Anda di halaman 1dari 13

A.

KAPASITANSI
Kapasitansi atau kapasitans adalah ukuran jumlah muatan listrik yang disimpan (atau
dipisahkan) untuk sebuah potensial listrik yang telah ditentukan. elemen rangkaian
yang menyimpan medan energi dalam suatu medan listrikdisebut sebagai kapasitor
(kapasitansi) jika tegangan berubah-ubah selama suatu siklus maka energi akan
disimpan selama satu bagian siklus dan dikembalikan pada bagian siklus selanjutnya.
kalau induktansi tidakdapat menahan energi setelah sumber dilepas karena medan
magnetiknya habis, maka kapasitor dapat mempertahankan muatan ini dan medan
listriknya akan tetap ada walaupun sumbe telah dilepas. Kondisi mengandunng
muatan ini dapat bertahan sampai suatu jalur pelepasan disediakan, dimana pada saat
itu energi dilepas. Bentuk paling umum dari peranti penyimpanan muatan adalah
sebuah kapasitor dua lempeng/pelat/keping. Jika muatan di lempeng/pelat/keping
adalah +Q dan –Q, dan V adalah tegangan listrik antar lempeng/pelat/keping, maka
rumus kapasitans adalah:

C = Q/V

C adalah kapasitansi yang diukur dalam Farad


Q adalah muatan yang diukur dalam coulomb
V adalah voltase yang diukur dalam volt

Unit SI dari kapasitansi adalah farad; 1 farad = 1 coulomb per volt.

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat


menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1
coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat
bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan
rumus dapat ditulis :

Q = C.V

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas


area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta
(k) bahan dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis sebagai berikut :

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan.
Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farad adalah sangat besar
sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan :

µF, nF dan pF.


1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
1 nF = 1.000 pF (piko Farad)

1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)


1 µF = 10 F-6
1 nF = 10 F-9
1 pF = 10 F-12

Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran sebuah


kapasitor. Misalnya 0.047µF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain
0.1nF sama dengan 100pF. Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan
dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya
berbentuk tabung.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya


lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya,
kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti
tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).

Berdasarkan kegunaannya kondensator di bagi menjadi :


1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)
2. Kondensator elektrolit (Electrolit Condenser = Elco)
3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis


dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan
polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya
sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/ kondensator tersebut memiliki nilai
kapasitansi 100 µF dengan tegangan kerja maksimal yang diperbolehkan sebesar 25
volt.
Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua)
atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF (pico farads).
Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor
tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan
nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali
sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4
= 10.000, 5 = 100.000 dan seterusnya. Contoh :

Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna


seperti pada resistor.

Tabel tahanan jenis :

contoh membaca kapasitor

Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya. Pada


tabel diperlihatkan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf tertentu.
Dengan tabel tersebut pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor
yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104
X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%.
Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -
55Co sampai +125Co .
Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa karakteristik kapasitor selain kapasitansi
juga tak kalah pentingnya yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja. Tegangan kerja
adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja
dengan baik. Misalnya kapasitor 10uF25V, maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh
melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan
kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC. Sedangkan temperatur kerja yaitu batasan
temperatur dimana kapasitor masih bisa bekerja dengan optimal. Misalnya jika pada kapasitor
tertulis X7R, maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang direkomendasikan
antara -55Co sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik
pembuat di dalam datasheet.

RANGKAIAN KAPASITOR
Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total semakin
kecil. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri.

Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri berlaku rumus :

Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi pengganti


semakin besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara paralel.
FUNGSI KAPASITOR

DUALITAS KAPASITANSI / INDUKTANSI

Dalam istilah matematika, kapasitas yang ideal bisa dianggap sebagai kebalikan dari
induktansi yang ideal, karena persamaan voltase-arusnya dua fenomena bisa dialihragamkan
ke satu sama lain dengan menukarkan istilah voltase dan arus.

KAPASITANSI SENDIRI

Dalam sirkuit listrik atau untai elektris atau rangkaian listrik, istilah kapasitansi biasanya
adalah singkatan dari kapasitansi saling (Bahasa Inggris: mutual capacitance) antar dua
konduktor yang bersebelahan, seperti dua lempengnya sebuah kapasitor. Terdapat pula istilah
kapasitansi-sendiri (Bahasa Inggris: self-capacitance), yang merupakan jumlah muatan
listrik yang harus ditambahkan ke sebuah konduktor terisolasi untuk menaikkan potensial
listriknya sebanyak 1 volt.
Titik rujukan untuk potensial ini adalah sebuah ruang lingkup/kawasan konduksi
berongga teoretis, dari radius yang tak terhingga, yang berpusat pada konduktor.

B. INDUKTANSI
elemen rangkaian yang menyimpan energi di dalam suatu medan magnet adalah induktor
(induktansi) dengan arus yang berubah-ubah terhadap waktu,energi biasanya disimpan
selama beberapa bagian siklus dan kemudian dikembalikan ke sumber selama bagian siklus
yang lain. bila induktansi dilepas dari sumber, maka medan magnet akan hiang; dengan kata
lain, tidak ada energi yang disimpan tanpa adanya sumber yang tersambung.Induktansi adalah
sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial listrik secara proporsional
terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini disebut sebagai induktansi sendiri,
sedangkan apabila potensial listrik dalam suatu rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari
rangkaian lain disebut sebagai induktansi bersama.

Definisi kuantitatif dari induktansi sendiri (simbol: L) adalah : di mana

v adalah GGL yang ditimbulkan dalam volt dan i adalah arus listrik dalam ampere. Bentuk
paling sederhana dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan sehingga tidak ada GGL
yang dihasilkan atau ketika arus berubah secara konstan (linier) sehingga GGL yang
dihasilkan konstan (tidak berubah-ubah).
Istilah 'induktansi' sendiri pertama kali digunakan oleh Oliver Heavside pada Februari
1886.[1] Sedang penggunaan simbol L kemungkinan ditujukan sebagai penghormatan kepada
Heinrich Lenz, seorang fisikawan ternama. Satuan induktansi dalam Satuan Internasional
adalah weber per ampere atau dikenal pula sebagai henry (H), untuk menghormati Joseph
Henry seorang peneliti yang berkontribusi besar terhadap ilmu tentang magnetisme.

1 H = 1Wb/A

Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
(dijelaskan oleh Hukum Ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai
induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut,
induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan
memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.

Bentuk umum dari K buah rangkaian dengan arus im dan tegangan vm adalah

Koefisien L yang digunakan pada rumus di atas merupakan matriks simetris, rumus
tersebut berlaku selama tidak menggunakan bahan yang bisa menjadi magnet, jika tidak maka
besaran L merupakan fungsi dari besaran arus (induktansi non-linier).

Penerapan Persamaan Maxwell untuk induktansi


Rumus umum di atas merupakan penerapan dari Persamaan Maxwell jika rangkaian
tersebut menggunakan kabel tipis. Misal suatu rangkaian yang terdiri dari K buah kumparan
kabel, masing-masing terdiri dari satu atau beberapa lilitan. Fluks magnetik yang timbul akan
terangkai sebesar

Di mana Nm merupakan jumlah lilitan dalam kumparan m, Φm adalah fluks magnetik


yang melalui kumparan, dan Lm,n adalah konstanta. Persamaan ini diturunkan dari Hukum
Ampere—medan magnet dan fluks magnetik merupakan fungsi linier dari arus listrik.
Dengan menggunakan Hukum Faraday dapat diperoleh

di mana vm merupakan GGL yang terinduksi dalam rangkaian m. Rumus tersebut sesuai
dengan definisi di atas bahwa koefisien Lm,n dapat diidentifikasi sebagai koefisien
induktansi. Karena seluruh arus Nnin berperan menimbulkan fluks Φm, dapat pula dimengerti
bahwa Lm,n sebanding dengan perkalian jumlah lilitan NmNn.

Induktansi dan Energi Medan Magnet


Dengan mengalikan persamaan vm di atas dengan imdt dan menjumlahkan untuk semua
m maka kita dapatkan energi yang di transfer sistem ini dalam satu satuan waktu dt,
Hal ini harus tetap sesuai dengan perubahan energi medan magnet W yang ditimbulkan oleh
arus listrik.[4] Integritas

mengharuskan Lm,n=Ln,m. Sehingga Lm,n harus merupakan matriks simetris.

