TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
a. Definisi remaja
Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Sofia & Adiyanti,
2013, remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan social.
Remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19
tahun. Remaja adalah masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah
berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga mengalami
kematangan secara fisik, psikologis, maupun social (WHO,2014).
Remaja dalam arti adolescence berasal dari bahasa yunani adolensense
yang artinya pertumbuhan kearah kematangan disini tidak hanya kematangan fisik,
tetapi juga kemantangan sosial psikologis (Sarwono, 2013; h.2).
b. Batasan remaja
Pengolongan remaja terdiri dari awal usia 11 – 14 tahun, remaja tebgah usia
14 – 17 tahun dan akhir usia 17 – 20 tahun. WHO menyatakan definisi didasarkan
pada uisa kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja
pria dan WHO membangi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10
– 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun (Sarwono, 2015).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa batasan
remaja yaitu remaja dengan usia 10 – 20 tahun.
c. Tugas perkembangan remaja
Menurut Havighurst dalam kusmiran (2014), ada tugas-tugas yang harus
diselesaikan dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan
adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh
harapan social. Diskripsi tugas perkembangan berisi harapan lingkungan
yangmerupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah laku. Adapun tugas
perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya
secara efektif.
b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki dan
perempuan).
c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang
dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
g. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi pernikahan dan
kehidupan keluarga.
h. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang Pendidikan atau
pekerjaan).
i. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
d. Tahap perkembangan remaja
Ada tiga tahap perkembangan remaja menurut Sarwono (2013) yaitu:
a. Remaja awal ( early adolescence) Seorang remaja pada tahap ini masih
terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit
mengerti dan dimengerti orang dewasa.
b. Remaja menengah (middle adolescence) Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya.
Ada kecenderungan mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang
punya sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana : peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan
sebagainya.
c. Remaja akhir (late adolescence) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :
1) minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman
pengalaman baru.
3) terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri0 diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
B. Rokok
a. Definisi rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu ataupun
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica
dan spesies lainnya atau sistetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan (PP. No.19 Tahun 2013).
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesia lainnya atau sintetisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani,
2014).
Rokok adalah gulungan tembakau (kira – kira sebesar jari kelingking) yang
dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016).
b. Tipe – tipe rokok
Ada tiga macam tipe perokok, pertama yaitu perokok “sangat berat” bila
mengonsumsi rokok telah lebih dari 31 batang per hari dan selang merokoknya lima
menit setelah bangun pagi. Kedua, perokok “ berat” mengkonsumsi rokok sekitar
21-30 batang per hari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30
menit. Ketiga, perokok “sedang” bila menghabiskan rokok 11-21 batang dengan
selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok “ringan” bisa
menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun
pagi.
Gilchrist, Schinke, Bobo dan Snow (dalam Virly 2014) membedakan
perokok dalam 3 tipe, yaitu :
a. Experimental smoker, yaitu orang yang pernah mencoba rokok, tetapi tidak
menjadi kebiasaan.
b. Regular smoker, yaitu orang yang merokok secara teratur dan telah menjadi
kebiasaan.
c. Non smoker, yaitu orang yang tidak pernah mencoba merokok.
Menurut (Trim dalam Tarigan. 2014) ada tiga tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan. Tiga perokok tersebut adalah :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
c. Jenis – jenis rokok
Rokok terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan bahan pembungkus, proses
pembuatan, dan penggunaan filter. Rokok kawung dibungkus dengan daun aren,
rokok sigaret memakai kertas sebagai pembungkus, dan rokok cerutu dibungkus
menggunakan daun tembakau. Berdasarkan proses pembuatan ada rokok sigaret
kretek yang dibuat dengan dilinting menggunakan tangan atau alat sederhana, serta
sigaret kretek yang diproduksi dengan mesin. Kemudian terdapat rokok jenis filter
yang memakai gabus pada ujung pangkalnya dan jenis non filter tanpa gabus
(Simarmata, 2012 dalam Asizah, 2015).
d. Kandungan rokok
Rokok termasuk zat adiktif, yaitu zat yang dapat menyebabkan seseorang
menjadi ketergantungan dan membahayakan kesehatan dengan ditandai adanya
perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena fisiologis, berkeinginan kuat untuk
mengkonsumsi zat tersebut, meningkatnya toleransi, dan dapat menyebabkan
gejala putus obat (PP. RI. No. 109, 2013). Rokok mengandung beberapa bahan
kimia yang dapat membahayakan kesehatan dan bersifat karsinogenik. Beberapa
contoh zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :
a. Nikotin
Nikotin merupakan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotina
tabacum, nicotina rustica dan spesies lainnya yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi ketergantungan pada rokok (PP. RI. No. 109, 2013).
b. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak mengiritasi, namun sangat berbahaya (beracun). Gas ini merupakan
hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaran bermotor, alat pemanas,
peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan karbon dan nyala api. Gas
CO akan sangat berbahaya jika terhirup, karena hal gas CO akan menggantikan
posisi oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dalam darah (Infopom,
2015).
c. Tar
Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu yang dihasilkan saat
rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang memiliki sifat karsinogenik
(PP. RI. No. 109, 2012). Tar akan menempel pada sepanjang saluran nafas
perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi efektivitas alveolus (kantung
udara dalam paru - paru), sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah udara
yang dapat dihirup dan hanya sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran
darah (Infopom, 2014).
d. Perilaku merokok
a. Pengertian perilaku merokok
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (KBBI, 2016). Perilaku merokok adalah sesuatu yang
dilakukan seseorang berupa membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Kustanti,
2014). Dalam bukunya Notoatmodjo (2012) menyebutkan bahwa perilaku
adalah suatu kegiatan yang dikerjakan oleh seseorang, baik itu dapat diamati
secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku seseorang dipengaruhi
oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan merupakan
merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku seseorang,
sedangkan lingkungan mearupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan
perilaku (Notoatmodjo, 2012). Skinner dalam Notoatmodjo (2012)
menyebutkan bahwa perilaku dibentuk karena adanya suatu kondisi tertentu
atau operant conditioning yang melalui beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Melakukan indetifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat atau
reinforce berupa pengahargaan bagi perilaku yang akan dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen
kecil yang dapat membentuk perilaku yang diinginkan. Kemudian
komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk membentuk
perilaku yang dimaksud.
3. Menggunakan urutan komponen – komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing –
masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan
komponen yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah
dilakukan, maka hadiahnya diberikan dan begitu seterusnya sampai
seluruh perilaku yang diinginkan terbentuk.
Perokok dibagi menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif.
Perokok aktif adalah seseorang yang langsung melakukan aktivitas merokok
atau menghisap rokok, sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang tidak
memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang
dihembuskan oleh orang lain (Thayyarah, 2013).