ACARA 4
METODE KUADRAT
Oleh:
Ischa Widya Meyliza
A0B021018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu
luasan petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat kurva
spesies area. Setelah luas minimum area dari satuan petak contoh yang diannggap
mewakili suatu tipe komunitas tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita
dapat melakukan penarikan contoh tersebut. Kuadrat yang dimaksud dalam
metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti 2
cm dan lainnya.
Sistem analis dengan menggunakan metode kuadrat yaitu kerapatan
ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam
area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan
oleh populasi jenis tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan
kekerapan dari jenis tumbuhan yang dijumpai dalam sejumlah area sampel (n)
dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam
persen.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan
lain-lain. Metode kuadrat menjadi perhitungan dalam suatu komponen ekosistem
tumbuhan yang ada pada wilayah seperti misalnya hutan sebaginya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui komponen jenis, peranan, pentebaran, dan struktur dari
suatu tipe vegetasi yang diamati
2. Untuk mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati.
24
3. Untuk mengetahui luas minuman yang diperlukan untuk analisis vegetasi
metode kuadrat dari area yang di amati
C. Manfaat
1. Mahasiswa menjadi mengetahui tentang cara penghitungan nilai dengan
metode kuadrat
2. Mahasiswa mengetahui persebaran spesies pada area tertentu, serta hubungan
antar spesies dengan komunitas lainnya.
A. Mahasiswa mengetahui hubungan apa yang terdapat diantara vegetasi dengan
25
BAB II
LANDASAN TEORI
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisa vegetasi yakni pada
pengamatan petak contoh yang luasnya diukur dalam satuan kuadrat. Adapun
bentuk petak contah bisa berupa persegi empat, persegi panjang atau lingkaran.
Metode ini sangat mudah dan cepat sehingga cocok digunakan untuk struktur
dan komposisi vegetasi tumbuhan sebanyak 3 petakan (plot).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Prosedur
1. Tentukan suatu area tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis
2. Luas peta contoh ditentukan dan hasil pembuatan kurva spesies area
3. Penetuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara sitematis
atau kombinasi keduannya
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiapa individu jenis yang terdapat
data yang dicatat metode pengkuadratan
Untuk menghitung dominasi pada vegetasi berbentuk herba dan semak rendah
dilakukan dengan cara menaksir persentase (%) penutupan tajuk atau dihitung
biomassanya, sedangkan untuk vegetasi berbentuk pohon dilakukan dengan
menghitung luas bidang dasar pada tinggi 1,30 meter dari ukuran tanah.
27
DM (i) jumlah luas bidang daasar suatu jenis i atau DM (i) jumlah
penutupan tajuk jenis (i)
- Dominasi relative jenis I atau DR (i)
jumlah dominansi jenis ( i )
DR (i )= x 100 %
jumlah dominansi seluruh jenis
28
BAB IV
A. Hasil
PLOT 1 x 1
jumlah individu suatu jenis
1. a. Kerapatan Mutlak ¿
Luas Plot
1
Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ =1
1
1
Rumput (1 Spesies) ¿ =1
1
Jumlah Kerapatan Mutlak
b. Kerapat Relatif ¿ x 100 %
Total Kerapatan Seluruh Spesies
1
Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ x 100 %=100 %
1
1
Rumput (1 Spesies) ¿ x 100 %=100 %
1
TOTAL : 200%
Jumlah Plot Suatu Jenis
2. a. Frekuensi Mutlak ¿
Jumlahbanyaknya Plot
29
1
Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ =0,3
3
3
Rumput (1 Spesies) ¿ =1
3
TOTAL : 1,3
Frekuensi Mutlak Jenis
b. Frekuensi Relatif ¿
Total frekuensi seluruh jenis
0,3
Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ x 100 %=23 %
1,3
1
Pohon Kepel (1 Spesies) ¿ x 100 %=77 %
1,3
TOTAL : 100%
Jumlah bidang dasar 2 πr
3. a. Dominasi Mutlak ¿ =
Luas Plot luas plot
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
Pohon Kepel (1 spesies) = =47,1
luas plot 1
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
Rumput (1 spesies) = =47,1
luas plot 1
Dominas Spesiesi
b. Dominasi Relatif ¿ x 100 %
Total Dominasi seluruh jenis
47,1
Pohon Kepel (1 spesies) x 100 %=50 %
94,2
47,1
Pohon Rumput (1 spesies) x 100 %=50 %
94,2
TOTAL : 100%
Nilai Penting
KR+FR+DR = 300%
PLOT 2×2
1. Kerapatan Mutlak Jenis
jumlah individu suatu jenis (i )
KM (i) =
jumlah total areal yang digunakan untuk penarikan contoh
30
1
Pohon Pala ¿ =0,25
4
1
Rumput ¿ =0,25
4
Total ; 0,5
31
5. Dominasi Mutlak Jenis
Pohon Pala (1 spesies)
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
DM¿ = =11,775
4 4
Pohon Rumput (1 spesies)
2 πr 2 x 3,14 x 7,5
DM¿ = =11,775
4 4
Total : 23,55
6. Dominansi Relatif Jenis
Pohon Pala (1 spesies)
11,775
DR¿ x 100 %=50 %
23,55
Rumput (1 spesies)
11,775
DR¿ x 100 %=50 %.
23,55
Total : 100%
7. Indeks nilai penting
INP (i) = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif +Dominansi Relaif
INP (i) = 100 % + 1% + 100% = 201%
PLOT 4 x 4
1. Kerapatan Mutlak Jenis atau KM (i) = jumlah suatu individu jenis (i)
jumlah individu suatu jenis (i )
KM (i) = jumlah total areal yang digunakan untuk penarikan contoh
¿
1
Rumput ¿ =0,0625
16
2. Kerapatan Relatif Jenis
KR (i) =
jumlah mutlak jenis ( i )
x 100 %
jumlah total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh
¿
32
0,0625
Rumput ¿ =0,125
0,5
33
B. Pembahasan
Vegetasi menurut Maarel (2005) merupakan didefinisikan sebagai suatu sistem
yang terdiri dari sekelompok besar tumbuhan yang tumbuh dan menghuni suatu
wilayah.
Vegetasi juga didefi-nisikan sebagai keseluruhan tumbuhan dari suatu area
yang berfungsi sebagai area penutup lahan, yang terdiri dari be-berapa jenis seperti
herba, perdu, pohon, yang hidup bersamasama pada suatu tempat dan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain.
Analisis vegetasi menurut Susanto (2012) merupakan suatu cara mempela-jari
susunan atau komposisi jenis dan ben-tuk atau struktur vegetasi. Satuan vegetasi yang
dipelajari dalam analisis vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang merupa-kan
asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Hasil
analisis vegetasi tumbuhan disajikan secara deskriptifmengenai komposisi spe-sies
dan struktur komunitasnya (Indriyan-to, 2008). Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antar spesies tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap
spesies organisme.
Pada umumnya analisis vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan
kuantitatif:
a. Analisis Vegetasi Kualitatif
Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat
dideskripsikan dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta
pengukuran. Studi analisis vegetasi kualitatif meliputi perhitungan secara
stratifikasi, aspeksi, sosiabilitas, floristic, dan bentuk hidup (Syafei, 1990).
34
komunitas vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi tanah
yang berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan
yang spesifik (Syafei, 1990).
35
pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih
banyak (Andri, C, 1999).
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak.
Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yang tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan
berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total
basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan
basal area dari beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut
Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi
vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat.
Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf dilengkapi dengan lengan
pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat
otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya
(Weaver dan Clements, 1938).
Soegianto (1994) menyatakan bah wa apabila pengamatan dilakukan pada
petak-petak contoh, maka makin banyak petak contoh yang didalamnya ditemu-kan
suatu spesies, berarti makin besar frekuensi spesies tersebut. Sebaliknya, jika makin
sedikit petak contoh yang di dalamnya ditemukan suatu spesies ma-kin kecil
frekuensi spesies tersebut. De-ngan demikian, sesungguhnya frekuensi tersebut dapat
menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam habitat yang dipelajari meskipun
belum dapat meng-gambarkan tentang pola penyebaran-nya.
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi yakni dengan
menggunakan pengamatan petak contoh yang luasnya diukur dalam satuan kuadrat.
Pengamatan dalam metode kuadrat dapat dilakukan secara destruktif dan tidak
destruktif. Pengamatan secara destruktif adalah gulma dicabut atau dipotong untuk
36
diamati jumlah dan berat biomasanya. Sedangkan pengamatan tidak destruktif adalah
menghitung jumlah masing-masing jenis gulma yang ada. Data yang diperoleh berupa
parameter kerapatan, frekuensi, dan dominansi.
BAB V
A. Kesimpulan
Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.
Karena metode kuadrat sudah di pelajari semenjak masih di sekolah menengah jadi
untuk menganalisis vegetasi cocok dengan metode kuadrat.
B. Saran
Praktikum metode kuadrat membutuhkan ketelitian dalam penghitungan dan
pengamatan spesies, ketelitian dalam mengidentifikasi tumbuhan dan pemilihan
tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat harus baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
Kabelen. 2008. Struktur, Komposisi Jenis Pohon Dan Nilai Ekologi Vegetasi
Kawasan Hutan Di Kampung Sewan Distrik Sarmi Kabupaten Sarmi-Papua. Fakultas
MIPA Universitas Cendrawasih, jayapura-papua.
Latifah, S., 2005. Analisis Vegetasi Hutan Alam. Universitas Sumatera Utara
Martono, D. S., 2012. Analisis Vegetasi Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional Gunung Rinjani
Nusa Tenggara Barat. Jurnal Agri-tek. Vol. 13 No. 2.
38
LAMPIRAN
39