Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Asam Urat

a. Pengertian

Asam urat merupakan penyakit yang di akibatkan tingginya kadar

purin di dalam darah. Penyakit asam urat di tandai oleh linu-linu, terutama

di persendian tulang. Rasa sakit tersebut di akibatkan adanya radang pada

persendian (Alifiasari, 2011). Asam urat di sebabkan adanya penumpukan

kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari purine, dimana ginjal tidak

mampu mengeluarkan asam urat melalui urin sehingga membentuk kristal

yang berada dalam cairan sendi sehingga menyebabkan penyakit gout

(Nopik, 2013).

Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal-kristal yang

merupakan hasil akhir dari metabolisme purin bentuk turunan

nukleoprotein, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang tedapat pada

inti sel-sel tubuh (Dr Juandy, 2008). Asam urat merupakan hasil

metabolismetubuh atau tepatnya hasil akhir dari katabolisme suatu zat

yang bernama purin (Neti, 2014) dan menurut Alifiasari (2011), asam urat

merupakan penyakit yang di akibatkan tingginya dalam purin di dalam

darah, penyakit asam urat di tandai oleh linu-linu, terutama di persendian

tulang.

11
12

b. Etiologi

Menurut As’adi (2010), berdasarkan penyebabnya penyakit

asam urat di golongkan menjadi 2 penyebab, yaitu :

1) Penyakit Gout Primer.

Penyakit Gout Primer, 99% penyebabnya belum di ketahui

(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan

faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang

dapat mengakibatkan peningkatannya produksi asam urat atau bisa

juga di akibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari

tubuh.

2) Penyakit Gout Sekunder.

Gout Sekunder di sebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan

dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa

basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan

termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.

Produksi asam urat yang meningkat juga bisa di sebabkan sebagai

berikut :

a) Penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia).

b) Obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin b12).

c) Obesitas (kegemukan)

d) Penyakit kulit (psoriasis)


13

e) Kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang

tidak terkontroldengan baik biasanya terdapat kadar benda-

benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang

meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan

menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

c. Klasifikasi asam urat

Menurut Josephine (2012) menyatakan bahwa terdapat 3 jenis

asam urat yaitu sebagai berikut :

1) Artritis gout akut

2) Monoartikular, nyeri, bengkak terasa hangat, merah. Terkadang

disertai dengan gejala sistematik berupa demam, menggigil, dan

merasa lemah.

3) Sembuh dalam beberapa hari sampai minggu.

4) Bila tidak di obati rekuren multipel, interval antar serangan

singkat.

a) Interkritikal gout

b) Dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun sampai 10 tahun.

(1) Stadium artritis gout menahun.

(2) Banyak tofi, poliartikular (cuping telinga,

metatarsophalangeal, jari tangan)

(3) Tofi menimbulkan inflamasi.


14

d. Gejala asam urat (manifestasi klinis)

Menurut Neti (2014), menyebutkan bahwa terdapat 8 gejala

dalam asam urat yaitu sebagai berikut :

1) Timbul rasa sakit, ngilu, nyeri, dan kesemutan di area persendian.

Rasa sakit dan ngilu ini terjasi ketika kristal-kristal asam urat

berada di dalam cairan sendi. Penumpukan kristal asam urat yang

terus menerus menyebabkan gejala selanjutnya, yaitu peradangan,

rasa nyeri dan kulit memerah.

2) Gejala serang pertama kali terjadi dan di rasakan pada area sendi

pangkal ibu jari kaki.

3) Pada awalnya serangan hanya terjadi pada suatu sendi dan hanya

berlangsung beberapa hari. Biasnya, tanpa di obati gejala ini akan

hilang sendiri. Namun, potensi timbul gejala peningkatan asam urat

(gejala serangan penyakit asam urat) tetap ada. Teruma setelah

mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar purin tinggi.

4) Pada gejala tingkat lanjut, sendi yang terserang penyakit asam urat

akan membengkak dan bagian kulit atasnya tampak berwarna

merah, kencang dan licin.

5) Jika kulit bagian atas sendi yang terserang di sentuh, akan terasa

sakit.

6) Saat cuaca dingin sendi-sendi yang terserang terasa sakit.

7) Gejala serangan terasa pada waktu-waktu tertentu. Umumnya pada

waktu malam dan pagi hari, ketika bangun tidur.


15

8) Bagian sendi yang terasa sakit sebaiknya tidak di pijat (diurut),

karena akan memperparah rasa sakit.

e. Faktor resiko

Dibawah ini adalah faktor resiko yang dapat mempengaruhi

peningkitan kadar asam urat antara lain :

1) Faktor usia.

Hiperuri semia lebih sering di alami oleh pria dengan usia

di atas 40 tahun. Hal ini disebabkan karena kadar asam urat pada

pria cenderung meningkat karena bertambahnya usia, sedangkan

pada wanita baru meningkat setelah monopause, pada rentang usia

60-80 tahun (Edwards and scilesinger, 2009).

2) Faktor genetika.

Hal ini menunjukan bahwa orang-orang dengan riwayat

genetik/keturunan yang mempunyai hiperurisemia, mempunyai

resiko 1-2 kali lipat di banding pada penderita yang tidak memiliki

riwayat genetik/keturunan. Selain itu, analisis the national heart,

lung, and blood institute family studies menunjukan hubungan

antara faktor keturunan dengan asam urat sebanyak kira-kira 40%.

Faktor genetik dapat mempengaruhi hasil kadar asam urat pada

laki-laki, khususnya pada laki-laki yang hemizigot, bila laki-laki

mempunyai hasil kadar asam urat yang tinggi sebelum usia 25

tahun maka perlu di periksa enzim yang dapat menyebabkan

peningkatan produksi asam urat tersebut, selain enzim yang perlu


16

diperiksa terdapat juga adanya kelainan penurunan pengeluaran

asam urat pada ginjal yang dapat di turunkan dalam suatu keluarga

(Purwaningsih, 2009).

3) Gagal ginjal.

Jika seseorang mengalami gagal ginjal, maka tubuh akan

gagal mengalami timbuhan asam urat melalui urin. Timbuhan asam

urat inilah yang memicu terjadinya peningkatan kadar asam urat

(Purwaningsih, 2009).

4) Obat-obatan.

Menurut Purwaningsih (2009) menyatakan bahwa beberapa

obat-obatan berikut berperan dalam memicu terjadinya

peningkatan kadar asam urat yaitu :

a) Obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam

serum : alkohol, asam askorbit, aspirin dosis rendah, kafein,

cisplatin, diazoxide, diuretik, epinefrin, ethambutol, levodopa,

metal-dopa, asam nikotinat,fenotiazin, dan theofilin.

b) Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat dalam serum :

alopurinol, aspirin dosis tinggi, azathioprin, clofibrat,

kortikosteroid, estrogen, infuse glucose, guafenisin, manitol,

probenecid, dan warfarin.


17

c) Obat-obatan yang dapat meningkatan kadar asam urat dalam

urine : asam askorbit, calcitonin, cirate, dicumarol, estrogen,

steroid, iodine, gliceril guaiacolat, fenolsulfonftalin,

probenecid, salisilat, dan tetrasiklin kadalursa.

2. Konsep Nyeri Sendi

a. Pengertian

Nyeri sebagai suatu pengalaman sensori dan emosional yang

tidak nyaman yang berhubungan dengan kerusakan jaringan dan

potensial. Perasaan yang tidak nyaman tersebut sangat bersifat

subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan

dan mengevaluasi perasaan tersebut. Menurut The Internasional

Association for the Study of pain dalam Townsend (2008).

b. Klasifikasi

Menurut Hermawan (2011) klasifikasi nyeri sendi dapat di

bedakan beberapa macam antara lain adalah :

1) Nyeri sendi jari-jari tangan

Nyeri sendi jari-jari tangan dapat di sebabkan oleh penyakit

rematik. Namun dimikian , jangan terburu-buru menganggap

semua nyeri pada sendi jari-jari dan pergelangan tangan selalu di

sebabkan oleh penyakit rematik. Rematik adalah penyakit dimana

terjadi peradangan dalam kapsul sendi akibat adanya antibody

tidak normal yang justru menyerang bagian tubuh sendiri, yaitu

kapsul sendi. Penyakit rematik memang terutama menyerang


18

sendi-sendi jari-jari dan pergelangan tangan. Namun demikian,

penyakit rematik lazim menyerang lebih dari tiga sendi mengenai

kedua tangan kanan dan kiri secara simetris pada waktu yang

bersamaan. Penyakit rematik sangat jarang menyebabkan nyeri

hanya pada satu sendi saja.

Penyebab lain nyeri jari-jari tangan adalah Carpal Tunnel

Syndrome (CTS) yang di sebabkan terjepitnya saraf medianus di

daerah pergelangan tangan. Gejala CTS yang lebih menonjol di

banding rasa nyeri adalah rasa tebal dan kesemutan pada ibu jari,

telunjuk, jari tengah dan manis, jari kelingking tidak mengalami

gejala semacam itu.

2) Nyeri sendi bahu dan siku

Nyeri bahu paling sering di akibatkan oleh penyakit

Shoulder Impingement, yaitu penyakit akibat peradangan otot di

dalam sendi bahu. Peradangan tersebut lazim di sebabkan oleh

robekan serabut-serabut otot di dalam sendi bahu, yang di kenal

sebagai rotator cuff. Gejala penyakit ini adalah bahu terasa nyeri

jika lengan di angkat ke arah atas atau kearah belakang. Penderita

mengalami kesulitan melakukan gerakan tertentu, seperti menyisir,

mengangkat payung, memakai kaos. Ada 2 penyakit penyebab

nyeri sendi siku. Penyakit tennis elbow menyebabkan nyeri di

daerah sisiluar sendi siku, sementara golfer’s elbow mengakibatkan

nyeri sendi pada sisi dalam sendi siku. Sama seperti shoulder
19

impingement, kedua penyakit ini di sebabkan oleh peradangan otot

secara berlebihan, bukan karena penyakit rematik atau asam urat.

3) Nyeri sendi daerah kaki

Selain rematik, asam urat sering di tuduh sebagai penyebab

nyeri sendi. Asam urat jika menumpuk di dalam sendi dalam

bentuk kristal natrium urat memang dapat menyebabkan

peradangan dan nyeri sendi. Akan tetapi sekitar 90% nyeri sendi

yang di sebabkan oleh asam urat hanya menyerang sendi pangkal

ibu jari kaki. Meskipun juga dapat menyerang sendi siku dan jari-

jari tangan serta pergelangan kaki.

Penyebab utama nyeri di daerah kaki adalah Plantar

fasciitis dan Achilles tendonitis, bukan asam urat atau rematik.

Kedua penyakit ini di sebabkan oleh peradangan otot di daerah

kaki. Plantar fasciitis menyebabkan nyeri pada telapak kaki (sisi

bawah tumit), khususnya ketika bangun pada pagi hari yang

biasanya berkurang setelah kaki di gunakan berjalan beberapa

waktu. Sementara Achilles tendonitis menyebabkan nyeri pada

ujung belakang tumit. Keduanya penyakit ini bukan merupakan

penyakit rematik.
20

4) Nyeri sendi daerah pinggul dan lutut

Sendi pinggul dan lutut adalah dua sendi yang paling sering

terasa nyeri karena paling banyak menerima beban. Penyebab

utama nyeri kedua sendi tersebut juga bukan penyakit rematik atau

asam urat. Pada usia di bawah 45th, penyebab utama nyeri kedua

sendi ini adalah peradangan otot dan kapsul pembungkus sendi

akibat peradangan yang berlebihan, seperti misalnya karena olah

raga atau terpeleset. Sementara di atas umur 45th, penyebab utama

nyeri kedua sendi tersebut adalah pengapuran sendi (osteoartritis),

bukan penyakit rematik atau asam urat, seperti keyakinan banyak

orang.

c. Penyebab

Menurut (Wike, 2010) berbagai faktor menyebabkan nyeri

sendi antara lain sebagai berikut :

1) Faktorresiko Sistematik

a) Usia

Usia merupakan faktor resiko besar terjadinya gejala nyeri

sendi. Insiden nyeri sendi meningkat setelah usia 40th pada

wanita dan 50th pada pria.


21

b) Jenis kelamin

Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap terjadinya

nyeri sendi. Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan

bahwa wanita lebih sering mengalami nyeri sendi dari pada

laki-laki.

c) Suku

Suku atau etnis tertentu juga ikut berpengaruh terhadap

terjadinya nyeri sendi. Banyak hasil penelitian yang

bertentangan muncul dalam menganalisis perbedaan etnis pada

pasien nyeri sendi terutama di area lutut dan pingguldalam

populasi pasien dari etnis yang berbeda.

d) Genetik

Sebuah komponen genetik telah di identifikasi menjadi

faktor resiko penting dalam nyeri sendi sebagaimana

penelitian-penelitian epidemiologi yang menegaskan nyeri

sendi berdasarkan pengelompokkan familial nyeri sendi pada

tangan, lutut, dan pinggul.

2) Faktor Biomekanik

a) Cidera

Displasia sendi, patah tulang, robeknya manisci dan

ligamen-ligamen yang meningkatkan stabilitas sendi mungkin

akan memperparah faktor nyeri sendi.


22

b) Obesitas

Berat badan dapat mempengaruhi nyeri pada

persendian. Hal ini berkaitan dengan beban yang harus

ditopang oleh sendi terutama sendi lutut. Oleh karena itu

perubahan berat badan selama penelitian secara teori dapat

mempengaruhi rasa nyeri pada persendian.

c) Pekerjaan

Pekerjaan yang di lakukan berulang-ulang yang

membebani sendi dan otot-otot secara berlebih meningkatkan

resiko nyeri sendi.

d. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan secara farmologis

Penanganan nyeri sendi dapat di lakukan dengan cara

farmakologis yaitu Asetsminoven dan non-steroidal anti

inflamatory drugs (NSAIDs) sering di gunakan untuk

menghilangkan nyeri ringan hingga sedang. Asetaminofen di

anggap sebagai terapi lini pertama dan obat pilihan paling aman

untuk pengguna jangka panjang. Bila tidak berhasil atau ada

kontraindikasi, maka terapi dapat di ganti dengan obat-obat dari

golongan NSAIDs seperti ibuprofen (Seed et al, 2009).


23

Ibuprofen memiliki efek samping yang merugikan jika di

gunakan dalam jangka panjang. Efek yang paling ringan berupa

mual, nyeri lambung, dispepsia sampai yang paling serius seperti

timbul lesi, perdarahan bahkan perforasi pada saluran pencernaan

(Altman dan Marcussen, 2011).

2) Penatalaksanaan Secara Non Farmakologi

a) Penanganan nyeri sendi berdasarkan stimulus fisik

(1) Stimulus kulit

Masase kulit memberikan efek penurunan

kecemasan dan ketegangan otot. Rangsangan masase ini

dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar,

sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri,

Masase adalah stimulus kulit tubuh secara umum, di

pusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat di lakukan

pada satu atau beberapa bagian tubuh dan di lakukan sekitar

10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk

mencapai hasil relaksasi yang maksimal. Tipe masase yaitu

efflurage dan petrisage. Efflurage yaitu memberikan

pukulan pada tubuh dan petrisage yaitu membuat pijatan

atau cubitan besar pada kulit, subkutan dan otot

(Hermawan, 2011).
24

(2) Stimulus elektrik saraf kulittranskutan (Kontralateral)

Stimulus kontralateral adalah memberi stimulus

pada daerah kulit di sisi yang berlawanan dari daerah

terjadinya nyeri. Stimulus kontralateral dapat berupa

garukan pada daerah yang berlawanan jika terjadi gatal,

menggosok (masase) jika kram (kejang) atau pemberian

kompres dingin atau panas serta pemberian balsam atau

obat gosok. Metode ini mungkin berguna jika daerah yang

mengalami nyeri tidak dapat di sentuh karena hipersensitif,

tertutup perban atau gips atau terjadi nyeri bayangan atau

fantom (Hermawan, 2011).

(3) TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

Stimulasi saraf elektris transkutan unit peralatan

yang di jalankan dengan elektroda yang di pasang pada

kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, getaran, atau

mendengung pada area kulit tertentu. TENS telah di

gunakan baik untuk menghilangkan nyeri akut atau kronis.

TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan

menstimulasi reseptor nonnyeri di area yang sama dengan

serabut yang mentransmisi nyeri (Hermawan, 2011).


25

(4) Aqupressure

Aqupressure di kembangkan dari ilmu pengobatan

kuno cina dengan menggunakan system akupuntur. Terapi

memberi tekanan jari-jari pada berbagai titik organ tubuh

seperti pada akupuntur. Tindakan ini merupakan tindakan

sederhana dan mudah di pelajari (Hermawan, 2011).

b) Penanganan nyeri sendi berdasarkan perilaku kognitif

(1) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian

terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Macam-macam

distraksi yaitu distraksi visual, distraksi pendengaran,

distraksi pernapasan, distraksi intelektual, teknik

pernapasan, imajinasi terbimbing. (Hermawan, 2011).

(2) Teknik relaksasi

Relaksasi otot rangks di percaya dapat menurunkan

nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang

mendukung rasa nyeri. Relaksasi memberikan efek secara

langsung terhadap fungsi tubuh, seperti : Penurunan

tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernafasan, penurunan

konsumsi oksigen oleh tubuh, penurunan ketegangan otot,

meningkatkan kemampuan konsentrasi, dan menurunkan

perhatian terhadap stimulus lingkungan (Hermawan, 2011).


26

(3) Umpan balik biologis

Umpan balik tubuh adalah (biofeedback) adalah

teknik mengatasi nyeri dan memberikan informasi kepada

klien tentang respon fisiologis tubuh terhadap nyeri yang di

alami klien (misalnya, tekanan darah atau ketegangan otot

serta EEG) dan cara untuk mengendalikan secara involunter

respon tersebut. (Hermawan, 2011).

(4) Sentuhan terapeutik

Teknik yang di gunakan adalah perawat melakukan

meditasi dalam waktu singkat sebelum kontak dengan

klien. Pada periode ini, perawat menyembunyikan tingkat

energi internal, kemudian meraba klien dan

mentransmisikan energi penyembuhan. Rasionalisasi

keberasilan metode ini tidak dapat di mengerti dengan jelas.

(Hermawan, 2011).

(5) Olahraga

Olahraga memiliki efek yang luar biasa dalam

mengurangi nyeri sendi. Jika seseorang melakukan

olahraga secara teratur maka dapat mengurangi nyeri sendi.

Senam yang di iringi dengan latihan stretching dapat

memberi efek otot yang tetap kenyal karena tengah-tengah

serabut otot ada impuls saraf yang di namakan muscle

spindle, bila otot di ulur (recking) maka muscle spindle


27

akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-

menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang

melakukan stretching akan menambah cairan sinoval

sehingga persendian akan licin sehingga mengurangi

gesekan sendi yang menyebabkan nyeri berkurang atau

bahkan tidak mengalami nyeri serta mencegah cidera.

Olahraga yang sering di lakukan lansia adalah senam

lansia. (Suroto dalam Iskandar, 2012).

(6) Terapi Herbal

Terapi herbal atau yang di kenal dengan istilah jamu

telah ada sejak dahulu kala di Indonesia. Nenek moyang

kita telah memanfaatka bahan alam sebagai ramuan obat-

obatan. Hal ini terbukti dengan adanya naskah lama pada

daun lontar husodo (Jawa), usada (Bali), lontarak pabbura

(Sulawesi Selatan), dokumen serat primbon jampi, serat

racikan boreh wulang dalem dan relief candi

borobuduryang menggambarkan orang yang sedang

meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan

bakunya (Sari, 2009). Diantara ramuan penting yang

tercatat ratusan tahun penggunaannya untuk mengobati

nyeri sendi adalah jahe. (Abascal & Yarnell, 2009).


28

e. Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri meliputi berbagai aspek antara lain sebagai berikut :

1) Lokasi

Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk

menentukan lokasi nyeri, banyak pasien tidak dapat menentukan

letak nyeri secara tepat, banyak yang mengindikasikan letak

dengan huruf ABC. Pasien boleh menggambarkan lokasi nyeri

dalam bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan anggota

keluarga dapat memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk

pengkajiannya (Suza, 2009).

2) Intensitas

Seseorang dalam mengekspresikan nyeri mereka hanya

mampu menilai suatu intensitas nyeri secara akurat, duajenis skala

penilaian intensitas nyeri yang di gunakan adalah skala verbal dan

skala numerical atara lain sebagai berikut :

a) Face Rating Scale

Skala ini di atur secara visual dengan ekspresi guratan

wajah untuk menunjukan intensitas nyeri yang di rasakan.

Skala penilaian wajah pada dasarnya di gunakan pada anak-

anak tetapi juga bisa bermanfaat ketika orang dewasa yang

mempunyai kesulitan dalam menggunakan angka-angka dari

skala visual (VAS) yang merupakan alat penilaian pengkajian

nyeri secara umum (Suza, 2009).


29

Wong dan Baker dalam (Hidayat, 2008)

mengembangkan skala wajah untuk mengkaji nyeri pada anak-

anak.skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun

yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum

“tidak merasa nyeri” kemudian secara bertahap meningkat

menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih sampai

wajah yang sangat ketakutan “nyeri yang sangat”.

b) Flowsheets (Kartu pencatatan)

Kartu ini digunakan untuk mendokumentasikan

perkembangan yang bertujuan mempertahankan keberhasilan

dalam manajemen nyeri. Dokter menggunakan flowsheets

untuk mencatat waktu, menilai nyeri dan mengontrol

penggunaan obat penghilang rasa nyeri dan efek sampingnya.

Informasi yang ada dalam manajemen flowsheets dapat di

satukan dalam bentuk format yang lain untuk menghindari

terjadinya kesalahan pada waktu pencatatan (Hidayat, 2008).

c) Graphic Rating Scale

Graphic rating scale di kembang kan oleh VAS untuk

menambah kata-kata atau angka di antara awal dan akhir skala.

Penambahan kata-kata seperti tidak nyeri, nyeri sedang dan

nyeri berat di sebut verbal graphic rating scale sedangkan jika

huruf seperti 0 sampai 10 menjadi numerical graphic rating

scale (Suza, 2009).


30

d) Numerical Rating Scale

Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scale atau

NRS) lebih di gunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi

kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan

skala 0-10 (Hidayat, 2008). Skala ini di gunakan secara verbal

atau visual dari 0 sampai 10 dan menambah kata-kata dan huruf

sepanjang garis vertical dan horizontal, 0 menunjukan hasil dari

tidak ada nyeri dan 10 menunjukan hasil dari nyeri yang tak

terbayangkan (Suza, 2009).

e) Simple Descriptor Scale (Verbal Descriptor Scale atau VDS)

Skala ini menggunakan daftar kata-kata untuk

mendeskripsikan perbedaan tingkat intensitas nyeri, mudah dan

sangat sederhana dalam menggunakan sebagai contoh tidak ada

nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat (Suza, 2009).

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat

keparahan nyeri yang lebih onjektif. Skala pendeskripsian

verbal merupakan sebuah garisyang terdiri dari tiga sampai

lima kata pendeskripsiyang tersusun dengan jarak yang sama di

sepanjang garis. Pendeskripsi ini di ranking dari “tidak terasa

nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahan” (Hidayat, 2008).


31

f) Visual Analog Scale (VAS)

Visual analog scale tidak melabel subsidi. VAS

merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri

yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada

setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh

untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan

pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien

dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada di

paksa memilih satu kata atau satu angka (Suza, 2009).

g) Pengkaji PQRST

(1) P (Provokatif) : Faktor yang mempengaruhi nyeri.

(2) Q (Quality) : Sensasi nyeri (rasa tajam, tumpul, tersayat).

(3) R (Region) : Lokasi nyeri.

(4) S (Severity) : Intensitas nyeri (berapa kali dalam sehari).

(5) T (Time) : Waktu.

3) Kualitas (mutu)

Pengkajian dalam bentuk ini pasien mendeskripsikan jenis

dari nyeri atau nyeri seperti apakah yang di rasakan oleh mereka,

mereka mungkin akan menggunakan kata-kata sebagai berikut

denyut, seperti terbakar, tajam, tumpul seperti ditikam (Suza,

2009).
32

4) Serangan, Durasi, Jenis, dan Ritme

Banyak pasien yang mengalami nyeri mempunyai sensasi

untuk mengekspresikan rasa nyeri yang mereka rasakan dalam

periode 24 jam. Dalam rencana keperawatan yang penting untuk

mengkaji perubahan atau untuk mengantisipasi prosedur nyeri dan

memodifikasi aktivitas (jika mungkin) untuk menambah rasa

nyaman, jika nyeri di rasakan 12 jam atau lebih dari waktu 24 jam

maka yang harus di lakukan adalah pemberian obat penghilang

rasa nyeri jika di perlukan (Suza, 2009).

f. Skala Pengukuran Intensitas Nyeri

1. Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana

Gambar 2.1

Tidak ada Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri


nyeri ringan sedang hebat sangat paling
hebat hebat

2. Visual analouge scale

Gambar 2.2

Tidak ada Tidak paling


nyeri hebat
33

3. Verbal numerical rating scale ( VNRS )

Gambar 2.3

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada Nyeri Nyeri
nyeri sedang paling
hebat

4. Skala nyeri menurut bourbanis

Gambar 2.4

Tidak ada Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri


nyeri ringan sedang hebat paling
5. Skala hebat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5. Skala wajah wong

Gambar 2.5
34

3. Contrast Bath

a. Pengertian

Teknik contrast bath adalah perendaman air panas 10 menit, di

lanjutkan dengan perendaman alternatif 4 menit dalam air panas dan 1

menit di air dingin untuk 3 atau 4 pengulangan (Breger et al, 2009).

Prosedur lain yang di jelaskan tidak termasuk 10 menit awal

perendaman air panas dan rasionya yang di sarankan adalah

perendaman alternatif pada 4 atau 3 menit air panas dan 1 menit air

dingin (rasio 4 : 1 atau 3 : 1) tergantung variasi pada prosedur yang di

gunakan (Petrofsky et al, 2007). Contras bath dengan 10 menit air

panas belum rasio 4 : 1 atau 3 : 1.

Prevalensi penderita asam urat yang setiap tahun semakin

meningkat dan perlu penanganan serius, salah satu teknik terapi yang

bisa di lakukan di lingkungan masyarakat yaitu contrast bath yang

mudah di aplikasikan saat terjadi serangan asam urat secara tiba-tiba.

Salah satu terapi komplementer yang di gunakan untuk mengurangi

nyeri adalah teknik relaksasi dan distraksi. Teknik relaksasi bisa di

lakukan dengan berbagai cara salah satunya yaitu dengan aromaterapi,

massage, inhalasi sederhana, kompres, dan salah satunya contrast bath.

Contrast bath merupakan perendaman air panas dan air dingin dengan

suhu 38oC-15oC dengan waktu 10 menit. Perendaman hangat dingin

secara bergantian akan menyebabkan vasokontriksi dan vasodilatasi

yang akan melancarkan aliran darah lokal, meningkatkan elastisitas


35

dan mengurangi kejang otot (Brukner, 2001). Menurut Petrofsky

(2007) contrast bath lebih efektif untuk meningkatkan darah mengalir

setelah setiap pencelupan atau perendaman air hangat berikutnya

bergantian dengan perendaman air dingin dari waktu ke waktu di

bandingkan dengan perendaman air hangat saja. Contrast bath ini bisa

di berikan pada penyakit asam urat, tetapi tidak bisa menyembuhkan

penyakit asam urat. Bisa juga di berikan pada penderita rematik tapi

hanya menghilangkan rasa nyerinya saja karena rematik adalah

penyakit degeneratif (tidak bisa di cegah kapan datangnya).

b. Tujuan

Tujuan dari pemberian contrast bath yaitu :

1) Merangsang sirkulasi darah perifer anggota tubuh yang

bersangkutan.

2) Agar tubuh mudah beradaptasi dengan perubahan suhu yang

kontras.

c. Prosedur

Beberapa langkah yang harus di persiapkan dalam terapi contrast bath

yaitu :

1) Persiapan

Persiapan klien:

a) Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan


36

b) Klien dalam posisi duduk

Persiapan lingkungan:

1) Ruangan yang tenang

2) Ruangan bersih, cukup ventilasi dan pencahayaan

Persiapan alat :

1) 2 buah ember

2) Air es , Air panas , Air netral

3) Handuk dan Selimut

2) Pelaksanaan

a) Klien diberitahu dan dianjurkan duduk

b) Letakan 2 buah ember di samping pasien.

c) Salah satu ember di isi dengan air netral dan air es, jaga suhu

agar tetap berada di antara 10˚C– 20˚C 0 .

d) Ember yang lain di isi air panas dengan air netral, jaga

suhunya agar tetap berada di antara 36˚C– 50˚C0 .

e) Masukan bagian tubuh pasien yang akan di berikan terapi

contrast bath kedalam air hangat selama 4 menit. Setelah 4

menit, angkat dan keringkan bagian tubuh pasien yang di

rendam tadi, lalu masukan bagian tubuh pasien ke dalam air

dingin selama 1 menit. Perbandingan waktu yang dapat di

lakukan adalah 4:1 (4 menit dalam air hangat, 1 menit dalam

air dingin).
37

f) Lakukan langkah di atas sebanyak 5 kali. Perendaman di awali

dengan air hangat dan di akhiri dengan air dingin. Keringkan

bagian tubuh pasien yang di terapi setiap kali setelah di angkat

dari air.

g) Setelah selesai, keringkan bagian tubuh pasien yang di terapi.

h) Bersihkan dan rapikan peralatan.

d. Efek contrast bath

1) Contrast bath dengan air panas dapat menimbulkan efek sedatif

(memberikan rasa nyaman).

2) Contrast bath pada air panas menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada

otot dan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun dan kerja otot

menurun.

3) Contrast bath pada air panas bisa membuat relaksasi pada pasien karena

otot-ototnya lemas dan nyeri berkurang..

4) Contrast bath pada air dingin menyebabkan terjadinya vasokontriksi

pada otot dan pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat dan

kerja otot meningkat.


38

B. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan

proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui

spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk

menjelaskan dalam meramal fenomena (Notoatmojo, 2010). Dalam penelitian

ini kerangka teori di sajikan dalam bentuk skema yaitu sebagai berikut :
39

Tabel 2.1

Faktor : Faktor lain :

1. Usia 1. Faktor resiko sistematik

2. Genetika a. Usia

3. Gagal ginjal b. Jenis kelamin

4. Obat-obatan c. Suku

d. Genetika

ASAM URAT 2. Faktor resiko biomekanik

a. Cidera
NYERI
b. Obesitas

c. Pekerjaan
Farmakologi : Non Farmatologi:

1. Asetsminoven 1. Distraksi

2. Ibuprofen 2. Relaksasi

3. Umpan balik biologis

4. Sentuhan terapeutik

5. Olahraga

6. Teknik
6. Terapi herbal
Contras Bath

Berpengaruh Tidak Berpengaruh

: yang diteliti

: yang tidak diteliti


40

C. Hipotesa

Hipotesa adalah pernyataan tentative atau jawaban sementara dari

sebuah masalah penelitian (Suryobo & Ummi, 2009). Hipotesa di lakukan

untuk memberi petunjuk pada terhadap pengumpulan, analis, interpretasi data.

Untuk mengetahui (p) dari suatu hasil statistik, maka perlu menentukan

tingkat signifikasi, ada pun signifikasi yang di gunakan adalah signifikasi

level 0,05. Dengan menentukan signifikasi ini kita, dapat menentukan apakah

hipotesis di terima atau ditolak (Nursalam, 2009). Hipotesa dalam penelitian

ini adalah “ Ada pengaruh antara pemberian contrast bath terhadap penurunan

sekala nyeri pada penderita asam urat di desa getasrejo”

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah gambaran alur penelitian dan memberikan

alasan dugaan yang dibuat peneliti seperti yang tercantum pada hipotesis.

Kerangka konsep harus dapat mengidentifikasi variabel-variabel penting yang

sesuai dengan permasalahan peneliti dan secara rasional mampu menjelaskan

keterkaitan antar variabel (Suryono, 2009).

Dalam penenlitian ini, kerangka konsep di sajikan dalam bentuk skema

yaitu sebagai berikut:

Variabel independen Variabel dependen

Contras bath Penurunan skala nyeri

Anda mungkin juga menyukai