Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

Kolelitiasis dan Kolesistitis

Pembimbing :
dr. Ay Haryanto, Sp.PD-KGEH

Disusun Oleh :
Theodora
Auddrey Sindhu
Stella Andani
Maria Emmanuelle 2017-060-10-125

KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA
ATMAJAYA
PERIODE: 13 Agustus 2018 – 21 Oktober 2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kolelitiasis adalah adanya batu pada saluran empedu atau pada kantung empedu itu sendiri.
Kolelitiatis juga disebut batu empedu, gallstone, atau kalkulus biliaris.1 Batu empedu
merupakan gabungan dari beberapa jenis material yang membentuk suatu massa berbentuk
batu. Batu ini dapat ditemukan di dalam kantung empedu (kolelitiasis) atau di saluran
empedu (koledokolitiasis), atau pada keduanya. Koledokolitiasis terjadi saat batu empedu
keluar dari kantung empedu dan masuk ke duktus biliaris komunis.1-3

Kolesistitis adalah suatu inflamasi yang terjadi pada dinding kantung empedu. Penyebab
paling sering yang terjadi adalah disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus oleh
kolelitiasis. Keluhan utama yang dirasakan biasanya adalah nyeri perut kanan atas, nyeri
tekan perut kanan atas dan demam.4,5

2.2 Klasifikasi6

Kolesistitis dapat dibagi menjadi 2, yaitu akut dan kronis. Lalu berdasarkan derajat
keparahan, kolesistitis akut bisa dibagi menjadi 3, yaitu derajat I, derajat II, dan derajat III.

2.2.1 Akut dan Kronis

Pada kolesistitis akut, gejala yang terjadi adalah nyeri yang dirasakan tiba-tiba,
nyeri parah yang menetap pada abdomen kuadran kanan atas selama lebih dari 6
jam, mual, muntah, referred pain ke scapula kanan, demam, nyeri tekan perut
kanan atas positif. Pada kolesistitis kronis, nyeri yang dirasakan tidak separah
pada akut dan hilang timbul.

2.2.2 Derajat Keparahan Kolesistitis Akut

 Derajat I : tidak memenuhi syarat pada derajat II atau III

1
 Derajat II (syarat 2 gejala atau lebih) : Leukosit > 12.000 mm3 Tu
<4.000/mm3, demam ≥39°C, Usia ≥75 tahun, hiperbilirubinemia (total
bilirubin ≥5 mg/ dL), Hipoalbuminemia (<STD x 0,7)
 Derajat III : dengan satu disfungsi organ seperti disfungsi kardiovaskular,
disfungsi neurologism disfungsi respirasi, disfungsi renal, dll
2.3 Etiologi dan Patogenesis

Ada 2 jenis batu empedu; batu kolesterol, batu pigmen, atau batu campuran antara
kolesterol dan pigmen.
2.3.1 Batu Kolesterol4
Ada beberapa mekanisme pembentukan batu kolesterol. Mekanisme utama
adalah meningkatnya sekresi kolesterol dari kantung empedu. Hal ini terjadi
berhubungan dengan obesitas, diet tinggi kalori dan kolesterol, obat-obatan
(seperti clofibrate) dan hasil dari peningkatan aktivitas HMG-CoA reduktase,
tingkat sintesis kolesterol di hepar, dan meningkatnya penyimpanan kolesterol
dari darah ke hepar. Selain itu factor genetic juga berperan dalam pembentukan
batu kolesterol.
Mekanisme pertama dari pembentukan batu kolesterol adalah terjadinya
supersaturasi dari cairan empedu dengan kolesterol. Namun pada normalnya,
tidak mungkin terbentuk batu kolesterol dengan sendirinya, karena waktu yang
dibutuhkan kristal kolesterol untuk nukleasi dan terbentuk lebih lama dari waktu
cairan empedu singgah di kantung empedu. Sehingga seharusnya sudah terjadi
pengosongan kantung empedu sebelum terbentuk batu kolesterol.

Mekanisme yang kedua adalah nukleasi kristal kolesterol monohidrat yang


meningkat secara signifikan pada saluran empedu. Peningkatan nukleasi ini
terjadi karena adanya faktor pronukleasi yang berlebihan atau defisiensi faktor
antinukleasi. Faktor pronukleasi yang dimaksud adalah glikoprotein mucin dan
non-mucin, sedangkan faktor antinuklease yang dimaksud adalah apolipoprotein
AI dan AII dan glikoprotein lain. Proses nukleasi dari kristal kolesterol
monohidrat dan pembentukan kristal kemungkinan terjadi di dalam lapisan gel
mucin. Penyatuan vesikel (fosfolipid, kolesterol, dan asam empedu) akan

2
membentuk kristal cair dan mengalami nuklease menjadi kristal kolesterol
monohidrat yang padat.

Mekanisme ketiga adalah pembentukan batu kolesterol karena adanya


hipomotilitas dari kantung empedu. Bila kandung empedu dapat mengosongkan
kantung empedu dari semua cairan empedu yang mengandung kristal yang telah
mengalami supersaturasi maka tidak akan terbentuk batu empedu. Pada
penelitian, pengosongan kandung empedu yang tidak baik merupakan faktor
mayor dalam rekurensi pembentukan batu kolesterol pada pasien yang menjalani
lithotripsy bilier.

2.3.2 Batu Pigmen7


Batu pigmen dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pigmen hitam dan pigmen
coklat. Patogenesis dari pigmen hitam dan coklat pada kantung empedu tidak
terlalu dimengerti sebaik batu kolesterol. Kedua tipe batu merupakan hasil dari
abnormalitas metabolism bilirubin dan merupakan hasil dari presipitai bilirubin.

2.3.2.1 Pigmen Hitam


Pigmen hitam terbentuk pada kantung empedu yang tidak
terinfeksi, terutama pada pasien dengan anemia hemolitik kronis (seperti
β-thalassemia, hereditary spherocytosis, sickle cell disease), gangguan
eritropoiesis (seperti anemia pernisiosa), penyakit ileal (seperti Chrohn’s
disease). Perubahan-perubahan ini membuat adanya pembentukan batu
pigmen hitam karena konsentrasi garam empedu kolon yang lebih tinggi
membuat bilirubin tidak terkonjugasi menjadi larut sehinga meningkatkan
konsentrasi bilirubin pada cairan empedu. Bilirubin yang tidak
terkonjugasi terpresipitasi menjadi kalsium bilirubinat. Tipe batu ini
mempunyai komposisi kasium bilirubinat murni atau kompleks seperti
polimer yang berisi bilirubin tidak terkonjugasi, kalsium bilirubinat,
kalsium, dan copper. Pada batu pigmen hitam mengandung mucin
glikoprotein sebanyak 20% dari total beratnya.

3
2.3.2.2 Pigmen Coklat
Batu pigmen coklat terbentuk atas garam kalsium dari bilirubin
tidka terkonjugasi, dengan kolesterol, asam lemak, fraksi pigmen, mucin
glikoprotein, dan garam empedu, fosfolipid serta residu bakteri. Warna
nya dapat dibedakan dari pigmen hitam; coklat kemerahan sampai warna
coklat tua dan tidak cerah. Bentuknya irregular atau terlipat dan kadang
berbentuk bulat. Kebanyakan batu coklat mempunyai konsistensiseperti
lumpur. Permukaan nya bias kasar atau halus, rentan, dan ringan
disbanding batu empedu lainnya. Permukaannya tidak mengkilap seperti
batu kolesterol. Pembentukan batu coklat biasanya berhubungan dengan
infeksi bilier seperti Escherichia coli. Bakteri yang mengumpul akan
menimbulkan banyaknya mucin dan sitoskeleton dari bakteri pada saluran
empedu sehingga stasis.
Bakteri usus memproduksi β-glucorunidase, fosfolipase A1, dan
asam empedu hidrolse terkonjugasi, aktivitas dari β-glucorunidase
membuat terproduksinya bilirubin tidak terkonjugasi dari bilirubin
glucuronid; fosfolipase A1 terbentuk dari fosfolipid; dan asam empedu
hidrolase membentuk garam empedu tidak terkonjugasi dari glicin atau
garam empedu terkonjugasi-taurine.Asam lemak yang tersaturasi dan
terion secara pasial, bilirubin tidak terkonjugasi, dan garam empedu tidak
terkonjugasi dapat mengendap mejadi garam kalsium. Gel mucin dapat
menjebak kompreks presipitasi ini dan membentuk makroskopik batu
pigmen coklat. Bila adanya infeksi bakteri E.coli, maka konsentrasi dari β-
glucorunidase meningkat secara signifikan, sehingga dapat terbentuk
endapat kalsium bilirubin yang akan membentuk batu empedu pigmen
coklat.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Bloom AA, Katz J. Cholecystitis. 2013. Dari [online]


http://emedicine.medscape.com/article/171886-overview
2. Heuman DM, Katz J. Cholelithiasis. 2013. [online]
http://emedicine.medscape.com/article/175667-overview
3. Doherty GM. Biliary tract. In : Current Diagnosis & Treatment Surgery 13th edition.2010.
US : McGraw-Hill Companies,p544-55.
4. Greenbergen N.J., Isselbacher K.J. Diseases of the \gallbladder and Bile Ducts, dari
Harrison’s Principles of Internal Medicine, Edisi ke-14, hal. 1725-1736, Editor Fauci
dkk. McGraw Hill, 1998
5. Huffman JL, Schenker S. Acute acalculous cholecystitis – a review. Clin Gastroenterol
Hepatol. 9th September 2009
6. Tokyo Guidelines 2018 : diagnostic criteria and severity grading of acute cholecystitis
7. David Q, -H. Wang, and Nezam H. Afdhal. Gallstone Disease. 2016

Anda mungkin juga menyukai