Pembimbing:
dr. Lenny Gustaman, Sp. KJ
Disusun oleh :
Auddrey Sindhutomo 2016 – 061 – 063
Frederica Jovianti 2017 – 060 – 10028
Bianca Pinky 2017 – 060 – 10115
Maria Emmanuelle 2017 – 060 – 10125
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : Tidak Sekolah
Pekerjaan : Pemulung botol plastik
Agama : Islam
Alamat : Muara Angke
Tanggal Pemeriksaan : 8 November 2018
Berdasarkan keterangan dari ayah pasien, pasien mulai berperilaku aneh, berbicara tidak
nyambung, sering marah-marah dan lainnya sejak 10 tahun yang lalu (2008). Sejak tahun
2013, pasien semakin sering berbicara sendiri, pembicaraan semakin tidak nyambung dan
pasien menjadi jarang mandi. Pasien hanya mandi satu minggu dua kali. Pasien belum
dibawa ke rumah sakit karena pasien tidak mau pergi berobat. Setelah dibujuk oleh
ayahnya, pasien dibawa ke rumah sakit pada tahun 2016. Untuk membawa pasien ke rumah
sakit, ayah pasien mengajak pasien dengan mengatakan pergi untuk melakukan pengobatan
pada tangannya yang terluka. Setelah itu pasien minum obat (pasien lupa nama obatnya)
dan setelah obat habis pasien tidak berobat lagi.
Pada hari berobat, pasien tampak sedikit berantakan dengan rambut yang dijepit secara
tidak rapih dan lepek. Kuku-kuku pasien masih terlihat kotor sebagai tanda kurang dirawat.
Pada saat dilakukan wawancara dengan pasien, pasien cukup kooperatif namun pasien
sering menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan maupun kenyataan. Pasien mengaku
sudah menikah, memiliki suami tunawicara dan sudah pernah hamil namun keguguran.
Padahal kenyataannya, berdasarkan keterangan dari ayah pasien, pasien belum pernah
hamil.
Pasien diminta untuk menceritakan sebuah dongeng seperti malin kundang, bawang merah
bawang putih dan cerita lainnya namun pasien tidak mengetahui dongeng tersebut. Lalu
pasien diminta untuk bernyanyi lagu Balon-ku, tetapi pada pertengahan lagu tersebut pasien
menyanyikan lirik lagu lain yaitu lagu Pelangi-pelangi. Lalu saat diminta menyanyikan
lagu Indonesia Raya, pasien tertawa cekikikan dan mulai menyanyi dengan berteriak sangat
keras. Namun pada pertengahan lagu, pasien menyanyikan lirik lagu lain yaitu Balon-ku.
Saat ditanya beberapa arti ungkapan seperti “panjang tangan”, pasien menjawab “buah
kedondong”. Saat ditanyakan arti “telor mata sapi” pasien menjawab “buah nangka”.
Ketika ditanyakan artinya “bunga tidur”, pasien menjawab “buah kelengkeng” dan selama
menjawab pasien terlihat tertawa cekikikan dan meloncat-loncat serta mengetok-ngetok
tembok.
Ketika diminta untuk menceritakan bagaimana cara memasak nasi goreng. Pasien mulai
menceritakan cara memasaknya, namun pada pertengahan cerita pasien tiba-tiba bercerita
tentang ayahnya yang bekerja sebagai penarik bajaj dan dilanjutkan secara tiba-tiba dengan
cerita pasien ingin pulang kampung.
Saat pasien ditanyakan mengenai jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun saat ini pasien hanya
cekikikan dan berkata bahwa ia tidak tahu dan ia bodoh. Namun pasien mengetahui sedang
berbicara dengan dokter dan sedang berada di Rumah Sakit Atma Jaya.
Pasien memiliki riwayat kejang sejak bayi hingga saat ini. Kejang timbul tanpa pencetus
yang jelas. Sebelum kejang pasien tidak mempunyai gejala yang khas. Kejang terjadi
berupa kelojotan pada kedua lengan dan kedua tungkai. Kejang biasa berlangsung selama
kurang lebih 3 menit. Pasien tidak mengingat kejadian selama kejang dan setelah kejangnya
berhenti, pasien tampak kebingungan. Dalam 1 minggu kejang dapat timbul 2-3 kali.
Pasien mulai minum obat fenitoin sejak 1 minggu yang lalu. Setelah minum obat untuk
kejang, keluhan kejang semakin berkurang.
G. Riwayat Psikoseksual
Tidak terganggu
H. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah dan ibu pasien masih hidup.
Pasien telah menikah, namun belum dikaruniai anak. Tidak ada riwayat gangguan jiwa
dalam keluarga.
I. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
a. Mimpi : dalam batas normal
b. Fantasi : dalam batas normal
c. Nilai-nilai : dalam batas normal
J. Kepribadian
1. Gangguan persepsi diri : tidak ada
2. Hubungan interpersonal yang dijalin: Hubungan pasien dengan suami dan saudara
baik
3. Fungsi pekerjaan : pasien bekerja sebagai pemulung botol bekas
A. Deskripsi umum
1. Penampilan
a. Perempuan sesuai usia
b. Rambut panjang, dijepit, lepek dan berantakan
c. Berpakaian tidak rapi
d. Higienitas dan perawatan diri kurang baik
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : grimaces dan giggling
3. Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif
B. PEMBICARAAN
1. Spontan
2. Tidak lancar
3. Jelas
4. Tidak selalu menjawab sesuai pertanyaan
E. PIKIRAN
1. Proses Pikir / Bentuk Pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Asosiasi Longgar
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi pikiran : Tidak ada
b. Waham : Tidak ada
c. Usaha bunuh diri : Tidak ada
F. SENSORIUM DAN KOGNISI
Kesiagaan dan Taraf Kesadaran:
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Orientasi:
a) Waktu : Terganggu
b) Tempat: Tidak terganggu
c) Orang : Tidak terganggu
d) Situasi : Tidak terganggu
Ingatan:
a. Segera : Tidak terganggu
b. Jangka pendek : Tidak terganggu
c. Jangka menengah : Tidak terganggu
d. Jangka panjang : Tidak terganggu
Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu
Kemampuan Membaca dan Menulis : Terganggu
Kemampuan Visuospasial : Terganggu
Pikiran Abstrak : Terganggu
Inteligensi dan Daya Informasi : Di bawah rata-rata
G. PENGENDALIAN IMPULS
Terganggu
B. Status Neurologik
Dalam batas normal
C. Pemeriksaan Penunjang
-
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Rawat jalan
2. Farmakoterapi
Risperidone 2x2mg PO
THP 2x2mg PO
Depakote 2x250mg PO
3. Non farmakoterapi
- Edukasi pasien dan keluarga
XI. DISKUSI
1. Resume Kasus
Pasien Ny. D 30 tahun datang dengan keluhan berbicara tidak nyambung dan sering
berbicara tidak nyambung dan sering marah-marah, berbicara sendiri, menyanyi, tertawa
sendiri, melompat-lompat, serta pernah memukul orang tua pasien. Pasien mempunyai
riwayat epilepsi dan sedang dalam pengobatan.
Pada status mental, didapatkan perilaku dan aktivitas psikomotor ada grimaces dan
giggling. Pembicaraan terganggu, afek luas tidak serasi, halusinasi auditorik (+), asosiasi
longgar, orientasi waktu terganggu. Konsentrasi dan perhatian, kemampuan membaca
dan menulis, kemampuan visuospasial, dan pikiran abstrak terganggu. Inteligensi dan
daya informasi di bawah rata-rata. Pengendalian impuls terganggu. Pemeriksaan fisik
dalam batas normal.
2. Formulasi Diagnosis
Aksis I
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Kriteria Umum Skizofrenia berdasarkan PPDGJ III:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
1. Thought echo, Thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
2. Delusion of Control, delusion of influence, delusion of passivity,
delusional perception
3. Halusinasi auditorik
4. Waham-waham menetap jenis lainnya
Atau paling sedikit ada dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
2. Arus pikiran yang terputus
3. Perilaku katatonik
4. Gejala-gejala “negatif”
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih
Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
Kriteria Skizofrenia Hebefrenik:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu, dan senang menyendiri,
namun tidak harus demikian untuk menegakkan diagnosis
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaan yang
khas berikut ini memang benar bertahan:
1. Perilaku yang tidak bertanggungjawab
2. Afek pasien dangkal dan tidak wajar sering disertai oleh cekikikan,
senyum sendiri, tertawa menyeringai, mannerism, ungkapan kata yang
diulang-ulang
3. Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta
inkoheren
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol.
Ada perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud.
Pada pasien ditemukan adanya halusinasi auditorik, perawatan diri kurang baik,
bicara yang inkoheren, adanya grimace dan giggling, serta menimbulkan distress dan
disfungsi. Gejala-gejala tersebut telah berlangsung >1bulan. Pada pasien halusinasi
aditorik (+) namun kurang menonjol, gangguan proses pikir pasien yang lebih menonjol.
Hal-hal tersebut merupakan ciri khas dari skizofrenia hebefrenik.
3. Tatalaksana
Farmakoterapi
o Risperidone 2 x 2 mg PO
o THP 2 x 2 mg PO
o Fenitoin 3 x100 mg PO
Non-Farmakoterapi
a. Edukasi pasien:
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan akibat yang dapat
ditimbulkan dari penyakitnya tersebut.
- Menjelaskan mengenai halusinasi yang dialami pasien adalah suatu hal tidak
nyata dan menjelaskan bagaimana cara mengatasi halusinasi tersebut.
- Memotivasi pasien agar mengonsumsi obat secara teratur dan kontrol teratur
di poliklinik rawat jalan.
b. Edukasi keluarga:
- Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai penyakit yang dialami oleh
pasien.
- Menjelaskan manfaat, cara kerja dan efek samping obat yang diberikan
kepada pasien serta dampak yang akan dialami oleh pasien apabila pasien
tidak teratur mengonsumsi obatnya.
- Memberikan informasi mengenai efek samping yang dapat timbul akibat
pengobatan, memperhatikan munculnya gejala efek samping dan membawa
pasien ke rumah sakit segera jika muncul efek samping tersebut.
- Meminta kerja sama keluarga untuk memantau kondisi pasien, jadwal
minum obat dan tidak mengatur dosis obat menurut keinginan pasien.
4. Landasan Teori2,3
Obat anti psikotik
Risperidone diberikan karena merupakan anti-psikotik atipikal (lini
pertama) dalam menangani gejala psikotik. Obat ini dipilih karena memiliki efek
samping ekstrapiramidal yang lebih ringan dibandingkan anti-psikotik tipikal.
Risperidone memiliki cara kerja memblok reseptor Dopamine D2 dan 5-HT2,
serta blok alpha1 dan H1. Risperidone dapat diberikan dengan dosis 4-8mg/ hari.
Terapi dimulai dengan dosis kecil yang kemudian ditingkatkan hingga gejala
mereda, lalu dipertahankan selama 6-8minggu untuk stabilisasi, kemudian
diturunkan perlahan hingga mencapai dosis maintenance yang dipertahankan
selama 6 bulan. Penghentian obat dilakukan secara perlahan.
Efek samping yang perlu diawasi adalah adanya sindrom ekstrapiramidal
yang tejadi akibat blokir reseptor dopamine. Selain itu, risperidone juga memiliki
efek samping hiperprolaktinemia. Blokir dari reseptor H1 menyebabkan efek
samping mengantuk dan penambahan berat badan. Blokir pada reseptor
adrenergik alpha 1 dapat menyebabkan hipotensi ortostatik, namun dosis
penggunaan risperidone sangat kecil dibandingkan penggunaan obat lain seperti
quetiapine, clozapine yang juga memiliki afinitas terhadap reseptor alpha1,
ditambah lagi usia pasien yang masih muda sehingga sangat kecil kemunkinan
terjadi hipotensi ortostatik.
Obat Antikolinergik
THP adalah anti-kolinergik yang dapat digunakan untuk mengatasi efek
samping ekstrapiramidal pada pemberian anti-psikotik. Gejala ekstrapiramidal
yang dapat muncul berupa akathisia, distonia, tremor, bradikinesia, dan rigiditas.
Dosis anjuran untuk trihexylphenidyl adalah 2-5 mg/ 2-4x sehari. THP diberikan
dengan dosis serendah mungkin yang dapat mengontrol gejala ekstrapiramidal.
DAFTAR PUSTAKA