Anda di halaman 1dari 7

Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium.

Pada gelombang
yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat
panjangnya dengan menghitung jarak antar lembah dan bukit (gelombang transversal) atau
menghitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat
gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik. Dalam pembahasan
selanjutnya hanya akan dibahas mengenai gelombang transversal saja, atau lebih detailnya mengenai
gelombang berdiri.

Gelombang berdiri adalah suatu gelombang yang terbentuk dari dua gelombang tali
yang digetarkan terus menerus dan merupakan perpaduan gelombang datang dan gelombang pantul.
Adapun perumusan masing – masing gelombang ;

- Gelombang Datang
𝑦1 = 𝐴 sin(𝑘𝑥 − 𝑤𝑡) arah gerak kekiri ... (1)
- Gelombang Pantul
𝑦2 = 𝐴 sin(𝑘𝑥 + 𝑤𝑡) arah gerak kekanan ... (2)

Gambar 1. Gelombang berdiri dengan gelombang datang dan gelombang pantul

Persamaan (1) dan (2) jika dijumlahkan akan diperoleh resultan dari gelombang tersebut
dengan rumusan ;

𝑌 = 𝑦1 + 𝑦2 = 2𝐴 sin(𝑘𝑥) cos (𝑤𝑡) ... (3)

atau

𝑌 = 𝐵 cos (𝑤𝑡) ... (4)

Tinjau persamaan (3) dan (4), sehingga diperoleh 𝐵 = 2𝐴 sin (𝑘𝑥) . Dapat disimpulkan dua
hal sebagai berikut :
- jika nilai dari 2A mencapai amplitudo perut pada nilai x, maka nilai dari sin kx = ± 1,
(2𝑛+1)𝜆
sehingga nilai 𝑥 = 4
, dengan nilai n = 0,1,2,3 ... (5)
- jika nilai dari 2A mencapai amplitudo simpul pada nilai x, maka nilai dari sin kx = 0,
𝜆
sehingga nilai x = 𝑛 (2), dengan nilai n = 0,1,2,3 ... (6)

2𝜋
Sedangkan rumus untuk bilangan gelombang adalah : 𝑘 = 𝜆
Gelombang Berjalan
Amplitudo pada tali yang digetarkan terus menerus akan selalu tetap, oleh karenanya
gelombang yang memiliki amplitudo yang tetap setiap saat disebut gelombang berjalan.
Misalkan seutas tali kita getarkan ke atas dan ke bawah berulang-ulang seperti pada Gambar
disamping ini. Titik P berjarak x dart titik 0 (sumber getar), Ketika titik 0 bergetar maka getaran
tersebut merambat hingga ke titik P,Waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk merambat dari titik
o ke titik P adalah x / v dengan demikian bila titik 0 telah bergetar selama t detik maka titik p telah
bergetar selama tP dengan

tp= t- x/v

Berdasarkan uraian diatas maka akan didapatkan persamaan simpangan gelombang, sebagai
berikut:

y=A sin⁡ 2π/T t

Persamaan simpangan di titik P dapat diperoleh dengan mengganti nilai t dengan tp sehingga
kita dapatkan hubungan berikut.
yp = A sin⁡ 2π/T (t- x/v)

ket : A = amplitudo gelombang (m)


T = periode gelombang (s)
t = lamanya titik 0 (sumber getar) bergetar (s)
x = jarak titik P dari sumber getar (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
yp= simpangan di titik P (m)

dalam hal ini gelombang memiliki dua kemungkinan dalam arah rambatannya, oleh karenanya perlu
diperhatikan langkah sebagai berikut:

 Apabila gelombang merambat ke kanan dan titik asal 0 bergetar ke atas maka persamaan
simpangan titik P yang digunakan adalah:

yp = A sin⁡2π/T (t- x/v)

 Apabila gelombang merambat ke kiri dan titik asal 0 bergetar ke bawah maka persamaan
simpangan titik P yang digunakan adalah:
yp = - A sin⁡ 2π/T (t- x/v)
Fase di definisikan sebagai perbandingan antara waktu sesaat untuk meninggalkan titik
keseimbang (titik 0) dan periode. Dengan demikian fase gelombang dititik P dapat ditulis sebagai
berikut:
Φ = tp/T
= (t- x/v)/T
= t/T- x/vT
Sehinggadihasilkan : φp = t/T - x/λ

Sedangkan untuk mengukur besarnya sudut fase di titik P dapat dituliskan sebagai berikut:
θp = 2π φ_p
= 2π (t/T- x/λ)
Beda fase antara dua titik yang berjarak X2 dan X1 dari sumber getar dapat dituliskan sebagai
berikut:
Δφ = ( x2 - x1)/λ
Δφ = ∆x/λ

Nilai kecepatan dan percepatan gelombang di suatu titik dapat diketahui dengan menurunkan
persamaan keduanya, sebagai berikut:
vp = 2π/T A cos⁡ 2π/T (t- x/v)
ap = - (4π2)/T2 A cos⁡ 2π/T (t- x/v)

Keterangan:
vp = kecepatan partikel di titik p (m/s)
ap = percepatan partikel di titik p (m/s2)

Gelombang Stasioner
Gelombang yang memiliki amplitudo yang berubah – ubah antara nol sampai nilai
maksimum tertentu. Gelombang stasioner dibagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner akibat
pemantulan pada ujung terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas.

Seutas tali yang panjangnya l diikat ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya kita
biarkan, setela itu kita goyang ujung yang bebas itu keatas dan kebawah berulang – ulang. Saat tali di
gerakkan maka gelombang akan merambat dari ujung yang bebas menuju ujung yang terikat,
gelombang ini disebut sebagai gelombang dating. Ketika gelombang dating tiba diujung yang terikat
maka gelombang ini akan dipantulkan sehingga terjadi interferensi gelombang.

Untuk menghitung waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 ke titik P
adalah (l- x)/v . sementara itu waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 menuju
titik P setelah gelombang mengalami pemantulan adalah (l+x)/v , kita dapat mengambil persamaan
dari gelombang dating dan gelombang pantul sebagai berikut:

y1= A sin 2π/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang


y2= A sin 2π/T (t- (l+x)/v+ 1800) untuk gelombang pantul

Keterangan:
a.Gambar pemantulan gelombang pada ujung tali yang terikat.
b.Gambar pemantulan gelombang pada ujung tali yang dapat bergerak bebas.

sehingga untuk hasil interferensi gelombang datang dan gelombang pantul di titik P yang berjarak x
dari ujung terikat adalah sebagai berikut:

y = y1+ y2
= A sin⁡ 2π (t/T- (l-x)/λ)+ A sin⁡2π(t/T- (1+x)/λ+ 1800 )

Dengan menggunakan aturan sinus maka penyederhanaan rumus menjadi:

sin⁡ A + sin⁡ B = 2 sin⁡ 1/2 (A+B) - cos⁡1/2 (A-B)

Menjadi:
y = 2 A sin⁡ (2π x/λ ) cos ⁡2π (t/T - l/λ)
= 2 A sin⁡ kx cos⁡ (2π/T t - 2πl/λ)
Rumus interferensi
y= 2 A sin⁡ kx cos⁡ (ωt- 2πl/λ)
Keterangan :
A = amplitude gelombang datang atau pantul (m)
k = 2π/λ
ω = 2π/T (rad/s)
l = panjang tali (m)
x = letak titik terjadinya interferensi dari ujung terikat (m)
λ = panjang gelombang (m)
t = waktu sesaat (s)
Ap = besar amplitude gelombang stasioner (AP)
Ap = 2 A sin kx

Jika kita perhatikan gambar pemantulan gelombang diatas , gelombang yang terbentuk adalah
gelombang transversal yang memiliki bagian – bagian diantaranya perut dan simpul gelombang. Perut
gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum sedangkan simpul gelombang terjadi saat
amplitudonya minimum. Dengan demikian kita akan dapat mencari letak titik yang merupakan tempat
terjadinya perut atau simpul dari gelombang tersebut.
Tempat simpul (S) dari ujung pemantulan :
S = 0,1/2 λ,λ,3/2 λ,2λ,dan seterusnya
= n (1/2 λ),dengan n=0,1,2,3,….
Tempat perut (P) dari ujung pemantulan :
P = 1/4 λ,3/4 λ,5/4 λ,7/4 λ,dan seterusnya
= (2n-1)[1/4 λ],dengan n=1,2,3,….

 Stasioner Ujung Bebas

Pada gelombang stasioner pada ujung bebas gelombang pantul tidak mengalami pembalikan
fase. Persamaan gelombang di titik P dapat dituliskan seperti berikut:

y1=A sin⁡(2π/T ) (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang


y2=A sin⁡(2π/T ) (t- (l+x)/v) untuk gelombang pantul

y = y1 + y2
= A sin⁡ 2π/T (t- (l-x)/v) + A sin⁡ 2π/T (t- (l+x)/v)
= 2 A cos⁡ kx sin⁡2π(t/T- 1/λ)

Rumus interferensi antara gelombang datang dan gelombang pantul pada ujung bebas, adalah:
y = 2 A cos⁡ 2π (x/λ) sin⁡2π(t/T- l/λ)

Keterangan:
As = 2A cos⁡2π(x/λ) disebut sebagai amplitude superposisi gelombang pada pemantulan ujung tali
bebas.
Ap = 2 A cos kx adalah amplitudo gelombang stasioner.
1) Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum, yang secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:

Ap maksimum saat cos ((2π x) / ( λ) ) = ±1 sehingga


x= (2n) 1/4 λ,dengan n = 0,1,2,3,…….

.
2) Simpul gelombang terjadi saat amplitudo gelombang minimum, ditulis sebagai berikut:

Ap minimum saat cos ((2π x)/( λ)) =0 sehingga


x= (2n +1) 1/4 λ,dengan n = 0,1,2,3,……..

 Stasioner Ujung Terikat

Persamaan gelombang datang dan gelombang pantul dapat ditulis sebagai berikut:
y1= A sin⁡2π (t/T- (l-x)/λ) untuk gelombang datang
y2= A sin⁡2π (t/T- (l+x)/λ) untuk gelombang pantul

Superposisi gelombang datang dan gelombang pantul di titik q akan menjadi:

y = y1 + y2
y=A sin⁡ 2π (t/T- (l-x)/λ) - A sin⁡2π(t/(T ) – (l+x)/λ)

Dengan menggunakan aturan pengurangan sinus,


sin⁡α - sin⁡β = 2 sin⁡ 1/2 (α-β) cos⁡1/2 (α+β)

Persamaan gelombang superposisinya menjadi


y = 2 A sin⁡ 2π(x/λ) cos⁡2π (t/T- l/λ)

Amplitudo superposisi gelombangnya adalah: As = 2A sin⁡2π(x/λ)


Dengan As adalah amplitudo gelombang superposisi pada pemantulan ujung terikat.
1) Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum,
karenanya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Ap = 2 A sin⁡ 2π/λ x
Ap maksimum terjadi saat sin⁡ (2π/λ ) x= ±1 sehingga
x = (2n+1) 1/4 λ,dengan n=0,1,2,3…….
2) Simpul gelombang terjadi saat amplitudonya minimum,
yang dapat ditulis sebagai berikut:
Ap = 2 A sin⁡(2π/λ) x
Ap minimum terjadi saat sin ⁡(2π/λ ) x = 0 sehingga
x = (2n) 1/4 λ,dengan n=0,1,2,3,…..

 Superposisi Gelombang

Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama, gelombang-gelombang
tersebut akan dating di suatu titik pada saat yang sama sehingga terjadilah superposisi gelombang .
Artinya, simpangan gelombang – gelombang tersebut disetiap titik dapat dijumlahkan sehingga
menghasilkan sebuah gelombang baru.

Persamaan superposisi dua gelombang tersebut dapat diturunkan sebagai berikut:

y1 = A sin⁡ ωt ; y2 = A sin⁡ (ωt+ ∆θ)

Kedua gelombang tersebut memiliki perbedaan sudut fase sebesar Δθ


Persamaan simpangan gelombang hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah:

y = 2 A sin⁡ (ωt+ ∆θ/2) cos⁡(∆θ/2)

Keterangan :
Dengan 2A cos (∆θ/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi.
Dengan 2A cos (∆θ/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi.

Referensinya :
http://www.crayonpedia.org/mw/F._Gelombang_Berjalan_dan_Gelombang_Stasioner_12.1 diakses
pukul 02.34 tanggal 13 januari 2012

http://riyn.multiply.com/journal/item/47?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem diakses
pukul 02.16 tanggal 13 januari 2012

Anda mungkin juga menyukai