ANDREW HEPATITIS B Dalam Kehamilan
ANDREW HEPATITIS B Dalam Kehamilan
PENDAHULUAN
Infeksi virus hepatitis B (HBV) saat ini telah dikenal sebagai salah satu
masalah utama masyarakat di seluruh dunia.1 Prevalensi infeksi virus ini
bervariasi di seluruh dunia, dengan perkiraan setengah dari populasi tersebut
hidup di daerah dimana infeksi virus hepatitis B menrupakan suatu endemik,
termasuk di sebagian besar Asia, pulau-pulau di Pasifik, Afrika dan Timur
Tengah.2 Diperkirakan 350-400 juta individu diseluruh dunia mengalami infeksi
kronik akibat virus ini.3 lebih dari 50% individu tersebut mendapatkan infeksi
virus hepatitis B nya selama masa perinatal.4
1
II. EPIDEMIOLOGI
2
III. ETIOLOGI
3
IV. PATOGENESIS
4
Secara alamiah, perjalanan penyakit virus hepatitis B dapat
dikelompokkan dalam 5 fase yang terjadi walau tidak selalu harus terjadi secara
berurutan yaitu :17
Dalam darah pasien pada fase ini akan ditemukan HBeAg positif dengan
kadar HBV-DNA yang tinggi (≥108 kopi/ml) sedangkan kadar ALT
normal atau hanya sedikit tinggi (< 35 IU/ml wanita). Pada pemeriksaan
Histologi sel hati tidak akan ditemukan adanya peradangan atau fibrosis.
Pada fase ini akan ditemukan HBeAg positif dengan kadar HBV-DNA
yang tinggi (106-107 kopi/ml) sedangkan kadar ALT meningkat diatas
normal dan berfluktuasi . Pada pemeriksaan Histologi sel hati akan
ditemukan adanya peradangan sedang hingga berat.
Pada fase ini akan ditemukan HBeAg negative dan tergantikan dengan
munculnya anti-HBe . Kadar HBV-DNA rendah (≤103 kopi/ml) atau
bahkan tiak terdeteksi lagi, selain itu kadar ALT menjadi normal. Pada
pemeriksaan Histologi sel hati akan ditemukan peradangan minimal
namun disertai dengan fibrosis hingga sirosis.
Fase ini ditandai dengan meningkatnya ALT disertai dengan kadar HBV-
DNA yang tinggi (≥104 kopi/ml), biasanya disertai juga dengan
ditemukan kembalinya HBeAg dalam darah yang menggantikan anti-HBe
yang ada sebelumnya. Pada pemeriksaan Histologi sel hati akan ditemukan
peradangan aktif disertai dengan fibrosis progresif.
5) Fase Resolusi
5
Pada fase ini, bentuk infeksi dari virus hepatitis B akan sembuh yang
ditandai dengan HBsAg negative dan kadar HBV-DNA tidak ditemukan
lagi, selain itu kadar ALT juga dalam batas normal. Jika dalam
perkembangan fase sebelumnya telah terbentuk fibrotic atau sirosis hati,
maka hal tersebut akan menetap walaupun infeksinya telah sembuh. Pada
kasus supresi imun yang berat, reaktifasi bias terjadi.
Secara umum tidak terdapat perbedaan cara atau tahapan infeksi maupun
gejala yang timbul antara wanita hamil atau manusia lainnya. Namun demikian
adanya perubahan fisiologis selama kehamilan dimana terjadi peningkatan
metabolism seperti peningkatan konsumsi nutrisi yang diakibatkan oleh
pertumbuhan janin maka eksarsebasi kerusakan dan penyakit hati yang telah ada
sebelumnya akan lebih mudah terjadi.7,13
6
V. TRANSMISI VIRUS HEPATITIS B
Mekanisme pasti terjadinya infeksi prenatal/ intrauterine ini masih belum jelas,
namun demikian terdapat beberapa kemungkinan diantaranya:
7
Kerusakan sawar plasenta
8
Okada dkk menemukan 85 % dari infeksi neonatal terjadi selama
intrapartum hal ini disebabkan oleh karena paparan darah dan sekret vagina
yang infeksius.7
Gejala klinis pada pasien yang terinfeksi virus hepatitis B seperti pada
umumnya, tidak berbeda antara wanita hamil dengan wanita yang tidak hamil.
Pada kasus infeksi akut akan timbul keluhan yang tidak spesifik, termasuk
kelemahan, kelelahan, anoreksia, mual, sakit kepala, nyeri otot dan demam derajat
rendah. Gejala seperti mual muntah pada stradium prodromal ini terkadang
membingungkan dengan gejala yang timbul pada wanita hamil muda tanpa
penyakit hepatitis B. Jika penyakit ini sembuh sebelum terbentuknya kerusakan
hati yang menyebabkan disfungsi hati sekunder maka gejala prodromal seperti
diatas akan dianggap seperti suatu sindrom flu biasa akibat virus atau bahkan akan
dianggap sebagai bentuk efek fisiologis normal dari kehamilan itu sendiri.7
Ikterus akan muncul sekitar 2-10 hari setelah gejala prodromal muncul,
pasien juga akan mengeluhkan rasa tidak nyaman di region perut kanan atas dan
pada pemeriksaan fisik bisa ditemukan adanya hepatomegali. Namun pemeriksaan
9
untuk menemukan adanya hepatomegali tersebut akan sulit dilakukan pada pasien
dengan usia kehamilan lanjut. 7
Umumnya ikterus dan gejala penyakit hati lainnya akan sembuh dalam 6
minggu, namun beberapa diantaranya dapat berlanjut menjadi gagal hati yang
fulminant yang ditandai dengan kegagalan organ multiple, edema cerebri dan
koagulopati. Ada pula yang kemudian menetap lebih dari 6 bulan dan menjadi
hepatitis B kronik. 7
Efek infeksi hepatitis B pada ibu hamil umumnya tidak bermakna. Namun
bagi ibu yang telah mengalami sirosis sebelum kehamilannya akan memiliki
resiko lebih besar untuk terjadinya rupture varises esophagus yang menyebabkan
perdarahan. 7
10
Adanya infeksi hepatitis B didalam uterus selama kehamilan merupakan indikator
yang penting karena janin yang mengalami paparan dini dengan antigen Hepatitis
B saat perkembangan embriogenik akan mengalami toleransi imun terhadap
antigen tersebut dan memungkinkan terbentuknya infeksi kronik pada janin oleh
karena ketidak mampuan imun janin dalam mengeliminasi virus tersebut. 10
VII. DIAGNOSIS
VIII. PENATALAKSANAAN
11
Keputusan untuk memulai terapi selama kehamilan harus
mempertimbangkan beberapa hal mengenai resiko dan keuntungan bagi ibu serta
janin yang dikandungnya, bahkan harus pula dipikirkan mengenai kapan atau pada
trimester berapa terapi harus dimulai.19
12
Tabel 1 : Terapi hepatitis B yang diterima oleh FDA.12
13
DNA polymerase virus hepatitis B, namun karena obat ini mampu dengan bebas
melalui plasenta, mereka juga dapat mengganggu replikasi DNA dalam
mitokondria, jika hal ini terjadi maka akan menganggu organogenesis janin.3,4
oleh karena itu pasien yang sedang dalam terapi obat antivirus yang kemudian
menjadi hamil harus menghentikan pengobatan tersebut khususnya bagi pasien
yang tidak memiliki penyakit hati yang berat, selain itu pengobatan saat
kehamilan muda juga tidak disarankan untuk diterapkan pada wanita hamil yang
infeksinya masih berada dalam fase toleransi imun (serum HBV-DNA tinggi
namun kadar ALT normal serta hasil biopsy hani normal). Hal tersebut diterapkan
3,8
guna mengurangi paparan antiviral pada fetus selama trimester pertama.
Sedangkan bagi mereka yang ingin hamil, harus mengatur rencana kehamilannya.
