TERATOLOGI
Oleh :
Teratos Logos
Monster Ilmu
1. Secara alam keadaan cacat sulit untuk dipastikan apa penyebabnya yang khusus,
mungkin sekali diakibatkan oleh gabungan atau kerjasama berbagai faktor dari
genetik dan lingkungan.
2. Kelainan bentuk / malformasi yang sering juga ditemukan seperti sireno melus,
phocomelia,polydactyly, syndactyly,warfisme, crehorisme dan gigantisme .
3. Menurut Adam et al (2000), talidomid diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun
1950-an di Jerman, dan terbukti relatif tidak toksik pada hewan coba dan manusia.
Obat ini digunakan, antara lain, untuk meringankan mual-mual pada wanita hamil
muda.
4. Fekomelia adalah suatu jenis cacat bawaan yang sangat langka berupa pendeknya
atau tiadanya anggota badan. Cacat lahir yang disebabkan oleh pengaruh gabungan
faktor genetik dan lingkungan (keturunan multifaktorial) sekitar 20-25%.
JENIS ANOMALI
MALFORMASI
Kelainan yang terjadi selama pembentukan struktur yaitu pada saat
organogenesis.
Cacat-cacat ini bisa menyebabkan hilangnya sama sekali atau sebagian
dari sebuah struktur atau perubahan-perubahan konfigurasi normal.
Kejadian ini disebabkan oleh faktor genetik dan/atau lingkungan yang
bekerja sendiri-sendiri atau bekerja sama.
DEFORMASI
Kelainan bentuk yang disebabkan oleh gaya-gaya mekanik yang
mencetak sebagian mudigah dalam jangka waktu yang lama. Deformasi
sering mengenai sistem kerangka otot dan biasanya bisa pulih setelah
lahir.
DISTRUPSI
Distrupsi adalah perubahan morfologi yang terjadi setelah pembentukan
struktur organ.
Disebabkan oleh proses pembentukan pembuluh darah yang menyebabkan
atresia usus, cacat-cacat yang ditimbulkan oleh pita amnion.
SINDROM
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, mempunyai etiologi yang
spesifik dan sama.
Misalnya : heart defects (cacat jantung), anomali genital dan telinga,
retarded growth (keterlambatan pertumbuhan, atresia choanal (atresia
coona), anomali, vertebrat, anus, cardiac trakeoesofagus, renal, limb dan
coloboma.
1) Aksi suatu zat yang berakibat pada kecacatan selama kebuntingan berhubungan erat
dengan perkembangan fetus. Perkembangan fetus dibagi menjadi blastogenesis,
organogenesis, histogenesis dan pematangan fungsional ( Rang et al., 1999). Pada
fase blastogenesis merupakan proses utama dalam pembelahan sel sehingga zat
teratogen dapat mengakibatkan kematian embrio dengan menghambat proses
pembelahan sel. Pada organogenesis, terjadi proses pembentukan organ sehingga zat
teratogen akan menyebabkan malformasi organ, jenis malformasi tergantung dari
jenis teratogen. Histogenesis dan pematangan fungsional tergantung pada suplai
nutrisi dan diatur berbagai sistem hormon (Kalant and Roschlau, 1989).
2) Banyak zat-zat kimia terbukti bersifat teratogen pada hewan coba tetapi tidak pada
manusia yang mungkin disebabkan manusia kurang rentan dan tingkat pajanan yang
tinggi pada manusia. Efek teratogenik suatu zat kimia dapat muncul berupa tingkat
kebuntingan yang rendah, jumlah anak per induk yang berkurang dan ketahanan
hidup janin yang rendah (Frank, 1995).
3) Kelainan teratogenik yang timbul ditentukan oleh tempat kerja (site of action) dan
tahap kerja (stage of action) dari perkembangan organ yang dipengaruhi. Terdapat
empat tingkatan aksi zat teratogen yaitu aksi primer yang terjadi pada kompartemen
intraseluler (intracellular compartement) pada rangkaian interaksi antara inti dan
sitoplasma pada produksi metabolit yang khas dari sel tersebut. Kedua, aksi primer
terjadi karena kelainan dalam struktur dan fungsi dari permukaan sel (cell surface).
Ketiga, terjadi karena ketidaknormalan pada matriks ekstraseluler (celluler matrix).
Keempat, pada lingkungan janin (fetus environment) ketidaknormalan pada tingkat
organisme atau dalam hubungan feto-maternal.
4) Tahap kerja (Stage of Action) pada perkembangan organ tubuh, tahap ini merupakan
tahap perkembangan organ selama embriogenesis berupa rangkaian tingkat yang
berbeda-beda yang dikontrol dengan tepat. Pada tahap ini akan terbentuk susunan
jaringan yang teratur dengan bentuk dan ukuran yang spesifik serta stadium
pertumbuhan ini sangat peka terhadap faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Perubahan pada tiap tahap pertumbuhan mempunyai kepekaan terhadap teratogen
yang berbeda. Perkembangan suatu organ meliputi kejadian-kejadian yang dapat
dibedakan menjadi : determinasi, proliferasi, organisasi seluler, migrasi dan kematian
morfologik sel (Yatim, 1982).
Faktor Lingkungan
Rubella Virus
(Campak Herpes
Jerman) Simpleks
Toxoplasmosis Sitomegalovirus
Varisela
HIV
(Cacar Air)
Sifilis
penentuan waktu
hewan coba zat uji
dosis pemberian zat
manajemen penentuan
pengamatan hewan pasca jalur
perlakuan administrasi
TEKNIK PENGAWINAN
Pemberian sediaan uji dilakukan selama 10 hari berturut-turut mulai hari ke enam
sampai hari ke lima belas kehamilan secara oral, tanpa mempuasakan hewan.
(a) Pemberian zat sebelum implantasi, bertujuan untuk melihat pengaruh suatu zat
terhadap perkembangan embrio preimplantasi.
(b) Pemberian zat teratogenik setelah implantasi, bertujuan untuk melihat pengaruh
zat pada perkembangan fetus, terutama pada masa organogenesis
Tujuan
1. Trauma tembus
2. Trauma tumpul
Kelainan skeletal
(bagian pertulangan)
BAB IV
Obat-obatan : golongan
aminopterin, analgesik,
klomifen, anti kejang,
sulfonamid, asam
valproat
Biopsi histopatologi
DEFINISI
ETIOLOGI
Faktor maternal
Spina Bifida
Spina Bifida
Aperta
Okulta
(cystica)
Meningokel
Kelainan seperti ini biasanya terdapat
didaerah sacrolumbal, sebagian besar
ditutupi oleh kulit dan tidak tampak dari
luar kecuali adanya segumpal kecil rambut
diatas daerah yang dihinggapi.
Mielomeningokel
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah samai bawah pada bayi baru lahir
Kantung tersebut tidak tembus cahaya
Gangguan mobilitas
Ganguan saluran kemih dan pencernaan
Rentan meningitis
Hidrosefalus
Kaki menjadi lemah bahkan lumpuh
Tidak dapat merasakan sensasi atau rangsangan pada kulit
Bayi bisa tumbuh dengan skoliosis karena bentuk tulang belakang tidak normal
Terapi bicara
Terapi fisik
Pemberian obat-obatan, untuk mengontrol
gejala kejang dan hiperaktif, serta untuk
meningkatkan fungsi saraf dan otot.
Fokomelia
Penegakan Diagnosis
Ultrasonografi
Secara umum, phocomelia dapat diidentifikasi menggunakan USG fetus. Sementara, tingkat
keberhasilannya tidak mencapai 100%.
Pemeriksaan Sitogenik
AGEN TERATOGEN
A (Tidak berisiko)
X (Kontraindikasi)
Contoh :
1.Talidomid
3.Hormon
4. Sodium valproate
5. Isotretionin
3. Alkohol
4. Litium
5. Warfarin
2. 3. Anti
1. Barbiturat 4. ADO
Sulfonamida malaria
Obat yang diduga Bersifat Teratogenik
Ditularkan pada saat kelahiran, dengan Menimbulkan cacat kongenital, dengan gejala
gejala utama microsefali, microftalmus, adalah hidrosefalus, keterbelakangan jiwa,
displasia retina, hepatomegali, khorioretinitis, mikroftalmos dan cacat mata
splenomegali dan keterbelakangan jiwa lainnya
Efek teratogen dari pengaruh radiasi yang berasal sinar X adalah mikrocephali spina
bifida, cacat ekstremitas, palatoskisis (cacat celah palatum) dan kebutaan. Pada janin
manusia belum diketahui dosis aman maksimum, namun pada embrio mencit dapat terjadi
kerusakan dengan dosis 5 rad.
Defisiensi Nutrisi
1) Fertilization to implantation
Fertilisasi diikuti oleh peningkatan jumlah sel, pembelahan dan kavitasi untuk
membentuk blastokista yang akan ditanamkan. Paparan toksik pada tahap ini
biasanya mencegah implantasi dan mengakibatkan kematian. misalnya DDT,
nikotin.
2) Implantation to gastrulation
Tiga lapisan kuman terbentuk dan sel-sel mulai bermigrasi keluar untuk memulai
organogenesis. Ini adalah tahap paling sensitif untuk keracunan alkohol
3) Organogenesis
Ini adalah pembentukan anggota badan, organ, sistem saraf, sistem kemih dan
genital dengan proses diferensiasi sel, migrasi dan interaksi sel dari minggu ke 3
sampai ke 8 kehamilan manusia.
4) Morphogenesis
1. Efek toksisitas
-Deformitas struktural minor - misalnya obat
antikonvulsan, Warfarin.
-Kelainan struktural mayor - mis. DES
2. Efek pada Suntikan
(diethylstilbestrol), merokok
Neurulasi
-Retardasi Pertumbuhan - misalnya Alkohol, Bifenil
dari paparan racun dan menghasilkan sebagian
Poliklorinasi
besar cacat manusia
-Perubahan fungsional - misalnya turunan Asam
Retinoat, Bifenil Poliklorinasi, Phenobarbitol,
Timbal
-Kematian - misalnya Rubella, penghambat ACE
6. Chlorpyrifos
5. Methylmercury
4. DES (diethylstilbestrol) paparan pada janin menyebabkan
Methylmercury dan merkuri
meningkatkan risiko kanker refleks abnormal pada neonatus,
anorganik diekskresikan dalam
payudara perkembangan mental yang lebih
ASI
buruk pada usia 2 dan 3 tahun
Agen Biologis :
Sitomegalovirus
Rubella
Virus herpes simpleks
HIV
Sipilis
Toksoplasmosis
Uji Multigenerasi
Prinsip Tes
- Tes dimulai dengan mengekspos jantan dan betina dewasa secara seksual dalam
pasangan perkembangbiakan selama 3 minggu, selama dimana bahan kimia tersebut
didistribusikan dalam organisme generasi orang tua (F0) menurut toksikokinetiknya 6
tingkah laku.
- Pada hari pertama minggu keempat, telur dikumpulkan untuk memulai generasi F1.
Selama pemeliharaan generasi F1 (total 14 wpf), daya tetas dan kelangsungan hidup
dinilai. Selain itu, ikan diambil sampelnya pada 9-10 8 wpf untuk titik akhir
perkembangan dan pemijahan dinilai selama tiga minggu dari hingga 14 wpf.
- Generasi F2 dapat dipelihara untuk mengevaluasi efek trans-generasi pada
kelangsungan hidup, per F2 generasi dimulai setelah minggu ketiga penilaian
reproduksi dan terutama dipelihara sampai selesai menetastumbuhan, pengembangan,
reproduksi, dan titik akhir lain yang relevan.