Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Illahi Robbi karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa
terlimpah curahkan kepada suri tauladan sepanjang zaman Rasulullah SAW, beserta para
keluarga dan para sahabatnya. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Bioteknologi Ibu Anggita Rahmi Hafsari, M.Si atas bimbingannya selama
pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioteknologi juga
untuk memberikan informasi tentang vaksin. Makalah ini membahas tentang sejarah,
pengertian, bahan, proses pembuatan, jenis-jenis, manfaat, dan efek samping dari vaksin.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kontribusi dari anda mohon kritik dan saran yang
membangun tentang makalah ini agar ada perbaikan untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama untuk kami,
aamiin.

Bandung, 10 Oktober 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli telah mulai lagi
mengembangkan Bioteknologi dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah melalui
penelitian. Dalam Bioteknologi modern orang berupaya dapat menghasilkan produk
secara efektif dan efisien. Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat
sejak dulu. Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah
suntikan kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat
penting sebagai pelindung dari serangan penyakit.
Tubuh manusia maupun hewan mempunyai kemampuan untuk melawan hampir
semua jenis organisme atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh.
Kemampuan itu disebut imunitas. Dari sebagian besar imunitas merupakan imunitas
didapat yang tidak timbul sampai tubuh pertama kali diserang oleh bakteri yang menang
menyebabkan penyakit atau toksin, seringkali memerlukan waktu berminggu-minggu
atau berbulan-bulan untuk membentuknya.
Selain imunitas bawaan, tubuh juga mampu membentuk imunitas spesifik yang
sangat kuat untuk melawan agen penyerbu yang bersifat mematikan, seperti bakteri, virus,
toksin, dan bahkan jaringan asing yang berasal dari hewan lain. Imunitas semacam ini
disebut imunitas didapat. Imunitas didapat dihasilkan oleh sistem imun khusus yang
membentuk antibodi dan mengaktifkan limfosit yang mampu menyerang dan
menghancurkan organisme spesifik atau toksin.
Vaksin adalah mikroorganisme yang dilemahkan dan apabila diberikan kepada
manusia ataupun hewan tidak akan menimbulkan penyakit, melainkan untuk merangsang
pembentukan antibodi (zat kebal) yang sesuai dengan jenis vaksinnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan vaksin?
2. Bagaimana sejarah dari vaksin?
3. Apa saja bahan pembuatan vaksin?
4. Bagaimana proses pembuatan vaksin?
5. Apa saja jenis-jenis vaksin?
6. Apa manfaat vaksin?
7. Apa efek samping dari vaksinasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vaksin.
2. Untuk mengetahui sejarah dari vaksin.
3. Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan vaksin.
4. Untuk mengetahui proses pembuatan vaksin.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksin.
6. Untuk mengetahui manfaat vaksin.
7. Untuk mengetahui efek samping dari vaksinasi

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah memberikan informasi
tentang pengertian vaksin, mengetahui sejarah vaksin, mengetahui bahan-bahan
pembuatan vaksin, mengetahui proses pembuatan vaksin, mengetahui jenis-jenis vaksin,
mengetahui manfaat vaksin, dan mengetahui efek samping dari vaksinasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Vaksin
Vaksin berasal dari Bahasa Latin yaitu “vacca” yang artinya melemahkan.
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
oleh mikroorganisme. Vaksin dapat berupa virus atau bakteri yang telah dilemahkan
sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau
hasil-hasil pemumiannya (protein, peptida, partikel seperti virus, dsb.). vaksin akan
mempersiaplan sistem kekebalan manusia ataupun hewan untuk bertahan terhadap
serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga dapat
membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (sel kanker).
Cara memasuk vaksin bisa dengan disuntik ataupun dengan oral. Fungsi utama
dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang diakibatkan oleh
mikroorganisme.Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu
ke dalam tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit/
mikroorganisme tersebut.
Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun
jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan
penyakit. Ketika seorang/individu divaksinasi terhadap penyakit atau infeksi,
mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk melawan infeksi. Setelah
divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang menyebabkan tubuh persneling untuk
melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar
bagaimana untuk menghilangkan hampir semua penyebab penyakit dari
mikroorganisme yang menyerang itu. Setelah divaksinasi tubuh "mengingat"
bagaimana melindungi diri dari mikroorganisme yang dialami sebelumnya.

2.2 Sejarah Vaksin


Menutup tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai
dengan munculnya Achievements of Great Vaccine Scientist seperti Pasteur. Sejak
Jenner Vaccinia 200 tahun yang lalu diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia
telah dapat dikendalikan dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies
(1885), plague(1897), difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927),
tetanus (1927), dan yellow fever (1935). Beberapa vaksin digunakan secara individu
di daerah dengan resiko penyakit seperti rabies dan plague, tetapi tidak pernah
digunakan secara sistematis dalam skala global. Antara lain pada vaksin BCG pada
tanggal 24 April 1927, dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille
Guerin berhasil menemukan vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan
vaksin bacillus calmette guerin(BCG).
Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner (1749-1823). Jenner
mendengar cerita bahwa jika seorang tertular cacar sapi yang sering terjadi pada
pemerah sapi pada waktu itu, maka dia akan menjadi kebal dan terlindung dari
penyakit cacar yang pada saat itu masih mewabah. Ia melakukan observasi sistematis
dan melakukan eksperimen terhadap seorang anak. Jenner mengambil darah dari
vesikel di tangan pemerah susu yang tertular cacar sapi, kemudian menginokulasi
cairan tersebut pada dua irisan sepanjang 2,5 inci pada lengan anak tersebut. Enam
minggu kemudian ia memvariolasi (memaparkan virus cacar dari penderita cacar ke
manusia sehat) ke lengan anak tersebut dan tidak menunjukkan suatu reaksi.Variolasi
diulang beberapa bulan kemudian ternyata hasilnya tetap sama. Jenner menyusun
tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada manusia yang pernah tertular
cacar sapi. Ia juga melakukan survei nasional yang mendukung teorinya. Sesudah
penemuan Jenner diujicoba dan dikonfirmasi banyak ilmuwan lain, vaksinasi cacar
mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan
dunia.
Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit akibat gigitan
tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies
(VAR). VAR yang digunakan ini kemudian mengalami perkembangan berupa
perbaikan, ini sebagai usaha untuk mendapatkan vaksin yang lebih imunogenik dan
lebih aman. Seperti diketahui rabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan
syaraf pusat yang disebabkan virus RNA dari golongan famili Rhabdoviridae yang
terdapat dalam air ludah dari hewan ataupun manusia yang menderita anjing
gila.Virus yang bersifat neurotrop ini sebetulnya penyebab penyakit terutama pada
hewan, namun dapat menular kepada manusia terutama melalui gigitan hewan.
Produksi dan metode pengujian secara esensial relatif tidak pernah berubah
dari saat mendapatkan lisensi. Vaksin viral hidup, seperti oral polio vaksin
(OPV), masih digunakan diseluruh dunia kecuali di AS.Campak dan vaksin yellow
fever tidak pernah berubah dari sejak era 1960.Bahkan, vaksin yang relatif baru,
yaitu vaksin recombinanthepatitis B, sudah berumur lebih dari 20 tahun.

2.3 Bahan-Bahan Pembuatan Vaksin


Bahan-bahan pembuatan vaksin:
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong antibodi. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan
pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk
konsumsi manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapa vaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena
dipakai sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai bahan
pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan
kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam
perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada sebagian
orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
pada Vaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.

2.4 Proses Pembuatan Vaksin


Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah
tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari
produksi vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon
vaksin yang aman dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur
laboratorium yang sederhana tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala
produksi. Berikut proses pembuatan vaksin:
1) Pengumpulan Benih Virus
Produksi vaksin dimulai dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut
benih). Virus harus bebas dari kotoran, baik berupa virus yang serupa atau variasi
dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih harus disimpan dalam kondisi “ideal”,
biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih kuat atau lebih lemah dari yang
diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik. Jumlah yang
kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat
dibuat menjadi ratusan liter vaksin. Freezer dipertahankan pada suhu tertentu.
Grafik di luar freezerakan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor
terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan
menyala jika suhu freezer berada di luar suhu yang seharusnya.
2) Pertumbuhan Virus
Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu
secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel
virus ditempatkan ke dalam “pabrik sel” sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi
sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk
berkembang biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun
semua media umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya
protein murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa
organik yang mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada
suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan
bertambah banyak.
Selain suhu, faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH. pH adalah ukuran
keasaman atau kebasaan, diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus
disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau
basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu
besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor
yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai
koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk
mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik,
dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil
produk setengah jadi ketika siap.
Virus dari pabrik sel ini kemudian dipisahkan dari media, dan ditempatkan
dalam media kedua untuk penumbuhan tambahan. Metode awal yang dipakai 40
atau 50 tahun yang lalu yaitu menggunakan botol untuk menyimpan campuran, dan
pertumbuhan yang dihasilkan berupa satu lapis virus di permukaan media. Peneliti
kemudian menemukan bahwa jika botol itu berubah posisi saat virus tumbuh, virus
bisa tetap dihasilkan karena lapisan virus tumbuh pada semua permukaan dalam
botol.
Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa pertumbuhan
sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling umum
digunakan yaitu tripsin. Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis
dalam memberi makan dan pertumbuhan sel.
Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan sama sekali. Virus yang sedang
tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun mirip dengan pabrik sel,
dan dicampur dengan “manik-manik”, partikel mikroskopis dimana virus dapat
menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi virus daerah yang lebih
besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh
lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat. Waktu
yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang
diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.
3) Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari
manik-manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui
sebuah filter dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk
melewatinya, namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat.
Campuran ini disentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari manik-
manik dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain
yaitu dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga dapat
memisahkan manik-manik dari virus.
4) Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang dimatikan.
Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk
kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir
setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru biasanya berupa virus yang
dilemahkan.Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies, misalnya,
selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum dimulai
proses produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan (ditumbuhkan)
berulang kali di berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar menjadi kuat
saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan untuk
vaksin ‘attenuated’. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan
berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin.
Beberapa virus yang “tepat” mencapai tingkat atenuasi yang membuat mereka
dapat diterima untuk penggunaan vaksin, dan tidak mengalami perubahan dalam
kekuatannya.Teknologi molekuler terbaru telah memungkinkan atenuasi virus
hidup dengan memanipulasi molekul, tetapi metode ini masih langka.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu
tumbuh.Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin)
dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan
kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan
apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air,
alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-
ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.

2.5 Jenis-Jenis Vaksin


1) Live Attenuated Vaccine
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya
virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih
mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah.
Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :
 Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun
sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen
 Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis
berganda
 Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu
pemberiannya tidak tepat
 Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
 Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah
 Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai
95%
 Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan
dosisasli dan berperan sebagai imunisasi ulangan.
Contoh: Vaksin Polio (Sabin), Vaksin MMR, Vaksin TBC, Vaksin Demam Tifoid,
Vaksin Campak, Vaksin Gondongan, dan Vaksin Cacar Air (Varicella).
2) Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)
Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia
(formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri
atau virus, atau sebagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin
inactivated vaccine, yaitu :
 Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan
dalam bentuk antigen
 Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau
tidak menimbulkan imunitas seluler
 Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis
ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya
memacu dan menyiapkan sistem imun, respon imunprotektif baru-barumuncul
setelah dosis kedua dan ketiga
 Tidak dipengaruhi oleh circulating antibodi
 Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik
 Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah.
Contoh: Vaksin Rabies, Vaksin Influenza, Vaksin Polio (Salk), Vaksin Pneumonia
Pneumokokal, Vaksin Kolera, Vaksin Pertusis, dan Vaksin Demam Tifoid.
3) Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit
dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat
imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang
jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang
terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi bakteri toksoid efektif selamasatu
tahun. Contoh: Vaksin Difteri dan Tetanus.
4) Vaksin Acellular dan Subunit
Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan
melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin
vektor virus dan vaksin antiidiotipe.Contoh: Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus
Influenza tipe b (Hib) dan Vaksin Influenza.
5) Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment Antigen Binding)
dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang
disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai
antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan
pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.
6) Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah
besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.
Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri Escherichia coli, yeast, dan
baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein
juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa
gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari
berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan
dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan
vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis
dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi
sel penerima vaksin.
7) Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba
diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan
ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA
plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam
DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu
vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang
akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba
yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam
perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan
menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral
dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan.
8) Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker. Vaksinasi Hepatitis B dibuat
dari bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak
dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial,
pemberian serial ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur
hidup.
9) Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-
anak di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus)
dapat menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran
pernafasan anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin. Kini terdapat
lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10%
yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah
bakteri yang muncul d i dunia dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus
yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik.
Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya
adalah:
 Meningitis (Radang selaput otak)
 Bakteremia (infeksi dalam darah)
 Pneumonia (infeksi Paru-paru)
 Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.
10) Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)
Human Papilloma Virus secara umum menginfeksi lapisan kulit yaitu pada
keratinosit dan membran mukosa. Sebagian besar virus jenis ini (ada lebih dari 200
virus) tidak menimbulkan gejala, tetapi sebagian akan dapat menimbulkan gejala
berupa kutil. Kutil ini dapat muncul dimana saja. Virus ini juga telah terbukti
memiliki hubungan dengan munculnya kanker servix, vulva, vagina, dan anus pada
wanita dan sebagian lain kanker pada anus dan penis laki-laki.
11) Vaksin Varicella (Cacar Air)
Cacar air (Varicella) adalah penyakit yang sering dialami pada masa kanak-
kanak. Penyakit ini cukup ringan, tapi bisa berakibat serius, terutama bagi bayi dan
orang dewasa.
 Cacar air bisa menyebabkan ruam, rasa gatal, demam, dan rasa lelah
 Bisa menyebabkan infeksi kulit yang berat, meninggalkan bekas luka,
pneumonia, kerusakan pada otak, atau kematian
 Virus cacar air bisa tersebar melalui udara, atau melalui kontak dengan cairan
pada lepuhan (pada kulit) yang disebabkan oleh cacar air tersebut
 Seseorang yang telah menderita penyakit cacar air bisa mengalami ruam yang
menyebabkan rasa nyeri beberapa tahun setelah terkena cacar air
 Sebelum vaksin cacar air ini ada, sekitar 11.000 orang di Amerika Serikat
dirawat di rumah sakit akibat penyakit ini.
Vaksin cacar air ini dapat mencegah penyakit cacar air. Kebanyakan dari orang
yang telah mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena penyakit ini.
Walaupun mereka terkena cacar air, biasanya reaksi yang ditimbulkan cukup
ringan. Mereka hanya memiliki sedikit lepuh/gelembung cacar air di tubuh, dan
sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami demam.Waktu pemulihannya juga
relatif cepat.
12) RotaTeq dan Rotarix Vaksin
Rotavirus adalah virus yang sering menyebabkan gastroenteritis akut (infeksi
saluran pencernaan) pada anak, yang ditandai dengan muntah, diare, demam, dan
nyeri perut. Pada bayi dan anak kecil, infeksi rotavirus dapat menyebabkan diare
dan muntah berat sehingga anak menjadi kehilangan banyak cairan (dehidrasi).
Infeksi rotavirus dapat dicegah salah satunya dengan imunisasi rotavirus. Saat ini
tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix. Gejala infeksi
rotavirus berupa demam, muntah, diare, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare
merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3 – 8
hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu
makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi
ringan dan berat, bahkan kematian.
 Rotavirus dapat menular dengan mudah. Mencegah infeksi dengan cara rajin
cuci tangan dan menjaga kebersihan sangat penting, namun tidak cukup untuk
mencegah penularan infeksi rotavirus.
 Vaksin rotavirus dapat mencegah gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Vaksin rotavirus dapat mencegah hingga kira-kira 75% kasus infeksi
rotavirus dan 98% kasus infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis vaksin
rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.
Vaksin rotavirus tidak dapat mencegah diare atau muntah yang disebabkan
oleh infeksi virus lain (karena banyak jenis virus yang dapat menyebabkan
gastroenteritis akut). Selain itu anak yang sudah imunisasi rotavirus masih dapat
terkena infeksi rotavirus (gastroenteritis) karena rotavirus terdiri dari banyak strain,
tidak semua strain rotavirus terdapat dalam vaksin, dan vaksin tidak memberikan
efek perlindungan (imunitas yang penuh).
Rotarix adalah vaksin yang melindungi bayi anda dari virus (rotavirus) yang
dapat menyebabkan diare dan muntah berat. Rotavirus dapat menyebabkan diare
dan muntah berat sehingga bayi anda dapat kehilangan banyak cairan sehingga
anak harus segera dibawa ke rumah sakit. Vaksin Rotarix berupa cairan yang
diberikan melalui mulut (vaksin oral), bukan suntikan. Rotarix berupa cairan yang
diberikan melalui tetesan pada mulut bayi dan ditelan oleh bayi. Bayi anda akan
mendapatkan dosis pertama pada usia 6 minggu. Dosis kedua diberikan setidaknya
4 minggu setelah dosis pertama, sebelum usianya 6 bulan.Rotarix dapat diberikan
bersama dengan imunisasi suntik lainnya.Bayi anda dapat langsung menyusui
setelah mendapatkan Rotarix.
Rotateq adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi rotavirus pada
anak-anak.Infeksi rotavirus dapat menyebaban demam, muntah dan diare, yang
penyakit tersebut dapat berat dan menyebabkan anak kehilangan banyak cairan
(dehidrasi), memerlukan perawatan di rumah sakit, dan bahkan dapat menyebabkan
kematian pada beberapa anak.
13) Vaksin Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis
A suatu virus RNA yang ditularkan melalui rute fecal-oral terutama karena sanitasi
yang buruk. Dapat menular lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi virus
atau dari droplet ludah manusia yang mengandung virus. Penyakit ini sebenarnya
dapat sembuh sendiri tetapi pada pasien dengan gejala yang berat dapat muncul
kuning di seluruh tubuh maupun di mata, mual, muntah-muntah dan demam.
Vaksinasi dapat mencegah penyakit ini.

2.6 Manfaat Vaksin


Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati. Salah
satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu untuk
mencegah penyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri,
misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel,
kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri
dan virus yang menyerang .Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki tubuh
sebagai penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang
disebut antibodi untuk melawan mereka. Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan
normal memiliki kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk membela
serangan terhadap ribuan antigen setiap hari. Mereka melakukannya-secara alami
sampai-sampai orang bahkan tidak menyadari mereka sedang diserang dan membela
diri. Ketika serangan sudah terlalu banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah
orang akan merasakan sakit atau berbagai gejala penyakit. Banyak antibodi akan
menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel
yang terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel
memori ini dapat mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika
antigen yang sama mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah
beberapa dekade kemudian. Perlindungan ini disebut imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam
keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam
jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala
dan tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan
antibodi terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang
ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama
di waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak
mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun
sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika
akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.

2.7 Efek Samping Vaksinasi


Memberikan vaksin dapat mengakibatkan efek samping, tidak memberi vaksin
juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit
pada orang lain. Resiko komplikasi serius dari vaksin selalu jauh lebih rendah
daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan salah satu penyakit.
Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat
menyebabkan area merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang dalam
beberapa hari. Anak Anda mungkin mendapatkan demam pada hari suntikan dan
hingga 10 hari kemudian. Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin
Pneumokokus adalah reaksi di tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan
atau bengkak, demam dan lekas marah. Anak Anda mungkin juga mengantuk.
Vaksin MMR dapat menyebabkan reaksi singkat yang dapat dimulai dari
beberapa hari sampai tiga minggu setelah vaksinasi. Anak Anda mungkin
mendapatkan gejala-gejala ringan seperti penyakit yang sedang divaksinasi, misalnya
dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar ludah membengkak. Penelitian intensif
selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis belum terbukti. Vaksin Meningitis
C mungkin mempunyai efek sebagai berikut:
 Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan.
 Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat
suntikan diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah terganggu tidur
 Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa bengkak di
tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan dalam
beberapa hari vaksinasi
 Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki beberapa
pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1 dalam 50 mungkin
mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin mengalami sakit pada
lengan yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu atau dua hari.
Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah rasa
sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan. Efek samping umum lainnya antara
lain adalah: sakit kepala, sakit otot atau sendi, kemerahan dan bengkak di tempat
suntikan, demam, pusing, iritasi kulit, seperti gatal dan ruam, gangguan usus, seperti
mual dan muntah, diare, sakit perut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vaksin berasal dari Bahasa Latin yaitu “vacca” yang artinya melemahkan. Vaksin
dapat berupa virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan
penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemumiannya
(protein, peptida, partikel seperti virus, dsb.). Vaksin cacar ditemukan oleh Edward
Jenner (1749-1823). Pada tahun 1885 Pasteur memperkenalkan vaksin rabies. Bahan-
bahan pembuatan vaksin adalah alumunium, benzetonium, etilen glikol, formalin,
gelatin, glutamat, neomicin, fenol, streptomisin, dan timerosal.
Proses pembuatan vaksin:
1) Pengumpulan Benih Virus
2) Pertumbuhan Virus
3) Pemisahan Virus
4) Memilih Strain Virus
Jenis-jenis vaksin:
1) Live Attenuated Vaccine
2) Inactivated Vaccine(Killed Vaccine)
3) Vaksin Toksoid
4) Vaksin Acellular dan Subunit
5) Vaksin Idiotipe
6) Vaksin Rekombinan
7) Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
8) Vaksin Hepatitis B
9) Vaksin Pneumokokus
10) Vaksin Human Papilloma Virus (HPV)
11) Vaksin Varicella (Cacar Air)
12) RotaTeq dan Rotarix Vaksin
13) Vaksin Hepatitis A
DAFTAR PUSTAKA

Burnette WN. 1981. "Western Blotting: Electrophoretic Transfer of Proteins From Sodium
Dodecyl Sulfate-Polyacrylamide Gels to Unmodified Nitrocellulose and Radiographic
Detection with Antibody and Radioiodinated Protein A". Analytical Biochemistry 112 (2):
195–203.
Kaneko H., Y. Nakanishi, K. Taya, H. Kishi, G. Watanabe, S. Sasamoto, and Y. Hasegawa. 1993.
Evidence that Inhibin is an Important Factor in Regulation of FSH Secretion During the Mid-
Luteal Phase in Cows. J. Endocrinol. 136:35-41.
O'Shea T., M.A. Hillard, S.T. Anderson, B.M. Bindon, J.K. Findlay, C.G. Tsonis, and J.F.Wilkins.
1994. Inhibin immunization for Increasing Ovulation Rate and Superovulation.
Theriogenology. 41:3-17.
Towbin H, Staehelin T, Gordon J. 1979. Electrophoretic Transfer of Proteins from Polyacrylamide
Gels to Nitrocellulose Sheets: Procedure and Some Applications. Proceedings of the National
Academy of Sciences USA. 76 (9): 4350-54.
Walker J.M. 2002. The Protein Protocols Handbook. Humana Press. Totowa, New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai