Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
a. Definisi remaja
Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Sofia & Adiyanti,
2013, remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
perubahan social.
Remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Remaja adalah seseorang yang memiliki rentang usia 10-19
tahun. Remaja adalah masa dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah
berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga mengalami
kematangan secara fisik, psikologis, maupun social (WHO,2014).
Remaja dalam arti adolescence berasal dari bahasa yunani adolensense
yang artinya pertumbuhan kearah kematangan disini tidak hanya kematangan fisik,
tetapi juga kemantangan sosial psikologis (Sarwono, 2013; h.2).
b. Batasan remaja
Pengolongan remaja terdiri dari awal usia 11 – 14 tahun, remaja tebgah usia
14 – 17 tahun dan akhir usia 17 – 20 tahun. WHO menyatakan definisi didasarkan
pada uisa kesuburan (fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja
pria dan WHO membangi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10
– 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun (Sarwono, 2015).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa batasan
remaja yaitu remaja dengan usia 10 – 20 tahun.
c. Tugas perkembangan remaja
Menurut Havighurst dalam kusmiran (2014), ada tugas-tugas yang harus
diselesaikan dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan
adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh
harapan social. Diskripsi tugas perkembangan berisi harapan lingkungan
yangmerupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah laku. Adapun tugas
perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya
secara efektif.
b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki dan
perempuan).
c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang
dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
g. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi pernikahan dan
kehidupan keluarga.
h. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang Pendidikan atau
pekerjaan).
i. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
d. Tahap perkembangan remaja
Ada tiga tahap perkembangan remaja menurut Sarwono (2013) yaitu:
a. Remaja awal ( early adolescence) Seorang remaja pada tahap ini masih
terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit
mengerti dan dimengerti orang dewasa.
b. Remaja menengah (middle adolescence) Pada tahap ini remaja sangat
membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya.
Ada kecenderungan mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang
punya sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana : peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan
sebagainya.
c. Remaja akhir (late adolescence) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :
1) minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman
pengalaman baru.
3) terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri0 diganti dengan
keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).
B. Rokok
a. Definisi rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu ataupun
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica
dan spesies lainnya atau sistetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa bahan tambahan (PP. No.19 Tahun 2013).
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari
tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesia lainnya atau sintetisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani,
2014).
Rokok adalah gulungan tembakau (kira – kira sebesar jari kelingking) yang
dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016).
b. Tipe – tipe rokok
Ada tiga macam tipe perokok, pertama yaitu perokok “sangat berat” bila
mengonsumsi rokok telah lebih dari 31 batang per hari dan selang merokoknya lima
menit setelah bangun pagi. Kedua, perokok “ berat” mengkonsumsi rokok sekitar
21-30 batang per hari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30
menit. Ketiga, perokok “sedang” bila menghabiskan rokok 11-21 batang dengan
selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok “ringan” bisa
menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun
pagi.
Gilchrist, Schinke, Bobo dan Snow (dalam Virly 2014) membedakan
perokok dalam 3 tipe, yaitu :
a. Experimental smoker, yaitu orang yang pernah mencoba rokok, tetapi tidak
menjadi kebiasaan.
b. Regular smoker, yaitu orang yang merokok secara teratur dan telah menjadi
kebiasaan.
c. Non smoker, yaitu orang yang tidak pernah mencoba merokok.
Menurut (Trim dalam Tarigan. 2014) ada tiga tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan. Tiga perokok tersebut adalah :
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
c. Jenis – jenis rokok
Rokok terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan bahan pembungkus, proses
pembuatan, dan penggunaan filter. Rokok kawung dibungkus dengan daun aren,
rokok sigaret memakai kertas sebagai pembungkus, dan rokok cerutu dibungkus
menggunakan daun tembakau. Berdasarkan proses pembuatan ada rokok sigaret
kretek yang dibuat dengan dilinting menggunakan tangan atau alat sederhana, serta
sigaret kretek yang diproduksi dengan mesin. Kemudian terdapat rokok jenis filter
yang memakai gabus pada ujung pangkalnya dan jenis non filter tanpa gabus
(Simarmata, 2012 dalam Asizah, 2015).
d. Kandungan rokok
Rokok termasuk zat adiktif, yaitu zat yang dapat menyebabkan seseorang
menjadi ketergantungan dan membahayakan kesehatan dengan ditandai adanya
perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena fisiologis, berkeinginan kuat untuk
mengkonsumsi zat tersebut, meningkatnya toleransi, dan dapat menyebabkan
gejala putus obat (PP. RI. No. 109, 2013). Rokok mengandung beberapa bahan
kimia yang dapat membahayakan kesehatan dan bersifat karsinogenik. Beberapa
contoh zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :
a. Nikotin
Nikotin merupakan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotina
tabacum, nicotina rustica dan spesies lainnya yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi ketergantungan pada rokok (PP. RI. No. 109, 2013).
b. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak mengiritasi, namun sangat berbahaya (beracun). Gas ini merupakan
hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaran bermotor, alat pemanas,
peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan karbon dan nyala api. Gas
CO akan sangat berbahaya jika terhirup, karena hal gas CO akan menggantikan
posisi oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dalam darah (Infopom,
2015).
c. Tar
Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu yang dihasilkan saat
rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang memiliki sifat karsinogenik
(PP. RI. No. 109, 2012). Tar akan menempel pada sepanjang saluran nafas
perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi efektivitas alveolus (kantung
udara dalam paru - paru), sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah udara
yang dapat dihirup dan hanya sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran
darah (Infopom, 2014).
d. Perilaku merokok
a. Pengertian perilaku merokok
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (KBBI, 2016). Perilaku merokok adalah sesuatu yang
dilakukan seseorang berupa membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Kustanti,
2014). Dalam bukunya Notoatmodjo (2012) menyebutkan bahwa perilaku
adalah suatu kegiatan yang dikerjakan oleh seseorang, baik itu dapat diamati
secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku seseorang dipengaruhi
oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Faktor keturunan merupakan
merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku seseorang,
sedangkan lingkungan mearupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan
perilaku (Notoatmodjo, 2012). Skinner dalam Notoatmodjo (2012)
menyebutkan bahwa perilaku dibentuk karena adanya suatu kondisi tertentu
atau operant conditioning yang melalui beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Melakukan indetifikasi tentang hal – hal yang merupakan penguat atau
reinforce berupa pengahargaan bagi perilaku yang akan dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen – komponen
kecil yang dapat membentuk perilaku yang diinginkan. Kemudian
komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk membentuk
perilaku yang dimaksud.
3. Menggunakan urutan komponen – komponen itu sebagai tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing –
masing komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan
komponen yang telah disusun. Apabila komponen pertama telah
dilakukan, maka hadiahnya diberikan dan begitu seterusnya sampai
seluruh perilaku yang diinginkan terbentuk.

Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon seseorang


terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek tersebut. Respon ini berbentuk
pasif dan aktif. Bentuk pasif (covert behavior) adalah respon internal, yaitu
terjadi di dalam diri seseorang dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang
lain, seperti berpikir, tanggapan atau sikap batin dan penegtahuan. Sendangkan
bentuk aktif (overt behavior) adalah perilaku yang dapat terlihat atau diobservasi
secara langsung oleh orang lain (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku merokok merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang


dengan cara membakar tembakau dan menghisap asapnya, baik menggunakan
rokok atau pipa (Sitepoe dalam Sari, 2016).

Perokok dibagi menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif.
Perokok aktif adalah seseorang yang langsung melakukan aktivitas merokok
atau menghisap rokok, sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang tidak
memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang
dihembuskan oleh orang lain (Thayyarah, 2013).

b. Tahapan perilaku merokok


Perilaku merokok tidak terjadi secara kebetulan, karena ada tahap yang
dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu Seorang
yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut
Leventhal dan Cleary dalam Fajar Juliansyah (2010) ada 4 tahap dalam perilaku
merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
1) Tahap preparatory
Tahap ini remaja mendapatkan model yang menyenangkan dari
lingkungan dan media. Remaja yang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari
hasil bacaan yang menimbulkan minat untuk merokok. Life model remaja
yaitu:
a) Teman sebaya yang paling utama menjadi life model, remaja akan
menularkan perilaku merokok dengan cara menawari teman-teman
remaja lain tentang kenikmatan merokok, atau solidaritas kelompok.
Dari teman sebaya ini kemudian remaja yang belum merokok
menginterprestasi bahwa dengan merokok dia akan mendapatkan
kenyamanan, dan atau dapat diterimah oleh kelompok, dari hasil
interpretasi tersebut kemunkinan remaja membentuk dan
memperkokoh anticipatory belief yaitu belief yang mendasari bahwa
remaja membutuhkan pengakuan teman sebaya
b) Orang tua, orang tua yang merokok kemungkinan berdampak besar
pada pembentukan perilaku merokok pada remaja. Hal tersebut
membuat permission belief remaja. Interpretasi remaja yang mungkin
terbentuk adalah bahwasanya merokok tidak berbahaya, tidak
melanggar peraturan norma. Hasil dari interpretasi tersebut
memungkinkan terbentuknya permission belief system.
c) Model lain yang sangat berpengaruh juga adalah peran media massa.
2) Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang meneruskan untuk
Tetap mencoba-coba merokok, setelah terbentuk interpretasi - inpretasi tentang
model yang ada, kemudian remaja mengevaluasi hasil interpretasi tersebut
melalui persaan dan perilaku
3) Tahap Becoming Smoker
Menurut Leventhal dan Clearly dalam Rochayati (2015) tahap
becoming smoker merupakan tahap dimana seseorang telah mengkonsunsi
rokok sebanyak empat batang perhari. Hal ini didukung dengan adanya
kepuasan psikologis dari dalam diri, dan terdapat reinforcement positif dari
teman sebaya. Untuk memperkokoh perilaku merokok paling tidak ada
kepuasan psikologis tertentu yang diperoleh ketika remaja merokok, dijelaskan
oleh Helmi dan Komalasari (2013) sebagai akibat atau efek yang diperoleh dari
merokok berupa kayakinan dan perasaan yang meyenangkan. Hal ini
memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi remaja dianggap bisa
memberikan kenikmatan yang menyenangkan. Selain mendapatkan kepuasan
psikologis, reinforcement positif dari teman sebaya juga merupakan faktor
yang menentukan remaja untuk merokok karena lingkungan teman sebaya
mempunyai arti yang penting bagi remaja untuk bisa diterima. Menurut
Brigham dan Helmi (2013) remaja tidak ingin dirinya disebut banci atau
pengecut dan merokok dianggap sebagai simbolisasi kejantanan, kekuasaan
dan kedewasaan. Bisa jadi simbol kedewasaan kejantanan dan kekuasaan
merupakan hasil evaluasi proses kognisi atas interpretasi remaja terhadap orang
tua yang bertindak sebagai life-model merokok yang kemudian dievaluasi
melalui perasaan dan tindakan yaitu dengan merokok akan terlihat jantan,
dewasa, dan berkuasa tentunya akan sangat membanggakan
4) Tahap Maintenance Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek
fisiologis yang menyenangkan, pada tahap ini individu telah betul-betul
merasakan kenikmatan dari merokok sehingga merokok sudah dilakukan
sesering munkin untuk mengeliminasi kecemasan, menghindari kecemasan
juga sebagai upaya untuk relaksasi menghilangkan kelelahan, rasa tidak enak
ketika makan ketika bekerja, ketika lelah berpikir, bahkan ketika merasa
terpojokan. Tahap ini terjadi setelah keyakinan ini terbentuk yaitu keyakinan
dengan merokok mendapat pengakuan dari teman sebaya (anticipatory beliefs),
serta keyakinan bahwa merokok bukan merupakan suatu pelanggaran norma
(permissions beliefs). Selain itu perilaku permisif orang tua tentang bagaimana
menyikapi remaja yang merokok dapat berpengaruh pada perilaku merokok
remaja, jika saja orang tua mau bersikap tegas maka perilaku merokok pada
tahap maintenance of smoking ini dapat ditekan atau diminimalisir (Rochayai,
2015).
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi
Sejumlah studi menyebutkan sebagian besar perilaku merokok dimulai di
usia remaja. Data Riskesdas 2013 menunjukan bagaimana pola merokok yang
ada di Indonesia, dimana rata - rata umur mulai merokok secara nasional adalah
pada anak usia remaja dengan persentase penduduk yang mulai merokok tiap
hari terbanyak pada umur 15-19 tahun (Depkes, 2013).
Levy (dalam Mukhlis & Muqim, 2013:208-211) mengemukakan
kebiasaan merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya
kebiasaan merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga
disebabkan oleh faktor lingkungan. Selanjutnya Laventhal dan Cleary (dalam
Mukhlis & Muqim 2013: 210) mengemukakan faktor-faktor penyebab perilaku
merokok yaitu:
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2014).
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni:
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo,
2014).
b. Klasifikasi
Budiman (2013) dalam Astuti (2014) menjelaskan bahwa jenis
pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
1) Pengetahuan implisit
Merupakan pengetahuan yang amsih tertanan dalam bentuk
pengalaman seseoarang dan pengetahuan ini tidak akan bersifat nyata,
seperti keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip.
2) Pengetahuan Eksplisit
Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud
nyata, pengetahuan ini bias dalam bentuk perilaku kesehatan.
c. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”
ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum,
rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada ikatannnya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
suatu justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Sunaryo,
2014).
d. Kategori pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), membagi pengetahuan menjadi 3
kategori:
1. Baik yaitu apabila subyek mampu menjawab dengan benar 76% -
100% dari seluruh pertanyaan
2. Cukup yaitu apabila subyek mampu menjawab dengan benar 56%
- 75% dari seluruh pertanyaan
3. Kurang yaitu apabila subyek mampu menjawab dengan benar
kurang dari atau sama dengan 55% dari seluruh pertanyaan.
2. Sikap
a. Pengertian
Sikap (attitude) adalah evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada
objek tersebut (Berkowitz dalam azwar, 2013). Ambivalen individu
terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tetentu. Sikap merupakan
perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap.
Thurston mendefinisikan sikap sebagai derajad efek positif atau efek
negatif terhadap suatu objek psikologis (Edwards dalam azwar, 2013)
Menurut lapierre mendifinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku,
tendensi, atau kesiapan antisipastif, predisposisi untuk menyesuaikan
diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon
terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (Azwar 2013).
b. Komponen – komponen sikap
Menurut Allport dalam Azwar (2013) sikap dibagi menjadi 3
komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu konsep
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak

Dimana ketiga komponen diatas secara bersama – sama


membentuk sikap yang utuh ( total attitude).
c. Sifat sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif
menurut purwanto (Maemanah,2014).
1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenengi, mengharapkan objek tertentu.
2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

3. faktor alasan psikologis


Menurut Hussin dan Mariani (2004), terdapat beberapa faktor
lain yang menjadi penyebab kenapa remaja ingin merokok yaitu:
a) merasa kesulitan dalam pelajaran
Remaja berpendapat merokok dapat bermakna untuk
meningkatkan konsetrasi saat mendapatkan kesulitan dalam belajar,
dan menghalau rasa kantuk, sehingga kebiasaan merokok dapat
menyebabkan ketergantungan perokok sehingga sulit untuk dia
hindari (Alamsyah, 2009).
b) Ingin terlihat keren
Faktor keinginan terlihat keren terjadi karena mereka ingin
menjadi dewasa, remaja berpendapat merokok sebagai suatu tanda
kebebasan dan perilaku merokok tidak salah dari segi moral. Ada
remaja yang berpendapat bahwa yang mempengaruhi mereka untuk
merokok adalah merokok dapat membuat mereka menjadi keren dan
unik.
c) Ingin diterima dalam pergaulan
Merokok merupakan tren atau budaya pada masa kini, supaya
remaja diterima teman-teman, ibu dan bapak yang tidak peduli jika
remaja merokok, merokok dapat bermakna untuk mengakrabkan
suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan
kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering
bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari
dari merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam
lingkungan teman dan merasa lebih nyaman (Alamsyah, 2009).
d) Ingin mencoba merokok
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Sehingga sekali
mencoba hingga ketergantungan.
4. Pengaruh lingkungan sosial
Faktor-faktor pendorong yang dapat mempengaruhi perilaku
merokok yaitu lingkungan sosial seseorang akan berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosialnya, pengaruh perilaku orang tua,
pengaruh teman dan pengaruh faktor kepribadian serta pengaruh iklan yang
dapat mempengaruhi perilaku merokok pada remaja (Nasution, 2007)
meliputi:
a) Pengaruh orang tua
Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anakanak yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari
keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun
obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling
kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu
perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk
mencotohnya (Aryani dkk, 2010).
b) Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok, maka semakin besar kemungkinan temantemannya menjadi
perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang
kedua, teman-temanya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga
akhirnya semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87 %
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja tidak perokok (Aryani dkk, 2010).
c) Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Iklan yang
dilakukan industri rokok mempunyai kekuatan finansial yang sangat besar
untuk membuat propaganda. Industri rokok dapat memasuki kehidupan
masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan olahraga di
televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus dan
sekolah yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi salah
satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa bagi pelajar
berprestasi. Sunggu suatu ironis yang tidak disadari atau tidak diacuhkan
masyarakat Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi pemandangan yang
menyajikan keindahan alam, kebugaran, kesuksesan. Padahal rokok itu
sendiri dapat menyebabkan polusi yang mencemarkan lingkungan dan
merusak kesehatan (Alamsyah, 2009).
D. Kerangka pikir
E. Hipotesa
Dari kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ha : ada hubungan pengetahuan dengan perilaku merokok siswa laki – laki
b. Ha : ada hubungan sikap dengan perilaku merokok siswa laki – laki
c. Ha : ada hubungan faktor psikologis dengan perilaku merokok siswa laki – laki
d. Ha : ada hubungan pengaruh lingkungan sosial dengan perilaku merokok siswa laki
- laki

Anda mungkin juga menyukai