Anda di halaman 1dari 7

Analisis Vegetasi dan Jenis Hewan di Kawasan Taman Wisata Alam Pantai Panjang

dengan Menggunakan Metode Kuadran dan Teknik Trapping


Febri Novianda, Evad Dwiarti, Ismi Despito Leli , Nova Riskiana, Novia Nur Fitri 1)
NIM. A2l019002, A2L0004, A2L01908, A2L019011, A2L019012 1)
Program Studi Pascasarajana (S2) Pendidikan IPA
Universitas Bengkulu

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data vegetasi tanaman dan hewan
menggunakan metode quadrat dan teknik trap didaerah Taman Wisata Alam Pantai Panjang Kota
Bengkulu pada tanggal 10–12 Oktober 2019. Vegetasi yang didapatkan pada data kelompok
pengamatan ini berupa Morinda citrifolia, Terminalia catappa, Thespesia populnea, Aloysia
citriodora, Asarum canadense, Asystasia gangetica, Ficus microcarpa, Mentha spicata, Nephrolepis
biserrata, Cynodon dactylon. dengan kerapatan terbesar ialah pada pohon 50%, perdu 25% dan
rumput 25%. Jenis - jenis vegetasi yang ditemukan pada kawasan twa dipengaruhi oleh unsur nutrisi
(Abiotik) yang dibutuhkan sesuai serta memiliki daya adaptasi tinggi. Sedangkan hewan yang
didapatkan ialah Lonchura punctulata, Subulina octona, Metellina Segmentata, Hemidactylus
frenatus, Melanitis leda-leda. Hewan yang didapatkan pada pengamatan ini umumnya sering
didapatkan didaerah hutan karena memiliki adaptasi tinggi.

Keyword : vegetasi, hewan, quadrat, trapping.

Pendahuluan tempat dan saling berinteraksi antara satu


Taman Wisata Alam adalah Kawasan dengan yang lain sehingga membentuk suatu
Pelestarian Alam yang dimanfaatkan untuk ekosistem. Vegetasi bukan hanya asosiasi dari
pariwisata dan rekreasi alam. Salah satunya individu tumbuhan akan tetapi merupakan satu
adalah taman wisata alam pantai panjang, kesatuan dimana individu-individu
menurut PerMenHut No. 385/Kpts-II/1985 penyusunnya saling tergantung satu sama lain
taman wisata Pantai Panjang termasuk yang di kenal sebagai suatu komunitas
Wilayah Kecamatan Teluk Segara Kecamatan tumbuhan (susanto,2012). Pengamatan
Gading Cempaka, Kecamatan Selebar Kota parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup
Bengkulu, Provinsi Bengkulu dengan luas pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem
1.265,3 Hektar dengan keadaan topografi alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
kawasan hutan pada umumnya datar, komponen utama yaitu komponen biotik dan
kelerengan 0 – 8%, Altitude; ± 0 – 3 m dpl abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan
Tanah. Pada kawasan taman wisata alam merupakan salah satu komponen biotik yang
pantai panjang terdapat berbagai macam fauna menempati habitat tertentu seperti hutan,
dan flora yang dapat di amati oleh pengunjung, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain
oleh karena itu taman wisata alam pantai (Sundarapandian,2000).
panjang selain sebagai pariwisata dan rekreasi Menurut Marsono (1977), ada
alam namun juga dapat dijadikan sarana dalam beberapa faktor yang mempengaruhi
pembelajaran. komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora,
Vegetasi didefinisikan sebagai habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan
kumpulan tumbuh-tumbuhan terdiri dari kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat
beberapa jenis, seperti herba, pohon, dan perdu merupakan hasil resultante dari banyak faktor
yang hidup secara bersama-sama pada suatu baik sekarang maupun yang lampau.
Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai 3
Spesies Terminalia catappa = = 0.03
indikator suatu habitat baik pada saat sekarang 100
maupun sejarahnya. Komposisi dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dalam suatu 3
Spesies Thespesia populnea = = 0.03
kawasan tergantung pada beberapa faktor 100
lingkungan, seperti kelembapan, hara dan
Kerapatan Relatif = 0,02+0,03+0.03 = 0,08
mineral, cahaya matahari, topografi, batuan
induk, karakteristik tanah, struktur kanopi dan Kerapatan Relatif = Kerapatan pohon i x 100%
sejarah tata guna lahan. Komposisi suatu Total kerapatan seluruh spesies
komunitas tumbuhan ditentukan oleh proses 0.02
seleksi pada fase klimaks yang mampu hidup KR Morinda citrifolia = x 100% = 25%
0.08
di tempat tersebut (Barbour et.al., 1987). 0.03
KR Terminalia catappa = x 100% = 37,5%
0.08
Metodologi Penelitian 0.03
Alat dan Bahan KR Thespesia populnea = x 100% = 37,5%
0.08
Gunting, Tali, Kertas, Mistar,Pensil/pena, Lem
Fox, Lux meter, Higrometer, Ph meter, Frekuensi spesies i = Jumlah plot ditemukannya spesies i
Termometer, GPS, Kardus bekas, Plastik. Jumlah seluruh plot

Frekuensi relatif = 0.33+0.33+0.33=0.99


Untuk menentukan vegetasi pada ukuran
10 m x 10 m dengan metode kuadran.
Frekuensi relatif = Frekuensi spesis i x 100 %
Menentukan lokasi tempat yang akan
Total Frekuensi seluruh spesies
dilihat vegetasinya di TWA, Mengukur dan
memasang tali ukuran 10 x 10 m, Mencatat 0.33
vegetasi, Mengukur intensitas cahaya dengan FR Morinda citrifolia = x 100% = 33.3%
0.99
Luxmeter, Mengukur kelembaban udara 0.33
dengan higrometer, Mengukur kelembaban FR Terminalia catappa = x 100% = 33.3%
0.99
tanah alat Ph meter, Mengukur suhu ruangan 0.33
dengan, termometer, Menggunakan GPS. FR Thespesia populnea = x 100% = 33.3%
0.99
Untuk membuat trap
Menggunting kardus dan plastik sesuai Perhitungan Plot 4x4 m (Perdu)
ukuran, Kardus dimasukkan dalam plastik,
Rumus Kerapatan KR = Jumlah individu
Plastik yang didalamnya ada kardus dikasih Luas Plot
lem fox, Pasang jangkrik di atas lem fox
Kerapatan Relatif =
sebagai umpan, Letakkan trap di lokasi, Besok
0.03+0.02+0.08+0.03+0.05+0.07=0.28
pagi menunggu trapnya atau hewan yang
masuk ke sasaran trap. Kerapatan Relatif = Kerapatan pohon i x 100%
Total kerapatan seluruh spesies

Hasil dan Pembahasan 0.03


KR = x 100% =
0.28
Perhitungan plot 10x10 m
10.71%
Rumus Kerapatan KR = Jumlah individu 0.02
KR = x 100% =
Luas Plot 0.28
2 7.14%
Spesies Morinda citrifolia = = 0.02 0.08
100 KR = x 100% =
0.28
28.57%
0.03
KR = x 100% = Frekuensi relative = frekuensi spesies x 100%
0.28
Total frekuensi seluruh spesies
10.71%
0.05 0.1
KR = x 100% = = x 100% = 100%
0.28 0.1
17.85%
0.07 Pembahasan
KR = x 100% = 25%
0.28
Frekuensi relatif = Praktikum di Taman Wisata Alam
Frekuensi spesies i = Jumlah plot ditemukannya spesies i dilakukan oleh Mahasiswa/i dari Fakultas
Jumlah seluruh plot Pendidikkan Jurusan IPA universitas
0.33+0.33+0.33+0.33+0.33+0.33=1.98 Bengkulu. Bertujuan untuk mengumpulkan
data variasi vegetasi dan hewan reptil yang ada
di taman wisata alam. Dalam praktikum ini
Frekuensi relatif = Frekuensi spesis i x 100 %
dibagi menjadi 4 kelompok praktikan. Dimana
Total Frekuensi seluruh spesies
setiap kelompok akan mengumpulkan data
variasi vegetasi dan hewan dalam bentuk
taksonomi family sampai ke spesies.
0.33
FR = x 100% = 16.66% Menggunakan metode quadran dan trap.
1.98
Setelah berhasil mengumpulkan data
0.33 variasi vegetasi dan hewan pada tabel
FR = x 100% = 16.66%
1.98 ditemukan bahwa beberapa spesies dari
masing–masing kelompok memiliki kesamaan
0.33
FR = x 100% = 16.66% variasi vegetasi pada tanaman Wedelia sp,
1.98
Asystasia gangetica, Hibiscus tiliaceus.
0.33 Meskipun terdapat jarak plot yang berbeda
FR = x 100% = 16.66% tetapi memiliki beberapa jenis individu yang
1.98
sama. Hal ini terjadi kemungkinan besar
0.33 karena beberapa hal. Tanaman Wedelia sp
FR = x 100% = 16.66%
1.98 merupakan tanaman jenis perdu yang memiliki
kemampuan beradaptasi yang tinggi sehingga
0.33 kemungkinan muncul di berbagai tingkat
FR = x 100% = 16.66%
1.98 nutrisi berbeda. Hal ini pula yang mungkin
membuat tanaman Wedelia sp bisa ditemukan
Perhitungan Plot (1 x 1 m)
di banyak lokasi. Untuk tanaman sering
Rumus Kerapatan = Jumlah individu ditemukan didaerah pantai karena nutrisinya
Luas plot Kerapatan membutuhkan pH yang asam dan kelembaban
25 yang kering berkisar antara 21-23 ⁰C sehingga
= = 0.25
100 wajar bila ditemukan didaerah pantai
sedangkan Asystasia gangetica merupakan
Kerapatan relative = Kerapatan pohon x 100%
kerapatan seluruh spesies tanaman jenis rumput yang sering ditemukan
0.25 di banyak tempat karena memiliki adaptasi
= x 100 % = yang tinggi (Barbour et.al., 1987).
1(1 x 1)
25% Sedangkan jenis kupu – kupu yang
didapat di hutan TWA kebanyakkan memiliki
1 warna yang gelap dan kecoklatan. Hal ini
Frekuensi = jumlah plot spesies I = = 0.33
3 kemungkinan besar diakibatkan karna tanaman
Jumlah seluruh plot
yang ada didaerah twa merupakan jenis menunjukkan bahwa nilai kerapatan pohon
tanaman yang tidak memiliki bunga. jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang
Sedangkan ciri bunga yang memiliki warna lain. Kemungkinan besar didaerah TWA
mencolok karena nutrisi yang mereka ambil dengan vegetasi pohon yang memiliki
dari nektar bunga bervariasi ( Awinda, 2012). kerapatan tinggi disebabkan oleh cocoknya
kebutuhan nutrisi dan lingkungan terhadap
Hewan lain yang ditemukan di twa pohon tersebut. Misalnya seperti pohon waru,
kali ini berupa laba – laba, siput garstrocaceae yang memang hidup didaerah pesisir pantai
adalah jenis hewan yang memang sering karena memiliki ciri mampu bertahan hidup
didapatkan di banyak daerah karena memiliki didataran rendah, unsur hara dengan pH asam
kemampuan adaptasi yang tinggi. Dan sering (Barbour et.al., 1987).
ditemukan didaerah hutan. Berdasarkan jenis penelitian di
lapangan dengan menggunakan alat
Pembahasan vegetasi pada daerah twa
pengamatan dengan teknik Traping yang
dengan metode quadrat
terdiri dari Sticky Trap (Perangkap Lem) dan
pengelompokan jenis pohon, perdu alat Penangkapan hewan dengan Fly Net
dan rumput didalam tabel terdapat data jenis (Jaring serangga) dan dari kedua teknik
pohon yang ada di setiap plot (yang terdiri dari tersebut pada Sticky Trap (Perangkap Lem)
3 plot), jumlah spesies setiap plot, spesies dengan jumlah 2 (dua) Trap menghasilkan
total yang sudah dijumlahkan pada masing- pada Sticky Trap 1 adalah mendapatkan 2
masing individu. Untuk mencari nilai Spesies yaitu Burung dan Siput sedangkan
kerapatan jenis, yaitu jumlah individu dibagi Sticky Trap 2 mendapatkan 2 spesise juga
satuan luas plot. untuk mencari nilai kerapatan yaitu laba-laba dan cicak namun dengan
relatif yaitu kerapatan tiap individu dibagi menggunakan alat penangkapan hewan
dengan kerapatan total dikalikan dengan dengan Fly Net (Jaring Serangga) adalah 1
100%. Dalam mencari nilai kerapatan pohon Spesies yaitu kupu-kupu (Tabel 10)
dengan cara membagi jumlah individu dengan
Jenis Hewan di Taman wisata alam
satuan luas plot, dalam hal ini luas seluruh plot
Pada hasil penangkapan yang
adalah 100. Jadi jumlah individu masing-
diperoleh di taman wisata alam pantai panjang
masing spesies dibagi dengan 100, maka akan
Bengkulu terbilang sedikit hal tersebut
diperoleh nilai kerapatannya. Untuk pohon
terkendala karna pemasangan Sticky Trap yang
Morinda citrifolia dan jenis pohon ke dua
dilakukan kurang efisien pertama jebakan trap
adalah 50%, perdu 25% dan rerumputan 25%.
kurang variasi. Berdasarkan hasil data hewan
Frekuensi pohon diperoleh dari perhitungan
yang diperoleh menunjukan hewan yang
jumlah kemunculan setiap individu pada
terperangkap pada sticky trap membuktikan
masing masing plot dibagi dengan jumlah
bahwa sticky trap bervariasi dengan sticky
plot. Karena jumlah plot ada tiga, maka
trap berwarna kuning, warna biru, warna
jumlah kemunculan setip individu dibagi tiga.
merah dan warna putih Hal ini sesuai dengan
Dalam pencarian frekuensi relatif dengan
literature yang menyatakan bahwa sticky trap
perhitungan frekuensi tiap individu dibagi
yang disukai oleh hewan adalah sticky trap
dengan frekuensi total lalu dikalikan dengan
bervariasi (Dendt, D 1995), dan kedua
100%. Hasilnya yang sudah dijumlahkan
jebakan trap hampir gagal dikarnakan kondisi
Akasia dan jenis pohon b frekuensinya adalah
hujan tiba-tiba mengakibatkan sticky trap
0.33 dan frekwensi relatifnya adalah 50 %,
rusak dan basah hewan bisa lepas karna di
perdu jenis senggani frekuensinya 0.33 dan
perkiraan ada hewan yang terlepas saat masuk
frekuensi relatifnya 50% dan untuk
jebakan trap tersebut.
rerumputan dari ke 4 jenis frekuensi nya 1.32
dan frekuensi relatifnya 25%. Hal ini
Hewan tertangkap pada Sticky Trap (Mackinnon, Dkk. 1992)
diperkirakan karna letak Sticky Trap 1 Dan
Sticky Trap2 tidak terlalu terpapar sinar
matahari dan Sticky Trap 1 ditengah-tengah
tidak jauh dengan mangrove ± 8 M itu
mendapatkan spesies Lonchura punctulata,
spesies Subulina octona sedabgkan pada
Sticky Trap2 sedikit jauh dengan mangrove ± Kingdom : Animalia
25M menempatkan spesies Metellina Filum : Mollusca
segmentata, Hemidactylus frenatus. Hal ini Kelas : Gastropoda
dipengaruhi kondisi hewan cenderung Superfamili : Achatinoidea
menyukai tempat yang terlindung untuk Famili : Subulinidae
menghindar dari sinar matahari langsung Subfamili : Subulininae
(Kalshoven, 1981). Genus : Subulina
Spesies : Subulina octona
Pada penangkapan hewan dengan teknik (Anonim, 2010)
Fly Net cukup relative sedikit didapatkan pada
sekitaran Taman Wisata Alam Pantai Panjang
Bengkulu diperkirakan karnakan hewan yang
ada disekitaran tersebut hanya sedikit karna
kondisi pada taman wisata alam tersebut Sticky Trap 2
kurang banyak disukai hewan-hewan . Fly net
( Jaring Serangga) jarring ini digunakan untuk
menangkap serangga yang aktif terbang.
Alumunium banyak dipilih untuk tangkai
jarring karena ringan dan kantong jarring dapat
terbuat dari kain, markiset,skrim (kasa
polyster), yang halus, lembut dan tahan air Kingdom : Animalia
(Suheriyanto, 2008). Namun yang didapatkan Phylum :Arthropoda
hanya Spesies Melanitis leda-leda Saja. Subphylum :Chelicerata
Class :Arachnida
Klasifikasi Order :Araneae
Sticky Trap 1 Family :Tetragnathidae
Genus : Metellina
Spesies : Metellina Segmentata
(Alhuda, 2015)

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata Kingdom :Animalia
Class : Aves Filum : Chordata
Order : Passeriformes Kelas : Reptilia
Family : Estrildidae Ordo : Squamata
Genus : Lonchura Subordo : Sauria
Species : Lonchura punctulata Famili : Gekkonidae
Genus : Hemidactylus mendapatkan 1 Spesies pada penangkapan
Spesies :Hemidactylus frenatus hewan menggunakan Fly Net yaitu Melanitis
(Katawi. Dkk., 1992) leda-leda. Perlu diperhatikan bahwa
Pengamatan Hewan dengan teknik Traping
yang terdiri dari Sticky Trap (Perangkap Lem)
dan alat Penangkapan hewan dengan Fly Net
(Jaring Serangga) dalam pemberian jebakan
dengan teknik Traping perlu di perhatian
lakukan Sticky Trap yang bervariasi, peletakan
Fly Net
Sticky Trap yang menarik untuk hewan,
Kingdom : Animalia kondisi lingkungan sekitar demi keberhasilan
Phylum : Arthropoda jebakan. Selanjutnya Penangkapan hewan
Class : Insecta dengan Fly Net (Jaring Serangga) sebaiknya
Ordo : Lepidoptera lebih teliti dan mencari dengan benar.
Famili : Nymphalidae
Genus : Melanitis
Spesies : Melanitis leda-leda (Awinda
2012) Daftar Pustaka

Alhuda, P. S. 2015. Kelimpahan dan


Keanekaragaman Ordo Aranae di
Kesimpulan Daerah Situ Cisanti Kecamatan
Berdasarkan data kelas yang didapat Kertasari Kabupaten Bandung Jawa
Barat. (Skripsi). FKIP UNPAS Bandung
didapatkan data tumbuhan yang beberapa
diantaranya memiliki kesamaan yaitu Wedelia Anonim. 2010. Pengantar Ekologi Tumbuhan,
sp, Asystasia gangetica, dan Hibiscus tiliaceus Fmipa Unimed. Medan.
hal ini menjelaskan bahwa meski terdapat
jarak navigasi yang berbeda/ berada di daerah Awinda,2012. Identifikasi Kupu-
yang berbeda namun karena masih berada di Kupu(LEPIDOPTERA) di Kawasan
lokasi pantai yang sama (taman wisata alam) PT.Perkebunan Nusantara (PTPN) XII
Persero Sebagai Sumber Belajar Biologi
maka kemungkinan menemukan jenis vegetasi SMA. (Skripsi). FMIPA. Jember.
yang sama bisa terjadi.
1. Didapatkan berupa data kerapatan dan Barbour GM, JK Burk, WD Pitts. 1987.
frekuensi vegetasi serta jenis vegetasi yang ada Terrestrial Plant Ecology. 2nd Ed. 157.
didaerah navigasi 109⁰17’20’E dan 29 m dari New York: Benyamin/Cumming
arah laut yaitu : Morinda citrifolia, Terminalia Publishing. Inc. Reading. Maine.
catappa, Thespesia populnea, Aloysia
Dendt, D. 1995. Principles of integrated pest
citriodora, Asarum canadense, Asystasia management. Pp: 8-46 in D.Dent (ed).
gangetica, Ficus microcarpa, Mentha spicata, Integrated Pest. Management.
Nephrolepis biserrata, Cynodon dactylon Chapman & Hall. London.
dengan kerapatan terbesar ialah pada pohon
50%, perdu 25% dan rumput 25%. Kalshoven, LGE. 1981. The Pests of crops in
Indonesia. PT Ichtiar Baru–Van Hoeve.
Hasil yang didapatkan pada Hewan di Jakarta. Hlm 88-97
Taman Wisata Alama Pantai Panjang Bengkulu
Kastawi, Dkk. 1992. Macam-Macam dan
mendapatkan 4 Spesies dengan menggunakan Jenis Cicak. Jakarta
teknik Traping yaitu spesies Lonchura
punctulata, Subulina octona, Metellina Mackinnon, J.Philipps, K dan Ballen, B.
segmentata, Hemidactylus frenatus Sedangkan 1992. Burung-burung di Sumatera,
Jawa dan Kalimantan. Pustitbang
Biologi. LIPI. Jakarta.

Marsono. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-


tipe Vegetasi Tropika. Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi


Dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis Pohon
Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran
Rendah Di Taman Nasional Gunung
Rinjani Nusa Tenggara Barat. Jurnal
Agri-tek.13 (2).

Suheriyanto, Dwi. 2008. Ekologi Serangga.


Malang: UIN Press.

Susanto, A. 2012. Struktur Komposisi Vegetasi


Di Kawasan Cagar Alam Manggis
Gadungan. Jurnal Agri-tek. 13 (2).

Sundarapandian. 2000. Forest ecosystem


structure and composition along an
altitudinal gradient in the Western
Ghats, South India. Journal of Tropical
Forest Science 12 (1).

Anda mungkin juga menyukai