). Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa legal reserve requirement dihimpun
juga memerlukan biaya, sedangkan dana yang dihimpun yang menjadi likuiditas
wajib minimum teæebut sepenuhnya harus disimpan di Bank Indonesia. Jadi biaya
dana adalah biaya seluruh dana yang diperoleh termasuk dana yang disimpan
sebagai legal reserve requirement. Pengaruh reserve requirement terhadap biaya
dana akan sangat terasa apabila dalam suatu kondisi bank harus menarik dana dari
sumber dana yang mana saja, dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditas wajib
minimum tersebut. Likuiditas minimum adalah jumlah tertentu yang ditetapkan Bank
Indonesia untuk setiap bank yang senantiasa harus ada pada rekening giro bank
yang bersangkutan yang ditata usahakan pada Bank Indonesia.

4. Komposisi dana

Perlunya setiap bank melakukan penghitungan biaya dana yang diperolehnya


antara lain untuk:
1. Mengetahui komposisi dana yang mahal dan dana yang murah.
Biaya dana yang ditetapkan untuk setiap produk penghimpunan dana
adalah tidak sama. Deposit on call, misalnya lebih mahal dari deposito biäsa.
Giro lebih murah dari tabungan. Tabungan lebih murah dari deposito. Secara
keseluruhan harga dana akan jatuh lebih murah jika komposisi dana yang
murah dalam volume yang besar. Sebaliknya dana secara keseluruhan akan
menjadi mahal bila volume dana mahal yang lebih banyak dalam komposisi
dana yang ada.

2. Menentukann ponyaluran dana,


Sektor-soktor kredit yang dibiayai dalam bisnis perbankan juga berbeda-
beda. Ada sektor tertentu suku bunga lebih rendah atau lebih tinggi dari sektor
lainnya. Misalnya bank membiayai sektor tertentu atas dasar "govemment
approach". Bunganya sama atau di bawah bunga deposito terendah. Dalam hal
ini bank harus menyiasatinya dengan menyalurkan kredit dari sumber dana yang
murah. Ada beberapa dana yang diperoleh bank tanpa bunga, misalnya
pengendapan transfer, setoran jaminan impor atau bank garansi. Sehubungan
dengan itu maka berpengaruh tetladap komposisi dana yang telah dibicarakan di
atas, oleh karena itu policy menentukan penyaluran dana adalah juga mempakan
faktor menentukan biaya dana.

3. Tingkat keuntungan yang dikehendaki.


Setiap periode, management bank membuat perencanaan keuntungan
yang akan diperoleh, dalam kaitan teæebut ditentukan kebijakan yang akan
diambil dalam pengerahan dana. Ditentukan policy pengerahan dana dari
sumber dana yang mana yang lebih diutamakan diikuti dengan langkah
konkrit yang harus dijabarkan oleh operasional pengerahan dana. Sumber
sumber ini dikomposisikan sedemikian rupa dalam rangka menyesuaikan
dengan target keuntungan yang dikehendaki.

5. Jangka waktu pengendapan dana

48
Masing-masing produk dana bank mempunyai waktu pengendapan dana
yang berbeda. Untuk waktu pengendapan yang lebih lama, kepada pihak
penyimpanan dana diberikan bunga/jasa atau bagi hasil (bank syariah) yang lebih
tinggi dari produk dana yang mengendap di bank lebih singkat. Alasannya sudah
jelas yaitu bahwa bila pengendapan diprediksi lama, maka bank akan lebih leluasa
untuk mempergunakan dana tersebut guna disalurkan buat pembiayaan atau
pemberian kredit.

6. Volume dana

Volume atau besarnya jumlah dana yang terhimpun akan mempengaruhi


biaya dana, sebab biaya rata-rata untuk menghimpun dana tersebut akan semakin
kecil bila dana yang terhimpun semakin besar. Fixed cost atas dana semakin keGl
bila dana yang dihimpun semakin besar.

7. Biaya operasional untuk menghimpun dana

Biaya untuk menghimpun dana terdiri atas fixed cost dan variable cost
dibebankan kepada biaya penghimpunan.

8. Bagian dana yang tidak dapat dijadikan aktiva produktif

Bagian tidak dapat dipinjamkan oleh bank mempengaruhi biaya dana. Dana
tersebut harus disimpan di bank, sementara untuk memperolehnya diöerlukan
biaya. Dengan demikian besarnya biaya dana yang dapat dipinjamkan harus
diperhitungkan lebih besar karena dana yang dapat dipinjamkan menanggung
biaya dana yang tidak dapat dipinjamkan. Dana yang tidak dapat dipinjamkan
dikenal dengan un loanable funds adalah:
1. Legal reserve requirement
Dana yang oleh ketentuan bank Indonesia harus di sisihkan dalam
prosentase tertentu dari jumlah dana dihimpun dari masyarakat, harus
disimpan di Bank Indonesia
2. Working capital reserve requirement
Dana untuk operasional kegiatan bank, dana inipun tidak menghasilkan
bunga sementara menghimpunnya perlu biaya. Sehubungan dengan itu biaya
dana ini juga harus diperhitungkan menjadi biaya dana.
3. Seasonal reserve requirement
Setiap unit usaha kadang mendadak mengeluarkan biaya yang semula
tidak diduga, demikian pula bank, oleh karena itu dalam penyusunan anggaran
disiapkan sejumlah "anggaran tak terduga". Jumlah ini juga tidak dapat
dipinjamkan sehingga biayanya hams ditambahkan sebagai beban dana yang
sesungguhnya dapat dipinjamkan.
4. Safety factor masing-masing dana (idle funds)
Rekening gio setiap hari ratærata diperhitungkan bank berapa jumlah
dananya ditarik nasabah, demikian juga rekening tabungan karena kedua
rekening ini dapat di cairkan setiap waktu. Simpanan deposito dan simpanan
berjangka lainnya bank harus sudah menyiapkan jumlah tertentu bagi yang sudah
jatuh tempo. Perhitungan/persiapan dana ini merupakan idle funds atau safety
factor, dananya tidak dapat dipinjamkan sementara bank menanggung biaya atas

49
dana itu, karenanya dibebankan dalam dana yang dapat dipinjamkan.

B. METODE MENGHITUNG BIAYA DANA

Adapun metode untuk menghitung biaya dana dikenal secara umum ada empat
metode yaitu:

1. Historical Average cost of funds method


2. Weighted average cost of funds method
3. Marginal cost of funds method
4. Mixed fund/Blended fund

1. Historical Average cost of fund method


Metode ini dilaksanakan dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dike-
luarkan untuk menghimpun dana dalam artian bunga yang dikeluarkan untuk meng-
himpun dana, dibagi dengan total dana yang terkumpul. Telah diterangkan di atas
bahwa ada dana yang diperoleh dengan berbunga dan ada yang dapat tanpa
bunga.
Metode ini tentu saja akan akurat manakala tingkat suku bunga relatif stabil.
Metode ini mengkaji dana masa lampau, oleh karena itu maka metode ini akan
cocok untuk evaluasi biaya dana pada periode masa lalu. Apabila dalam suatu
kurun waktu perhitungan biaya dana bank tidak terdapat kenaikan suku bunga
dana.

pentingnya peranan biaya dana bagi bank


Karena biaya dana yang besar bank menyalurkan kredit dengan bunga yang
tinggi. Bank yang menetapkan bunga pinjaman yang tinggi tidak leluasa
meningkatkan volume kredit, sebab kalah bersaing dengan bank lain. Kecilnya
volume kredit peluang memperoleh pendapatan bank menjadi kecil, karena kredit
merupakan sumber pendapatan utama. Pendapatan yang kecil menghambat
perkembangan bank.

50
BAB 7

PENYALURAN KREDIT

Penyaluran dana yang telah diperoleh dari berbagai sumber yang dipelajari
pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini akan dijelaskan mengenai penyaluran dana
tersebut untuk mendapatkan keuntungan dalam wujud kredit. Kredit adalah
merupakan aktivitas bank dari Sisi aktiva yaitu pinjaman yang diberikan untuk
mendapatkan penghasilan.

Telah banyak buku berjudul "Bank" yang menyinggung tentang pengertian kre-
dit, tetapi yang dikupas dalam buku ini adalah pengertian kredit seperti yang dimak-
sud oleh ketentuan UU No. 10/1998 pasal 1 ayat 11 dan 12 yang sebagai berikut:

Pasal 1 ayat 11

"Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan


dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga".

Pasal 1 ayat 12

51
"Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuari atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
Imbalan atau bagi hasil".
Dari kedua ayat pasal 1 UU No. 10/1998 tersebut di atas dapat diketahui bahwa
ayat 11 adalah pengertian kredit menurut artian bank konvensional sedangkan ayat
12 pengertian pembiayaan dalam bank Syariah. Kedua istilah itu berbeda, namun
keduanya sama-sama menyediakan uang atau tagihan.

Meskipun kedua bentuk penyediaan uang/tagihan antara bank Konvensional


dan Syariah terdapat perbedaan, tetapi keduanya terdapat persamaan yang penting
yaitu mengenai perikatan. Perikatan dalam bentuk perjanjian, pada bank kon-
vensional disebut perjanjian kredit, sedang dalam bank Syariah disebut perjanjian
pembiayaan dengan berbagai pola yaitu menurut Zainul Arifin (99:115,117) pola jual
beli, pola bagi hasil.

A. PERJANJIAN KREDIT

Adalah persetujuan pinjam meminjam secara tertulis antara bank (sebagai kre-
ditur) di mana pihak lain (sebagai debitur/nasabah) di mana pihak bank menyatakan
kesanggupannya menyediakan sejumlah uang yang dapat ditarik oleh nasabah
dengan syarat-syarat yang yang ditentukan oleh bank dan disetujui oleh nasabah.

Bahwa suatu perjanjian kredit dapat dibuat oleh bank dan debitur yang
mempunyai kekuatan mengikat bagi masing-masing pihak, karena dalam membuat
suatu perjanjian, undang-undang mengenal adanya "sistem terbuka". Sistem terbuka
berarti memberikan kebebasan yang luas kepada masing-masing pihak untuk
membuat perjanjian dalam bentuk apa saja asal tidak bertentangan dengan undang-
undang, asal tidak bertentangan dengan ketertiban umum, asal tidak mengganggu
norma-norma kesusilaan dan sepanjang perjanjian tersebut dibuat secara sah, maka
perjanjian yang disepakati masing-masing pihak berlaku sebagai undang-undang
bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam hal perjanjian kredit para
pihaknya adalah debitur (peminjam) dan kreditur (bank).

Syarat sahnya suatu perjanjian apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut:


1. Sepakat antara para pihak yang mengadakan perjanjian
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
3. Adanya objek yang diperjanjikan
4. Sebab yang halal.

1. Sepakat
Para pihak yang mengadakan perjanjian mempunyai suatu kehendak
yang bebas yaitu terhadap pihak-pihak tersebut tidak ada suatu paksaan,
penipuan, atau kekhilafan dalam mengadakan perjanjian.

2. Cakap

52
Untuk membuat suatu perjanjian seperti para pihak yang mengadakan
perjanjian (baik perorangan maupun badan usaha) mempunyai kewenangan/
berhak untuk melakukan suatu tindakan hukum seperti yang diatur dalam
peraturan perundang—undangan yang berlaku (mengenai siapa-siapa yang
berwenang untuk melakukan tindakan hukum ini lihat ketentuan yang berlaku
mengenai subjek hukum).

3. Ada suatu objek yang diperjanjikan

Bahwa perjanjian yang dibuat tersebut harus secara jelas memperjanjikan


suatu hal tersebut.
Misal: Dalam suatu perjanjian kredit maka yang menjadi objek perjanjian
adalah sejumlah uang.

4. Sebab yang halal

Bahwa hal-hal yang diperjanjikan tersebut tidak dilarang oleh peraturan-


peraturan yang ada
Misal: Bila seseorang mengadakan perjanjian dengan pihak lain untuk mem-
bunuh orang lain maka perjanjian ini tidak dapat dibenarkan karena
bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum dan
kesusilaan.

Syarat-syarat tersebut butir 1 dan 2 disebut sebagai syarat subjektif karena


menyangkut mengenai para pihak yang mengadakan perjanjian. Dalam hal ini salah
satu syarat ini tidak dipenuhi maka terhadap perjanjian yang telah dibuat dapat
dimintakan pembatalan oleh pihak yang merasa dirugikan.
Sedangkan syarat-syarat tersebut butir 3 dan 4 disebut sebagai syarat objektif
karena menyangkut mengenai objek yang diperjanjikan.
Dalam hal ini salah satu syarat ini tidak dipenuhi maka terhadap perjanjian
yang dibuat dinyatakan batal secara hukum.

Azas kebebasan dalam mengadakan perjanjian


Di dalam pasal 1338 KUH Perdata disebutkan bahwa segala perjanjian yang
dibuat secara sah (telah memenuhi ke 4 syarat dalam pembuatannya)berlaku dan
mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Sehingga
dengan demikian sepanjang tidak bertentangan dengan ke 4 syarat tersebut akan
mengikat secara sah bagi para pembuatnya dan tidak dapat dibatalkan secara
sepihak kecuali dengan persetujuan para pihak.

B. HAPUSNYA PERIKATAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Pasal 1381)menyebutkan bahwa


hapusnya suatu perikatan (kredit) dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan
3. Pembaharuan utang (novasi)
4. Perjumpaan utang (kompensasi)
5. Pencampuran utang
6. Pembebasan utang

53
7. Musnahnya barang yang terutang
8. Batal/pembatalan
9. Berlakunya syarat batal
10. Daluwarsa.

1. Pembayaran
Pembayaran disini harus diartikan secara luas yaitu pelaksanaan atau
pemenuhan setiap perjanjian secara sukarela tanpa adanya paksaan atau
eksekusi. Apabila pembayaran atau pemenuhan perjanjian tersebut dilakukan
oleh pihak ketiga (pihak ketiga menggantikan kedudukan kreditur semula)
maka hal ini disebut sebagai subrogasi.
Di dalam pasal 1400 KUH Perdata disebutkan bahwa subrogasi harus
dibuat secara tegas dalam suatu perjanjian.

2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan


Hal ini dilakukan apabila kreditur menolak pembayaran yang dilakukan
oleh debitur. Dalam hal ini debitur dapat membayar utangnya kepada kreditur
dengan jalan menawarkan pembayaran yang diikuti dengan penitipan.
Contoh: Dalam hal ini jual beli suatu barang, apabila penjual menolak untuk
menerima pembayaran yang dilakukan oleh debitur maka debitur dapat
menawarkan pembayaran sekaligus menitipkan uang pembayaran tersebut
melalui pengadilan. Dengan dilakukannya hal ini maka perikatan yang ada
menjadi hapus.
Umumnya hapusnya perikatan dengan cara ini terjadi dalam suatu
perjanjian jual beli barang dan jarang sekali terjadi dalam keyatan kredit
perbankan.