sebagai contoh, pasien yang sebelumnya menggunakan terapi interferon harus
menghentikan terapi tersebut selama minimal 6 bulan sebelum merencanakan
kehamilannya, oleh karena interferon merupakan obat antipolimerase yang
menjadi kontraindikasi bagi kehamilan.13,19
Data dari APR yang dilaporkan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa
lamivudine dan tenovovir merupakan 2 obat dengan pengalaman penggunaan
secara in vivo di trimester pertama kehamilan yang paling aman.8
14
Tabel 3. Data Antiviral Pregnancy Registry (APR).8
Oleh sebab itu didunia saat ini terdapat 2 jenis obat yang paling sering
digunakan sebagai terapi hepatitis B pada ibu hamil, yaitu lamivudin dan
tenovovir. 3 Walaupun lamivudine digolongkan obat kelas C oleh FDA atas dasar
ditemukannya toksisitas saat penggunaanya di kelinci hamil saat trimester
3
pertama. Namun penelitian di Cina telah menunjukkan kesuksesan lamivudine
dalam menghambat transmisi vertical selama trimester ke 3 kehamilan, saat
digunakan pada pemberian pertama di usia kehamilan 28 minggu , dengan kadar
DNA-HBV ≤108 IU/ml. Penelitian ini juga menunjukkan penurunan kadar DNA-
HBV hingga ≤106 IU/ml bagi pasien dengan kadar DNA-HBV ≥ 108 IU/ml yang
mendapatkan terapi lamivudine. Penelitian lain yang juga menggunakan
lamivudin selama trimester 3 kehamilan menunjukan penurunan angka transmisi
intrauterine dan tidak ditemukannya abnormalitas pada bayi baru lahir dalam
kelompok tersebut.6
Obat lain yang mulai digunakan adalah telbivudin yang masuk dalam
kategori kelas B menurut FDA, namun penggunaanya masih terbatas oeh karena
kurangnya data keamanan penggunaan obat ini dalam penelitian in vivo pada ibu
hamil dan mudahnya obat ini menjadi resisten.3,8
15
Terapi pada wanita hamil dengan HBsAg positif harus didasarkan pada
evaluasi dasar seperti kondisi kadar HBV-DNA, HBV-M (HBsAg, HBeAg, anti-
HBe) serta penyulit-penyulit lain seperti fibrosis hati berat ( kadar ALT meningkat
lebih dari 2 kali nilai normal, kadar HBV-DNA > 105 kopi/ml), atau telah
mengalami sirosis hepatis. Dengan kondisi diatas maka terapi antiviral harus
dimulai sejak kehamilan muda. jika pada pemeriksaan awal fungsi hati, ALT,
kadar HBV-DNA didapatkan dalam keadaan normal maka evaluasi ulang harus
dilakukan kembali pada usia kehamilan 26-28 minggu. Jika pada saat itu
ditemukan kadar HBV-DNA > 107 kopi/ml atau pasien memiliki riwayat
melahirkan anak yang mengidap hepatitis B maka antiviral seperti lamivudin,
tenofovir harus diberikan saat usia kehhamilan 28-30 minggu hingga 6 bulan
setelah melahirkan, selanjutnya pengobatan dapat dilanjutkan tergantung dari
kondisi pasien, namun sebaiknya terapi dihentikan bila ibu yang ingin menyusui
karena antiretroviral tidak di anjurkan saat menyusui. Pemantauan ALT dan HBV-
DNA harus dilakukan pada bulan ke 1, 3 dan 6 setelah melahirkan. 8,13
16
Penjaringan HBsAg wanita hamil pada kunjungan awal antenatal
TIDAK YA
Melengkapi
Vaksinasi Hep B
Akhir Trimester II (UK 26-28 Pertimbangkan Terapi
sesuai jadwal
mgg) periksa : ALT, Kadar dengan Lamivudine /
HBV-DNA Tenofovir
TIDAK YA
17
Bagi ibu dengan HBsAg negative, pemberian vaksinasi sangat dianjurkan, sama
halnya dengan pemberian vaksinasi bagi bayi yang dilahirkannya. Selanjutnya
pemberian vaksinasi pada bayi mengikuti jadwal yang telah ada.6
IX. PENCEGAHAN
Vaksin pertama tersedia tahun 1981, vaksin tersebut dibuat dari antigen
permukaan hepatitis B dari pasien HBsAg karrier, yang berisi 22 nm HBsAg
partikel inaktif digabungkan dengan urea , pepsin, formaldehid dan pemanasan.
Vaksin ini telah sukses digunakan pada lebih dari ratusan juta individu dan
dikenal dengan istilah plasma –derived vaccine . Pada tahun 1982, dikembangkan
vaksin rekombinan yang di ekstrak dari DNA yeast atau sel mamalia yang dibuat
terinfeksi virus hepatitis B. Teknologi baru ini telah memungkinkan dibuatnya
18
vaksin dengan produksi tidak terbatas sehingga vaksin dapat digunakan secara
luas di seluruh dunia. 20
19
Gabungan vaksin Hepatitis B dengan Hepatitis B immunoglobulin (HBIG)
yang merupakan bentuk imunisasi pasif sering diberikan pada bayi baru lahir yang
lahir dari ibu dengan HBsAg positif. US Preventive Task Force (USPSTF)
merekomendasikan pemberian dosis pertama vaksin hepatitis B dan HBIG adalah
dalam 12 jam pertama kelahiran, sedangan Center for Disease Control (CDC)
menganjurkan pemberian vaksin hepatitis B dengan atau tanpa HBIG diberikan
segera setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan 1 dosis saat usia 1-2 bulan dan 1
dosis lagi pada saat 6-8 bulan. Dengan pemberian vaksin tersebut, antibodi yang
timbul guna melawan HBsAg yang disebut anti-HBs mendekati 100% pada anak
kecil dan hampir 95% pada dewasa muda.2,4,20
20
lebih 26% sedangkan ketika diganbungkan dengan vaksin, laju transmisi ibu-anak
menurun hingga hanya 2-7%.3
Cara pemberian vaksin adalah via injeksi intramuscular, dimana pada bayi
usia > 1 tahun dapat diberikan di region deltoid, sedangkan pada bayi usia < 1
tahun diberikan di region lateral paha. Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan
sangat baik, efek samping yang biasa ditemukan adalah bengkak dan kemerahan
di tempat suntikan sedangkan efek yang lebih sistemik seperti demam, nyeri
kepala, mual dan nyeri perut sangat jarang ditemukan. Satu-satunya kontraindikasi
pemberian vaksin adalah riwayat hipersensitivitas terhadap faksin tersebut atau
riwayat syok anafilaktik pada pemberian vaksin sebelumnya.20
21
DAFTAR PUSTAKA
22
12. Apuzzio J, et al (2012) Chronic Hepatitis B in Pregnancy: A workshop
Consensus Statement on Screening, Evaluation and Management, Part 1.
The Female Patient Journal Vol 37: 22-27
13. Han GR, Xu CL, Zhao W, Yang YF. (2012). Management of Chronic
Hepatitis B in Pregnancy. World Journal of Gastroenterology Vol 18 (33):
4517-4521
14. El-Sherif WT, Sayed SK, Afifi NA, El-amin H. (2012). Occult Hepatitis
among Egyptian Chronic Hepatitis C Patients and its Relation with Liver
Enzymes and Hepatitis B Markers. Life Science Journal 9 (2): 467-474
15. Samkomkamhang US, Lumbiganon P, Laopaiboon M. (2011). Hepatitis B
Vaccination during Pregnancy for Preventing Infant Infection (Review).
The Cochrane library (3):1-13.
16. Bety B. et al. (2010). National Hepatitis B Strategy 2010 – 2013.
Ministerial Advisory Committee on Blood Borne Viruses and Sexually
Transmissible Infections (MACBBVS): 1-21
17. Christensen PB, Clausen MR, Krarup H, Laursen AL, Schlichting P, Weis
N. (2011). Treatment for Hepatitis B virus (HBV) and Hepatitis C virus
(HCV) infection- Danish National Guidelines 2011. Danish Medical
jurnal: 1-11
18. Chowdhury SD, Eapen CE. (2012). Perinatal Transmission of Hepatitis B.
Hepatitis Annual Journal : 80-88
19. Petersen J. (2011). HBV Treatment and Pregnancy. Journal of hepatology
Vol 30.
20. Franco E, Bagnato B, Marino MG, Meleleo C, SerinoL, Zaratti L. (2012).
Hepatitis B : Epidemiology and Prevention in Developing Countries.
World Journal of Gastroenterology Vol 4 (3): 74-80
21. Martínez-Sernández V, Figueiras A. Central nervous system
demyelinating diseases and recombinant hepatitis B vaccination: a critical
systematic review of scientific production. [online]. 2012. [cited 2010].
Available from: http://multiple-sclerosis-
research.blogspot.com/2012_10_01_archive.html
23
22. Feitelson MA, Larkin JD. (2001). New Animal Models of Hepatitis B and
C. Institute for Laboratory Animal Research Vol 42 (2) :127-38
23. Poterucha JJ. Chronic viral hepatitis. In: hauser SC, Pardi DS, poterucha
JJ. Mayo clinic gastroenterology and hepatology broad review. USA:
Mayo clinic scientific and informa healthcare USA Inc. 2008; p. 296-7.
24. Zhang SL, Yue YF, Bai GQ, Shi L, Jiang H. (2004). Mechanism of
intrauterine infection of hepatitis B virus. World Journal of
Gastroenterology Vol 10(3):437-438
25. Liu SR, Weng HB, Wu J, Zhang ZD, Zeng YM, et al. (2011) Relationship
between intrauterine infection and the gene polymorphism of DC-
SIGN/DCSIGNR in the pregnant women of HBV positive. Zhonghua Shi
Yan He Lin Chuang Bing Du Xue Za Zhi 25: 331-333.
26. Pandipati S, Gibbs RS. Transplacentally acquired microbial infection in
the fetus. In: Reece EA, Hobbins JC Editors. Clinical Obstetrics the fetus
& mother. 3rd Ed. Blackwell publishing. 2007; p. 276-7, 279.
27. Sookoian S. (2006). Liver Disease During Pregnancy: Acute viral
hepatitis. Annals Of Hepatology Vol 15(3):231-36
28. Nabi Biopharmaceuticals. Hepatitis B immune globulin (human) [online].
2012. [cited 2010]. Available from: http://www hepatitis-b-immune-
globulin-human.html
29. Biofarma. Hepatitis B Vaccine Recombinant [online]. 2012. [cited 2010].
Available from: http://www hepatitis-b-immune-globulin-human.html
24