Anda di halaman 1dari 28

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Tutorial Klinik

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TENSION TYPE HEADACHE (TTH)

Oleh:
Nur Multazam, S.Ked
Nurmawati A.T, S.Ked
A. Nurul Amaliah, S.Ked
Ahmad Wardiman, S.Ked

Pembimbing :

dr. H. Anwar Umar, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama / NIM : 1. Nur Multazam, S.Ked/10542050713


2. Nurmawati, S.Ked/10542051113
3. Nurul Amaliah, S.Ked/10542044913
4. Ahmad Wardiman, S.Ked/10542035412
Judul : Tension Type Headache (TTH)

Telah menyelesaikan tugas Tutorial Klinik dalam rangka kepaniteraan klinik

pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 18 Januari 2019

PEMBIMBING

dr. H. Anwar Umar, M.Kes

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
A. PENYAKIT AKIBAT KERJA ................................................................ 4
1. DEFINISI ............................................................................................. 4
2. KLASIFIKASI PENYAKIT AKIBAT KERJA .................................. 7
3. DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA ...................................... 8
4. PENYAKIT AKIBAT KERJA ............................................................ 9
5. PENCEGAHAN ................................................................................. 11
6. PERAWATAN DAN PENGOBATAN ............................................. 13
B. TENSION TYPE HEADACHE............................................................. 13
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 15
A. IDENTITAS PASIEN ........................................................................... 15
B. ANAMNESIS ........................................................................................ 15
C. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................ 16
D. DIAGNOSIS KERJA ............................................................................. 19
E. DIAGNOSIS BANDING........................................................................ 19
F. TERAPI .................................................................................................. 19
G. EDUKASI ............................................................................................... 19
H. PROGNOSIS ......................................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan dan keselamatan kerja amat berkaitan dengan upaya


pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan memiliki jangkauan berupa
terciptanya masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, serta
efisien dan produktif. Kehidupan manusia jaman sekarang tidak pernah lepas dari
pekerjaan, keinginan untuk memenuhi hidup sehari-hari menjadi dorongan
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Apapun jenis pekerjaannya selalu
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan
yang beresiko rendah hingga pekerjaan yang beresiko tinggi.
Pemerintah sendiri sangat sadar tentang petapa pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja, ini dapat dilihat dari produk perundang-undangan yang
dikeluarkan seperti Undang-undang No.33 tahun 1947 yang berlaku sejak 6
januari 1951, kemudian disusul dengan peraturan pemerintah No.2 tahun 1948
kemudian UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai
tenaga kerja. UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Dalam dunia industri pariwisata, kesehatan dan keselamatan kerja sangat
diperlukan khususnya pada suatu akomodasi perhotelan. Seluruh karyawan dalam
sebuah hotel harus diperhatikan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja
karyawannya demi menjaga kelancaran operasional hotel setiap hari. Setiap
karyawan rentan terhadap kecelakaan karena memiliki pekerjaan yang sangat
membahayakan apabila pekerja tidak mengetahui prosedur-prosedur pekerjaan
maka akan beresiko terjadi kecelakaan misalnya terjatuh, tertimpa, tersetrum,
terkena penyakit akibat debu, zat kimia beracun, serta terkena senjata tajam
lainnya.
Untuk itulah perlu dilakukan suatu pencegahan kecelakaan yang mungkin
terjadi serta penanganan dan penanggulangan yang sesuai dengan kebutuhan
pekerja agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditangani
sedini mungkin, seefektif mungkin dan seefisien mungkin. Sehingga dapat
berguna bagi manajemen hotel dalam menerapkan standarisasi kesehatan dan

1
pencegahan kecelakaan akibat kerja. Apabila semua standar tersebut dapat
diterapkan secara baik dan benar, maka karyawan akan merasa aman dan
semangat dalam menjalankan pekerjaan.
Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan di Indonesia telah terjadi 105.182 kasus kecelakaan kerja hingga
akhir tahun 2015. Dimana 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja
merupakan kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian. Angka
kecelakaan kerja tersebut relatif sangat tinggi. Penyebab kecelakaan kerja yang
sering ditemui diantaranya perilaku yang tidak aman, kondisi lingkungan yang
tidak aman, atau kedua kondisi tersebut terjadi secara bersama – sama. Kondisi ini
kadang diperparah dengan keterlambatan informasi kepada pihak perusahaan
sehingga tidak segera ditangani.
Menurut Sulastiyono (2006), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola
oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas
kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu
membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima
tampa adanya perjanjian khusus.
Sedangkan Menurut Lawson (1976), hotel adalah tempat tiggal umum
untuk wisatawan dengan memberikan jasa kamar, penyedia makanan dan
minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran.
Menurut Pendit (1999) mengatakan bahwa hotel merupakan perusahaan
yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan
makanan dan fasilitas lainnya untuk umum, yang memenuhi syarat-syarat
kenyamanan dan komersial. Bentuk susunan tata ruang, dekorasi, sanitasi,
hygiene, estetika, keamanan dan ketentraman yang dapat memberikan keamanan
pribadi untuk para tamu.
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan
oleh tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-
contraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot
kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan

2
menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala
(“musclecontractionheadache”). “Musclecontraction” ini timbul oleh karena
adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau depresi).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Akibat Kerja


1. Definisi
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made
disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko
untuk mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour
Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK
sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease .
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related
Disease .
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana
faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi
kompleks.

4
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting
Working Populations.
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be defined
simply as one that is caused , or made worse , by exposure at work.. Di
sini menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu yang disebabkan ,
atau diperburuk , oleh pajanan di tempat kerja . Atau , “ An
occupational disease is health problem caused by exposure to a
workplace hazard ” (Workplace Safety and Insurance Board, 2005),
Sedangkan dari definisi kedua tersebut, penyakit akibat kerja adalah
suatu masalah Kesehatan yang disebabkan oleh pajanan berbahaya di
tempat kerja.
Berikut ini beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
Penyakit Akibat Kerja :
a. Golongan fisik:
1) Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran
sampai dengan.
2) Non-induced hearing loss.
3) Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkankelainan darah dan
kulit.
4) Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat
cramps, atauhyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah
dapat mengakibatkanfrostbite, trenchfoot atauhypothermia.
5) Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkancaison disease.
6) Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya
kecelakaan.

5
b. Golongan kimia
1) Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis. Debu diudara
(airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat diudara.
Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan yang berkaitan
dengan gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses
pemecahan bahan-bahan padat.Ukuran besarnya butiran-
butiran tersebut sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat oleh
mata telanjang (> 1/20 mm) sampai pada tidak kelihatan. Debu
yang tidak kelihatan berada diudara untuk jangka waktu
tertentu dan hal ini membahayakan karena bisa masuk
menembus kedalam paru-paru
2) Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan
keracunan.
3) Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon
dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal,
dapat dirubah bentuknya hanyadengan kombinasi penurunan
suhu dan penambahan tekanan;
4) Larutan dapat mengakibatkan dermatitis;
5) Insektisida dapat mengakibatkan keracunan;
6) Asap adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi
bahan-bahan dari bentuk uap. Asap ini biasanya berhubungan
dengan logam di mana uap dari logam terkondensasi menjadi
butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut.
Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak sempurna dari
bahan-bahan yang mengandung karbon, karbon ini mempunyai
ukuran lebih kecil dari 0,5(micron).
c. Golongan biologis: Bakteri, virus atau jamur.
d. Golongan fisiologis/ Ergonomi
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin,sikap badan
yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang

6
dapat mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat
menyebabkan perubahan fisik padatubuh pekerja.
e. Golongan Psikososial:
Stress psikis, monoton kerja, tuntutan pekerjaan. Menurut
Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari
1993, Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1).
Keputusan Presiden tersebut melampirkan Daftar Penyakit yang
diantaranya berkaitan dengan pulmonologi termasuk
pneumokoniosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran
nafas akibat debu logam keras, penyakit paru dan saluran nafas
akibat debu kapas, vals, henep dan sisal (bissinosis), asma akibat
kerja, dan alveolitis alergika.
Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa
mereka yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan
kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja. Keputusan
Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya
menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yg
timbul karena hub kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan
pulang kerumah melalui jalan yg biasa atau wajar dilalui.
2. Klasifikasi penyakit akibat kerja
Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau
sekelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit
akibat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja,
yaitu :
a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.

7
b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, misalnya asma.
3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu
perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat
digunakan sebagai pedoman:
a. Menentukan diagnosis klinis.
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit
dengan pekerjaannya.
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk
dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya.

8
4. Penyakit Akibat Kerja.
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
a. Penyakit Saluran Pernafasan.
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis.
Akut misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai
tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis, missal : asbestosis.
Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
Edema paru akut.Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen
oksida.

b. Penyakit Kulit.
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang
dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan

9
pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan
yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
c. Kerusakan Pendengaran.
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap
orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang
pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
d. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung
pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh
gerakan berulang yang tidak wajar.
e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat
kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis individu dari
pada studi epidemiologi. Pada kanker pajanan untuk terjadinya
karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
f. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di
tempat kerja.
g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta
bahan toksik yang ada.
h. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabetik,
pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP

10
oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan
yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang
berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I
solven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin
(termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat menyebabkan
gejala seperti psikosis.
i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan
kimia atau lingkungan. Sick building syndrome. Multiple Chemical
Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate petroleum, rokok.
5. Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman
akibat kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
a. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
b. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial
tenaga kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
d. Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah
satu pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah
PAK, diantaranya:
1) Pakailah APD secara benar dan teratur
Alat keselamatan kerja adalah sebagai cara terakhir bila teknik-
teknik pengamanan, dan usaha-usaha rekayasa (engineering)
tidak berhasil dilaksanakan. Alat keselamatan ini belum
sepenuhnya menjamain seseorang untuk tidak celaka, karena
fungsi alat keselamatan hanyalah mengurangi akaibat dari
kecelakaan.
a) Alat pelindung pernapasan
Alat pelindung pernapasan ini dapat memberikan
proteksi pernapasan dalam keadaan darurat terhadap berbagai

11
jenis bahan pengotoran udara (misalnya debu,bahan- bahan
kimia,uap/gas- gas beracun lainnya). Alat pelindung pernapasan
ini tidak boleh digunakan apabila konsetrasi oxygen kurang dari
19,5%. Dalam pemakaiaan/penggunaan alat pelindung
pernapasan ini harusdisesuaikan dengan jenis bahan
pengotorannya atau uap/gas- gas apa yang terkontamina di
atmosfir.
b) Sarung tangan.
Sarung tangan dipakai guna melindungi jari - jari tangan
dan telapak tangan dari kontak dengan bahan kimia berbahaya.
c) Kaca mata
Kaca mata tipe goggle ini lensanya berwarna putih
bening, sehingga cocok untuk pekerjaan yang menimbulkan
debu, pekerjaan- pekerjaan yang ada hubungannya dengan
bahan kimia serta dipakai pada pekerjaan mengetok/memukul
yang menimbulkan partikel beterbangan
d) Penutup Kepala.
e) Sepatu pelindung
Seperti sepatu biasa, tapi dari terbuat dari bahan kulit
dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berkegunaan
untuk mengelakkan kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena
tertiban benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
2) Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih
lanjut.
3) Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka
yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat
ditempuh agar bekerja bukan menjadi lahan untuk menuai
penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit
Akibat Kerja, diantaranya:
1) Pencegahan Primer – Health Promotion

12
2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
3) Pencegahan Tersier
6. Perawatan dan pengobatan
Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja,
dapat dilakukan dua macam terapi, yaitu:
a) Terapi medikamentosa yaitu terapi dengan obat obatan.
b) Terapi okupasia.
B. Tension Type Headache
a. Definisi
- Tension type headache disebut juga nyeri kepala tegang, nyeri
kepala kontraksi otot, nyeri kepala psikomiogenik, nyeri stres, nyeri
kepala esensial, nyeri kepala idiopatik, nyeri kepala psikogenik.
- Tension type headache merupakan suatu keadaan yang melibatkan
sensasi nyeri atau rasa tidak nyaman didaerah kepala, kulit kepala
atau leher yang biasanya berhubungan dengan ketegangan otot
didaerah ini.
b. Etiologi

- Anxietas atau stress.


- Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama.
- Injury, seperti kecelakaan mobil.
- Depresi.

c. Prevalensi
- Frekuensi: di Amerika Serikat, tension headache merupakan sindrom
nyeri kepala primer yang paling sering.
- Internasional: Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup
tension headache 69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi
Danish. Pasien memiliki pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri
kepala primer. Pada satu studi oleh Ulrich et al, prevalensi 1 tahun
tension headache adalah sama diantara individu dengan dan tanpa
migraine.

13
- Jenis Kelamin: Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio
tension headache perempuan : laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic
type tension headache 1,9:1.
- Usia: Tension headache dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset
remaja hingga dewasa muda lebih sering.

d. Gambaran klinis
- Nyeri kepala tegang dan spasme otot dirasakan bilateral. Kadang
kepala terasa berdenyut.
- Intensitasnya dari ringan sampai sedang.
- Rasa nyeri yang dirasakan antara lain seperti diikat di kepala (band
like), ditindih barang berat atau kadang-kadang berwujud perasaan
tidak enak di kepala.
- Nyeri kepala ini dapat berlangsung hanya 30 menit akan tetapi dapat
pula terus-menerus sampai 7 hari dengan intensitas bervariasi yang
biasanya ringan pada waktu bangun tidur, makin lama makin berat
dan membaik lagi sewaktu mau tidur.
- Nyeri mulai atau makin memburuk dengan stress, fatigue atau emosi.
- Pemeriksaan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan.
- Gangguan konsentrasi dan sulit tidur

14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ms. T.
Umur (tahun) : 26 Tahun.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Agama : Islam.
Pekerjaan : Staf Akunting.
Tanggal periksa : Rabu, 16 Januari 2019.
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri kepala.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala dirasakan pasien sejak
beberapa bulan terakhir. Nyeri dirasakan seperti diikat keras mulai dari
dahi hingga kepala bagian tengah dan terasa terutama didaerah kepala
bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan terus-menerus pada
seluruh bagian kepala pasien. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh
konsumsi cokelat, keju, ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala
sedikit berkurang bila pasien beristirahat.
Tidak ada muntah, dan juga demam. Pasien juga tidak
mengeluhkan ad an ya pandangan ganda, nyeri pada mata, mata yang
berair, ataupun silau saat terkena cahaya. Tidak ada gangguan pada
pendengaran, tidak ada telinga berdengung. Pasien sedang tidak
menstruasi dan nyeri kepala tidak berhubungan dengan siklus
menstruasi.
Pasien mengaku sering mengalami gejala tersebut terlebih ketika
pasien sedang stress dan banyak pikiran. Menurut pengakuan pasien
dalam 6 bulan ini pasien mengalami keluhan serupa ± 6 kali dan hilang
dengan mengkonsumsi obat penghilang nyeri yang dibeli di apotik.

15
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja di bagian akunting, yaitu melakukan pengaturan
administrasi keuangan perusahaan, khususnya menyusun dan
membuat laporan keuangan hotel dan perpajakan hotel. Pasien telah
bekerja kurang lebih sudah 1 tahun.Pasien bekerja dari hari senin
sampai sabtu (jam kerja 63 jam/minggu), sesuai shift kerja duduk
terus menerus selama 9 jam dalam melakukan pekerjaannya.
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat Lama


Masalah Kesehatan
Potensial Kerja Kerja
Fisiologi  Duduk terus menerus dalam waktu Hotel ±9
(Ergonomi) yang lama. jam/hari
 Menatap layar komputer dalam
waktu yang lama.
 Beban pikiran karena pekerjaan.

c. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami


Pekerjaan utama pasien adalah dibagian akunting. Pada bagian
akunting, mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah menyusun laporan
keuangan dan perpajakan hotel yang tentu saja dibutuhkan konsentrasi
yang tinggi dan beban psikologis yang tinggi pula. Pekerjaan akunting
juga menggunakan alat komputer sebagai media pekerjaannya yang
tentunya memerlukan fokus yang baik. Terlebih apabila terdapat
kesalahan dalam penginputan data keuangan. Sehingga hal tersebut dapat
memberikan beban pikiran dan stress kepada pekerja. Kondisi tersebut
dapat mendasari timbulnya stress yang dapat bermanifestasi menjadi
nyeri kepala yang berat dan terasa mengikat. Ditambah dengan jam

16
istirahat hanya 1 jam untuk makan dan sholat. Keluhan pasien ini sudah
sering kali dialami setelah bekerja.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja selama 1 tahun
5. Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
 Riwayat penyakit keluarga tidak diketahui
6. Riwayat Pengobatan
Analgetik
7. Riwayat Alergi
Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
BB : 54 Kg
TB : 156 cm
IMT : 22 kg/m2
Status Gizi : Dalam batas normal
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)

17
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
d. Jantung
Inspeksi : Iktus kordisss tidak terlihat.
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea mid
klavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
f. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
2. Status Lokalis
Kepala
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : Nyeri Tekan (+)

18
Perkusi : Tidak di evaluasi.
Auskultasi : Tidak di evaluasi.
D. Diagnosis Kerja
Tension Type Headache
E. Diagnosis Banding
 Migrain
 Cluster Headache

F. Terapi
Asam Mefenamat 500 mg tab 3 x 1 tab
G. Edukasi
 Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.
 Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, NSAID.
 Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
 Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Numbness atau tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang

H. Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu Lokasi


Perhotelan di Makassar dilakukan pemeriksaan secara acak kepada 12 pekerja,
beberapa diagnosis pada pekerja yaitu Tension Type Headache 3 orang, migrain 3
orang, vertigo 1 orang, hipertensi 1 orang, Low Back Pain 3 orang, gastritis 2,
carpal tunnel syndrom 1 orang dan tanpa keluhan 1 orang. Berkaitan dengan
penyakit Tension Type Headache yang dialami oleh pekerja, terutama pada bagian
pekerja bagian akuntan, yang memang mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah
duduk lama di depan komputer yang dituntut harus fokus karena berkaitan dengan
keuangan hotel sehingga memiliki beban pikiran yang besar, maka diambil sampel
obsGastritiervasi yaitu pekerja dengan diagnosa Tension Type Headache.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien
didiagnosa Tension Type Headache. Dari anamnesis, pasien diketahui mengalami
keluhan nyeri kepala. Nyeri dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti diikat keras mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan
terasa terutama didaerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan
terus-menerus pada seluruh bagian kepala pasien. Nyeri kepala tidak
dipengaruhi oleh konsumsi cokelat, keju, ataupun susu. Pasien mengakui nyeri
kepala sedikit berkurang bila pasien beristirahat. Riwayat trauma tidak ada.
Pasien telah bekerja selama satu tahun. Pasien bekerja dari hari senin sampai
sabtu (jam kerja 63 jam/minggu), dengan durasi 9 jam kerja dalam sehari. Setiap
hari pasien duduk di depan komputer menyusun laporan keuangan hotel selama 9
jam. Diantara 20 orang karyawan tersebut, 2 diantaranya mengeluh keluhan yang
sama dan didiagnosis Tension Type Headache.
Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya penyakit akibat kerja
adalah ergonomis akibat Unsafe Action pada pasien ini yaitu posisi duduk di
depan komputer dalam waktu yang lama. Waktu istirahat yang kurang dan
pekerjaan yang monoton seperti posisi duduk lama di depan komputer disertai

20
dengan beban kerja secara psikologis yang dapat menimbulkan stres dapat
meningkatkan resiko terjadinya Tension Type Headache.

Pada penderita Tension headache didapati gejala yang menonjol yaitu


nyeri tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls
nosiseptif dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya
nyeri kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat
insersinya. Tension headache adalah kondisi stress mental, non-physiological
motor stress, dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi
dari ke tiganya yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur
persepsi supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang
masing-masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam
hal intensitas nyeri kepalanya.

Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time
depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik
(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).
Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang
munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan
tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.

Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang


sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache
memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa
obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.

Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti


massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat
sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium channel

21
blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak efektif
kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi sangat
menolong pasien bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.

22
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Tension Type Headache pada kasus ini nyeri kepala yang disebabkan oleh
tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala.
2. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat unsafe action.

B. SARAN
1. Untuk Pekerja
 Pekerja juga disarankan untuk mengatur jam kerja dan jam istirahat
lebih optimal.
 Selingi dengan istirahat beberapa kali sebelum melanjutkan pekerjaan.
 Memberikan beberapa gerakan peregangan dan stretching pada daerah
kepala yang sakit.
2. Untuk Perusahaan
Menyediakan jadwal khusus bagi pekerja untuk berelaksasi dan berlibur.

3. Untuk Puskesmas
Melakukan penyuluhan terhadap pekerja yang mengalami Tension Type
Headache secara berkala agar dapat dilakukan upaya pencegahan untuk
mengurangi angka kesakitan serta melakukan penyuluhan tentang
keselamatan kerja dan kesehatan kerja pada tempat kerja minimal 1 kali
per tiga bulan.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit


yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia: Jakarta;
1993

2. Jeyaratnam J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 2009.

3. Suaeb A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Gunadarma;


2013

4. Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi 8. Jakarta : Erlangga

5. Harianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta. 2008.

6. Harsono. Buku ajar NEUROLOGI KLINIS. Perhimpunan Dokter Spesialis


Saraf Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005. hal 285-8.

7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies;


2000. p124-138
8. Depkes RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta.

9. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

10. Ngoerah G. Dasar-dasar ilmu penyakit syaraf. Denpasar: Airlangga


University Press; Juni 2011. hal 203.

24
LAMPIRAN

Gambar 1. Lokasi tempat kerja yang di observasi

Gambar 2. Pemeriksaan Kesehatan pada karyawan Pertamina Sudiang.

25

Anda mungkin juga menyukai