3. Pembaruan Utang/Novasi
Yang dimaksud dengan pembaruan utang/novasi adalah suatu perse-
tujuan antara kreditur dengan debitur yang mengakibatkan perikatan lama
menjadi hapus dan pada saat yang bersamaan timbul suatu perikatan baru.
Di dalam pasal 1414 KUH Perdata disebutkan ada 3 cara untuk
melaksanakan suatu pembaruan utang yaitu:
a. Novasi objektif
Yaitu seorang yang berutang mengadakan suatu perikatan baru
yang menghapuskan perikatan lama. Dalam hal ini yang diubah adalah
objek dari perikatannya.
Misal:
- Suatu perjanjian kredit investasi diubah menjadi kredit modal kerja
- Perpanjangan kredit
b. Novasi subjektif pasif
Dalam novasi ini diadakan perubahan/penggantian debitur (eks- promisi)
c. Novasi subjektif aktif.
Dalam novasi ini diadakan penggantian dari kreditur di mana
kreditur baru menggantikan kedudukan kreditur lama,
Dalam penyelesaian utang dengan cara novasi yang harus
diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut:

1. Novasi berakibat hapusnya utang/kredit sehingga secara langsung


akan menghapuskan perikatan jaminan (accessoir).

54
2. Bila jaminan kredit tetap dipertahankan harus diikat ulang atau
disebut secara tegas dalam akte novasi jaminan tersebut tetap
dijadikan jaminan.
3. Untuk jaminan-jaminan milik pihak ke 3, sebaiknya diikat ulang

4. Perjumpaan Utang/kompensasi
Hapusnya perikatan karena perjumpaan utang dimungkinkan apabila
masing-masing pihak yang mengadakan perikatan mempunyai kedudukan
sama-sama sebagai kreditur atau debitur bagi pihak yang lainnya.

5. Percampuran Utang
Suatu percampuran utang terjadi apabila debitur kawin dengan debitur
sehingga terjadi percampuran kekayaan atau jika debitur menggantikan kedu-
dukan kreditur karena menjadi warisnya, kreditur merger dengan debitur.

6. Pembebasan Utang
Suatu pembebasan utang terjadi apabila kreditur secara tegas
melepaskan haknya untuk menagih piutangnya dari debitur atau melepaskan
haknya untuk menuntut pemenuhan perjanjian oleh debitur.
Pembebasan utang ini harus dilakukan dengan persetujuan antara
kreditur dengan debitur.

7. Musnahnya barang yang terutang


Perikatan hapus apabila barang yang menjadi objek perjanjian musnah,
tak dapat diperdagangkan atau hilang.

8. Batal/pembatalan perjanjian
Suatu perjanjian dibuat yang tidak memenuhi salah satu syarat untuk
sahnya perjanjian (lihat ketentuan mengenai syarat sahnya suatu perjanjian)
adalah batal atau dapat dimintakan pembatalannya, yang mana dengan itu
perjanjian dapat menjadi hapus.

9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan


Suatu perikatan menjadi hapus apabila suatu syarat pembatalan yang
diatur di dalam perjanjian telah terjadi.

10. Daluwarsa
Dengan lewatnya suatu jangka waktu dapat mengakibatkan hapusnya hak
tagihan kreditur kepada debitur.

Dari uraian tersebut di atas jelas bahwa hubungan hukum (perikatan) tidak
selalu bersumber/berasal dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
Dalam hubungan ini maka adanya "Syarat-Syarat Umum bagi Pemegang
Rekening suatu bank perlu dipahami dan mendapatkan perhatian, karena syarat-
syarat tersebut merupakan dasar/induk dari seluruh perikatan antara bank tersebut
dengan para debitur.

C. PENTINGNYA PERJANJIAN KREDIT

55
Dalam suatu perjanjian kredit, di samping harus memenuhi syarat-syarat
pembuatannya sebagaimana dimaksud dalam pengertian perikatan/perjanjian, perlu
diperhatikan hal-hal penting yang tidak boleh tidak atau harus tercantum dalam
perjanjian kredit, agar terjamin adanya kepastian hukum, yaitu:

1. Pencantuman besarnya jumlah kredit yang diberikan oleh bank. Dalam


perjanjian kredit besarnya jumlah kredit ini ditulis secara jelas dengan angka
dan dengan huruf dan banyak bank untuk lebih menguatkan tentang besarnya
jumlah kredit ini, ketika penanda tanganan kredit minta agar debitur menulis
sendiri pada lembar perjanjian kredit atau lembar lampiran perjanjian kredit,
kata-kata besarnya jumlah kredit dengan angka dan dengan huruf misalnya
Rp100.000.000, 00 (baik untukjum/ah seratusjuta rupiah).
2. Besarnya bunga, provisi/commitment fee, denda dan biaya-biaya lain harus
disebut dengan jelas. Hal ini dituliskan secara rinci dengan angka dan dengan
huruf, serta kapan harus dilaksanakan pembayarannya.
3. Jangka waktu pemberian kredit. Dalam perjanjian kredit disebutkan dengan
jelas dengan kata-kata terhitung sejak tanggal .
, sampai dengan tanggal
..misalnya untuk kredit 12 bulan (terhitung tanggal 10 Januari thn
xxxx sampai dengan 9 Januari tahun berikutnya), apabila tanggal 9 jatuh pada
hari Iibur disebutkan tanggal hari kerja berikutnya untuk itu bank dalam
membuat perjanjian ini melihat kalender.
4.Tempat pembayaran kembali utang, yaitu tempat di kantor bank di mana
dibuatnya perjanjian kredit tersebut.
5. Hal-hal yang menyebabkan kredit yang diterima debitur harus dibayar
sekaligus walaupun jangka waktu kredit belum berakhir, misalnya debitur
wanprestasi atas salah satu syarat kredit.
6.Agunan, sebagai sesuatu yang dapat memberikan keyakinan kepada bank
memutuskan pemberian kredit. Hal ini diatur oleh UU 10/1998 pasal 8 ayat 1,
bahkan disebutkan bahwa bank harus melakukan analisis yang mendalam atas
itikad dan kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya.
Dengan demikian maka sebelum kredit diberikan kepada nasabah bank harus
terlebih dahulu melakukan penelitian yang seksama dan mendalam mengenai
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur, oleh karena
itu maka perlu adanya:
o Jaminan pemberian kredit yang meyakinkan bank atas kesanggupandan
kemampuan calon debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan.
o Jaminan kredit disebut sebagai agunan yang dikenal umum sebagai
jaminan kebendaan, berupa barang bergerak atau barang tak bergerak,
untuk menyakinkan bank bahwa apabila debitur tidak sanggup
mengembalikan utangnya, barang-barang tersebut dapat dicairkan
menjadi uang untuk molunasi utang debitur. Lebih jauh agunan dapat
juga diberikan oloh orang perseorangan yang memberikan jaminan
kepada bank bahwa apabila debitur tidak sanggup mengembalikan
utangnya maka pihak penjamin yang akan melunasi.

