Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS AIRLANGGA

DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD
empty

page 2 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents
No Title Page

1 Factors Associated With Lower Back Pain Disorders In Midwives Childbirth When -
Helping Process
2 FACTORS RELATED FACTORS WORK WITH INDIVIDUALS AND SUBJECTIVE -
COMPLAINTS MUSCULOSCELETAL TEKNIKER ETERNAL DENTAL INI DENTAL
LABORATORY SURABAYA
3 FIRE HAZARD MITIGATION EFFORTS BASIS INTERNATIONAL AIRPORT PACU JUANDA -
SURABAYA
4 SAFETY PRACTICES IN TRANSPORT (LOADING) FUEL OIL (BBM) INSTALLATION IN -
SURABAYA GROUP (ISG), PT. PERTAMINA (PERSERO)
5 FACTORS RELATED TO THE COMPLAINT TO THE BREATH OF LABOR PART SPINNING -
AT. BEAUTIFUL LOTUS TEXTILE.
6 DESCRIPTION CALCULATE THE LEUKOCYTE RADIOGRAPHER X COMPANY IN -
SURABAYA IN 2012
7 PENYEBAB TERJADINYA SUBSTANDARD PRACTICE BERDASARKAN TEORI LOSS 1 - 14
CAUSATION MODEL PADA PENGELAS DI PT BANGUN SARANA BAJA
8 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA SUBYEKTIF PADA 15 - 23
PERAWAT DI RSUD DR. MOHAMAD SOEWANDHIE SURABAYA
9 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MENGGUNAKAN ALAT 24 - 36
PELINDUNG DIRI
10 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU UNIT KERJA DAN FAKTOR ERGONOMI 37 - 47
DENGAN KELUHAN KESEHATAN DI INDUSTRI KECIL SEPATU KOTA MOJOKERTO
11 ANALISIS SAFE BEHAVIOR DENGAN PENDEKATAN BEHAVIOR-BASED SAFETY PADA 48 - 60
RADIOGRAFER DI RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
12 GAMBARAN POSTUR KERJA DAN RESIKO TERJADINYA MUSKULOSKELETAL 61 - 72
PADA PEKERJA BAGIAN WELDING DI AREA WORKSHOP BAY 4.2 PT. ALSTOM
POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA
13 PENERAPAN METODE HIRADC SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA 73 - 84
PADA PEKERJA MESIN REWINDER
14 PENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN METODE PENYEMPROTAN 85 - 94
TERHADAP KADAR KOLINESTERASE
15 PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PEMBUATAN SHEAR WALL PADA PEMBANGUNGAN 95 - 106
APARTEMEN
16 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN APD PADA 107 -
PETUGAS LABORATORIUM RUMAH SAKIT PHC SURABAYA 119
17 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD 120 -
PADA PEKERJA KERANGKA BANGUNAN (Proyek Hotel Mercure Grand Mirama 131
Extention di PT. Jagat Konstruksi Abdipersada)
18 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA NELAYAN DI DESA 132 -
WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN 143
19 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN TINGKAT PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA 144 -
DI CV. “X” 154

page 3 / 4
UNIVERSITAS AIRLANGGA
DIREKTORAT PENDIDIKAN
Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga
Kampus C Mulyorejo Surabaya

Vol. 1 - No. 1 / 2014-01


TOC : 6, and page : 61 - 72

GAMBARAN POSTUR KERJA DAN RESIKO TERJADINYA MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN
WELDING DI AREA WORKSHOP BAY 4.2 PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA

GAMBARAN POSTUR KERJA DAN RESIKO TERJADINYA MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN
WELDING DI AREA WORKSHOP BAY 4.2 PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS INDONESIA

Author :
Rian Yuni Kurnianto | rian.putrablitar@rocketmail.com
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Mulyono | mulyono_fkm@yahoo.com
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstract

ABSTRACT Worker in welding division is needed in steam boiler industry such as PT. ALSTOM Power
Energy Systems Indonesia for combine the steel pipe so it can bond perfectly. Musculoskeletal
complaint can necessary happen when they work. Unergonomic work posture, to much force and
repeating work can increase the probability of musculoskeletal compalaint. The purpose of this
research is to detect the work posture that can risk musculoskeletal complaint in welding division
worker at workshop bay 4.2 area in PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. The research was
implemented with descriPT.ive observational approach with croos section methode. The reseach
responden are 13 workers in welding division. The data collected at workshop area bay 4.2 area in
PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. The variabels that researched are individual factors
and work factors. The individual factors are age, work duration, smoking habbit, and body size
(antropometri). The work factors are work posture and musculoskeletal complaint. The data that had
been collected then analyzed with table and naration descriptively. The result founded that workers
at the age of 25-30 years old that had been worked for more than 10 years was 46,15%, 53.85%
had smoking habbit, and 61,54% had BMI overweight pre-obese category. It can be conclude that
eight of thirteen welding workers had stoop back work posture, below shoulder arm position and
have a risk to have muscoskeletal system damage. To cope with that, EHS PT. ALSTOM Power Energy
Systems Indonesia have to prepare equipment and work station that can be arrange by its needs so
it can decrese the gap between worker and work object or make a small chair available so the
worker don’t have to kneel or stoop. Keywords: work posture, musculoskeletal complaint, welding
workers

Keyword : work, posture, musculoskeletal, complaint, welding, workers, ,

Daftar Pustaka :

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper :

journal.unair.ac.id/filerPDF/kklkf81f10362f2full.pdf

page 4 / 4

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


GAMBARAN POSTUR KERJA DAN RESIKO TERJADINYA
MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN WELDING DI AREA
WORKSHOP BAY 4.2 PT. ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS
INDONESIA
Rian Yuni Kurnianto, Mulyono
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya
E-mail: rian.putrablitar@rocketmail.com

ABSTRACT
Worker in welding division is needed in steam boiler industry such as PT. ALSTOM Power Energy Systems
Indonesia for combine the steel pipe so it can bond perfectly. Musculoskeletal complaint can necessary happen
when they work. Unergonomic work posture, to much force and repeating work can increase the probability of
musculoskeletal compalaint. The purpose of this research is to detect the work posture that can risk
musculoskeletal complaint in welding division worker at workshop bay 4.2 area in PT. ALSTOM Power Energy
Systems Indonesia. The research was implemented with descriPT.ive observational approach with croos section
methode. The reseach responden are 13 workers in welding division. The data collected at workshop area bay
4.2 area in PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. The variabels that researched are individual factors
and work factors. The individual factors are age, work duration, smoking habbit, and body size (antropometri).
The work factors are work posture and musculoskeletal complaint. The data that had been collected then
analyzed with table and naration descriptively. The result founded that workers at the age of 25-30 years old
that had been worked for more than 10 years was 46,15%, 53.85% had smoking habbit, and 61,54% had BMI
overweight pre-obese category. It can be conclude that eight of thirteen welding workers had stoop back work
posture, below shoulder arm position and have a risk to have muscoskeletal system damage. To cope with that,
EHS PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia have to prepare equipment and work station that can be
arrange by its needs so it can decrese the gap between worker and work object or make a small chair available
so the worker don’t have to kneel or stoop.

Keywords: work posture, musculoskeletal complaint, welding workers

ABSTRAK
Tenaga kerja bagian welding sangat dibutuhkan dalam industri pembuatan steam boiler di PT. ALSTOM Power
Energy Systems Indonesia yaitu untuk menggabungkan pipa baja sehingga terbentuk ikatan yang permanen.
Tenaga kerja bagian welding ketika bekerja dapat berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal. Postur kerja
yang tidak ergonomis, tenaga yang berlebihan dan pengulangan tenaga kerja dapat meningkatkan timbulnya
keluhan muskuloskeletal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui postur kerja yang beresiko
mengalami keluhan muskuloskeletal pada pekerja welding di area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power
Energy Systems Indonesia. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan observasional deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Responden penelitian adalah pekerja welding yang berjumlah 13 pekerja.
Pengambilan data dilakukan di area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia.
Variabel yang diteliti adalah faktor individu meliputi umur, masa kerja, kebiasaan merokok, dan ukuran tubuh
(antropometri). Faktor pekerjaan yaitu postur kerja dan keluhan muskuloskeletal. Data yang telah terkumpul
dianalisa dengan tabel dan narasi secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan 46,15% pekerja berumur 25-35
tahun, 46,15% telah bekerja selama > 10 tahun, 53,85% memiliki kebiasaan merokok, 61,54% memiliki BMI
kategori Overweight Pre-obese. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah delapan dari tiga belas total pekerja
welding dengan postur kerja posisi punggung membungkuk, posisi lengan di bawah bahu dan duduk berpotensi
mengalami kerusakan pada sistem muskuloskeletal. Cara penanggulangan untuk mengurangi kejadian keluhan
musculoskeletal adalah pihak HSE PT. Alstom Energy System Indonesia menyediakan peralatan dan stasiun
kerja yang dapat diatur sesuai kebutuhan sehingga memperkecil jarak antara pekerja dengan obyek kerja atau
bisa juga menyediakan bangku kecil) agar pekerja tidak berlutut atau membungkuk.

Kata kunci: postur kerja, keluhan muskuloskeletal, pekerja welding

61
62 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 61-72

PENDAHULUAN memiringkan badan, berlutut, jongkok,


memegang dalam kondisi statis, dan menjepit
Kesehatan dan keselamatan kerja
dengan tangan. Postur ini melibatkan beberapa
merupakan salah satu persyaratan untuk
area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut,
meningkatkan produktivitas kerja tenaga kerja.
karena bagian inilah yang paling sering
Selain itu kesehatan dan keselamatan kerja
mengalami cidera (Straker, 2000).
merupakan hal yang sangat penting dalam
Keluhan muskuloskeletal berisiko
meningkatkan kesejahteraan dan jaminan
dialami oleh pekerja bagian welding. Posisi
sosial para pekerja. Dengan usaha menerapkan
postur tubuh pekerja selama proses pengelasan
keselamatan dan kesehatan kerja maka
merupakan posisi postur tubuh yang berpotensi
permasalahan kesehatan kerja dapat dikurangi
menyebabkan munculnya keluhan rasa nyeri di
dan dihindari. Secara umum pencapaian
beberapa segmen tubuh operator. Hal ini dapat
keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas
mempengaruhi kinerja operator sehingga
dari peran ergonomi, karena ergonomi
memungkinkan terjadinya kelainan bentuk
berkaitan dengan orang yang bekerja, selain
tulang dan dapat berpengaruh pada
dalam rangka efektivitas dan efisiensi kerja
produktivitas industri itu sendiri. Postur kerja
(Sedarmayanti, 1996).
yang tidak alami misalnya postur kerja yang
Ergonomi sebagai salah satu bagian dari
selalu berdiri, jongkok, membungkuk dalam
ilmu kesehatan masyarakat yang berusaha
waktu yang lama dapat menyebabkan
untuk menyerasikan antara faktor manusia,
ketidaknyamanan dan nyeri pada salah satu
faktor pekerjaan dan faktor lingkungan.
anggota tubuh. Salah satu cara menganalisis
Dengan bekerja secara ergonomis maka
postur tubuh tenaga kerja dilakukan dengan
diperoleh rasa nyaman dalam bekerja,
metode Ovako Work Analysis System (OWAS)
dihindari kelelahan, dihindari gerakan dan
yaitu metode untuk menilai postur tubuh saat
upaya yang tidak perlu serta upaya
bekerja yang berkaitan dengan bagian tubuh
melaksanakan pekerjaan menjadi sekecil-
punggung, lengan, kaki, dan beban berat yang
kecilnya dengan hasil yang sebesar-besarnya
diangkat.
(Soedirman, 1989).
Pekerjaan-pekerjaan dan postur kerja
Salah satu tipe masalah ergonomi yang
yang statis sangat berpotensi mempercepat
sering dijumpai khususnya yang berhubungan
timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot
dengan kekuatan dan ketahanan manusia
yang terlibat. Jika kondisi seperti ini
dalam melakukan pekerjaannya adalah keluhan
berlangsung setiap hari dan dalam waktu yang
musculoskeletal disorders (MSDs). Masalah
lama (kronis) bisa menimbulkan sakit
tersebut lazim dialami para pekerja yang
permanen dan kerusakan pada otot, sendi,
melakukan gerakan yang sama berulang secara
tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain.
terus-menerus. Pekerjaan dengan beban yang
Selain itu, bekerja dengan rasa sakit dapat
berat dan perancangan alat yang tidak
mengurangi produktivitas serta efisiensi kerja
ergonomis mengakibatkan pengerahan tenaga
dan apabila bekerja dengan kesakitan ini
yang berlebihan dan postur yang salah seperti
diteruskan maka akan berakibat pada
memutar dengan membungkuk dan membawa
kecacatan yang akhirnya menghilangkan
beban adalah merupakan risiko terjadinya
pekerjaan bagi pekerjanya. Terdapat lebih dari
keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dini.
sepertiga dari seluruh waktu kerja yang hilang
Salah satu penyebab utama gangguan
(lost time injuries) karena hal ini (Aprilia,
otot rangka adalah postur janggal (awkward
2009).
posture). Postur janggal adalah posisi tubuh
Studi tentang musculoskeletal disorders
yang menyimpang secara signifikan terhadap
(MSDs) pada berbagai jenis industri telah
posisi normal saat melakukan pekerjaan.
banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan
Bekerja dengan posisi janggal meningkatkan
bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
jumlah energi yang dibutuhkan untuk bekerja.
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot
Posisi janggal menyebabkan kondisi dimana
leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,
perpindahan tenaga dari otot ke jaringan
pinggang dan otot-otot bagian bawah
rangka tidak efisien dehingga mudah
(Tarwaka, 2010).
menimbulkan lelah. Termasuk ke dalam postur
Data dari The Bureau of Labour
janggal adalah pengulangan atau waktu lama
Statistics (BLS), U.S Department of Labour
dalam posisi menggapai, berputar (twisting),
yang dipublikasikan pada tanggal 9 November
RianYuni Kurnianto dan Mulyono, Gambaran Postur Kerja Dan… 63

