Anda di halaman 1dari 3

Ainan Azizah Siswoyo

Smart City Analyst

Resume Film Documentary “Before the Flood”

Judul : Before the Flood


Tahun : 2016
Sutradara : Fisher Stevens
Produser : Fisher Stevens, Leonardo DiCaprio, James Packer, Brett Ratner, Trevor
Davidoski, Jenifer Davisson Killoran
Resume
Before the Flood merupakan film dokumenter yang membahas mengenai kondisi
perubahan iklim yang sedang berlangsung. Film dokumenter ini diperankan oleh Leonardo
DiCaprio yang pada saat itu menjadi Duta Perdamaian PBB. Alur film ini ditunjukkan dengan
perjalanan Leonardo DiCaprio ke berbagai penjuru benua untuk melihat secara langsung kondisi
bumi yang terkena dampak perubahan iklim. Pada film ini diceritakan keadaan yang
memprihatinkan bahwa terdapat pemerintah dunia yang tidak percaya bahkan menentang
pandangan para ilmuwan mengenai perubahan iklim. Hal ini terjadi akibat pemerintah telah
dikuasai oleh perusahaan besar untuk orientasi ekonomi semata yang dirasakan hanya dalam
jangka pendek. Padahal, sebanyak 97% ilmuwan iklim setuju bahwa saat ini pemanasan global
dan perubahan iklim telah terjadi akibat pembakaran fosil dan aktivitas manusia yang terus
dilakukan oleh para pengusaha untuk menyelamatkan usaha mereka.
Dalam film tersebut, Leonardo mengunjungi beberapa tempat yang menunjukkan
terjadinya perubahan iklim. Perjalanan Leo dimulai dari Canadian Tar Sands di Alberta, Kanada
yang dulunya merupakan hutan boreal yang sangat luas. Namun, saat ini telah menjadi tambang
minyak daratan terparah di dunia. Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke Baffin Islands dan
Greenland. Dalam film menunjukkan secara langsung bagaimana pulau es telah mencair dan
ratusan kubik gunung es Greenland meleleh menjadi air terjun yang jatuh ke laut lebih cepat
daripada prediksi. Perjalanan dilanjutkan ke pesisir Amerika Serikat seperti Miami yang telah
terkena dampak pemanasan global yaitu kenaika air laut dan terjadi banjir pada saat yang belum
seharusnya yang disebut sebagai “Sunny day Flooding”. Kemudia Leonardo mengunjungi negara
China yang mejadi negara pencemar udara nomor 1 di dunia. Hal ini terjadi karena terdapat lebih
dari 90 pabrik besar di China yang menyumbang banyak emisi karbon dan dinilai tidak sesuai
standar yang ada. Hal ini juga terjadi karena manufaktur dari seluruh dunia dialihdayakan ke
China dalam upaya menekan biaya. Dampak emisi karbon dirasakan langsung oleh masyarakat
China karena telah menganggu kesehatan warga sekitar. Hal tersebut membuat beberapa
kegiatan terganggu seperti sekolah diberhentikan dan masyaakat terpaksa keluar menggunakan
masker agar tidak menghirup udara yang dapat membahayakan kesehatan seperti terkena kanker
pernafasan.
Ainan Azizah Siswoyo
Smart City Analyst

Negara selanjutnya yang dikunjungi adalah India yang telah menjadi penghasil gas rumah
kaca terbesar ketiga di dunia. India memiliki 300juta penduduk miskin yang masih hidup tanpa
listrik. Sebagian dari mereka menggunakan biomassa untuk djibakar dan menjadi keperluan
memasak dan energi. Orang miskin di India sangat merasakan dampak perubahan iklim yang
ditandai dengan cuaca yang tidak sesuai musim telah merusak tanaman untuk makanan dan mata
pencaharian mereka. Selanjutnya adalah Kepulauan Kiribati dan Palau. Penduduk asli ini telah
merasakan dampak naiknya permukaan air laut dalam 12 tahun kebelakang. Hal ini
menyebabkan mereka terpaksa menjauhi pesisir ke daerah pedalaman untuk menghindar air laut
yang naik. Pemerintah Kiribati bahkan telah membeli tanah di Fiji untuk memindahkan
warganya. Selain adanya dampak kenaikan air laut, permasalahan yang dihadapi laut diperparah
karena ulah manusia dalam penangkapan ikan secara masif yang dapat merusak ekosistem laut.
salah satunya adalah terumbu karang. Selama 30 tahun terakhir kita telah kehilangan 50% dari
seluruh spesies karang. Jika tren saat ini terus berlanjut, diperkirakan akan kehilangan terumbu
karang pada tahun 2050. Kepunahan terumbu karang ini juga akan berakibat punahnya spesies
yang tinggal di karang dan juga krisis ekonomi pada masyarakat yang bergantung pada terumbu
karang. Laut yang semakin memprihatinkan menyebabkan fungsinya sebagai penyerap karbon
dioksida terdegradasi sehingga bumi kehilangan penstabil iklim untuk kelangsungan hidup planet
ini. Perjalanan terakhir adalah Indonesia yang merupakan rumah bagi salah satu dari tiga hutan
hujan terbesar di dunia. Namun, di Indonesia hutan hujan banyak dibakar untuk membuka jalan
bagi perkebunan peternakan dan pemukiman. Akibatnya, terdapat lebih dari 10.000 kematian
setiap tahun yang disebabkan oleh penyakit pernapasan karena kualitas udara yang buruk. Selain
itu, kebakaran hutan menyebabkan tanah menjadi tandus dan membunuh ribuan hewan sehingga
berbagai spesies terancam punah
Melalui penjelajahan Leonardo ke berbagai benua, terlihat jelas bahwa manusia
memberikan faktor yang sangat besar terhadap perubahan iklim. Banyak negara bergantung pada
bahan bakar fosil untuk penggunaan listrik, transportasi, dan ekonomi. Pejabat pemerintah dan
politisi juga memanfaatkannya untuk mendapatkan pendapatan dan kekuasaan. Selain
pemerintah dan pengusaha, masyarakat khususnya masyarakat AS telah menjadi konsumen dan
pencemar terbesar nomor 1 di dunia. Masyarakat Amerika memiliki gaya hidup yang sangat
tergantung dengan listrik yang besar dan mengendarai mobil lebih banyak dari negara lain.
Dalam flm dikatakan bahwa konsumsi listrik 1 orang amerika sama dengan 1,5x orang prancis,
2,2x orang jepang dan UK, 2,6x orang Jerman, 5x orang Afrika Selatan, 10x orang China, 34x
Orang India, atau 61x orang Nigeria. Hal ini secara tidak sadar dipengaruhi oleh ketersediaan
pilihan di kehidupan sehari-hari. Salah satu yang dapat dilakukan adalah mengganti konsumsi
daging sapi ke daging ayam, ikan, atau sayur mayur karena seperti yang ditunjukkan pada film,
sapi merupakan penyumbang gas metana yang besar dimana gas metana 72x lebih berbahaya
dari gas karbon dioksida.
Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 di Paris, para terkemuka dunia berkumpul
dan sepakat bahwa perubahan iklim adalah masalah yang perlu ditangani. 196 negara
Ainan Azizah Siswoyo
Smart City Analyst

menandatangani Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ambisi
dalam mengejar energi yang lebih bersih. Selanjutnya, Leonardo DiCaprio bertemu dengan Elon
Musk yang memiliki gagasan untuk membuat energi alternatif yaitu Gigafactory dengan
menciptakan baterai yang mampu menyimpan energi matahari. Baterai ini memungkinkan untuk
menghindari pembangunan pembangkit listrik secara bersamaan dan mampu memberikan energi
ke seluruh desa, tanpa perlu memasang kabel berbagai tempat. Selanjutnya, pemerintah dapat
menerapkan carbontax, yaitu memberikan pajak pada penggunaan bahan bakar fosil. Solusi yang
bisa dilakukan untuk mengatasi pemanasan global ialah dengan mengontrol apa yang kita
lakukan selanjutnya. Bagaimana kita menjalani hidup, melakukan konsumsi, apa yang kita
makan, apa yang kita beli, dan bagaimana kita menggunakan energi. Bagaimana kita terlibat dan
menggunakan suara kita untuk memilih pemimpin yang mengetahui dan meyakini kebenaran
tentang perubahan iklim, yang mengurangi subsidi bahan bakar fosil, investasi pada energi
alternatif, dan mendukung pajak karbon. Kita perlu bergerak menuju kesadaran kolektif untuk
dapat bertahan hidup sebagai umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai