Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN AKHIR

EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU


BERINSEKTISIDA
(LONG LASTING INSECTICIDE NET) DALAM
PROGRAM PENGENDALIAN VEKTOR DAERAH
ENDEMIS MALARIA
DI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
Nita Rahayu, SKM, M.Sc
Sri Sulasmi, S.Si
Yuniarti Suryatinah, S.Farm, Apt

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN
2016

i
HALAMAN JUDUL

JUDUL PENELITIAN:

EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA


(LONG LASTING INSECTICIDE NET) DALAM PROGRAM
PENGENDALIAN VEKTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA
DI KALIMANTAN SELATAN

PENGUSUL:
1. Nama : NITA RAHAYU, SKM, M.Sc
2. Jabatan Fungsional : Peneliti
3. Instansi : Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu
4. Alamat Kantor : Jl. Loka Litbang, Kaw. Perkantoran
Pemda Tanah Bumbu
Ds. Gunung Tinggi Kec. Batulicin
Kab. Tanah Bumbu 72171
5. Telepon/Faks kantor : 0518 – 6076049
6. Alamat Email : nita.rahayu@yahoo.co.id;

ii
SUSUNAN TIM PENELITI

No Nama Kedudukan Dalam Tim

1 Hijaz Nuhung, M.Sc Pembina

2 Nita Rahayu, SKM, M.Sc Ketua Pelaksana

3 Yuniarti Suryatinah, S.Farm, Apt Peneliti


4 Sri Sulasmi, S.Si Peneliti
5 Akhmad Rosanji, SKM Litkayasa
6 Dwi Candra Ariyanti Litkayasa
7 Dahlia Sekretariat

iii
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG TANAH BUMBU
Jalan Loka Litbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666
Telepon : (0518) 6076049, Faksimile : (0518) 6076049
Surat Elektronik : lokatanbu@litbang.depkes.go.id, Laman (Website) : http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.go.id

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI LITBANG P2B2 TANAH BUMBU


NOMOR : HK.03.06/III.6/ 931 /2016
TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PENELITI


EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA (LLIN) DALAM
PROGRAM PENGENDALIAN VECTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA
DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROV. KALSEL
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penelitian “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN)
dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah
b. Bumbu Prov. Kalsel”, perlu dibentuk tim peneliti terhadap pelaksanaan kegiatan
penelitian tersebut.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu
ditunjuk tim peneliti yang terdiri dari Ketua Pelaksana/Peneliti Utama, Peneliti,
Pembantu peneliti, Sekretariat dan Pengolah data.
Mengingat : 1. Undang – undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/MENKES/PER/2011, tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit
Bersumber Binatang;
2.
Surat Keputusan Menkes RI No. 894/Menkes/SK/IX/2008, tentang Organisasi dan
Tata Kerja Loka Litbang P2B2;
Surat Keputusan Menkes RI No. 4.04.3.1.03977, tentang Pengangkatan dalam
3. Jabatan Struktural di Lingkungan Kemkes RI.;
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. KU.05.55.SK.III.0066, tentang Penetapan
Atasan Langsung dan Bendaharawan Rutin;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Menunjuk tim peneliti pada penelitian “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida
(LLIN) dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten
Tanah Bumbu Prov. Kalsel”, sebagaimana terlampir.

KEDUA : a. Bersangkutan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan dalam penelitian


sesuai dengan fungsi dan kedudukan masing-masing.
b. Pembagian tugas secara teknis diatur kemudian.

KETIGA : Kepada tim yang ditunjuk diberikan honorarium sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

iv
KEEMPAT : Anggaran tim peneliti pada penelitian “Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida
(LLIN) dalam program pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten
Tanah Bumbu Prov. Kalsel”, ditransfer melalui rekening a.n. Bendahara
Pengeluaran Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Kalimantan Selatan No. Rek. 031-
00-0651052-6 Bank Mandiri Cabang Batulicin.
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perubahan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Gunung Tinggi


Pada Tanggal : 3 Maret 2016
Kepala,

dr. Hijaz Nuhung, M.Sc


NIP. 196708012000121005

v
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG TANAH BUMBU
Jalan Lokalitbang, Kawasan Perkantoran Pemda Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Kotak Pos 666
Telepon : (0518) 6076049, Faksimile : (0518) 6076049
Surat Elektronik : lokatanbu@litbang.depkes.go.id, Laman (Website) : http://www.bp4b2tanahbumbu.litbang.depkes.g

Lampiran Surat Keputusan Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu

Tentang : Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program


pengendalian vector daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov.
Kalsel
Nomor : HK.03.06/III.6/ 931 /2016
Tanggal : 3 Maret 2016

No Nama Kedudukan Dalam Tim

1 Hijaz Nuhung, M.Sc Pembina

2 Nita Rahayu, SKM, M.Sc Ketua Pelaksana

3 Yuniarti Suryatinah, S.Farm, Apt Peneliti


4 Sri Sulasmi, S.Si Peneliti
5 Akhmad Rosanji, SKM Litkayasa
6 Dwi Candra Ariyanti Litkayasa
7 Dahlia Sekretariat

Mengetahui,
Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu,

dr. Hijaz Nuhung, M.Sc


NIP. 196708012000121005

vi
KEMENTERIAN KESEHATAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG TANAH BUMBU
KALIMANTAN SELATAN

SURAT PERSETUJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN


NOMOR : LB.02.03/III.6/ 932 /2016LB.02.01.16.0000000

Persetujuan Pelaksanaan Penelitian ini diberikan atas dasar ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam pasal-pasal di bawah ini:

BAB 1
IKHTISAR

1. Judul Penelitian : Efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN)


dalam program pengendalian vector daerah endemis
malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Prov. Kalsel
2. Maksud dan Tujuan : Mengetahui edektivitas aplikasi kelambu
berinsektisida (LLIN) dalam pengendalian vektor
daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu
Prov. Kalsel

3. Penanggung Jawab : NITA RAHAYU, SKM, M.Sc

4. Waktu Pelaksanaan : Maret s/d November 2016

BAB ll
BIAYA

1. Biaya yang disediakan untuk kegiatan ini dibebankan pada anggaran DIPA Balai Litbang
P2B2 Tanah Bumbu Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp. 156.566.000,- (Seratus Lima
Puluh Enam Juta Lima Ratus Enam Puluh Enam Ribu Rupiah) dan merupakan biaya
maksimum yang tidak boleh dilampaui.

vii
2. Biaya tersebut dirinci sebagai berikut :

TOTAL : RP. 156.566.000


1. Belanja Bahan = Rp 11. 967.000
2. Belanja Perjalanan Dinas Dalam Kota = Rp 47.400.000
3. Belanja Perjalanan Biasa = RP 50.160.000
4. Belanja Barang Non Operasional lainnya = Rp 27.416.000
5. Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi = Rp 19.623.000

BAB III
PELAKSANAAN

1. Penanggung Jawab Kegiatan berkewajiban mengajukan nama-nama pelaksana dan


petugas lainnya kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu segera setelah Surat
Persetujuan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ini ditandatangani.
2. Penanggung Jawab Kegiatan wajib menyusun dan menyerahkan protokol kegiatan kepada
Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, segera setelah surat keputusan kegiatan
dikeluarkan.
3. Penyediaan biaya untuk kegiatan ini akan diberikan secara bertahap dan merupakan uang
yang harus dipertanggungjawabkan oleh Penanggung Jawab Kegiatan.
a. Penaggung Jawab mengajukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kepala Balai
Litbang P2B2 Tanah Bumbu.
b. Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu memberikan persetujuan pembayaran
setelah ada laporan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan yang telah dimintakan
sebelumnya.
c. Semua uang yang telah dikeluarkan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

BAB IV
PENGAWASAN

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan penelitian ini dilakukan oleh Kepala Balai Litbang
P2B2 Tanah Bumbu.
2. Pengawasan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan Penanggung Jawab Kegiatan wajib
memberikan keterangan-keterangan yang diminta.
3. Apabila dipandang perlu Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu dapat melakukan atau
menunjuk pejabat lain untuk melakukan pengawasan.

BAB V
PELAPORAN

1. Penanggung Jawab Kegiatan wajib memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan


untuk setiap triwulan dan harus diterima oleh Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
2. Penanggung Jawab Kegiatan wajib memberikan laporan kemajuan pekerjaan untuk setiap
triwulan sesuai dengan ketentuan-ketentuan pelaporan yang berlaku, dan harus diterima
oleh Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

viii
3. Penanggung Jawab Kegiatan wajib membuat laporan akhir hasil penelitian sebanyak 5
(lima) eksemplar yang terdiri dari :
- Laporan Administrasi
- Laporan Hasil Penelitian
- Abstrak Penelitian dan Executive Summary
- Raw data
- Naskah Publikasi

BAB VI
PERSYARATAN LAIN

1. Segala penemuan dan hasil penelitian ini menjadi milik Badan Penelitian dan
Pengembangan Kseshatan (Balitbangkes).
2. Hasil penelitian ini harus diterbitkan di dalam Jurnal, Majalah, atau Buletin di
Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). Apabila
naskah ilmiah hendak diajukan ke majalah atau di dalam suatu pertemuan ilmiah supaya
terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari atasan yang berwenang.
3. Apabila seorang peneliti menerbitkan hasil penelitian milik Badan Litbangkes Kemkes RI
di luar lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tanpa
seizin atasan yang berwenang, maka kepada yang bersangkutan :
a. Akan diberikan teguran tertulis.
b. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan usulan
penelitian tahun berikutnya.
c. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan penambahan
angka kredit dari hasil penelitian tersebut.
4. Apabila seorang peneliti membawakan hasil penelitian yang belum mendapatkan
pengesahan atasan yang berwenang di dalam suatu pertemuan yang bersifat umum, maka
kepada yang bersangkutan :
a. Akan diberikan teguran tertulis.
b. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan usulan
penelitian tahun berikutnya.
c. Akan dipertimbangkan kesalahan yang diperbuat apabila ia mengajukan penambahan
angka kredit dari hasil penelitian tersebut.

ix
BAB VII
SANKSI

1. Uang muka tidak akan diberikan apabila Penanggung Jawab Kegiatan belum
menyelesaikan dan menyerahkan protokol penelitian.
2. Apabila laporan triwulan tidak masuk pada waktunya maka tidak akan diberikan uang
muka berikutnya sebelum laporan dimaksud dapat diselesaikan.
3. Selama Penanggung Jawab Kegiatan belum menyelesaikan laporan akhir, maka ia tidak
akan dipertimbangkan menjadi Penanggung Jawab Kegiatan Penelitian lainnya.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Apabila penyelesaian Kegiatan ini tidak dapat dilaksanakan pada waktunya karena sesuatu
hal yang berada di luar kekuasaan Penanggung Jawab Kegiatan, ketua pelaksana penelitian
dapat mengusulkan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu kemungkinan
perpanjangannya.

Tanah Bumbu, 3 Maret 2016 Menerima dan Menyetujui


Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Penanggung Jawab Kegiatan

dr. Hijaz Nuhung, M.Sc Nita Rahayu, SKM, M.Sc


NIP 196708012000121005 NIP 197812062002122003

x
PERSETUJUAN ETIK

xi
xii
PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG

Tanah Bumbu, Desember 2016

Peneliti Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu

Nita Rahayu, SKM, M.Sc dr. Hijaz Nuhung, M.Sc


NIP 197812062002122003 NIP 196708012000121005

Mengetahui,

Ketua Panitia Pembina Ilmiah Kepala Puslitbang


Upaya Kesehatan Masyarakat

Sri Iriyanti, SKM, M.Phil.Ph.D Drg.Agus Suprapto


NIP 195804121981022001 NIP 196408131991011001

xiii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Laporan Akhir Penelitian “Efektivitas Aplikasi Kelambu
Berinsektisida (Long Lasting Insecticide net) dalam Program Pengendalian vector
daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan”
ini dapat diselesaikan.
Data dan informasi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi pemangku Program Kesehatan terkait kebijakan dan pengendalian Malaria di
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimatan Selatan.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini terutama kepada instansi
terkait dalam penelitian ini dan sumber pembiayaan penelitian dibebankan pada
anggaran DIPA Balai Litbang Tahun anggaran 2016.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi
materi maupun analisis serta pembahasannya, untuk itu saran dari semua pihak akan
menjadi masukan yang berharga bagi kami sebagai perbaikan ke depan.
Akhirnya kami berharap laporan akhir penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
semua pihak terkait .

xiv
RINGKASAN PENELITIAN

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama


di luar Pulau Jawa dan Bali. Besar angka kasus baru malaria tahun 2009-
2010 di luar Jawa-Bali adalah 45,2‰ atau hampir 6 kali angka kasus baru
malaria di kawasan Jawa-Bali (7,6‰). Kondisi ini disebabkan karena
adanya vektor yang dapat menularkan malaria dan resistensi obat serta
insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor. Oleh karena itu,
malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi sasaran
prioritas komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs).
Eliminasi malaria di Indonesia dimulai sejak tahun 2004. Berbagai upaya
aplikasi pengendalian malaria dilakukan di berbagai daerah. Upaya
tersebut antara lain kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko,
penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor Residual Spray),
larvasida, surveillan penderita dan pengobatan yang tepat dengan
Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) serta pengobatan
pencegahan pada ibu hamil. Upaya ini dilaksanakan dengan berbagai
sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah seperti The
Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria(GFATM)(Badan
Litbangkes, 2010).
Global Fund pada tahun 2009 membagikan kelambu
berinsektisida ke 16 provinsi salah satunya termasuk Kalimantan selatan.
Penggunaan kelambu berinsektisida pada balita merupakan salah satu
indikator malaria dalam MDGs. Cakupan kelambu di Indonesia
merupakan 3 terendah di Negara SEARO(Laihad dkk., 2011). Pemakaian
kelambu berinsektisida dilaporkan dapat menurunkan prevalensi malaria
dan parasitemia pada balita di daerah endemis(Sharma et al., 2009).
Efektivitas kelambu berinsektisida yang dipercaya dapat
menurunkan prevalensi malaria dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dalam penggunaannya, seperti cara memasang dan mencuci kelambu.
Perilaku masyarakat ini dapat berbeda di setiap wilayah sehubungan

xv
dengan budaya, kultur dan suku/etnis (faktor predisposisi)(Notoatmodjo,
2003).
Cara pemakaian dan pencucian kelambu yang tidak tepat dapat
menurunkan kadar insektisida di dalamnya, selain kurang efektif dalam
mengendalikan nyamuk vektor, juga dapat menimbulkan resistensi
nyamuk terhadap jenis bahan aktif insektisida dalam kelambu.
Blum (1974) menyatakan bahwa faktor yang memiliki pengaruh
paling besar terhadap kejadian malaria selain faktor perilaku adalah faktor
lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kondisi yang berkaitan dengan
keberadaan vektor yang menularkan malaria serta bagaimana perilakunya.
Oleh karena itu perlu diketahui efektivitas pemakaian kelambu
berinsektisida terhadap nyamuk vektor malaria.
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Jumlah
kasus malaria sangat berfluktuasi serta ada kecenderungan meningkat
setiap tahun. Program pengendalian dengan pembagian kelambu
berinsektisida telah dilaksanakan oleh Dinkes setempat dengan bantuan
GF. Akan tetapi efektivitas penggunaan kelambu berinsektisida oleh
masyarakat di daerah endemis malaria belum diketahui. Oleh karena itu,
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas
aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian
vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi
kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor
daerah endemis malaria di Propinsi Kalimantan Selatan
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten endemis malaria di
Provinsi Kalimantan Selatan, selama 9 bulan dari bulan Maret s/d
November 2016, penelitian ini menggunakan pendekatan desain potong
lintang (cross sectional). Populasi target ádalah seluruh penduduk yang
mendapat pembagian kelambu berinsektisida di wilayah endemis malaria
di Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi kalimantan Selatan sebagai sampel
penelitian. Sampel adalah responden yang mendapat pembagian kelambu
berinsektisida dan mempunyai data lengkap yaitu berhasil diwawancarai
dan bersedia diambil darahnya untuk diperiksa parasit malaria. Dengan

xvi
kriteria inklusi :penduduk berumur 15-50 tahun, tidak sedang
hamil/menyusui, bersedia berpartisipasi dalam persyaratan umum yang
harus dipenuhi oleh subjek penelitian agar dapat diikutsertakan dalam
penelitian sehingga termasuk dalam kriteria pemilihan.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah perilaku penggunaan
kelambu berinsektisida termasuk penerimaan dan kemandirian
masyarakat. Variabel terikat penelitian adalah hasil bioassay test
kelambu, jumlah kasus malaria di wilayah kerja Kecamatan Mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan.
Metode análisis data menggunakan análisis univariat yang
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat yaitu
metode statistik yang digunakan menganalisis dengan uji Chi-square
untuk mengetahui hubungan yang signifikan dan faktor yang
berkonstribusi terhadap penyebab.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil MBS di
Desa Mentewe dengan jumlah 100 sampel, didapatkan hasil positif
malaria sebanyak 7 sampel (7%) dengan jenis plasmodium vivax sebanyak 2
sampel (2%) dan 5 (5%) plasmodium falciparum.Hasil perilaku pemakaian
kelambu berinsektisida dari 100 responden diwawancarai menunjukkan
bahwa perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu berinsektisida
(LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat, sebagian
besar (53%) responden menerima dan menggunakan dan kurang dari
setengahnya (47 %) menerima dan tidak digunakan, dan hasil uji bio
essay sebanyak 20 kelambu terdiri dari kelambu merek oliset sebanyak
10 buah dan kelambu permanent 10 buah dan kelambu control 2 buah
menunjukkan bahwa hanya 5 kelambu (merek olyset 3 kelambu dan 2
permanent) yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan
kematian 82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu lainnya menunjukkan
tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An. Acunitus koloni
laboratorium.
Kesimpulan bahwa hasil MBS menunjukkan terjadi penurunan
kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada
masyarakat dari 100 responden positif 7 responden , SPR 7 %. Kelambu

xvii
olyset masih efektif setelah digunakan selama 4 tahun dari tahun 2012,
sedangkan kelambu berisektisida permanent masih efektif setelah
digunakan selama 3 tahun dari tahun 2013. Sesuai dengan pernyataan
Subdit malaria Dirjen PP&PL Depkes 2007 bahwa efektifitas kelambu
berinsektisida bisa bertahan sampai 5 tahun pemakaian. Rekomendasi,
kepada para pekerja hutan untuk tetap memakai kelambu berinsektisida
yang telah dibagikan pada saat tidur malam hari, dan memakai repellent
untuk menghindar gigitan nyamuk anopheles serta mengkonsumsi obat
propilaksis pada saat turun ke lapangan/ hutan untuk bekerja.

xviii
ABSTRAK

Berbagai upaya penanggulangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk telah banyak
dilakukan, satu diantaranya adalah penggunaan kelambu berinsektisida. Kelambu
berinsektisida adalah kelambu yang dilapisi anti nyamuk dan tidak berbahaya bagi
kesehatan, menurut WHO anti nyamuk tersebut tidak meracuni manusia dan
dinyatakan aman untuk dipakai. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas
aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor daerah
endemis malaria di Kalimantan Selatan.
Metode penelitian ini adalah analitik menggunakan pendekatan desain potong
lintang. Jenis penelitian adalah kuantitatif dan quasi eksperimen melalui uji kontak
nyamuk Anopheles dan kelambu berinsektisida dilakukan uji di Laboratorium
B2P2VRP Salatiga. Populasi adalah seluruh penduduk mendapatkan pembagian
kelambu berinsektisida di Desa Mentewe, sedangkan sampel penelitian adalah
penduduk yang bersedia diambil darahnya,diwawancarai mewakili sebagai kasus
maupun kontrol, mendapat pembagian kelambu berinsektisida (merek olyset tahun
2012 maupun permanent tahun 2013). Penentuan sampel (perilaku pemakaian
kelambu berinsektisida dan Mass Blood Survei) sebanyak 100 responden
menggunakan purposive sampling dengan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil MBS di Desa Mentewe dengan jumlah 100 sampel, didapatkan hasil positif
malaria sebanyak 7 sampel (7%) dengan jenis plasmodium vivax sebanyak 2 sampel (2%)
dan 5 (5%) plasmodium falciparum, hasil perilaku pemakaian kelambu berinsektisida
menunjukkan bahwa sebagian besar (53%) responden menerima dan menggunakan
kelambu berinsektisida saat tidur dan kurang dari setengahnya (47 %) menerima dan
tidak digunakan. Hasil uji bio essay sebanyak 20 kelambu terdiri dari kelambu merek
oliset sebanyak 10 buah dan kelambu permanent 10 buah dan kelambu control 2
buah menunjukkan bahwa hanya 5 kelambu (merek olyset 3 kelambu dan 2
permanent) yg masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian
82,67- 100 %, sedangkan 15 kelambu lainnya menunjukkan tidak lagi efektif untuk
membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium.
Kesimpulan bahwa hasil MBS menunjukkan terjadi penurunan kasus malaria setelah
pemakaian kelambu berinsektisida (LLIN) pada masyarakat dari 100 responden
positif 7 responden , SPR 7 %. Kelambu olyset masih efektif setelah digunakan
selama 4 tahun dari tahun 2012, sedangkan kelambu berisektisida permanent masih
efektif setelah digunakan selama 3 tahun dari tahun 2013. Sesuai dengan pernyataan
Subdit malaria Dirjen PP&PL Depkes 2007 bahwa efektifitas kelambu berinsektisida
bisa bertahan sampai 5 tahun pemakaian. Rekomendasi, kepada para pekerja hutan
untuk tetap memakai kelambu berinsektisida yang telah dibagikan pada saat tidur
malam hari, dan memakai repellent untuk menghindar gigitan nyamuk anopheles
serta mengkonsumsi obat propilaksis pada saat turun ke lapangan/ hutan untuk
bekerja.

Kata kunci : Efektifitas, kelambu berinsektisida, Anopheles

xix
ABSTRACT

Various efforts to control mosquito-borne diseases have been done, one of which is the use
of insecticide-treated nets. Insecticide-treated nets are mosquito nets coated with anti-
mosquito and is not harmful to health, according to WHO anti mosquito does not poison
people and declared safe to use. The study aims to determine the effectiveness of the
application of insecticide-treated nets (LLIN) in vector control programs in malaria endemic
areas of South Kalimantan.
This research method is analytic using cross sectional design approach. This type of
research is quantitative and quasi-experimental through contact testing of the Anopheles
mosquito and insecticide-treated nets to test in the laboratory B2P2VRP Salatiga. The
population is the entire population distribution of insecticide-treated nets to get at the
Village Mentewe, while the sample is a population that is willing to have blood drawn,
interviewed represented as cases and controls, the division received insecticide-treated nets
(brand olyset in 2012 and permanently in 2013). Determination of the sample (usage
behavior insecticide-treated nets and Mass Blood Survey) of 100 respondents using
purposive sampling to meet the inclusion and exclusion criteria.
Results of MBS in the village Mentewe with 100 samples, showed positive malaria as much
as 7 samples (7%) with the type of plasmodium vivax as much as 2 samples (2%) and 5 (5%)
of plasmodium falciparum, the result of the behavior of the use of insecticide-treated nets
showed that most (53%) of respondents receive and use insecticide-treated nets while
sleeping, and less than half (47%) received and not used. Bio essay test results as much as
20 nets consist of netting brand oliset as many as 10 pieces and 10 pieces of mosquito nets
and mosquito nets permanent control 2 pieces shows that only 5 mosquito net (brand olyset 3
mosquito nets and 2 permanent) that they effectively kill mosquitoes An. Aconitus, with the
death of 82,67- 100%, while netting 15 more shows are no longer effective to kill mosquitoes
An. Acunitus laboratory colony.
MBS conclusion that the results show a decline in malaria cases after the use of insecticide-
treated nets (LLIN) in the community of 100 respondents positively 7 respondents, SPR 7%.
Valance olyset still effective after using it for 4 years from 2012, while still effective
permanent berisektisida netting after being used for three years from 2013. In accordance
with the statement of malaria Subdit Malaria Director General PP & PL 2007, that the
effectiveness of insecticide-treated nets can last up to 5 years of use. Recommendations to
the forest workers to continue applying the insecticide-treated nets have been distributed
during nighttime sleep, and wear repellent to avoid mosquito Anopheles and prophylactic
drugs on the way down to the field / woods to work.

Keywords: Effectiveness, insecticide-treated nets, Anopheles

xx
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ ii

SUSUNAN TIM PENELITI ...................................................................................................iii

SK ............................................................................................................. v
PERSETUJUAN ETIK............................................................................................................ xi

PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG ............................................................................xiii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... xiv

RINGKASAN PENELITIAN ................................................................................................ xv

ABSTRAK............................................................................................................................. xix

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xxv

1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 22

1.1 Masalah Penelitian .................................................................................................. 22


1.2 Topik Penelitian ...................................................................................................... 23
1.3 Pertanyaan Penelitian.............................................................................................. 24
1.4 Pertimbangan Fokus Penelitian .............................................................................. 24
1.5 Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 24
1.6 Tujuan dan Manfaat ................................................................................................ 40
2 METODE........................................................................................................................ 41

2.1 Kerangka Teori ....................................................................................................... 41


2.2 Kerangka Konsep.................................................................................................... 42
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................. 42
2.4 Jenis Penelitian dan desain ..................................................................................... 43
2.5 Desain Penelitian .................................................................................................... 43
2.6 Populasi dan Sampel ............................................................................................... 43
2.7 Estimasi Besar Sampel ........................................................................................... 43
2.8 Cara Penarikan Sampel ........................................................................................... 44
2.9 Variabel .................................................................................................................. 45
2.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 45
2.11 Bahan dan Prosedur Kerja ...................................................................................... 55
2.12 Manajemen dan Analisis Data ................................................................................ 57

xxi
2.13 Definisi Operasional ............................................................................................... 58
3 HASIL ............................................................................................................................ 61

3.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ...................................................................... 61


3.2 Hasil Penilaian Efektifitas Penggunaan Kelambu Berinsektisida oleh Masyarakat
66
3.3 Gambaran Aspek Parasitologi ................................................................................ 67
3.4 Gambaran Aspek Entomologi ................................................................................. 68
3.5 Gambaran Aspek Perilaku Masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida
73
4 PEMBAHASAN ............................................................................................................. 78

5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 81

5.1 Kesimpulan : ........................................................................................................... 81


5.2 Saran : ..................................................................................................................... 81
6 UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................................... 81

7 DAFTAR KEPUSTAKAAN .......................................................................................... 82

8 LAMPIRAN ................................................................................................................... 83

PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG ........................................................................... 101

xxii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1-1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin ........................ 62


Tabel 3.5-1 Perilaku masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida diwilyah
kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe ...................................................... 75
Tabel 3.5-2 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida
dengan kejadian malaria ............................................................................................ 76
Tabel 3.5-3 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida
dengan kejadian Malaria ............................................................................................ 76
Tabel 3.5-4 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida
dengan kejadian Malaria ............................................................................................ 77

xxiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1-1. Peta Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu 61


Gambar 3.1-2 Kepadatan Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan Tahun 201063
Gambar 3.1-3 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan 63
Gambar 3.1-4 Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015 64
Gambar 3.1-5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada periode
Tahun 2000-2010 65
Gambar 3.3-1 Mass Blood Survey dengan SDJ di Desa mentewe Wilayah Kerja
Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe 67
Gambar 3.3-2 Mass Blood Survey dengan RDT di Desa mentewe Wilayah Kerja
Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe 68
Gambar 3.4-1 Hasil Pencidukan Larva di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas
mentewe Kecamatan mentewe 70
Gambar 3.4-2 Hasil Pencidukan Larva di di Desa mentewe Wilayah Kerja Puskesmas
mentewe Kecamatan mentewe 70

xxiv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal.

L-1 Realisasi Anggaran 68


L-2 Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subjek 69
L-3 Persetujuan setelah penjelasan 70
L-4 Kuesioner malaria 71
L-5 Jadwal kegiatan penelitian 77
L-6 Rincian Rencana Anggaran 78
L-7 Rekapitulasi biaya per triwulan 81
L-8 Biodata ketua pelaksana 82
L-9 Foto- foto kegiatan 85

xxv
1. PENDAHULUAN
1.1 Masalah Penelitian
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia,
terutama di luar Pulau Jawa dan Bali. Besar angka kasus baru malaria
tahun 2009-2010 di luar Jawa-Bali adalah 45,2‰ atau hampir 6 kali
angka kasus baru malaria di kawasan Jawa-Bali (7,6‰). Kondisi ini
disebabkan karena adanya vektor yang dapat menularkan malaria dan
resistensi obat serta insektisida yang digunakan dalam pengendalian
vektor. Oleh karena itu, malaria merupakan salah satu penyakit
menular yang menjadi sasaran prioritas komitmen global dalam
Millenium Development Goals (MDGs). Eliminasi malaria di
Indonesia dimulai sejak tahun 2004. Berbagai upaya aplikasi
pengendalian malaria dilakukan di berbagai daerah. Upaya tersebut
antara lain kelambu berinsektisida untuk penduduk berisiko,
penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor Residual Spray),
larvasida, surveillan penderita dan pengobatan yang tepat dengan
Artemisinin-based Combination Therapy (ACT) serta pengobatan
pencegahan pada ibu hamil. Upaya ini dilaksanakan dengan berbagai
sumber dana, baik dari pemerintah maupun non pemerintah seperti
The Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and
Malaria(GFATM)(Badan Litbangkes, 2010).
Global Fund pada tahun 2009 membagikan kelambu
berinsektisida ke 16 provinsi. Penggunaan kelambu berinsektisida
pada balita merupakan salah satu indikator malaria dalam MDGs.
Cakupan kelambu di Indonesia merupakan 3 terendah di Negara
SEARO(Laihad dkk., 2011). Pemakaian kelambu berinsektisida
dilaporkan dapat menurunkan prevalensi malaria dan parasitemia pada
balita di daerah endemis(Sharma et al., 2009).
Efektivitas kelambu berinsektisida yang dipercaya dapat
menurunkan prevalensi malaria dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dalam penggunaannya, seperti cara memasang dan mencuci kelambu.
Perilaku masyarakat ini dapat berbeda di setiap wilayah sehubungan

22
dengan budaya, kultur dan suku/etnis (faktor
predisposisi)(Notoatmodjo, 2003).
Tiap jenis (merk) kelambu mungkin memiliki aturan mencuci
yang berbeda. Kelambu berinsektisida yang beredar di pasaran adalah
Permanet®(deltametrin), Olyset®(permetrin), Interceptor®(α-
sipermetrin) dan NetProtect®(deltametrin).SumitomoChemical
Company, Jepang merekomendasikan bahwa Olyset® memerlukan
perlakuan pemanasan (heat assisted regeneration)setelah pencucian,
yaitu membungkus kelambu dengan kantung plastik dan menjemurnya
di bawah terik matahari untuk meningkatkan kembali aktivitas
biologik insektisida yang terkandung didalamnya (Sudarnika dkk.,
2008). Kelambu berinsektisida dapat dipakai hingga 3-4 tahun
(polyester) dan 4-5 tahun (polyethylene). Cara pemakaian dan
pencucian kelambu yang tidak tepat dapat menurunkan kadar
insektisida di dalamnya, selain kurang efektif dalam mengendalikan
nyamuk vektor, juga dapat menimbulkan resistensi nyamuk terhadap
jenis bahan aktif insektisida dalam kelambu.
Blum (1974) menyatakan bahwa faktor yang memiliki
pengaruh paling besar terhadap kejadian malaria selain faktor perilaku
adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan meliputi kondisi yang
berkaitan dengan keberadaan vektor yang menularkan malaria serta
bagaimana perilakunya. Oleh karena itu perlu diketahui efektivitas
pemakaian kelambu berinsektisida terhadap nyamuk vektor malaria.

1.2 Topik Penelitian


Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Jumlah kasus malaria sangat berfluktuasi serta ada kecenderungan
meningkat setiap tahun. Program pengendalian dengan pembagian
kelambu berinsektisida telah dilaksanakan oleh Dinkes setempat
dengan bantuan GF. Akan tetapi efektivitaspenggunaan kelambu
berinsektisida oleh masyarakat di daerah endemis malariabelum
diketahui. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida
23
(LLIN)dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di
Kalimantan Selatan.”
1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Menganalisis perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu


berinsektisida (LLIN)?
2. Apakah kelambu berinsektisida (LLIN ) masih efektif setelah pemakaian
oleh masyarakat?
3. Apakah terjadi penurunan kasus malaria setelah pemakaian kelambu
berinsektisida (LLIN) pada masyarakat ?.

1.4 Pertimbangan Fokus Penelitian

Mengetahui efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN) dalam


program pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan
Selatan.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria

1.5.1.1. Pengertian Malaria

Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang


disebabkan oleh plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren,
menggigil, berkeringat, kelemahan, anemia dan hepatosplenomegali.
(Rempengan, 2010).
Malaria (berasal dari bahasa Italia: mala = buruk, aria = udara)
adalah penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu
(Anopheles). Berbeda dengan nyamuk biasa (culex), nyamuk ini
khususnya menyengat pada malam hari dengan posisi yang khas, yakni
nagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 °. (Tan Hoan,
2007)

24
1.5.1.2. Penyebab Malaria
Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium, pada
manusia Plasmodium terdiri dari empat spesies, yaitu Plasmodium
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
ovale. Plasmodium Falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan
dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies Plasmodium terdapat di
Indonesia, yaitu P.Falciparum yang menyebabkan malaria tropika, P.vivax
yang menyebabkan malaria tertiana, P.malariae yang menyebabkan
malaria quartana dan P. ovale yang menyebabkan malaria ovale.
Seorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium yang
dikenal sebagai infeksi campuran atau majemuk (mixed infection). Pada
umumnya, paling banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran
antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax atau Plasmodium
malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus,
meskipun hal ini jarang sekali terjadi. (Rampengan, 2010)
Siklus hidup parasit malaria, untuk kelangsungan hidupnya,
parasite malaria memerlukan dua macam siklus kehidupan, yaitu siklus
dalam tubuh manusia dan siklus dalam tubuh nyamuk.
a. Siklus Aseksual Dalam Tubuh Manusia
1) Siklus di luar sel darah merah
Siklus di luar sel darah merah atau eksoeritrositer ini
berlangsung dalam hati. Pada Plasmodium Vivax dan Plasmodium
ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam sel hati yang
disebut hipnosit. Hipnosit ini merupakan suatu fase dari siklus hidup
parasite yang nantinya dapat menyebabkan kumat/kambuh atau
rekurensi (long term relapse). Plasmodium Vivax dapat kambuh
berkali-kali bahkan sampai jangka waktu 3-4 tahun. Sedangkan untuk
Plasmodium ovale dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila
pegobatannya tidak dilakukan dengan baik.
2) Siklus dalam sel darah merah
Siklus hidup dalam sel darah merah/eritroser terbagi dalam :
a) Siklus sisigoni yang menimbulkan demam.

25
b) Siklus gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi
sumber penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kumat pada
Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse),
karena siklus di dalam sel darah merah masih berlangsung sebagai
akibat pengobatan yang tidak teratur.

b. Siklus Seksual Dalam Tubuh Nyamuk


Siklus seksual ini biasa juga disebut siklus sporogoni karena
menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk
ditularkan oleh nyamuk kepada manusia. Lama dan masa berlangsungnya
siklus ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh
suhu dan kelembaban udara.

1.5.1.3. Epidemiologi Malaria


Epidemiologi malaria mempelajari penyebaran penyakit malaria
dan faktor-faktor malaria, ditemukan pada 64 ° LU dan 32 ° LS, dari
daerah rendah 400 meter dibawah permukaan laut dan 2.600 meter diatas
permukaan laut. Dalam epidemiologi selalu ada tiga faktor yang perlu
diselidiki yaitu Host (umumnya manusia), Agent (penyebab penyakit) dan
Environment (lingkungan). Manusia disebut sebagai host intermediate
dimana siklus aseksual parasit malaria terjadi dan nyamuk malaria disebut
host definitive dimana siklus seksual parasit malaria berlagsung.
a. Host (pejamu)
1). Manusia (Host intermediate)
Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh Agent atau
penyakit dan merupakan tempat berkembangbiaknya Agent ( parasit
Plasmodium). Bagi Host (pejamu) ada beberapa faktor intrinsic yang
dapat mempengaruhi kerentanan Host terhadap Agent. Faktor-faktor
tersebut antara lain : usia, jenis kelamin, ras, social ekonomi, riwayat
penyakit sebelumnya, cara hidup, keturunan (hereditas) dan status gizi.

26
2). Nyamuk (Host definitive)
Nyamuk anopheles betina menggigit antara waktu senja dan
subuh, dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan spesiesnya.
Berdasarkan kebiasaan menggigit dan istirahat nyamuk Anopheles dapat
dikelompokan sebagai berikut :
- Endofil : Suka tinggal dirumah
- Eksofil : Suka tinggal diluar rumah
- Endofogi : Mengigit di dalam rumah / bangunan
- Eksofogi : Mengigit di luar rumah / bangunan
- Zoofili : Suka mengigit binatang
Jarak terbang nyamuk anopheles adalah terbatas, biasanya tidak
lebih dari 2 – 3 Km dari tempat perindukan. Bila ada angin yang kuat,
nyamuk anopheles bisa terbawa sampai 30 Km. Nyamuk Anopheles juga
dapat terbawa pesawat terbang atau kapal laut dan menyebarkan penyakit
malaria ke daerah non endemis.
b. Agent (Penyebab penyakit)
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen
hidup atau tidak hidup dimana dalam kehadirannya bila diikuti dengan
kontak yang efektif dengan manusia yang rentan akan menjadi stimulasi
untuk memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent penyebab
penyakit malaria termasuk agent biologis yaitu protozoa.
c. Environment
1) Lingkungan Fisik
a) Suhu
Makin tinggi suhu udara semakin pendek masa inkubasi intrinsic,
dan sebaliknya semakin rendah suhu semakin panjang masa inkubasi
intrinsic dan akan mati pada suhu kurang dari 15 ºC, dimana pengaruh
suhu berbeda bagi setiap species.
b) Kelembaban
Kelembapan yang rendah memperpendek umur nyamuk serta
mempengaruhi kecepatan berkembang biak, kebiasan menggit, serta
istirahat dari nyamuk.
c) Hujan

27
Terdapat hubungan antara hujan dan perkembangan larva nyamuk
menjadi bentuk dewasa. Besar kecilnya pengaruh tergantung jenis hujan,
derasnya hujan serta jenis tempat perindukan dari nyamuk.

d) Angin
Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan matahari terbenam
yang merupakan saat terbangnya nyamuk dalam rumah dan keluar
rumah, adalah salah satu factor yang menentukan jumlah kontak antara
manusia dan nyamuk.
e) Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari pada perubahan larva nyamuk berbeda-
beda misalnya anopheles hycarnus lebih senang tempat terbuka.
2) Lingkungan kimiawi
Lingkungan kimiawi yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar
garam dari tempat perindukan, sebagai contoh anopheles sundaicus tumbuh
dan berkembang dan baik pada air payau dengan kadar garam berkisar antara
12-18% dan tidak dapat berkembang biak pada kadar garam 40% ke atas.
3) Lingkungan Biologis
Tumbuhan bakau, lumut ganggang dan berbagai jenis tumbuhan lain
dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat menghalangi sinar
matahari yang masuk atau melindungi dari serangan makhluk lain. Adanya
berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan gambusia,
ikan mujair, akan mempengaruhi populasi nyamuk disuatu daerah, selain itu
adanya ternak besar seperti sapid an kerbau dapat mengurangi gigitan nyamuk
pada manusia, apabila kandang ternak tersebut diletakan di luar rumah.
4) Lingkungan Sosial
Faktor lingkungan sosial kadang-kadang besar sekali pengaruhnya
disbanding dengan faktor lingkungan yang lain, seperti adanya kebiasaan
untuk berada di luar rumah sampai larut malam.
1.5.1.4. Manifestasi Klinis Penyakit Malaria
Malaria sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium
mempunyai gejala utama demam. Diduga terjadinya demam berhubungan
dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Akhir-akhir ini demam

28
dihubungkan dengan pengaruh GPI ( glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin dan atau toksin lain. Pada beberapa penderita demam
tidak terjadi seperti di daerah hiperendemik, banyak orang dengan parasitemia
tanpa gejala. Gambaran karakteristik malaria ialah demam periodik , anemia
dan splenomegali. Berat ringan manifestasi malaria bergantung pada jenis
plasmodium yang menyebabkan infeksi sebagai berikut :
1. Plasmodium vivax merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/vivaks dengan demam tiap hari ke- 3.
2. Plasmodium falciparum, menimbulkan banyak komplikasi dan
mempunyai perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan
pengobatan dan menyebabkan malaria tropika / falciparum dengan demam tiap
24-48 jam.
3. Plasmodium malariae, jarang dan dapat menimbulkan banyak komplikasi
dan memnyebabkan malaria quartana / malariae dengan demam tiap hari ke
empat.
4. Plasmodium ovale, dijumpai di daerah afrika dan pasifik barat. Di
Indonesia dijumpai di Irian dan Nusa tenggara, memberikan infeksi yang
paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan
malaria ovale.
5. Plasmodium knowlesi, dilaporkan pertama kali pada tahun 2004, di
daerah Serawak, Malaysia, juga ditemukan di Singapore, Thailand, Myanmar
serta Filipina. Bentuk plasmodium menyerupai Plasmodium malariae sehingga
sering dilaporkan sebagai malaria malariae.
1.5.1.5. Manifestasi umum malaria
a. Masa inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap plasmodium. Plasmodium vivax
sub-spesies Plasmodium vivax multinucleatum (Cheson Strain), sering
dijumpai di Cina tengah, mempunyai masa inkubasi yang lebih panjang, 312-
323 hari dan sering relaps setelah infeksi primer. Masa inkubasi pada inokulasi
darah lebih pendek daripada infeksi sporozoit. Suntikan subkutan memberikan
masa inkubasi lebih panjang dibandingkan intra-muskular dan masa inkubasi
pada suntikan intravena paling pendek. Pada strain di daerah dingin inkubasi
lebih panjang. Inkubasi terpendek pernah dilaporkan di Afrika, yaitu tiga hari.

29
b. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam. Keluhan
antara lain lesu, malaise, sakit kepala, sakit tulang belakang (punggung), nyeri
pada tulang atau otot, anoreksia, perut tak enak , diare ringan dan kadang-
kadang merasa dingin dipunggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada
Plasmodium vivax dan ovale, sedangkan pada Plasmodium falciparum dan
Plasmodium malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat
mendadak.
c. Gejala-gejala umum
Gejala klasik berupa “ Trias Malaria “ (Malaria paroxysm) secara berurutan.
1) Periode dingin
Mulai mengigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus
diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh sering
bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur.
2) Periode Panas
Muka mereh, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas tubuh tetap
tinggi, sampai 4 C atau lebih, penederita membuka selimutn a, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retro – orbital, muntah-muntah, dapat terjadi
syok (tekanan darah turun), dapat delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat
Penderita berkeringat, mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai
basah, temperatu turun, penedrita merasa kelelahan dan sering tertidur. Jika
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
(Harijanto, 2010)
1.5.1.6. Cara penularan
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium
melalui gigitan nyamuk betina Anhopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari
satu daerah ke daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anhopheles
yang dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat

30
juga terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual melalui transfusi darah,
suntikan atau melalui plasenta.
Malaria dapat ditularkan melalui dua cara, yaitu cara alamiah dan bukan
alamiah.
a. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk
anopheles. Nyamuk mengigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut
terhisap bersama darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit
akan berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit
orang sehat, maka melalui gigitan tersebut parasit ditularka ke orang lain.
b. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu :
1) Malaria bawaan (congenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar
plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi
yang dikandungnya. Selain melalui plasenta , penularan terjadi melalui
tali pusat.
2) Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para
pecandu obat bius yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer
karena tidak melalui sporozoit yang memerluka siklus hati sehingga
dapat diobati dengan mudah.
3) Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium
gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet
(Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi
manusia.
1.5.1.7. Diagnosa Malaria
Diagnosa malaria dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium
(mikroskopis, tes diagnosis cepat) dan tanpa pemeriksaan laboratorium. Sampai
saat ini diagnosis pasti malaria berdasarkan ditemukannya parasit dalam sediaan
darah secara mikroskopik. Pada daerah yang tidak tersedia fasilitas dan tenaga
kesehatan untuk pemeriksaan laboratorium, maka diagnosis tanpa pemeriksaan
laboratorium dapat dilakukan. Kasus malaria yang didiagnosis hanya berdasarkan
gejala dan tanda klinis disebut kasus tersangka malaria atau malaria klinis
(Depkes RI, 2003).

31
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/Lapangan/Rumah sakit untuk menentukan :
1. Ada tidaknya parasit malaria (Positif/negatif)
2. Spesies dan stadium plasmodium
3. Kepadatan parasit malaria
Pada pemeriksaan sediaan darah untuk penderita tersangka malaria berat
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu :
1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa
ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut-turut.
2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-
turut tidak ditemukan parasit maka diagnosis malaria disingkirkan (Depkes
RI, 2003).
Mekanisme kerja tes diagnostik berdasarkan deteksi antigen parasit
malaria, dengan menggunakan metode imunikromatografi, dalam bentuk dipstik.
Tes ini digunakan sebagai alternatif pemeriksaan mikroskopik malaria. Tes
tersebut digunakan untuk skrining tersangka penderita malaria berat di unit gawat
darurat, kejadian luar biasa, daerah terpencil dan pada waktu dilakukan dinamika
penularan untuk memperoleh hasil yang cepat. Disamping itu pemeriksaan
dengan mikroskopik tetap harus dilakukan untuk penilaian tindak lanjut
pengobatan (follow up).
1.5.1.8. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pengobatan
pencegahan jika obat diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif jika
diberikan untuk mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk
pengobatan infeksi yang sudah terjadi, terdiri dari serangan akut dan radikal, dan
pengobatan untuk mencegah transmisi atau penularan jika obat digunakan
terhadap gametosit dalam darah. Sedangkan dalam program pemberantasan
malaria (menurut tujuan) dikenal 3 cara pengobatan yaitu pengobatan presumtif
dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis
malaria dan mencegah penyebaran, pengobatan radikakal diberikan untuk malaria
yang menimbulkan relaps jangka panjang, dan pengobatan massal yang
digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara teratur. Saat
ini pengobatan massal hanya diberikan saat terjadi wabah.

32
Malaria tanpa komplikasi
Malaria tanpa komplikasi dapat diberikan obat anti malaria dengan rawat
jalan. Berdasarkan hasil penelitian, resistensi malaria vivaks terhadap klorokuin
ditemukan sangat tinggi di berbagai daerah di Indonesia sehingga Departemen
Kesehatan RI merekomendasikan pengobatan malaria vivaks sama dengan
malaria falciparum, yaitu dengan menggunakan kombinasi anti malaria yang
mengandung derivat artemisinin (Artemisinin based combination therapy-ACT).
Untuk daerah yang sudah ada resistensi terhadap obat malaria yang biasa
digunakan, saat ini WHO telah merekomendasikan penggunaan kombinasi anti
malaria terutama yang mengandung artemisinin. Obat-obat anti malaria
kombinasi yang direkomendasikan oleh WHO, antara lain:
a. Artemeter/lumefantrin (Co-artem)diberikan dengan dosis artemeter 2 mg/kg
BB 2 kali sehari selama 3 haridan lumefantrin 12 mg/kg BB 2 kali sehari
selama 3 hari. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet kombinasi 20 mg
artemeter + 120 mg lumefantrin.
b. Artesunat + amodikuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3
hari dan amodikuin dosis standar 25 mg basa/kg BB selama 3 hari. Obat ini
tersedia dalam bentuk tablet terpisah artesunat 50mg/tablet dan amodikuin
basa 153 mg/tablet.
c. Artesunat + meflokuin, dengan dosis artesunat 4mg/kg BB/hari selama 3
hari dan meflokuin basa 15-25 mg/kg BB dosis tunggal atau dibagi dalam
dosis 2 – 3 kali.
d. Artesunat + sulfadoksin – pirimetamin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg
BB/hari selama 3 hari dan sulfadoksin – perimetamin 25 mg/kg BB dosis
tunggal.
e. Dihidroartemisinin + piperakuin, dengan dosis dehidroartemisinin 6,4
mg/kg BB dan piperakuin 51,2 mg/kg BB dosis tunggal selama 3 hari.
f. Artesunat + klorokuin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3
hari dan klorokuin basa dosis standar 25 mg/kg BB selama 3 hari.
g. Artesunat + atovokuon – proguanil (Malaron) tablet film coated untuk anak
dosis dari artesunat 4 mg/kg BB/hari dan 62,5 mg atovakuon dan 25 mg
proguanil.

33
h. Artesunat + kloproguanil – dapson (Lapdop), dengan dosis artesunat 4
mg/kg BB/hari selama 3 hari dan kloroproguanil – dapson.
i. Artemisinin + piperakuin, dengan dosis artemisisnin 20 mg/kg BB 2 kali
sehari pada hari pertama, selanjutnya 1 kali sehari pada hari kedua dan
ketiga, dan piperakuin 51,2 mg/kg BB dosis tunggal selama 3 hari.
j. Artesunat + pironaridin, dengan dosis artesunat 4 mg/kg BB/hari selama 3
hari dan pironaridin.
k. Naftokuin + dehidroartemisinin, terdiri dari nafttokuin dan
dihidroartemisinin 6,4 mg/kg BB selama 3 hari.
Untuk daerah yang belum ada resistensi terhadap obat malaria yang biasa
digunakan atau obat-obat tersebut di atas belum tersedia, pengobatan malaria
adalah:
a. Klorokuin dosis standar (25 mg basa/kg BB) untuk 3 hari dan sulfadoksin
pirimetamin dosis tunggal (25 mg/1,25 mg/kg BB).
b. Sulfadoksin/pirimetamin dosis tunggal dan kina (10 mg garam/kg
BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari.
c. Amodikuin dosis standar (25 mg/kg BB untuk 3 hari) dan sulfadoksin dosis
tunggal.
d. Kombinasi klorokuin dosis standar dan primakuin dosis harian tunggal
0,75 mg basa/kg BB tunggal untuk malaria falciparum atau 0,25 mg
basa/kg BB/hari selama 14 hari.
e. Klorokuin dosis standar dan doksisiklin (2 mg/kg BB/dosis) 2 kali sehari
selama 7 hari.
f. Kina (10 mg garam/kg BB/ dosis) 3 kali sehari selama 7 hari dan dosisiklin
(2 mg/kg BB/dosis) 2 kali sehari selama 7 hari.
g. Kina (10 mg gram/kg BB/dosis) 3 kali sehari selama 7 hari.

34
1.5.1.9. Pencegahan Malaria

Adapun beberapa upaya pencegahan yang dilakukan untuk menurunkan

angka kesakita yang meliputi :

a. Penggunaan Kelambu

Penggunaan kelambu merupakan salah satu cara menghindari

kontak gigitan nyamuk. Dengan adanya penggunaan kelambu pada waktu

tidur host akan terlindungi dari gigitan nyamuk.

b. Penggunaan Kawat Kasa

Rumah-rumah dilindungi dengan menggunakan kawat kasa pada

lubang-lubang angin. Hal ini dilakukan untuk mencegah nyamuk tidak

dapat masuk sama sekali ke dalam rumah.

c. Pemakaian Obat Anti Nyamuk

Pemakaian residu insektisida seperti DDT, benzene hexachloride

dengan formula dan dosis yang tepat yang disemprotkan di dinding bagian

rumah tinggal dan pada perrmukaan lain dimana vektor Anopheles sering

hinggap. Hal ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa.

d. Pengaturan Pakaian

Pengaturan atau penyimpanan pakaian adalah salah satu cara

keluarga untuk menghindari bertumpuknya pakaian yang ada di dalam

rumah. Kebiasaan mengatur atau menyimpan pakaian pada tempatnya

atau tidak disembarang tempat merupakan cara untuk mengindari dari

nyamuk dewasa yang mempunyai kebiasaan mencari tempat peristirahatan

sementara menunggu proses perkembangan telur.

35
1.5.2. Tinjauan Umum Tentang Kelambu Insektisida
Salah satu tindakan protektif terhadap nyamuk malaria yaitu

dengan menggunakan kelambu tidur dengan atau tanpa insektisida pada

saat tidur malam. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak

dulu kala. Sesuai persyaratan bahwa kelambu yang baik memiliki jumlah

lubang per sentimeter antara 6 – 8 dengan diameter 1,2 – 1,5 mm. Ada dua

jenis kelambu yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu kelambu yang

tidak menggunakan insektisida dan kelambu yang dicelup dengan

insektisida. (Lamaka dalam Izhar, 2010)

1. Jenis Kelambu

Menurut WHO (2007) , saat ini ada dua jenis kelambu berinsektisida, yaitu

(Depkes RI, 2009) :

a. Kelambu Berinsektisida Tahan Lama (KBTL) atau Longlasting Insectisidal

Nets adalah kelambu berinsektisida proses insektisida pada bahan kelambu

dilakukan dipabrik, melalui pencampuran pada serat benang (fiber) atau

pelapisan pada semi benang, atau pada kelambu yang sudah jadi dicelup

dengan bahan pencelup insektisida tahan lama. Ketiga macam kelambu

berinsektisida tersebut melalui uji standar WHO secara laboratorium masih

efektif setelah dicuci minimal 20 kali, dan uji lapangan efektifitasnya

minimal 3 tahun tanpa pencelupan ulang dengan insektisida. Bahan

pencelupan insektisida tahan lama (long lasting insekticidal treatment kits)

adalah satu paket bahan rang terdiri dari insektisida dan bahan perekat yang

dapat digunakan untuk mencelup kelambu biasa menjadi kelambu

berinsektisida tahan lama (KBTL).

36
b. Kelambu Berinsektisida Celup Ulang (KBCU) atau insecticide Treated Nets

(ITN) adalah kelabu biasa (tidak berinsektisida) yang dicelup dengan

insektisida sehingga efektif selama 6-12 bulan dengan pencucian kelambu

setiap 6 bulan. Agar tetap efektif terhadap vektor, kelambu tersebut setelah

dicuci harus dicelup ulang insektisida 6-12 bulan (tergantung jenis

insektisidanya).

Agar kelambu berinsektisida celup ulang yang digunakan berkualitas

dan aman bagi penduduk yang memakai, maka disarankan memenuhi

persyaratan teknis sebagai berikut :

1) Ukuran kelambu

Kelambu untuk keluarga (suami, isteri, dan 1 anak umur kurang dari 2

tahun).

 Panjang : 180 – 200 cm

 Lebar : 160 – 180 cm

 Tinggi : 150 – 180 cm

Kelambu untuk individu (misalnya TNI/Polri)

 Panjang : 180 – 200 cm

 Lebar : 79 – 80 cm

 Tinggi : 150 – 180 cm

2) Jenis bahan kelambu yang ada adalah katun, nilon, polyester dan

polyethylene.

3) Jumlah lubang (mesh) dihitung dengan 2 cara :

a. Dihitung jumlah lubang per inchi persegi (squere inch), minimal

terdapat 156 lubang dengan ukuran luas 1,2 – 2,0 min per lubang.

37
b. Dihitung jumlah lubang secara diagonal pada kelambu seluas i inchi

persegi, terdapat 25 – 26 lubang pada garis diagonal dan salah satu garis

datar, dengan menghitung dua kali terhadap lubang pada titik sudutnya.

4) Untuk kelambu biasa yang dijual di pasaran, ukuran, denier, jumlah

lubang, seperti pada KBTL.

5) Kelengkapan, mempunyai tali untuk menggantung pada ke empat sudut

(Depkes RI, 2009).

2. Cara Pemakaian

Agar kelambu berinsektisida dapat efektif mencegah gigitan nyamuk,

maka dalam pemakaian kelambu harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a) Kelambu berinsektisida yang baru saja dikeluarkan dari bungkus

plastiknya, sebelum dipakai sebaiknya diangin-anginkan dahulu ditempat

yang teduh dengan cara menggantungkan kelambu tersebut pada tali sampai

baunya hilang (selama sehari semalam).

b) Kelambu dipasang dengan mengikatkan ke empat tali kelambu pada

tiang tempat tidur atau pada paku di dinding. Pada saat tidur dalam kelambu,

seluruh ujung bawah kelambu dimasukkan (dilipat) dibawah kasur atau

tikar/matraks sehingga tidak ada kemungkinan nyamuk masuk ke dalam

kelambu.

c) Kelambu digunakan waktu tidur setiap malam sepanjang tahun, tidak

hanya pada saat nyamuk mengganggu atau dianggap tidak ada nyamuk.

d) Kelambu dirawat dengan baik agar tidak cepat robek, maka pada siang

hari kelambu diikat/digulung.

38
e) Jika kelambu berinsektisida sudah tidak efektif lagi, baik KBTL (setelah

3 tahun) atau KBCU (setelah 6-12 bulan) hubungi petugas puskesmas atau

kader setempat yang sudah terlatih, untuk dilakukan pencelupan ulang.

f) Jangan merokok atau menyalakan api di dalam atau dekat dengan

kelambu, karena kelambu mudah terbakar (Depkes RI, 2009).

39
1.6 TUJUAN DAN MANFAAT

1.6.1 Tujuan Penelitian

1.6.1.1 Tujuan Umum:

Mengetahui efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN)


dalam program pengendalian vektor daerah endemis malaria di
Kalimantan Selatan.

1.6.1.2 Tujuan Khusus:

1. Mengetahui perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu


berinsektisida (LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian
masyarakat.
2. Melakukan bioassay test kelambu berinsektisida (LLIN) setelah
pemakaian oleh masyarakat.
3. Menghitung jumlah kasus malaria setelah pemakaian kelambu
berinsektisida (LLIN) pada masyarakat dengan Mass Blood Survey
(MBS).

1.6.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:


1. Memberi masukan kepada pengelola program pengendalian vektor
malaria tentang efektivitas distribusi kelambu berinsektisida
(LLIN).
2. Penelitian efektivitas kelambu berinsektisida (LLIN) setelah
pemakaian masyarakat sangat mendukung penelitian resistensi
nyamuk vektor malaria di Indonesia.

40
2 METODE

2.1 Kerangka Teori


Secara epidemiologis, kejadian malaria ditentukan oleh adanya
interaksi antaraagen-pejamu-lingkungan yaitu adanya nyamuk yang menjadi
vector malaria, adanya manusia yang rentan terhadap infeksi malaria serta
keadaan lingkungan yang mendukung berkembang biaknya vektor, keadaan
iklim terutama suhu dan curah hujan dan kontak antara manusia dan vektor.
Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kerentanan pejamu terhadap
agent malaria diantaranya factor usia, jenis kelamin, ras, social
ekonomi,status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup,
keturunan, status gizi dan imunitas. Faktor risiko tersebut penting diketahui
karena akan mempengaruhi risiko terpapar oleh sumber penyakit malaria (3).
(8)
Menurut perilaku secara bersamadipengaruhi oleh faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor
pendorong (reinforcing factors). Faktor-faktor tersebut digambarkan sebagai
berikut:
1) Faktor predisposisi adalah ciri-ciri yang telah ada pada individu dan
keluarga sebelum menderita sakit,yaitu pengetahuan sikap dan kepercayaan
terhadap kesehatan. Faktor predisposisi berkaitan dengan karakteristik
individu yang mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
2) Faktor pendukung/pemungkin adalah kondisi yang memungkinkan
penderita malaria atau keluarganya memanfaatkan fasilitas kesehatan,
yang mencakup status ekonomi keluarga dan akses terhadap sarana
pelayanan kesehatan yang ada. Dalam (8,dikatakan bahwa factor pendukung
ini termasuk juga aspek lingkungan fisik.
3) Faktor pendorong, merupakan faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau tokoh yang merupakan kelompok panutan dari
perilaku masyarakat.

41
2.2 Kerangka Konsep

Perilaku Bioassay test LLIN


Pembagian
masyarakat
kelambu
dalam
berinsektisida
penggunaan
(LLIN)
LLIN
Kasus malaria

Gambar 1. Kerangka konsep “Efektivitas aplikasi kelambu


berinsektisida (LLIN) dalam program pengendalian vektor
daerah endemis malariadi Indonesia”

2.3. Hipotesis Penelitian

1. Di duga ada penurunan hasil bioassay test kelambu sehubungan


dengan perilaku penggunaan kelambu berinsektisida (waktu
pemakaian, jumlah dan cara pencucian oleh masyarakat).
2. Di duga ada penurunan jumlah kasus malaria sebagai pelaksanaan
program pengendalian dengan aplikasi dan distribusi kelambu
berinsektisida LLIN.

2.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan


Mentewe daerah endemis malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan, selama 9 bulan dari bulan Maret s/d November 2016.
Lokasi penelitian direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Bumbu dan lokasi dapat dijangkau oleh peneliti.9

42
2.4 Jenis Penelitian dan desain

Jenis penelitian adalah kuantitatif dan quasi eksperimen dengan


pendekatan deskriptif, untuk menerapkan ilmu dasar yang menghasilkan
teknologi kesehatan terkait bidang epidemiologi dan observasi di lapangan
serta laboratorium. Sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen dilakukan uji statistik.10

2.5 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ádalah analitik


dengan pendekatan desain potong lintang (cross sectional) yaitu rancangan
untuk mempelajari etiologi suatu penyakit dengan melihat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat di ukur sekaligus pada waktu yang
sama pada saat observasi.10

2.6 Populasi dan Sampel


2.6.1 Populasi

Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penduduk yang mendapatkan
pembagian kelambu berinsektisida oleh Dinkes Kabupaten di wilayah
endemis malaria dan nyamuk Anopheles di Propinsi Kalimantan Selatan

2.6.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang mendapat pembagian
kelambu berinsektisida oleh Dinkes Kabupaten endemis malaria, mewakili
sebagai kasus dan control sebanyak 100 responden.

2.7 Estimasi Besar Sampel


Besar sampel minimal diestimasi dengan menggunakan rumus Lemeshow,
et al. (1990) dan Murti (2006). Rumus ini digunakan karena ukuran
populasi tidak diketahui dan ditentukan berdasarkan proporsi.

43

n

Keterangan :
n = jumlah sampel

⁄ = statistik Z, dengan tingkat kepercayaan 95% dan α =


5%, sehingga Z=1,96
p = perkiraan proporsi (prevalensi)= 0,5
q = 1-p = 0,5
d = delta, presisi absolut atau margin of error yang
diinginkan di kedua sisi proporsi = 10%

Hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel minimal adalah 100


responden. Pengambilan sampel akan ditambahkan 10 %.

2.8 Cara Penarikan Sampel

Cara pemilihan sampel didasarkan pada kriteria tersebut di bawah


ini, yaitu: Kriteria inklusi adalah penduduk, berumur 15-50 tahun, tidak
sedang hamil/menyusui, bersedia berpartisipasi dalam persyaratan umum
yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian agar dapat diikutsertakan dalam
penelitian, sehingga termasuk dalam kriteria pemilihan. Alasan mengambil
sampel 15-50 tahun, karna umur 15 tahun bisa berpartisipasi dalam
menjawab kuisioner yg disediakan dalam penelitian ini.
Eksklusi (kriteria penolakan) adalah bila sampel terpilih tidak
bersedia diambil darahnya, atau menolak diwawancarai .
Teknik dalam penngambilan sampel ini adalah non random
sampling dengan menggunakan proposive sampling artinya, didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.7

44
2.9 Variabel

Variabel bebas penelitian adalah perilaku penggunaan kelambu


berinsektisida termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat. Variabel
terikat penelitian adalah hasil bioassay test kelambu, jumlah kasus malaria.
Dari semua variabel ini dituangkan dalam kuesioner kuantitatif.
Analisis data hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel
untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti. Kemudian
dilanjutkan analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analisis ini
digunakan uji kai- kuadrat (chi- square) dengan derajat kepercayaan 95%.
Bila P value <0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan),
dan bila nilai P value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak
bermakna.11

2.10 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

Cara kerja penelitian :


1. Pengambilan sampel kelambu berinsektisida (LLIN) dari masyarakat
2. Masyarakat diberi kelambu berinsektisida (LLIN) baru sebagai ganti
dari kelambu milik mereka yang diambil sebagai sampel. Penggantian
kelambu memperhatikan :
- Macam kelambu berinsektisida (merk dagang) dan bahan aktif
insektisida.
- Ukuran kelambu (panjang x lebar x tinggi).
3. Pengambilan data perilaku penggunaan kelambu berinsektisida oleh
masyarakat.
Data diambil dengan instrumencheck list dan kuesioner.
- Data dari Petugas Puskesmas (sehubungan dengan program
distribusi kelambu berinsektisida)
- Data dari masyarakat (sehubungan dengan pemakaian LLIN) dan
penggunaan insektisida di rumah (insektisida rumah tangga) dan di
lahan pertanian (khususnya bahan aktif yang digunakan pada produk
tersebut). Data dari masyarakat juga meliputi :

45
a. Jumlah kelambu yang dibagikan setiap keluarga
b. Lama penggunaan kelambu oleh keluarga
c. Berapa kali pencucian selama penggunaan kelambu
d. Cara pencucian dan sabun yang digunakan (formula dan merk
dagang)
e. Penggunaan (setiap malam digunakan atau tidak)
f. Anggota keluarga yang menggunakan kelambu ketika tidur.
g. Penerimaan serta kemandirian masyarakat terhadap kelambu yang
dibagikan

8.5. Bahan dan Prosedur Kerja


1) Uji bioassay
Uji dilakukan untuk mengukur efektivitas sampel kelambu
berinsektisida (LLIN) setelah pemakaian oleh masyarakat.Uji
bioassay digunakan metode WHO (1995), menggunakan nyamuk
vektor malaria strain laboratorium.
Alat dan bahan yang digunakan adalah kelambu dari
masyarakat (sampel), kapas, hygrometer, thermometer, aspirator
lengkung, cone(kerucut plastik) dan gelas kertas.
Cara kerja:
a. Pengambilan nyamuk koloni strain laboratorium dengan kondisi
abdomen unfed.
b. Dipasang kelambu yang akan diuji.
a. Cone(kerucut plastik) dipasang 3 buah tiap permukaan kelambu
perlakuan dan kontrol
b. Timer disiapkan.
c. Nyamuk dimasukkan ke dalam cone 5 ekor/cone, setiap cone
dipaparkan 15 nyamuk. Nyamuk dibiarkan terpapar pada kelambu
selama 3 menit.
d. Nyamuk hasil uji dimasukkan kembali ke dalam gelas kertas,
simpan/pelihara selama 24 jam di laboratorium. Selama pengujian
diukur kelembaban dan temperatur.
e. Kematian nyamuk dihitung setelah diholding 24 jam

46
f. Residu insektisida dikatakan efektif bila kematian nyamuk > 70%
g. Jika kematian nyamuk pada kontrol :
- < 5% : penelitian dapat dilanjutkan
- 5-20 % : dikoreksi dengan Formula Abbot
Formula Abbot:

Keterangan:
X : Persentase nyamuk mati setelah dikoreksi
a : Persentase nyamuk mati pada perlakuan
b : Persentase nyamuk mati pada kontrol
- > 20% : penelitian gagal (harus
diulang).

2) Data perilaku nyamuk potensial vektor malaria


A. Pengumpulan data lingkungan fisik
Suhu, kelembaban, curah hujan dan intensitas cahaya diukur dengan
alat ukur termometer, hygrometer, psychrometer dan luxmeter.
B. Survei larva nyamuk vektor potensi malaria
Survei dilakukan di daerah penelitian. Semua genangan air yang
berpotensi sebagai habitat larva Anopheles (nyamuk vektor potensi
malaria) disurvei dengan menciduk airnya sebanyak 10 kali cidukan.
Larva tertangkap dimasukkan ke botol dan diberi label. Larva direaring
hingga menjadi nyamuk dewasa dan diidentifikasi spesiesnya.
C. Survei nyamuk dewasa
Dilakukan survei untuk mengumpulkan data kepadatan nyamuk
dewasa. Penangkapan nyamuk dilakukan di rumah penduduk yang
memenuhi syarat untuk pengamatan perilaku nyamuk dewasa, yaitu
dekat dengan kandang dan habitat larva. Dipilih 3 sampel rumah secara
purposive.
a. Penangkapan nyamuk di dalam dan luar rumah pada malam hari
Penangkapan dilakukan pada jam 18.00–06.00 terhadap nyamuk
hinggap dan menggigit orang di dalam rumah (landing indoor)

47
dan luar rumah (landing outdoor).Tiap sampel rumah dilakukan
penangkapan oleh dua orang (1 orang di dalam dan 1 orang di luar
rumah). Penangkapan dengan umpan badan dilakukan selama 40
menit per jam.
b. Penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah dan sekitar
kandang pada malam hari
Penangkapan dilakukan pada pukul 18.00-06.00. Tiap sampel
rumah dilakukan penangkapan nyamuk istirahat oleh 2 orang (1
orang di dalam rumah dan 1 orang di sekitar kandang kerbau atau
sapi). Penangkapan dilakukan 10 menit per jam.
c. Penangkapan nyamuk istirahat di pagi hari
Penangkapan dilakukan pada pukul 06.00-08.00. Penangkapan
nyamuk istirahat di dalam rumah atau bangunan lain, dilakukan
oleh 2 orang.Tiap orang melakukan penangkapan nyamuk di
dalam 8 buah rumah selama 15 menit. Penangkapan nyamuk
istirahat di habitat aslinya dilakukan 2 orang petugas.
Penangkapan dilakukan pada rerumputan/ vegetasi, tebing sungai,
saluran irigasi, selokan dan lain-lain. Penangkapan nyamuk
istirahat di dalam atau di sekitar kandang ternak, dilakukan oleh 1
orang penangkap nyamuk. Penangkapan dilakukan di beberapa
kandang di daerah penelitian, selama 15 menit/kandang. Nyamuk
yang tertangkap diidentifikasi spesiesnya.

3) Cara kerja uji ELISA untuk penentuan sporozoit Plasmodium


a). Nyamuk tertangkap dimasukkan vial, dipisahkan
berdasarkan tempat, waktu penangkapan dan spesies
(diberi kode).
b). Uji ELISA sporozoit hanya menggunakan kepala dan
thoraks.
c). Kepala dan thoraks nyamuk digrinder(dihaluskan).
d). Dihomogenkan5 ml PBS dengan :
(1). 20 l Mab capture (untuk Plasmodium falcifarum)
atau

48
(2). 5 l Mab capture (untuk Plasmodium vivax)
e). Homogen PBS dimasukkan dengan capture ke microplate
@ 50 l
f). Microplate ditutup dengan aluminium foil dan diamkan
selama 30 menit
g). Sisa capture yang ada di microplate dibuang
h). Blocking buffer ditambahkan ke dalam microplate @ 200
l
i). Tutup plate dengan aluminium foil dan diamkan selama 1
jam
j). Buang sisa BB dari microplate
k). Masukkan sampel nyamuk ke dalam microplate @ 50 l
l). Positif kontrol dimasukkan ke dalam sumuran A1. Negatif
control dimasukkan ke dalam sumuran B1 sampai H1 dan
sumuran yang tersisa diberi sampel
m). Tutup microplate dengan aluminium foil dan diamkan
selama 2 jam
n). Buang sisa larutan dari plate, cuci 3x dengan Plate Washer
o). Tambahkan Mab peroxidase (untuk P. falcifarum ataupun
P. vivax) ke dalam sumuran plate @ 50 l
p). Tutup microplate dengan aluminium foil dan diamkan
selama 1 jam
q). Buang sisa larutan dari microplate, cuci 3x dengan Plate
Washer
r). Tambahkan larutan substrat ke dalam sumuran microplate
@ 100 l
s). Tutup microplate dengan aluminium foil, diamkan selama
30-60 menit.
t). Baca hasilnya dengan plate reader
4) Mass Blood Survey (MBS)pada masyarakat
Dilakukan untuk mengetahui jumlah kasus malaria
(penduduk yang darahnya positif mengandung Plasmodium).
Pada MBS dibuat sediaan darah tebal dan tipis serta
49
pengecatan giemsa. Apabila hasil pemeriksaan positif, dilihat
macam spesies dan stadium dari Plasmodium tersebut. Sebagai
data sekunder diperlukan juga data dari Dinas Kesehatan dan
Puskesmas.
Cara kerja (Dirjen P2M & PLP, 1999):
A. Pembuatan sediaan darah
Pembuatan SD ini harus dilakukan secara berurutan
agar didapatkan hasil SD yang memenuhi syarat-syarat
teknis :
a. Jari manis/tengah tangan kiri pasien dipegang dan
dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% sampai
bersih
b. Ujung jari agak di pinggir (kulit lebih tipis) ditusuk
dengan cepat dan perlu diperhatikan cara
mengurangi rasa sakit dan takut.Pada bayi umur 6 –
12 bulan, bagian yang akan ditusuk adalah ujung
jempol kaki dan bayi yang kurang dari 6 bulan
sebaiknya bagian yang ditusuk adalah tumit
kakinya.
c. Tetes darah pertama yang masih di ujung jari dilap
dengan kapas kering untuk menghilangkan sel
darah pembeku (trombosit) terdapat pada SD dan
agar SD terbebas dari alkohol.
d. Ujung jari ditekan sampai tetesan darah kedua yang
agak besar keluar. Kaca sediaan dari bungkus yang
sudah dirobek diambil. Darah ditempelkan pada
permukaan bawah kaca sediaan. Kaca Sediaan tidak
digosok-gosokkan pada kulit, sebab sel darah putih
dapat pecah dan granula-granulanya menyebar pada
SD.
e. Darah (2 – 3 tetes)ditempelkan pada kaca sediaan
sesuai dengan banyaknya darah yang keluar

50
f. Kaca sediaan yang sudah berisi darah diletakkan di
atas meja dan jari pasien dibersihkan dengan kapas
kering.
g. SD dapat segera dibuat sebelum darah menggumpal
:
- Dengan ujung Kaca Sediaan lain, 2 –3 tetes darah
itu diputar perlahan-lahan dan teratur mulai dari
luar ke dalam sehingga menyatu merupakan bulatan
dengan diameter  1 cm.
- Darah pada ujung Kaca Sediaan harus dibersihkan
agar tidak terjadi kontaminasi antar SD.
- Kaca sediaan yang dipakai memutar pembuatan SD
dapat dipakai untuk membuat SD lainnya.
- Diameter 1 cm tidak mutlak, sebab tujuan utama
adalah membuat ketebalan SD yang baik. Jadi
lebar diameter tergantung pada volume darah yang
terambil.
h. SD yang telah dibuat diletakkan di tempat yang
datar sampai darah kering sempurna oleh udara dan
dijaga dari gangguan debu dan lalat. Pengeringan
dapat dipercepat dengan bantuan kipas angin atau
lainnya.
B. Pewarnaan sediaan darah
Pewarnaan dilakukan secara massal.
a. Peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
pewarnaan perlu dipersiapkan.
b. Jumlah SD yang akan diwarnai secara masal dihitung
c. Menghitung kebutuhan volume (cc) larutan Giemsa 5 %
yang harus dibuat dengan ketentuan 1 cc larutan untuk satu
kaca sediaan (1 cc larutan dapat menutupi seluruh
permukaan kaca sediaan).
d. Kaca benda (slide) disusun satu persatu pada rak pewarnaan
atau tempat yang datar dan darah harus berada di bagian

51
atas. Kaca benda satu dengan lainnya tidak bersentuhan,
agar larutan giemsa tidak meleleh waktu dituangkan ke atas
kaca benda.
e. Membuat larutan Giemsa 5 % sebanyak yang
dibutuhkan.dan dilarutkan sampai homogen.
f. Mencatat waktu dimulainya pewarnaan atau pasang timer.
g. Meneteskan larutan Giemsa dengan pipet tetes pada SD satu
persatu secara teratur, dimulai dari satu arah dan berakhir
pada arah yang lain. Penetesan harus dilakukan cepat dan
larutan Giemsa harus menutupi seluruh permukaan darah.
h. Proses pewarnaan berlangsung selama 45 menit. Peralatan
dan bahan-bahan pewarnaan yang tidak diperlukan lagi
sudah dapat dibersihkan dan disimpan.
i. Sesudah 45 menit, satu persatu SD itu dapat dibilas dengan
cepat dimulai dari awal SD diwarnai.
j. Bila pembilasan sudah bersih, tegakkan Kaca Sediaan yang
ada SD nya itu di tempat yang bersih dan aman supaya
kering.
k. Bila semua SD sudah kering, SD dapat dibungkus supaya
tidak tercemar debu selama menunggu pemeriksaan.

C. Pemeriksaan parasit malaria


Peralatan dan bahan yang digunakan adalah
a. Mikroskop yang berfungsi baik
Pemeriksaan SD malaria menggunakan lensa okuler dengan
pembesaran 10x. Lensa obyektif yang digunakan dengan
pembesaran 100x.
b. buku untuk mencatat hasil pemeriksaan,
c. SD yang telah diwarnai, siap untuk diperiksa,
d. Oli imersi/immersion oil (cedar oil) atau anisol, digunakan untuk
memperkuat fungsi lensa dalam memperjelas tampilan gambar di
lapangan pandang (l.p).

52
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku
para pekerja hutan terhadap malaria dan observasi lapangan (survey
entomologi).
Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap
responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan di lokasi
hutan tempat mereka bekerja/menginap di camp/tenda terbuka, secara
bergantian dan memerlukan waktu ± 10-15 menit per responden, kemudian
setelah wawancara selesai dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah
jari yaitu (menggunakan SDJ, SDJ, RDT, dan RDT saja) untuk memeriksa
apakah positif malaria atau tidak. Untuk hasil pemeriksaan malaria akan
diberitahu esok hari oleh tim. Jika pada saat pengumpulan data di lokasi
hutan ada responden yang sedang mengalami gejala panas/ menggigil
selama ± 3 hari, atau gejala malaria, maka langsung dilakukan pemeriksaan
darah jari dengan menggunakan dipstick RDT dan jika positif malaria
langsung dirujuk ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan
sesuai standar WHO.8

(a). Pembuatan Sediaan Darah


Pengambilan sampel darah dilakukan di lokasi hutan tempat
mereka bekerja yaitu para pekerja ada yang menginap di lokasi hutan
dan istirahat di tenda/camp yang terbuka dan ada juga yang tidak
menginap di hutan oleh tim peneliti. Orang dewasa, darahnya diambil
dari jari manis atau jari tengah, sebanyak ±4 tetes kemudian dibuat
sediaan darah tebal ±3 tetes dan ±1 tetes untuk dibuat sediaan darah
tipis. Darah diambil juga dengan menggunakan RDT.
Apus darah tebal (± 10ul) dibuat untuk menentukan apakah
plasmodium ada atau tidak (positif/negatif) dan mengidentifikasi
spesiesnya, menghitung jumlah parasit per sejumlah leukosit (minimal
per 200-500 leukosit). Sedangkan apus darah tipis untuk identifikasi/
konfirmasi spesies, bentuk eritrosit (ovalositosis, sickle sel, dll), dan
hitung parasit per sejumlah sel darah merah (minimal per 1000 sel darah
merah). Sebelum diambil darahnya dengan lancet, ujung jari responden

53
dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% dan dibiarkan kering sendiri.
Kemudian lanset steril ditusukan kedalam jari tersebut sedalam  3 mm.
Darah yang diambil adalah darah yang keluar dengan sendirinya untuk
kedua kalinya, sedang tetes darah yang pertama dihapus dengan kapas
kering. Tetesan darah pada ujung jari tersebut disentuhkan pada kaca
obyek, disebelah kiri dan sebelah kanan. Kaca obyek tersebut telah
diberi label nama, umur pasien dan tanggal pengambilan darah.
Kemudian kaca obyek tersebut diletakkan diatas meja menghadap
keatas. Selanjutnya kaca obyek yang lain, ditempelkan pada tetesan
darah pada salah satu sisi kaca obyek (kanan/kiri), kemudian tetesan
darah sebelah kiri dilebarkan berlawanan arah jarum jam sampai
diameter 1 cm untuk apusan darah tebal, dan untuk tetesan darah
sebelah kanan dibuat untuk apusan darah tipis.8
(b). Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah tepi oleh tenaga mikroskopis di laboratorium
untuk mengetahui keberadaan parasit malaria dalam darah. Pemeriksaan
ini menggunakan peralatan dan bahan seperti object glass, lancet steril,
kapas, alkohol 70%, buffer tablet, giemsa 5%, minyak emersi dan
compound microscop.8
- Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner
pengetahuan, sikap dan perilaku para pekerja hutan terhadap
kejadian malaria di daerah indemis malaria di wilayah kerja
puskesmas terpilih di Kabupaten Tanah Bumbu.
- Observasi lingkungan hutan untuk melihat apakah terdapat tempat
perindukan nyamuk, dengan cara pencidukan larva Anopheles dan
gambaran rona lingkungan ekosistem nyamuk vektor dan data
sekunder: Form data-data kasus malaria di puskesmas setempat.
- Cara Pengumpulan Data :
1). Survai Darah Jari ( SDJ dan RDT).
2). Survei pengetahuan, sikap dan perilaku para pekerja hutan
terhadap kejadian malaria dengan teknik wawancara
menggunakan kuesioner.

54
3). Survei Entomologi (penangkapan nyamuk dewasa dan
pencidukan larva) di lokasi pengambilan sampel.
2.11 Bahan dan Prosedur Kerja

2.11.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan pengambilan darah massal dan pewarnaan (slide


preparat, box slide, vaksinostil/blood lancet, dipstick RDT, kapas, alkohol
70%, formulir pengambilan darah, giemsa, gelas ukur 10 cc dan 100 cc,
pipet, tissue gulung, box pewarnaan dan Aquadest), compound microscope
dan dissecting microscope. Alasan kegunaan dipstick, untuk memudahkan
dalam identifikasi pemeriksaan malaria dalam keadaan darurat, karna
hasilnya lebih cepat proses tidak rumit.8

2.11.2 Cara Kerja


Persiapan Kegiatan :
a) Analisis situasi kabupaten (persiapan pendahuluan)
Dilakukan dengan mengumpulkan data kasus malaria yang tersedia
pada tingkat kabupaten, meliputi data penemuan dan pengobatan
penderita serta data pemberantasan vektor. Data dilihat berdasarkan
masing-masing puskesmas untuk menentukan puskesmas dengan
masalah malaria dan bukan masalah malaria. Kemudian dipilih
puskesmas yang bermasalah di wilayah kabupaten ini.9
b) Analisis situasi puskesmas terpilih
Dilakukan dengan mengumpulkan data kasus malaria.

Pelaksanaan Kegiatan :
a) Survei darah jari
Dilakukan untuk mengetahui adanya parasit malaria dengan
menggunakan 2 cara yaitu dengan SDJ dengan pemeriksaan
mikroskopis dan dengan menggunakan RDT.
b) Survei Entomologi dilakukan untuk melihat hubungan vektor
dengan parasit malaria yaitu (penularan, pencegahan, dan sumber
penularan), kegiatan antara lain:

55
 Dilakukan penangkapan nyamuk sepanjang malam (all
night collection) untuk melihat fauna nyamuk, khususnya
vektor penyebab malaria di lokasi hutan (tenda/camp)
tersebut, kepadatan nyamuk berdasarkan jumlah nyamuk
yang tertangkap per orang per jam serta fluktuasi
kepadatan nyamuk yang menggigit orang di dalam
maupun di luar rumah per jam.8
 Penangkapan nyamuk dilakukan di lokasi hutan tempat
para pekerja beristirahat/bermalam (tenda/camp/pondok)
dengan menggunakan cara landing collection technique.
Penangkapan nyamuk dengan umpan orang dilakukan
mulai pukul 18.00 sore s/d pukul 06.00 pagi yang
dilakukan oleh 6 orang kader penangkap nyamuk
(kolektor) di tiga buah tenda/camp/pondok di lokasi
hutan, yang masing-masing tenda/camp di lakukan
penangkapan nyamuk oleh dua penangkap, satu berada di
luar tenda/ camp (UOL) dan satunya lagi berada di dalam
tenda/camp/pondok (UOD). Setiap jam selama 45 menit
dilakukan penangkapan nyamuk dan 15 menit di gunakan
untuk menangkap nyamuk yang hinggap di dinding
dalam tenda/camp (IDR) dan luar (ILR) tenda/camp,
dengan menggunakan aspirator. Nyamuk yang tertangkap
diidentifikasi.8
 Alasan menentukan kepadatan nyamuk, dihitung dengan
MHD (man haur density) yaitu jumlah penangkap
nyamuk di kali jumlah nyamuk per spesies di bagi jumlah
jam penangkapan di kali 100%.
 Berdasarkan literature dari penelitian sebelumnya bahwa
vector malaria di Kalimantan Selatan khususnya
Kabupaten Tanah Bumbu adalah Anopheles
Balabacensis. Hasil dari penangkapan nyamuk yang
ditangkap diidentifikasi dan apabila spesies anopheles
yang ditangkap paling banyak itu adalah anopheles

56
balabacensis, maka kemungkinan besar nyamuk
anopheles sp tersebut masih di duga sebagai vector dan
dilakukan pembedahan ovary/abdomen untuk melihat
umur nyamuk dan pembedahan thorak/ kelenjar ludah
untuk melihat sporozoid .
 Pencarian larva dilakukan pada siang hari di tempat-
tempat perkembangbiakan berupa sungai, sawah, kolam,
tambak dan mata air yang potensial di daerah penelitian
untuk mengetahui habitat pradewasa. Larva diambil
dengan menggunakan cidukan atau pipet, larva yang
tertangkap dikumpulkan dalam botol. Untuk kepadatan
larva dilakukan dengan cara pencidukan sesuai dengan
standar WHO. Semua larva yang tertangkap dibawa ke
laboratorium dan dikoloni.

2.12 Manajemen dan Analisis Data


2.12.1 Manajemen Data
Data primer diolah dan ditabulasi secara statistik dengan bantuan program
komputer dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
Data Kasus :
- Analisa data dilakukan secara deskriptif untuk memperoleh
gambaran distribusi kasus malaria
- Keadaan jumlah kasus, meningkat atau menurun, Slide Parasite
Rate malaria.
2.12.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk
tabel untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel yang
diteliti.10
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam analisis ini di

57
gunakan uji kai- kuadrat (chi- square) dengan derajat kepercayaan
95%. Bila P value < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna
(signifikan) dan bila nilai P value >0,05 berarti hasil perhitungan
statistik tidak bermakna.10

2.13 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Skala/ Instrumen


Operasional Pengumpulan
Data
Malaria Penyakit infeksi yang Data unit 1.Buku
di sebabkan oleh Pelayanan 2.Format
plasmodium dan Penelitian 3.Pemeriksaan
ditularkan oleh dan hasil Darah Malaria
nyamuk anopheles penelitian
betina terdahulu
P.Falciparum Penyebab Survei darah 1.
penyakit malaria jari
tropika
P.Vivax Penyebab Survei darah 2.
Penyakit malaria jari
tertiana
P. malariae Penyebab Survei darah 3.
penyakit malaria jari
quartana
Lingkungan Tempat hidup dan Observasi 1. Format
berkembangbiaknya Lingkungan Survei Lapangan dan
hospes dan tanaman alat alat observasi
air, kondisi sekitar lingkungan,
tempat tinggal dokumentasi
masyarakat yang
potensial tertular
filariasis
Hutan penggunaan lahan Survey Observasi
berupa jenis tanaman lingkungan lingkungan hutan
keras dengan
intensitas tutupan
lahannya yang padat
Sawah penggunaan lahan Survey Observasi
yang tergenang, lingkungan lingkungan
berlumpur dan sawah
ditutupi oleh bebrapa
jenis tanaman air
Pengetahuan Pengetahuan Analisis Skala ordinal
adalah pemahaman deskriptif hasil
intelektual dengan tingkat
fakta, kebenaran, dan pengetahuan
prinsip yang dikatagorikan
diperoleh melalui sebagai berikut
penglihatan, ; baik jika skor
pengalaman, dan > 16 menjawab

58
laporan terhadap benar; kurang
kecacingan, yang baik jika skor <
terdiri dari 10 15 menjawab
pertanyaan tentang benar.
kecacingan Dikatakan
pengetahuan
dan persepsi ttg
malaria baik
jika dapat
mengetahui
penyakit
malaria dan
persepsi ttg
malaria baik ,
cara
pengukuran
adalah dengan
wawancara
mendalam dan
kuisioner
Sikap Sikap adalah Cara Skala
perasaan disposisi, pengukuran pengukuran nominal
atau posisi, suka, dengan
tidak suka, setuju, wawancara
tak setuju terhadap pada responden.
penyait kecacingan, Untuk
yang terdiri dari 8 keperluan
pertanyaan. analisis
deskriptif hasil
tingkat sikap
dikategorikan
sebagai berikut
:
Baik jika
skor >= 10
menjawab
benar; kurang
baik jika skor <
10 menjawab
salah. Dengan
pedoman
jawaban:

Perilaku Perilaku adalah Skala


tindakan yang pengukuran nominal
dilakukan secara
berulang-ulang yang
mendukung
terjadinya
kecacingan, yang
terdiri dari 15
pertanyan.
Umur Umur adalah usia Skala
dalam tahun yang pengukuran rasio
disampaikan pada
saat wawancara dan

59
dicatat pada waktu
sebelum pengambilan
SD.
Jenis Kelamin Jnis kelamin pada Skala
seseorang baik wanita pengukuran nominal
ataupun pria diukur
dengan wawancara
dn dicatat jenis
kelamin pada waktu
sebelum pengambilan
SD
Pekerjaan Pekerjaan adalah Skala
aktivitas yang pengukuran nominal
dilakukan secara
rutin dalam usaha
mencari nafkah, yang
diukur dengan
wawancara dan
dicatat pada waktu
sebelum pengambilan
SD.
Pekerja hutan Pekerja hutan adalah Wawancara Skala pengukuran
pekerja yang bekerja di dengan kuisioner nominal
hutan secara tradisional
(tidak direkrut oleh
perusahaan) baik sebagai
penebang kayu,
penambang emas,
penambang batubara dan
penyadap karet secara
rutin dalam usaha mencari
nafkah yang diukur
dengan wawancara dan
dicatat pada waktu
sebelum pengambilan SD.
Para pekerja ini sebagian
besar ada yang tidak
menginap dan ada yang
menginap di lokasi hutan
dengan alasan efisiensi
waktu atau karena jarak
yang relatif jauh dari
pemukiman, dan istirahat
di tenda/camp yang
terbuka dan berlangsung
secara terus menerus
selama kurang lebih 1 s/d
2 minggu di hutan dan
pulang ke rumah kurang
lebih 3 hari kemudian
pergi lagi ke hutan untuk
bekerja

60
3 HASIL

3.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 5.066,96 Km²


(506.696 Ha) atau 13,50% dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.
Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup
31,76% dari luas Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Mentewe
memiliki luas wilayah sebesar 1.011,21 Km² atau sekitar 20% dari luas
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu.
Kabupaten Tanah Bumbu berada di ketinggian 0 m dpl hingga lebih
dari 1000 m dpl. Sekitar 41% berada pada ketinggian 25 – 100 m dpl.
Kemiringan rata-rata antara 2 – 15%. Gambar 3.1-1 menunjukkan bahwa
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dekat dengan laut dan sebagian lainnya
merupakan daerah pegunungan.

Gambar 3.1-1. Peta Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu

Komposisi penduduk Kabupaten Tanah Bumbu (angka sementara)


adalah 267.913 orang, yang terdiri atas 139.498 laki-laki dan 128.415
perempuan. Dari hasil SP 2010 diketahui penduduk terbanyak di

61
Kecamatan Simpang Empat, dengan jumlah penduduk 67.926 orang.
Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Kuranji, dengan jumlah penduduk 7.533 orang. Perbandingan
penduduk laki-laki dan perempuan atau rasio jenis kelamin (sex ratio) di
Kabupaten Tanah Bumbu adalah sebesar 109 persen. Dari 10 kecamatan
yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu semuannya memilik rasio jenis
kelamin diatas 100, dan rasio jenis kelamin tertinggi di Kecamatan
Mantewe yaitu 112 persen. Sedangkan Kecamatan Kusan Hilir memiliki
rasio jenis kelamin terendah yaitu 101,60 persen. Dari hasil SP 2010
diketahui laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanah Bumbu periode
2000-2010 adalah 3,74 persen per tahun. Kecamatan yang laju pertumbuhan
penduduknya tertinggi adalah Kecamatan Satui yakni 6,81 persen
sedangkan Kecamatan Mantewe laju pertumbuhan penduduknya terendah
yakni sebesar 0,39 persen.

Tabel 3.1-1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin


dan Kepadatan Penduduk

Kecamatan Laki- Perempuan Laki-laki + Rasio Kepadatan


laki Perempuan Jenis Penduduk
Kelamin
Kusan Hilir 21.584 21.245 42.829 102 107
Sungai Loban 9.744 9.087 18.831 107 53
Satui 25.882 23.219 49.101 111 56
Angsana 8.579 7.783 16.362 110 108
Kusan Hulu 9.874 9.053 18.927 109 12
Kuranji 3.930 3.603 7.533 109 68
Batulicin 6.904 6.555 13.459 105 105
Karang Bintang 8.356 7.680 16.036 109 136
Simpang Empat 35.723 32.203 67.926 111 225
Mantewe 8.922 7.987 16.909 112 17
TANAH BUMBU 139.498 128.415 267.913 109 53

62
Gambar 3.1-2 Kepadatan Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan Tahun 2010

Gambar 3.1-3 Rasio Jenis Kelamin Penduduk Tanah Bumbu Menurut Kecamatan
Tahun 2015

63
Rasio jenis kelamin penduduk Tanah Bumbu adalah sebesar 109, yang
artinya jumlah penduduk laki-laki 9 persen lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin terbesar terdapat di Kecamatan
Mantewe yakni sebesar 112 dan terkecil terdapat di Kecamatan Kusan Hilir yakni
sebesar 102. Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-
laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan.

Gambar 3.1-4 Rasio Jenis Kelamin Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2015

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada periode tahun


2000-2010, laju pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu mencapai 3,74 persen.
Pertumbuhan penduduk Tanah Bumbu yang tinggi ini diduga terkait dengan
perkembangan perekonomian Kabupaten Tanah Bumbu yang semakin meningkat.
Saat ini Tanah Bumbu dikenal sebagai daerah tujuan pekerja migrant. Jika dilihat
laju pertumbuhan tiap kecamatan Untuk daerah perkotaan Satui, Batulicin dan
Simpang Empat mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yang tinggi pada
periode 2000-2010 dimana LPP diatas 4%. Hal ini salah satunya disebabkan para
pekerja tambang memilih tinggal di daerah perkotaan.

64
Gambar 3.1-5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu pada periode Tahun 2000-
2010

65
3.2 Hasil Penilaian Efektifitas Penggunaan Kelambu Berinsektisida oleh
Masyarakat

Uji Bio Esaay dilakukan untuk mengukur efektivitas sampel kelambu


berinsektisida (LLIN) setelah pemakaian oleh masyarakat.Uji bioassay
digunakan metode WHO (1995), menggunakan nyamuk vektor malaria strain
laboratorium. Residu insektisida dikatakan efektif bila kematian nyamuk >
70%, Jika kematian nyamuk pada kontrol :
- < 5% : penelitian dapat dilanjutkan
- 5-20 % : dikoreksi dengan Formula Abbot
Formula Abbot:

Keterangan:
X : Persentase nyamuk mati setelah dikoreksi
a : Persentase nyamuk mati pada perlakuan
b : Persentase nyamuk mati pada kontrol
- > 20% : penelitian gagal (harus diulang).

Hasil penilaian efektifitas kelambu berinsektisida dilakukan uji Bio


Esaay (WHO cone test) dengan metode kontak. Nyamuk yang dipakai untuk
pengujian adalah nyamuk An. Aconitus koloni laboratorium, sampel kelambu
yang mewakili untuk di uji sebanyak 20 kelambu : hanya 5 kelambu yg
masih efektif membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100
%, sedangkan 15 kelambu lainnya menunjukkan tidak lagi efektif untuk
membunuh nyamuk An. Acunitus koloni laboratorium.
Hasil penilaian efektifitas kelambu berinsektisida dilakukan test uji Bio
Esaay yang diwakili oleh 20 kelambu : hanya 5 kelambu yg masih efektif
membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan
15 kelambu menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An.
Acunitus koloni laboratorium.

66
3.3 Gambaran Aspek Parasitologi

Hasil Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu untuk


lokasi survei malaria diarahkan ke wilayah Kerja Puskesmas Mentewe
Kecamatan Mentewe karena daerah tersebut merupakan daerah endemis
malaria di Kabupaten Tanah Bumbu terutama di Desa Mentewe, maka perlu
di adakan Active Case Finding dengan kegiatan Survei Darah Massal (MBS)
dengan menggunakan Rapid Diagnosa Test (RDT) dan Slide Darah Jari
secara Mikroskopis.
Hasil survei malaria dari sampel di Desa Mentewe mayoritas mereka
adalah para pekerja hutan baik sebagai penebang kayu, penambang emas,
penambang batu bara musiman dan petani di wilayah kerja Puskesmas
Mentewe Kecamatan Mentewe.
Hasil MBS yang diperiksa dengan RDT dan slide di Desa sebanyak
100 sampel, didapatkan positif malaria sebanyak 7 sampel dengan jenis
plasmodium vivax dan falciparum. Dari 7 sampel positif malaria di
dapatkan 5 orang (5%) positif plasmodium falciparum, 2 orang (2%)
lainnya positif plasmodium vivax .
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa estimasi besaran
kasus malaria di Desa Mentewe wilayah kerja puskesmas mentewe dengan
Parasite Rate sebesar 7 %.

Gambar 3.3-1 Mass Blood Survey dengan SDJ di Desa mentewe Wilayah Kerja
Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016

67
Smuber

muber

Gambar 3.3-2 Mass Blood Survey dengan RDT di Desa mentewe Wilayah
Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016
3.4 Gambaran Aspek Entomologi
3.4.1 Survey jentik
Survey pencarian larva di tempat perkembangbiakan nyamuk
ditemukan larva nyamuk anopheles dan nyamuk lainnya, seperti culex
disemua tempat. Walaupun ada beberapa tempat ditemukan larva yang
hanya pada instar II dan III seperti sungai dan parit. Sedangkan larva pada
instar IV hanya ditemukan pada tempat berkembangbiak nyamuk yaitu
sungai bekas galian emas yang keadaan airnya tidak mengalir. Tempat-
tempat tersebut sebagian ditemukan tanaman air dan makanan larva
seperti lumut dan tumbuhan sebagai tempat perlindungan larva nyamuk
tersebut.
Tanaman disekitar tempat berkembang biak larva tersebut yaitu
rumput dan semak-semak, untuk binatang pengganggu atau predator pada
tempat perindukan tersebut seperti, sungai galian emas adalah ikan
saluang. Jarak tempat berkembang biak nyamuk tersebut berkisar antara 5
m sampai dengan 15 m dari tempat tinggal para penambang emas
tradisional. Tanaman di sekitar tempat perkembangbiakan larva tersebut
adalah rumput dan semak-semak, sedangkan binatang pengganggu atau
predator seperti kecebong, udang kecil dan ikan kepala timah terdapat di
kolam, rawa-rawa, parit dan gubangan. pH air di tempat
perkembangbiakan rata-rata 7, sedangkan rawa-rawa dengan pH 6,5.

68
- Survei I di Desa Mentewe
Daerah pencidukan larva dilakukan di daerah tepian sungai dekat
pemukiman warga, sedangkan penangkapan nyamuk dilakukan
disekitar pemukiman warga yang terletak dekat dengan tambang emas
yang merupakan mata pencaharian penduduk setempat. Pemukiman
berjarak sekitar 3 jam perjalanan dari puskesmas dengan motor trail.
- Survei II di Desa Mentewe
Daerah pencidukan larva dilakukan di daerah tepian sungai dekat
pemukiman warga, sedangkan penangkapan nyamuk dilakukan
disekitar pemukiman warga yang terletak berkelompok-kelompok di
hutan dengan mata pencaharian penebang kayu. Pemukiman satu dan
yang lainnya berjarak sekitar 1-2 km dan dari puskesmas sekitar 4 jam
perjalanan dengan motor trail.
3.4.2 Pencidukan larva
- Survei I di Desa Mentewe
Tempat perindukan (breeding place) adalah di tepian sungai
berbatu dan larva yang ditemukan adalah genus Culex sp sebanyak
17 ekor dan Anopheles sp sebanyak 43 ekor.

69
Pencidukan larva
50
45 43

40
35
30
25
Pencidukan larva
20 17
15
10
5
0
Culex sp Anopleles sp

Gambar 3.4-1 Hasil Pencidukan Larva di Desa mentewe Wilayah Kerja


Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016

- Survei II di Desa Mentewe


Tempat perindukan (breeding place) adalah di tepian sungai berbatu dan
larva yang ditemukan adalah genus Culex sp sebanyak 11 ekor dan
Anopheles sp sebanyak 59 ekor.

Pencidukan larva
70
59
60

50

40
Pencidukan larva
30

20
11
10

0
Culex sp Anopleles sp

Gambar 3.4-2 Hasil Pencidukan Larva di di Desa mentewe Wilayah Kerja


Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016

70
Hasil pencidukan dari kedua lokasi survey dikolonisasi di
Laboratorium Entomologi Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu. Hasil
kolonisasi larva Anopheles sp adalah Anopheles maculatus yang merupakan
salah satu vector malaria di daerah jawa namun sejauh ini menurut hasil
penelitian Anopheles maculatus bukan merupakan vector malaria di
Kalimantan.
Pencegahan yang dilakukan untuk mencegah malaria di Desa
Mentewe berdasarkan hasil dari wawancara kepada responden dikatakan
bahwa belum ada pencegahan khusus dan hanya menggunakan obat anti
nyamuk bakar yang selalu dipakai pada malam hari. Tidur ada sebagian
yang memakai kelambu pembagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Bumbu yaitu kelambu berinsektisida, belum ada IRS dan belum ada obat
profilaksis untuk mencegah malaria.

3.4.3 Survei Penangkapan Nyamuk

Penangkapan nyamuk dilakukan di Desa Mentewe yang berbatasan


langsung dengan Desa Gunung Raya di wilayah kerja Puskesmas Mentewe
Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan dengan melibatkan para pekerja hutan (penebang kayu) sebagai
kolektor dengan jumlah 4 orang. Penangkapan tersebut memakai metode
umpan orang dengan menggunakan 4 buah rumah/ Camp, umpan orang
didalam 2 orang dan umpan orang diluar rumah 2 orang. Tempat
penangkapan disekitar tempat perindukan yang telah dilakukan sebelumnya.
Penangkapan tersebut dilakukan selama 12 jam dengan metode 45 menit
umpan badan.
Kegitan survey entomologi dilakukan pengumpulan data dengan
pencarian breeding place (tempat perindukan nyamuk) dan penangkapan
nyamuk dengan landing collection. Breeding place dilakukan dengan
pencidukan jentik/larva nyamuk disekitar wilayah survey pada pukul 15.00
– 17.00 WITA, sedangkan penangkapan nyamuk dilakukan dari jam 18.00
– 06.00 WITA.

71
Penangkapan nyamuk di dua lokasi dilakukan selama 12 jam ( 18.00-
06.00 WITA) di sekitar pemukiman warga. Dari hasil penangkapan tidak
diperoleh nyamuk dewasa meskipun ditemukan larva Culex sp dan
Anopheles sp. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya tempat
perindukan pada musim kemarau dan selain itu kondisi daerah berangin
kencang dan terjadi kebakaran hutan.
Sumber penularan malaria di Desa Mentewe adalah terdapatnya bekas
galian tambang emas yang dibiarkan terbengkalai, pembukaan lahan baru
untuk dijadikan tempat lokasi /camp bagi para penebang kayu di hutan.
Berdasarkan literature dari penelitian sebelumnya bahwa vector
malaria di Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Tanah Bumbu adalah
Anopheles Balabacensis. Hasil dari penangkapan nyamuk yang ditangkap
diidentifikasi dan apabila spesies anopheles yang ditangkap paling banyak
itu adalah anopheles balabacensis, maka kemungkinan besar nyamuk
anopheles sp tersebut masih di duga sebagai vector dan dilakukan
pembedahan ovary/abdomen untuk melihat umur nyamuk dan pembedahan
thorak/ kelenjar ludah untuk melihat sporozoid .
Berdasarkan hasil uji elisa sircum pada nyamuk anopheles yang
didapatkan pada saat survei dilapangan, dilakukan pengujian di
laboratorium parasitology UGM Yokyakarta, didapatkan hasil negative
pada uji elisa sircum, hal ini dapat disimpulkan bahwa anopheles sp
tersebut yang didapatkan pada saat di lapangan tidak sebagai vector di
Kalimantan khususnya Kabupaten Tanah Bumbu. Dapat dilihat pada
gambar dibawah ini .

Anopheles aconitus L18-19 Negatip P. falciparum dan P. vivax


Anopheles aconitus L18-19 Negatip P. falciparum dan P. vivax
Anopheles barbirostris L20-21 Negatip P. falciparum dan P. Vivax

72
Gambar 3.44-3 Hasil uji Elisa Sircum nyamuk anopheles sp di Desa
mentewe Wilayah Kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016

3.5 Gambaran Aspek Perilaku Masyarakat terhadap pemakaian kelambu


berinsektisida

Hasil Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu untuk


lokasi survei malaria diarahkan ke wilayah Kerja Puskesmas Mentewe
Kecamatan Mentewe karena daerah tersebut merupakan daerah endemis
malaria terutama di Desa Mentewe, yang sudah diberikan pembagian
kelambu pada tahun 2012 dan 2013, sehingga lokasi tersebut dijadikan
daerah penelitian untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaan kelambu
berinsektisida oleh masyrakat.
Hasil survei perilaku penggunaan kelambu berinsektisida oleh
masyarakat didapatkan sampel kelambu berinsektisida sebanyak 90 sampel
di wilayah Kerja Puskesmas Mentewe, mayoritas mereka adalah para
pekerja hutan baik sebagai penebang kayu, penambang emas, penambang
batu bara musiman dan petani. Perilaku masyarakat dalam penggunaan
kelambu berinsektisida (LLIN), termasuk penerimaan dan kemandirian

73
masyarakat, sebagian besar (53%) responden menerima dan menggunakan,
kurang dari setengahnya (47 %) menerima dan tidak menggunakan.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 100 responden, didapatkan hasil
bahwa hampir seluruhnya (90%) responden memiliki kelambu berinsektisida,
kelambu responden diambil dan diganti dengan kelambu berinsektisida yang
baru dan sama merek oleh tim peneliti, seluruh responden (100%) pernah
mendengar tentang malaria, sebagian besar (59%) responden menggunakan
kelambu berinsektisida (kelambu pembagian) setiap malam untuk tidur (59%),
penerimaan dan kemandirian responden sebagian besar (53%) menerima dan
menggunakan kelambu berinsektisida, sebagian besar (62%) responden pernah
mencuci kelambu pembagian, sebagian besar (54%) responden mencuci
kelambu pembagian < dari 6 bulan sekali, Sebagian kecil (41%) responden
mencuci kelambu dengan cara direndam dengan air ditambah diterjen, dikucek
kemudian dibilas sampai kotoran hilang. Sebagian kecil (27%) responden
mencuci kelambu di sungai, dan sebagian kecil responden (43%) membuang
bekas air bilasan mencuci kelambu juga di buang ke sungai. Sebagian kecil
(44%) responden cara mengeringkan kelambu dengan dikeringkan tanpa terkena
sinar matahari langsung. Sebagaian besar (52%) kelambu berinsektisida
dibagikan pada tahun 2013. Rincian perilaku masyarakat kelambu
berinsektisida, dapat dilihat selengkapnya pada tabel dibawah ini.
3.5.1 Analisis Univariat

Dari hasil MBS sebanyak 100 sampel yang di RDT dan SDJ didapatkan
90 sampel kelambu dari responden yang diambil kelambunya untuk di tukar
dengan kelambu yang baru. Perilaku pemakaian kelambu berinsektisida oleh
masyarakat dilakukan di hutan/Camp yaitu lokasi tambang emas tradisional
dengan responden sebanyak 100 orang yang terdiri dari 52 (52%) laki-laki dan
48(48%) perempuan.

74
Tabel 3.5-1 Perilaku masyarakat terhadap pemakaian kelambu berinsektisida
diwilyah kerja Puskesmas mentewe Kecamatan mentewe
Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2016

No Karakteristik Item pilihan Jumlah (%)


1 Jenis Kelamin Laki-laki 52 52
Perempuan 48 48
2 Lokasi penelitian wilayah kerja KM 58 34 34
Kec. Mentewe Bandara dalam Desa Gunng Raya(KM 70) 34 34

Ata-ata 25 25
Bandara Luar 7 7
3 Di ambil kelambu berinsektisida Ya 90 90
oleh Tim Peneliti untuk diganti Tidak 10 10
yang baru
4 Apakah responden pernah Ya /kasus 50 50
menderita malaria Tidak/control 50 50
5 Apakah kelambu pembagian Ya 59 59
digunakan setiap malam untuk
Tidak 41 41
tidur
6 Bagaimana penerimaan dan Menerima dan di gunakan 53 53
kemandirian masyarakat terhadap Menerima dan tidak digunakan 47 47
kelambu yang dibagikan
7 Apakah kelambu pembagian Ya 62 62
pernah di cuci Tidak 38 38
8 Setiap berapa bulan sekali Di cuci <dari 6 bulan sekali 54 54
kelambu pembagian dicuci Di cuci > dari 6 bulan sekali 30 30
Tidak pernah dicuci 16 16
9 Bagaimana cara saudara mencuci Kelambu direndam dengan air ditambah 41 41
kelambu deterjen, dikucek kemudian di bilas sampai
kotoran hilang
Kelambu direndam dengan air tanpa deterjen, 32 32
dikucek kemudian di bilas sampai kotoran
hilang
Kelambu direndam dan di bilas dengan air 16 16
sampai kotoran hilang
Kelambu dicelup-celupkan ke dalam larutan 11 11
deterjen (1-2sdm deterjenditambahkan kedalam
5-10 liter air) sampai kotoran hilang tanpa
direndam terlebih dahulu dan tanpa dikucek
dan kemudian dibilas 3 kali.
10 Di mana lokasi biasa mencuci Kamar mandi 9 9
kelambu Sekitar sumur (tempat bilasan cuci baju) 21 21
Kolam ikan 32 32
Sungai 27 27
Lainnya 11 11
11 Kemana bekas air bilasan mencuci Sungai 43 43
kelambu pembagian dibuang Got/selokan/parit 26 26
Kolam 11 11
Comberan 8 8
Lubang galian di pekarangan 9 9
Lainnya 3 3
12 Setelah dicuci bagaimana cara Di keringkan di bawah sinar matahari langsung 32 32
mengeringkan kelambu Di keringkan tanpa terkena sinar matahari 44 44
langsung
Di keringkan tanpa digantung 21 21
Lainnya 3 3
13 Jenis malaria Plasmodium falciparum 5 5
Plasmodium vivax 2 2
Tidak malaria 93 93
14 Di ambil slide darah Ya 90 90
Tidak 10 10
15 Lokasi sampel di wilayah kerja Desa Mentewe km 58 34 34
Puskesmas Mentewe Kecamatan Bandara dalam (desa Gunung Rayakm 70) 34 34
Mentewe Ata-ata km 60 25 25
Bandara luar 7 7
16 Tahun kelambu di bagikan 2012 48 48
2013 52 52

75
3.5.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan


kejadian malaria
Tabel 3.5-2 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida
dengan kejadian malaria
Apakah kelambu
pembagian Kejadian Malaria
OR
digunakan setiap CI 95%
malam ? Tidak malaria Malaria
Ya 59 3
0,496
Tidak 37 4 0,105<OR<2,343
p Value = 0,368

Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square seperti terlihat pada tabel 3.4-5
didapatkan nilai p value adalah 0,368 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima berarti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku pemakaian
kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria. Berdasarkan hasil analisis
Odd Rasio (OR) seperti terlihat pada tabel 3.4-5 menunjukkan bahwa
responden yang tidak memakai kelambu berinsektisida mempunyai risiko
terkena malaria 0,4 kali lebih besar, dibandingkan dengan responden yang
selalu memakai kelambu berinsektisida dan tidak bermakna secara statistik.

2. Hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan


kejadian malaria
Tabel 3.5-3 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu
berinsektisida dengan kejadian Malaria
Bagaimana
penerimaan dan
Kejadian Malaria
kemandirian CI 95%
OR
masyarakat terhadap
kelambu yang
Tidak malaria Malaria
dibagikan
Menerima dan 48 5
digunakan
45 2 2,344 0,433<OR<12,696
Menerima dan
tidak digunakan
p Value = 0,311

76
Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square seperti terlihat pada tabel 3.4-6
didapatkan nilai p value adalah 0,311 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima berarti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku penerimaan dan
kemandirian masyarakat terhadap kelambu yang dibagikan dengan kejadian
malaria. Berdasarkan hasil analisis Odd Rasio (OR) seperti terlihat pada tabel
3.4-6 menunjukkan bahwa perilaku penerimaan dan kemandirian responden
terhadap kelambu yang dibagikan, responden menerima dan tidak
menggunakan kelambu berinsektisida pada saat tidur malam hari kurang
mempunyai risiko terkena malaria 2,3 kali lebih besar, dibandingkan dengan
responden yang menerima dan menggunakan kelambu berinsektisida dan
tidak bermakna secara statistik.

3. Hubungan antara perilaku pemakaian kelambu berinsektisida dengan kejadian


malaria
Tabel 3.5-4 Hasil uji hubungan antara perilaku pemakaian kelambu
berinsektisida dengan kejadian Malaria
Apakah kelambu Kejadian Malaria
pembagian pernah OR
CI 95%
dicuci Tidak malaria Malaria

Ya 57 5
1,579 0,291<OR<8,575
Tidak 36 2
p Value = 0,594

Berdasarkan hasil analisis uji Chi Square seperti terlihat pada tabel 3.4-7
didapatkan nilai p value adalah 0,594 yang berarti lebih besar dari 0,05 maka
Ho diterima berarti bahwa tidak ada hubungan antara perilaku pencucian
kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria. Berdasarkan hasil analisis
Odd Rasio (OR) seperti terlihat pada tabel 3.4-7 menunjukkan bahwa
seringnya mencuci kelambu berinsektisida mempunyai risiko terkena malaria
1,5 kali lebih besar, dibandingkan dengan kelambu yang tidak pernah di cuci
dan tidak bermakna secara statistik.

77
4 PEMBAHASAN

Survei malaria dilaksanakan di lokasi hutan di Desa Mentewe wilayah


kerja Puskesmas Mentewe Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu.
Lokasi ini dipilih atas dasar rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah
Bumbu, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah
endemis malaria di Kabupaten Tanah bumbu, sehingga terbentuklah kerjasama
dengan pemerintah daerah Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu,
Puskesmas Mentewe dan Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu untuk
mengadakan MBS ke Desa tersebut. Dinas Kesehatan menjalankan program
pemberian Kelambu berinsektisida kepada seluruh masyarakat yang tinggal di
daerah Endemis Malaria, sehingga sangat diperlukan untuk mengevaluasi hasil
pembagian kelambu kepada masyarakat daerah endemis malaria, apakah
terjadi penurunan kasus malaria atau tidak dan apakah masih efektif digunakan
kelambu yang mereka pakai.
Hasil survei MBS didapatkan dari sampel di Desa Mentewe sebanyak
100 sampel penduduk yang diperiksa dengan RDT dan SDJ di temukan 7
orang positif malaria (7%) dengan jenis (2 %) plasmodium vivax dan
,(5%)falciparum.
Penangkapan dan identifikasi spesies nyamuk di dua lokasi dilakukan
selama 12 jam ( 18.00-06.00 WITA) di sekitar pemukiman warga. Dari hasil
penangkapan tidak diperoleh nyamuk dewasa meskipun ditemukan larva
Culex sp dan Anopheles sp. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya
tempat perindukan pada musim kemarau dan selain itu kondisi daerah berangin
kencang dan terjadi kebakaran hutan.
Berdasarkan hasil uji elisa sircum pada nyamuk anopheles yang
didapatkan pada saat survei dilapangan, dilakukan pengujian di laboratorium
parasitology UGM Yokyakarta, didapatkan hasil negative pada uji elisa
sircum, hal ini dapat disimpulkan bahwa anopheles sp tersebut yang
didapatkan pada saat di lapangan tidak sebagai vector di Kalimantan
khususnya Kabupaten Tanah Bumbu.
Terjadinya kasus malaria di Desa Mentewe dilihat dari karakteristik
lingkungan fisik adalah merupakan penularan setempat (indigenous), karena
dilokasi tersebut terdapat kasus malaria pada balita berumur 3 tahun di lokasi/

78
camp Rt 1 yang berbatasan langsung dengan Desa Gunung Raya. Hasil
wawancara dengan ibu dari balita tersebut, mereka tidak pernah pergi ke
mana–mana atau ikut ke hutan untuk mencari kayu dan mereka hanya tetap
tinggal di camp untuk menjaga anaknya.
Hasil dari wawancara kepada responden belum ada pencegahan khusus
dan hanya menggunakan kelambu pada saat tidur dan obat anti nyamuk bakar
yang selalu di pakai pada malam hari. Pembagian kelambu berinsektisida
sudah di pakai sejak di terima tahun 2012, belum ada IRS dan belum ada obat
profilaksis untuk mencegah malaria.
Sumber penularan malaria di Desa Mentewe adalah terdapatnya galian
tambang emas yang di biarkan terbengkalai, pembukaan lahan baru untuk
dijadikan tempat lokasi /camp mereka bagi para penebang kayu di hutan. Hasil
dari survey Entomologi di dapatkan tempat perindukan nyamuk vector malaria,
sedangkan untuk penangkapan nyamuk pada malam hari tidak ditemukan
nyamuk vector malaria, karena pada saat tersebut masih musim kemarau,
terjadinya pembakaran hutan dan angin yang sangat kencang, sehingga tidak
ditemukan nyamuk vector malaria.
Kegiatan yang sudah dilakukan oleh pengelola program malaria Dinas
Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu terkait dengan pengendalian vector apa
yang sudah di laksanakan untuk menurunkan kasus malaria di Kabupaten
Tanah Bumbu, antara lain : pembagian kelambu berinsektisida, penyemprotan
IRS setiap 6 bulan sekali dan pemberian pengobatan malaria.
Kegiatan pembagian kelambu berinsektisida yang dilaksanakan dengan
dua cara, yaitu Pembagian kelambu Massal dan kelambu integrasi. Untuk
daerah endemis malaria, khususnya Kecamatan Mentewe. Kegiatan yang
kedua adalah penyemprotan rumah (IRS) dilakukan secara rutin setiap 6 bulan
sekali. Kegiatan ini sudah dilakukan mulai dari tahun 2012 sampai sekarang.
Kegiatan ketiga adalah pemberian pengobatan malaria sudah di drop ke setiap
puskesmas di Kabupaten Tanah Bumbu. Pemberian pengobatan malaria
diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis dinyatakan positif
malaria. Khusus untuk wilayah kerja Puskesmas Mentewe bersamaan dengan
kegiatan penelitian ini juga dilaksanakan pembagian kelambu berinsektisida
bagi yang belum dapat kelambu dan kepada seluruh penduduk di daerah

79
endemis malaria terutama di Desa Mentewe oleh Pengelola Program Malaria
Puskesmas Mentewe dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu.

Hasil penilaian efektifitas kelambu berinsektisida dilakukan test uji Bio


Esaay yang diwakili oleh 20 kelambu : hanya 5 kelambu yg masih efektif
membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 %, sedangkan
15 kelambu menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An.
Acunitus koloni laboratorium. Berdasarkan hasil diatas dapat kita simpulkan
bahwa dari 20 kelambu yang di uji, hanya 25% yang masih efektif untuk
membunuh nyamuk An. Aconitus dan sisanya 75% sudah tidak efektif lagi.
Hasil ini hampir sama dengan pengujian kelambu insektisida yang
dilakukan di laboratorium Salatiga bahwa terdapat tiga macam kelambu LLIN
yang telah dicuci 5 kali masih efektif terhadap nyamuk An. Aconitus.
Efektifitas kelambu (LLIN) dengan insektisida (alfa-sipermethrin, deltamethrin
dan permethrin) di lapangan, setelah dicuci 9 kali oleh kader kesehatan desa,
hanya kelambu dengan insektisida Deltamethrin (0,055 g/m2), masih efektif
membunuh An. aconitus (kematian 82,47%).

Hal ini sejalan dengan penelitian barodji, et all, yaitu rata-rata dari hasil
penilaian kelambu permanent yang telah digunakan penduduk di daerah
endemis malaria selama kurang atau lebih dari satu tahun baik yang belum
dicuci maupun yang pernah dicuci sudah tidak efektif untuk membunuh vektor
malaria An. aconitus. Daya bunuh kelambu permanent setelah digunakan
selama kurang lebih satu tahun baik kelambu yang belum pernah dicuci
maupun yang sudah pernah dicuci sudah tidak efektif lagi untuk membunuh
nyamuk malaria (An. aconitus) kematian nyamuk < 70%. Kelambu Permanet
baru yang dinilai di laboratorium efektif untuk membunuh 90,70% An.
aconitus hasil koloni di laboratorium.

Hasil ini mengindikasikan bahwa kelambu permanent maupun olyset


yang mengandung bahan insektisida setelah digunakan masih ada yang efektif
sebesar 25% dan sisanya 75% sudah tidak efektif lagi, banyak factor yang
mempengaruhi mengapa kelambu tersebut masih ada yang efektif dan sebagian
besar tidak efektif, antara lain mengingat bahwa efektifitas suatu insektisida
terhadap tiap spesies nyamuk dan pada tiap daerah tidak sama,
80
5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan :

1. Perilaku masyarakat dalam penggunaan kelambu berinsektisida (LLIN),


termasuk penerimaan dan kemandirian masyarakat, sebagian besar (53%)
responden menerima dan menggunakan, kurang dari setengahnya (47 %)
menerima dan tidak menggunakan.
2. Hasil uji Bio Esaay dari 20 kelambu: hanya 5 kelambu yg masih efektif
membunuh nyamuk An. Aconitus, dengan kematian 82,67- 100 % , sedangkan
15 kelambu menunjukkan tidak lagi efektif untuk membunuh nyamuk An.
Aconitus koloni laboratorium
3. Terjadi penurunan kasus malaria setelah pemakaian kelambu berinsektisida
(LLIN) pada masyarakat dari 100 responden positif 7 responden, SPR 7 %.

5.2 Saran :
Rekomendasi, kepada para pekerja hutan untuk tetap memakai kelambu
berinsektisida yang telah dibagikan pada saat tidur malam hari, dan
memakai repellent untuk menghindar gigitan nyamuk anopheles serta
mengkonsumsi obat propilaksis pada saat turun ke lapangan/ hutan untuk
bekerja.

6 UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penelitian ini. Terima kasih
yang tak terhingga kami ucapan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu,
Kepala Puskesmas Mentewe dan Pemegang Program P2M di wilayah
Kabupaten setempat.
Semoga dengan terlaksananya penelitian ini dapat memberikan manfaat
terhadap pengendalian malaria di wilayah Kabupaten terkait dan semoga pula
menjadi dasar bagi penelitian yang lebih lanjut dan mendalam terhadap

81
epidemiologi penyakit dan pengendaliannya serta memberikan manfaat
terhadap pelaksanaan program penanggulangan malaria di wilayah
Kabupaten terkait.

7 DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Achmadi,U.F. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit Buku


Kompas. Jakarta. 2005.
2. Boewono, Damar Tri, et al. Pengaruh pencucian terhadap efektifitas
residu kelambu berinsektisida piretroid long lasting insecticidal net
(LLINs) terhadap nyamuk vector demam berdarah dengue dan malaria,
2009, 1 (1).
3. Barodji, et all. Efikasi kelambu berinsektisida permanent”vestergaard-
Frandsen” ang digunakan untuk pemberantasan malaria di daerah
endemis Bukit Manoreh
4. Departemen Kesehatan R.I. Epidemiologi Malaria. Ditjen PPM dan PLP.
Jakarta. 2006.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu. Kasus penyakit menular
yang diamati menurut kecamatan dan puskesmas. 2015.
6. Gunawan, S..Epidemiologi Malaria, dalam: Harijanto, P.N. (ed):
Malaria: Epidemiologi, Manifestasi Klinis, dan Penanganan, EGC.
Jakarta. 2000.
7. Gandahusada S. Parasitologi kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2006.
8. Ikrayama, Babba. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian
malaria. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 2007.
9. Ikawati B, Yunianto B, D Paramita A Rr. Efektifitas pemakaian
kelambu berinsektisida di Desa Endemis Malaria di Kabupaten
Wonosobo.
10. Lemeshow, S. D.W. Hosmer, J.R, J. Klar dan S.K. Lwanga. Besar
Sample Dalam Penelitian Kesehatan (Alih bahasa : Dibyo Pramono).
Gadjah Mada University Press. 1999. 259 p.
11. Laporan Riskesdas tahun 2007
12. Murti, B. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada Univ.
Press. Yogyakarta. 1997.
13. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Melton Putra Offset.
Jakarta. 1993.
14. Rahayu, Nita. Evaluasi pengendalian malaria pada pekerja musiman
tambang batubara di Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan. 2013.
15. Sukowati, Supratman. Dkk. Studi eko-epidemiologi malaria di Kota
Batam Kepulauan Riau. Laporan Penelitian. 2008.

82
8 LAMPIRAN

No Uraian Hal
L-1 Realisasi Anggaran 68
L-2 Naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan subjek 69
L-3 Persetujuan setelah penjelasan 70
L-4 Kuesioner malaria 71
L-5 Jadwal kegiatan penelitian 77
L-6 Rincian Rencana Anggaran 78
L-7 Rekapitulasi biaya per triwulan 81
L-8 Biodata ketua pelaksana 82
L-9 Foto kegiatan 85

83
L-1
Realisasi Anggaran Penelitian Tahun 2016

Judul : Efektivitas Aplikasi Kelambu Berinsektisida (LLIN) dalam Program


Pengendalian Vector Daerah Endemis Malaria di Kabupaten Tanah
Bumbu Propinsi Kalimantan Selatan.

Ketua Peneliti : Nita Rahayu, SKM, M.Sc


Pagu Penelitian : Rp.,156.566.000,-

Rincian Pagu realisasi sisa


Belanja Barang Non Operasional
lainnya 27,416,000 16,180,000 11,236,000

Belanja Perjalan Biasa 50,160,000 33,285,000 16,875,000

Belanja Bahan 11,967,000 11,932,000 35,000


Belanja Barang Persediaan Barang
Konsumsi 19,623,000 19,604,400 18,600
Belanja Perjalanan Transport Dalam
Kota 47,400,000 36,580,000 10,820,000

Total 156,566,000 117,581,400 38,984,600


Realisasi anggaran terserap 0.751002133

84
L-2
NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEK

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Jumlah kasus malaria


sangat berfluktuasi serta ada kecenderungan meningkat setiap tahun. Program
pengendalian dengan pembagian kelambu berinsektisida telah dilaksanakan oleh
Dinkes setempat dengan bantuan GF. Akan tetapi efektivitaspenggunaan
kelambu berinsektisida oleh masyarakat di daerah endemis malariabelum
diketahui. Oleh karena itu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana efektivitas aplikasi kelambu berinsektisida (LLIN)dalam program
pengendalian vektor daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan.”

WAWANCARA DENGAN KUISIONER


Wawancara dilakukan pada para pekerja hutan yang mewakili daerah sampel penelitian
di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan ang berusia ≥15 tahun.
Wawancara dilakukan dengan kuisioner terstruktur untuk mengetahui perilaku
pemakaiaan kelambu berinsektisida para kekerja hutan terhadap malaria .
KERAHASIAAN
Untuk menjaga kerahasiaan sampel dikenali dengan memberikan nomor identitas
pengganti nama dan data yang dihasilkan tidak diberikan kepada pihak ketiga.
PERTANYAAN-PERTANYAAN
Apabila ada pertanyaan mengenai penelitian ini, mengenai hak-hak anda dan anak anda,
anda dapat menghubungi Nita rahayu, MSc (081349604211 atau Balai Litbang P2B2
Tanah Bumbu, Kawasan Perkantoran Pemda Tanah Bumbu, Ds. Gunung Tinggi, Kec.
Batulicin, Kab. Tanah Bumbu, Prov. Kalimantan Selatan telepon (0518) 7708530 Fax
(0518) 6076049
KEIKUTSERTAAN SUKARELA DAN HAK UNDUR DIRI
Keikutsertaan saudara (i) bersifat sukarela, setiap waktu saudara (i) dapat mengundurkan
diri tanpa dikenai sanksi atau bayaran.

KEUNTUNGAN
Dapat mengetahui besaran kasus malaria di kabupaten Tanah Bumbu, untuk melihat
efektifitas kelambu yang dibagikan terhadap kejadian malaria dan mengetahui perilaku
pemakaiaan kelambu berinsektisida terhadap malaria di Kabupaten Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan .
PENGGANTIAN WAKTU WAWANCARA
Untuk mengganti waktu wawancara kami berikan bahan kontak (supenir ) per orang.

85
L-3
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN *
(INFORMED CONSENT untuk wawancara)
Saya telah membaca atau dibacakan pada saya apa yang tertera di atas ini dan saya telah
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan membicarakan proyek penelitian
ini dengan anggota tim penelitian. Saya memahami maksud, resiko, waktu dan prosedur
penelitian ini. Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya bersedia ikut
serta secara sukarela dalam penelitian ini. Bila saya inginkan, maka saya dapat
mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun
Nama responden* Tgl/bln/th Tanda tangan/cap
jempol diri sendiri

Nama Saksi** Tgl/bl/th Tanda tangan

* Keterangan:
- Responden telah berusia ≥15 tahun
- Responden yang boleh menandatangani informed consent adalah mereka yang telah
berusia ≥15 tahun
- Bagi responden yang berusia kurang dari 15 tahun, informed consent ditandatangani
oleh wali yang syah.
** Diluar tim pengumpul data, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga
atau Ketua RT.

86
L4

Kuisioner

EFEKTIVITAS APLIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA


(LONG LASTING INSECTICIDE NET) DALAM PROGRAM PENGENDALIAN
VEKTOR DAERAH ENDEMIS MALARIA
DI KABUPATEN TANAH BUMBU PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

8.1 I. PENGENALAN TEMPAT

Provinsi
Kabupaten/Kota*)
Kecamatan
Puskesmas
Desa/Kelurahan*) 
Alamat
Nomor Rumah Tangga 
Kondisi Geografis 1. Daerah pantai 2. Non Pantai

8.2 II. KETERANGAN RUMAH TANGGA (KELUARGA)
Nama kepala keluarga:
Banyaknya anggota keluarga: 
Jumlah balita (umur di bawah 5 tahun): 
Jumlah kelambu yg dimiliki 
1. Ya 2. Tidak
a. Beli sendiri
Jika “2” ke 4.b Jumlah 
1. Ya 2. Tidak
b. Pembagian (Berinsektisida)
Jika “2” ke Blok III Jumlah 
8.3 III. KETERANGAN PENGUMPUL DATA
Nama Pengumpul Nama
4
Data: Supervisor:
Tgl. Pengumpulan Tgl.
data: 5 Pengecekan:
(tgl-bln-thn) -- (tgl-bln-thn) --
Tanda tangan Tanda tangan
6
Pengumpul Data Supervisor:

87
8.4 PERILAKU MASYARAKAT
8.5 1.A. DEMOGRAFI

1
Nama Responden :…………………………………………..
2 Nomor urut ART : 
3 Pendidikan terakhir responden
1. Tidak sekolah 4. Tamat SLTP / sederajat
2. Tidak tamat SD 5. Tamat SLTA / sederajat 
3. Tamat SD / sederajat 6. Tamat D3 / Perguruan Tinggi
4 Pekerjaan responden sehari-hari 5. Petani
1. Tidak bekerja 6. Nelayan
2. Masih Sekolah 7. Buruh 
3. TNI / Polri / PNS 8. Ibu Rumah Tangga
4. Wiraswasta / Pedagang 9. Lainnya ( . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
8.6
8.7 2.B. PERILAKU
PERTANYAAN NO 1 DITUJUKAN KEPADA YANG MEMILIKI/MENGGUNAKAN KELAMBU

1 Jika mau tidur, bagaimana Saudara biasanya memasang kelambu? (demonstrasi)?


(POINT a SAMPAI DENGAN c TIDAK DIBACAKAN) ISIKAN KODE JAWABAN DENGAN 1=YA ATAU 2=TIDAK

a. Jika kelambu belum terpasang secara permanen, kelambu tersebut dipasang terlebih dahulu dengan
mengikat tali kelambu keempat sudut pada paku/tiang/dll


b. Ujung bawah kelambu dilipatkan dibawah alas tempat (tidur kasur/tikar/karpet/dll), sehingga nyamuk tidak 
dapat menerobos ke dalam. 
c. Jika ada pintu kelambu, maka harus saling menutup 
PERTANYAAN NO.2 S/D NO.8 DITUJUKAN KEPADA YANG MEMILIKI/MENGGUNAKAN KELAMBU PEMBAGIAN

2 Sudah berapa lama kelambu pembagian yang saudara miliki ? …………Bulan 


3 Apakah kelambu pembagian pernah dicuci? 1. Ya 2. Tidak STOP 
4 Setiap berapa bulan sekali kelambu pembagian dicuci? ............... bulan sekali 

88
5 Bagaimana cara Saudara mencuci kelambu:
1. Kelambu direndam dengan air, ditambah diterjen, dikucek kemudian dibilas, sampai kotoran hilang
2. Kelambu direndam dengan air, tanpa deterjen, dikucek kemudian dibilas, sampai kotoran hilang

3. Kelambu direndam dan dibilas dengan air, sampai kotoran hilang
4. Kelambu dicelup-celupkan kedalam larutan detergen (1-2 sdm detergen ditambahkan ke dalam 5 – 10 liter
air) sampai kotoran hilang, tanpa direndam terlebih dahulu dan tanpa dikucek, dan kemudian dibilas 3 kali

6 Dimana (lokasi) Saudara biasa mencuci Kelambu pembagian tersebut?


1. Kamar mandi 3. Kolam ikan 
2. Sekitar sumur (Tempat bilasan cuci baju) 4. Sungai
5. Lainnya (..................................................................................................................)
7 Kemana bekas air bilasan mencuci Kelambu pembagian dibuang?
1. Sungai 4. Comberan 
2. Got/selokan/Parit 5. Lubang galian di pekarangan
3. Kolam (ikan/dll) 6. Lainnya (............................................................................................)
Setelah dicuci, bagaimana cara mengeringkan kelambu pembagian?
8
1. Dikeringkan dibawah sinar matahari langsung
2. Dikeringkan tanpa terkena sinar matahari (di angin-anginkan) 
3. Dikeringkan tanpa digantung (dionggokkan)
4. Lainnya………………..
8.8 VI. CATATAN









89
90
L-6 JADWAL KEGIATAN

URAIAN KEGIATAN Pencapaian Tolok Ukur Per Triwulan


Uraikan secara berurutan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rangka penelitian Tolok Ukur (Target Kumulatif)
ini. Penjajagan dianggap sudah selesai, sehingga tidak ada studi kepustakaan dan peninjauan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
daerah untuk pemilihan lokasi. Penyusunan protokol juga sudah selesai. Jumlah Satuan Jml % Jml % Jml % Jml %
Persiapan Penelitian

a. Pembuatan proposal 1 Kali 1 100


b. Perijinan 1 Kali 1 100
Pelaksanaan Penelitian

a. Pengambilan dan penggantian sampel kelambu berinsektisida 1 Trip 1 100


b. Survei entomologi 5 Trip 2 40 5 100
c. Survei perilaku masyarakat 1 Trip 1 100
d. Uji bioassay 1 Trip 1 100
e. Uji kromatografi gas 4 Trip 2 50 4 100
f. Mass Blood Survey (MBS) 2 Trip 1 50 2 100
Pengolahan, analisis dan laporan

a. Pengolahan data 6 Kali 2 33,3 5 83,3 6 100


b. Analisis data 7 Kali 2 28,6 5 71,4 7 100
c. Pembuatan laporan triwulan 4 Kali 1 25 2 50 3 75 4 100
d. Pembuatan laporan akhir 3 Kali 100
e. Diseminasi hasil penelitian 1 Kali 1 100

91
L-6
RINCIAN RENCANA ANGGARAN
TOTAL : RP. 99.920.000
BELANJA BAHAN = 63.720.000
BELANJA PERJALANAN DINAS DALAM KOTA = 26.400.000
BELANJA BAHAN HONOR =1.500.000

92
L-7
REKAPITULASI BIAYA PER TRIWULAN
Rekapitulasi Biaya Per Tri Wulan
(Pencairan Dana)
URAIAN KEGIATAN

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

1. Persiapan
3.200.000
a. Rapat operasional teknis
penelitian intern tim peneliti
b. Perijinan di Balitbangda dan
sosialisasi di Dinkes Prov Kal-
Sel
c. Sosialisasi di Dinkes Kab lokasi
penelitian
2. Pelaksanaan
a. Pembelian bahan penelitian dan 4.085.000
operasional teknis penelitian

b. Survei Lapangan 22.770.000 22.770.000 22.775.000 22.770.000


3. Analisis Hasil dan Penyusunan
Laporan
2.500.000 1000000 250.000 1.000.000
Konsultasi laporan hasil dan
penyelesaian laporan
Total 30.055.000 23.770.000 23.025.000 23.770.000

93
L-8

BIODATA KETUA PELAKSANA

I. DATA PRIBADI

Nama : Nita rahayu, SKM, M.Sc


TTL : Pagatan, 06 Desember 1978
NIP : 197812062002122003
Pangkat/Gol : Penata / III.c
Jabatan : Peneliti Muda Balai litbang P2B2 Tanah Bumbu
Alamat : jl. Hasanudin, no. 14 Rt. V Desa Juku Eja Kec. Kusan Hilir Kab.
Tanah Bumbu
Kontak : 051838204 Handphone : 081349604211
Email : nita.rahayu79@yahoo.co.id,nita.rahayu@kemkes.go.id,

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


1. SDN Pasar baru 2 (tamat 1990)
2. MTS Alfalah pagatan (tamat 1993)
3. MAN 1 banjarmasin (tamat 1996)
4. D3 Keperawatan Depkes Banjarmasin (tamat 1999)
5. S1 kesehatan Masyarakat Unair Surabaya (tamat 2002)
6. S2 Kesehatan tropis UGM Yokyakarta (tamat 2008)

III. RIWAYAT PEKERJAAN


1. Staf UPF Kotabaru (2002-2003)
2. Staf Loka Litbang P2B2(2004-2010)
3. Peneliti Pertama Loka Litbang P2B2 tanah Bumbu(2005-2011)
4. Peneliti Muda Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu (2011 – sekarang)
5. Kasie Pelayanan Penelitian (2011- sekarang)

IV. RIWAYAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


1. Pendidikan dan pelatihan prajabatan Golongan III Angkatan 1 tahun 2003 di
Banjarbaru .
2. Pelatihan Dasar Pemberantasan Malaria oleh Direktorat PP-BB, Direktorat jenderal
PPM&PL tahun 2003, di Pulitbang Gizi, Bogor
3. Pelatihan Penyusunan Proposal Penelitian Kesehatan di Bogor, tahun 2003
4. Pelatihan Entomologi, Parasitologi, dan pengendalian Vektor di BPVRP Salatiga ,
tahun 2005
5. Pelatihan Petugas Pemberantasan Penyakit Malaria, di Loka Litbang P2B2 Tanah
Bumbu

94
6. Pelatihan Pengelola Program malaria dan petugas Laboratorium Regional Kalimantan
Selatan tahun 2006
7. Pelatihan parasitologi dasar di Puslitbang Biomedis dan Farmasi Jakarta (Tahun
2006)
8. Pelatihan Laboratorium Demam Berdarah Dengue, Pusat Studi Bioteknologi tahun
2007
9. TOT Riskesdas 2007
10. Pelatihan Parasitologi parasitic pencernaan di Unit Parasitologi UGM Yogyakarta
(tahun 2008)
11. Pelatihan Entomologi di Laboratorium Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Tahun
2009
12. Pelatihan Pemeriksaan Parasitologi Intestinal , di Bagian Parasitologi UGM, tahun
2009
13. Pelatihan penulisan artikel ilmiah di Hotel Grand Permata Bogor (tahun 2010)
14. Pelatihan Entomologi Dasar , tahun 2010 di Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu
15. MOT Riskesdas di Bandung , tahun 2010
16. TOT Riskesdas di Solo , tahun 2010
17. TOT Ripaskes di Yokjakarta, tahun 2011
18. TOT Ristoja di Pontianak, tahun 2012
19. Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan Tk. IV di BBPK Jakarta, Cilandak tahun
2012

V. RIWAYAT PENELITIAN DAN KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM RISET


1. Studi Dinamika Penularan Malaria di desa Labuan Barat Kec. Pulau Sembilan Kab.
Kota baru, Tahun 2004 ( Peneliti Utama)
2. Bionomik Vektor di Simpang Laburan Kec. Sungai Kupang Kab. Kotabaru, Tahun
2005 (peneliti utama)
3. Epidemiologi Filariasis di Desa Kambitin Kec. Tanjung Kab. Tabalong Kalimnatan
Selatan, tahun 2006 (Peneliti Utama) Risbinkes tahun 2006
4. PJT Kab. Tanah Bumbu RISkesdas 2007
5. Distribusi Parasit Pencernaan pada masyarakat beberapa daerah dengan ekosistem
berbeda tahap 2 di Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2009 (Koompetitif)
6. Faktor resiko terjadinya infeksi kecacingan 9 ascaris lumbricoides, tricuris trichiura
dan hookworm pada anak sekolah di daerah endemis di Provinsi kalimnatan Selatan,
tahun 2010
7. Riskesdas tahun 2010 PJT Kab. Tanah Bumbu
8. Faktor risiko Kejadian Malaria di daerah endemis di Provinsi kalimantan Selatan,
tahun 2011
9. Rifaskes 2011, PJT Kota Banjarmasin
10. Rifaskes 2011, Wakil PJT Provinsi Kalimantan Selatan
11. RO PDBK (Tahun 2011) Kab. Manggarai NTT ( Peneliti Utama)
95
12. Studi Ekologi Aedes Aegypti dan PSP Masyarakat terhadap Demam Berdarah di
kalimantan Selatan, tahun 2012
13. Peneliti RISTOJA Prop Kalimantan Barat Etnis Libuei, (Peneliti Utama)
14. RO PDBK (Tahun 2012) Kab. Manggarai NTT ( Peneliti Utama)
15. Riskesdas 2013, PJT Kota Banjarmasin
16. Evaluasi Pengendalian Malaria pada pekerja musiman tambang Batubara di
Kecamatan Mentewe Kabupaten Tanah Bumbu, 2013 (peneliti Utama)
17. Studi Diet Total, 2014, Ketua Peneliti Pelaksana Provinsi Kalimantan Tengah
18. Kejadian Malaria Pada Pekerja Hutan Ilegal di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan, 2014 (ketua pelaksana)

VI. DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH ( POSTER, ARTIKEL, DLL)


1. Distribusi Parasit Pencernaan di Sekolah dasar Negri Miawa Kecamatan Piani
kabupaten Tapin Provinsi Kalimanatan selatan, tahun 2008 , di muat di Buletin
Penelitian Kesehatan Vol. 37 no.4- 2009 hal. 188-195 (Penulis kedua)
2. Faktor Risiko Terjadinya Kecacingan pada anak sekolah di kabupaten balangan
Provinsi Kalimantan selatan, Buletin Penelitian Kesehatan tahun 2010, edisi
supplement, hal 12-17(penulis Pertama)
3. Distibusi Parasit Pencernaan di SDN padang Panjang 1 dan 2 kec. Tanta Kab.
Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan, tahun 2009 (penulis Pertama)

4. The Rish factors developenth intestinal infection for children elementary school in
Balangan city at Sout Kalimantan yeard 2010 (poster)
5. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penularan Filariasis di Puskesmas Lasung Kec.
Kusan Hulu Kab. Tanah Bumbu Prop. Kalimantan Selatan tahun 2008 (Artikel)
Penulis Pertama
6. Faktor Risiko kejadian malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan
Selatan (poster thn 2012)

Tanah Bumbu, 2 Februari 2014


Penyusun CV,

Nita Rahayu, SKM,M.Sc


Nip.19781206200212003

96
L-9
FOTO-FOTO KEGIATAN

Gambar1. Kegiatan SDJ di Desa Mentewe

Gambar 2. Perkampungan Desa Mentewe

Gambar 3. Rumah Pendulang Emas Desa Mentewe

97
Gambar 4. Kegiatan Pengobatan Malaria.

Gambar 4. Kegiatan Penebang Kayu.

Gambar 5. Perjalanan menuju Desa Mentewe.

98
Gambar 6. Penduduk Desa Mentewe.

Gambar 7. Kegiatan SDJ di Desa Mentewe

Gambar 8. Kegiatan Wawancara di Desa Mentewe

99
Gambar 9. Slide SDJ

100
PERSETUJUAN ATASAN LANGSUNG

Tanah Bumbu, 20 Desember 2016

Peneliti Kepala Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu

Nita Rahayu, SKM, M.Sc dr. Hijaz Nuhung, M.Sc


NIP 197812062002122003 NIP 196708012000121005

Mengetahui,

Ketua Panitia Pembina Ilmiah Kepala Puslitbang


Upaya Kesehatan Masyarakat

Sri Iriyanti, SKM, M.Phil.Ph.D Drg.Agus Suprapto


NIP 195804121981022001 NIP 196408131991011001

101

Anda mungkin juga menyukai