Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL REVIEW

Judul : 1. Sustainable Development Through the One Village One Product (OVOP)
…..Approach for Local Commodities
2. Kajian Implementasi Konsep One Village One Product (OVOP) di
…..Kalimantan Timur
Penulis : 1. Aveanty Miagina et al. (2021)
2. Irwan Gani, Muliati (2021)

A. DESKRIPSI/ REVIEW ISU POKOK

Penelitian pada “Sustainable Development Through the One Village One Product
(OVOP) Approach for Local Commodities” membahas mengenai bagaimana pendekatan One
Village One Product dalam mengidentifikasi komoditas lokal yang ada di Kecamatan Tobelo
Barat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini berfokus pada studi kasus di
daerah Kecamatan Tabelo Barat, Kabupaten Halmahera yang memiliki 5 desa dengan potensi
komoditas pertanian yang beragam. Namun, Kecamatan Tabelo Barat masih belum menjadi
daerah perhatian pemerintah setempat sehingga belum jelas apakah pendekatan OVOP telah
diterapkan di daerah ini untuk meningkatkan potensi komoditas daerah sebagai penggerak
ekonomi masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi komoditas
desa yaitu hasil pertanian dan perkebunan sebagai penggerak ekonomi masyarakat setempat
melalui pendekatan One Village One Product (OVOP) sehingga diharapkan dapat menghasilkan
potensi daerah dan dapat memberikan beberapa alternatif upaya mengembangkan potensi
komoditas lokal di kabupaten tersebut. Metode yang dilakukan dalam mengidentifikasi
komoditas desa di Kecamatan Tabelo Barat adalah metode Location Quotient (LQ). Metode LQ
merupakan salah satu pendekatan yang biasa digunakan dalam ilmu ekonomi dasar sebagai
langkah awal untuk memahami sektor-sektor kegiatan yang mendorong pertumbuhan dan
menentukan bagaimana sebaran komoditas atau mengidentifikasi wilayah sesuai potensinya.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian “Kajian Implementasi Konsep One
Village One Product (OVOP) di Kalimantan Timur” tidak hanya membahas mengenai
identifikasi komoditas/produk unggulan yang ada di Kalimantan Timur. Penelitian ini juga
membahas mengenai identifikasi potensi pasar produk unggulan daerah dan mengidentifikasi
strategi pengembangan dan pemasaran produk unggulan melalui pendekatan OVOP. Proses
identifikasi produk unggulan disesuaikan dengan kriteria dan jenis IKM di indonesia yaitu yang
meliputi keunikan khas budaya dan keaslian lokal, mutu, dan tampilan produk, potensi pasar
yang terbuka di dalam dan di luar negeri serta kontinuitas dan konsistensi produksi yang
didukung sumber daya lokal. Penelitian ini berfokus pada studi kasus dengan lingkup yang lebih
luas dari penelitian sebelumnya yaitu Kalimantan Timur dengan 8 kota/kabupaten sasaran yaitu
Kabupaten Kutai Timur, Kutai Barat, Paser, Panajam Paser Utara, Kutai Kartanegara, Kabupaten
Berau, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang. Metode yang dilakukan dalam melaksanakan
penelitian ini menggunakan pendekatan kajian lapangan kemudian diolah melalui analisis
deskriptif (SWOT) untuk menentukan strategi pengembangan produk unggulan berdasarkan
OVOP dan statistik deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabel silang untuk
Mengidentifikasi produk unggulan daerah dan Mengindentifikasi potensi pasar produk unggulan
daerah.

B. PENJELASAN/ KRITIK ISU POKOK

Pembahasan dalam penelitian “Sustainable Development Through the One Village One
Product (OVOP) Approach for Local Commodities” dilakukan menggunakan metode LQ untuk
mengetahui persebaran desa yang memiliki komoditas lokal unggulan yang dapat diterapkan
pada pendekatan One Village One Product. Dengan menggunakan metode LQ, hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kecamatan Tabelo Barat memiliki keunggulan dalam produk pertanian,
perkebunan, dan produk bah-buahan. Pada produk perkebunan, tidak semua desa di Kecamatan
Tabelo Barat menghasilkan produk komoditi perkebunan. Sebagai contoh, perkebunan kopi
hanya dihasillkan di Desa Sukamaju dengan nilai LQ sebesar 13,5 yang juga merupakan nilai LQ
terbesar dalam distribusi hasil perkebunan. Pada produk pertanian, Komoditi terbesar berada
pada komoditi kacang hijau di Desa Sukamaju dan pada produk buah-buahan komoditas paling
unggul adalah Belimbing di Desa Transtogoli. Hasil dari seluruh perhitungan LQ bisa dilihat
pada tabel berikut.
Gambar 1. Analisis LQ Komoditas Unggulan Tabelo Barat
Tujuan OVOP adalah untuk menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif
lokal, dari sumber daya, yang bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi, dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan, memiliki image dan daya saing yang tinggi. Menurut
Hermuningsih, 2017, lingkup produk yang berbasis OVOP terdiri dari: (1) Produk makanan
olahan berbasis hasil pertanian dan perkebunan; (2) Produk aneka minuman dari hasil
pengolahan hasil pertanian dan perkebunan; (3) Produk hasil tenun atau konveksi khas
masyarakat lokal; (4). Produk kebutuhan rumah tangga termasuk produk dekoratif atau interior;
(5) Produk barang seni da nkerajinan termasuk produk cinderamata; (6) Produk herbal dan
minyak atsiri khas masyarakat lokal. Dari lingkup produk di atas, dapat dilihat bahwa hasil
produk komoditas unggulan di Kecamatan Tabelo Barat masih belum menunjukkan produk
inovatif berciri khas daerah yang memiliki keunggulan dengan komoditas serupa di derah lain.
Untuk dapat menjadi bagian dalam kriteria seleksi grup OVOP, diperlukan produk hasil
komoditi yang lebih dispesifikkan dari tiap-tiap desa di Kecamatan Tabelo Barat. Desa di
Kecamatan Tabelo Barat harus menghasilkan produk inovatif dari komoditas alam yang sesuai
dengan lingkup produk OVOP di Indonesia yaitu Produk makanan olahan berbasis hasil
pertanian dan perkebunan atau Produk aneka minuman dari hasil pengolahan hasil pertanian dan
perkebunan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini belum sepenuhnya menjawab mengenai
kesiapan Kecamatan Tabelo barat dalam memenuhi syarat, kriteria, dan jens OVOP di Indonesia
sesuai dengan ditetapkannya Permenperin No.14 Tahun 2021 tentang Pengembangan Industri
Kecil dan Industri Menengah di Sentra IKM Melalui OVOP. Pembahasan mengenai identifikasi
menurut kriteria OVOP telah dijelaskan pada Penelitian “Kajian Implementasi Konsep One
Village One Product (OVOP) di Kalimantan Timur”. Penelitian ini menggunakan metode yang
berbeda dalam mengidentifikasi komoditas unggulan yaitu analisis deskriptif statistik digunakan
dengan menggunakan pengukuran scoring yang sesuai dengan pedoman Juknis Dirjen IKM No
98/PER/IKM/9/2013

Hasil pembahasan mengenai identifikasi produk unggulan Kalimantan Timur dijabarkan


menggunakan klasifikasi dengan kriteria Bintang 5 (Sangat Baik), Bintang 4 (Baik), Bintang 3
(Cukup baik), Bintang 2 (Perlu Bimbingan), dan Bintang 1 (Banyak Kelemahan). Identifikasi
produk OVOP telah disesuaikan dengan kriteria IKM yaitu Makanan Ringan, Minuman Sari,
tenun, Batik, dan Anyaman. Hasil perhitungan terlihat bahwa Provinsi Kalimantan Timur hanya
memiliki produk unggulan OVOP pada kategori Tenun dan Anyaman. Tenun masuk ke
klasifikasi Bintang 3 dan Anyaman masuk ke klasifikasi Bintang 2. Pada hasil pembahasan
identifikasi potensi pasar produk ungglan, terlihat bahwa produk unggulan yang memiliki potensi
pasar besar hanya kategori OVOP minuman saribuah dan sirup buah.

Tidak berhenti pada identifikasi komoditas unggulan dan potensi pasar. Penelitian ini
juga mencakup pembahasan mengenai bagaimana strategi pengembangan produk unggulan
berdasarkan OVOP menggunakan analisis SWOT. Dalam analisis SWOT dihasilkan bahwa
produk yang masuk dalam kuadran III adalah Makanan Ringan, Tenun, Batik, dan Anyaman.
Artinya produk unggulan makanan ringan memiliki kekuatan secara internal (kekuatan >
kelemahan), namun lemah secara eksternal (peluang < Ancaman). Hal ini memiliki indikasi
bahwa produk kategori ini masih memiliki peluang untuk dikembangkan dengan strategi.
Kemudian Minuman Saribuah dan Sirupbuah masuk dalam kuadran IV yang artinya produk
unggulan minuman saribuah dan sirupbuah ini secara internal lemah (kekuatan < kelemahan),
sekaligus juga lemah secara eksternal (peluang < Ancaman).

C. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua jurnal berjudul “Sustainable Development
Through the One Village One Product (OVOP) Approach for Local Commodities” dan “Kajian
Implementasi Konsep One Village One Product (OVOP) di Kalimantan Timur” adalah bahwa
Dalam menuju pembangunan yang berkelanjutan, daya saing lokal sangat diperlukan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan salah satunya melalui pendekatan OVOP. Dalam
pengimplementasian OVOP, tidak hanya dilakukan dengan mengidentifikasi komoditas apa yang
unggul di suatu wilayah, tetapi juga perlu mengidentifikasi bagaimana potensi pasar yang
mampu mendorong komoditas unggulan serta strategi apa saja yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan produk unggulan di daerah. Kedua penelitian ini dapat menjadi pendukung satu
sama lain dalam mempersiapkan wilayahnya untuk menerapkan konsep OVOP guna
mengembangkan produk yang mampu bersaing di pasar global dengan tetap menekankan pada
nilai tambah lokal dan mendorong semangat menciptakan kemandirian masyarakat. Penggunaan
metode LQ dapat menjadi pijakan dasar dalam melakukan kajian berikutnya, yaitu penetapan
OVOP pada setiap kecamatan. Kemudian dapat mengidentifikasi bagaimana potensi passar serta
strateginya sehingga terbentuk ranking komoditi dan bentuk produk yang teridentifikasi di lokasi
studi untuk ditetapkan sebagai sektor komoditi yang diunggulkan daya saingnya sehingga dapat
membuat daftar one village one product (OVOP) dan sebarannya pada lokasi studi sebagai
usulan komoditas yang diunggulkan daya saingnya. Identifikasi potensi lokal di setiap desa
dibutuhkan untuk memudahkan identifikasi keunggulan wilayah. Namun, dalam
mengimplementasikan penerapan OVOP juga perlu kesadaran masyarakat untuk ters
mengembangkan potensi yang dimiliki di wilayahnya serta peran pemerintah guna mengarahkan,
membimbing dan membina masyarakat lokal agar memiliki keterampilan untuk mengembangkan
potensi lokalnya.
Sebagai contoh keberhasilan penerapan OVOP di Jepang yaitu OITA yang telah
didukung penuh oleh inisiasi masyarakat, keterampilan produsen yang terdidik serta
Kemandirian perusahaan ini dari segala intervensi dalam menjalankan bisnis, dan untuk
mempromosikan dan memasarkan produk lokal. Oleh karena itu, diperlukan pengurangan
Intervensi pemerintah di Indonesia untuk membantu produsen OVOP seiring berjalannya waktu
untuk mendorong investor lokal membangun perusahaan swasta grosir tanpa anggaran
pemerintah, untuk membantu menjaga promosi dan pemasaran produk OVOP.

D. LESSON LEARNED
Dalam penyusunan critical review, banyak pembelajaran yang dapat diambil dalam upaya
pengembangan wilayah, salah satunya dengan pendekatan One Village One Product. Jurnal yang
berjudul “Sustainable Development Through the One Village One Product (OVOP) Approach
for Local Commodities” dan “Kajian Implementasi Konsep One Village One Product (OVOP) di
Kalimantan Timur” memberikan pembahasan mengenai bagaimana bentuk penerapan OVOP
dalam pembangunan wilayahnya sehingga memberikan pembelajaran utamanya mengenai
identifikasi komoditas unggulan yang dapat menjadi produk OVOP. Pada jurnal “Sustainable
Development Through the One Village One Product (OVOP) Approach for Local Commodities”
dapat mempelajari proses perhitungan identifikasi komodias unggulan dan sebaran wilayah yang
memiliki komoditas unggulan menggunakan metode LQ sehingga nantinya dapat ditindaklanjuti
dalam kesiapannya mengembangkan produk berbasis OVOP di Tabelo Barat. Tidak hanya
mengidentifikasi komoditas unggulan di tiap daerah, dai Jurnal “Kajian Implementasi Konsep
One Village One Product (OVOP) di Kalimantan Timur” juga dapat mempelajari bagaimana
proses identifikasi produk unggulan daerah berbasis OVOP dengan metode berbeda yaitu metode
statistik deskriptif serta mengidentifikasi dari segi potensi pasar dan strategi pengembangan yang
dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi komoditas unggulan dengan analisis SWOT.
Selain pentingnya mengetahui bagaimana tahapan dalam penerapan OVOP, kesiapan daerah juga
harus diperhatikan. Yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, wawasan produsen,
peran pemerintah dan perlunya upaya serta kerja bersama untuk mewujudkan OVOP di
Indonesia dan dengan mengacu pada negara lain yang telah berhasil dalam menerapkan OVOP.

E. DAFTAR PUSTAKA

Gani, I., & Muliati, M. (2018). Kajian implementasi konsep one village one product (ovop) di kalimantan
timur. INOVASI, 14(2), 134-142.

Fatah, A., Rahmi, A., & Biantary, M. P. (2017). Tinjauan Beberapa Komoditas Pertanian Strategis
sebagai Basis Penetapan Produk Unggulan Daerah Tingkat Desa di Kabupaten Paser Provinsi
Kalimantan Timur. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 16(1), 1-16.

LAMATINULU, L. (2021). The Strategy Design For Integrating the One Village One Product (OVOP)
Program With the Cocoa Processing Industry Cooperative to Increase Farmers'
Income. International Journal of Scientific and Research Publication (IJSRP), 11(5), 41-47.

Hendri, M. I., Espa, V., & Hasanudin, H. (2018). Model Sinergisitas Kelembagaan dalam Pengembangan
Kewirausahaan UMKM Wilayah Perbatasan dengan Pendekatan One Village One Product
(OVOP). Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan (JEBIK), 7(2), 118-131.

Koswara, I., Gemiharto, I., & Erlandia, D. R. (2020). RURAL TOURISM DEVELOPMENT AS A ONE
VILLAGE ONE PRODUCT (OVOP) APPROACH IN WEST BANDUNG
REGENCY. Sosiohumaniora, 22(3), 319-324.

Hoang Thanh, L., Ta Nhat, L., Nguyen Dang, H., Ho, T. M. H., & Lebailly, P. (2018). One Village One
Product (OVOP)—A rural development strategy and the early adaption in Vietnam, the case of
Quang Ninh Province. Sustainability, 10(12), 4485.

Widiyanti, A. (2018). A comparative study: One village One Product (OVOP) as an engine of local
economic development in Japan and Indonesia. Jurnal Litbang Sukowati: Media Penelitian Dan
Pengembangan, 1(2), 80-94.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai