Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan tugas mata kuliah
NEUROBEHAVIOUR yang berjudul MAKALAH AVPU dan ACDU .
Makalah ini dibuat untuk mengetahui teknik AVPU dan ACDU yang dilakukan oleh perawat.

Melalui tugas ini di harapkan para pembaca dapat memahami tentang teknik AVPU
dan ACDU yang telah dilakukan perawat.
Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Jember ,18 November 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................…...........


DAFTAR ISI.................................................................................................…...........

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………..............................................
1.2 Rumusan masalah………………………………………..........................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian AVPU dan ACDU .....................................................................................
3.2 Cara penilaian tingkat kesadaran.................................................................................
3.3 Penanganan tingkat kesadaran menggunakan metode AVPU dan ACDU.................
3.4 Kelemahan menggunakan metode AVPU dan ACDU...............................................
3.5 Peran perawat..............................................................................................................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……………………………………………..………..............................
4.2 Saran…………………………………………………………..................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang

Anatomi Sistem Saraf Otak merupakan pusat sistem saraf. Otak dapat dibagi menjadi
korteksserebral, ganglia basalis, talamus dan hipotalamus, mesencephalon, pons,serebelum.
Kortex serebral tersusun menjadi dua hemisfer yang masing-masing dibagi menjadi empat
lobus yaitu: lobus frontal, parietal, occipital, dan temporal. Serebrum bertanggung jawab
untuk fungsi motorik, asosiatif, danfungsi mental. Ganglia basalis terdiri dari nukleus
caudatus dan lentikularis,kapsula interna, dan amigdala yang merupakan struktur
extrapiramidal.Struktur ini berfungsi untuk modulasi gerakan volunter tubuh, perubahan
sikap tubuh, dan integrasi otonom. Ganglia basal berperan khusus dalam gerakanextremitas
secara halus. Kerusakan ganglia basal akan mengakibatkan kakudan tremor.

Talamus merupakan stasiun pemancar impuls sensorik dan motorik yang berjalan dari
dan ke otak. Talamus berperan dalam kontrol respon primitif seperti rasa takut, perlindungan
diri, pusat persepsi nyeri, dan suhu.Hipotalamus terletak dibawah talamus terdiri dari kiasma
optikum dan neurohipofisis. Neurohipofisis bertanggungjawab pada pengaturan suhu,cairan,
nutrisi, dan tingkahlaku seksual.

Talamus merupakan stasiun pemancar impuls sensorik dan motorik yang berjalan
dari dan ke otak. Talamus berperan dalam kontrol respon primitif seperti rasa takut,
perlindungan diri, pusat persepsi nyeri, dan suhu.Hipotalamus terletak dibawah talamus
terdiri dari kiasma optikum danneurohipofisis. Neurohipofisis bertanggungjawab pada
pengaturan suhu,cairan, nutrisi, dan tingkahlaku seksual.

B.Pengertian Kesadaran
Kesadaran adalah keadaan sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan.Kesadaran
membutuhkan fungsi normal dari kedua hemisfer serebri danascending retikular activating
system (ARAS), yang meluas dari midpons kehipotalamus anterior. Proyeksi neuronal
berlanjt dari ARAS ke talamus,dimana mereka bersinaps dan diproyeksikan ke korteks.
Kesadaran terdiri dari2 aspek yaitu bangun (wakefulness) dan ketanggapan (awareness) :

1.Aspek bangun (wakefulness) : diatur oleh fungsi otonom vegetatif otak yang bekerja akibat
adanya stimulus ascenden dari tegmentum pontin, hipotalamus posterior dan talamus (ARAS)

2.Aspek tanggap (awareness) : diatur oleh neuron kortikal dan proyeksitimbal baliknya
dengan inti-inti sub kortikal.Tanggap membutuhkan bangun, tapi bangun dapat terjadi tanpa
harus tanggap.

Sadar adalah keadaan tanggap akan lingkungan dan tanggap akan diri dalam
lingkungan tersebut. Orang yang tanggap secara normal akan diri dan lingkungan disebut
sadar penuh (fully alert). Keadaan tidak tanggap atau tidak berorientasi penuh tapi mampu
terjaga atau bangun dengan normal disebut confused. Delirium adalah bentuk agitasi
confused.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian tingkat kesadaran AVPU dan ACDU?
2. Apa perbedaan AVPU dan ACDU?
3. Bagaimana implementasi AVPU dan ACDU?
4. Bagaimana cara pemeriksaan AVPU dan ACDU?
5. Apa kelemhan dan kelebihan AVPU dan ACDU?
6. Bagaimana peran perawat dalam menerapkan teknik AVPU dan ACDU?

1.3 Tujuan penulisan


1.3.1Tujuan umum
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam memahami dan
mengetahui teknik AVPU dan ACDU.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Agar dapat mengetahui definisi penurunan kesadaranAgar dapat mengetahui


cara penilaian kesadaran
2. Agar dapat mengetahui cara penilaian kesadaran
3. Agar dapat mengetahui penanganan dengan penurunan kesadaran dengan
metode AVPU
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu (Corwin,2001)

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak
terjaga atau tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respon yang
normal terhadap stimulus.

Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang


mengenal atau mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya (Padmosantjojo, 2000).

tingkat kesadaran dibedakan menjadi :


1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya).
Dalam penilaian tingkat kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :

1. AVPU
1. Alert
Adalah membuka mata spontan, fungsi motorik berbicara dan utuh, misalnya
anggota badan gerak.
2. Voice
Adalah merespon bila diajak bicara, misalnya bicara mendengus atau aktual.
3. Pain
Adalah merespon rasa sakit misalnya, menggosok sternum.
4. Unresponsive
Adalah jika tidak ada respon terhadap rasa sakit, yaitu tidak ada gerakan mata,
suara atau motorik.
2. ACDU
1. Alertnes
Pasien diperiksa apakah baik kesadarannya
2. Confused
Pasien merasa bingung atau kacau
3. Drowsiness
Pasien diperiksa apakah mudah tertidur
4. Unresponsiveness
Pasien diperiksa dan tidak ada respon
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PENGERTIAN
AVPU adalah tindakan gawat darurat untuk menilai tingkat kesadaran dengan
menggunakan (Alert) sadar baik,(verbal) merespon dengan kata-kata,(pain)
dirangsang dengan nyeri contohnya cubitan dan pijatan dibagian
sternum,(unresponsivenes) atau pasien tidak sadar sama sekali baik menggunakan
alert,verbal maupun pain.
ACDU adalah suatu teknik untuk menilai tingkat kesadaran dengan
menggunakan (alertness) pasien diperiksa apakah kesadarannya baik,(confusion)
pasien merasa bingung/kacau,(drowsiness) mudah tertidur,(unresponsiveness)
tidak ada respon.
3.2 PERBEDAAN AVPU dan ACDU
a) AVPU tidak meadai untuk mendeteksi perubahan awal pada ingkat
kesadarn yang dapat terjadi pada pasien kritis atau akut,sedangkan ACDU
lebih baik untuk menilai lingkungan sederhana dari pasien dengan
penyakit serius.
b) AVPU disukai perawat dengan derajat disfungsi neurologis lebih besar
sedangkan ACDU disukai ketika ada penurunan yang relatif kecil di GCS.
3.3 IMPLEMENTASI
Pendidikan sangatlah berpengaruh pada tingkat pengetahuan seperti yang
dijelaskan oleh Azis (2005) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
maka semakin besar keinginan untuk memanfaatkan dan menerapkan pengetahuan
dan keterampilan,sebaliknya rendahnya tingkat pendidikan maka semakin sedikit
keinginan untuk melaksanakan ketrampilan.
Pengetahuan sangatlah penting untuk dikuasai karena tidak mungkin seseorang
dapat memberikan tindakan yang cepat,tepat dan akurat kalau dia tidak menguasai
ilmunya,hal itu seiring dengan pendapat serang ahli yang mengemukakan bahwa
pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmojo,2007).
Early Warning Skor (EWS) mengemukakan bahwa poit untuk “alert” adalah
nol,menyiratkan bahwa pasien sadar penuh,poin 1-3 pasien tidak merespon suara
atau nyeri,menyiratkan terjadi penurunan kesadaran yang sedang sampai berat
(Chris,2015).
Banyak area klinis menggunakan alat penilaian AVPU. Jika kita melihat pada
bagan observasi Bristol dan bagan respon neurologi inilah yang akan kita lihat.
Hanya keadaan sadar (A) yang bukan merupakan pemicu atau memiliki skor. Jika
pasien adalah V,P atau U,kita perlu mengukur GCS pasien dan memberi tahu
perawat yang bertanggung jawab (Claire,2015).

3.4 CARA PEMERIKSAAN AVPU dan ACDU

a. Persiapan pasien
1. Pasien bisa dalam keadaan duduk atau berbaring
2. Pasien dalam posisi duduk saat dilakukan pengkajian saraf kranial.
3. Pengkalian fungsi sensorik,motorik dan reflek membutuhkan klien
dalam berbagai posisi.
b. Uji syaraf kranial :

NI.N. Olfaktorius
Penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau, wangi-
wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya dengan mata tertutup.

N.II. N. Opticus
Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan
optotipe snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan
dengan kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada.

N.III/ Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN


Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata
kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi.
N.V. Trigeminus
Berfungsi sensorik dan motorik,Sensorik diperiksa pada permukaan
kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang bawah serta goresan kapas dan mata
tertutup
Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus
muskulusmasketer saat diperintahkan untuk gerak menggigit.

N.VII/ Fasialis fungsi motorik N.VII


Diperiksa kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi,
mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan gigi depan )bersiul
, menggembungkan pipi.fungsi sensorik diperiksa rasa pengecapan pada
permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam).

N.VIII/ Vestibulo - acusticus


Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach
dengan garpu tala.

N.IX/ Glosofaringeus, N.X/vagus


Diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan menelan
pasien.

N.XI / Assesorius
Diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan (
kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala.

N.XII/ Hipoglosus
Diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus ,
gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam.
Penanganan penurunan kesadaran dengan metode AVPU

1. AVPU

Menggunakan sistem AVPU dimana pasien diperiksa apakah sadar


baik (alert), berespon dengan kata-kata(verbal), hanya berespon jika dirasang
nyeri(pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal
maupun diberi rangsang nyeri(unresponsive).

A (Alert) : korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V

V(Verbal) : cobalah memanggil-manggil pasien dengan berbicara keras


ditelinga korban. Pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau
menyentuh pasien, jika tidak merespon lanjut ke P.

P(Pain) : cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan dipangkal kuku. Selain itu dapat juga
menekan bagian tengah tulang dada atas sternum dan juga area diatas mata .

U(Unresponsive) : setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak


bereaksi maka pasien bereda dalam keadaan unresponsive.

Pemeriksaan AVPU

A Alert (sadar) Klien sadar penuh membuka mata dengan


spontan,dapat menggerakkan kaki/tangan
sebagaimana diperintahkan,dan menjawab
pertanyaan yang sederhana secara benar.
V Respon to voice klien hanya memberikan respon ketika
dirangsang dengan suara,klien mungkin hanya
bereaks dengan suara-suara yang tidak
berarti,mengerang atau hanya membuka mata.
P Respon to pain Klien memberikan reaksi ketika dirangsang
dengan sensasi nyeri (ex:pijatan dikuku jari)
U Unresponsive Klien tidak menunjukkan reaksi apapun
2. ACDU

Metode yang lebih sederhana dan lebih mudah dari AVPU dengan
hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa
kesadaraannya apakah baik (alertness), bingung atau kacau (confusion),
mudah tertidur(drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).

3.5 kelemahan dalam metode AVPU dan ACDU

Kelemahan pada metode AVPU dan ACDU adalah metode yang


kurang rinci dalam mengevaluasi status neurologi contohnya eye opening,jika
GCS penderita memiliki skor neurologi

b) membuka mata spontan


c) membuka mata bila dipanggil
d) membuka mata bila dirangsang nyeri
e) tidak memberi respon

3.6 Peran perawat pada penerapan metode AVPU dan ACDU

Peran perawat dalam melakukan teknik AVPU dan ACDU terhadap


pasie gawat darurat yaitu tindakan dimana perawat mengecek respon status
neurologi alert,verbal,pain,unresponsive
BAB IV

PENELITIAN TENTANG AVPU dan ACDU

Sebuah elemen penting alam meningkatkan perawatan pasien dengan sepsis


adalah identifikasi awal dan intervensi dini. Rata peringatan dini (EWS) sistem
memungkin identifikasi awal kerusakan fisoiologis. Sebuah standart nasional EWS
(NEWS) telah diusulkan untuk digunakan di National Health Sevice di Inggris.

Penilaian neurologis merupakan komponen penting dari skor peringatan dini


digunakan untuk mengdentifikasi pasien bangsal sakit parah. Kami menyelidiki
bagaimana dua skala sederhaa ( ACDU- Alert,bingung,mengantuk ,responsif,dan
AVPU-alert,merespn suara,mereson sakit,responsif) dibandingan dengan satu sama
lain dan juga untuk lebih rumit Glasgow Coma Scale (GCS). Perawat bedah saraf
mencatat tingkat sadar pasien dengan masig-masing 3 skala. Selama 7 bulan,1020
pengukuran analis dikumpulkan. Kedua skala sederhana diidentifikasi berbeda GCS
berkisar,meskipun beberapa tumpang tindih terjadi (p<0,001). Skor GCS median
terkait dengan AVPU adalah 15,13,8 dan 6 dan untuk ACDU adalah 15,13,10,6. Nilai
median dari ACDu yang lebih merata dari pada AVPU dan karena itu mungkin lebih
baik untuk mengidentifiasi mengalami kerusakan awal tingkat sadar ketika mereka
terjadi pada pasien bangsal sakit kritis.

Observasi yang diambil pada pertemuan yang digunakan untu menghuitung


NEWS tersebut. Untuk beberapa analisis pasien dibagi menjadi empat kategori
berdasarkan sskor total mereka: 0-4,5-6,7-8,9-20. Analisis pengelompokkan ini
didasarkan pada distribusi skor NEWS untuk memberikan empat kelompok berukuran
kiraa-kira sama untuk perbandingan. Dalam rangka untuk menilai pengaruh usia pada
semua endpoint usia di sesuaikan NEWS juga dihitung (0 poin untuk <50 tahun,2
poin untuk 50-70 tahun,3 poin > 70 tahun). NEWS (National Early Warning Skor) ini
menggunakan AVPU ( peringatan,suara,rasa sakit,tidak rsponsif) skor untuk
menentukan kesadaran pasien. Dimana skor AVPU tidak tersedia,skor coma glasglow
(GCS) dianggap alternatif yang dapat diterima (GCS 15= A,GCS< 15=V,P,U).

Dalam penelitian observasional prospektif,dokter darurat secara mandiri


dirugaskan GCS,sederhana motor skala, dan dua skala 4-poin-AVPU (alert,merespon
rangsangan verbal,merespn rangsangan nyeri,tidak responsive) dan ACDU
(alert,bingung ,mengantuk,tidk responsive)- untuk kualifikasi subyek dewasa. Dua
dokter mengisi formulir data calon dalam waktu lima menit dari satu sama lain sambil
tetap buta untuk penilaian masing-masing. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk
keandalan interrater dari semua skala menggunakan perjanjian sederhana,kappa
unweighted,Spearman rho,kendall tau-b. HASIL: seratus dua puluh enam mata
pelajaran yang teraftar,dengan 6 kemudian dikecualikan. Perjanjian persentase adalah
83% untuk motor skala sederhana,58% untuk skala ACDU, 57% untuk skala
AVPU,dan 42% untuk total GCS. Nilai-nilai kappa yang 0.70 untuk sederhana motor
skala, 0,43 untuk ACDU, 0,41 untuk AVPU ,dan 0,32 untuk total GCS.

Sebagian PFC bertindak sebagai keelakaan dan layanan darurat, alat penilaian
yang tepat akan menjadi siaga,mereson suara,merespn sakit,tidak responsif (AVPU).

Untuk mengevaluasi akurasi,sensitivitas,spesifisitas dan kesepakatan antar-


penilaian dari AVPU ( alert,voice,pai,tidak responsif) bila digunakan oleh non-
spesialis staf perawat kesadaran menilai,dan untuk menyelidiki pandangan pengguna.
Video rekaman simulasi penilaian kesadaran dikembangkan dan diverifikasi oleh
panel ahli. Peserta mencetak simulasi menggunakan AVPU dan menyelesaikan
kuesioner memunculkan pandangan pada skala. Skor AVPU dibandingkan dengan
tingkat fungsional yang disepakati oleh panel.

Hasil dari pnelitian 51 peserta mencetak 225 simulasi. Akurasi keseluruhan


adalah 82,4% (95% CI = 77,7-87,1%),sensitivitas 0,94 (95% CI = 0,90-
0,98),spesifisitas 0,74 (95% CI = 0,66-0,82) dan kesepakatan antar penilai ( un-
weighted kappa) 0,782. Akurasi rendah untuk simulasi yang menggambarkan pasien
berorientasi yang matanya trbuka utuk berbicar (49% benar) dan pasien bingung
dengan memuka mata spontan (61,5% benar). Sensitivitas dan kesepakatan untuk
tingkat yang sesuai dengan “alert” dan “voice” yang 0,81 (95% CI = 0,69-0,93) dan
kappa = 0,506. Peserta mengungkapkan ketidakpasti tentang aspek penggunaan
AVPU ini.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1) Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam
arti tidak terjaga atau tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu
memberikan respon yang normal terhadap stimulus.
2) Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif
mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai
untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon
verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang
dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang
menunjukan adanya penurunan kesadaran.
3) Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya
berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga
tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).
4) Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan
hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien
diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau
(confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon
(unresponsiveness).
5.2 Saran
agar perawat dan para pembaca dapat menggunakan teknik AVPU dan ACDU
dikeadaan gawat darurat.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/177678088/Pengukuran-Kesadaran-Dengan-GCS-Dan-APVU#scribd

https://en.wikipedia.org/wiki/AVPU

http://www.paramedicine.com/pmc/AVPU.html

https://www.studyblue.com/notes/note/n/sample-opqrst-avpu-dcapbtls-pmpdf/file/9827765

http://www.healthyenthusiast.com/tingkat-kesadaran.html

Anda mungkin juga menyukai