Integral dari energi yang ditransfer adalah energi medan magnet sebagai fungsi dari arus,

Persamaan ini juga merupakan konsekuensi dari linearitas Persamaan Maxwell. Supaya
mudah mengingat perlu diperhatikan bahwa perubahan arus listrik berhubungan langsung
dengan perubahan energi medan magnet. Energi ini memerlukan sumber tegangan (jika
negatif, energi diambil) atau menghasilkan tegangan (jika energi positif, disalurkan).
Analoginya dalam energi mekanis untuk K = 1 dengan energi medan magnetik (1/2)Li2
adalah sebuah benda dengan masa M, dengan laju u dan energi kinetiknya (1/2)Mu2. Energi
dari perubahan laju (dalam hal elektronika, arus listrik) dikalikan masa benda (induktansi)
diperoleh dari gaya (jika energi kinetik bertambah) atau menghasilkan gaya (jika energi
kinetik berkurang).
Induktor yang Berpasangan (Kopling Induktor)
Dua garis vertikal di antara induktor menunjukkan inti padat yang mana pada inti ini
kawat lilitan induktor dililitkan. "n:m" menunjukkan perbandingan jumlah lilitan antara
induktor sebelah kiri dengan yang sebelah kanan. Gambar ini juga menunjukkan konvensi
titik.

Diagram rangkaian yang menggambarkan dua buah induktor dipasangakan

Induktansi bersama muncul ketika perubahan arus dalam satu induktor menginduksi
(mempengaruhi) timbulnya GGL di induktor lain yang ada di dekatnya. Mekanisme ini
merupakan dasar yang sangat penting dalam cara kerja transformer, namun kadang kala
induksi bersama yang bisa terjadi antara konduktor yang berdekatan malah menjadi hal yang
harus dihindari dalam suatu rangkaian.

Induktansi bersama, M, juga merupakan ukuran saling induksi antara dua buah
induktor. Induktansi bersama oleh rangkaian i kepada rangkaian j dihitung menggunakan
integral ganda Rumus Neumann.
Induktansi bersama memiliki hubungan persamaan:

di mana

M21adalah nilai induktansi bersama, dan tanda 21 menunjukkan keterkaitan GGL


yang terinduksi dalam kumparan 2 disebabkan oleh perubahan arus dalam kumparan
1.
N1 adalah jumlah lilitan pada kumparan 1,
N2 adalah jumlah lilitan pada kumparan 2,
P21 adalah permeansi ruang di mana fluks magnetik berada.

Induktansi bersama juga memiliki keterkaitan dengan koefisien kopling. Koefisien


kopling bernilai antara 1 dan 0, koefisien kopling digunakan sebagai indikator keterkaitan
antara induktor yang dipasangkan (dikopling).

di mana
k adalah koefisien kopling dan 0 ≤ k ≤ 1,
L1 adalah nilai induktansi kumparan pertama, dan
L2 adalah nilai induktansi kumparan kedua.
Jika nilai induktansi bersama, M, sudah diketahui, maka nilai ini dapat digunakan untuk
memprediksi sifat dari suatu rangkaian:\

di mana
V1 adalah tegangan dalam induktor yang dihitung,
L1 adalah induktansi dalam induktor yang dihitung,
dI1/dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang
dihitung,
dI2/dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang
dikopling (diinduksi oleh induktor pertama), dan
M adalah nilai induktansi bersama.

Tanda minus muncul karena menurut konvensi titik, kedua arus yang mengalir pada
masing-masing induktor saling berlawanan arah. Jika suatu induktor dipasangkan secara
berdekatan dengan induktor lain dengan menggunakan prinsip induktansi bersama, seperti
dalam transformer, maka tegangan, arus, dan jumlah lilitan dapat dihubungkan sebagai
berikut:
di mana
Vs adalah tegangan pada induktor sekunder,
Vp adalah tegangan pada induktor primer (yaitu yang terhubung dengan sumber
listrik),
Ns adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan
Np adalah jumlah lilitan pada induktor primer.

Begitu pula untuk arus:

di mana
Is adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder,
Ip adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder (yaitu yang terhubung dengan
sumber listrik),
Ns adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan
Np adalah jumlah lilitan pada induktor primer.

Perlu diperhatikan bahwa daya dari kedua induktor tersebut adalah sama. Juga
persamaan di atas tidak berlaku jika kedua induktor memiliki sumber energi sendiri-sendiri
(keduanya induktor primer).
Jika kedua sisi transformer merupakan rangkaian LC yang mana frekuensi tegangan
menjadi penting, nilai induktansi bersama antara dua lilitan ini menentukan bentuk dari kurva
renspon frekuensi. Walaupun batasbatas nilai indutansi bersama ini tidak didefinisikan,
namun sering disebut sebagai loose-coupling, criticalcoupling, dan over-coupling. Jika
rangkaian tersebut melalui transformer yang loose-coupling, bandwidth-nya akan sempit.
Ketika nilai induktansi bersama ditingkatkan, bandwidth-nya ikut naik pula. etika nilai
induktansi bersama telah melampaui titik kritis, respon bandwidth akan mulai menurun,
frekuensi-frekuensi tengah akan teratuentasi lebih dibanding frekuensi-frekuensi samping.
Kondisi ini disebut over-coupling.

Rumus Perhitungan
Umumnya, induktansi dapat dihitung menggunakan persamaan Maxwell. Pada banyak
skenario perhitungan dapat disederhanakan dari persamaan Maxwell. Jika menginginkan
induksi dengan arus berfrekuensi tinggi, dengan efek kulit, arus listrik dan medan magnet
pada permukaan konduktor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Laplace.
Walaupun konduktor yang digunakan adalah kawat tipis, induktansi sendiri masih bergantung
pada jari-jari penampang kawat dan distribusi arus dalam kawat tersebut. Distribusi arus ini
rata-rata konstan (pada permukaan atau badan kawat) untuk kawat tipis.

Induktansi bersama
Induktansi bersama dalam rangkaian kumparan i kepada rangkaian j dinyatakan dalam
integral ganda Rumus Neumann
Simbol μ0 menunjukkankonstanta magnetik (4π×10−7 H/m), 'Ci dan Cj adalah panjang
kawat, |xi-xj| adalah jarak antara dua induktor.

Induktansi sendiri
Pada dasarnya induktansi sendiri dari kumparan kawat dapat dinyatakan pula dengan
persamaan di atas dengan menganggap i=j. Masalahnya, 1/|x-x'| menjadi tidak terdefinisi,
sehingga perlu menyatakan penampang a sebagai penampang kawat dan memperhatikan pula
distribusi arus pada kawat tersebut. Sehingga ada integral untuk semua titik di mana |x-x'| ≥
a/2,

Disini a dan l menunjukkan jari-jari penampang kawat dan panjang kawat, dan Y adalah
konstanta yang tergantung pada distribusi arus dalam kawat: Y = 0 ketika arus mengalir pada
permukaan kawat (efek kulit), Y = 1/2 ketika arus tersebar rata dalam kawat. Nilai-nilai ini
hanya perkiraan namun cukup akurat jika kawat yang dipergunakan tipis dan panjang

Hubungan induktansi dan kapasitansi


Induktansi per satuan panjang L' dan kapasitansi per satuan panjang C' saling
berhubungan dalam beberapa kasus jalur transmisi yang terdiri dari dua konduktor sempurna
yang saling sejajar,

Disini ε dan μ mewakili konstanta dielektik dan konstanta permeabilitas magnetik milik
konduktor yang digunakan. Dalam hal ini tidak ada arus listrik dan medan magnet di dalam
konduktor (efek kulit murni, frekuensi tinggi). Arus mengalir dari satu jalur menuju jalur
yang lain. Kecepatan propagasi sinyal sejalan dengan kecepatan propagasi gelombang
elektromagnetik.

C. HAMBATAN JENIS
Pengertian Dasar Tahanan Listrik - adalah materi konsep dasar pemahaman dari sebuah
hambatan atau tahanan dan masa jenis sebuah tahanan akan mengalami perubahan nilai jika
dipengaruhi oleh panjang dan luas penampang dari sebuah penghantar dan temperatur serta
bahan material yang digunakan
Definisi hambatan jens. Hambatan jenis yaitu kecenderungan suatu bahan untuk
melawan aliran arus listrik, dengan symbol ρ (rho). Hambatan jenis adalah sifat dari suatu
material pada suhu tertentu, yang menunjukkan besar hambatan tiap satuan panjang. Secara
matematis dirumuskan

ρ = RA / 1

Keterangan
R : hambatan (Ω)
A : Luas penampang penghantar (m2)
l: panjang penghantar (m)
ρ : hambatan jenis (Ωm)
Hambatan jenis juga dipengaruhi oleh suatu penghantar tersebut. Akibatnya, hambatan
suatu penghantar juga tergantung suhu.
Percobaan 1 : Hubungan tahanan dengan panjang penghantar (pada temperatur normal 20ºC)

1.Panjang : Berubah
2.Luas penampang : Tetap
3.Bahan : Tetap
Tabel hasil pengukuran :

Panjang (L) L1 L2 L3
Tahanan (R) kecil sedang besar
Kesimpulan : Tahanan (R) Berubah-ubah berbanding lurus dengan Perubahan panjang
penghantar

Percobaan 2 : Hubungan tahanan dengan luas penampang (A)

1.Panjang : Tetap
2.Luas penampang : Berubah–ubah
3.Bahan : Tetap
Tabel hasil pengukuran :

Luas penampang (A) A1 A2 A3


Besar tahanan (R) besar sedang kecil
Kesimpulan : Tahanan (R) Berubah – ubah berbanding terbalik dengan perubahan luas
penampang ( Tahanan berbanding terbalik dengan luas penampang )

Percobaan 3 : Hubungan tahanan dengan bahan (material)

Panjang : Tetap
Luas penampang : Tetap
Bahan : Berubah-ubah

Tabel hasil pengukuran :


Bahan Tembaga Kuningan Aluminium
Besar tahanan (R) Kecil sedang besar
Kesimpulan : Tahanan (R) Berubah – ubah sesuai dengan sifat nilai hantar suatu bahan
Tahanan yang tergantung pada bahan ini disebut tahanan jenis ( ρ )
Kesimpulan hasil percobaan 1, 2, 3 TAHANAN ( R ) :

Tahanan Semakin Besar Tahanan Semakin Kecil


Jika penghantar semakin panjang dan luas Jika penghantar semakin pendek dan luas
penampang semakin kecil (semakin buruk penampang semakin besar (Semakin baik
sebagai penghantar listrik) sebagai penghantar listrik)
Dari kesimpulan di atas diperoleh rumus berikut ini :

R = Tahanan dalam ohm


ρ = Tahanan jenis = Ω mm² / m
L = Panjang penghantar dalam m
A = Luas penampang dalam mm²
Keterangan :
Tahanan jenis suatu penghantar ditentukan pada panjang 1 m, penampang 1 mm2 dan pada
temperatur 200 C.
Tahanan Jenis Pada 200° C

Tabel tahanan jenis :


Bahan
Penghantar Tahanan Jenis
Pada 200° C

Perak 0,0164

Tembaga 0,0178

Campuran 0,03
aluminium
Wolfram 0,0550

Nikel 0,0780
Besi, 0,12 – 0,16
Baja Konstantan 0,10
D. PENGARUH SUHU PADA TAHANAN
Bila suatu benda dipanaskan akan berubah bentuk dan ukurannya, demikian juga dengan
tahanan.Pada umumnya logam akan naik tahanannya bila suhunya dinaikkan. Penghantar
yang demikian dinamakan penghantar dingin.Arang yang bila dingin merupakan bahan
setengah penghantar, akan turun tahanannnya bila dipananskan, maka disebut penghantar
panas.Besar kenaikkan tahanan tiap derajat kenanikkan suhu untuk tiap ohm disebut koefisien
suhu.
Tabel koefisien suhu beberapa bahan

No. Nama Bahan Koefisen Suhu (α)


1. Perak +0,0036
2. Platina +0,0024
3. Seng +0,0039
4. Tembaga +0,0039
5. Timbel +0,0041
6. Wolfram +0,0041
7. Emas +0,0035
8. Aluminium +0,0037
9. Arang -0,0003 ÷ - 0,008

Salah satu faktor luar/eksternal yang sangat berpengaruh terhadap hambatan penghantar
adalah suhu atau temperatur. Semakin tinggi temperatur suatu penghantar, semakin tinggi
pula getaran elektron-elektron bebas dalam penghantar tersebut. Getaran elektron-elektron
bebas inilah yang akan menghambat jalannya muatan listrik (arus listrik) dalam penghantar
tersebut. Adapun hambatan jenis penghantar (ρ) akan berubah seiring dengan perubahan
temperatur. Semakin tinggi temperatur penghantar, hambatan jenisnya akan semakin tinggi,
dan sebaliknya. Perubahan hambatan jenis ini selanjutnya akan diikuti oleh perubahan
hambatan total (R) penghantar itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai