Negara selanjutnya yang dikunjungi adalah India yang telah menjadi penghasil gas rumah
kaca terbesar ketiga di dunia. India memiliki 300juta penduduk miskin yang masih hidup tanpa
listrik. Sebagian dari mereka menggunakan biomassa untuk djibakar dan menjadi keperluan
memasak dan energi. Orang miskin di India sangat merasakan dampak perubahan iklim yang
ditandai dengan cuaca yang tidak sesuai musim telah merusak tanaman untuk makanan dan mata
pencaharian mereka. Selanjutnya adalah Kepulauan Kiribati dan Palau. Penduduk asli ini telah
merasakan dampak naiknya permukaan air laut dalam 12 tahun kebelakang. Hal ini
menyebabkan mereka terpaksa menjauhi pesisir ke daerah pedalaman untuk menghindar air laut
yang naik. Pemerintah Kiribati bahkan telah membeli tanah di Fiji untuk memindahkan
warganya. Selain adanya dampak kenaikan air laut, permasalahan yang dihadapi laut diperparah
karena ulah manusia dalam penangkapan ikan secara masif yang dapat merusak ekosistem laut.
salah satunya adalah terumbu karang. Selama 30 tahun terakhir kita telah kehilangan 50% dari
seluruh spesies karang. Jika tren saat ini terus berlanjut, diperkirakan akan kehilangan terumbu
karang pada tahun 2050. Kepunahan terumbu karang ini juga akan berakibat punahnya spesies
yang tinggal di karang dan juga krisis ekonomi pada masyarakat yang bergantung pada terumbu
karang. Laut yang semakin memprihatinkan menyebabkan fungsinya sebagai penyerap karbon
dioksida terdegradasi sehingga bumi kehilangan penstabil iklim untuk kelangsungan hidup planet
ini. Perjalanan terakhir adalah Indonesia yang merupakan rumah bagi salah satu dari tiga hutan
hujan terbesar di dunia. Namun, di Indonesia hutan hujan banyak dibakar untuk membuka jalan
bagi perkebunan peternakan dan pemukiman. Akibatnya, terdapat lebih dari 10.000 kematian
setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit pernapasan karena kualitas udara yang buruk. Selain
itu, kebakaran hutan menyebabkan tanah menjadi tandus dan membunuh ribuan hewan sehingga
berbagai spesies terancam punah
Melalui penjelajahan Leonardo ke berbagai benua, terlihat jelas bahwa manusia
memberikan faktor yang sangat besar terhadap perubahan iklim. Banyak negara bergantung pada
bahan bakar fosil untuk penggunaan listrik, transportasi, dan ekonomi. Pejabat pemerintah dan
politisi juga memanfaatkannya untuk mendapatkan pendapatan dan kekuasaan. Selain
pemerintah dan pengusaha, masyarakat khususnya masyarakat AS telah menjadi konsumen dan
pencemar terbesar nomor 1 di dunia. Masyarakat Amerika memiliki gaya hidup yang sangat
tergantung dengan listrik yang besar dan mengendarai mobil lebih banyak dari negara lain.
Dalam flm dikatakan bahwa konsumsi listrik 1 orang amerika sama dengan 1,5x orang prancis,
2,2x orang jepang dan UK, 2,6x orang Jerman, 5x orang Afrika Selatan, 10x orang China, 34x
Orang India, atau 61x orang Nigeria. Hal ini secara tidak sadar dipengaruhi oleh ketersediaan
pilihan di kehidupan sehari-hari. Salah satu yang dapat dilakukan adalah mengganti konsumsi
daging sapi ke daging ayam, ikan, atau sayur mayur karena seperti yang ditunjukkan pada film,
sapi merupakan penyumbang gas metana yang besar dimana gas metana 72x lebih berbahaya
dari gas karbon dioksida.
Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 di Paris, para terkemuka dunia berkumpul
dan sepakat bahwa perubahan iklim adalah masalah yang perlu ditangani. 196 negara
Ainan Azizah Siswoyo
Smart City Analyst
menandatangani Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ambisi
dalam mengejar energi yang lebih bersih. Selanjutnya, Leonardo DiCaprio bertemu dengan Elon
Musk yang memiliki gagasan untuk membuat energi alternatif yaitu Gigafactory dengan
menciptakan baterai yang mampu menyimpan energi matahari. Baterai ini memungkinkan untuk
menghindari pembangunan pembangkit listrik secara bersamaan dan mampu memberikan energi
ke seluruh desa, tanpa perlu memasang kabel berbagai tempat. Selanjutnya, pemerintah dapat
menerapkan carbontax, yaitu memberikan pajak pada penggunaan bahan bakar fosil. Solusi yang
bisa dilakukan untuk mengatasi pemanasan global ialah dengan mengontrol apa yang kita
lakukan selanjutnya. Bagaimana kita menjalani hidup, melakukan konsumsi, apa yang kita
makan, apa yang kita beli, dan bagaimana kita menggunakan energi. Bagaimana kita terlibat dan
menggunakan suara kita untuk memilih pemimpin yang mengetahui dan meyakini kebenaran
tentang perubahan iklim, yang mengurangi subsidi bahan bakar fosil, investasi pada energi
alternatif, dan mendukung pajak karbon. Kita perlu bergerak menuju kesadaran kolektif untuk
dapat bertahan hidup sebagai umat manusia.