Anda di halaman 1dari 21

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

PATOLOGI KLINIK

SISTEM MEKANISME
DASAR PENYAKIT

DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullillah dengan selesainya buku penuntun Praktikum Patologi


Klinik Sistem Mekanisme Dasar Penyakit (BMD) ini, yang berisi tentang prosedur
tes-tes cairan tubuh secara manual.
Adapun buku ini disusun dengan tujuan: sebagai acuan/panduan belajar
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada laboratorium Ilmu
Patologi Klinik, sehingga diperoleh hasil yang akurat sebagaimana hasil yang
diharapkan. Di samping itu, praktikum ini sangat penting untuk mahasiswa agar lebih
memahami prosedur tes yang rutin dilakukan, baik sebagai tes skrining, cek up
ataupun untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit.
Mengingat buku penuntun ini belumlah sempurna seiring dengan
perkembangan dunia kedokteran dari masa ke masa, olehnya kritikan dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan.
Dan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan buku ini baik
secara langsung maupun tidak langsung, kami ucapkan terima kasih.

Makassar, Oktober 2010

Penyusun,

Dr. Mansyur Arif, Ph.D, Sp.PK

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 1


TES DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA
Tes cairan pleura adalah tes terhadap specimen cairan yang terdapat dalam rongga
pleura dengan tujuan sebagai petunjuk penting mengenai penyebab penimbunan
cairan, menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan
dan komplikasi penyakit serta mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan.
Tes cairan pleura meliputi tes makroskopik, kimia, mikroskopik, mikrobiologi
dan penanda tumor. Namun tes yang akan dilakukan dalam praktikum ini adalah tes
makroskopi dan tes kimia (tes Rivalta).

I. TES MAKROSKOPI
1.Volume
Pra Analitik:
 Persiapan pasien: Tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel: Tidak ada persiapan khusus, namun perlu
identifikasi sampel (nama, umur, jenis kelamin dan alamat)
 Prinsip tes: Makin banyak volume cairan pleura makin besar
kerusakan pada rongga pleura
 Alat: Gelas ukur

Analitik:
 Cara kerja: Melihat jumlah cairan pleura
 Nilai rujukan: 1-10 cc.

Pasca Analitik:
 Interpretasi: Makin banyak cairan pleura berarti makin besar
kerusakan.

2.Warna dan kejernihan


Pra Analitik :

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 2


 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi sampel
(nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
 Prinsip tes : setiap kelainan member warna dan kejernihan yang berbeda
 Alat : tabung yang jernih

Analitik :
 Cara kerja : melihat warna dan kejernihan sampel
 Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih

Pasca Analitik :
Interpretasi :
 Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan jernih seperti pada gagal
jantung kongestif
 Warna eksudatif dapat berbeda-beda seperti :
- Warna kuning : mengandung bilirubin
- Warna merah atau coklat : mengandung darah yang bisa disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah ( seperti pecahnya aneurisma aorta),
yang kemudian mengalirkan darah kerongga pleura atau ada gangguan
pembekuan darah
- Warna putih kuning dan keruh : engandung nanah atau pus yang bisa
terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar kerongga pleura
- Putih seperti susu atau keruh : chylus akibat terjadinya cedera saluran
getah bening utama di dada (duktus toraki, atau oleh penyumbatan
saluran karena adanya tumor)
- Warna kehijauan : pyocyaneus

3. Berat Jenis
Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 3


 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
 Prinsip tes : menentukan berat jenis cairan pleura
 Alat : urinometer ( bila cairan banyak )dan refraktometer (bila cairan sedikit )

Analitik :
 Cara kerja : melihat berat jenis sampel yang tertera dalam alat
 Nilai rujukan : < 1,018 berarti transudat; > 1,018 berarti eksudat

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Berat jenis < 1,018 ‘! Transudat : payah jantung, asites, nefrosis
- Berat jenis > 1,018’! Eksudat : keganasan, tuberculosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbestos sarkoidosis

4. Bekuan
Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat)
 Prinsip tes : fibrinogen yang ada dalam sampel dapat menyebabkan sampel
membeku
 Alat : tabung yang jernih

Analitik :
 Cara kerja : sampel dibiarkan dalam suhu kamar selama satu jam, kemudian
dilihat apakah ada bekuan atau tidak.
 Nilai rujukan : tidak membeku

Pasca Analitik :
Interpretasi :

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 4


- Ada bekuan (+) : ada proses peradangan
- Makin besar bekuan, makin berat proses peradangannya

II. TES KIMIA


TES RIVALTA
Pra Analitik :
 Persiapan pasien : tidak dilakukan persiapan khusus
 Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus, namun perlu identifikasi
sampel (nama, umur, jenis kelamin, dan alamat )
 Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan gambaran awan putih
 Alat :
- Gelas ukur
- Aquades
- Asam asetat glasial

Analitik :
 Cara kerja :
- Campurkan 2 tetes asam asetat glacial ke dalam 100 ml aquades dalam
gelas ukur
- Teteskan 1 tetes cairan pleura yang akan diperiksa ke dalam campuran
tersebut
- Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi
-
 Nilai rujukan : tidak ada kekeruhan

Pasca Analitik :
Interpretasi :
- Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif : Transudat
- Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif : Eksudat

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 5


TES DAN INTERPRETASI CAIRAN SENDI

Pemeriksaan cairan sendi diindikasikan pada keadaan-keadaan dimana


terdapat penambahan jumlah cairan sendi (efusi), atau adanya perubahan fisik akibat
efusi tersebut misalnya pembengkakan sendi yang fluktuatif.
Teknik pengambialan cairan sendi disebut “arthrocentesis” harus dilakukan
secara asepsis oleh tenaga yang berpengalaman dan tekniknya berbeda tergantung
sendi tempat pengambilan cairan .

Teknik artrosentesis

Alat dan bahan :


 Spuit dan jarum disposable. Ukuran jarum disesuaikan dengan besar sendi
yang akan diaspirasi, misalnya jarum nomor 19 atau 21 untuk sendi besar,
sedangkan sendi kecil jarum 23 atau 25
 Pulpen untuk menandai titik yang akan disuntik
 Anastetik local (lidokain atau semprotan etilklorida)
 Kapas alkohol, kain kasa dan larutan pembersih kulitA
 Tabung penampung

Cara kerja :
 Penyuntikan dilakukan dalam keadan yang steril
 Tentukan tempat pengambilan yang tepat dan tandai dengan pulpen
 Atur posisi penderita sedemikian rupa, sehingga struktur sasaran suntikan
dalam keadaan rileks
 Lakukan pembersihan serta tindakan asepsis pada tempat yang akan disuntik

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 6


 Jika prosedur diperkirakan berlangsung lama atau sulit, dapat diberikan
semprotan etilklorida atau anestesi lokal dengan infiltrasi lidokain melalui
jarum yang sangat halus
 Umumnya pendekatan dilakukan dari bagian ekstensor untuk menghindari
trauma neurovaskuler
 Setelah semua prosedur di atas dilakukan aspirasi dapat dimulai dengan
menusuk perlahan-lahan tempat yang telah diberi tanda
 Jika ada efusi, jumlah cairan yang diambil dapat berkisar 10-20 ml
 Tampunglah aspirat ke dalam 4 tabung yang telah disiapkan
 Tabung I (tanpa koagulan) : untuk tes makroskopik, viskositas dan tes musin
 Tabung II (dengan antikoagulan EDTA) : untuk tes mikroskopik, hitung jenis
sel dan sel
 Tabung III (tabung harus steril berisi heparin atau EDTA) : untuk tes
mikrobiologi
 Tabung IV (tanpa koagulan) : untuk tes kimia dan imunologi
 Setelah aspirasi, sendi hendaklah dalam keadan rileks.

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 7


TES Makroskopik
Pra Analitik

TES PERSIAPAN ALAT DAN PRINSIP TES


PASIEN DAN BAHAN
SAMPEL
Volume Tidak ada Gelas ukur Makin banyak volume
makin luas kerusakan

Warna dan Tidak ada Tabung jernih Setiap kelainan


kejernihan memberi warna
berbeda
Viskositas
Spoit Tidak ada
As. Hialuronat dalam
cairan sendi
Bekuan menentukan viskositas
spontan Tidak ada Tabung jernih
Fibrinogen
Bekuan menyebabkan sample
mucin Tidak ada Tabung membeku
reaksi
Aquades As. Acetat dapat
Pengaduk membekukan as.
As. Acetat Hialuronat dan protein
glacial
As. Acetat
7N

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 8


Analitik
1. Volume
. Cara kerja :perhatikan volume cairan sendi yang diaspirasi
. Nilai rujukan : 0,1 – 3,5

2. Warna dan kejernihan :


. Cara kerja : perhatikan warna dan kejernihan sample, bedakan darah akibat
aspirasi dengan darah
yang betul berasal dari cairan sendi
. Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih

3. Viscositas
. Cara kerja :
 Isap sample ke dalam spoit tanpa jarum
 Teteskan sample keluar dari spoit, ukur panjang tetesan
 Sample diantara jari telunjuk dan ibu jari direntangkan, ukur panjang
rentangan
. Nilai rujukan : panjang tanpa putus 4-5 cm
4. Bekuan spontan
. Cara kerja :
 Biarkan sample selama satu jam, lihat apakah ada bekuan atau tidak
. Nilai rujukan : tidak membeku

5. Bekuan mucin (mucin clot)


. Cara kerja :
 Buat larutan asam acetat 7N dari 40,8 ml asam acetat glacialdan 100
ml air

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 9


 Masukkan 4 ml air aquades dalam tabung reaksi kemudian masukkan
1 ml cairan sendi lalu tambahkan 1 tetes asam acetat 7N aduk kuat-
kuat kemudian baca reaksi segera
. Nilai rujukan : mucin normal terlihar bekuan kenyal dalam cairan jernih

Pasca Analit
1. Volume
 Interpretasi : > 3,5 ml abnormal
2. Warna dan kejernihan
 Interpretasi :
 Kurang jernih : non inflamasi
 Kuning keputihan: Inflamasi spesifik dan non spesifik karena
bertambahnya lekosit
 Kuning kehijauan: Septik atau purulen
 Merah kecoklatan: hemotagik
3. Viscositas
 Interpretasi:
 Viskositas tinggi non Inflamasi
 Viskositas menurun (<4 cm)  inflamasi dan septic
 Viskositas bervariasi  hemoragik
4. Bekuan spontan
 Interpretasi:
 Bekuan positif  proses peradangan, makin besar bekuan makin berat
peradangan
5. Bekuan mucin (mucin clot)
 Interpretasi:
 Mucin baik (normal) : terlihat kenyal dalam cairan

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 10


 Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai batas
tegas dalam cairan jernih
 Mucin jelek : Jika bekuan berkeping-keping dalam cairan
keruh

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 11


URINALISIS

Urinalisis (tes urin) atau analisis urin adalah pemeriksaan sampel urin secara
fisik (makroskopik), Mikroskopik dan kimia. Urinalisis (tes urin) merupakan salah
satu tes laboratorium yang tidak hanya memberikan informasi tentang keadaan ginjal
dan saluran kemih, tetapi juga mengenai faal hati, saluran empedu, pnkreas, korteks
adrenal dan keadaan lainnya.
Tujuan urinalisis berdasarkan rekomendasi dari NCCLS (National Committee
for Clinical Laboratory Standards) adalah sebagai berikut:
1. Menunjang diagnosis suatu penyakit
2. Memantau perjalanan penyakit
3. Memantau efektifitas pengobatan serta komplikasi penyakit
4. Skrining dan pemantauan penyakit asimptomatik congenital atau
herediter.

Urinalisis/tes urin yang rutin pada dasarnya dapat dilakukan secara


manual dan otomatik. Namun yang akan dilakukan dalam praktikum ini adalah tes
urin secara manual sebagai berikut :

1.TES MAKROSKOPIS
Alat dan bahan
 Gelas takar
 Carik indicator pH
 Urinometer
 Termometer ruangan

Cara kerja
1. Tuangkan sampel urin kedalam gelas takar dan tentukan volumenya
2. Perhatikan warnanya, catat apakah warnanya normal atau anormal
3. Perhatikan jernih keruhnya urin tersebut

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 12


4. Celupkan 1 carik indicator pH, baca berapa pH urin.
5. Menetapkan Berat Jenis :
Tuang sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar ke gelas
urinometer; hilangkan busanya dengan memakai kertas saring.
Tempatkan hydrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak
boleh menyentuh dinding tabung/gelas (bila perlu putar hydrometer agar
terapung di tengah-tengah)
Bacalah pada dasar meniscus (hindari paralax). Laporkan BJ yang and
abaca.
6. Koreksi pembacaan BJ dengan memperhatikan suhu kamar
Suhu tera : 15°C
Suhu Ruangan : 32°C
BJ yang dibaca : 1,015 (misalnya)
Setiap kenaikan suhu 3ºC di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada
bacaan BJ.
Jadi :
BJ = (32 - 15) X 0,001 + 1,015
3

Gambar 1. Urinometer

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 13


Nilai rujuk :
1. Kejernihan dan warna :
Normal jernih atau sedikit keruh dan berwarna kuning muda.
2. Derajat keasaman atau pH : 4,5 - 8,0
Penetapan pH urin dilakukan dengan memakai indicator strip
3. Bau : bau normal yang karakteristik disebabkan oleh asam organik yang
mudah menguap.
4. Volume : 600 – 2500 ml/ 24 jam, rata-rata 1500 ml / 24 jam
5. Berat jenis (BJ) : 1,005 – 1, 025
BJ memberikan kesan derajat kepekatan urin. Urin pekat dengan BJ > 1,030
mengindikasikan kemungkinan adanya glukosauria.

2. TES MIKOSROSKOPI
Tes mikroskopi berupa tes sedimen urin. Urin yang dipakai untuk tes sedimen
ini dapat
urin segar atau urin yang sudah diberi pengawet formalin. Sebaiknya dipakai urin
pagi karena kepekatannya tinggi.

Alat dan bahan


o Tabung sentrifus
o Alat sentrifus
o Corong
o Kaca obyek + kaca penutup (dekglas)
o Pipet tetes / pipet Pasteur
o Mikroskop

Cara kerja :
1. Masukkan 10-15 ml urin kedalam tabung sentrifus,lalu urin tersebut
disentrifus selama 5 menit pada 1500 – 2000 rpm.

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 14


2. Buang cairan dibagian atas tabung (lapisan supernatant), sisakan endapan urin
kira-kira 1 ml.
3. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan
endapan (sedimen)
4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca
obyek kemudian tutup dengan kaca penutup.
5. Periksa sedimen dibawah mikroskop dengan :
 Lensa objektif 10 X (LPK : lapangan pandang kecil) :
Untuk jumlah rata-rata sedimen seperti torak, Kristal, epitel dan
elemen lainnya.
 Lensa objektif 40 X (lapangan pandang besar : LPB)
Untuk jumlah rata-rata eritrosit dan lekosit.

3. TES KIMIA URIN


Tes kimia urin terdiri dari tes protein urin, glukosa, bilirubin, urobilinogen, benda
keton, darah samar, nitrit dan lain-lain. Yang mudah dan sering dilakukan secara
manual adalah : tes protein urin dan glukosa urin.

3.1. TES PROTEIN URIN


Alat dan bahan
 Tabung reaksi + rak
 Asam Sulfosalisil 20 %
 Asam asetat 10 %
 Pembakar (Bunsen / spiritus)

Cara kerja :
a. Reaksi dengan Asam Sulfosalisil 20%
1. Siapkan 2 tabung reaksi, tandai dengan nomor 1 daan 2. Tabung nomor 2
dipakai sebagai pembanding.

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 15


2. Tuangkan kemasing-masing tabung 2 mL urin
3. Tambahkan ke tabung no 1 : 2 mL asam Sulfosalisil 20 %, kocok isis
tabung.
4. Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung no 1, bandingkan dengan
tabung no. 2, buat penilaian sebagai berikut :
NEG : tidak ada kekeruhan
+ : Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar
belakang hitam (protein < 0,01 gr %)
1+ : Ada kekeruhan tetapi tidak tampak berbutir-butir
(protein 0,01-0,05 gr %)
2+ :Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein
0,05-0,2 gr%)
3+ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping
(protein 0,2-0,5 gr%)
4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein > 0,5
gr %)

b. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan Pemanasan


1. Tuang urin yang jernih ke dalam tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh.
2. Panaskan bagian atas tabung selama lebih kurang 2 menit dan timbulnya
kekeruhan. Bagian bawah tabung digunakan sebagai pembanding (kontrol).
Kekeruhan yang timbul dapat disebabkan oleh protein, foafat, atau karbonat.
3. Tambahkan 3-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan
karbonat.
4. Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi
protein.
5. Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan sulfosalisil 20 %.

3.2.TES GLUKOSA URIN

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 16


(Tes Reduksi Benedict)

Alat dan Bahan


 Tabung Reaksi + Rak
 Larutan Benedict Kualitatif
 Pembakar Bunsen

Cara Kerja
1. Tuangkan 5 ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan sampel urin sebanyak 5-8 tetes
3. Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit
4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok

Interpretasi:
Negatif; cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau atau sedikit keruh
1+ : Hijau kekuningan (Glukosa 0,5-1,0 gr%)
2+ : Kuning kehijauan (Glukosa 1,0-1,5 gr%)
3+ : Kuning (Glukosa 1,5-2,5 gr%)
4+ : Jingga/Merah (Glukosa 2,5-4,0 gr%)

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 17


PENYUSUNAN LAPORAN

JUDUL TES
I.PENDAHULUAN
II. METODE
1. TES………………..

1.1 PRA ANALITIK


 Persiapan pasien
 Persiapan sampel
 Prinsip tes
 Alat dan Bahan

1.2 ANALITIK
 Cara Kerja
 Nilai Rujukan

1.3 PASCA ANALITIK

 Interpretasi

III. DISKUSI

IV. KEPUSTAKAAN

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 18


KARTU KONTROL
PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT

Nama : .......................................................
Stambuk : ....................................................... Pas
Kelompok : ....................................................... Foto 3 x 4

Pembimbing : .......................................................

Tanggal Tanda Tangan Pembimbing

Praktikum Nama Tes Praktikum Laporan Nilai

Koordinator Praktikum,

Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 19


Sistem Mekanisme Dasar Penyakit 20

Anda mungkin juga menyukai