Dari pengertian di atas maka agunan kredit dapat berupa:

56
1. Agunan perorangan
Adalah suatu perjanjian penanggungan utang di mana pihak ketiga
mengikatkan diri untuk memenuhi kewajiban debitur dalam hal debitur tidak
dapat memenuhi kewajibannya.
Perjanjian penangguhan utang ini harus secara tegas dinyatakan dalam
suatu perjanjian
Hal yang penting dalam bentuk agunan pribadi adalah:
a. Legalitas pemberi jaminan
Teliti kewenangan dan kecakapan pemberi jaminan
Dalam hal pemberi jaminan adalah pribadi maka harus diperhatikan
orang tersebut apakah cakap berbuat hukum, apakah sudah mencapai
usia dewasa menurut hukum. Bila pribadi tersebut sudah menikah maka
menjadi penting pemberian jaminan pribadi tersebut, harus diketahui oleh
isteri pemberi jaminan (jika antara suami isteri pribadi tersebut tidak
terdapat perjanjian pemisahan harta).
Jika pemberi jaminan adalah badan hukum maka harus diyakini
yang bertindak mewakili badan hukum tersebut adalah pengurus yang
berwenang yang sah menurut anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.
b. Kemampuan material pemberi jaminan.
Pribadi yang memberikan jaminan ini harus diteliti dengan seksama
apakah sanggup untuk membayarkan utang debitur yang dijaminnya.
Analisa bukan hanya pada saat pemberian jaminan saja tapi meliputi
masa yang akan datana, pada saat debitur harus melunasi utangnya,
oleh karena itu maka untuk amannya, jaminan kebendaan pemberi
jaminan dijadikan sebagai agunan.

c.Pemberi jaminan harus melepaskan hak istimewanya


Sesuai pasal 1831 KUH Perdata, pemberi jaminan diberi hak
istimewa di' mana sebelum ia diminta untuk melunasi utang debitur, ia
berhak untuk meminta barang-barang milik debitur dilelang terlebih
dahulu. Oleh karena itu untuk mempercepat proses penyelesaian gutang
debitur, bank perlu selalu untuk meminta sipemberi jaminan melepaskan
hak istimewanya tersebut.
d. Kreditur harus mengetahui berapa kali penjamin telah memberikan
jaminan pribadi.
Hal ini diperlukan karena akan menyangkut rasio harta penjamin
dengan utang debitur yang dijaminkannya. Semakin sering seseorang
menerbitkan jaminan pribadi maka akan semakin kecil rasio hartanya
dengan utang-utang yang dijamin sehingga bila para kreditur akan
mencairkan jaminan-jaminan pribadi yang dimilikinya kemungkinan harta
penjamin sudah tidak memadai lagi.
e. Penjaminan sebaiknya dibuat dengan akta notaris.
Walaupun tidak ada ketentuan yang mengharuskan suatu
penjaminan pribadi dibuat secara notariil, namun untuk kepentingan
pembuktian seyogyanya akta penjaminan tersebut dibuat dengan akta
notariil bila penjamin tidak keberatan.

Dalam praktik perbankan saat ini pengertian agunan pribadi diperluas


yaitu dengan dimungkinkannya suatu badan usaha/perusahaan menjadi

57
penjamin bagi debitur (corporate guarantee).
Agunan dalam bentuk corporate guarantee ini pada hakekatnya mem-
punyai arti seluruh asset badan usaha/perusahaan tersebut menjadi agunan
atas corporate guarantee tersebut. Ketentuan pasal 88 masih mengundang
polemik, namun untuk amannya bank sebaiknya diikuti penafsiran yang
konservatif sehingga dalam menerima corporate guarantee harus memenuhi
ketentuan pasal 88 Undang-undang Perseroan Terbatas yaitu harus ada
persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham badan usaha/perusahaan
yang menjadi penjamin tersebut. Apabila dalam penjaminan ini penjamin
menyetujui untuk menetapkan barang/harta tertentu yang menjadi agunan
maka harus disebutkan secara tegas harta mana yang dijadikan agunan kredit
oleh badan usaha/perusahaan tersebut.
Kiranya dalam agunan kredit jenis ini yaitu jaminan perorangan maupun
corporate guarantee, suatu hal yang mutlak harus diperhatikan oleh bank
adalah bonafiditas dari orang atau badan usaha/perusahaan tersebut serta
harta kekayaan apa saja yang mungkin untuk dilelang/diekskusi bila orang atau
badan tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya yang telah diperjanjikan.

2. Agunan Kebendaan
Agunan kebendaan adalah penyerahan hak oleh debitur/pihak ke Ill atas
barang-barang miliknya kepada Bank guna dijadikan agunan atas kredit yang
diperoleh debitur di mana bank dengan melakukan pengikatan agunan tersebut
mempunyai hak yang didahulukan dari kreditur Iain untuk mengambil
pelunasan terhadap hasil penjualan agunan tersebut. Hak didahulukan tersebut
disebut dengan hak preferent.

Ditinjau dari jenisnya agunan kebendaan terbagi atas agunan kebendaan


atas benda bergerak, dan benda tidak bergerak.

a. Benda bergerak
Benda yang secara phisik dapat dipindahkan, kecualWkarena
undang-undang benda yang secara phisik dapat dipindahkan tersebut,
dikelompokkan menjadi barang tak gerak.

b. Benda tidak bergerak


Adalah barang yang secara phisik tidak dapat dipindahkan misalnya
tanah, tetapi ada juga barang yang secara phisik dapat berpindah-pindah
akan tetapi oleh undang.undang dinyatakan sebagai benda tidak
bergerak contohnya kapal dengan bobot mati 20m3 ke atas dan mesin-
mesin pabrik yang sudah terpasang.

D. JENIS KREDIT

1. Menurut objek yang dibiayai

a. Kredit investasi/invesment crediffterm loan


Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai perdagangan barang-
barang modal (seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, sarana trans-
portasi dan lain-lain), barang-barang tersebut tidak habis dalam suatu
siklus usaha. Satu siklus usaha adalah satu kali perputaran periode

58
dimulai dari dikeluarkannya uang untuk perdagangan bahan baku kemu-
dian dilakukan proses produksi, penjualan barang yang diproduksi
tersebut, timbul piutang dan tagihan yang akhirnya menjadi uang kembali.
Bila siklus usaha digambarkan sebagai berikut Gambar 7.1 .
Kredit investasi proses penyelesaiannya jangka panjang, karena
proses usaha yang dilakukan sejak mulai perencanaan, konstruksi sam-
pai produksi juga jangka panjang dan barang-barang modal untuk
pengadaannya biayanya mahal, oleh karena itu maka cara pengembalian
pinjaman kredit investasi juga harus diatur kesepakatan antara bank
dengan nasabah sedemikian rupa sehingga nasabah dapat mengemba-
likan ketika keadaan keuangan nasabah memungkinkan. Untuk mengukur
kemungkinan kemampuan nasabah mengembalikan pinjamannya bank
secara mendalam akan menganalisa dengan membuat perhitungan dari
mulai perusahaan di5angun sampai mulai berproduksi dan memasarkan
hasil produksinya untuk mulai mendapatkan pemasukan uang. Dalam hal
ini nasabah dan bank menyusun cash flow untuk dapat memperhitungkan
schedule mulai pembayaran angsuran. Untuk kredit investasi ada
beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan pembangunan, dalam tahap ini nasabah sedang
mempersiapkan segala sesuatu untuk memulai pembangunan
termasuk mengurus legalitas usaha, perusahaan, lahan, pemesanan
mesin-mesin, dan lain-lain.
2. Tahap pembangunan, nasabah sudah mulai membangun, misalnya
perusahaan pabrik, mesin-mesin sudah mulai dipasang, bila
perusahaan perkebunan, sudah mulai penanaman. Tahap ini biasa
juga disebut dengan tähap konstruksi. Pada tahap ini nasabah
belum dapat untuk membayar bunga, sehingga bunga pinjamannya
dalam periode ini ditalangi lebih dulu oleh bank, dikenal dengan IDC
(interest during construction).
3. Tahap persiapan produksi, pada periode ini usaha nasabah sudah
mulai berproduksi yang siap untuk dipasarkan.
4. Tahap produksi, tahap ini nasabah sudah mulai menghasilkan,
angsuran kredit effektif mulai harus dibayar nasabah, bunga IDC
dan bunga sesungguhnya mulai diangsur, sampai lunas.
Tahap-tahap ini tercermin dalam cash flow yang diajukan nasabah
dan didiskusikan dengan bank ketika akan memutus kredit. Jumlah kredit
dikaitkan dengan nilai proyek dan dari nilai proyek itu nasabah harus
mampu menyediakan self financing antara 30% sampai dengan 40%.

b. Kredit modal kerja, atau working capital loan atau exploitasi atau kredit
rekening koran, yaitu suatu kredit yang dipergunakan untuk membiayai
keperluan perputaran usaha yakni untuk pembelian bahan baku, biaya
tenaga kerja, overhead, persediaan, piutang dagang. Kredit modal kerja
diberikan dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Dalam praktik
kredit ini terus menerus diperpanjang, bila nasabah masih memerlu-
kannya. Penggunaan dana kredit ini sesuai dengan kebutuhan nasabah
dalam membiayai keperluan usahanya, sehingga lazim dilaksanakan
dengan menentukan plafond sejumlah tertentu kemudian nasabah
dengan bebas menarik dananya sepanjang tidak melampaui plafond dan

59
menyetorkan kernbali dananya setelah menerima tagihan dari relasi
nasabah tersebut, Oleh karena rekening kredit modal kerja dalam kondisi
dapat bertambah dan berkurang dimaksud maka diistilahkan dengan kre-
dit rekening koran. Banyak bank yang memperhitungkan bunga atas
kredit ini sesuai baki debet, atau jumlah kredit yang secara riil terpakai
oleh nasabah. Bank menentukan besarnya jumlah kredit modal kerja akan
menganalisanya sesuai kebutuhan modal kerja nasabah misalnya dalam
satu tahun dan mengkaitkan dengan modal yang sudah dipunyai nasa-
bah. Pada umumnya bank akan memberikan bantuan modal kerja 60%
sampai dengan 70% dari kebutuhan modal kerja nasabah, karena nasa-
bah harus sanggup memodali usahanya antara 30% sampai dengan 40%.

c. Non cash loan,


Kredit non cash loan, adalah merupakan kredit yang diberikan oleh
bank kepada nasabah, berupa penjaminan. Bank belum memberikan
kredit dalam bentuk uang sesungguhnya, oleh sebab itulah maka
dinamakan non cash loan (bukan kredit uang tunai). Akan tetapi apabila
nasabah yang dijamin tersebut, ternyata pada saatnya tidak dapat
memenuhi kewajibannya, maka non cash loan ini betul-betul menjadi
kredit uang tunai, sebab pihak ketiga yang menerima jaminan akan
menagih kepada bank. Dalam hal demikian bank tidak dapat untuk
terlebih dahulu menyatakan kepada pihak ketiga yang menerima jaminan
misalnya "belum dapat membayar" karena yang dijamin belum membayar,
alhasil bank harus membayar kepada penerima jaminan walaupun pihak
yang dijamin belum membayar.
Untuk jelasnya model non cash loan ini telah dicontohkan dalam
bab-bab sebelumnya tentang dana yang berasal dari setoran jaminan
(torjam), yaitu tentang setoran jaminan pembukaan L/C Impor dan
setoran jaminan bank garansi.
Bagi bank, keuntungan memberikan non cash loan ialah telah
mendapatkan pendapatan berupa komisi walaupun sebenarnya belum
mengeluarkan uang. Sementara itu tiuak semua non cash loan efektif
menjadi kredit.

2. Menurut jenis valuta:

a. Dalam mata uang Rupiah


Kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur dalam valuta rupiah.
b. Dalam mata uang asing
Kredit yang diberikan dalam valuta asing, bukan dalam mata uang rupiah.

3. Menurut sumber dananya:

a. Dari dana bank yang bersangkutan


Yaitu kredit yang sumber • dananya 100% berasal dari dana yang
dikumpulkan oleh bank tersebut.

b. Likuiditas Bl
Kredit yang diberikan oleh suatu bank dari dana bantuan likuiditas dari

60
Bank Indonesia. Likuiditas yang diberikan oleh Bl tersebut dibayar oleh
bank pelaksana dengan harga (bunga) yang lebih rendah dari harga dana
yang diterima dari masyarakat.

c. Konsorsium
Kredit yang dibiayai oleh beberapa bank, masing-masing bank atas kese-
pakatan bersama menentukan berapa bagian masing-masing besarnya
kredit dari jumlah kredit yang diberikan kepada nasabah. Dalam konsor-
sium, secara jelas ditentukan bank yang menjadi leader, bank sebagai
anggota, secara tegas ditentukan aturan serta tugas dan tanggung jawab
masing-masing bank peserta konsorsium.

d. Sindikasi
Suatu bentuk pembiayaan kredit bersama antarbank yang lebih besar lagi
dari konsorsium, bukan sekedar urunan pembiayaan dan penentuan
leader dan anggota konsorsium akan tetapi sudah lebih komplek lagi
karena kredit dalam jumlah yang relatif besar. Sindikasi lebih diatur lagi misalnya :

1. Management group, yaitu bank yang bertindak sebagai pengelola


dari kredit.
2. Lead bank, yaitu bank yang menjadi pemasok terbesar dana yang
dipakai untuk raembiayai kredit.
3. Co manager, yaitu anggota sindikasi yang menyediakan dananya
lebih besar dibandingkan dengan bank-bank lainnya selain lead
bank.
4. Agent bank, yaitu bank yang ditunjuk sebagai pelaksana teknis
operasional.
5. Member Bank, yaitu bank yang menjadi anggota sindikasi dan
hanya menjadi penyedia dana.

d. Two step loan


Kredit yang sumber dananya dari bantuan dari luar negeri, baik dari
Pemerintah negeri asing maupun swasta asing yang disalurkan melalui
Pemerintah Republik Indonesia untuk membiayai sektor kredit tertentu di
Indonesia sesuai kehendak pemasok dana. Kredit ini disalurkan oleh
bank pelaksana yang menerimanya dari Bank Indonesia, lazim disebut
dengan kredit kelolaan.

Jenis kredit menurut sektor ekonomi antara Iain:

a. Pertanian, perkebunan, perikanan


Kredit yang diberikan untuk membiayai sektor ekonomi pertanian,
perikanan dan perkebunan. Sektor ini ada bank tertentu yang
mengkhususkan diri lebih mengutamakan salah satu sektor tersqbut.
Dikenal dalam masyarakat KUT (kredit usaha tani), PIR (perkebunin inti
rakyat), TIR (tambak inti rakyat).

b. Pertambangan
Kredit yang diberikan untuk membiayai pengusahaan pertambangan.

61
c. Perlndustrian
Perindustrian diartikan suatu usaha untuk menghasilkan suatu barang
dengan kombinasi beberapa bahan baku, atau membuat suatu barang
dengan olahan tertentu menjadi lebih bermanfaat. Kredit diberikan untuk
membiayai kegiatan dimaksud.

d. Konstruksi, property
Kredit jenis ini untuk membiayai pembangunan perumahan, pemba-
ngunan bangunan-bangunan phisik.

e. Perdagangan
Adalah kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan perdagangan
yaitu jual beli barang dengan pemanfaatan tempat dan waktu.

f. Pariwisata
Kredit untuk membantu usaha dibidang pariwisata

h. Transportasi, komunikasi
Kredit untuk membiayai kegiatan pengadaan alat transportasi, alat
komunikasi

Kesemua sektor tersebut dimungkinkan untuk mendapatkan kredit


investasi atau modal kerja tergantung biaya yang dipergunakan tersebut untuk
mengadakan barang modal atau untuk membiayai satu siklus usaha dari
kegiatan usaha yang bersangkutan. Juga setiap pengusaha yang bergerak di
sektor-sektor tersebut sewaktu-waktu menggunakan fasilitas NCL dari bank,
bila memerlukan Garansi Bank atau pembukaan L/C Impor.

5. Jenis kredit menurut sifat perputaran dana yang diperlukan

a. Kredit dengan declining balance


Yaitu jenis kredit yang plafondnya atau maximum kreditnya tumn secara
bertahap sampai dengan lunas. Penurunan plafond karena pembayaran
angsuran oleh nasabah yang dilakukan secara periodik yang lazimnya per
triwulan. Pembayaran secara periodik tersebut disusun dalam suatu
schedule yang mengacu pada cash flow perusahaan yang mendapatkan
kredit. Cash flow pada dasarnya disusun nasabah yang disetujui bank.
Kredit jenis ini adalah kredit investasi.

b. Revolving Credit
Yaitu jenis kredit yang baki debetnya naik turun sesuai dengan maximum
kreditnya dan berputar terus menerus. Kredit jenis ini seringkali
diperpanjang berulang kali sesuai keperluan debitur. Kredit dalam bentuk
ini dipcrgunakan untuk pernbiayaan modal kerja.

c. Self liquidating credit


Kredit yang sumber pelunasannya dari proyek atau objek yang
dibiayai dengan kredit. Kredit ini tidak dapat berulang plafondnya dan ha-
nia sekali pakai (kredit eenmalig) jadi setelah lunas satu kali pemberian

62
kredit tidak boleh diulang lagi dengan akad yang sama. Pengguna kredit
ini adalah kontraktor. Supplier, exportir, importir. Contoh bentuk, kredit ini
Kontraktor atau Supplier, mendapatkan order dari mitra bisnisnya, untuk
memenuhi order tersebut memerlukan pembiayaan. Pembiayaan
diberikan bank setelah dipenuhinya syarat-syarat bank teknis, kredit
harus lunas apabila telah mendapatkan pembayaran dari proyek yang
dibiayai tersebut.
Syarat pokok dalam jenis kredit ini di antaranya yang sangat penting
adalah:
- Harus ada kaitannya dengan proyeWobjek yang akan dibiayai
dengan kredit tersebut.
- Plafond kredit yang diberikan tidak harus sama dengan nilai
proyek/objek yang dibiayai, akan tetapi tergantung dari termijn
(tahap) pembayaran dari mitra usaha nasabah yang memberikan
order.
- Kredit harus lunas pada saat proyek/objek yang dibiayai lunas.
Dalam hal ini bank akan berupaya mendapatkan keyakinan dan
kepastian bahwa pembayaran hasil proyek hanya dibayarkan
melalui bank yang memberikan kredit.

d. Kredit Plafond terikat

Kredit dengan plafond terikat dengan jumlah yang dikaitkan dengan


objek yang dibiayai. Kredit jenis ini dipergunakan untuk membiayai usaha
pengadaan stock bahan baku, untuk disimpan dalam waktu yang relatif
lama, sebelum dijual, dapat disebabkan menunggu sampai suatu jumlah
tertentu baru dapat dijual misalnya stock tembakau. Dapat juga
penjagaan stock supaya komoditi tersebut tetap ada sepanjang musim
dalam rangka stabilitas harga, misalnya penyetokan gula dan beras.
Maximum kredit akan ditentukan dari perhitungan berapa barang yang
akan di stock atau yang ada dalam stock. Stock barang sekaligus
dijadikan agunan kredit.

6. Jenis kredit menurut wewenang

Penentuan jenis kredit yang dilihat dari sudut kewenangan ini, hanya
berlaku bagi intern bank, akan tetapi karena aturan intern ini pada akhirnya
menentukan pelayanan bank kepada nasabahnya, maka perlu juga dihaklum-
kan kepada pembaca mengenai adanya pembagian jenis kredit atas dasar
wewenang ini. Setiap bank mempunyai aturan intern yang berbeda. Misalnya
ada bank yang menentukan kredit dalam jumlah di bawah Rp100 juta dapat
diputus langsung oleh Junior Officer (pejabat junior), sedangkan kredit di atas
Rp100 juta sampai dengan Rp500 juta diputus oleh Senior Officer (pejabat
senior), untuk kredit Rp500 juta keatas harus diputus oleh head office.
Ketentuan intern ini akhirnya juga akan dirasakan oleh nasabah dalam
berurusan untuk memerlukan pembiayaan dan dapat kira-kira mengukur waktu
proses memperoleh kredit.
Penulis pernah mengurus permohonan Garansi Bank dari salah satu bank
sebagai banknya perusahaan tempat penulis bekerja, ternyata aturan bank
tersebut untuk pemutusan Garansi Bank harus melalui head office nya,

63
karenanya akan memakan waktu lebih dari sehari walau setor 100%. Lantaran
Garansi bank tersebut harus terbit hari itu juga, dicoba meminta Garansi Bank
tersebut dari bank lain, ternyata bank yang tersebut terakhir sanggup mener-
bitkan Garansi Bank dengan kondisi setoran 100%, langsung dapat ditunggu
hari itu juga.
Dari kenyataan tersebut jelas bahwa setiap bank mempunyai ketentuan
sendiri-sendiri yang mempuyai plus-minus, bagi nasabah tetap akan mencari
bank yang dapat memberikan bantuan yang lebih menguntungkan.

7. Kredit Program Pemerintah


Di samping jenis-jenis kredit tersebut di atas ada lagi kredit merupakan
program pemerintah dan dititipkan pelaksanaannya kepada bank-bank umum,
pada masa yang lampau dikenal kredit KIWKMKP, kredit KUK, Kredit Koperasi,
Kredit Perusahaan Inti Rakyat.
Pemerintah memberikan ketentuan-ketentuan khusus mengenai penye-
lenggaraan pemberian kredit program pemerintah ini, misalnya dananya ber-
asal dari likuiditas Bank Indonesia dalam prosentase tertentu sampai kepada
kewajiban setiap bank harus menyalurkan kredit kepada pengusaha kecil ini
sekian prosen dari total portofolio kredit.
Kredit kepada Koperasi, Bank mendapat tugas dari Pemerintah untuk
menyalurkan kredit kepada koperasi atau anggotanya baik dengan menda-
patkan bantuan likuiditas atau tidak dalam rangka membantu perkembangan
perkoperasian di tanah air.
Kredit kepada Perusahaan Inti Rakyat, yaitu meliputi perkebunan inti
rakyat, pertambakan, perunggasan dan lain-lain dengan tujuan yang sangat
baik dari pemerintah dalam rangka memberdayakan rakyat, meningkatkan
perekonomian rakyat. Scheme kredit ini dengan formula adanya pengusaha
inti, yaitu pengusaha besar yang mengelola sejumlah besar dari rakyat sebagai
plasma.
Akan tetapi tujuan baik pemerintah ini, telah banyak di antaranya disalah
gunakan oleh para pengusaha besar, rakyat hanya namanya saja yang dipakai
untuk mendapatkan kredit, sementara uang kreditnya dipergunakan oleh
pengusaha besar tadi.
Rakyat ditipu oleh pengusaha besar untuk menanda tangani seberkas su-
rat-surat yang ternyata akad kredit, tanpa mengetahui bahwa nama mereka
dijual oleh cukong atau pengusaha besar yang mempunyai akses kepada
pihak-pihak yang mengucurkan kredit. Setelah kredit macet, seolah-olah
kemacetan tersebut karena ulah rakyat yang menyalah gunakan kredit.
Kenapa rakyat mau menanda tangani berkas-berkas surat yang tidak
diketahui isinya itu, ternyata lantaran kepada mereka diinformasikan bahwa
penanda tanganan berkas tersebut sebagai syarat diterima bekerja dan dijan-
jikan pekerjaan pada perusahaan yang disebut dengan "PIR" atau "TIR"
tersebut.
Benar saja ketika proyek diolah rakyat yang bersangkutan direkrut jadi
pegawai, tetapi karena akhirnya kredit macet dan pegawai yang bersang-
kutanpun kehilangan pekerjaan, yang tinggal adalah namanya tercantum seba-
gai penerima kredit dan macet. Kejadian tersebut penulis peroleh informasinya
dari sebuah pertambakan di pulau Jawa, yang nota bene penduduknya relatif
lebih melek ketimbang penduduk diluar pulau Jawa. Bagaimana Saudara-
Saudaranya rakyat kecil diluar pulau Jawa, wallahu alam.

64
Begitu pula kejadiannya ketika awal diluncurkannya KIWKMKP tahun
1974, masih banyak rakyat kecil yang tertipu memberikan sertifikat tanah,
kepada pengusaha besar hanya untuk meminjam sejumlah uang tertentu.
Untuk mendapatkan pinjaman uang itu dengan menyerahkan sertifikat asli,
menanda tangani seberkas surat yang temyata isinya memberikan kuasa untuk
menjaminkan sertifikat tersebut, menjual dan pokoknya seluas-luasnya,
sehingga memungkinkan pengusaha besar tadi mendapatkan pembiayaan dari
pihak bank dengan agunan sertifikat tersebut. Giliran kredit yang diperoleh oleh
pengusaha besar tersebut dari perbankan macet, maka yang disita adalah
agunan berupa sertifikat milik rakyat kecil yang hanya mendapatkan sejumlah
kecil uang "pinjaman" dari pengusaha besar yang bersangkutan. Bila anda
yang membaca tulisan ini adalah rakyat kecil atau punya kerabat dengan
rakyat kecil, semoga pengalaman serupa tidak terulang lagi.
Kejadian ini sangat mudah terjadi karena kelompok yang disebut "Rakwat
kecil" tersebut takut berhubungan dengan bank, merasa tidak punya akses dan
tidak mau mencoba berhubungan dengan bank.
Untunglah hal ini sudah mulai dapat diperbaiki dengan adanya Bank
Perkreditan Rakyat yang dibentuk dengan tujuan untuk memberikan pelayanan
perbankan bagi masyarakat pedesaan guna menumbuhkan perekonomian
pedesaan, dan yang lebih penting menurut hemat saya, agar masyarakat kecil
di pedesaan mulai berani berhubungan dengan bank. Selama ini yang
namanya rakyat kecil itu sangat minder berhubungan dengan kantor, apalagi
yang namanya kantor bank di desain begitu bersih rapi sehingga penulis
pernah menyaksikan betapa rakyat desa nasabah sebuah BPR, ketika masuk
ke kantor BPR melepas sandalnya di depan pintu depan bank, masuk bank
tanpa alas kaki dengan badan yang dibungkuk-bungkukkan dengan tak henti
hentinya mengucapkan kata-kata "maaf" dan "permisi". Beginilah sernentara
profil masyarakat desa kita yang mengundang para pihak untuk melindungi
mereka dari santapan empuk, pihak yang "besa?', agar lekaslah terangkat
rakyat kecil dari kepapaan yang bersambung tak berujung.
Jenis-jenis kredit dikemukakan di atas, berubah sesuai perkembangan
kebutuhan masyarakat dan ketentuan yang diatur oleh undang-undang yang
sedang berlaku. Perubahan dari waktu kewaktu karena setiap model kebijakan
penyaluran kredit selalu diadakan evaluasi. Pihak perbankan, pemerintah dan
dewan perwakilan rakyat, akan berusaha untuk terus menerus mencari model
yang dianggap paling efektif dan aman untuk memacu pertumbuhan ekonomi
serta lancarnya roda perekonomian dalam rangka mensejahterakan kehidupan
bangsa. Jenis-jenis kredit yang diinformasikan di bab ini adalah jenis-jenis
kredit yang pernah ada dan mungkin kemudian akan tidak berlaku lagi
digantikan model yang lain sesuai kebutuhan masyarakat, yang diatur oleh
undang-undang dan peraturan pemerintah, serta peraturan bank Indonesia
yang berlaku.

65
BAB 9
PENENTUAN JUMLAH KREDIT
Besarnya keperiuan dana kredit perlu ditentukan dengan sangat cermat,
karena akan berdampak yang luas bagi pengguna dana kredit, bagi bank yang
menyalurkan dana kredit dan juga kepada perekonomian masyarakat secara
keseluruhan

Bagi pengguna kredit, bila memperoleh dana kredit terlalu besar, akan kurang
bermanfaat karena melebihi kebutuhan, dibalik itu menambah biaya atas dana
kredit tersebut dengan membayar bunga yang lebih banyak dari bunga kredit
yang seharusnya sesuai penggunaan dana yang diperlukan. Sebaliknya bila
dana kredit diperoleh kurang dari kebutuhan maka akan sulit mengatur
penggunaannya. Terkadang kredit yang kurang dari kebutuhan akan menjadi
sia-sia, karena tidak dapat dengan sempuma merealisasikan perencanaan
usaha.
Bagi bank penyalur dana kredit, bila memberikan dana berlebih, timbul risiko
penyalah gunaan dana oleh peminjam, karena peminjam dana yang diberikan
dana kredit bedebih cenderung untuk menggunakan dana tersebut diluar
rencana. Jika dana diberikan kurang dari kebutuhan untuk mendukung
rencana, maka akan berakibat kredit tersebut bermasalah, lantaran peminjam
tidak dapat merealisasikan rencananya yang pada gilirannya usaha peminjam
kredit idak dapat berjalan dan berakhir tidak sanggup mengembalikan dana
kredit yang dipinjamnya itu.
Bagi masyarakat secara keseluruhan, bila dana dikucurkan berlebih kepada
satu nasabah peminjam yang tidak sesuai dengan keperluannya, maka akan
memperkecil peluang masyæakat peminjam lainnya untuk mendapatkan fasili-
tas pinjanan dana. Sementara itu dana yang bedebih itu kurang mendatangkan
manfaat kepada masyarakat umum untuk memperlancar dunia usaha yang
produktif guna menggerakkan sektor ekonomi masyarakat luas. Sedangkan bila
dana diberikan kurang dai kepefluan peminjam, maka akan terbengkalainya
rencana nasabah yang pada akhimya suatu kegiatan/proyek yang terbengkalai
itu seyogyanya menciptakan lapangan kerja atau percepatan kegiatan ekonomi
tidak tenaksana. Lebih jauh bila suatu kegiatan/proyek terbengkalai maka akan
terjadi kredit bermasalah sebab peminjam kredit sudah tidak mempunyai
sumber penghasilan untuk mengembalikan kredit. Bila kredit bermasalah
sedemikian besar, akan menyulitkan bank sebagai lembaga penyalur dana
kredit untuk bertahan hidup. Dalam suatu keadaan bank menjadi lumpuh akan
berdampak tidak bergeraknya sektor riil yang pada gilirannya perekonomian
masyarakat rapuh
Sehubungan dengan pokok tulisan di atas, maka bab ini akan membicarakan
topik-topik seputar penentuan jumlah kredit yang tepat untuk tiap jenis kredit. Teknik
penghitungan matematik yang dilakukan oleh tiap bank menentukan jumlah kredit
tersebut berbeda adanya. Namun pada pokoknya mempunyai persamaan
pendekatan dalam hal data yang diperlukan untuk menentukan jumlah kredit. Pada
dasamya dana kredit adalah dana untuk membiayai prospek, bukan membiayai
realisasi. Dalam hubungan tersebut maka bank-bank dalam menentukan besarnya
angka suatu kredit, akan menghimpun data rencana kerja yang akan dilaksanakan
calon debitur yang dikaitkan dengan realisasi yang telah lalu dan prospek usaha

66
dimasa yang akan datang. Berkenaan dengan perbedaan bank-bank dalam teknik
memperhitungkan matematik penentuan jumlah dana kredit dimaksud, tetapi adanya
persamaan pendekatan mengenai data yang diperlukan, maka penentuan jumlah
kredit yang dimaksud dalam bab ini tidak dibahas dengan teknik perhitungan
matematik melainkan hanya dibahas dari sudut pendekatan data yang dijadikan
acuan untuk mempertimbangkan penentuan jumlah kredit, topik bahasan itu disusun
sebagai berikut:
Penentuan besarnya jumlah dana kredit untuk Modal Kerja
Penentuan besarnya jumlah dana kredit untuk Investasi
Penentuan besamya jumlah dana kredit untuk Proyek
Penentuan jumlah kredit untuk konsumtif.

Seperti telah dikemukakan pada Bab Vlll bahwa bank dalam menyetujui
pemberian dana kredit kepada nasabahnya terlebih dahulu melakukan analisa yang
mendalam untuk mendapatkan keyakinan mengenai nasabah calon peminjam dari
beberapa aspek penilaiannya dengan prinsip kehati-hatian. Pertimbangan itu
dilakukan pada pokoknya untuk mendapatkan keyakinan bahwa dana yang
dipinjamkan kepada nasabah itu akan kembali dan nasabah yang meminjam dapat
memenuhi kewajiban membayar bunga. Karena bank mengemban kepercayaan dari
masyarakat yang menyimpan dananya di bank yang dipercayakan untuk dikelola di
antaranya disalurkan dalam bentuk dana kredit.

A. PENENTUAN BESARNYAJUMLAH DANA MODAL KERJA

Modal kerja diberikan bank kepada nasabah untuk membiayai usaha nasabah
yang dipergunakan untuk membiayai satu siklus usaha dalam periode yang
umumnya satu tahun.
Pembiayaan tersebut mulai dari pembelian bahan baku, sampai hasil produksi
nasabah kembali menjadi uang dengan kata lain laku teöual.
Di dalam siklus usaha mulai bahan baku dibeli, diproses dan dijual, kembali
menjadi uang tersebut, terdapat biaya-biaya yang timbul. Seluruh biaya tersebut
merupakan pembiayaan yang dapat dibiayai dengan mempergunakan dana Kredit
Modal Kerja.
Bank-bank penyalur kredit akan membantu kredit Modal Kerja tidak 100% dari
biaya satu siklus usaha tersebut, tetapi mewajibkan calon debitur untuk
menyediakan pembiayaan sendiri yang dikenal dengan self financing sebesar
berkisar antara 30% sampai 40%. Kebijakan ini tidak sama setiap bank tergantung
kebijaksanaan bank masing-masing.
Pendekatan yang dilakukan bank untuk menentukan jumlah besarnya Kredit
Modal Kerja antara lain:

1. Cash budget approach (Pendekatan keperluan uang tunai)


Pendekatan ini dilakukan bank untuk menentukan jumlah besarnya Kredit
Modal Kerja kepada nasabah melalui data:
a. Rencana Kerja calon debitur selama satu periode yang akan dibiayai
dengan kredit misalnya selama 12 bulan yang akan datang.
b. Rencana kerja tersebut dikonversikan menjadi anggaran kas (cash
budget), selama 12 bulan mendatang, sehingga tampak nilai penerimaan
dan pengeluaran cash, serta terlihat defisit dari anggaran kas (cash
budget) nasabah.

67
c. Realisasi usaha nasabah periode sebelumnya atau pada masa yang lalu
yang akan bermanfaat untuk menilai kewajaran rencana kerja nasabah.

Dengan data dari pendekatan ini akan diperoleh perkiraan pembiayaan


yang diperlukan oleh calon debitur untuk merealisasikan rencana usahanya
peroide yang akan datang. Jumlah besarnya kredit Modal Kerja yang mungkin
untuk dipeftimbangkan oleh bank penyalur kredit adalah sebesar defisit
anggaran kas calon debitur.

2. Turn Over approach (Pendekatan siklus usaha)


Dalam pendekatan ini, data yang diperlukan dari calon debitur adalah:
Laporan keuangan periode yang lalu
Proyeksi laporan keuangan untuk periode yang akan datang
Rencana kerja nasabah yang akan datang.

Dari data laporan keuangan nasabah akan dapat diperhitungkan turn over
modal kerja. Bank akan membiayai jumlah besarnya pembiayaan yang
diperlukan oleh calon debitur untuk satu kali turn over modal kerja setelah
diperhitungkan kesanggupan nasabah menyiapkan pembiayaan sendiri (self
financing). Atau perhitungan jumlah besarnya kredit adalah 60% sampai 70%
dari satu kali turn over modal kerja.
Sebagai ilustrasi melalui pendekatan turn over. Misalkan nasabah
mempunyai realisasi usaha rata rata dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 6
miliar. Turn over usaha 3 bulan, sedangkan seluruh biaya yang diperlukan
untuk memproduksi barang/jasa yang diusahakan adalah 80% dari harga jual.
Kemampuan sendiri perusahaan untuk membiayai usahanya adalah 30%. Bank
menentukan bahwa jika kredit diberikan nasabah harus sanggup meningkatkan
usahanya mendatang sebesar 10%.

68
BAB 10
PENGAWASAN KREDIT
PENTINGNYA PENGAWASAN KREDIT

Kredit setelah disalurkan kepada nasabah, harus diikuti dengan pengawasan.


Dalam rangka menerapkan risk management bank membentuk unit kerja tersendiri
berfungsi melakukan pengawasan atas kredit, karena salah satu risiko bank yang
sangat dominan adalah kredit. Pengawasan kredit dilakukan sejak mulai kredit
dikucurkan sampai pelunasan. Fasilitas kredit tidak selamanya mulus sesuai
rencana, dipengaruhi oleh berbagai faktor, itulah sebabnya kemudian terjadi
klasifikasi kredit; lancar, harus dilakukan perhatian khusus, kurang lancar, kemudian
mulai diragukan dan akhirnya macet. Pada dasarnya begitu fasilitas kredit diberikan,
bank mulai menghadapi risiko.
Fungsi unit pengawasan kredit sangat penting karena:

Pertama; dapat meningkatkan perhatian terhadap fasilitas kredit yang memiliki


risiko di atas normal.

Kedua ; dapat mengevaluasi tingkat risiko yang melekat pada fasilitas kredit
sesuai klasifikasinya.
Ketiga; untuk menyusun langkah-langkah menghilangkan kelemahan yang
terdapat pada klasifikasi fasilitas kredit yang bersangkutan, selanjutnya
dapat menyelamatkan tagihan kredit.

A. KLASIFIKASI KREDIT

Pengklasifikasian masing-masing kondisi fasilitas kredit untuk dapat membe-


dakan masing-masing klasifikasi tersebut, guna memudahkan penanganannya
secara spesific.

Kredit dengan klasifikasi Lancar, sering diistilahkan dengan kolektibility l.


Apabila debitur membayar bunga dan angsuran tepat pada waktunya. Segala
ketentuan dalam perkreditan dipenuhi secara tertib dan lancar. Tidak terdapat
indikasi akan terhambatnya pembayaran kembali kredit, melalui analisis dikait-
kan dengan hubungan debitur dengan relasinya, sektor ekonomi yang digeluti
nasabah dan faktor lain yang mempengaruhi kegiatan nasabah. Pengawasan
kredit pada kolektibility ini adalah bagaimana usaha unit pengawasan kredit
mengendalikan kredit agar tetap pada kondisi tersebut. Cara yang ditempuh
dengan memelihara relationship dengan debitur. Unit ini harus terus menerus
memonitor kegiatan nasabah, sehingga bila terjadi gejala akan menurunnya
kolektibility segera dapat mengantisipasinya bekerjasama dengan debitur.

69

Anda mungkin juga menyukai