Anda di halaman 1dari 10

NAMA NIM SEMESTER PRODI M.

KULIAH

: MENTARI : 2010 122 058 : 4B : PEND. FISIKA : GELOMBANG

D.PENGASUH : DRS T.SOPIAN HARIS

GEJALA GELOMBANG

1.Gelombang Berjalan Amplitudo pada tali yang digetarkan terus menerus akan selalu tetap, oleh karenanya gelombang yang memiliki amplitudo yang tetap setiap saat disebut gelombang berjalan. Misalkan seutas tali kita getarkan ke atas dan ke bawah berulang-ulang seperti pada Gambar disamping ini. Titik P berjarak x dart titik 0 (sumber getar), Ketika titik 0 bergetar maka getaran tersebut merambat hingga ke titik P,Waktu yang diperlukan oleh gelombang untuk merambat dari titik o ke titik P adalah x / v dengan demikian bila titik 0 telah bergetar selama t detik maka titik p telah bergetar selama tP dengan tp= t- x/v Berdasarkan uraian diatas maka akan didapatkan persamaan simpangan gelombang, sebagai berikut: y=A sin 2/T t Persamaan simpangan di titik P dapat diperoleh dengan mengganti nilai t dengan tp sehingga kita dapatkan hubungan berikut. yp = A sin 2/T (t- x/v) A = amplitudo gelombang (m) T = periode gelombang (s) t = lamanya titik 0 (sumber getar) bergetar (s) x = jarak titik P dari sumber getar (m) v = cepat rambat gelombang (m/s) yp= simpangan di titik P (m)

dalam hal ini gelombang memiliki dua kemungkinan dalam arah rambatannya, oleh karenanya perlu diperhatikan langkah sebagai berikut:

Apabila gelombang merambat ke kanan dan titik asal 0 bergetar ke atas maka persamaan simpangan titik P yang digunakan adalah:

yp = A sin2/T (t- x/v)

Apabila gelombang merambat ke kiri dan titik asal 0 bergetar ke bawah maka persamaan simpangan titik P yang digunakan adalah:

yp = - A sin 2/T (t- x/v) Fase di definisikan sebagai perbandingan antara waktu sesaat untuk meninggalkan titik keseimbang (titik 0) dan periode. Dengan demikian fase gelombang dititik P dapat ditulis sebagai berikut: = tp/T = (t- x/v)/T = t/T- x/vT

p = t/T - x/

Sehingga dihasilkan : Sedangkan untuk mengukur besarnya sudut fase di titik P dapat dituliskan sebagai berikut:

p = 2 _p =2 (t/T- x/)
Beda fase antara dua titik yang berjarak X2 dan X1 dari sumber getar dapat dituliskan sebagai berikut:

= ( x2 - x1)/ = x/
Nilai kecepatan dan percepatan gelombang di suatu titik dapat diketahui dengan menurunkan persamaan keduanya, sebagai berikut:

vp = 2/T A cos 2/T (t- x/v) ap= - (42)/T2 A cos 2/T (t- x/v)

Keterangan: vp = kecepatan partikel di titik p (m/s) ap = percepatan partikel di titik p (m/s2)

2.Gelombang Berdiri Gelombang berdiri terbentuk dari dua gelombang tali yang digetarkan terus menerus yang merupakan perpaduan gelombang datang dan gelombang pantul. Gelombang Datang : y1= A sin (kx-wt) ( arah gerak ke kanan (1) Gelombang pantul Y2= A sin (kx+wt) (arah gerak ke kiri ) (2) Resultan (sbg fungsi gelombang berdiri): Y = y1+y2 = 2A sin (kx) cos (wt) atau Y = B cos (wt) (3) B=2A sin(kx). Artinya gelombang resultan akan mencapai amplitudo 2A sebagai perut pada nilai x yang menyebabkan sin (kx) = 1, yaitu pada nilai x = (2n+1).Lamda/4 ,dengan n = 0, 1,2,3, (4) B=2A sin(kx). Artinya gelombang resultan akan mencapai amplitudo 2A sebagai simpul pada nilai x yang menyebabkan sin (kx) = 0, yaitu pada nilai x = n (lamda/2) , dengan n= 0,1,2,3 (5) Sedangkan rumus bilangan gelombang k = 2.pi/lamda. nilai pi= 3.14. Yang dimaksud dengan lamda adalah 1 panjang gelombang yaitu jarak antar dua puncak (perut) atau jarak antara dua simpul. Berikut ini contoh animasi gelombang berdiri :

3. Gelombang Stasioner Adalah gelombang yang memiliki amplitudo yang berubah ubah antara nol sampai nilai maksimum tertentu. Gelombang stasioner dibagi menjadi dua, yaitu gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung terikat dan gelombang stasioner pada ujung bebas.

Seutas tali yang panjangnya l kita ikat ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya kita biarkan, setela itu kita goyang ujung yang bebas itu keatas dan kebawah berulang ulang. Saat tali di gerakkan maka gelombang akan merambat dari ujung yang bebas menuju ujung yang terikat, gelombang ini disebut sebagai gelombang dating. Ketika gelombang dating tiba diujung yang terikat maka gelombang ini akan dipantulkan sehingga terjadi interferensi gelombang. Untuk menghitung waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 ke titik P adalah (l- x)/v . sementara itu waktu yang diperlukan gelombang untuk merambat dari titik 0 menuju titik P setelah gelombang mengalami pemantulan adalah(l+x)/v , kita dapat mengambil persamaan dari gelombang dating dan gelombang pantul sebagai berikut: y1= A sin 2/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang, y2= A sin 2/T (t- (l+x)/v+ 1800) untuk gelombang pantul Keterangan: a. Gambar pemantulan gelombang pada ujung tali yang terikat. b. Gambar pemantulan gelombang pada ujung tali yang dapat bergerak bebas. sehingga untuk hasil interferensi gelombang datang dan gelombang pantul di titik P yang berjarak x dari ujung terikat adalah sebagai berikut: y = y1+ y2 =A sin 2 (t/T- (l-x)/)+ A sin2(t/T- (1+x)/+ 1800 ) Dengan menggunakan aturan sinus maka penyederhanaan rumus menjadi: sin A + sin B = 2 sin 1/2 (A+B) - cos1/2 (A-B)

Menjadi: y= 2 A sin (2 x/ ) cos 2 (t/T - l/) y= 2 A sin kx cos (2/T t - 2l/)

Rumus interferensi y= 2 A sin kx cos (t- 2l/) Keterangan : A = amplitude gelombang datang atau pantul (m) k = 2/ = 2/T (rad/s) l = panjang tali (m) x = letak titik terjadinya interferensi dari ujung terikat (m) = panjang gelombang (m) t = waktu sesaat (s) Ap = besar amplitude gelombang stasioner (AP) Ap = 2 A sin kx Tempat simpul (S) dari ujung pemantulan S=0,1/2 ,,3/2 ,2,dan seterusnya =n (1/2 ),dengan n=0,1,2,3,. Tempat perut (P) dari ujung pemantulan P= 1/4 ,3/4 ,5/4 ,7/4 ,dan seterusnya =(2n-1)[1/4 ],dengan n=1,2,3,. Superposisi gelombang Jika ada dua gelombang yang merambat pada medium yang sama, gelombang-gelombang tersebut akan dating di suatu titik pada saat yang sama sehingga terjadilah superposisi gelombang . Artinya, simpangan gelombang gelombang tersebut disetiap titik dapat dijumlahkan sehingga menghasilkan sebuah gelombang baru. Persamaan superposisi dua gelombang tersebut dapat diturunkan sebagai berikut: y1 = A sin t ; y2 = A sin (t+ )

Kedua gelombang tersebut memiliki perbedaan sudut fase sebesar Persamaan simpangan gelombang hasil superposisi kedua gelombang tersebut adalah: y = 2 A sin (t+ /2) cos(/2) Dengan 2A cos (/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi. Dengan 2A cos (/2) disebut sebagai amplitude gelombang hasil superposisi. Gelombang Stasioner Pada Ujung Bebas

Pada gelombang stasioner pada ujung bebas gelombang pantul tidak mengalami pembalikan fase. Persamaan gelombang di titik P dapat dituliskan seperti berikut: y1=A sin2/T (t- (l-x)/v) untuk gelombang datang y2=A sin2/T (t- (l+x)/v) untuk gelombang pantul y = y1 + y2 = A sin 2/T (t- (l-x)/v) + A sin 2/T (t- (l+x)/v) y = 2 A cos kx sin2(t/T- 1/) Rumus interferensi antara gelombang datang dan gelombang pantul pada ujung bebas, adalah: y=2 A cos 2 (x/) sin2(t/T- l/) Dengan: As=2A cos2(x/) disebut sebagai amplitude superposisi gelombang pada pemantulan ujung tali bebas. Ap = 2 A cos kx adalah amplitudo gelombang stasioner. 1) Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Ap maksimum saat cos(2 x)/( )= 1 sehingga x= (2n) 1/4 ,dengan n = 0,1,2,3,.

2) Simpul gelombang terjadi saat amplitudo gelombang minimum, ditulis sebagai berikut: Ap minimum saat cos(2 x)/( )=0 sehingga x= (2n +1) 1/4 ,dengan n = 0,1,2,3,..

Gelombang stasioner pada ujung terikat Persamaan gelombang datang dan gelombang pantul dapat ditulis sebagai berikut: y1= A sin2 (t/T- (l-x)/) untuk gelombang datang

y2= A sin2 (t/T- (l+x)/) untuk gelombang pantul 'Superposisi gelombang datang dan gelombang pantul di titik q akan menjadi:'''' y = y1 + y2 y=A sin 2 (t/T- (l-x)/) - A sin2(t/(T ) (l+x)/) Dengan menggunakan aturan pengurangan sinus, sin - sin = 2 sin 1/2 (-) cos1/2 (+) Persamaan gelombang superposisinya menjadi y = 2 A sin 2(x/) cos2 (t/T- l/) Amplitudo superposisi gelombangnya adalah: As = 2A sin2(x/)Dengan As adalah amplitudo gelombang superposisi pada pemantulan ujung terikat. 1) Perut gelombang terjadi saat amplitudonya maksimum, karenanya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: Ap=2 A sin 2/ x Ap maksimum terjadi saat sin 2/ x= 1 sehingga x= (2n+1) 1/4 ,dengan n=0,1,2,3.

2) Simpul gelombang terjadi saat amplitudonya minimum, yang dapat ditulis sebagai berikut: Ap=2 A sin(2/) x Ap minimum terjadi saat sin 2/ x = 0 sehingga x = (2n) 1/4 ,dengan n=0,1,2,3,..

Contoh soal : Seutas tali panjangnya 5 m dengan ujung ikatannya dapat bergerak dan ujung lainnya digetarkan dengan frekuensi 8 Hz sehingga gelombang merambat dengan kelajuan 3 ms-1. Jika diketahui amplitude gelombang 10 cm, tentukanlah: Persamaan simpangan superposisi gelombang di titik P yang berjarak 1 meter dari ujung pemantulan. Amplitude superposisi gelombang di titik P; dan Letak perut gelombang diukur dari ujung pemantulan.

Penyelesaian: Diketahui : l = 5 m; f= 8 Hz; v = 3 ms-1; A=10cm = 0,1 m; = v/(f )= 3/(8 ) m,dan T=1/f=1/8 s

a. Persamaan simpangan di titik P, satu meter dari ujung pemantulan. y = 2 A cos 2(x/) sin 2 (t/T-l/) = 2(0,1) cos2(1/(3/8)) sin2(t/(1/8)- 5/(3/8)) = 0,2cos16/3 sin(16 t-80/3)meter

b. Amplitudo superposisi gelombang di titik P ( x = 1m). As = 2 A cos 2 (x/) = 2 (0,1) cos2(1/(3/8)) = 0,2cos (16/3) = 0,2 cos(4 4/3 ) = 0,2cos(4/3 ) = 0,2 cos 2400 = 0,2(-1/2) = -0.1 m tanda ()menunjukkan di titik P simpangannya ke bawah. c. Letak perut gelombang dari ujung pemantulan. x= (2n) 1/4 ,dengan n=0,1,2,3 x= 3/32 m,x=3/16 m,x=3/8m, .. 1. Gelombang Kompleks Setiap bentuk gelombang yang lain dari gelombang sinus atau kosinus, yang berulang kembali pada setiap selang waktu yang teratur (regular interval) dinamakan dengan gelombang berulang kompleks (complex repetitive wave). Periode (T) disebut waktu periodik. Spektrum untuk setiap gelombang berulang kompleks dapat diperoleh dengan suatu metoda matematis yang dikenal dengan analisis Fourier, tetapi hasil analisis fourier hanya untuk beberapa jenis gelombang berulang yang biasa saja. Gelombang persegi yang ditunjukkan Gambar(c) dapat direpresentasikan dengan deret Fourier. Perhatikan bahwa bentuk simetris dari gelombang persegi terhadap sumbu-sumbunya adalah serupa dengan suatu gelombang kosinus, oleh sebab itu deret tersebut hanya mengandung suku-suku kosinus. Deret tersebut mempunyai jumlah suku yang tak terhingga banyaknya, tetapi dapat dilihat bahwa amplitudo masing-masing suku mengecil. Spektrum untuk gelombang persegi ditunjukkan pada Gambar(d). Spektrum tersebut bukan hanya merupakan suatu cara matematis untuk melukiskan suatu gelombang. Di dalam deret untuk gelombang persegi, misalnya gelombang kosinus komponen secara fisik adalah sama nyatanya dengan bentuk gelombang waktu aslinya dan benar-benar dapat disaring ke luar dengan menggunakan filterfilter yang selektif terhadap frekuensi-frekuensinya. Tiga buah komponen spektrum gelombang persegi itu diperlihatkan dalam Gambar dengan menjumlahkan komponen-komponen tersebut maka diperoleh bentuk gelombang resultan yang dilukiskan oleh garis putus-putus dan dapat dilihat bahwa bentuknya mendekati gelombang persegi. Dengan pergeseran gelombang persegi ke atas pada sumbu tegangan, suatu komponen frekuensi nol ditambahkan pada spektrumnya, seperti terlihat pada. Komponen frekuensi nol adalah nilai rata-rata, atau nilai dc dari bentuk gelombang dan merupakan nilai yang akan terbaca pada suatu voltmeter pembacaan rata-rata. Setiap bentuk

gelombang yang luasnya tidak simetris terhadap sumbu waktu akan mempunyai suatu komponen frekuensi nol.

Rentetan pulsa-pulsa persegi yang terlihat dalam Gambar (a) mempunyai spektrum seperti dalam Gambar (b). Bentuk ini mempunyai sebuah komponen frekuensi nol dan mengandung harmonisa genap maupun ganjil. Amplitudo komponen-komponen spektrum tersebut tergantung pada perbandingan dari lebar waktPada efek fotolistrik, intensitas cahaya (kuadrat dari amplitude gelombang elektromagnetik) yang semakin meningkat akan semakin meningkatkan jumlah foton secara linier. Dinyatakan kemudian bahwa jumlah foton adalah sebanding dengan kuadrat dari amplitude. Pada tahun 1926, Born memperluas ide ini dengan mengusulkan bahwa kuadrat dari nilai absolut dari fungsi gelombang adalah sebanding dengan probabilitas untuk mendapatkan partikel tersebut. Nilai absolut harus digunakan untuk persamaan gelombang karena gelombang dapat berupa sebuah fungsi kompleks dan bukan hanya sebuah fungsi yang riil. Kuadrat dari nilai absolut sebuah fungsi gelombang kompleks diperoleh dengan persamaan berikut. (1.36) Dengan * sebagai konjugat kompleks dari dan ini diberikan melalui penggantian yang sederhana dari setiap unit imajiner i yang terdapat pada ekspresi matematik dengan i. (1.37) Probabilitas untuk menemukan sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu x pada suatu daerah tertentu antara x dan x + dx dinyatakan sebagai |(x,t)|2dx dengan menggunakan fungsi gelombang (x,t). Karena probabilitas untuk menemukan partikel pada daerah antara x = - hingga x = + adalah sama dengan 1, maka integral berikut harus sama dengan 1. (1.38) Ini disebut sebagai kondisi renormalisasi dari sebuah fungsi gelombang. Jika kondisi ini dipenuhi, maka fungsi gelombang tersebut dikatakan ternormalisasi. Ketika sebuah fungsi gelombang merupakan solusi dari persamaan (1.35), setiap perkalian dari fungsi gelombang tersebut dengan konstanta yang sembarang juga akan menghasilkan fungsi gelombang yang menjadi solusi dari persamaan (1.35). Solusi-solusi dari persamaan gelombang karenanya dikatakan bersifat sembarang terhadap konstanta. Kondisi renormalisasi menghilangkan sifat kesembarangan dari fungsi gelombang kecuali terhadap tandanya. Dalam kasus fungsi gelombang kompleks, makna ganda terhadap faktor fasa dengan ei tidak akan berubah. Akan tetapi, faktor fasa tidak akan merubah kuadrat dari nilai absolut dan arti fisis dari persamaan gelombang tidak relevan dengan faktor fasa. Dengan demikian. Kita boleh memilih nilai secara sembarang nilai dari faktor fasa, sebagai contoh dapat dipilih sama dengan 0. Karena turunan pertama dari fungsi gelombang ini berhubungan dengan energi E dan momentum p menurut persamaan (1.28)(1.29), fungsi gelombang yang menyatakan sebuah keadaan dengan energi yang finit dan momentum yang harus bersifat kontinyu terhadap waktu dan posisi. Ini adalah sifat yang penting dari fungsi gelombang yang dapat diterima

dan tidak dapat diabaikan ketika kita memerlukan untuk mendapatkan sebuah fungsi gelombang dengan memecahkan persamaan gelombang. Sebelum mengakhiri bagian ini, adalah penting untuk mencatat bahwa pentingnya persamaan gelombang pada mekanika kuantum. 1. Keadaan dari sebuah sistem dinyatakan dengan fungsi gelombang. 2. Probabilitas sebuah partikel akan ditemukan pada sebuah posisi adalah sebanding dengan kuadrat dari nilai absolut persamaan gelombang. 3. Fungsi gelombang akan memiliki perubahan terhadap waktu mengikuti persamaan.

Anda mungkin juga menyukai