Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

ANALISIS VEGETASI GULMA

OLEH

ADEODATUS K. BIAN

(17012124)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan sekumpulan tumbuhan dan biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama- sama pada suatu tempat. Analisa vegetasi adalah cara
mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau
daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran
tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan
hutan merupakan suatu contoh vegetasi. Suatu vegetasi kadangkala dibagi menjadi
beberapa komunitas yang tumbuh bersama di suatu daerah. Beberapa komunitas
tersebut juga disebut assosiasi yaitu sekumpulan tumbuhan yang tumbuh bersama
pada lingkungan yang sama. Komunitas tumbuhan akan selalu di dominasi oleh jenis
tumbuhan tertentu sebagai gulma. Komunitas tumbuhan sering kali digunakan oleh
ahli ekologi untuk menjelaskan suatu vegetasi di suatu wilayah. Adapun sifat-sifat
dasar yang dimiliki oleh komunitas tumbuhan adalah:
1. Mempunyai komposisi floristic yang tetap
2. Fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun, dsb)
3. Mempunyai penyebaran yang karakteristik dengan lingkungan habitatnya
Umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi
dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan
tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu
tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena
mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan
adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya
atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed).
Kehadiran gulma sendiri secara langsung dapat mempengaruhi produksi
tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas, kemudian juga dapatmenghambat
praktek budidaya pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitasakan menurun,
karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. Kemudian kuantitas
juga akan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh (hara, air, udara,
cahaya, ruang gerak) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan,
jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh.
Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan untuk mengendalikan
gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan produktifitas
tanaman.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh
mengganggu dan bersaing dengan tanaman budidaya dan mengetahui komposisi jenis
atau spesies gulma, dan dominasi pada suatu vegetasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat
mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan.
Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada
semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma
dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan
tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Dalam pertanian gulma tidak dikehendaki karena (a) menurunkan produksi akibat
bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh; (b)
menurunkan mutu hasil akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma; (c) mengeluarkan
senyawa alelopati (zat penghambat pertumbuhan) yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman; (d) menjadi inang bagi hama dan patogen yang menyerang tanaman; (e)
mengganggu tata-guna air; dan (f) secara umum meningkatkan biaya usaha tani (Jumin,
1991). Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk penentuan nilai NJD atau
SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo et al.
1984).
Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulma
berdaun sempit atau jenis gulma rumput- rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil
disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari
golongan teki- tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993).
Daun gulma daun lebar dibentuk pada meristem apikal yang sangat sensitif pada
senyawa kimia. Stomata pada daun gulma daun lebar banyak terdapat pada daun bagian
bawah yang memungkinkan cairan herbisida dapat masuk. Gulma daun lebar memiliki
bentuk daun yang lebih luas, sehingga luas permukaan daun yang kontak dengan senyawa
limbah sagu lebih besar. Gulma daun sempit berkedudukan vertikal dan memiliki luas
permukaan daun lebih kecil. Analisis vegetasi gulma menunjukkan bahwa gulma daun sempit
merupakan gulma yang dominan dibandingkan gulma daun lebar. Hal ini disebabkan karena
gulma daun sempit umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang
mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir,
2008).
Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran
jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum dan sesudah
percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah Jumlah Dominan (NJD)
berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah dominansi suatu jenis gulma dengan jenis
gulma lainnya dalam suatu komunitas, sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies
gulma tertentu yang tumbuh lebih dominan dari spesies yang lain. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan antara lain adalah jenis gulma
dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia serta dampak
ekonomi dan ekologi (Mas’ud, 2009).
Tujuan analisis vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :
1. Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan.
Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida
yang sesuai.
2. Untuk mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal ini penting
misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum
dan setelah dilakukan pengendalian dengan cara tertentu.
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 03 November tahun 2018
dan dilaksanakan di kebun gunung bulu Kampus 1 Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
B. Alat dan Bahan
1. Tali rafia
2. Penggaris
3. Gunting
4. Petak berbentuk segi empat
5. Pena
6. Buku
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah
1. Diletakkan kuadran pada 2 tempat yang berbeda (2 ulangan)
2. Dilakukan pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing
spesies gulma (data dominansi) yang terdapat pada kuadran
3. Dihitung juga jumlah populasi masing-masing spesies gulma tersebut ( data
kerapatan)
4. Berdasarkan data 2 ulangan tersebut dilakukan perhitungan
5. Nilai NP dan SDR semakin banyak perubahan yang digunakan makin
mendekati nilai kebenaran yang akan diduga.
6. SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai
sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut
semakin dominan.
7. Berdasarkan hasil perhitungan dilakukan kebijakan pengendalian gulma utuk
dapat menekan populasi gulma pada daerah pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Lahan 1
Petak
Gulma
1 2 3
Teki 2 1 -
Acalypha - - -
Digitaria 2 - 2
Cleome - - -
Meniran - - -
Krokot - - -

a. Kerapatan Mutlak dan frekuensi mutlak


Gulma Kerapatan mutlak Frekuensi mutlak
Teki 4 2
Acalypha - -
Digitaria 4 2
Cleome - -
Meniran - -
Krokot - -
Total 8 4

b. Kerapatan nisbi dan Frekuensi Nisbi


Gulma Kerapatan nisbi Frekuensi nisbi
4 2
Teki × 100 % =50 × 100 % = 50
8 4

Acalypha 0 0
4 2
Digitaria × 100 % = 50 × 100 % = 50
8 4

Cleome 0 0
Meniran 0 0
Krokot 0 0
Total 100 100
𝑘𝑛+𝑓𝑛
SDR = 2
50+50
Teki = = 50
2

Acalypha =0
50+50
Digitaria = = 50
2

Cleome =0
Meniran =0
Krokot =0
Jadi total SDR adalah 100
2. Lahan 2
Petak
Gulma
1 2 3
Krokot 1 - 1
Teki 1 - 2
Centella - - -
Digitaria - - -

a. Kerapatan Mutlak dan frekuensi mutlak


Gulma Kerapatan mutlak Frekuensi mutlak
Krokot 2 2
Teki 3 2
Centella - 0
Digitaria - 0
Total 5 4

b. Kerapatan nisbi dan Frekuensi Nisbi


Gulma Kerapatan nisbi Frekuensi nisbi
2 2
Krokot × 100 % = 40 × 100 % = 50
5 4
3 2
Teki × 100 % = 60 × 100 %= 50
5 4

Centella 0 0
Digitaria 0 0
Total 100 100
𝑘𝑛+𝑓𝑛
SDR = 2
40+50
Krokot = = 45
2
60+50
Teki = = 55
2

Centella =0
Digitaria =0
Jadi total SDR adalah 100
Komposisi untuk kedua lahan ini adalah
2𝑊
C =𝑎+𝑏 × 100 %
2 ( 45+0+50)
C= × 100 %
100+100
190
C = 200 × 100 %

C = 95 %
Karna C diatas 75% maka komposisi sama

B. Pembahasan
Menurut Radosevich (2007), gulma merupakan tanaman yang tumbuh bukan
pada tempatnya, atau disebut juga tanaman atau tumbuhan yang manfaatnya lebih
sedikit dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan pada lahan yang sedang
diusahakan. Pada dasarnya gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang telah
beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap segala
aktivitas manusia (Sastroutomo, 1990). Gulma tumbuh pada pada tempat yang tidak
dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung atau tidak
langsung merugikan. Pengaruh negatif gulma yang penting adalah mempunyai daya
kompetisi yang tinggi, sebagai inang penyakit atau parasit, mengurangi mutu hasil
peertanian, dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian.
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi,
tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan
untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian
gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi
vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan
metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetasi
tumbuh menjalar (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu
survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual
estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman.

Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi
yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi
yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk
memperoleh efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi untuk
penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan
analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Dari data yang diperoleh ada beberapa jenis gulma yang tumbuh bukan hanya
pada satu petak saja tetapi di setiap lahan yang di amati, populasi yang paling
dominan adalah teki (cyperus rotandus) dengan SDR50,36. Urutan gulma dari yang
dominan antara lain digitaria (23,49), meniran (phyllanthus niruri) (9.77), krokot
(6,24), Acalypha (5,22), dan cleome (5,22).

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan, tumbuh pada pada tempat
yang tidak dikehendaki manusia, sehingga keberadaan gulma baik secara langsung
atau tidak langsung merugikan.
2. Metode yang digunakan dalam analisis vegetasi metode kuadrat.
3. Dari data yang diperoleh ada beberapa jenis gulma yang tumbuh bukan hanya pada
satu petak saja tetapi di setiap lahan yang di amati, populasi yang paling dominan
adalah teki (cyperus rotandus) dengan SDR50,36. Urutan gulma dari yang dominan
antara lain digitaria (23,49), meniran (phyllanthus niruri) (9.77), krokot (6,24),
Acalypha (5,22), dan cleome (5,22).

DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2010. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). http://iqra5.blogspot.com/2010/07/rumput-

gajah-pennisetum-purpureum.html. Diakses tanggal 19 november 2018.

Budiono, E. 2013. Rumput Gajah (Deskripsi, Persebaran, Manfaat dan Cara Tanam).

http://rumah2hijau.wordpress.com/2013/03/29/rumput-gajah-deskripsi-persebaran-manfaat-

dan-cara-tanam/. Diakses tanggal 19 november 2018.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Pustaka Bunda. Jakarta.

Jumin, Hasan Basri.1991. Dasar- Dasar Agronomi. CV. Rajawali. Jakarta.

Lawrence, G. H. M. 1959. Taxonomy of Vascular Plant. The Macmillan Co. New York.

Mas’ud, hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma pada Pertanaman Kedelai

dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16 (2) : 118 – 123.

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Prawoto, A. A., dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajenem Agribisnis dari Hulu hingga

Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai