Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS “KOLIK ABDOMEN”

DI PUSKESMAS MAPANE

DI SUSUN OLEH

NAMA : LISNAWATI, S.Kep


NIM : 2018031003
JURUSAN : PROFESI NERS

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU
2018
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS “KOLIK ABDOMEN”
DI PUSKESMAS MAPANE

A. KONSEP TEORI

1. Definisi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2014). Obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltiknya normal (reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan
dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini
adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total baik oragan
tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah
kolik bilier, kolik renal dan kolik karena sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara
tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dariyang
sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyakit Dalam,
2013).

2. Anatomi Fisiologi

Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas
antara hati dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J, gaster
akan berakhir pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi
menutup dan membuka saat pengisian dan pengosongan lambung. Gaster berlanjut
kedalam duodenum yang berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan
jejunum dan ileum, hanya saja panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada
ligament-ligamen treltz berupa sebuah ligament yang berjalan dari sisi kanan
diafragma dekat dengan hiafus esophagus dan melekat pada perbatasan duodenum dan
jejunum sisa dari usus halus adalah jejunum ¾ bagian akhir disebut ileum. Secara
anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kiri, sedangkan ileum dibagian kanan.
Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan
melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar
kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus
besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon
pars aseenden, colon transversum dan rectum, lapisan usus besar terdiri dari tunika
serosa tunika submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa.

3. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab kolik abdomen yaitu:
a. Secara mekanis
1) Adhesi ( pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena
radang)
2) Karsinoma ( tumor atau kangker)
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus didalam usus
4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
6) Striktur (penyumbatan pada abnormal pada duktus atau saluran)
b. Secara fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus tidak
dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan
oleh kecelakaan lalu lintas
3) Enteritis regional (gangguang radang kronis usus idiopatik)
4) Ketidakseimbangan elektrolik
5) Uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah karena
ginjal tidak bekerja secara efektif)

4. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus
adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut
diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan
utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula
diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh
cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus
sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan
kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka
tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan
vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan
kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung
cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan
yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik.
Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
stranggulasi akan menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik
yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan
pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen
usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat
penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan.
Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik
abdomen
5. Pathway Keperawatan
Mekanis : Non Mekanis :
- Adhesi - Ileus Paralitik
- Karsinoma - Lesi Medula Spinalis
- Volvulus - Enteritis Regional
- Intusepsi - Ketidakseimbangan
- Obstipasi elektrolit
- Polip - Uremia
- Stiktur
Obstruksi usus

Peningkatan tekanan intraluminal


KOLIK ABDOMEN
Penurunan absorbsi
Gangguan vaskuler Distensi berisi gas, Hipersekresi mukosa
cairan dan elektrolit usus
Peningkatan
Kehilangan
volume udara
Edema dinding usus volume sistemik
Rangsangan
Peningkatan distensi Peningkatan peristaltik usus Udara tertampung
Translokasi bakteri ke mual Dehidrasi
dinding usus
Peningkatan tekanan pembuluh darah Muntah
Statis vena
Produksi toksin 4. Defisien deficit cairan
intra abdomen bakteri Kompensasi 2. Ketidakseimbangan
Feces bercampur tubuh nutrisi kurang dari
1. Nyeri
darah kebutuhan
diare
3. Gangguan
Pola Eliminasi
Obstruksi Obstruksi
berakhir berlanjut
Sumber : Anderson, 2006
Kontraksi usus
tidak normal
Peningkatan
bisisng usus

Konstipasi
usus
6. Manifestasi Klinis
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah –
sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus
dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul
terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising
usus, nyeri tekan difus minimal.
d. Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising
usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus
menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah
samar.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
- USG Abdomen
b. Pemeriksaan rectal
c. Laboratorium :
- Leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
- HB untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi.
- Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk persiapan
bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosis yang lainnya.

8. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Mengurangi mengkonsumsi makanan yang pedas
2) Tidak mengkonsumsi makanan yang asem
3) Menghindari mengkonsumsi sayuran tertentu misalnya, kol, sawi
4) Menghindari melakukan aktivitas yang berat
b. Pengobatan
1) Farmakologi
- Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran gastrointestinal.
Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan cisaride
- Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan menurunkan jumlah
sekresi lambung. Pada umumnya tergolong antagonis reseptor H2 (ARH2).
Ex. Simetidine, rantidine dan famatidin
- Antasida
- Obat pelindung mukosa
Ex. Sukralfat.
2) Non farmakologi
- Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Terapi Na+, K+, komponen darah
- Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
- Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
- Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
- Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
- Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
- Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
- Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
- Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
3) Rehabilitas
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit kolik abdomen
yaitu dengan cara:
- Tidur dan istirahat cukup
- Makan makanan bergizi
- Minum air dalam jumlah cukup
- Olahraga dalam jumlah cukup
- Menghindari rokok dan alcohol
- Mengompres perut dengan air hangat
- Bila nyeri sangat mengganggu dapat diberikan obat anti nyeri seperti
paracetamol atau ibuprofen.

9. Komplikasi
a. Gangren
Gangren adalah borok yang disebabkan karena kematian sel/ jaringan. Ganggren
kandung empedu, saluran empedu dan pancreas diawali oleh infeksi pada organ-
organ tersebut
b. pepsis
Pepsis adalah menyebarnya agen infeksi (misalnya bakteri) keseluruh tubuh
melalui peredaran darah, pepsis berat dapat menimbulkan syok dimana tekaanan
darah turun
c. Fistula
Fistula adalah saluran abnormal yang terbentuk antara 2 organ. Batu empedu
mengerosi dinding kandung empedu atau saluran empedu, menimbulkan saluraan
baru kelambung, usus dan rongga perut
d. Peritonitis
Peritonitis adalah radang rongga perut disebabkan karena rongga perut yang steril
terkontaminasi oleh cairan empedu melalui suatu fistula kerongga perut
e. Ileus
Ileus dapat terjadi karena batu menyumbat isi usus, dapat terjadi bila batu
berukuran cukup besar.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat kesehatan sekarang :Bagaimana serangan itu timbul, lokasi,
kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga
dibawa ke Rumah Sakit.
2) Riwayat kesehatan dahulu :Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit
keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan
adakah penyakit keturunan atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan penatalaksanaan dan
pemeliharaan kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolism. Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan
nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin
muntah.
3) Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap
makanan sehingga terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri
klien.
6) Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan kolik
abdomen yang berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola
reproduksi dan seksual.
8) Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama
klien sakit sehubungan dengan proses penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai
dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum. Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
2) Sistem respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi
akan terjadi sesak.
3) Sistem kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau
penyakit jantung lainnya.
4) Sistem persyarafan. Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5) Sistem gastrointestinal. Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran
terhadap makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6) Sistem genitourinaria/eliminasi. Terjadi konstipasi akibat intoleransi
terhadap makanan.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
biologis
3. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan peradangan
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


1 Nyeri akut NOC NIC
1. Untuk mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan
tingkat nyeri dan merupakan
agen injuri fisik keperawatan, diharapkan nyeri karasteristik nyeri.
indiaktor secara dini untuk dapat
klien berkurang dengan kriteria
memberikan tindakan selanjutnya
hasil:
2. Observasi tanda-tanda vital 2. deteksi dini terhadap perkembangan
- Klien mampu mengontrol
kesehatan pasien
nyeri 3. Jelaskan pada pasien tentang 3. Informasi yang tepat dapat
- Melaporkan bahwa nyeri penyebab nyeri menurunkan tingkat kecemasan
berkurang
pasien dan menambah pengetahuan
- Tanda vital dalam rentang
pasien tentang nyeri
normal
4. Napas dalam dapat menghirup O2
- Klien tampak rileks mampu
4. Ajarkan tehnik untuk pernafasan secara adequate sehingga otot-otot
tidur/istirahat
diafragmatik lambat / napas menjadi relaksasi sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
5. Meningkatkan relaksasi dan dapat
5. Berikan aktivitas hiburan (ngobrol
meningkatkan kemampuan kooping.
dengan anggota keluarga) 6. sebagai profilaksis untuk dapat
6. Kolaborasi dengan tim medis
menghilangkan rasa nyeri.
dalam pemberian analgetik

2 Ketidakseimbangan NOC NIC


1. Mengetahui keadaan umum pasien
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan observasi TTV klien.
atau deteksi dini terhadap
kebutuhan keperawatan selama 3x24 jam
perkembangan kesehatan pasien
berhubungan dengan nutrisi klien terpenuhi dengan 2. Dorong klien untuk makan 2. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi dan
factor biologis criteria hasil : makanannya sedikit demi sedikit. mencegah terjadinya mual dan
muntah
- Klien mau makan 3. Berikan makan sedikit tapi sering
3. Untuk mempermudah klien Dalam
- Klien tidak merasa mual sesuai indikasi pasien.
- Jumlah limfosit dalam batas mencerna makanan
4. Kolaborasi dengan tim gizi dalam 4. Mempercepat pemenuhan
normal pemberian diet.
- Tanda vital dalam batas kebutuhan nutrisi dengan pemberian

normal menu yang tepat

3 Gangguan Pola NIC NIC


Eliminasi 1. Makanan atau minuman merupakan
Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji riwayat diare
berhubungan dengan factor penyebab terjadinyaa deare
keperawatan, diharapkan pola
peradangan 2. Untuk mengetahui keadaan pasien
eliminasi dalam batas normal 2. Observasi turgor kulit secara bila mengalami kekurangan cairan
dengan kriteria hasil: teratur 3. Untuk menyeimbangkan keluaran
- Memelihara kontrol 3. Ukur output defekasi cairan masukan cairan
4. Serat sedikit dikurangi agar
terhadaap pengeluaran feses 4. Instruksikan untuk memberikan
- Pengeluaran feses daapaat konsistensi tinja tidak lembek akibat
makanan rendah serat, tinggi
diketahui kebanyakan serat
- Konstipasi tidak ada protein dan kalori 5. Pemberian cairan bertujuan untuk
- Pengeluaran feses rutin 5. Berikan cairan sesuai kebutuhan
mengganti cairan yang keluar saat
kurang dari 3 hari
diare
- Berespon terhadap keinginan
defekasi setiap saat
- Pencernaan cukup serat

4 kekurangan volume NOC NIC


1. untuk mengetahui keadaan umum
cairan berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanta-tanda vital klien
2. untuk mengetahui tingkat hidrasi
dengan kehilangan keperawatan, diharapkan volume
2. Monitor status hidrasi
klien
cairan aktif cairan dalam batas normal
(kelembaban membran mukosa,
dengan kriteria hasil:
nadi adekuat, tekanan darah
- output sesuai dengan usia
ortostatik), jika diperlukan
3. untuk memenuhi pemenuhan
dan BB, BJ urine normal, 3. Monitor masukan makanan /
kebutuhan nutrisi dan cairan
HT normal cairan dan hitung intake kalori
- Tekanan darah, nadi, suhu
harian 4. pemberian cairan inttravena berguna
tubuh dalam batas normal 4. Kolaborasi pemberian cairan IV
sebagai pengganti cairan yang
- Tidak ada tanda tanda
·
hilang
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan
DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. 2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa


Setiawan dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC
Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa
Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika
Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta:EGC.
Slamet Suyono. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr.
SpPD. KE., FKUI Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


“KOLIK ABDOMEN” DI PUSKESMAS MAPANE

Dengan stase keperawatan medikal bedah


DI SUSUN OLEH

NAMA : LISNAWATI, S.Kep


NIM : 2018031003
JURUSAN : PROFESI NERS

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU
2018

Anda mungkin juga menyukai