Anda di halaman 1dari 5

PRAKTEK MATA KULIAH KEHUTANAN MASYARAKAT

REKAYASA KEHUTANAN

PENGENDALIAN GULMA PADA PENANAMAN BELANGERAN


(Shorea balangeran (Korth.) Burck.)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Belangeran (Shorea balangeran (Korth.) Burck.) adalah salah satu jenis vegetasi asli di
hutan rawa gambut merupakan jenis komersial yang menghasilkan kayu pertukangan. Menurut
The International Union for Conservation of Nature (IUCN), tingkat kelangkaan Shorea
balangeran (Korth.) Burck masuk dalam kategori hampir punah (critically endangered). Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya menjalin kerjasama dengan Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kahayan (BPDAS Kahayan) Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR) melakukan
penanaman Shorea balangeran (Korth.) Burck di Hutan Kampus Universitas Palangka Raya.
Luas lahan yang menjadi lokasi penanaman seluas ± 40 hektar dengan jalur sebanyak 113
jalur. Penanaman dilakukan Nopember – Desember 2016. Setelah berumur tanam 2 tahun,
pertumbuhan Shorea balangeran (Korth.) Burck tidak merata baik pertumbuhan diameter dan
tinggi batang. Hasil pengamatan dan pengukuran tanaman Shorea balangeran (Korth.) Burck
yang hidup pada 20 jalur sebagai sampel diperoleh sebanyak 2.915 batang, terdiri atas: diameter
<2 cm sebanyak 1.627 batang, diameter 2-4 cm sebanyak 924 batang dan diameter >4 cm
sebanyak 342 batang, sedangkan untuk tinggi <90 cm sebanyak 768 batang, tinggi 90-120 cm
sebanyak 991 batang dan tinggi > 120 cm sebanyak 1.257 batang.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam penanaman Shorea balangeran (Korth.) adalah
pertumbuhan gulma yang sangat tinggi terlebih apabila tidak dilakukan pemeliharaan secara
rutin. Pada umur tanaman Shorea balangeran umur 5 tahun (diameter 5-8 cm), masih dapat
dirobohkan oleh tumbuhan pemanjat dan pencekik (Rachmanadi, 2005). Menurut Sastrautomo
(1998), kehadiran gulma di suatu areal pertanaman secara umum memberikan pengaruh negatif
terhadap tanaman, karena gulma memiliki daya kompetitif yang tinggi sehingga memungkinkan
terjadinya persaingan cahaya, CO2, air, unsur hara, ruang tumbuh yang digunakan secara
bersamaan. Selain itu gulma memiliki peranan lain yaitu sebagai alelopati, alelomediasi dan
alelopoli (Sastrautomo, 1998), Alelopati, karena gulma dapat mengeluarkan bahan kimia untuk
menekan bahkan mematikan tumbuhan atau tanaman lain sedangkan alelomediasi, karena gulma
merupakan tempat tinggal bagi beberapa jenis hama tertentu atau gulma sebagai penghubung
antara hama dengan tanaman budidaya, dan alelopoli, karena gulma selalu bersifat monopoli atas
air, hara, CO2, O2 dan sinar matahari (Riry, 2008). Secara umum persaingan antara tanaman dan
gulma dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman budidaya tertekan, menghambat kelancaran
aktifitas pertanian, estetika lingkungan tidak nyaman dan meningkatkan biaya pemeliharaan
(Tanasale, 2010).
Pengendalian gulma umumnya dapat dilakukan secara tehnis, mekanis, biologis dan
kimia. Pengendalian gulma secara biologis dapat dilakukan dengan memperhatikan pengaruh
interaksi antar tanaman (Kurniatun, dkk., 1999). Dengan memahami pengaruh interaksi antar
tanaman baik pengaruh positif maupun negative merupakan konsep yang mengutamakan
pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
bagi perkembangan gulma dan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Pemahaman
yang mendalam tentang proses terjadinya interaksi antar tanaman (baik pada spesies yang sama
maupun spesies yang berbeda) dalam rekayasa kehutanan sangat dibutuhkan agar dapat
menentukan pengelolaan yang tepat, khususnya dalam pengendalian gulma yang sangat
merugikan pertumbuhan tanaman pokok.

1.2. Tujuan Praktek


Praktek mata kuliah Kehutanan Masyarakat ini bertujuan untuk :
1. mengetahui jenis gulma yang mengganggu pertumbuhan Shorea balangeran
2. menghitung kemelimpahan gulma (kerapatan mutlak dan frekuensi mutlak) sebelun dan
sesudah dilakukan penanaman penahan gulma

1.3. Manfaat
Manfaat dari praktek ini adalah:
1. Diketahuinya jenis-jenis gulma dominan yang mempengaruhi pertumbuhan belangeran
merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma.
2. Diketahuinya jenis tanaman semusim yang dapat mengendalikan pertumbuhan gulma
sehingga dapat mengurangi pemeliharaan tanaman belangeran baik dari segi tenaga
maupun biaya.

II. METODE PRAKTEK


2.1. Tempat dan Waktu Praktek
2.2. Alat dan
Alat : Tali raffia, tongkat ukuran 1,5 m, parang, caliper, meteran, plastik/kresek, buku
pengenal gulma dan alat tulis menulis.
Bahan :
1) Tanaman Shorea balangeran dengan kriteria : diameter ( < 2 cm, 2-4 cm, dan > 4 cm)
dan tinggi ( < 90 cm, 90-120 cm, dan > 120 cm),
2) Tanaman kunyit

Catatan : bahan disesuaikan dengan jumlah mahasiswa yang dibagi berdasarkan kriteria yang
telah diberikan dalam pengarahan.

2.3. Cara Kerja


1) Cari dan tetapkan obyek pengamatan di Hutan Kampus berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan dalam kelompok
2) Buat patok menggunakan tongkat setinggi 1,5 m dengan dengan jarak 1 x 1 m
mengelilingi tanaman Shorea balangeran dan ikatkan tali raffia sebagai petak
pengamatan.
3) Cabut gulma yang terdapat dalam petak pengamatan, masukkan ke dalam plastik/kresek.
4) Setelah petak pengamatan bersih dari gulma, selanjutnya ditanami dengan tanaman
pengendali gulma (kunyit) mengelilingi tanaman Shorea balangeran dengan jarak 30-50
cm.
5) Gulma yang sudah dimasukkan dalam plastic selanjutnya dihitung meliputi : jenis gulma
yang tumbuh dan jumlah setiap individu gulma.
6) Identifikasi gulma menggunakan buku pengenal gulma
7) Lakukan pengamatan pada petak pengamatan setiap 1 minggu selama 1 bulan, meliputi :
gulma yang tumbuh kembali, jumlah setiap individu gulma, tanaman pengendali gulma
yang hidup.
8) Lakukan dokumentasi pada setiap kegiatan di atas.

2.4. Analisis Data


Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara secara kelompok berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan. Untuk menghitung kelimpahan gulma yang meliputi kerapatan dan
frekuensi digunakan rumus sebagai berikut :

1) Kerapatan Mutlak = jumlah individu gulma dalam satu spesies.


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Kerapatan relative = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 × 100%

2) Frekuensi Mutlak = jumlah petak sample yang memuat jenis itu


𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑚𝑢𝑡𝑙𝑎𝑘 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Frekuensi Relatif = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
III. PELAPORAN
Pelaporan dilakukan secara kelompok, berdasarkan ketentuan berikut :
1) Kelas A menggunakan sampul merah dan kelas B menggunakan sampul Hijau
2) Dikumpulkan paling lambat pada tanggal Ujian Akhir MK Kehutanan Masyarakat
3) Diketik menggunakan font New Times Roman ukuran 12.
4) Pelaporan memuat :
I. PENDAHULUAN
II. METODE PRAKTEK (Sesuaikan berdasarkan kelompok)
III. HASIL PRAKTEK
IV. PEMBAHASAN
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai