Anda di halaman 1dari 11

Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No.

2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

Kontruksi Kerjasama LSM dan Pemerintah Dalam Pembangunan Daerah


Perspektif Undnag-undang Keormasan

Yusdiyanto

Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Abstrak

Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8 tahun 1990 tentang pembinaan
Lembaga Swadaya Masyarakat. LSM adalah salah satu wadah warga, rakyat,
masyarakat untuk berekspresi, mengapresiasikan pikirannya ditengah masyarakat
dan Negara. Melalui wadah tersebut mereka bebas mengemukakan visi dan
misinya, hati nuraninya, melampiaskan uneg-uneg serta secara sadar
memperjuangkan hak-hak sipil menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. UUD 1945 memberikan garansi akan keberadaan LSM di Indonesia
sebagaimana Pasal 28E: “Setiap warganegara diberikan kebebasan beragama,
meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal,
kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat”. Di era otonomi daerah
keberadaan LSM sangat penting dan berguna dalam rangka memanfaatkan ruang
partisipasi masyarakat, perencanaan dari bawah dan kemitraan, anggaran yang
pro-poor dan peka jender serta tata kelola pemerintahan yang baik menjadi
prinsip-prinsip utama yang mempengaruhi warna pembangunan daerah.

Kata Kunci: LSM, Pemerintah, dan Warganegara

Pendahuluan pemegang otoritas yang berakhir


pada Presiden angkat bicara dengan
Keberadaan Lembaga swadaya memberikan beberapa resolusi
masyarakat (LSM) atau sering penyelesaian konflik kedua lembaga
disebut dengan nama lain Non dalam hal penangan kasus korupsi.
Government Organization (NGO) Keberadaan LSM di mata
atau organisasi non pemerintah hokum sangat diakui legalitasnya,
(Ornop), yang dewasa ini sangat lihat saja UUD Undang-Undang
mewarnai perkembangan politik- Dasar secara langsung memberikan
hukum ketatanegaraan di Indonesia. pengakuan hukum sesuai Pasal 28E:
Sejak di dirikan republik ini sampai “Setiap warganegara diberikan
sekarang, LSM selalu ambil peran kebebasan beragama, meyakini
dalam banyak hal di kehidupan kepercayaan, memilih
berbangsa dan bernegara seperti kewarganegaraan, memilih tempat
bidang hukum, politik, agama, tinggal, kebebasan berserikat,
ekonomi, sosial kemasyarakatan, berkumpul dan berpendapat”.
lingkungan dsb. Lihat saja di bidang Artinya pasal ini memberikan arah
hukum, konflik antara KPK versus bahwa setiap warganegara siberikan
Kapolri, LSM ikut serta berperan hak untuk berserikat, berkumpul dan
menekan pemerintah sebagai berpendapat sepanjang tidak
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

bertentangan dengan peraturan legislative (pembuatan hokum yang


perundang-udangan yang berlaku. refresif). Terlepas dari perihal
Perlindungan konstitusi tersebut tersebut, prasyarat sebuat negara
membuat keberadaan LSM sampai demokrasi menempatkan LSM
saat ini menjadi semakin meningkat sebagai salah-satu pilar demokrasi
dibanding periode yang lalu, menurut dalam kaitan partisapasi masyarakat.
data yang tercatat di Kementrian Terutama berkaitan masalah-masalah
Dalam Negeri tahun 2002 jumlah publik, contohnya: jadwal pigub,
LSM sekitar 13.500 LSM.1 Data kebijakan public, kerusakan
tersebut menunjukkan dengan lingkungan, perambahan hutan,
semangat demokratisasi yang ada, HAM, perilaku korupsi Kepala
LSM sebagai wadah warga negara Daerah/Pejabat Publik,
berpartisipasi dalam penyalahgunaan anggaran daerah,
penyelenggaraan pemerintahan di pedidikan, kesehatan, bencana alam,
semua unsur pemerintahan. kemiskinan, kelaparan, dan lain-lain.
Disamping perlindungan Berbagai polemik tersebut,
konstitusi dan undang-undang, LSM-lah yang selama ini sangat
meningkatnya jumlah LSM tidak ngotot dan aktif menyuarakan
terlepas dari permasalahan yang keluhan masyarakat ke tingkat
menimpa republic ini, mulai pada Legislastif (DPRD), Eksekutif dan
level perumus, pembahasan, Yudikatif. Bila tidak minimal
penetapan sampai pada realisasi permasalahan Warga Negara
kebijakan dari penyelenggara disampaikan kemedia dan akhirnya
pemerintahan sangat buruk dan menjadi perhatian Publik.
selalui mendapat sorotan publik, hal Permasalahan yang kerap
itu lah yang memotivasi beberapa muncul menempatkan keberadaan
kelompok masyarakat yang LSM sering berhadapan dengan
mempunyai keahlian tertentu untuk pemerintah, beberapa pejabat
membuat sebuah organisasi yang pemerintahan menyebut LSM
dikelola secara swadaya, yang sebagai kawan di satu kesempatan
akhirnya dikenal dengan nama tapi juga menjadi lawan di forum
lembaga swadaya masyarakat. lainnya. Disinilah peran LSM yang
Pada fase perkembangannya berbeda atau tidak dapat disamakan
saat rezim reformasi kini LSM selalu dengan lembaga konsultan yang
berperan aktif dalam roda bekerja hanya berdasarkan kontrak.
pembangunan dan terasa gaung Ada nilai-nilai dan semangat LSM
vokalnya bersuara ketika terjadi yang tidak dapat digantikan yaitu
permasalahan pada level tanggung jawab moral dan passion.
penyelenggaraan Negara baik di Orientasi visi-misi sebagian
bidang yudikatif (penegakan dan lembaga LSM adalah
penangan hukum lemah), eksekutif memperjuangkan keadilan social
(pemerintah cendrung tidak sensitive (social justice) bagi masyarakat
atas penderitaan rakyat) dan terutama kelompok masyarakat yang
terpinggirkan. Pendampingan dan
advokasi terus dilakukan dengan
1Kompas 13 Januari 2003 dalam NGO ditengah
Kepungan Kepentingan Global,
tujuan untuk membuat perubahan
http://lafadl.wordpress.com/2006/07/15/ng sistemik dalam arus utama
o-di-tengah-kepungan-kepentingan-global/. pembangunan dan menunjukkan
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

keberpihakkan khususnya pada pangan, penyediaan tempat


kelompok masyarakat yang penampungan dan pengiriman
ditelantarkan atau rakyat pada tim kesehatan. Seperti Palang
umumnya. Merah Indonesia (PMI).
Atas pentingnya keberadaan 2. Generasi kedua, Peran LSM
LSM, maka penulis mengangkat muncul akibat reaksi atas
permasalahan mengenai bagaimana keterbatasan bantuan
kerjasama LSM dan pemerintah kesejahteraan sebagai strategi
dalam melaksanakan pembangunan pembangunan. Pada generasi ini
daerah berdasarkan Undang-Undang peran LSM dengan
No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi melakukan pengembangan
Masyarakat. masyarakat dengan penekanan
pada swadaya lokal, seperti:
Pembahasan memperbaiki cara-cara bertani,
memperbaiki infrastruktur lokal,
Secara filosofis pengertian
pelayanan kesehatan yang
LSM secara tegas terdapat dalam
bersifat pencegahan, seperti yang
Instruksi Menteri Dalam Negeri No.
dilakukan oleh Pemerintah,
8/1990, tentang Pembinaan Lembaga
namun difokuskan pada wilayah-
Swadaya Masyarakat. Menyebutkan
wilayah yang tidak terjangkau
bahwa LSM adalah
atau tidak memadainya layanan
organisasi/lembaga yang anggotanya
pemerintah.
adalah masyarakat warganegara
3. Generasi ketiga, LSM
Republik Indonesia yang secara
mengembangkan alternatif-
sukarela atau kehendak sendiri
alternatif baru yang berbeda
berniat serta bergerak di bidang
dengan pemerintah, namun
kegiatan tertentu yang ditetapkan
mendukung modernisasi dan
oleh organisasi/lembaga sebagai
developmentalis yang merupakan
wujud partisipasi masyarakat dalam
idiologi kapitalis yang selama ini
upaya meningkatkan taraf hidup dan
dianut oleh pemerintah. Artinya
kesejahteraan masyarakat, yang
seiring perjalanan rezim Negara,
menitikberatkan kepada pengabdian
LSM ambil bagian dengan
secara swadaya.
mengerjakan apa yang tidak
dikerjakan oleh pemerintah,
Generasi LSM di Indonesia
tetapi bermitra dengan
Menurut David Korten (1987) pemerintah.
LSM di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Dari hasil pengamatan dapat
generasi, yaitu: generasi bantuan dan diketahui, keberadaan LSM di
kesejahteraan, generasi keswadayaan Indonesia dapat digolongkan menjadi
dalam skala lokal dan generasi 3 (tiga) tipologi, yaitu:
pembangunan yang berkelanjutan. Konformisme, Reformis dan
1. Generasi pertama, peran LSM Transformatif.
memberikan bantuan dalam 1. Tipe Konformisme adalah aktivis
penanganan kelaparan akibat LSM melakukan pekerjaan
banjir, akibat perang, dengan didasarkan pada
dipengungsian dan bencana alam paradigma karitatif, dengan
lainnya, seperti: distribusi motivasi menolong rakyat yang
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

didasarkan pada niat baik untuk democracy) melalui peningkatan


membantu yang membutuhkan. partisipasi publik.2 Ringkasnya
2. Tipe Reformis adalah pemikiran partisipasi publik dapat mewujudkan
yang didasarkan pada ideology tiga elemen penting yang harus
developmentalisme dan dicapai yaitu demokrasi, partisipasi
modernisasi yang akhirnya dan akuntabilitas.3
masyarakat miskin karena Partisipasi masyarakat
mereka tidak berpendidikan dan merupakan bagian penting dalam
tidak memiliki modal. Karena itu proses demokratisasi yang tengah
kemudian LSM menfasilitasi berjalan, tidak hanya sebagai
melalui pelatihan-pelatihan dan pengejawantahan dari asas
memberi bantuan modal untuk keterbukaan yang melandasi sebuah
berusaha. negara demokratis, tetapi juga
3. Tipe Transformatif adalah LSM merupakan perwujudan dari
berusaha mengubah struktur dan perlindungan hak asasi masyarakat
superstruktur yang menindas untuk ikut aktif dalam pemerintahan.
rakyat dan membuka Sri Soemantri M., mengatakan ide
kemungkinan bagi rakyat untuk demokrasi menjelmakan dirinya
mewujudkan kesejahteraan dalam lima hal, dua diantaranya
rakyat. Tipe ini lebih pada adalah pemerintah harus bersikap
melihat dan mencari struktur dan terbuka (openbaarheid van bestur)
superstruktur yang dan dimungkinkannya rakyat yang
memungkinkan bagi rakyat untuk berkepentingan menyampaikan
mengontrol perubahan social keluhannya mengenai tindakan-
menuju jalan demokratis dalam tindakan pejabat yang dianggab
pergeseran social, hokum, merugikan.4 Philipus M. Hadjon
ekonomi dan politik. mengatakan konsep partisipasi
masyarakat berkaitan dengan konsep
Partisipasi LSM dalam keterbukaan. Dalam artian, tanpa
Pembangunan keterbukaan pemerintahan tidak
mungkin masyarakat dapat
Persoalan mendasar dari melakukan peran-serta dalam
kehidupan bernegara dalam proses kegiatan-kegiatan pemerintahan.5
penyelenggaran pemerintah baik di Secara etimologis partisipasi berasal
tingkat pusat maupun daerah adalah dari Bahasa Inggris kata
bagaimana membangun atau „participation‟ yang artinya
menciptakan mekanisme pengambilan bagian. Menurut bahasa
pemerintahan yang dapat
mengemban visi-misi untuk
2
mewujudkan raison de’etre Erwan Agus Purwanto, Pelayanan Publik
Partisipatif, dalam Agus Dwiyanto, 2006.
pemerintahan yaitu mensejahterakan Mewujudkan Good Governance Melalui
masyarakat secara berkeadilan. Pelayanan Publik. Yogyakarta; Gajah Mada
Besarnya kewenangan yang University Press. hlm 192
3
Ibid
dimiliki daerah tentu akan 4
Sri Soemantri M., 1992, Bunga Rampai Hukum
mendatangkan manfaat yang besar Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni. hlm
bagi masyarakat apabila pemerintah 29
5
Philipus M. Hadjon, 1997. Keterbukaan
daerah mampu membangun Pemerintahan dalam Mewujudkan Pemerintahan
demokrasi ditingkat lokal (local level yang Demokratis, Pidato, diucapkan dalam
Lustrum III Ubhara Surya. hlm 4 -5
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

Belanda disebut „participatie‟ yang dan tugas pembantuan, diarahkan


artinya penyertaan. Bahasa Indonesia mempercepat terwujudnya
kemudian menerjemahkan Partisipasi kesejahteraan masyarakat melalui
sebagai perihal turut berperan serta peningkatan, pelayanan,
dalam suatu kegiatan. Dengan pemberdayaan, dan peran serta
demikian ada dua hal pokok dalam masyarakat, serta peningkatan daya
partisipasi yakni mengambil bagian saing daerah dengan memperhatikan
dan penyertaan atau berperanserta. prinsip demokrasi, pemerataan,
Partisipasi berarti memberikan keadilan, keistimewaan dan
hak kepada masyarakat untuk kekhususan suatu daerah dalam
memberi masukan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
pembentukan Perda, tanpa secara Indonesia.
bersamaan mewajibkan Pemda dan Ketentuan yuridis mengenai
DPRD mempermudah masukan partisipasi masyarakat sebelumnya
tersebut sampai pada mereka.6 diatur dalam Undang-Undang No. 10
Partisipasi bisa bersifat transitif atau Tahun 2004 namun kembali
intrasitif, bisa pula bermoral atau tak ditegaskan dalam Undang-Undang
bermoral, juga bisa bersifat dipaksa No. 12 Tahun 201110 yaitu: (1)
atau bebas, dan bisa pula bersifat Masyarakat berhak memberikan
manipulatif maupun spontan.7 masukan secara lisan dan/atau
Pemberlakuan otonomi daerah,8 tertulis dalam Pembentukan
secara normatif, merupakan peluang Peraturan Perundang-undangan. (2)
membuka ruang partisipasi Masukan secara lisan dan/atau
masyarakat dalam proses tertulis sebagaimana dimaksud pada
penyusunan dan implementasi ayat (1) dapat dilakukan melalui: a)
kebijakan. Secara konseptual Rapat dengar pendapat umum; b)
partisipasi merupakan implementasi Kunjungan kerja; c) Sosialisasi;
dari sistem pemerintahan demokrasi dan/atau d) Seminar, lokakarya,
dari rakyat oleh rakyat dan untuk dan/atau diskusi. Pasal 139 ayat (1)
rakyat.9 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004,
Sebagaimana dijabarkan mengatakan masyarakat berhak
disebutkan dalam Undang-Undang memberikan masukan secara lisan
No. 32 Tahun 2004 tentang atau tertulis dalam rangka penyiapan
Pemerintahan Daerah bahwa atau pembahasan rancangan
11
penyelenggaraan pemerintahan Peraturan Daerah.
daerah sesuai dengan amanat Dengan adanya pengaturan
Undang-Undang Dasar 1945, tersebut pemerintah, pemerintah
pemerintahan daerah mengatur dan daerah provinsi, kabupaten dan kota
mengurus sendiri urusan dalam pembentukan peraturan
pemerintahan menurut asas otonomi perundang-undangan memberikan
hak partisipasi terlebih dahulu
6
R. Siti Zuhro, Lilis Mulyani, Fitria, 2010. kepada masyarakat untuk
Kisruh Peraturan Daerah: Mengurai Masalah menyampaikan gagasannya melalui
dan Solusinya. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm
51 mekanisme hukum yang telah
7
Khairul Muluk, 2006. Desentralisasi dan
Pemerintahan Daerah. Jakarta: Penerbit
10
Bayumedia. hlm. 43. Pasal 96 Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
8
Lihat Pasal 1 ayat (5) UU No. 32 Tahun 2004. tentang Pembentukan Peraturan Perundang -
9
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi, diunduh Undangan
11
tanggal 6 oktober 2011. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 op cit
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

ditentukan. Selaras dengan pembuatan hukum. Kedua hal


pemikiran tersebut Bernadinus tersebut kemudian diangkat sebagai
Steni,12 mengatakan Partisipasi asas dalam pembuatan hukum untuk
masyarakat dilaksanakan di era kemudian dilakukan elaborasi lebih
otonomi daerah karena dua alasan lanjut kedalam prosedur dan
yaitu: pertama, amanat konstitusi, mekanismenya.15 Akhirnya peran
dan kedua, pelaksanaan kewenangan partisipasi semakin penting dalam
mengatur dan mengurus oleh proses pengambilan keputusan
pemerintah daerah. Pelaksanaan setelah dikampanyekan good
partisipasi masyarakat dalam era govenrnance oleh Bank Dunia.
desentralisasi sebetulnya merupakan Karakteristik good governance atau
partisipasi yang given (diberikan). tata kelola pemerintahan yang baik
Meskipun demikian, dalam konteks atau kepemerintahan yang baik
sejarah ketatanegaraan, partisipasi adalah partisipasi.16 Partsipasi di
sekarang merupakan pembaharuan bangun dibangun atas dasar
atas praktik sentralisasi di masa lalu. kebebasan bersosialisasi dan
Tujuan dasar peran serta berbicara serta berpartisipasi secara
masyarakat adalah mengahasilkan konstruktif.17
masukan dan persepsi yang berguna Di era otonomi daerah,
dari warganegara dan masyarakat partisipasi masyarakat, perencanaan
yang berkepentingan (public interest) dari bawah dan kemitraan, anggaran
dalam rangka meningkatkan kualitas yang pro-poor dan peka jender serta
pengambilan keputusan, karena tata kelola pemerintahan yang baik
dengan melibatkan masyarakat yang menjadi prinsip-prinsip utama yang
berpotensi terkena dampak kebijakan mempengaruhi warna pembangunan
dan kelompok kepentingan (interest daerah. Dalam perihal ini, semua
groups), para pengambil keputusan pihak duduk bersama sebagai mitra
dapat menangkap pandangan, pembangunan daerah yang
kebutuhan dan pengharapan dari berkelanjutan. Sehingga
masyarakat dan kelompok tersebut, permasalahan tarik-ulur dalam hal
untuk kemudian menuangkan perencanaan dan realisasi kebijakan
kedalam konsep.13 Partisipasi antara pemerintah dan pemangku
masyarakat juga merupakan kepentingan dapat di lokalisir dan
pemenuhan terhadap etika politik terselesaikan.
yang menempatkan rakyat sebagai Pemerintah dan pemimpin
sumber kekuasaan dan kedaulatan.14 daerah akan dinilai baik apabila
Satjipto Rahardjo mengusulkan mampu merangkul semua pemangku
untuk menjaga netralitas suatu kepentingan. Untuk itu aparat
hukum, perlu adanya transparansi pemerintahan diharapkan dapat
dan partisipasi (lebih besar) dalam
15
Satjipto Rahardjo, 1998. Mencari Model Ideal
Penyusunan Undang-Undanh yang Demokratis
12
Bernadinus Steni, 2004. Desentralisasi, (Kajian Sosiologis). Makalah Disampaikan dalam
Koordinasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Seminar Nasional Mencari Model Ideal
Pengelolaan Sumberdaya Alam Pasca Otonomi Penyusunan Undang-Undang yang Demokratis
Daerah dalam http://www.huma.or.id. hlm 13 dan Kongres Asosiasi Sosiologi Hukum
13
Mahendra Putra Kurnia, dkk. 2007, Pedoman Indonesia. Semarang 15 – 16 April 1998.
16
Naskah Akademik Perda Partisipatif. Jazim Hamidi, Kemilau Mutik, 2011. Legislatif
Yogyakarta: Kreasia Total Media (KTM). hlm Drafting; Seri Naskah Akademik Pembentukan
41 Perda. Yogyakarta; Total Media. hlm 54
14 17
Ibid Ibid
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

menghilangkan stigma atau para pemangku kepentingan di


anggapan bahwa LSM itu bukan daerah.
mitra pemerintah akibat prilaku LSM Isu-isu panas terkait
yang sering berkonfrontasi dengan pemanasan global, perjanjian-
pemerintahan. Dari pengamatan, perjanjian dan kesepakatan-
sekarang berbagai macam lembaga kesepakatan internasional perlu
LSM pun telah belajar menjadi lebih disampaikan pada pemangku
santun dan beretika dalam kepentingan di daerah agar konteks
menyampaikan kritik, masukan dan inisiatif lokal untuk kepentingan
advokasinya sehingga dapat lebih global dapat dihargai dan
diterima oleh pemerintah dan publik. diperhitungkan. Misalnya dalam isu
Tidak jarang dalam pertemuan- pencapaian MDGs dan perdagangan
pertemuan regional atau karbon, pemangku kepentingan di
internasional LSM juga diminta daerah perlu tahu di mana perannya
manjadi advisor atau anggota dan apa kontribusinya dalam peta
delegasi oleh pemerintah. global itu. Atas hal itu, LSM
Masyarakat sipil, dalam hal ini berperan sebagai penyambung,
diwakili oleh LSM, juga belajar terus pendamping dan pemandu agar
bagaimana dan di mana bisa eforia reformasi dan partisipasi
berperan di dalam sistem. Beberapa masyarakat tidak disalahgunakan.
LSM advokasi memilih bentuk Dari peran-peran LSM dalam proses
kemitraan critical engagement, pembangunan tersebut terciptalah
beberapa memilih constructive kemitraan yang saling mengisi satu
engagement. sama lain. Misalnya bersama-sama
Menurut Philip J. Eldridge, menterjemahkan konsep perencanaan
LSM memiliki 3 (tiga) peran dari bawah, multi pihak dan
pokok yaitu; memberdayakan akuntabel secara berkelanjutan.
masyarakat dalam membentuk
organisasinya sendiri sesuai 1. Fungsi LSM menurut Pasal 5
dengan kebutuhannya, UU No. 8 Tahun 1985 adalah :
mewujudkan nilai-nilai dan a. Wadah penyalur kegiatan
melakukan pendekatan partisipatoris sesuai kepentingan
dalam pengembangan masyarakat anggotanya;
dan peran ketiga adalah menjadi b. Wadah pembinaan dan
wakil masyarakat dalam pengembangan anggotanya
memperjuangkan kepentingan - dalam usaha mewujudkan
kepentingannya (advokasi). Peran tujuan organisasi:
LSM sebagai penyeimbang c. Wadah peranserta dalam
Pemerintah diekspresikan dalam usaha menyukseskan
bentuk masukan-masukan dan pembangunan nasional;
pengingat tentang hal-hal yang d. Sarana penyalur aspirasi
berkaitan dengan hak dan manfaat anggota, dan sebagai sarana
pembangunan bagi masyarakat komunikasi sosial timbal
terutama kelompok marjinal. LSM balik antar anggota dan/atau
seringkali berperan sebagai antar Organisasi
penyambung informasi isu-isu Kemasyarakatan, dan antara
global, regional dan nasional kepada Organisasi Kemasyarakatan
dengan organisasi kekuatan
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

sosial politik, Badan diisi oleh LSM begitu pula


Permusyawaratan/ sebaliknya.
Perwakilan Rakyat, dan
Pemerintah. Ada beberapa kelebihan dan
kekurangan pola kemitraan antar
2. Pola Kerja LSM pemerintah maupun LSM. Kelebihan
Sesuai dengan fungsi LSM kemitraan antara Pemerintah dan
dalam UU No. 8 Tahun 1985 maka LSM antara lain:
secara garis besar ada 2 (dua) pola Bagi Pemerintah:
dan pendekatan yang dapat  Sinergi semua pemangku
dilakukan LSM dalam kepentingan dapat mempercepat
merealisasikan visi dan misinya pencapaian tujuan.
yakni: advokasi dan intervensi.
 Hal-hal yang terkait dengan
2.1. Advokasi pendekatan kepada masyarakat di
Pola ini biasanya dilakukan lapangan dapat dijembatani oleh
oleh LSM garis keras yang LSM sehingga mempermudah
lebih memfokuskan komunikasi dan koordinasi
kegiatannya pada perubahan pelaksanaan program/ kegiatan
kebijakan pemerintah. LSM
 Mendapat masukan melalui pola
bidang advokasi lebih banyak
berkiprah dengan konsultasi yang konstruktif.
menggunakan pendekatan
Bagi LSM
hukum dan politik. Misalnya
LSM memantau transparansi  Misi advokasi kebijakan
penggunaan APBD dan dapat lebih mudah didiskusikan
Penegakan Hukum. dan didorongkan
 Isu keadilan social dapat
diterjemahkan lebih cepat ke
2.2. Intervensi dalam program arus utama
LSM intervensi lebih banyak pembangunan.
memfokuskan dalam kegiatan  Komunikasi dua arah
praktis. Misalnya LSM yang memungkinkan inisiatif
bergerak dalam hal datang dari LSM
pengembangan ekonomi,
teknologi tepat guna dan Sedangkan kekurangan atau
sebagainya kelemahan kemitraan antara lain:
Bagi Pemerintah
Dari kedua pola pendekatan  Koordinasi dan
yang dilakukan LSM dengan komunikasi menjadi agak
medudukkan peran pemerintah dan kompleks karena lebih banyak
LSM maka semangat yang dapat pertimbangan dan banyak pihak
dibangun adalah Kemitraan. Dengan yang terlibat
kemitraan biasanya aturan
pembagian peran dan tanggung  Beberapa proses
jawab dapat terlihat. Dimana porsi- kegiatan dapat memerlukan
porsi kegiatan dan fungsi yang tidak penyesuaian dengan tata
dapat dilakukan pemerintah dapat administrasi dan penganggaran
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

yang ada LSM adalah:


1. Hubungan yang bersifat
Bagi LSM : collaboration/cooperation,
 Tingkat kekritisan dalam konteks hubungan
dapat melemah atau berkurang seperti ini pemerintah
karena konsentrasi lebih banyak menganggap bahwa bekerja
diarahkan pada pemikiran sama dengan kalangan LSM
bersama semua pihak. merupakan sesuatu yang
menguntungkan. LSM dan
 Pergantian atau
pemerintah berdiri pada posisi
rotasi pejabat seringkali yang equal dan sejajar.
memperlambat proses kemitraan Hubungan ini umumnya
dilaksanakan oleh LSM-LSM
Bentuk Kerjasama LSM dan dengan ruang lingkup kegiatan
Pemerintah bidang pemberdayaan
masyarakat. Wujud kerjasama
Memperhatikan fungsi Ormas antara LSM dan pemerintah
sesuai UU No. 8 Tahun 1985, paling antara lain dalam bentuk
tidak ada empat peranan yang dapat pelatihan, sosialisasi, seminar
dimainkan oleh LSM di era dan dan kegiatan lain yang
pemerintahan daerah, menurut Andra sifatnya meningkatkan kapasitas
L. Corrothers dan Estie W. Suryatna masyarakat. Contohnya
peranan yang dijalankan yaitu: kegiatan workshop bidang
katalisasi perubahan system, pendidikan anak yang
memonitor pelaksanaan system dan dilakasanakan kerjasama antara
penyelenggaraan Negara, LSM dan Dinas Pendidikan.
memfasilitasi rekonsiliasi warga Contoh lain kerjasama dalam
dengan lembaga peradilan dan program Gerakan Nasional
yang terakhir adalah implementasi Rehabilitasi Lahan (GNRHL).
program pelayanan.18 Katalisasi Dalam pola hubungan ini, pada
perubahan system dapat dilakukan praktiknya LSM melaksanakan
dengan mengangkat sejumlah program dan proyek-proyek
masalah penting dalam masyarakat pemerintah. Pemerintah
dan melakukan advokasi demi menyediakan dana sedangkan
perubahan kebijakan pemerintah. LSM membantu dengan
Sedangkan implementasi program keahlian mereka. Namun,
pelayanan dilakukan melalui kebanyakan LSM jenis ini
sejumlah pelaksanaan kegiatan dan memiliki ketergantungan
program dibidang pendidikan dan terhadap pemerintah terutama
kesehatan serta proyek-proyek dari segi financial dan
pemberdayaan masyarakat. pendanaan program.
2. Model hubungan yang bersifat
Adapun bentuk hubungan containment/sabotage/
kerjasama antara Pemerintah dan dissolution, dimana pemerintah
melihat LSM sebagai tantangan,
18
Affan Gafar, 2006. Politik Indonesia, bahkan ancaman. Pemerintah
Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar, dapat mengambil langkah
Yogyakarta. Hal 205 tertentu untuk membatasi ruang
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

gerak LSM. Contoh kasus pada gerakan moral, menjadikan


Antasari Azhar. Dalam LSM dapat bergerak secara luwes
pandangan ini antara LSM dan tanpa dibatasi oleh ikatan-ikatan
pemerintah merupakan pihak motif politik dan ekonomi. Peran
yang harus diawasi dan LSM dalam civil society
ditekan karena banyak diperlukan terutama dalam
melakukan manipulasi yang rangka peningkatan kapasitas dan
merugikan masyarakat. LSM pemberdayaan masyarakat
sebagai kelompok yang ditingkat akar rumput.
menyuarakan kepentingan Kedudukan birokrasi pemerintah
masyarakat merasa perlu bertindak sebagai fasilitator,
membela rakyat untuk motivator, dan dinamisator
mendapatkan hak-haknya. terhadap LSM.
Hubungan antara LSM dan 2. Hubungan LSM dengan
pemerintah adalah hubungan Pemerintah memilik dua model
yang bersifat politis, LSM hubungan antara LSM di Kota
mengambil peran sebagai Bandar Lampung. Pertama
kelompok yang kritis dan adalah hubungan yang bersifat
mempertentangkan kepentingan collaboration/cooperation, yakni
rakyat dengan ketiakadilan dari pemerintah menganggap bahwa
pemerintah. Karakter dari bekerja sama dengan kalangan
LSM-LSM kritis ini adalah LSM merupakan sesuatu yang
menggunakan kritik legitimasi menguntungkan. LSM dan
sebagai alat untuk menekan pemerintah berdiri pada posisi
pemerintah.19 yang equal dan sejajar.
Hubungan kegiatan di bidang
Penutup pemberdayaan masyarakat.
Kedua adalah hubungan yang
1. Guna memperkuat civil society di bersifat containment/sabotage
Kota Bandar Lampung, /dissolution, dimana pemerintah
diperlukan adanya organisasi melihat LSM sebagai tantangan,
sosial yang mandiri. Diantara bahkan ancaman. Hubungan
organisasi sosial dan politik yang antara LSM dan pemerintah
memiliki tingkat kemandirian merupakan hubungan yang
yang tinggi dari lembaga bersifat politis, LSM mengambil
swadaya masyarakat. peran sebagai kelompok yang kritis
Karakteristik LSM yang dan mempertentangkan
bercirikan: mandiri dan tidak kepentingan rakyat dengan
menggantungkan diri pada ketidakadilan dari pemerintah.
bantuan pemerintah dalam hal
finansial, non-partisan, tidak Daftar Pustaka
mencari keuntungan ekonomi,
bersifat sukarela, dan bersendi Affan Gafar, 2006. Politik
Indonesia, Transisi Menuju
19
Anwari WMK (editor), dan Maruto
Demokrasi, Pustaka Pelajar,
MD, 2002, Kumpulan Tulisan Yogyakarta.
Reformasi Politik dan Kekuatan Anwari WMK (editor), dan
Masyarakat, LP3ES, Jakarta. Hal. 182- Maruto MD, 2002,
183
Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 2 Mei-Agustus 2012, ISSN 1978-5186

Kumpulan Tulisan Reformasi Satjipto Rahardjo, 1998. Mencari


Politik dan Kekuatan Model Ideal Penyusunan
Masyarakat, LP3ES, Jakarta. Undang-Undanh yang
Bernadinus Steni, 2004. Demokratis (Kajian
Desentralisasi, Koordinasi dan Sosiologis). Makalah
Partisipasi Masyarakat dalam Disampaikan dalam Seminar
Pengelolaan Sumberdaya Alam Nasional Mencari Model Ideal
Pasca Otonomi Daerah dalam Penyusunan Undang-Undang
http://www.huma.or.id. yang Demokratis dan Kongres
Erwan Agus Purwanto, Pelayanan Asosiasi Sosiologi Hukum
Publik Partisipatif, dalam Indonesia. Semarang 15 – 16
Agus Dwiyanto, 2006. April 1998.
Mewujudkan Good Sri Soemantri M., 1992, Bunga
Governance Melalui Rampai Hukum Tata Negara
Pelayanan Publik. Yogyakarta; Indonesia, Bandung: Alumni.
Gajah Mada University Press Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Jazim Hamidi, Kemilau Mutik, 2011. tentang Pembentukan
Legislatif Drafting; Seri Peraturan Perundang –
Naskah Akademik Undangan
Pembentukan Perda. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
Yogyakarta; Total Media. tentang Pemerintahan Daerah.
Khairul Muluk, 2006. Desentralisasi http://id.wikipedia.org/wiki/De
dan Pemerintahan Daerah. mokrasi, diunduh tanggal 6
Jakarta: Penerbit Bayumedia. oktober 2011.
Kompas 13 Januari 2003 dalam NGO
ditengah Kepungan
Kepentingan Global,
http://lafadl.wordpress.com/20
06/07/15/ngo-di-tengah-
kepungan-kepentingan-global/.
Mahendra Putra Kurnia, dkk. 2007,
Pedoman Naskah Akademik
Perda Partisipatif.
Yogyakarta: Kreasia Total
Media (KTM).
Philipus M. Hadjon, 1997.
Keterbukaan Pemerintahan
dalam Mewujudkan
Pemerintahan yang
Demokratis, Pidato, diucapkan
dalam Lustrum III Ubhara
Surya.
R. Siti Zuhro, Lilis Mulyani, Fitria,
2010. Kisruh Peraturan
Daerah: Mengurai Masalah
dan Solusinya. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.

Anda mungkin juga menyukai