2011 menunjukkan tingkat kejadian kasus suatu metode dengan menggunakan target
keluhan muskuloskeletal yang mengakibatkan postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya
pekerja harus di istirahatkan meningkat 4%, risiko gangguan otot skeletal, khususnya pada
yaitu 34 kasus per 10.000 tenaga kerja penuh anggota tubuh dari perut hingga leher atau
waktu. Tingkat kejadian MSDs untuk perawat, anggota badan bagian atas. Dari hasil
mantri dan pembantu meningkat 10% dari 249 penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
kasus. Kasus MSDs pada pekerjaan tersebut postur kerja yang memiliki level risiko
juga meningkat sebesar 7%. Sedangkan tingkat tertinggi mengalami keluhan muskuloskeletal
MSDs untuk buruh barang, perusahaan saham adalah postur kerja jongkok dan berdiri dengan
dan perusahaan bahan penggerak tidak tangan terentang keatas serta kaki berjinjit.
mengalami perubahan signifikan pada jumlah Postur kerja ini harus diperbaiki sekarang juga.
kasus MSDs mereka. Selain itu, postur kerja bungkuk dan berdiri
Hasil penelitian Amalia (2011), dengan tangan terentang ke atas memiliki
mengenai hubungan kapasitas, beban dan risiko sedang mengalami keluhan
postur kerja dengan keluhan otot rangka pada muskuloskeletal dan harus diperbaiki dalam
pekerja wanita bagian penjemuran di industri waktu dekat. Sedangkan postur kerja berdiri
pembuatan genteng diperoleh bahwa ada berada pada level risiko yang kecil mengalami
hubungan yang signifikan antara umur keluhan muskuloskeletal, tetapi juga perlu
(p=0,000 dan p=0,003), masa kerja (p=0,005 dilakukan tindakan perbaikan beberapa waktu
dan p=0,046, dan postur kerja yaitu postur ke depan.
menjemur (p=0,000 dan p=0,003) serta postur Pengembangan penelitian ini dari
mengangkut (p=0,001 dan p=0,007) dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
keluhan otot rangka segmen punggung dan selain menganalisis postur kerja penelitian ini
lengan. juga mengidentifikasi mengenai gambaran
Penelitian Wijaya (2008), mengenai faktor individu yang meliputi umur, masa
analisis postur kerja pada industri pembuatan kerja, kebiasaan merokok, ukuran tubuh
tahu dengan menggunakan metode OWAS (antropometri) serta gambaran keluhan
yang merupakan suatu metode untuk menilai muskuloskeletal yang dialami oleh pekerja.
postur tubuh saat bekerja. Metode ini menilai Beberapa uraian di atas jelas bahwa
postur tubuh saat bekerja yang berkaitan penerapan prinsip-prinsip ergonomi sangat
dengan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan yang
dan beban berat yang diangkat. Masing-masing sifatnya menggunakan kemampuan otot,
bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. karena beberapa masalah ergonomi (dalam hal
Metode ini cepat dalam mengidentifikasi ini cidera pada sistem muskuloskeletal) di atas
postur kerja yang berisiko menimbulkan tidak perlu terjadi apabila sikap kerja dan
keluhan musculoskeletal. Dari hasil penelitian kondisi kerja baik, serta lingkungan
Wijaya tersebut, terdapat 8 postur kerja masuk pendukung yang baik seperti tekanan, getaran,
kategori risiko 4 yang berarti posisi kerja mikrolimat, umur, jenis kelamin, kebiasaan
dengan efek sangat berbahaya pada sistem merokok, kesegaran jasmani, kekuatan fisik
musculoskeletal, perlu perbaikan saat ini juga. serta ukuran tubuh (Tarwaka, 2004).
Salah satu postur kerja pada kategori 4 berkode PT. ALSTOM Power Energy Systems
4151 yang artinya punggung bungkuk ke Indonesia adalah sebuah perusahaan industri
depan dan menyamping, kedua lengan di berteknologi tinggi yang merupakan pemain
bawah bahu, berdiri bertumpu pada satu kaki besar dalam pasar untuk sistem, peralatan dan
dengan lutut ditekuk, dan berat beban yang jasa-jasa pada pembangkitan listrik. PT.
dibawa kurang atau sama dengan 10 kg. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia
Penerapan dari metode ini dapat merupakan perusahaan multinational yang
memberikan suatu hasil yang baik, yang dapat bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik
meningkatkan kenyamanan kerja, sebagai khususnya pembangkit listrik tenaga uap
peningkatan produksi, setelah dilakukannya (PLTU). Tenaga kerja welding sangat
perbaikan sikap kerja. Sampai saat ini, metode dibutuhkan dalam industri pembuatan steam
ini telah diterapkan secara luas di berbagai boiler di PT. ALSTOM Power Energy Systems
sektor industri. Indonesia. Peran tenaga kerja bagian welding
Penelitian Pangaribuan (2009), dengan di industri ini yaitu untuk menggabungkan
menggunakan metode RULA yang merupakan
64 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 61-72

pipa baja sehingga terbentuk ikatan yang penafsiran yang tidak diinginkan peneliti
permanen. membatasi permasalahan dengan hal yang
Tenaga kerja bagian welding di area berkaitan terhadap keluhan muskuloskeletal
workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM Power mengenai faktor pekerjaan yaitu postur kerja,
Energy Systems Indonesia ketika bekerja dapat faktor individu meliputi umur, masa kerja,
berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal. kebiasaan merokok, dan ukuran tubuh
Postur kerja yang tidak ergonomis, tenaga (antropometri). Untuk menghindari terjadinya
yang berlebihan dan pengulangan tenaga kerja bias, responden yang memiliki riwayat
dapat meningkatkan timbulnya keluhan penyakit rematik, asam urat maupun diabetes
muskuloskeletal (Peter Vi, 2000). Hal tersebut tidak akan dimasukkan ke dalam penelitian.
juga dapat dipengaruhi karena tenaga kerja Menganalisis postur kerja yang berisiko
bagian welding ketika bekerja salah satu dapat mengalami keluhan muskuloskeletal
posisinya dengan berlutut dan membungkuk. pada tenaga kerja welding di area workshop
Ditambah lagi tenaga kerja bagian Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Systems
welding atau bisa disebut pengelas merupakan Indonesia.
tenaga kerja yang dituntut sehat dari segi
fisiknya juga harus memiliki skill atau
METODE PENELITIAN
ketrampilan mengelas yang baik. Dua hal ini
menjadi penting dan saling mendukung, karena Merupakan penelitian observasional ,
pada prakteknya ketrampilan mengelas saja karena fakta/data yang diperoleh melalui
tidak cukup, kalo tidak didukung fisik yang pengamatan dan tidak diberi perlakuan.
prima, karena pekerjaan seorang pengelas Ditinjau dari segi waktunya penelitian
memang cukup menguras tenaga. Pekerjaan dilakukan secara cross sectional, karena
yang paling sering membutuhkan tenaga ekstra variabel yang termasuk faktor risiko dan
adalah pada posisi - posisi sulit saat pengelasan variabel yang termasuk dampak diobservasi
harus dilakukan, misalnya pada posisi di sekaligus dalam sekuen waktu yang sama.
ketinggian, pada posisi yang sempit dan lain – Jika ditinjau dari segi tempatnya penelitian ini
lain (Amalia, 2009). termasuk penelitian lapangan. Berdasarkan
Postur kerja merupakan titik penentu sifatnya, merupakan penelitian deskriptif yaitu
dalam analisa keefektifan tenaga kerja welding suatu metode penelitian yang dilakukan
ketika mengelas pipa baja. Apabila postur dengan tujuan untuk memberikan gambaran
kerja yang dilakukan sudah baik dan tentang suatu keadaan secara obyektif.
ergonomis maka dipastikan hasil yang Populasi penelitian ini adalah
diperoleh akan baik. Akan tetapi bila postur keseluruhan dari subyek penelitian atau obyek
kerja tidak ergonomis maka akan yang akan diteliti. Populasi penelitian ini
menyebabkan kelelahan dan timbul keluhan adalah tenaga kerja welding di area workshop
muskuloskeletal. Hal ini dapat mempengaruhi Bay 4.2 PT. ALSTOM Power Energy Systems
kinerja operator sehingga memungkinkan Indonesia yang berjumlah 13 orang dan waktu
terjadinya kelainan bentuk tulang dan dapat penelitian yaitu bulan Mei 2013.
berpengaruh pada produktivitas industri itu Variabel yang akan diteliti postur kerja
sendiri. Postur kerja yang tidak alami misalnya yaitu faktor individu diantaranya adalah umur,
postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, massa kerja, kebiasaan merokok dan
membungkuk dalam waktu yang lama dapat antropometri. Variable yang kedua posisi
menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri kerja yang dilakukan saat bekerja. Variable
pada salah satu anggota tubuh. yang ketiga keluhan musculoskeletal
Penelitian ini hanya akan membahas mengenai rasa sakit atau tidak enak pada otot
mengenai postur kerja dan risiko terjadinya rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu,
keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja tangan, lengan, jari, punggung, pinggang dan otot-
welding di area workshop Bay 4.2 PT. otot bagian bawah yang dirasakan oleh pekerja
ALSTOM Power Energy Systems Indonesia. sebelum, selama dan sesudah bekerja.
Di dalam penelitian ini dilakukan observasi Teknik analisis data dengan
pada responden meliputi gerakan seluruh menggunakan Pengumpulan data primer pada
tubuh, perubahan postur tubuh saat bekerja penelitian ini menggunakan teknik kuesioner,
serta pengukurannya dengan menggunakan wawancara dan observasi kepada pekerja
metode OWAS. Kemudian untuk menghindari
RianYuni Kurnianto dan Mulyono, Gambaran Postur Kerja Dan… 65

welding di area workshop Bay 4.2 sebagai pesawat pemanas ulang, alat pemanas udara,
responden yang berisi mengenai umur, masa ecominizer, dan headers. Selain itu PT.
kerja, kebiasaan merokok, ukuran tubuh ALSTOM Power Energy System Indonesia
(antropometri), postur tubuh saat bekerja, dan juga bertanggung jawab penuh atas
keluhan muskeloskeletal. Data sekunder pengoperasian system sepanjang masa kerja
diperoleh dari data bagian Keselamatan dan instalasi.
Kesehatan kerja PT. ALSTOM Power Energy PT. ALSTOM Power Energy System
Systems Indonesia. Data dan informasi yang Indonesia didirikan pada area seluas 49.654 m2
telah diperoleh dari kuesioner, wawancara, (4,97 Ha). dengan status lahan adalah sewa
observasi dan data hasil pengukuran kemudian jangka panjang (25 tahun) oleh PT. PAL dari
dianalisis dengan tabel, dan narasi secara TNI-AL (charter of Cooperation Between PT.
deskriptif yaitu dengan menggambarkan PAL and the Indonesian Navy dated 27 juli
keadaan yang sebenarnya dari komunitas yang 1995) dan hak pakai oleh PT. ALSTOM Power
diteliti. Energy System Indonesia dimana PT. PAL
sebagai stakeholder PT. ALSTOM Power
Energy System Indonesia. Area PT. ALSTOM
HASIL PENELITIAN
Power Energy System Indonesia terbagi atas
Gambaran Umum Perusahaan Area perkantoran: 5.004 m2 (0,5 Ha) dan Area
Pada awal berdirinya, perusahaan ini proses industry: 44.650 m2 (4,447 Ha)
bernama PT. Sistem Energi Indonesia yang Proses produksi di PT Alstom Power
kemudian pada periode 1986-2001 perusahaan Energy System Indonesia diawali dengan
mengalami perubahan nama sebanyak 4 kali. mengolah bahan baku menjadi produk jadi.
Perubahan nama tersebut dikarenakan adanya Berikut merupakan tahapan proses produksi
perubahan kepemilikan perusahaan yang pada yang dilakukan melalui proses mekanis yaitu
akhirnya resmi menjadi milik Perancis. Seiring proses pemotongan, pembentukan
berjalannya waktu, PT. Penataran Angkatan perangkaian, proses optimasi (penyempurnaan)
Laut (PAL) Indonesia dan PT. Barata Bahan baku seperti tubes dipotong
Indonesia menggabungkan sahamnya dengan sesuai ukuran yang direncanakan sebelum
perusahaan pembuat steam boiler dengan dilakukan blasting, kemudian dirangkai sesuai
bahan baku baja dengan kapasitas produksi dengan ukuran yang telah dirancang. Setiap
600.000 Mhrs/tahun ini. Berikut rincian jumlah tube maupun plate sebelum dirangkai,
kepemilikan saham: PT. ALSTOM Power disempurnakan terlebih dahulu, baik dalam hal
Energy System Indonesia 86,76%, PT. PAL kehalusan permukaan maupun pelepisan
12,63%, PT. Barata Jaya 0,70%. PT. dengan bahan tahan korosif dan tahan tekanan
ALSTOM Power Energy System Indonesia tinggi. Selain tes tersebut, juga dilakukan tes
didirikan pada area seluas 49.654 m2 (4,97 terhadap kesempurnaan penyambungan (las)
Ha). Umur responden berkisar antara 21 – 51 dengan mengisi rangkaian dengan air yang
tahun yang kemudian dikelompokkan telah diberi bahan kimia, bahan anti korosif,
berdasarkan kategori umur. Setelah mapun anti jamur. Setelah digunakan dalam
dikelompokkan maka diperoleh distribusi proses produksi, larutan bahan kimia ini
umur pekerja di Area Workshop Bay 4.2 PT. menjadi limbah cair dengan dengan volume
Alstom Energy System Indonesia, Mei 2013. maksimum sekitar 45 m3/bulan. Rangkaian
PT. ALSTOM Power Energy System yang telah sempurna diberi kelengkapan
Indonesia berlokasi di areal basis militer TNI- seperti valve, pompa dan lainnya sesuai
AL Kelurahan Ujung, Kecamatan Semampir, kebutuhan sehingga diperoleh produk akhir
Surabaya Utara dengan alamat lengkap Jl. sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh
Panti Mulia Baru, Ujung, Surabaya. Dengan konsumen.
memilki beberapa kantor cabang yang terletak Setiap boiler memiliki desain yang
di Sengkang, Paiton, Medan, dan Jakarta, berbeda – beda, dikarenakan adanya
memungkinkan penyebaran pelayanan dengan penyesuaian terhadap permintaan/order. Boiler
cepat ke seluruh area kepulauan. Pelayanan merupakan gabungan dari panel – panel yang
yang dilakukan yaitu mulai dari pengepakan terdiri dari plat dan pipa, yang membedakan
hingga perakitan boiler dan Heat Recovery dengan bagian boiler hanyalah bentuk, ukuran,
Steam Generator (HRSG) dengan jenis bahan dan ada tidaknya tekanan gas
komponennya seperti waterwalls, superheater, dalam pipa.
66 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 61-72

Proses produksi setiap komponen Tabel 1 Hasil Pengukuran Faktor Individu


tersebut dapat dilihat bahwa proses produksi Berdasarkan Umur
primer yang meliputi kegiatan dasar sebagai Jumlah
berikut Pembersihan material : Pembersihan Umur N %
material dari kerak karena material datang < 25 tahun 1 7,70
dalam bentuk kasar dan kadang masih perlu 25 – 35 tahun 6 46,15
dihaluskan terlebih dahulu agar bentuknya rata 35 – 45 tahun 4 30,77
sebelum memasuki welding machine, Rolling: > 45 tahun 2 15,38
Rolling merupakan proses melenturkan Total 13 100,00
material setelah di proses atau sebelum di
proses. Hal ini di lakukan karena material Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
menggelembung setelah melalui welding sebagian besar pekerja berumur 25 – 35 tahun,
machine yang panas, Marking: Proses yaitu sebanyak 6 orang dari 13 total pekerja
menandai material secara manual, misal garis atau sebesar 46,15%.
yang akan dipotong, dilas atau dilubangi,
Cutting: Proses pemotongan besi atau plat Tabel 2 Hasil Pengukuran Faktor Individu
sesuai ukuran yang diinginkan. Proses Berdasarkan Masa Kerja
pemotongan dapat dilakukan menggunakan Jumlah
mesin cutting manual/ cutting CNC, Bending: Masa Kerja N %
Merupakan proses membengkokan pipa besi < 5 tahun 2 15,39
sesuai bentuk yang diinginkan. Adapula 5 – 10 tahun 5 38,46
beberapa produksi yang memerlukan proses > 10 tahun 6 46,15
bending sesudah di las, sehingga ukuran benda Total 13 100,00
kerja menjadi cukup besar, Welding:
Merupakan proses pengelasan sesuai bentuk Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
yang diinginkan, baik untuk assembly antara sebagian besar pekerja berumur 25 – 35 tahun,
pipa dengan plat atau pipa dan nozzle, Post yaitu sebanyak 6 orang dari 13 total pekerja
Welding Heat Treatmen (PWHT): Proses atau sebesar 46,15%.
pendinginan kembali material atau benda kerja
sesudah dipanaskan, misal setelah dibending Tabel 3 Hasil Pengukuran Faktor Individu
agar bentuk benda menjadi lebih halus, Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Drilling: Proses mengebor atau melubangi
Jumlah
benda kerja, baik pipa atau plat. Proses
Kebiasaan Merokok N %
tersebut bertujuan untuk melubangi pipa yang
Ya 7 53,85
akan disambung dengan nozzle atau material
Tidak 6 46,15
lain dan melubangi pipa untuk menjaga agar
Total 13 100,00
udara panas yang tersimpan didalam pipa
dapat keluar dan tidak mengurangi kekuatan
dari material, Scarling: Merupakan proses Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa pekerja
khusus untuk membuat superheater, air heater yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 7
dsb. Bentuk yang muncul seperti adanya gerigi pekerja (53,85%), sedangkan 6 pekerja
pada diameter yang diproses, Painting: Proses (46,15%) tidak merokok.
pengecatan benda kerja akhir sesuai yang
dibutuhkan konsumen. Tabel 4 Hasil Pengukuran Faktor Individu
Berdasarkan Ukuran Tubuh
Faktor Individu Pekerja Welding di Area (Antropometri)
Workshop Bay 4.2 PT. Alstom Energy Jumlah
Klasifikasi BMI
System Indonesia n %
Faktor individu pekerja welding di area Underweight
workshop Bay 4.2 yang di teliti meliputi umur, Moderate thinness 1 7,69
masa kerja, kebiasaan merokok, dan ukuran Normal 4 30,77
tubuh tubuh (antropometri) dijelaskan sebagai Overweight
berikut: Pre-obese 8 61,54
Total 13 100,0
RianYuni Kurnianto dan Mulyono, Gambaran Postur Kerja Dan… 67

Tabel 5. Hasil Penilaian Postur Kerja


Nama Kode Kategori Frekuensi underweight (severe thinness, mild thinness),
Postur Risiko Relatif (%) Obese (Obese class I, Obese class II, Obese
AR 2111 2 100% class III).
AN 2361 4 3% Setelah dilakukan identifikasi dan
1361 1 3% penilaian postur kerja kemudian dilakukan
1121 1 82% pemilihan postur kerja berdasarkan posisi
2121 2 12% tubuh yang paling dominan dilihat dari
FM 2161 2 100% frekuensi relatif. Hal ini dilakukan untuk
HT 1311 1 31% mengetahui postur tubuh yang bagaimana yang
4131 2 14% paling dominan dan paling sering dilakukan
4121 2 17% ketika melakukan pekerjaan. Pemilihan postur
2111 2 38% kerja yang paling dominan digunakan untuk
HR 2111 2 100% memilih postur kerja pada pekerja welding
MN 2111 2 100% yang melakukan lebih dari satu postur kerja
KR 2111 2 100% ketika dilakukan pengamatan.
YK 2111 2 100%
YS 2111 2 100% Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja
NS 1311 1 100% Welder di Area Workshop Bay 4.2
IM 1311 1 40% PT.Alstom Energy System Indonesia
2131 2 60% Hasil pengukuran keluhan
IG 2111 2 100% muskuloskeletal pada pekerja welding di Area
SA 2121 2 14% Workshop Bay 4.2 PT. Alstom Energy System
2161 2 86% Indonesia dapat diketahui bahwa keluhan
muskuloskeletal yang paling banyak dialami
Dari tabel 4 di atas dapat diketahui oleh pekerja welding adalah pada pinggang,
bahwa sebagian besar sebanyak 8 orang yaitu sebanyak 12 dari 13 pekerja (92,31%).
pekerja dari 13 total pekerja memiliki BMI Para pekerja yang mayoritas melakukan posisi
kategori Overweight Pre-obese yaitu sebesar membungkuk dan duduk ketika melakukan
61,54%. Dari hasil penelitian tidak terdapat pekerjaan welding menyebabkan kebanyakan
pekerja yang mempunyai BMI kategori para pekerja mengalami keluhan
muskuloskeletal pada bagian pinggang.
Tabel 6. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Keluhan MSDs
Total
Otot skeletal Ya Tidak
n % n % n %
Leher bagian atas 4 30,77 9 69,23 13 100,0
Leher bagian bawah 8 61,54 5 38,46 13 100,0
Bahu Kiri 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Bahu kanan 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Lengan atas kiri 6 46,15 7 53,85 13 100,0
Punggung 4 30,77 9 69,23 13 100,0
Lengan atas kanan 6 46,15 7 53,85 13 100,0
Pinggang 1 7,69 12 92,31 13 100,0
Pinggul 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Pantat 11 84,62 2 15,38 13 100,0
Siku kiri 12 92,31 1 7,69 13 100,0
Siku kanan 12 92,31 1 7,69 13 100,0
Lengan bawah kiri 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Lengan bawah kanan 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Pergelangan tangan kiri 10 76,92 3 23,08 13 100,0
Pergelangan tangan kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
68 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 61-72

Tangan kiri 9 69,23 4 30,77 13 100,0


Tangan kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Paha kiri 7 53,85 6 46,15 13 100,0
Paha kanan 8 61,54 5 38,46 13 100,0
Lutut kiri 8 61,54 5 38,46 13 100,0
Lutut kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Betis kiri 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Betis kanan 3 23,08 10 76,92 13 100,0
Pergelangan kaki kiri 7 53,85 6 46,15 13 100,0
Pergelangan kaki kanan 7 53,85 6 46,15 13 100,0
Kaki kiri 9 69,23 4 30,77 13 100,0
Kaki kanan 9 69,23 4 30,77 13 100,0

PEMBAHASAN Power Energy Systems Indonesia dengan umur


berapapun mengalami keluhan
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) muskuloskeletal.
Dilihat dari Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
umur pekerja berkisar antara 21-51 tahun. Dilihat dari Masa Kerja
Sebagian besar pekerja berusia 25-35 tahun, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yaitu sebanyak 6 orang dari 13 total pekerja masa kerja pekerja berkisar selama 2 – 15
atau sebesar 46,15%. Tarwaka (2010) tahun. Sebagian besar pekerja bekerja selama >
menyatakan bahwa pada umumnya keluhan 10 tahun, yaitu sebanyak 6 orang dari 13 orang
otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, pekerja atau sebesar 46,15%.
yaitu usia 25 – 65 tahun. Keluhan pertama Pekerja welding yang mempunyai masa
biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan kerja < 5 tahun sebanyak 2 orang, untuk
tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan pekerja yang mempunyai masa kerja 5 - 10
dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi tahun sebanyak 5 orang dan sebanyak 6 orang
karena pada umur setengah baya, kekuatan dan mempunyai masa kerja > 10 tahun. Masa kerja
ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko dalam penelitian menyatakan berapa lama
terjadinya keluhan otot meningkat seseorang bekerja dan masa kerja dapat
Sebagai contoh, Betti’e et al. (1989) memberikan dampak positif dan negatif bagi
telah melakukan studi tentang kekuatan statis pekerja tersebut. Dampak positifnya adalah
otot untuk pria dan wanita dengan usia antara pekerja yang sudah lama bekerja semakin
20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian berpengalaman untuk melaksanakan
menunjukkan bahwa kekuatan otot maksimal pekerjaannya dan mengetahui resiko bahaya
terjadi pada saat umur antara 20 – 29 tahun, yang akan diterima utamanya bahaya
selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan ergonomi, sedangkan dampak negatifnya
dengan bertambahnya umur. Pada saat pekerja merasa sudah ahli dalam melaksanakan
mencapai 60 tahun, rerata kekuatan otot pekerjaannya, namun secara tidak sadar
menurun sampai 20%. Pada saat kekuatan otot pekerja tersebut dapat membahayakan dirinya
mulai menurun inilah maka risiko terjadinya sendiri maupun rekan kerjanya. Sehingga hal
keluhan otot semakin meningkat. ini dapat mengakibatkan sebagian besar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah pekerja mengalami keluhan muskuloskeletal.
dibandingkan dengan Tarwaka (2010) dan Tarwaka (2010) menyatakan bahwa
beberapa ahli yang lain, sebagian besar pekerja penyakit MSDs ini merupakan penyakit kronis
yang berusia < 35 tahun seharusnya memiliki yang membutuhkan waktu lama untuk
risiko kecil atau bahkan tidak mengalami berkembang dan bermanifestasi. Jadi semakin
keluhan muskuloskeletal. Namun, setelah lama bekerja semakin lama orang terpajan
dilakukan penilaian keluhan muskuloskeletal risiko untuk mengalami MSDs ini, maka
didapatkan hasil bahwa semua pekerja welding semakin besar pula risiko untuk mengalami
di area workshop Bay 4.2 PT. ALSTOM MSDs
RianYuni Kurnianto dan Mulyono, Gambaran Postur Kerja Dan… 69

Dari hasil penelitian yang telah perusahaan mempersempit zona merokok di


dibandingkan dengan Tarwaka (2010) daerah perusahaan. Hal ini agar para pekerja
didapatkan seluruh pekerja dari masa kerja dapat mengurangi atau menghentikan
berapapun beresiko mengalami keluhan kebiasaan merokok mereka.
muskuloskeletal. Setelah dilakukan penilaian
keluhan muskuloskeletal kepada pekerja Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
welding di area workshop Bay 4.2 PT. Dilihat dari Ukuran Tubuh (Antropometri)
ALSTOM Power Energy Systems Indonesia Hasil penelitian dan perhitungan dari
didapatkan hasil bahwa seluruh pekerja BMI menunjukkan 8 orang dari 13 orang
mengalami keluhan muskuloskeletal. pekerja memiliki BMI dalam kategori
Overweight Pre-obese, yaitu sebesar 61,54%.
Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) Sebanyak 30,77% pekerja dikategorikan dalam
Dilihat dari Kebiasaan Merokok berat badan normal dan 7,69% termasuk dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori moderate thinness.
sebanyak 7 dari 13 pekerja atau sebesar Tarwaka (2010) menyatakan pengaruh
53,85% memiliki kebiasaan merokok. yang relatif kecil antara berat badan, tinggi
Menurut Tarwaka (2010) pengaruh badan, dan massa tubuh dengan kejadian
kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan keluhan muskuloskeletal. Tubuh yang tinggi
otot juga masih diperdebatkan oleh para ahli, sering menderita keluhan sakit punggung tapi
namun demikian beberapa penelitian telah tubuh yang tinggi tidak mempunyai pengaruh
membuktikan bahwa meningkatnya keluhan terhadap keluhan leher, bahu, dan pergelangan
otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tangan. Tubuh yang tinggi mempunyai bentuk
tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan tulang yang langsing sehingga secara
semakin tinggi frekuensi merokok, semakin biomekanik rentan terhadap beban tekan dan
tinggi pula tingkat keluhan otot yang rentan terhadap tekukan sehingga tinggi badan
dirasakan. yang tinggi memiliki risiko lebih tinggi
Boshizuen, et al (1993) dalam terhadap keluhan muskuloskeletal. Pasien yang
Tarwaka (2010) menemukan hubungan yang gemuk (obesitas dengan indeks massa tubuh >
signifikan antara kebiasaan merokok dengan 29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi risiko
keluhan otot pinggang, khususnya untuk muskuloskeletal jika dibandingkan dengan
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. pasien yang kurus (indeks massa tubuh < 20
Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi wanita yang gemuk mempunyai resiko dua kali
kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan lipat terkena muskuloskeletal jika
merokok akan dapat menurunkan kapasitas dibandingkan dengan wanita kurus.
paru-paru, sehingga kemampuan untuk Hasil penelitian diketahui sebanyak
mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai sebesar 8 dari 13 pekerja tergolong dalam BMI
akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga kategori Overweight Pre-obese yang berarti
menurun. Apabila yang bersangkutan harus semakin besar risiko pekerja mengalami
melakukan tugas yang menuntut pengerahan keluhan muskuloskeletal. Hal ini perlu menjadi
tenaga, maka akan mudah lelah karena masukan untuk perusahaan agar
kandungan oksigen dalam darah rendah, memperhatikan kesehatan para pekerjanya
pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi terutama yang memiliki BMI kategori
tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa Overweight Pre-obese. Untuk itu perusahaan
nyeri otot perlu mengadakan olah raga yang diikuti oleh
Hasil penelitian diketahui 7 orang dari para pekerja setiap seminggu sekali.
13 orang pekerja memiliki kebiasaan merokok
yang berarti semakin besar risiko pekerja Kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs)
mengalami keluhan muskuloskeletal. Hal ini Dilihat dari Postur Kerja
perlu menjadi masukan untuk perusahaan agar Analisa postur kerja diperoleh dengan
memperhatikan kesehatan para pekerjanya menggunakan OWAS yaitu metode yang
termasuk kebiasaan merokok. Untuk itu digunakan untuk menilai postur tubuh pada
perusahaan perlu memberikan penyuluhan atau saat bekerja yang meliputi bagian punggung,
safety talk kepada pekerja sebelum mereka lengan, kaki dan berat beban. Metode ini
bekerja mengenai risiko merokok terhadap menterjemahkan postur kerja dari hasil
kesehatan dan produktivitas kerja. Bila perlu pengamatan yaitu berupa foto sesuai dengan
70 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 61-72

postur kerja menurut kode empat digit. Kode Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000
tersebut meliputi postur tubuh bagian dalam Tarwaka (2010).
punggung, lengan, kaki dan berat beban.
Setelah dilakukan pemberian kode untuk setiap Pembahasan Hasil Identifikasi dan
posisi dan pembebanan menghitung setiap Penilaian Postur Kerja Kategori risiko 1
kode posisi, kategori risiko mana dia berasal (risiko rendah)
untuk mengidentifikasi posisi posisi kritis atau Hasil perhitungan postur kerja dengan
yang lebih tinggi tingkat risikonya bagi metode OWAS kategori risiko rendah
pekerja. Selanjutnya menghitung frekuensi didapatkan kode postur 1121 (1 orang) dan
relatif dari masing-masing posisi punggung, 1311(1 orang). Hasil perhitungan OWAS
lengan dan kaki. Penentuan hasil identifikasi berdasarkan kode postur 1121 yaitu, posisi
pekerjaan pada posisi kritis, tergantung pada punggung lurus sehingga kode 1 diberikan
frekuensi relatif dari masing-masing posisi, untuk punggung. Posisi lengan di beri kode 1
kategori risiko didasarkan pada masing-masing karena kedua lengan berada di bawah bahu.
posisi dari berbagai bagian tubuh (punggung, Posisi kaki diberi kode 2 karena pekerjaan
lengan, dan kaki). OWAS menyatakan dilakukan sambil berdiri dengan kedua kaki
frekuensi dan proporsi relatif dari waktu yang lurus. Berat beban diberi kode 1 karena beban
dihabiskan untuk postur spesifik dan penilaian yang di bawa/diangkat < 10 kg. Berdasarkan
dengan skala empat level tingkat bahaya dari kombinasi setiap posisi tersebut, maka dapat
postur dengan tingkat prioritas untuk disimpulkan bahwa posisi tubuh pekerja
mengoreksi postur tersebut. Kombinasi postur termasuk dalam kategori risiko 1 yang berarti
yang diamati akan diklasifikasikan menurut posisi normal tanpa efek yang dapat
tingkat bahayanya. mengganggu sistem muskuloskeletal (risiko
Hasil penelitian berdasarkan dari rendah) sehingga tidak diperlukan tindakan
kombinasi posisi yang diamati dan posisi perbaikan.
tubuh yang paling dominan didapatkan hasil Hasil perhitungan OWAS berdasarkan
bahwa terdapat 11 orang yang memiliki kode postur 1311 yaitu, posisi punggung lurus
kategori risiko 2 (risiko sedang) dengan jumlah sehingga kode 1 diberikan untuk punggung.
kode posisi sebanyak 3 yaitu kode posisi 2111, Posisi lengan di beri kode 3 karena kedua
kode posisi 2161, kode posisi 2131. Sedangkan lengan berada di atas bahu. Posisi kaki diberi
sebanyak 2 orang melakukan pekerjaan dengan kode 1 karena pekerjaan dilakukan sambil
postur kerja kategori risiko 1 (risiko rendah) duduk. Berat beban diberi kode 1 karena beban
dengan jumlah kode posisi sebanyak 2 yaitu yang di bawa/diangkat < 10 kg. Berdasarkan
kode posisi 1121 dan kode posisi 1311. Selain kombinasi setiap posisi tersebut, maka dapat
itu pekerja welding cenderung melaksanakan disimpulkan bahwa posisi tubuh pekerja
pekerjaan dengan postur kerja janggal seperti termasuk dalam kategori risiko 1 yang berarti
punggung yang membungkuk, posisi tangan posisi normal tanpa efek yang dapat
terangkat atau di atas bahu, berlutut, berdiri mengganggu sistem muskuloskeletal (risiko
dengan salah satu kaki ditekuk. rendah) sehingga tidak diperlukan tindakan
Menurut Humantech (1995) perbaikan.
menjelaskan bahwa salah satu faktor untuk
terjadinya gangguan penyakit, atau cidera pada Kategori risiko 2 (risiko sedang)
sistem muskuloskeletal adalah postur janggal. Hasil perhitungan postur kerja dengan
Sikap kerja tidak alamiah atau Postur metode OWAS kategori risiko rendah
kerja janggal adalah postur kerja yang didapatkan kode postur 2111 (8 orang), 2161
dilakukan dengan posisi tubuh bergerak (2 orang) dan 2131 (1 orang). Hasil
menjauhi posisi alamiah seperti punggung perhitungan OWAS berdasarkan kode postur
yang terlalu membungkuk, tangan dalam posisi 2111 yaitu, posisi punggung membungkuk
terangkat, posisi jongkok, posisi badan sehingga kode 2 diberikan untuk punggung.
memuntir, dan lainnya. Sikap kerja tidak Posisi lengan di beri kode 1 karena kedua
alamiah/ Postur kerja janggal ini pada lengan berada di bawah bahu. Posisi kaki
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, diberi kode 1 karena pekerjaan dilakukan
alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan sambil duduk. Berat beban diberi kode 1
kemampuan dan keterbatasan pekerja karena beban yang di bawa/diangkat < 10 kg.
Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Berdasarkan kombinasi setiap posisi tersebut,
RianYuni Kurnianto dan Mulyono, Gambaran Postur Kerja Dan… 71

maka dapat disimpulkan bahwa posisi tubuh dimana tubuh dimana tubuh bertumpu pada
pekerja termasuk dalam kategori risiko 2 yang satu kaki.
berarti posisi berpotensi menyebabkan Dari hasil penelitian didapatkan hasil
kerusakan pada sistem muskuloskeletal (risiko bahwa terdapat 2 orang pekerja welding yang
sedang) sehingga tindakan perbaikan mungkin mempunyai kategori risiko rendah dan
diperlukan. sebanyak 11 orang mempunyai kategori risiko
Hasil perhitungan OWAS berdasarkan sedang. Meskipun dari hasil penelitian
kode postur 2161 yaitu, posisi punggung didapatkan bahwa terdapat 2 orang yang
membungkuk sehingga kode 2 diberikan untuk mempunyai kategori risiko rendah yang berarti
punggung. Posisi lengan di beri kode 1 karena tidak diperlukan tindakan perbaikan. Namun
kedua lengan berada di bawah bahu. Posisi setelah dilakukan wawancara dengan pekerja
kaki diberi kode 6 karena pekerjaan dilakukan welding didapatkan bahwa semua pekerja
sambil berlutut. Berat beban diberi kode 1 welding di area workshop Bay 4.2 PT.
karena beban yang di bawa/diangkat < 10 kg. ALSTOM Power Energy Systems Indonesia
Berdasarkan kombinasi setiap posisi tersebut, mengalami keluhan muskuloskeletal.
maka dapat disimpulkan bahwa posisi tubuh
pekerja termasuk dalam kategori risiko 2 yang Identifikasi Keluhan Muskuloskeletal
berarti posisi berpotensi menyebabkan Pekerja Welding di Area Workshop Bay
kerusakan pada sistem muskuloskeletal (risiko 4.2 Bay 4.2 PT. Alstom Energy System
sedang) sehingga tindakan perbaikan mungkin Indonesia
diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian dari
Hasil perhitungan OWAS berdasarkan keluhan muskuloskeletal pekerja diketahui
kode postur 2131 yaitu, posisi punggung bahwa keseluruhan pekerja mengalami
membungkuk sehingga kode 2 diberikan untuk keluhan muskuloskeletal, sebagian besar
punggung. Posisi lengan di beri kode 1 karena pekerja mengalami keluhan pada bagian
kedua lengan berada di bawah bahu. Posisi pinggang yaitu sebanyak 12 orang (92,31%).
kaki diberi kode 3 karena pekerjaan dilakukan Bagian otot skeletal yang banyak dikeluhkan
sambil berdiri dengan salah satu kaki ditekuk. berdasarkan pengakuan pekerja adalah
Berat beban diberi kode 1 karena beban yang pinggang (92,31%), betis kiri (76,92%), bahu
di bawa/diangkat < 10 kg. Berdasarkan kiri (76,92), bahu kanan (76,92), dan betis
kombinasi setiap posisi tersebut, maka dapat kanan (76,92).
disimpulkan bahwa posisi tubuh pekerja Identifikasi keluhan muskuloskeletal
termasuk dalam kategori risiko 2 yang berarti pada pekerja menggunakan metode Nordic
posisi berpotensi menyebabkan kerusakan Body Map yaitu dengan menggunakan lembar
pada sistem muskuloskeletal (risiko sedang) kerja berupa peta tubuh dan mudah dipahami
sehingga tindakan perbaikan mungkin dengan langsung mewawancara atau
diperlukan. menanyakan kepada responden. Metode
Menurut Humantech (1995) penilaian ini sangat subyektif artinya
menjelaskan bahwa salah satu faktor risiko keberhasilan aplikasi metode ini sangat
ergonomi yang dapat menyebabkan terjadinya tergantung dari kondisi dan situasi yang
gangguan penyakit, atau cidera pada sistem dialami pekerja pada saat dilakukannya
muskuloskeletal adalah postur janggal. penilaian. Nordic Body Map meliputi 28
Beberapa postur janggal yang mempunyai bagian otot skeletal pada kedua sisi tubuh
risiko terjadinya gangguan pada sistem kanan dan kiri. Yang dimulai dari anggoa
muskuloskeletal yaitu punggung membungkuk tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai
(bent forward), yaitu punggung dan dada lebih dengan bagian paling bawah yaitu otot kaki.
condong ke depan membentuk sudut ≥ 20º Peter Vi (2000) menjelaskan terdapat
terhadap garis vertikal. Postur janggal lain faktor penyebab terjadinya keluhan sistem
yaitu pada kaki yaitu berlutut (kneeling), yaitu muskuloskeletal, yaitu peregangan otot yang
posisi tubuh dimana sendi menekuk, berlebihan, aktivitas berulang, dan sikap kerja
permukaan lutut menyentuh lantai dan berat tidak alamiah. Aktivitas berulang, dan sikap
tubuh bertumpu pada lutut dan jari-jari kaki. kerja tidak alamiah dialami oleh pekerja
Postur janggal lain pada kaki yaitu berdiri pada welding dalam keseharian menjalankan
satu kaki (stand on one leg), yaitu posisi tubuh pekerjaan. Aktivitas pekerja welding yang
72 The Indonesian Journal of Occupational Safety , Health and Environment, Vol. 1, No. 1 Jan-April 2014: 61-72

berisiko menimbulkan keluhan Aprilia, M. 2009. Tinjauan Faktor Risiko


muskuloskeletal saat dilakukan penelitian Ergonomi Terkait Keluhan
adalah melakukan posisi berulang pada saat Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada
melakukan pengelasan. Sikap kerja tidak Pekerja Konstruksi PT. Waskita Karya
alamiah pekerja welding ketika bekerja yaitu di Proyek Fasilitas Rekreasi dan
postur kerja yang menjauhi posisi normal Olahraga Boker Ciracas. Skripsi.
seperti posisi punggung yang membungkuk, Surabaya: Fakultas Kesehatan
bekerja dengan posisi berlutut, dan bekerja Masyarakat Universitas Indonesia.
dengan posisi lengan berada di atas bahu. Betti’e, MC., Bigos, L.D., Fisher, T.H. 1989.
Dilihat dari hasil penelitian, pekerjaan Isometric Lifting strenght as a Predictor
welding merupakan pekerjaan dimana dituntut of Industrial Back Pain Report. Spine 14
bisa mengelas pada berbagai jenis posisi yang
(8) : 851 – 856
tidak jarang posisi tersebut dilakukan secara
berulang dan tidak dengan postur kerja yang Humantech. 1995. Applied Ergonomics
benar misalnya punggung membungkuk, Training Manual 2nd. Australia:
berlutut, dan lengan berada di atas bahu. Maka Barkeley Vale.
responden dalam hal ini yaitu pekerja welding Pangaribuan, D. M. 2009. Analisa Postur Kerja
mempunyai risiko terkena keluhan Dengan Metode RULA pada Pegawai
muskuloskeletal. Bagian Pelayanan Perpustakaan USU
Medan. Skripsi. Medan: Universitas
SIMPULAN Sumatera Utara.
Peter, Vi. 2000. Musculoskeletal Disorders.
Faktor individu yang mengalami http://www.csao.org/uploadfiles/magazi
keluhan muskuloskeletal pada responden ne/vol.11no3/musculo.html. (Sitasi 12
mayoritas berusia 25 – 35 tahun, telah bekerja Juni 2013.
selama > 10 tahun, memiliki kebiasaan Sedarmayanti, 1996. Ergonomi untuk
merokok, dan memiliki BMI kategori
Produktivitas Kerja.
Overweight Pre-obese.
Identifikasi dan penilaian postur kerja dari 13 http://www.belbuk.com/tata-kerja-dan-
orang pekerja welding diperoleh dua pekerja produktivitas-kerja-p-4760.html. (Sitasi
yang mempunyai kategori risiko 1 (risiko 29 Oktober 2012).
rendah), sebelas pekerja yang mempunyai Soedirman, 1989. Penyakit Akibat Kerja dan
kategori risiko 2 (risiko sedang). Sebanyak Penyakit yang Berhubungan dengan
92,31% pekerja pernah mengalami keluhan Pekerjaan. Jakarta: Universitas
muskuloskeletal dengan rasa sakit terbanyak Indonesia.
pada otot skeletal pinggang Straker, L.M. 2000. An Overview of Manual
Handling Injury Statistic in Ergonomic
Methods. USA: CRC Press.
DAFTAR PUSTAKA Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri Dasar-
Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Amalia, 2009. Welder Sebagai Profesi. Aplikasi di Tempat Kerja. Solo: Harapan
http://gowelding.blogspot.com/2009/12/l Press.
agi-keeping.html. Tarwaka, 2004. Ergonomi untuk Keselamatan,
(Sitasi 5 November 2012). Kesehatan Kerja, dan Produktivitas.
Amalia, R. U. 2011. Hubungan Kapasitas, Surakarta: UNIBA Press.
Beban dan Postur Kerja dengan Keluhan Wijaya, A. 2008. Analisa Postur Kerja dan
Otot Rangka pada Pekerja Wanita Perancangan Alat Bantu untuk Aktivitas
Bagian Penjemuran di Sentra Industri Manual Material Handling Industri
Pembuatan Genteng. Skripsi. Semarang: Kecil. Skripsi. Surakarta: Universitas
Fakultas Kesehatan Masyarakat Muhammadiyah.
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai