Teratogen
Teratogen
Teratogen
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam praktikum uji keteratogenikan ini adalah bagaimana memahami
uji keteratogenikan suatu bahan,bagaimana mengetahui bahan yang bersifat teratogenik
dan bagaimana mengetahui dampak teratogen terhadap perkembangan fetus.
1.3 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami uji keteratogenikan suatu
bahan,mengetahui bahan yang bersifat teratogenik dan mengetahui dampak teratogen
terhadap perkembangan fetus.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari praktikum uji keteratogenikan ini adalah dapat
mengetahui bahan yang bersifat teratogenik dan mengetahui dampak teratogen terhadap
perkembangan fetus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teratogenesis
Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan.Kelainan ini sudah diketahui
selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas serta mortilitas
pada bayi yang baru lahir. Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel,
diferensiasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu metamorfosis dan
periode perkembangan janin sebelum dilahirkan (Lu, 1995).
2.2 Teratogen
Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme baru yang
memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi suatu kesalahan. Pada
kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran embrio pada manusia, sering tanpa
diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang hamil. Perkembangan abnormal yang lain tidak
mencelakakan embrio tetapi kelainan tersebut akan berakibat pada anak. Kelainanan
perkembangan ada dua macam, yaitu: kelainan genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan
genetik dikarenakan titik mutasi atau penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada
atau tidak tepatnya produk genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Down
syndrome hanyalah salah satu dari banyak kelainan genetik. Kelainan sejak lahir tidak
diwariskan melainkan akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu
proses perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang dapat
dipindahkan dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu teratogen potensial.
Daftar dari teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi virus, termasuk tipe yang
menyebabkan kasus penyakit campak Jerman, alkohol, dan beberapa obat, termasuk
aspirin (Harris, 1992).
2.3 Alkohol
Alkohol adalah teratogen yang mampu secara langsung menginduksi kelainan
selama prenata yang dapat mengakibatkan cacat (Smith, 1997).Etanol mempengaruhi
sejumlah sistem, termasuk sistem endokrin ibu dan janin, ekspresi protein, dan
perkembangbiakan sel dan fungsi, dan dengan demikian kemungkinan bertindak melalui
lebih dari satu mekanisme.Etanol bebas melintasi plasenta dan karenanya dapat memberi
efek langsung pada sel-sel yang terlibat dalam pembangunan tulang.Etanol telah terbukti
dapat menghambat proliferasi dan diferensiasi osteoblas in vitro.Sehingga etanol dapat
memiliki efek langsung pada sel-sel yang terlibat dalam tulang pembangunan (Snow,
2006).
2.4 Nanas
Buah nanas (Ananas comosus) banyak mengandung zat gizi antara lain vitamin A,
kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta
enzim bromelin (bromelain) yang merupakan 95%-campuran protease sistein yang dapat
menghidrolisis protein (proteolisis) dan tahan terhadap panas. Bromelin adalah enzim
proteolitik eksogen golongan proteinase sistein yang banyak digunakan dalam industri
sebagai pelunak daging bersama dengan enzim papain dari tanaman pepaya.Tingkat
keempukan daging sebagian besar disebabkan oleh degradasi jaringan ikat. Enzim
bromelin menunjukkan aktivitas hidrolitik pada jaringan ikat terutama terhadap kolagen
dibandingkan terhadap protein myofibrilar yang lain. Aktivitas kolagenase bromelin
dengan menghidrolisis kolagen diduga melalui akumulasi hidroksiprolin.Kolagen yang
terhidrolisis oleh enzim bromelin membuat tubuh fetus menjadi sangat lunak. Kolagen
adalah protein yang ditemukan melimpah di seluruh tubuh hewan dan manusia. Sekitar 30
persen dari total protein dalam tubuh adalah kolagen. Kolagen ditemukan pada semua
jaringan ikat seperti dermis, tulang, tendon dan ligamen, yang memberikan integritas
struktural terhadap semua organ internal dan jaringan yang normal. Kolagen merupakan
komponen penting dalam jaringan ikat tubuh (Setyawati dan Yuhastuti, 2011).
Kecacatan ini terjadi karena beberapa hal, di antaranya yang penting adalah:
1. Gangguan pertumbuhan kuncup suatu alat (genesis).
2. Terhenti pertumbuhan di tengah jalan.
3. Kelebihan pertumbuhan.
4. Dan salah arah diferensiasi.
(Yatim, 1994).
BAB III
METODOLOGI
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah bak (kandang), kawat kasa, jarum
kanui, botol kaca bermulut lebar, dissecting set, papan bedah, mikroskop stereo, pipet,blender,
dan saringan.
3.1.2 Bahan
Mencit (Mus musculus) albino jantan dan betina virgin umur antara 2-3 bulan, alkohol
40% (Black Label), gliserin, buah nanas,etanol 96%, Alizarin Red, aquades, methylen blue,
garam fisiologis, KOH 1%, dan asam pikrat.
4. 2 Pembahasan
Tahap kedua adalah pemberian dosis bahan teratogenik. Mencit betina yang hamil
dicekoki dengan bahan teratogenik, mulai hari kehamilan ke-6 sampai kehamilan ke-18 dengan
dosis yang ditentukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana dampak teratogen yang
diberikan terhadap fetus mencit. Teratogen yang digunakan adalah ekstrak nanas dan black label
dengan dosis ekstrak nanas : 20 %, 40 % dan 60 % sebanyak 0,2 ml sedangkan dosis black label
: 0,1 ml; 0,2 ml dan 0,5 ml. Digunakan ekstrak nanas karena ekstrak nanas mempunyai suatu zat
yang dapat memicu enzim promelin sehingga nantinya dapat merusak kolagen yang
menyebabkan bentuk-bentuk pada fetus tidak tertata dengan baik. Sedangkan digunakan alkohol
karena alkohol merupakan zat kimia berbahaya dan dapat menimbulkan bahaya elektronik,
karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan etiologic/iomedik sehingga memicu munculnya racun
pada embriogenesis. Digunakan dosis yang berbeda untuk mengetahui kadar kerusakan akibat
teratogen pada tiap dosisnya sehingga dapat dijadikan perbandingan.Pencekokan dilakukan
dengan jarum kanul sekali setiap hari agar bahan teratogen mudah dimasukkan dalam mulut dan
tidak menyakiti mencit.Kemudian setelah hari kehamilan ke-18 mencit betina dimatikan dan
embrio diambil untuk diamati efek yang ditimbulkan oleh teratogen pada janin.
Tahap ketiga adalah pengamatan fetus.Pengamatan terhadap fetus meliputi jumlah fetus
seperindukan, mortalitas fetus, berat fetus, panjang fetus, morfologi fetus, dan sistem rangka
fetus.Pemeriksaan sistem rangka (skeletal) dilkukan dengan pewarnaan Alizarin Red S. Untuk itu
beberapa embrio masing-masing induk dipersiapkan untuk pembuatan preparat skeletal
mengikuti teknik pewarnaan Alizarin Red S seperti berikut :
- Embrio difiksasi dengan etanol absolut selama 2 hari, untuk memastikan semua aktifitas
seperti diferensiasi dan pembelahan yang ada dalam janin berhenti dan juga memastikan
tidak adanya mikroba pada janin yang memungkinkan terjadinya pembusukan.
- Isi rongga perut dan rongga dada dikeluarkan.
- Embrio dimaserasi dengan KOH 1% selama 2 hari sampai dagingnya mengelupas dan
nampak transparan (setiap hari larutan KOH diganti 2 kali). KOH berfungsi untuk
maserasi, yakni pelunakan pada jaringan otot (daging).
- Dimasukkan embrio transparan kedalam Alizarin Red S 0,1% dalam KOH 1% selama 10
menit. Larutan Alizarin Red S berfungsi sebagai pewarna pada tulang keras (skeletal).
Menurut Setyawati dkk (2011),ruas tulang yang terwarnai Alizarin Red (merah) adalah
tulang rawan yang telah mengalami penulangan.
- Dibilas dengan KOH 1% sampai warna ungu pada selaput transparan hilang.
- Dimasukkan embrio yang telah diwarnai itu berturut-turut kedalam campuarn KOH-
gliserin (3:1, 1:1, 1:3) masing-masing selama 24 jam. Gliserin berfungsi sebagai larutan
pengawet. Perbeadaan perbandingan pada KOH-gliserin tiap harinya dilakukan agar
jaringan otot tidak terlepas secara serentak dan keseluruhan yang nantinya akan
menyebabkan kerusakan pada system rangka nya jika dosis yang diberikan mula-mula
terlalu tinggi.
- Dimasukkan kedalam gliserin murni serta disimpan untuk pemeriksaan.
- Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop stereo. Data yang dikumpulkan berupa
penulangan sternae, vertebrae dan costae.
Pada praktikum ini terdapat tiga ekor mencit betina yaitu Yoona, Jessica, dan Sunny.
Jessica mengalami masa estrus pada hari Jum’at (02/11/12) karena ketika diapus vagina pada
hari Selasa masih dalam siklus diestrus. Sedangkan pada mencit Yoona dan Sunny mengalami
masa estrus pada hari Selasa (30/10/12) sehingga dikawinkan pada hari itu juga dengan mencit
jantan Bio dan Olo.Sedangkan mencit Jessica dikawinkan dengan mencit jantan Ogi pada hari
Jum’at.
Berat badan ketiga mencit betina mengalami kenaikan pada masa awal
pengawinan.Diduga ada indikasi kehamilan pada ketiga mencit. Terutama pada mencit Sunny
dan Jessica yang berat badannya mencapai lebih dari 20 gram.Pada ketiga mencit setelah
pengawinan tidak terlihat adanya vagina plug, namun diduga vagina plug sudah hilang.Sehingga
masa kehamilan dihitung sejak H+6 pengawinan.
Mencit betina yang hamil dicekoki dengan bahan teratogenik pada hari kehamilan ke-6
sampai hari ke-18 dengan dosis yang ditentukan. Terdapat dua bahan teratogenik yang
digunakan yaitu ekstrak nanas dan Black Label. Berat badan mencit Sunny mencapai 26,22 gr
pada H+6 (06/11/12), diberi perlakuan dengan dicekoki ekstrak nanas dengan kadar 60%
sebanyak 0,2 ml. Sedangkan pada mencit Yoona yang juga H+6 tidak diberi perlakuan, hanya
sebagai kontrol karena berat badannya paling kecil di antara dua mencit betina yang lain yaitu
20,44 gr. Pada mencit Jessica berat badan pada hari ke-6 kehamilan (09/11/12) mencapai 24,56
gr yang diberi perlakuan pencekokan Black Label dengan dosis 0,5 ml. Pencekokan diberikan
setiap hari dan pada jam yang sama sampai hari ke-18 kehamilan. Pada hari ke-18 dilakukan
pembedahan untuk mengamati embrio yang terbentuk pada mencit. Sunny dibedah pada tanggal
18/11/2012, namun tidak ditemukan adanya fetus. Sedangakan mencit Jessica dan Yoona
dibedah pada tanggal 20/11/2012 dan tidak ditemukan adanya fetus juga. Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa fakor seperti berikut :
- Pada saat mencit betina dikawinkan, belum benar-benar pada masa estrus. Sehingga tidak
terjadi kehamilan.
- Sperma yang dihasilkan oleh mencit jantan, konsentrasi fertilnya sangat rendah sehingga
tidak mampu membuahi mencit betina.
- Tidak reproduktifnya mencit jantan dan mencit betina juga dapat disebabkan oleh
lingkungan yang tidak kondusif sehingga mencit mengalami stress.
- Adanya indikasi keguguran pada janin mencit betina. Menurut Santoso (2006), kematian
fetus tidak terjadi pada setiap induk karena kemampuan yang berbeda dari masing-
masing induk dalam memetabolisir ekstrak buah nanas muda. Diduga fetus yang mati
sejak dalam kandungan belum selesai mengalami perkembangan sehingga memiliki
ukuran lebih kecil dibanding fetus yang lahir dalam keadaan hidup. Reasorbsi fetus
merupakan salah satu indikasi agen yang bersifat teratogenik.
Pengamatan pada fetus meliputi jumlah fetus seperindukan, motalitas fetus, berat fetus,
panjang fetus, morfologi fetus, dan sistem rangka fetus.Karena pada mencit kelompok kami tidak
ditemukan adanya fetus maka untuk pengamatan fetus kelompok kami memakai fetus dari
mencit kelompok 12 yang diberi perlakuan ekstrak nanas 60% sebanyak 0,2 ml. Dalam
pengamtan fetus ini variabel pengamatan yang digunakan hanyalah jumlah fetus seperindukan,
berat fetus morfologi fetus dan, sistem rangka fetus. Jumlah fetus seperindukan adalah 7 fetus
dengan berat keseluruhannya adalah 6,92 gram. Menurut Setyawati dkk (2011), bobot badan
adalah parameter penting untuk mengetahui pengaruh senyawa asing terhadap fetus, ditunjukkan
dengan penurunan bobot fetus.Laju pertumbuhan dan perkembangan fetus menentukan variasi
ukuran anakan. Rataan bobot anakan mencit normal pada umur kehamilan hari ke-18 adalah 1,4
gram. Menurut Yantrio et al. (2002), penurunan bobot badan fetus merupakan bentuk teringan
dari ekspresi teratogenik dan merupakan parameter yang lebih sensitif untuk uji teratogenik.
Pengamatan sistem rangka fetus menggunakan mikroskop stereo pada sternae (tulang
dada), vertebrae (tulang punggung), dan costae (tulang rusuk).
Keterangan
1. Cephal (Kepala)
2. Sternae (Tulang Dada)
3. Costae (Tulang Rusuk)
4. Vertebrae (Tulang Belakang)
5. Costae yang mengalami malformasi
Kelainan yang terdapat pada fetus mencit ini adalah costae yang mengalami malformasi,
yaitu costae tidak sama bentuknya dengan yang lain. Dan jumlah costae fluctuantes-nya (tulang
rusuk melayang) jumlahnya tidak sepasang, hanya ada pada bagian tulang rusuk sebelah
kiri.Begitu juga dengan sternae yang patah. Hal ini bisa disebabkan kesalahan pada waktu
pemindahan fetus namun juga bisa disebabkan kelainan bentuknya (malformasi) yang memang
sudah demikian keadaannya ketika masih di dalam rahim induknya. Tidak ditemukan adanya
kelainan pada vertebrae.Jumlah dan bentuknya dalam keadaan normal. Hal ini disebabkan
ekstrak nanas memicu munculnya enzim bromelin sehingga merusak kolagen (hemoragi) dan
jika berlebihan ekstrak nanas yang dikonsumsi maka bentuk-bentuk pada fetus tidak tertata
dengan baik (malformasi).
Kelainan costae diduga dimulai sejak awal pembentukan blastema vertebrae. Fusi costae
mungkin disebabkan arah pertumbuhan tonjolan bakal costae dari vertebrae tidak beraturan dan
di beberapa tempat jarak antara rusuk yang berurutan sangat dekat. Costae-costae yang
berdekatan, ketika tumbuh memanjang, ada yang cenderung saling bersinggungan. Saat osifikasi,
costae-costae yang bersinggungan diosifikasi bersama sehingga akhirnya terjadi fusi. Menurut
Theiler (1988) dalam Yantrio et al. (2002), malformasi penulangan dapat disebabkan karena
gangguan pada somit, chorda dorsalis, dan diferensiasi skelerotom. Malformasi vertebrae yang
utama terletak pada gangguan proses segmentasi. Penggabungan dan kelainan pembentukan
vertebrae yang disebabkan karena gangguan somit terjadi pada awal perkembangan.
Buah nanas (Ananas comosus) banyak mengandung zat gizi antara lain vitamin A,
kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta enzim
bromelin (bromelain) yang merupakan 95% campuran protease sistein (Sawano et al.,2008),
yang dapat menghidrolisis protein (proteolisis) dan tahan terhadap panas. Potensi bromelin
sebagai antinyeri, antiedema, debridement (menghilangkan debris kulit) akibat luka bakar,
mempercepat penyembuhan luka, dan meningkatkan penyerapan antibiotik, sangat bermanfaat
dalam penyembuhan pascaoperasi (Orsini, 2006).Efek anti-inflamasi bromelin dapat
menurunkan ekspresi mRNA yang mengkode sitokin pro-inflamasi pada leukosit manusia
(Onken et al., 2008). Bromelin juga dapat memperbaiki mikrosirkulasi hati (Bahde et al., 2007).
Kemampuan untuk memodulasi respons imunologi merupakan tujuan utama dari banyak
program pengembangan vaksin dan imunoterapi. Bromelin memodulasi respons imunitas sel T
dan sel B serta mengaktifkan makrofag dan sel pembunuh alami (Engwerda et al., 2001).
Bromelin memiliki aktivitas fibrinolitik dan antikoagulan (Metzig et al., 1999) serta berpotensi
sebagai substansi inhibisi trombosit (Gläser dan Hilberg, 2006).Bromelin efektif sebagai
antimetastatik (Maurer, 2001), antileukimia terhadap berbagai tipe dan jenissel tumor (Baez et
al., 2007), antikanker, serta memodulasi kekebalan tubuh, sistem inflamasi,dan homeostasis
(Chobotova et al., 2010).
Selama ini buah nanas muda dianggap dapat mencegah kehamilan sehingga sering
digunakan untuk mengatasi haid yang terlambat dan berpotensi sebagai abortivum. Menurut
Moore dan Caygill (1999), ekstrak buah nanas muda banyak mengandung enzim
bromelin.Aktivitas enzim bromelin dipengaruhi oleh kematangan buah, pH, konsentrasi, dan
waktu. Aktivitas bromelin buah nanas muda lebih tinggi daripada buah yang tua. Buah yang
masak menunjukkan pH 3,0-3,5 dan pada suasana asam, enzim bromelin terdenaturasi dan
mengalami perubahan konformasi struktur sehingga keaktifannya berkurang.
Berdasarkan multikhasiat dan kegemaran masyarakat luas terhadap buah nanas walaupun
telah terbukti efek negatif ekstrak buah nanas muda terhadap periode implantasi di awal
kehamilan pada mencit (embriotoksik).
Selain nanas, teratogen yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol. Alkohol
yang digunakan alkohol yang berdosis tinggi, Black Label. Seperti hal yang ditimbulkan pada
nanas yaitu malformasi, alkohol juga dapat menyebabkan kelainan pada fetus, kecacatan fetus
misal kelainan metabolisme pada fetus, sistem saraf dan lain sebagainya. Alkohol dalam takaran
sedikit sudah merusak sistem kehamilan apalagi alkohol dalam takaran banyak. Alkohol murni:
bp: 78 C; tekanan uap: 44 mm Hg pada 20 C. Etil alkohol (C2H5OH) digunakan sebagai pelarut,
antiseptik, perantara kimia, dan sebagai minuman. Untuk banyak kepentingan komersil, etil
alkohol didenaturasi. Dosis fatal untuk dewasa rata-rata 300-400 ml dari alkohol murni (600-800
ml wiski percobaan) jika dikonsumsi kurang dari satu jam, beberapa waktu kemudian gejala
serius akan muncul pada anak dengan 1 ml/kg dari alkohol yang dirusak mengandung 5% metil
alkohol (Dreisbach, 1977). Alkohol adalah teratogen yang mampu secara langsung menginduksi
kelainan selama prenata yang dapat mengakibatkan cacat (Smith, 1997). Etanol mempengaruhi
sejumlah sistem, termasuk sistem endokrin ibu dan janin, ekspresi protein, dan
perkembangbiakan sel dan fungsi, dan dengan demikian kemungkinan bertindak melalui lebih
dari satu mekanisme.Etanol bebas melintasi plasenta dan karenanya dapat memberi efek
langsung pada sel-sel yang terlibat dalam pembangunan tulang. Etanol telah terbukti dapat
menghambat proliferasi dan diferensiasi osteoblas in vitro. Sehingga etanol dapat memiliki efek
langsung pada sel-sel yang terlibat dalam tulang pembangunan (Snow, 2006). Alkohol dapat
meningkatkan abnormalitas mitosis sel dan menyebabkan munculnya sel polinuklear. Sel yang
bermitosis memiliki abnormalitas berupa kromosom yang pendek atau berbentuk batang yang
tersebar di seluruh sitoplasma. Kromosom mengalami degenerasi berupa pematahan,
pemendekan maupun penghancuran (Natori et al., 1969).
DAFTAR PUSTAKA
Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. UI-PRESS:
Jakarta
Santoso HB. 2006. Pengaruh Kafein terhadap Penampilan Reproduksi dan Perkembangan
Skeleton Fetus Mencit (Mus musculus L.).(Tesis). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Snow, Mary E. 2006. The Effectsof Prenatal Alcohol Exposure on Endochondral Bone
Development in the Fetal Rat. Columbia : The University of British Columbia
Yantrio A, Sugiyanto J, Aida Y. 2002. Efek Klorambusil terhadap Perkembangan Fetus Tikus
Putih (Rattus norvegicus L.) Strain Sprague – Dowley. Jurnal Biota VII(3): 101-108.
Uji keteratogenikan adalah uji ketoksikan suatu obat yang diberikan atau digunakan selama masa
organogenesis suatu hewan bunting. Uji ini digunakan untuk menentukan apakah suatu obat dapat menyebabkan
kelainan atau cacat bawaan pada diri janin yang dikandung oleh hewan bunting, dan apakah cacat tersebut
berkerabat dengan dosis obat yang diberikan. Bahan yang bersifat teratogen adalah ekstrak nanas dan Black
Label (alkohol 40%). Dampak teratogen berpengaruh pada perkembangan fetus berupa malformasi yaitu
organogenesis yang tidak sesuai dengan tempat dan bentuknya.
Lampiran 1
SKEMA KERJA
Hasil
2. Pemberian Dosis
- mencit betina yang hamil dicekoki dengan alkohol dan ekstrak nanas mulai
kehamilan ke-6 sampai kehamilan ke-12
- digunakan dosis 0,1 ml; 0,3 ml; atau 0,5 ml, sedangkan dosis ekstrak nanas
yang digunakan adalah 20%, 40% atau 60 % sebanyak 0,2 ml
- pencekokan digunakan jarum kanul setiap hari
- setelah hari kehamilan ke-18 mencit betina dibedah dan diambil
embrionya
Hasil
3. Pengamatan fetus
Hasil
Lampiran 2
DISKUSI
1. Mengapa dalam uji keteratogenikan, sediaan uji harus diberikan pada masa
organogenesis hewan bunting?
Jawaban:
Sediaan uji harus diberikan pada masa organogenesis hewan bunting karena pada saat
organogenesis lah dimulai fase terbentuknya organ-organ.Pada fase organogenesis pula
kepekaan akan teratogen cenderung besar jika dibandingkan dengan masa fetus.
2. Mengapa hewan yang dipilih harus memiliki daur estrus yang teratur, anak banyak
dan masih virgin serta memiliki masa laktasi yang pendek?
Jawaban:
Hewan yang dipilih harus memiliki daur estrus yang teratur karena denga begitu penentuan
waktu untuk kawin dapat ditentukan dengan tepat.Hewan uji harus memliki anak banyak
agar lebih banyak objek yang diamati sehingga didapatkan lebih dari 1 perbandingan.Hewan
harus masih virgin agar dapat ditentukan fase estrusnya dengan lebih tepat dan mudah.masa
laktasi pendek karena dengan memiliki daur estrus yang teratur dapat kita tentukan dengan
tepat saat mencit tersebut siap untuk kawin dengan melihat apusan vagina.
3. Mengapa masa bunting hewan uji harus diakhiri beberapa waktu sebelum masa
kelahiran normal dengan cara bedah caesar?
Jawaban:
Masa bunting hewan uji harus diakhiri beberapa waktu sebelum masa kelahiran normal
dengan cara bedah caesar agar kecacatannya lebih jelas terlihat.