Anda di halaman 1dari 30

RESUME

TERATOLOGI

Oleh :

ARAVA PUTRI FADHILA


1701050
S1 VI-B

Dosen Pengampu Matakuliah :

Apt. MIRA FEBRINA, M.Sc.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
BAB I
PENDAHULUAN TERATOLOGI

Teratologi adalah suatu cabang ilmu yang berkaitan dengan penyebab,


mekanisme dan manifestasi kehamilan perkembangan fungsi dan struktur
tubuh.

Teratos Logos

Monster Ilmu

Teratogen merupakan suatu agen/zat yang bertindak secara irreversibel


untuk mengubah pertumbuhan, fungsi, struktur dari perkembangan embrio
atau janin.

Prinsip-prinsip teratologi menurut Wilson (1959) :

1. Secara alam keadaan cacat sulit untuk dipastikan apa penyebabnya yang khusus,
mungkin sekali diakibatkan oleh gabungan atau kerjasama berbagai faktor dari
genetik dan lingkungan.
2. Kelainan bentuk / malformasi yang sering juga ditemukan seperti sireno melus,
phocomelia,polydactyly, syndactyly,warfisme, crehorisme dan gigantisme .
3. Menurut Adam et al (2000), talidomid diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun
1950-an di Jerman, dan terbukti relatif tidak toksik pada hewan coba dan manusia.
Obat ini digunakan, antara lain, untuk meringankan mual-mual pada wanita hamil
muda.
4. Fekomelia adalah suatu jenis cacat bawaan yang sangat langka berupa pendeknya
atau tiadanya anggota badan. Cacat lahir yang disebabkan oleh pengaruh gabungan
faktor genetik dan lingkungan (keturunan multifaktorial) sekitar 20-25%.

JENIS ANOMALI

MALFORMASI
Kelainan yang terjadi selama pembentukan struktur yaitu pada saat
organogenesis.
Cacat-cacat ini bisa menyebabkan hilangnya sama sekali atau sebagian
dari sebuah struktur atau perubahan-perubahan konfigurasi normal.
Kejadian ini disebabkan oleh faktor genetik dan/atau lingkungan yang
bekerja sendiri-sendiri atau bekerja sama.

DEFORMASI
Kelainan bentuk yang disebabkan oleh gaya-gaya mekanik yang
mencetak sebagian mudigah dalam jangka waktu yang lama. Deformasi
sering mengenai sistem kerangka otot dan biasanya bisa pulih setelah
lahir.
DISTRUPSI
Distrupsi adalah perubahan morfologi  yang terjadi setelah pembentukan
struktur organ.
Disebabkan oleh proses pembentukan pembuluh darah yang menyebabkan
atresia usus, cacat-cacat yang ditimbulkan oleh pita amnion.

SINDROM
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, mempunyai etiologi yang
spesifik dan sama.
Misalnya : heart defects (cacat jantung), anomali genital dan telinga,
retarded growth (keterlambatan pertumbuhan, atresia choanal (atresia
coona), anomali, vertebrat, anus, cardiac trakeoesofagus, renal, limb dan
coloboma.

Mekanisme Kerja Teratogen :

1) Aksi suatu zat yang berakibat pada kecacatan selama kebuntingan berhubungan erat
dengan perkembangan fetus. Perkembangan fetus dibagi menjadi blastogenesis,
organogenesis, histogenesis dan pematangan fungsional ( Rang et al., 1999). Pada
fase blastogenesis merupakan proses utama dalam pembelahan sel sehingga zat
teratogen dapat mengakibatkan kematian embrio dengan menghambat proses
pembelahan sel. Pada organogenesis, terjadi proses pembentukan organ sehingga zat
teratogen akan menyebabkan malformasi organ, jenis malformasi tergantung dari
jenis teratogen. Histogenesis dan pematangan fungsional tergantung pada suplai
nutrisi dan diatur berbagai sistem hormon (Kalant and Roschlau, 1989).
2) Banyak zat-zat kimia terbukti bersifat teratogen pada hewan coba tetapi tidak pada
manusia yang mungkin disebabkan manusia kurang rentan dan tingkat pajanan yang
tinggi pada manusia. Efek teratogenik suatu zat kimia dapat muncul berupa tingkat
kebuntingan yang rendah, jumlah anak per induk yang berkurang dan ketahanan
hidup janin yang rendah (Frank, 1995).
3) Kelainan teratogenik yang timbul ditentukan oleh tempat kerja (site of action) dan
tahap kerja (stage of action) dari perkembangan organ yang dipengaruhi. Terdapat
empat tingkatan aksi zat teratogen yaitu aksi primer yang terjadi pada kompartemen
intraseluler (intracellular compartement) pada rangkaian interaksi antara inti dan
sitoplasma pada produksi metabolit yang khas dari sel tersebut. Kedua, aksi primer
terjadi karena kelainan dalam struktur dan fungsi dari permukaan sel (cell surface).
Ketiga, terjadi karena ketidaknormalan pada matriks ekstraseluler (celluler matrix).
Keempat, pada lingkungan janin (fetus environment) ketidaknormalan pada tingkat
organisme atau dalam hubungan feto-maternal.
4) Tahap kerja (Stage of Action) pada perkembangan organ tubuh, tahap ini merupakan
tahap perkembangan organ selama embriogenesis berupa rangkaian tingkat yang
berbeda-beda yang dikontrol dengan tepat. Pada tahap ini akan terbentuk susunan
jaringan yang teratur dengan bentuk dan ukuran yang spesifik serta stadium
pertumbuhan ini sangat peka terhadap faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Perubahan pada tiap tahap pertumbuhan mempunyai kepekaan terhadap teratogen
yang berbeda. Perkembangan suatu organ meliputi kejadian-kejadian yang dapat
dibedakan menjadi : determinasi, proliferasi, organisasi seluler, migrasi dan kematian
morfologik sel (Yatim, 1982).

Faktor-faktor teratogen yang menyebabkan teratogenik


Faktor Genetik

Mutasi : Mutasi menimbulkan alel cacat yang mungkin dominan atau


resefif. Pada manusia jenis cacat yang disebabkan oleh mutasi gen
tunggal diperkirakan mendekati 8% dari seluruh malformasi.

Aberasi : Aberasi adalah kelainan kromosom bisa merupakan kelainan


jumlah atau kelainan susunan. Aberasi merupakan penyebab penting
malformasi kongenital dan abortus spontan.

Faktor Lingkungan

Pengamatan oleh Lenz yang mengaitkan cacat pada tungkai dengan


obat sedative, thalidomide pada turun 1961.

Tragedi Minamata Disease di Jepang (1972), disebabkan konsentrasi


pencemaran senyawa merkuri di daerah Teluk Minamata sehingga terjadi
akumulasi pada ikan dan binatang laut lainnya, kemudian melalui rantai
makanan senyawa merkuri ini akan sampai dalam tubuh manusia, akhirnya
mengakibatkan keracunan.
Kelainan yang disebabkan oleh faktor lingkungan

Rubella Virus
(Campak Herpes
Jerman) Simpleks

Toxoplasmosis Sitomegalovirus

Varisela
HIV
(Cacar Air)

Sifilis

PARAMETER YANG DIAMATI


a. Jumlah korpora lutea
b. Jumlah implantasi
c. Jumlah resorpsi
d. Jumlah janin yang mati
e. Jumlah janin yang hidup
f. Jenis kelamin janin yang hidup
g. Berat janin yang hidup
h. Panjang (ujung kepala-telapak kaki) janin yang hidup
i. Kelainan pada janin yang hidup
j. Pemeriksaan Rinci
BAB II
TERATOLOGI EKSPERIMENTAL

Teratologi eksperimental adalah suatu metode penelitian atau mempelajari


mempelajari sifat teratogen suatu zat dengan menggunakan hewan coba.

Hal yang harus diperhatikan :

penentuan waktu
hewan coba zat uji
dosis pemberian zat

manajemen penentuan
pengamatan hewan pasca jalur
perlakuan administrasi

1. CHEST (Chick Embryotoxicity Screening Test)

CHEST (Chick Embryotoxicity Screening Test) adalah pendekatan teratologi dengan


menggunakan embrio ayam untuk mengetahui pengaruh atau dampak teratogen terhadap
perkembangan embrio ayam. Contoh kasus adalah penggunaan teratogen berupa
enrofloxacin pada embrio ayam
JENIS(Gambar 1) yang mengakibatkan embrio mengalami
UJI TERATOLOGI
penurunan berat badan, anomali strukur kepala, retardasi pembentukan tulang rawan, dan
anomali pada struktur kepala. 
Embrio usia 7 hari (a) kontrol; (b-d) Embrio yang mengalami abnormal pada
perlakuan enrofloxacin.

2. FETAX (Frog Embryo Teratogenecity Xenopus)

FETAX (Frog Embryo Teratogenecity Xenopus) adalah pendekatan teratologi


dengan menggunakan embrio katak sebagai objek penelitian teratologi. contoh
perkembangan embrio katak dengan perlakuan pemberian insektisida (malathion) yang
mengakibatkan pembengkokan ekor pada larva katak.
FASE SIKLUS ESTRUS

PROESTRUS ESTRUS MATESTRUS DIESTRUS

Merupakan periode Estrus adalah masa Merupakan fase Merupakan fase


persiapan yang puncak keinginan mulai tumbuhnya terakhir dan terlama
ditandai dengan untuk kawin ditandai corpus luteum dalam siklus estrus
pemacuan dengan manifestasi setelah terjadi ovulasi ternak-ternak
pertumbuhan folikel birahi secara fisik atau sering disebut mamalia
oleh Follicle yaitu keluarnya lendir dengan fase luteal Fase diestrus ditandai
Stimulating Hormone sampai ke vulva yang Metestrus terjadi dengan Endometrium
(FSH). sangat jelas setelah fase estrus menebal, kelenjar
Pada fase ini juga Lama periode estrus berakhir, fase uterina membesar,
terjadi pada ruminansia kecil metestrus dan otot uterus
perkembangan selama 2 - 3 hari berlangsung selama 2 menunjukkan
organ-organ - 3 hari. peningkatan
reproduksi yaitu perkembangan.
oviduct, uterus, dan Kondisi ini akan terus
vagina. berlangsung selama
masa kebuntingan
dan korpus luteum
akan dipertahankan
sampai akhir masa
kebuntingan.

TEKNIK PENGAWINAN

- Pengawinan hewan percobaan dilakukan pada masa estrus dengan perbandingan


jantan dan betina 1:4
- Mencit jantan dimasukkan ke kandang mencit betina pada pukul empat sore dan
dipisahkan lagi besok paginya.
- Pada pagi harinya dilakukan pemeriksaan sumbat vagina.
- Sumbat vagina menandakan mencit telah mengalami kopulasi dan berada hari
kehamilan
ke-0.
- Mencit yang telah hamil dipisahkan dan yang belum kawin dicampur kembali
dengan mencit jantan

TEKNIK PEMBERIAN SENYAWA

Pemberian sediaan uji dilakukan selama 10 hari berturut-turut mulai hari ke enam
sampai hari ke lima belas kehamilan secara oral, tanpa mempuasakan hewan.

Waktu pemberian yaitu :

(a) Pemberian zat sebelum implantasi, bertujuan untuk melihat pengaruh suatu zat
terhadap perkembangan embrio preimplantasi.

(b) Pemberian zat teratogenik setelah implantasi, bertujuan untuk melihat pengaruh
zat pada perkembangan fetus, terutama pada masa organogenesis

Pemberian zat kimia :

- Dosis sekurang-kurangnya diberikan tiga tingkat dosis. Dosis tertinggi harus


menyebabkan gejala keracunan pada beberapa induk (dan atau janin), seperti
berkurangnya berat badan.
- Dosis terendah harus tidak menampakkan efek buruk. Satu atau lebih dosis harus
berada di antara kedua ekstrim itu.
BAB III

LAPARAKTOMI DAN FIKSASI FETUS


Suatu potongan pada dinding abdomen seperti
Laparatomi caesarean section sampai membuka selaput
perut.

Tujuan

Prosedur ini dapat direkomendasikan pada Laparatomi eksplorasi digunakan


pasien yang mengalami nyeri abdomen untuk mengetahui sumber nyeri atau
yang tidak diketahui penyebabnya atau akibat trauma dan perbaikan bila
pasien yang mengalami trauma abdomen. diindikasikan.

Teknik Operasi Laparatomi Appendectomy


ra p
T
m
(tu l/tm
u
a ajm
)b
o en
d
Ap i sit
d
en
mn
rad ec en
gap a d
p
u
ik
d as eri ton
P i s
mb
u
S atn p ad
esau r(O
b b
a stru
sh
u ld si)an
k

1. Trauma tembus

2. Trauma tumpul

- Tidak ada standar insisi pada operasi laparatomi apendiktomi


- Tindakan laparatomi apendiktomi merupakan tindakan konvensional dengan
membuka dinding abdomen
- Tindakan laparatomi dilakukan dengan membuang apendiks yang terinfeksi melalui
suatu insisi di regio kanan bawah perut dengan lebar insisi sekitar 2 hingga 3 inci.
Setelah menemukan apendiks yang terinfeksi, apendiks dipotong dan dikeluarkan
dari perut.
- Laparaskopi apendiktomi merupakan tindakan bedah invasive minimal yang paling
banyak digunakan pada kasus appendicitis akut.
- Tindakan apendiktomi dengan menggukanan laparaskopi dapat mengurangi
ketidaknyamanan pasien jika menggunakan metode open apendiktomi dan pasien
dapat menjalankan aktifitas paska operasi dengan lebih efektif.

Tindakan perendaman fetus dalam larutan


Fiksasi
fiksatif.

2 aspek Kelainan visceral


morfologis
(bagian dalam tubuh)
yang diamati:

Kelainan skeletal

(bagian pertulangan)

Fetus yang sudah mati dan telah diamati sejumlah


kemungkinan kelainan yang ada, kemudian separuh
dari jumlah tiap induk direndam dalam masing-
masing larutan fiksatif tadi. Dari kedua larutan fiksatif
diatas akan dapat diperoleh data kelainan yang terjadi
pada bagan visceral seperti kelainan pada langit-langit
(cleft palate) serta kelainan pada organ jantung, hati,
ginjal, ureter dan lain sebagainya. Data pertulangan
akan sepenuhnya diperoleh dari hasil fiksasi dari
larutan alizarin.

Larutan Bouin's Larutan Alizarin

Mengandung formalin 40%, asam Mengandung KOH 1%, merah


asetat glasial, dan asam pikrat alizarin 6mg/ L.
jenuh. Perendaman dalam alizarin hanya
selama 14 hari sampai diperoleh perendaman dalam alizarin akan
fetus yang kenyal seperti tahu, menghasilkan fetus dengan
berwarna kuning (warna asam jaringan yang transparan
pikrat) dan mudah disayat. sementara semua pertulangan
berwarna merah.

BAB IV

PENYAKIT KARENA TERATOGEN

Suatu kelainan kongenital yang terjadi


Cacat tabung saraf/ akibat kegagalan penutupan lempeng
saraf (neural plate) yang terjadi pada
Neural Tube Defects minggu ketiga hingga keempat masa
(NTD) gestasi. Kelainan yang terjadi pada cacat
tabung saraf biasanya mengenai
meningen, vertebra, otot, dan kulit.

Kelainan pada tulang yang banyak


NTD umumnya disertai cacat bawaan lain dan
Ditandai dengan diamati adalah cervical, thoracic,
Bentuk kelainan visceral tidak sempurnanya sistem
lumbar, sacral, organ, seperti
caudal,
Kelainan skeletal
Amatan viseral

lain dapat diamati dengan manubrium, xiphoid, sternal


melakukan penyayatan, o Paralisis kedua
centra, tungkai,
carpals, metacarpals,
seperti bagian otak, phalanges
o Disfungsi dan kandung
usus dan sternum.kemih,
jantung, hati, ginjal dan lain Pengamatan yang
o Ketidakmampuan agak
belajar susah
serta
sebagainya. dilakukan adalah
o Gangguan psikososial. terhadap
skeletal, hal ini disebabkan
karena specimen dalam larutan
alizarin sangat rentan sekali
terhadap benda keras ketika kita
Patofisiologi NTD ambil atau pindahkan ketempat
pengamatan

Terhentinya proses penutupan tabung Disebabkan oleh peningkatan tekanan


saraf embrio merupakan salah satu intraventrikular karena produksi cairan
mekanisme terjadinya NTD maka serebrospinal yang berlebihan yang
disebut juga dengan istilah disrafia mungkin menimbulkan celah atau defek
(teori developmental arrest). pada tabung saraf (teori hidrodinamik).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya NTD

Infeksi (toksoplasmosis, Riwayat kehamilan


Demam tinggi pada awal
rickettsia) toksin, sebelumnya dengan defek
kehamilan (hipertermia)
multiparitas tabung saraf

Status gizi ibu : defisiensi Faktor lingkungan : ibu


iodium dan asam folat, hamil yang berdomisili di
obesitas, atau diabetes daerah yang tercemar
Kekurangan asam folat
mellitus, vitamin A dosis oleh zat seperti merkuri
tinggi pada kehamilan didaerah pertambangan
muda emas rakyat (illegal),

Obat-obatan : golongan
aminopterin, analgesik,
klomifen, anti kejang,
sulfonamid, asam
valproat

Open NTD yang berarti jaringan sarafnya


terekspos/tidak tertutup jaringan lain

Closed NTD yang berarti jaringan saraf tertutup


oleh jaringan lain

Klasifikasi Neural Tube Defects (NTD)


Alfa feto protein (AFP) pada cairan amnion
atau pada darah ibu dapat dilakukan
khususnya pada minggu ke-15 sampai minggu
ke-20

Pemeriksaan Penunjang Transluminasi dengan penyorotan lampu


Neural Tube Defects (NTD) pada benjolan maka akan tampak bayang-
bayang isi sefalokel.

Pemeriksaan foto polos

CT scan dan USG

Biopsi histopatologi

Pencegahan Neural Tube Defects (NTD)

 Peningkatan gizi wanita sepanjang usia reproduksi dengan memastikan


terpenuhinya kebutuhan vitamin dan mineral (khususnya asam folat dan
iodium).
 Pencegahan atau pembatasan konsumsi substansi berbahaya, khususnya
alkohol, rokok/tembakau dan zat adiktif lainnya.
 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil, petugas kesehatan, dan
pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pencegahan kelainan bawaan
SPINA BIFIDA

DEFINISI
ETIOLOGI

Suatu anomali perkembangan yang ditandai


dengan defek penutupan selubung tulang
pada medulla spinalis sehingga medulla Faktor genetik
spinalis dan dan selaput meningen dapat
menonjol keluar (spina bifida cystica) atau Faktor lingkungan
todak menonjol (spina bifida oculta).

Faktor maternal

Klasifikasi SPINA BIFIDA

Spina Bifida
Spina Bifida
Aperta
Okulta
(cystica)

Meningokel
Kelainan seperti ini biasanya terdapat
didaerah sacrolumbal, sebagian besar
ditutupi oleh kulit dan tidak tampak dari
luar kecuali adanya segumpal kecil rambut
diatas daerah yang dihinggapi.
Mielomeningokel

Gejala SPINA BIFIDA

 Penonjolan seperti kantung di punggung tengah samai bawah pada bayi baru lahir
 Kantung tersebut tidak tembus cahaya
 Gangguan mobilitas
 Ganguan saluran kemih dan pencernaan
 Rentan meningitis
 Hidrosefalus
 Kaki menjadi lemah bahkan lumpuh
 Tidak dapat merasakan sensasi atau rangsangan pada kulit
 Bayi bisa tumbuh dengan skoliosis karena bentuk tulang belakang tidak normal

Fetal alcohol syndrome (FAS)

Suatu kondisi yang terjadi akibat


paparan alkohol yang berlebihan
selama kehamilan.

Sindrom ini ditandai dengan kelainan secara mental


dan fisik, menimbulkan beberapa masalah seperti :
- Cacat fisik,
- Keterbelakangan mental,
- Gangguan belajar,
- Kelainan wajah dan masalah perilaku
Mikrosefalus

Kondisi langka di mana kepala bayi


berukuran lebih kecil dari ukuran
kepala bayi normal.

Penyebab mikrosefalus, di antaranya adalah:

- Cedera otak, seperti trauma otak atau hypoxia-


ischemia (cedera otak karena kekurangan
pasokan oksigen), yang terjadi sebelum atau saat
kelahiran.
- Infeksi pada ibu hamil, seperti toksoplasmosis Pemeriksaan lanjutan mikrosefalus
atau infeksi parasit akibat mengonsumsi daging - MRI
yang belum matang, infeksi Campylobacter - CT scan
pylori, cytomegalovirus, herpes, rubella, sifilis, - Tes darah
HIV, hingga virus Zika. - Tes urine
- Foto Rontgen.
- Kelainan genetik, seperti sindrom Down.
- Malnutrisi parah pada janin.
- Terpapar zat berbahaya, seperti logam (arsenik
atau merkuri), alkohol, rokok, radiasi, atau
NAPZA

Penanganan bagi bayi penderita mikrosefalus


adalah:

 Terapi bicara
 Terapi fisik
 Pemberian obat-obatan, untuk mengontrol
gejala kejang dan hiperaktif, serta untuk
meningkatkan fungsi saraf dan otot.
Fokomelia

Cacat ekstrem yang paling sering dikaitkan


dengan thalidome. Kata phocomelia berasal
dari kata Yunani “phoke” yang berarti “segel”
dan melos yang berarti “tungkai”, di mana
tangan dan/atau kaki segera dimulai pada sendi
utama (bahu/pinggul).

ESCO2 adalah gen penyebab yang terlibat


dalam kohesi kromatid melalui asetilasi
protein. Mutasi yang menyebabkan
hilangnya kohesi tersebut yang mungkin Mutasi pada gen ESCO2 dapat
mendasari mekanisme molekuler menyebabkan terjadinya
phocomelia. phocomelia.Gen ini memberikan
instruksi untuk membuat protein
yang penting untuk pemisahan
kromosom selama pembelahan sel.

Penegakan Diagnosis
 Ultrasonografi

Secara umum, phocomelia dapat diidentifikasi menggunakan USG fetus. Sementara, tingkat
keberhasilannya tidak mencapai 100%.

 Pemeriksaan Sitogenik

Pemeriksaan sitogenik dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Giemsa atau teknis C-


binding yang dapat menunjukkan kelainan kromosom yaitu karakteristik pemisahan
prematur oleh sentromer.
BAB V

AGEN TERATOGEN

Kategori Senyawa menurut FDA

A (Tidak berisiko)

B (Tidak berisiko pada


beberapa penelitian)

Kategori C (Mungkin berisiko)

D (Ada bukti positif


dari risiko)

X (Kontraindikasi)

Contoh :

1. Kategori A = Vitamin C, asam folat, vitamin B6, zinc


2. Kategori B = amoxicillin, ampicillin, azithromycine, bisacodyl, buspirone, caffeine,
cefaclor, cefadroxil, cefepime, cefixime, cefotaxime, ceftriaxone, cetirizine, ,
clotrimazole, cyproheptadine, dexchlorpheniramine oral, dicloxaciline, dobutamin,
erythromycin, famotidin, fondaparinux sodium, fosfomycin, glibenclamide +
metformin oral, glucagon, ibuprofen oral, insulin, kaolin, ketamine, lansoprazole,
lincomycin, loratadine, meropenem, metformin, methyldopa, metronidazole,
mupirocin, pantoprazole, paracetamol oral, ranitidine, sucralfat, terbutalin,
tetracycline topical, tranexamic acid, ursodeoxycholic acid, vancomycin oral. 
3. Kategori C = acetazolamide, albendazole, albumin, allopurinol, aminophylin,
amitriptyline, aspirin, astemizol, atropine, bacitracin, beclometasone, betacaroten,
bupivacaine, calcitriol, calcium lactate, chloramphenicol, ciprofloxacin, clidinium
bromide, clobetasol topical, clonidine, cotrimoxazole, codein + paracetamol,
desoximetasone topical, dextromethorphan, digoxin, donepezil, dopamine, enalapril,
ephedrine, fluconazole.
4. Kategori D = alprazolam, amikacin, amiodarone, atenolol, bleomycin,
carbamazepine, chlordiazepoxide, cisplatin, clonazepam, cyclosphosphamide,
diazepam, kanamycin, minocycline,phenytoin, povidon iodine topical,
propylthiouracil, streptomycin inj, tamoxifen, tetracycline oral dan ophthalmic,
valproic acid. 
5. Kategori X = alkohol dalam jumlah banyak dan pemakaian jangka
panjang, amlodipin + atorvastatin, atorvastatin, caffeine + ergotamine,
chenodeoxycholic, clomifene, coumarin, danazol, desogestrel + ethinyl estradiol,
dihydroergotamine, ergometrine, estradiol, (+ norethisterone), fluorouracil,
flurazepam, misoprostol, oxytocin, simvastatin, warfarin.

Obat dengan sifat Teratogenik Pasti

1.Talidomid

2. Obat Anti Tumor

3.Hormon

4. Sodium valproate

5. Isotretionin

Obat yang dicurigai bersifat


teratogenik
1. Antikonvulsan

2. Tembakau (rokok dan nikotin)

3. Alkohol

4. Litium

5. Warfarin

2. 3. Anti
1. Barbiturat 4. ADO
Sulfonamida malaria
Obat yang diduga Bersifat Teratogenik

5. LSD Anastetik Antibiotik


 Agen agen infektif

1. Sitomegalovirus 2. Rubella (Campak Jerman)

Menyebabkan malformasi dan infeksi janin Mengakibatkan malformasi pada mata


kronis yang berlangsung sampai lahir dengan (katarak dan microflalmia), telinga bagian
gejala utama infeksi virus ini adalah dalam (tuli kongenital karena kerusakan
mikrocephalus, perkapuran otak, kebutaan alat konti), jangkung (duktus arteriosus
karioretinitis dan hepatosplenomegali. persisten) cacat otak, keterbelakangan
mental.

3. Virus Herpes Simpleks 4. Toxoplasmosis

Ditularkan pada saat kelahiran, dengan Menimbulkan cacat kongenital, dengan gejala
gejala utama microsefali, microftalmus, adalah hidrosefalus, keterbelakangan jiwa,
displasia retina, hepatomegali, khorioretinitis, mikroftalmos dan cacat mata
splenomegali dan keterbelakangan jiwa lainnya

 Agen agen Fisik

Efek teratogen dari pengaruh radiasi yang berasal sinar X adalah mikrocephali spina
bifida, cacat ekstremitas, palatoskisis (cacat celah palatum) dan kebutaan. Pada janin
manusia belum diketahui dosis aman maksimum, namun pada embrio mencit dapat terjadi
kerusakan dengan dosis 5 rad.

Defisiensi Nutrisi

Terutama akibat kekurangan vitamin A (isotretionin) dapat menyebabakan


hiplopasia mandibula, celah langit-langit, cacat jantung. Defisiensi asam valproat akan
menyebabkan kelainan jantung dan cacat tubaneuralis.
BAB VI

TOKSISITAS PERKEMBANGAN DAN UJI MULTIGENERASI

Toksisitas Pada Perkembangan Janin

1.Iradiasi Ibu Dan Kelainan 2. Sindrom Rubela


Kongenital 3. Tragedi Thalidomide
Bawaan
Janin mengalami kelainan tungkai tidak berkembang
Pada trimester pertama mata, jantung, dan telinga atau muncul sebagai
kehamilan bawaan serta tunggul
keterbelakangan mental
Pengujian dan penilaian resiko

Dilakukan dalam beberapa tahap :

1) Fertilization to implantation

Fertilisasi diikuti oleh peningkatan jumlah sel, pembelahan dan kavitasi untuk
membentuk blastokista yang akan ditanamkan. Paparan toksik pada tahap ini
biasanya mencegah implantasi dan mengakibatkan kematian. misalnya DDT,
nikotin.

2) Implantation to gastrulation

Tiga lapisan kuman terbentuk dan sel-sel mulai bermigrasi keluar untuk memulai
organogenesis. Ini adalah tahap paling sensitif untuk keracunan alkohol
3) Organogenesis
Ini adalah pembentukan anggota badan, organ, sistem saraf, sistem kemih dan
genital dengan proses diferensiasi sel, migrasi dan interaksi sel dari minggu ke 3
sampai ke 8 kehamilan manusia.
4) Morphogenesis

Termasuk tahapan pertumbuhan dan pematangan fisiologis dari minggu ke 8 sampai


kelahiran. Efek teratogenik menyebabkan deformasi dan bukan malformasi pada
janin.

5) Post Natal to puberty

Paparan racun lingkungan

1. Efek toksisitas
-Deformitas struktural minor - misalnya obat
antikonvulsan, Warfarin.
-Kelainan struktural mayor - mis. DES
2. Efek pada Suntikan
(diethylstilbestrol), merokok
Neurulasi
-Retardasi Pertumbuhan - misalnya Alkohol, Bifenil
dari paparan racun dan menghasilkan sebagian
Poliklorinasi
besar cacat manusia
-Perubahan fungsional - misalnya turunan Asam
Retinoat, Bifenil Poliklorinasi, Phenobarbitol,
Timbal
-Kematian - misalnya Rubella, penghambat ACE

3. Fetal alcohol syndrome (FAS


FAS mengganggu perkembangan normal janin

6. Chlorpyrifos
5. Methylmercury
4. DES (diethylstilbestrol) paparan pada janin menyebabkan
Methylmercury dan merkuri
meningkatkan risiko kanker refleks abnormal pada neonatus,
anorganik diekskresikan dalam
payudara perkembangan mental yang lebih
ASI
buruk pada usia 2 dan 3 tahun

Pengganggu Endokrin Lingkungan


Paparan BPA prenatal dikaitkan
dengan perubahan agresi dan
perubahan perilaku neurologis
Racun Reproduksi: Anti-Kejang:
• Aminopterin • Diphenylhydantoin
• Metotreksat • Trimethadione
• Androgen • Paramethadione
• Penghambat ACE
• Asam valproate
• Obat antituberkulosis
• Carbamazepine
• Kafein
• Kokain
• Kumarin
• Warfarin
• Diethylstilbestrol Bahan Kimia:
• Etanol • Bensin
• Terapi kejut insulin • Methylmercury
• Isotretinoin • Bifenil poliklorinasi
• • Toksisitas Toluena
• Alkohol
• Nikotin

Ketidakseimbangan Metabolisme Ibu :


o Kretinisme
o Diabetes mellitus
o Kekurangan asam folat
o Hipertermia
o Fenilketonuria
o Gangguan rematik

Agen Biologis :
 Sitomegalovirus
 Rubella
 Virus herpes simpleks
 HIV
 Sipilis
 Toksoplasmosis

Uji Multigenerasi

Medaka Multigeneration Test (MMT)


- Memberikan informasi mekanistik dan menyediakan keterkaitan antara hasil dari
studi lapangan dan laboratorium, di mana ada apriori bukti bahan kimia yang
berpotensi aktivitas pengganggu endokrin.
- Untuk mengevaluasi potensi efek generasi, MMT memungkinkan dua opsi periode
pemaparan untuk generasi kedua (F2) (a) sampai menetas (sampai dua minggu
setelah fertilisasi, wpf), dan (B) dewasa reproduksi (pada 15 wpf).

Prinsip Tes

- Tes dimulai dengan mengekspos jantan dan betina dewasa secara seksual dalam
pasangan perkembangbiakan selama 3 minggu, selama dimana bahan kimia tersebut
didistribusikan dalam organisme generasi orang tua (F0) menurut toksikokinetiknya 6
tingkah laku.
- Pada hari pertama minggu keempat, telur dikumpulkan untuk memulai generasi F1.
Selama pemeliharaan generasi F1 (total 14 wpf), daya tetas dan kelangsungan hidup
dinilai. Selain itu, ikan diambil sampelnya pada 9-10 8 wpf untuk titik akhir
perkembangan dan pemijahan dinilai selama tiga minggu dari hingga 14 wpf.
- Generasi F2 dapat dipelihara untuk mengevaluasi efek trans-generasi pada
kelangsungan hidup, per F2 generasi dimulai setelah minggu ketiga penilaian
reproduksi dan terutama dipelihara sampai selesai menetastumbuhan, pengembangan,
reproduksi, dan titik akhir lain yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai