Anda di halaman 1dari 8

A.

LATAR BELAKANG
Pada masa kanak-kanak bermain merupakan salah satu kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental anak. bermain dapat dimulai sejak anak berusia 0 tahun. Efektifitas
bermain anak sangat ditentukan oleh jenis permainan yang disesuaikan dengan
usia anak, selain itu peran orang tua dalam menunjang kebutuhan bermain anak
sangat diperlukan.
Bermain dapat membebaskan anak dari tekanan dan stres akibat situasi
lingkungan. Saat bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan
dorongan yang tidak dapat diterima dalam bersosialisasi. Anak juga bisa
bereksperimen dan mencoba situasi yang menakutkan serta merasa seolah olah
mengalami atau berada pada posisi tersebut. Anak-anak mengungkapkan lebih
banyak tentang diri mereka sendiri dalam bermain, mengkomunikasikan
beberapa kebutuhan, rasa takut, dan keinginan yang tidak dapat mereka
ekspresikan dengan keterampilan bahasa mereka yang terbatas (Whaley &
Wong, 2001).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang disadari. Tetapi pada kenyataannya, tidak semua anak dapat
melalui masa anak-anaknya dengan mulus. Ada sebagian anak yang dalam
proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan sehingga anak
harus dirawat di rumah sakit (hospitalisasi). Selama dirawat di rumah sakit,
anak tetap mempunyai kebutuhan bermain.
Hospitalisasi adalah suatu keadaan yang menyebabkan seorang anak
harus tinggal di rumah sakit untuk menjadi pasien dan menjalani berbagai
perawatan seperti pemeriksaan kesehatan, prosedur operasi, pembedahan, dan
pemasangan infus sampai anak pulang kembali ke rumah. Respon anak terhadap
hospitalisasi dipengaruhi oleh tahapan usia perkembangan, pengalaman
sebelumnya terhadap sakit, mekanisme pertahanan diri yang dimiliki, dan
sistem dukungan yang tersedia. Permasalahan yang muncul terkait respon
anak terhadap terhadap hospitalisasi adalah banyak anak menolak saat
menjalani perawatan dirumah sakit karena harus menyesuaikan diri dengan

1
lingkungan rumah sakit yang asing, apalagi menjalani rawat inap dalam
jangka waktu yang lama.
Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stres bagi anak,
terutama disebabkan oleh perpisahan dari lingkungan. Anak yang sedang
sakit hampir selalu memperlihatkan sikap yang sangat mudah tersinggung,
mudah cemas, pemarah, agresif, penakut, curiga, dan sensitif. Banyak faktor
yang menyebabkan reaksi tersebut, antara lain karena cemas berpisah dari
orang tua dan faktor usia.
Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan
yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif atau perasaan yang tidak
diketahui jelas sebabnya atau sumbernya seperti ketegangan, ketakutan dan
kekhawatiran. Dampak kecemasan pada anak yang menjalani perawatan,
apabila tidak segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan
terhadap tindakan perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga akan
berpengaruh terhadap lamanya hari rawat anak dan dapat memperberat
kondisi penyakit yang diderita anak
Pada umumnya, anak lebih berespon terhadap alat permainan sebagai
media penyampaian informasi. Khusus prosedur yang menimbulkan nyeri,
persiapan yang paling efektif meliputi penyediaan informasi tentang prosedur
dan membantu anak mengembangkan keterampilan koping, seperti teknik
perumpamaan atau analogi, distraksi, dan relaksasi. Ada beberapa mekanisme
koping sederhana yang bisa diajarkan, misalnya relaksasi, menarik nafas,
berhitung, masase tangan, atau menyanyi. Semua teknik tersebut dapat
dimodifikasi dengan aktivitas bermain.
Dengan bermain, anak melepaskan ketakutan, kecemasan,
mengekspresikan kemarahan dan permusuhan. Bermain merupakan cara koping
yang paling efektif untuk mengurangi kecemasan. Dalam penelitiannya, Lia
Herliana (2001) menyimpulkan bahwapemberian terapi bermain pada anak
meningkatkan sikap kooperatif selama menjalani hospitalisasi. Sebab ketika
bermain anak mengekspresikan beberapa perasaan mereka seperti frustasi,
hostilitas permusuhan dan agresil tanpa takut dimarahi oleh staf keperawatan.

2
Anak juga akan memperoleh kegembiraan dan kesenangan yang membuatnya
lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan selama hospitalisasi.
Permainan yang cocok diterapkan untuk anak usia prasekolah salah
satunya adalah permainan membentuk (konstruksi) seperti clay. Clay adalah
sejenis bahan yang menyerupai lilin lembut dan mudah dibentuk. Terapi
bermain dengan menggunakan jenis clay seperti playdough cocok diberikan
pada anak yang sedang menjalani perawatan, karena tidak membutuhkan
energi yang besar untuk bermain. Permainan ini juga dapat dilakukan di
atas tempat tidur anak, sehingga tidak mengganggu dalam proses pemulihan
kesehatan anak. Hasil penelitian terdahulu oleh Rahmani dan Moheb (2010)
tentang terapi clay dalam menangani kecemasan pada anak usia prasekolah
menunjukkan bahwa ada perbedaan kecemasan antara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan setelah diberikan terapi bermain Clay.
Secara nyata anak yang dirawat di rumah sakit akan mendapatkan
pengamanan yang optimal namun program permainannya belum tentu efektif,
sehingga perlu dibuat program bermain yang lebih efektif.
Rata-rata anak yang dirawat di RSUD Dr. Moewardi fungsi motorik
sudah berkembang dengan baik dan fungsi motorik halus mulai mengalami
perkembangan. Demikian juga fungsi sosial dan bahasa sudah mulai terbentuk.
Karena itu perlu program bermain yang dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal bagi anak, salah satunya adalah bermain Clay.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti program bermain, anak dapat menunjukan rasa
percaya diri serta mengurangi kecemasan, stress dan kebebasan anak
selama di rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan kemampuan motorik halus karena dengan adanya
mengepal, meremas dengan memijat, memipih, menekan dan lain-
lain dapat menggerakan, melatih dan memperkuat otot halus anak.

3
b. Mengenal konsep warna.
c. Memperluas wawasan dan pengetahuan. Anak akan mengetahui
bagaimana membuat suatu bentuk
d. Mengembangkan imajinasi dan Fantasi.
e. Mendorong kepercayaan diri, membiarkan anak membentuk clay
dapat menimbulkan suatu rasa tanggung jawab dan percaya diri

C. JENIS PERMAINAN
Membentuk Clay

D. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Menurut isi
Skill play : melatih keterampilan anak dalam motorik kasar dan halus
berupa memilih warna dan membentuk clay
2. Menurut karakter sosial
Assosiatif play : bermain bersama dengan aturan tidak terlalu ketat.

E. SASARAN / KELOMPOK USIA


Anak yang dirawat di ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi Surakarta, , usia 3-5
tahun dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
1. Criteria inklusi :
a. Anak pra sekolah
b. Anak yang kooperatif, dan mau diajak bermain.
c. Anak yang kondisi umumnya baik.
d. Anak yang tidak memiliki resiko jatuh rendah (skor 7 – 11)
e. Anak yang memiliki kondisi hemodinamik normal.
2. Criteria eksklusi :
a. Anak yang sudah sekolah (alternative jika sewaktu-waktu dibutuhkan)
b. Anak yang kondisi umumnya tidak baik.
c. Anak yang kondisi hemodinamiknya tidak baik.
d. Anak yang memiliki resiko jatuh tinggi (skor > 12)
e. Anak yang tidak kooperatif

4
f. Anak yang terpasang transfusi darah
g. Anak yang menjalani post kemoterapi.

F. JADWAL PELAKSANAAN
1. Hari / Tanggal : Jumat, 28 Septeber 2018
2. Jam : 11.30 – 12.30 WIB
3. Tempat : Ruang bermain Melati 2 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta

G. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Clay
2. Penggaris
3. Papan pengalas
4. Baby oil / minyak zaitun

H. HAL – HAL YANG MENJADI POKOK PERHATIAN


1. Ada tidaknya resiko permainan
2. Anak tidak boleh dipaksa dalam program bermain ini
3. Bila anak kelelahan bermain harus dihentikan
4. Permainan berfokus untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar,
halus, sensorik, kognitif dan efektif

I. ANTISIPASI UNTUK MEMINIMALKAN HAMBATAN


1. Konsultasi dengan pembimbing klinik
2. Menyelesaikan jadwal bermain dengan kegiatan yang lain
3. Membatasi waktu bermain yaitu selama 1 jam
4. Menyediakan reward/ penghargaan untuk meningkatkan motivasi
5. Komunikasi dengan pengasuh/orang tua bila ada

J. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


1. Aspek Psikomotor
Anak dapat memilih warna yang tepat sesuai yang dinginkan

5
2. Aspek Kognitif dan Afektik
Tanggap terhadap perintah untuk memilih warna dalam bermain Clay,
Anak mampu berkonsentrasi saat diajari oleh mahasiswa.
3. Aspek Bahasa
Anak dapat mengekspresikan perasaan senang dan bangga atas
keberhasilan bermain Claya seperti yang telah diajarkan. Anak dapat
mengemukakan pendapat selain yang telah diajarkan.
4. Aspek Sosial
Anak mampu mengenal dan mampu menyebut nama teman-temannya
dan bisa membantu temannya yang butuh bantuan

K. RENCANA KEGIATAN
1. Pembukaan : 10 menit
- Perkenalan perawat dan peserta program bermain
- Menjelaskan teknik/ cara bermain
2. Pelaksanaan : 30 menit
- Mahasiswa mendemonstrasikan cara bermain Clay
- Anak mencoba mempraktikkan cara bermain Clay
- Anak mampu menunjukan hasil permanan Clay
- Memberikan kesempatan pada pembimbing untuk memberikan saran
dan kritik
- Mengucapkan salam penutup dan terimakasih

L. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Leader : Pasien

: Observer : Fasilitator

6
M. PENGORGANISASIAN
Leader : Aldiana Waluwanja
Fasilitator : Delshianne F.N.
Observer : Aldiana W. dan Delshianne F.N.

N. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur :
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara di mulai.
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. SAP dikonsultasikan pada pembimbing klinik dan akademik.
d. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan.
e. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain
dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan.
2. Evaluasi proses :
1. 90 % anak mengikuti progaram bermain sampai selesai
2. 90 % anak mampu memilih warna yang tepat dan membentuk sesuatu
yang anak inginkan, seperti bunga atau bintang
3. 80 % anak mampu berkonsentrasi saat membentuk bunga dari clay
4. 75 % pembimbing ikut terlibat dalam kegiatan bermain.
3. Evaluasi hasil :
a. Perasaan anak setelah dilakukan terapi bermain
b. Memberikan reward pada anak.

7
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI BERMAIN : CLAY
PADA PASIEN ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 tahun)
DI RUANG MELATI II
RSUD Dr. MOEWARDI - SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Belajar Klinik Keperawatan Anak

DISUSUN OLEH :
Aldiana Waluwanja : 070117B006
Delshianne F. Nahak : 070117B019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

Anda mungkin juga menyukai