Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nur Mantika Reformeisiyana

Nim: 160304011

Kelas: Sosiologi Agama V/A

Review Film Before The Flood

Before The Flood adalah sebuah judul film yang diproduksi oleh National
Geographic, yang peran utamanya adalah Leonardo DiCaprio sebagai Duta Perdamaian
Lingkungan PBB 2016. Saat Leo kecil, memori visual pertamanya adalah sebuah poster
berbingkai diatas ranjangnya, berupa lukisan Taman dari Kesenangan Dunia karya
Hieronymus Bosch, yang dilukis sekitaran tahun 1500an.

Menurut Leo lukisan tersebut mempuyai kesan tersendiri yang menggambarkan


kehidupan. Lukisan tersebut memiliki tiga panel. Panel peratama menggambarkan
suasan bumi ketika manusia, hewan, dan tumbuhan baru diciptakan, begitu damai tanpa
adanya permasalahan. Panel kedua menggambarkan saat manusia dengan kesenangan-
kesenangan duniawi dan populasi yang semakin meningkat terlihat semakin banyak
menggunakan segala sumber daya alam yang ada untuk kepentingannya, untuk
membangun papan-papannya, merajut sandang-sandangnya, dan tentu saja
memproduksi pangan-pangannya. Semakin banyak manusia yang ada di bumi, semakin
banyak pula sumber daya alam yang diberdayakan oleh manusia untuk memenuhi
kepentingannya. Dan panel terakhir menggambarkan dunia dengan sesuatu yang
mengerikan, seperti sebuah kehancuran.

Tanpa disadari manusia telah mengubah iklim dunia melalui produk


pembuangan dari peradabannya, seperti pembakaran batu bara, minyak bumi, dan kayu
melepaskan karbondioksida ke atmosfer. Efek rumah kaca juga telah terdeteksi dan
sedang mengubah iklim saat ini. Hampir semua yang dilakukan manusia untuk
memenuhi keberlangsungan hidupnya mengeluarkan CO2, inilah yang menyebabkan
perubahan iklim. Sudah resmi, tahun 2012 adalah tahun terpanas di bumi. Es di belahan
kutub mencair, tinggi permukaan laut naik, dan akan pola cuaca yang lebih berbahaya,
banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan. Aktivitas-aktivitas inilah yang membuat
manusia menuju kehancuran.
Sebagai Duta Perdamaian Lingkungan, dia ingin meninjau seberapa jauh
manusia telah melangkah, seberapa besar kesalahan manusia yang telah diperbuat. Dan
apa solusi yang akan dilakukan untuk memperbaiki keadaan saat ini. Leo menjalankan
misi dengan melakukan berbagai kunjungan dan penelitian di berbagai kota dan Negara.

1. Pulau Biffin, Benua Arktik


Leo dengan ditemani DR. Enric Sala (crue National Geoghrapic) bertanya pada
penduduk sekitar terkait tentang mata pencarian, berburu atau memancing.
Penduduk sekitar berburu anjing laut, beruang kutub, dan narwhal. Sedangkan
mereka juga memancing ikan. Leo juga menanyakan terkait es disekitar tempat
tinggal penduduk yang semakin berkurang. Jawaban dari penduduk yang
diwawancarai selain es yang semakin berkurang, es juga sangat cepat mencair
dari sebelumnya seperti es krim. Jika esnya menghilang, makan arus laut akan
berubah, dan mengubah pola cuaca, menyebabkan banjir dan kekeringan yang
lebih merusak, dan menyebabkan perubahan lingkungan yang besar dan
dramatis. Di lanjut oleh Leo bahwa tahun 2040, warga sekitar dapat dengan
berlayar melewati kutub utara, tidak akan ada es yang tersisa di laut Arktik pada
musim panas. Ini dikarenakan pembakaran bahan bakar fosil.
2. Kangerlussuaq, Greenland
Kedatangan Leo ke Greenland di sambut oleh longsor es dari atas pegunungan
sekitar, Leo dengan ditemani Prof. Jason selaku peneliti geologi mengelilingi
sekitaran Kangerlussuaq. “Kami terus menemukan berbagai hal yang tidak ada
dalam model iklim yang digunakan untuk memproyeksikan masa depan.
Proyeksi masa depan sangat konservatif, jika iklim tetap pada suhu yang sama
seperti dekade terakhir, maka Greenland akan lenyap.” jelas Prof. Jason. Air
hasil lelehan es akan mencapai laut, jika tidak di seimbangi oleh hujan salju,
lapisannya semakin tipis dan permukaan laut naik. Prof. Jason mengatakan pada
Leo bahwa sebuah statius iklim yg ada di Kangerlussuaq, memiliki sebuah
selang yang sengaja dipasang turun ke lapisan es sedalam 30 kaki dan sekarang
selang tersebut tidak di bawah lapisan es, dikarenakan es dibagian bawah
Greenland telah meleleh selama lima tahun terakhir.
3. Miami, Amerika
Kini Leo kembali ke negara asalnya, Amerika. Ia menjumpai Philip Levine
selaku Wali kota Miami. Saat kita melihat tempat-tempat yang rentan pada
naiknya permukaan laut, terutama di Amerika Serikat, Florida adalah lokasi
utamanya, ungkap Leo. Pak walikota Miami menanggapi dengan berbicara
panjang lebar. Di kota ini ada yang namanya banjir di siang hari, dan tiba-tiba
air memasuki jalanan, seiring naiknya permukaan laut, air mulai datang, masuk
ke dalam jalanan melalui saluran pembuangan, jika kota ini tenggelam di bawah
air, tidak akan ada masa depan. Solusi yang kami ambil adalah meninggikan
jalan dan memasang pompa listrik, sekaligus sebagai investasi utama, dan
proyek ini senilai 400 juta dolar (meliputi seluruh kota) dan kami membayarnya
dengan pendapatan kota kami, jelas Philip. Dan kontruksi ini akan membuat
perbedaan besar 40-50 tahun, akhirinya.
4. Beijing, Cina
Cina adalah penyumbang polusi no 1 di dunia. Dalam 35 tahun terakhir Cina
telah melalui industrialisasi dan urbanisasi besar-besaran dan masih terus
bertamabah, Cina sebagai pabrik dunia, membuat berbagai barang untuk semua
Negara barat. Dan sebagian besar polusi tersebut dibuang bebas. Ungkap Ma
Jun selaku direktur pendiri lembaga urusan public dan lingkungan saat
berbiacara dengan Leo.
Saat ini banyak penduduk khawatir setelah mereka lebih mengerti dampak
perubahan iklim bagi kesehatan mereka. Alesan utamanya adalah karena
kehidupan sehari-hari mereka terkena pengaruh. Permasalahan lingkungan telah
menjadi alesan terbesar untuk melakukan demonstrasi masal. Warga ingin
meminta pertanggung jawaban, pemerintah harus transparan mengenai pabrik
dan emisi mereka, dibawa ke bawah pengawasan publik, jelas Ma Jun.
Selain berbincang dengan Ma Jun, Leo juga menjumpai Alvin Lin direktur
kebijakan iklim dan energy Cina. Sebagai direktur energy Cina, Alvin
menjelaskan kepada Leo bahwa Cina memiliki beberapapa perusahaan energy
angin dan energy surya terbesar di dunia saat ini. Meskipun Cina memiliki
tantangan terbesar saat ini, seperti jumlah populasi yang besar, Cina akan
memprioritaskan energy angin dan energy surya di banding batu bara.
5. New Delhi, India
Leo menemukan fakta mencengangkan, bahwa terdapat 300 juta orang hidup
tanpa listrik. Fakta itu yang membuat sebagian mayarakat kecil membuat
inovasi untuk menciptakan gas dari proses pengolahan kotoran sapi. Hal lain,
India merupakan negara ketiga atau empat negara yang memiliki sumber daya
batu bara terbesar. Harga batu bara adalah sumber daya yang murah, sehingga
eksploitasi di sana semakin menjadi-jadi.
6. Abaiang, Kiribati
Sekilas melihat gambar yang ditampilkan menggugah dan merangsang mata
oleh hamparan laun yang cantic. Namun, tiba-tiba penonton disuguhkan dengan
rumah masyarakat setempat yang roboh akibat banjir bandang di kepulauan
tersebut. Anote Tong sebagai Presiden Karibati menyatakan bahwa negara
kepulauan ini berada di bawah permukaan laut. Lalu Tomy E selaku Presiden
Palau menambahkan, kejadian itu diakibatkan dari pemanasan global.
7. Sumatra, Indonesia
Leo mendatangi Indonesia di pulau Sumatera. Leo datang bersamaan dengan
peristiwa terbesar yang selalu terjadi di setiap tahun di pulau Sumatera, yaitu
kebakaran hutan. Kebakaran hutan disebabkan perluasan lahan perkebunan
kelapa sawit. Namun, dalam perluasan lahan itu, menggunakan cara dibakar.
Pembakaran hutan bukan sesuatu yang diizinkan karena cadangan hutan hujan di
dunia tinggal menyisakan sedikit, salah satunya di Indonesia. Izin pembakaran
seharusnya tidak bisa dilakukan, namun pemerintah Indonesia masih memiliki
penyakit praktik korupsi, pemerintah membuat izin perluaasan lahan dengan
cara dibakar.

Dari perjalanan Leo saat kembali ke Amerika, ia mendatangi daerah pertenakan


milik Prof. Ghidan Eshel, PH. D selaku prof peneliti fisika lingkungan, seorang ilmuan
yang mempelajari efek perternakan pada iklim. Dari semua alas an penggundulan hutan
tropis, alas an utamanya adalah daging sapi. Daging sapi adalah salah satu penggunaan
sumber daya paling tidak efisien, 47% lahan Amerika Serikat di gunakan untuk
memproduksi makanan. 70%nya adalah ternak dan yang paling mencengangkan hanya
1% lahan untuk memproduksi sayur dan buah-buahan. Hewan ternak seperti sapi
memproduksi mentana, saat ia mengunyah makanan dan gas mentana dikeluarkan dari
mukut menuju ke atmosfer. Gas mentana lebih berdampak pada perubahan iklim,
karena 1 molekul mentana setara dengan 23 molekul CO2. Contohnya adalah satu
daging burger sama dengan menyalakan AC/pendingin ruangan selama 24 jam, itu
menyebabkan lapisan atmosfer menipis.
Diakhir film ini, Leo memberikan pencerahan pada peserta perjanjian Paris,
untuk perubahan yang menuntut kesadaran bersama, evolusi kesadaran bersama dari
umat manusia. Karena seluruh dunia memperhatikan, antara di puji oleh generasi atau
dijelek-jelekan oleh mereka. Leo juga memberikan solusinya seperti mengganti pola
konsumsi sapi yang berlebihan, beri suara pada pemimpin yang melawan perubahan
iklim, mengurangi subsidi bahan bakar fosil, investasi pada energy yang bisa diperbarui,
meninggalakan bahan bakar fosil ditanah, dan mendukung adanya penarikan pajak
CO2.
Tim National Geographic sangat pas dalam memilih cerita tentang perubahan
iklim di dunia. Mengingat usia bumi yang sudah tua didampingi dengan eksploitasi
sumber daya alam. Jadi kita sebagai manusia, harus sadar akan adanya perubahan iklim
dari adanya pencemaran lingkungan. Mari kita bersikap realistis, mari kita cari jalan
keluarnya, dan selalu ada jalan keluarnya.

Sekian, dan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai