Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI & ILMU LINGKUNGAN


(PDT1211)

ACARA 4
METODE KUADRAT

Oleh:
Ischa Widya Meyliza
A0B021018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat kurva
spesies area. Setelah luas minimum area dari satuan petak contoh yang diannggap
mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita
dapat melakukan penarikan contoh tersebut. Kuadrat yang dimaksud dalam
metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti 2
cm dan lainnya.
Sistem analis dengan menggunakan metode kuadrat yaitu kerapatan
ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan
oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan
kekerapan dari jenis tumbuhan yang dijumpai dalam sejumlah area sampel (n)
dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam
persen.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan
lain-lain. Metode kuadrat menjadi perhitungan dalam suatu komponen ekosistem
tumbuhan yang ada pada wilayah seperti misalnya hutan sebaginya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen jenis, peranan, pentebaran, dan struktur dari
suatu tipe vegetasi yang diamati
2. Untuk mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati.

24
3. Untuk mengetahui luas minuman yang diperlukan untuk analisis vegetasi
metode kuadrat dari area yang di amati
C. Manfaat
1. Mahasiswa menjadi mengetahui tentang cara penghitungan nilai dengan
metode kuadrat
2. Mahasiswa mengetahui persebaran spesies pada area tertentu, serta hubungan
antar spesies dengan komunitas lainnya.
A. Mahasiswa mengetahui hubungan apa yang terdapat diantara vegetasi dengan

25
BAB II

LANDASAN TEORI

Metode kuadrat adalah salah satu metode analisa vegetasi yakni pada
pengamatan petak contoh yang luasnya diukur dalam satuan kuadrat. Adapun
bentuk petak contah bisa berupa persegi empat, persegi panjang atau lingkaran.
Metode ini sangat mudah dan cepat sehingga cocok digunakan untuk struktur
dan komposisi vegetasi tumbuhan sebanyak 3 petakan (plot).

Penentuan awal peletakkan petak contoh dilakukan secara acak. Dalam


setiap petak contoh dicatat semua jumlah individu yang termasuk tumbuhan tingkat
tiang lalu dicatat dihitung jumlah jenisnya, difoto dan diambil sampelnya untuk
pembuatan herbarium.

Sistem analisis dengan menggunakan metode kuadrat yaitu kerapatan


ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh
populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kerapatan
dari jenis tumbuhan yang dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan
dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%).

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


Pada praktikum ini penulis mengambil tempat di wilayah Denpasar pada hari
jumat, 25 maret 2022. Leih tepatnya dikawasan suatu hutan

B. Alat dan Bahan


1. Tali raffia
2. Patok tanda pembatas
3. Atal tulis
4. Buku-buku identifikasi
5. Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek praktikum
6. Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah jenis individu didalam
petak contoh

C. Prosedur
1. Tentukan suatu area tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
2. Luas peta contoh ditentukan dan hasil pembuatan kurva spesies area
3. Penetuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara sitematis
atau kombinasi keduannya
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiapa individu jenis yang terdapat
data yang dicatat metode pengkuadratan

Untuk menghitung dominasi pada vegetasi berbentuk herba dan semak rendah
dilakukan dengan cara menaksir persentase (%) penutupan tajuk atau dihitung
biomassanya, sedangkan untuk vegetasi berbentuk pohon dilakukan dengan
menghitung luas bidang dasar pada tinggi 1,30 meter dari ukuran tanah.

- Dominasi mutalk jenis atau DM(i)

27
DM (i) jumlah luas bidang daasar suatu jenis i atau DM (i) jumlah
penutupan tajuk jenis (i)
- Dominasi relative jenis I atau DR (i)
jumlah dominansi jenis ( i )
DR (i )= x 100 %
jumlah dominansi seluruh jenis

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Jenis Nama Nama Ilmiah Jumlah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%)


Tanaman Tanaman Spesie
s

1 Pohon Pohon Stelechocarpus 1 100 23 50 173


Kepel burahol

2 Pohon Pohon Myristica 1 50 0,5 50 100,5


Pala fragrans

3 Terna Rumput Axonopus 1 50 0,5 50 100,5

PLOT 1 x 1
jumlah individu suatu jenis
1. a. Kerapatan Mutlak ¿
Luas Plot
1
 Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ =1
1
1
 Rumput (1 Spesies) ¿ =1
1
Jumlah Kerapatan Mutlak
b. Kerapat Relatif ¿ x 100 %
Total Kerapatan Seluruh Spesies
1
 Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ x 100 %=100 %
1
1
 Rumput (1 Spesies) ¿ x 100 %=100 %
1
TOTAL : 200%
Jumlah Plot Suatu Jenis
2. a. Frekuensi Mutlak ¿
Jumlahbanyaknya Plot

29
1
 Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ =0,3
3
3
 Rumput (1 Spesies) ¿ =1
3
TOTAL : 1,3
Frekuensi Mutlak Jenis
b. Frekuensi Relatif ¿
Total frekuensi seluruh jenis
0,3
 Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ x 100 %=23 %
1,3

1
 Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ x 100 %=77 %
1,3

TOTAL : 100%
Jumlah bidang dasar 2 πr
3. a. Dominasi Mutlak ¿ =
Luas Plot luas plot
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
 Pohon Kepel (1 spesies) = =47,1
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
 Rumput (1 spesies) = =47,1
luas plot 1
Dominas Spesiesi
b. Dominasi Relatif ¿ x 100 %
Total Dominasi seluruh jenis
47,1
 Pohon Kepel (1 spesies) x 100 %=50 %
94,2
47,1
 Pohon Rumput (1 spesies) x 100 %=50 %
94,2
TOTAL : 100%
Nilai Penting
KR+FR+DR = 300%
PLOT 2×2
1. Kerapatan Mutlak Jenis
jumlah individu suatu jenis (i )
KM (i) =
jumlah total areal yang digunakan untuk penarikan contoh

30
1
 Pohon Pala ¿ =0,25
4
1
 Rumput ¿ =0,25
4
Total ; 0,5

2. Kerapatan Relatif Jenis


jumlah individu suatu jenis (i )
KM (i) =
jumlah total areal yang digunakan untuk penarikan contoh
0,25
 Pohon Pala ¿ ×100 %=50 %
0,5
0,25
 Pohon Rumput ¿ ×100 %=50 %
0,5
Total : 100%

3. Frekuensi Mutlak Jenis


jumlah suatu petak contoh yang diduduki oleh jenis ( i )
KM (i) = jumlah total petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi
¿
¿
1
 Pohon Pala ¿ =0,33
3
1
 Rumput ¿ =0,33
3
Total : 0,66
4. Frekuensi Relatif Jenis
Frekuensi mutlak jenis ( i )
FR (i) = Frekuensi total seluruh jenis
x 100 % ¿
¿
0,33
 Pohon Pala ¿ =0,5
0,66
0,33
 Pohon Rumput ¿ =0,5
0,66
Total : 1

31
5. Dominasi Mutlak Jenis
 Pohon Pala (1 spesies)
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
DM¿ = =11,775
4 4
 Pohon Rumput (1 spesies)
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
DM¿ = =11,775
4 4
Total : 23,55
6. Dominansi Relatif Jenis
 Pohon Pala (1 spesies)
11,775
DR¿ x 100 %=50 %
23,55
 Rumput (1 spesies)
11,775
DR¿ x 100 %=50 %.
23,55
Total : 100%
7. Indeks nilai penting
INP (i) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif +Dominansi Relaif
INP (i) = 100 % + 1% + 100% = 201%

PLOT 4 x 4
1. Kerapatan Mutlak Jenis atau KM (i) = jumlah suatu individu jenis (i)
jumlah individu suatu jenis (i )
KM (i) = jumlah total areal yang digunakan untuk penarikan contoh
¿
1
 Rumput ¿ =0,0625
16
2. Kerapatan Relatif Jenis
KR (i) =
jumlah mutlak jenis ( i )
x 100 %
jumlah total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh
¿

32
0,0625
 Rumput ¿ =0,125
0,5

3. Frekuensi Mutlak Jenis


jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis ( i )
FM (i) = jumlah banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetaasi
¿
3
 Rumput ¿ =1
3

4. Frekuensi Relatif Jenis


jumlah mutlak jenis ( i )
FR (i) = x 100 %
Frekuensi total seluruh jenis
1
 Rumput ¿ x 100 %=100 %
1

5. Dominansi Mutlak Jenis


jumlah dominansi jenis ( i )
DM (i) =
Jumlah total areal yang digunakan untuk penarikan contoh
 Rumput (1spesies)
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
DM¿ = =2,94375
total luas areal 16

6. Dominansi Relatif Jenis


jumlah dominansi jenis ( i )
FR (i) = x 100 %
jumlah dominansi seluruh jenis
2,94375
 Rumput ¿ x 100 %=100 %
2,94375

7. Indeks Nilai Penting


INP (i) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif +Dominansi Relaif
INP (i) = 0,125 + 100% + 100% = 200,125%

33
B. Pembahasan
Vegetasi menurut Maarel (2005) merupakan didefinisikan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari sekelompok besar tumbuhan yang tumbuh dan menghuni suatu
wilayah.
Vegetasi juga didefi-nisikan sebagai keseluruhan tumbuhan dari suatu area
yang berfungsi sebagai area penutup lahan, yang terdiri dari be-berapa jenis seperti
herba, perdu, pohon, yang hidup bersamasama pada suatu tempat dan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Analisis vegetasi menurut Susanto (2012) merupakan suatu cara mempela-jari
susunan atau komposisi jenis dan ben-tuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang
dipelajari dalam analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang merupa-kan
asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil
analisis vegetasi tumbuhan disajikan secara deskriptifmengenai komposisi spe-sies
dan struktur komunitasnya (Indriyan-to, 2008). Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme.
Pada umumnya analisis vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan
kuantitatif:
a. Analisis Vegetasi Kualitatif
Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat
dideskripsikan dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta
pengukuran. Studi analisis vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara
stratifikasi, aspeksi, sosiabilitas, floristic, dan bentuk hidup (Syafei, 1990).

b. Analisis Vegetasi Kuantitatif


Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut dapat
dibuat dengan observasi spesies tumbuhan padat empat berbeda dalam habitat.
Beberapa metode yang sering digunakan adalah metode kuadrat, metode lop,
metode titik, dan metode transek. Dengan informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan, komunitas tumbuhan,

34
komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi tanah
yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan
yang spesifik (Syafei, 1990).

Keanekaragaman jenis suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman


jenis yang tinggi jika komunitas disusun oleh banyak spesies. Sebaliknya, suatu
komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitas itu
disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit yang dominan (Indriyanto, 2006).
Keanekaragaman yang lebih tinggi menunjukan rantai makanan yang lebih panjang
dan lebih banyak, serta tingkat simbiosis semakin banyak sehingga komunitas
tersebut semakin baik (Maisyaroh, 2010).
Tingginya keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas menunjukan bahwa
semakin tinggi kemampuan jenis lain untuk tumbuh berkembang pada kawasan
tersebut. Hal ini disebabkan karena vegetasi hutan yang beranekaragam mempunyai
variasi terhadap kondisi fisik dan kimia tanah (Kabelen, 2008).
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran
luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak
contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran,
bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari ketiga bentuk petak
contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan kekurangannya (Kusmana,
C, 1997).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis
vegetasi herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti
dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk
vegetasi herba rendah bentuk empat persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan
dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang sama. Hal ini disebabkan karena
kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran, sehingga bentuk
petak contoh berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak kemungkinannya
untuk memotong kelompok tumbuhaan dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar

35
pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih
banyak (Andri, C, 1999).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak.
Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan
berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total
basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan
basal area dari beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut
Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi
vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat.
Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf dilengkapi dengan lengan
pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat
otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
(Weaver dan Clements, 1938).
Soegianto (1994) menyatakan bah wa apabila pengamatan dilakukan pada
petak-petak contoh, maka makin banyak petak contoh yang didalamnya ditemu-kan
suatu spesies, berarti makin besar frekuensi spesies tersebut. Sebaliknya, jika makin
sedikit petak contoh yang di dalamnya ditemukan suatu spesies ma-kin kecil
frekuensi spesies tersebut. De-ngan demikian, sesungguhnya frekuensi tersebut dapat
menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam habitat yang dipelajari meskipun
belum dapat meng-gambarkan tentang pola penyebaran-nya.
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi yakni dengan
menggunakan pengamatan petak contoh yang luasnya diukur dalam satuan kuadrat.
Pengamatan dalam metode kuadrat dapat dilakukan secara destruktif dan tidak
destruktif. Pengamatan secara destruktif adalah gulma dicabut atau dipotong untuk

36
diamati jumlah dan berat biomasanya. Sedangkan pengamatan tidak destruktif adalah
menghitung jumlah masing-masing jenis gulma yang ada. Data yang diperoleh berupa
parameter kerapatan, frekuensi, dan dominansi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Karena metode kuadrat sudah di pelajari semenjak masih di sekolah menengah jadi
untuk menganalisis vegetasi cocok dengan metode kuadrat.
B. Saran
Praktikum metode kuadrat membutuhkan ketelitian dalam penghitungan dan
pengamatan spesies, ketelitian dalam mengidentifikasi tumbuhan dan pemilihan
tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat harus baik.

37
DAFTAR PUSTAKA

Kabelen. 2008. Struktur, Komposisi Jenis Pohon Dan Nilai Ekologi Vegetasi
Kawasan Hutan Di Kampung Sewan Distrik Sarmi Kabupaten Sarmi-Papua. Fakultas
MIPA Universitas Cendrawasih, jayapura-papua.

Latifah, S., 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara

Martono, D. S., 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional Gunung Rinjani
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agri-tek. Vol. 13 No. 2.

Maisyaroh. (2010). PengantarEkologiDasar. IPB. Bogor.

Soegianto, A. (1994). EkologiKuantitatif. Usaha Nasional.Surabaya.

Soegianto, A. (1994).Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas.


Jakarta: Penerbit Usaha Nasional.

Syafei, E. S. 1990. PengantarEkologiTumbuhan. ITB. Bandung. (Maisyaroh, 2010)

38
LAMPIRAN

Plot ukuran 1x1, 2x2, dan 4x4

39

Anda mungkin juga menyukai