Anda di halaman 1dari 3

Asmaradana

Gemetarlah Pangeran Adipati, tersendiri tanpa adanya kawan,bermaksud akan mengundurkan


diri secara pelan-pelan, kemudian diterjang oleh banyak orang, yang melarikan diri, sedangkan
mantri yang mengundurkan diri, berjalan lambat. Mereka mencari Gustinya,dan mengibarkan
bendera. Patih Kudonowarso, terluka pada punggung belakang. Kumpeni memburu, bersama
Sultan dan pasukannya, terhentidan istirahat di pesanggrahan.

Oleh Pangeran Adipati, berjalan kearah tenggara, hatinya sangat risau, karenanya sangat susah,
berpisah dengan pasukannya, terhenti dan beristirahat semalam, di sebelah timur bengawan.
Kemudian tiba menghadap Mantri Jero, menyusul dari belakang, sedikit terasa nyaman,
berkumpul kembali dengan prajuritnya, Mantri Jero Patangpuluh, karena menjadi senang
hatinya, kemudian Pangeran Adipati merasa sedih, karena kalah dalam perang, juga karena
Kudonowarso, menderita luka di punggung atas, Pangeran Mangkudiningrat tidak dapat ditanyai,
memaksa pulang ke Pacitan.

Sultan dan balatentara Kumpeni, bergerak dan menuju arah selatan untuk istirahat, di jalan besar,
di Daliman Ceper, balatentaranya sangat suka cita, tidak henti-hentinya makan serta minum,
bersama-sama para pembesar Belanda. Pangeran Adipati, anggota pasukan Stogeni banyak datan
menghadap, mereka beristirahat, antara/lebih kurang selama empat hari kemudian bergerak dan
mencari medan, berjalan ke arah tenggara, dan menyeberangi sungai, beristirahat di daerah
Kaduwang.

Terpetik berita patih Solo, Pringgoloyo telah gugur, karena sakit, dan menurut berita telah
diganti, oleh patih Mangkuprojo, dari Ngandeng, dan bernama Martodipo. Diangkat menjadi
patih, waktu itu, kaya lagi pula kuat, sering menyuap, kepada Sunan dan Belanda, kuat terampil
mengangkat, bernama Adipati Mangkupraja. Kemudian patih Solo, yang bernama Mangkuprojo,
bersama pasukan Kumpeni, berada di Sanimbeton, pertahanan mereka, kemudian Tirtoyudo
kembali, ke Sala.

Jogoyudo Gembong juga membalik, Joyoleksono dari Matesih, ketiga-tiganya membalik,


sedangkan Pangeran Adipati, dengan balatentara yang tertinggal, menyiapkan diri di Selaagung,
dan tibalah Ki Royodipuro. Diikuti dua orang lurah, yang dahulu pernah terpisah, yang berbaris
di sebelah utara, dengan pasukannya telah tiba, dengan yang terpisah, sewaktu perang Sima, dan
berkumpul kembali di Selaagung.

Telah menaruh persetujuan segenapkawula, mereka mengadakan pembicaraan untuk maju ke


tengah medan, Pangeran Adipati menghendaki, mengikuti pendapat balatentaranya, masih dalam
bulan Besar, dan tahun Jumakir ada di depan, itulah pendapat Pangeran Adipati. Prajurit
dikumpulkan, Mantri Jero sebanyak 100 orang, bersama orang Patangpuluhan, Gulung-gulang
40 orang, dengan patih Kudonowarso, dengan jajar Mantri jero itulah pasukan yang ada.

Dengan pasukan dan Kumpeni, telah meninggalkan Ceper, ke Metaram masuk istana,
terkisahkan kemudian bertolaklah mereka, dari negeri Metaram, kanjeng Sultan Metaram
kembali, dengan balatentara Kumpeni. Merencanakan akan bertempur, melawan Pangeran
Mangkunegoro, dalam perjalanannya, Pangeran Mangkunegoro, berangkat dari Tinangger, dari
Laroh pada malam, barat laut arah dan menuju medan. Dengan segera Pangeran Adipati, tertarik
dan mengejar, karenanya jalannya menuju ke tengah/medan, mengajukan pertolongan, ke hadirat
Allah, dengan teguh menghadap Hyang Agung, pada waktu pagi hari.

Pada malam hari mendengar berita, bahwa Kumpeni serta pasukan mancanegara seluruhnya,
maju dan memasuki Kaduwang, terdengar berita, oleh balatentara Pangeran Mangkunegoro.
Yang ditinggalkan oleh pasukan Srogeni, di Tinong mengalami kekalahan, malah, menurut berita
telah dikejarnya. Pangeran Adipati, serentak mendengar berita, bermaksud akan menyerbu ke
arah selatan, tambahan lagi akan memasuki Kaduwang.

Dengan pati Mangkupraja, Kumpeni dengan balatentaranya, mematuhi Bulusegawe, mengirim


utusan dengan surat, ditujukan kepada Uprup di Solo, dan sepucuk surat serta utusan, yang
ditujukan kepada Ideller di Semarang, sedangkan yang ditugaskan, nama Joyosuwarno, dan lurah
Joyopratolo.

Kemudian mendengar berita, Sultan dan Kumpeni sedang bergerak maju, lengkap dengan
balatentaranya, mendaki gunung di Manyaran, memasuki tengah-tengah desa Tambakan,
dikisahkan patih Solo, dan Kumpeni serta balatentaranya. Ke arah selatan dan menyeberangi
bengawan, sedangkan Pangeran Adipati, jalannya diceritakan, berangkat bersama balatentaranya,
dari Delepih-Kaduwang.
Terlengah tidak mengetahui, kalau Kumpeni bergerak juga, separoh bagian dari pasukan
Kumpeni yang di Pengkol, menyerang dari arah timur, diserbunya Winong. Kaduwang,
dibumihanguskan desa-desa, dan Winong pun rata dengan tanah. Setelah mengadakan bumi
hangus, balatentara Kumpeni, kemudian bergerak ke barat, dan tiba di belakangnya Pangeran,
mereka berjalan, pasukan Kumpeni turun, di sebelah selatan Pangeran Adipati. Waktu itu
Pangeran Adipati, sangatlah terperanjatnya, karena geraknya Kumpeni, yang berjalan dari
belakang, Pangeran Adipati kemudian, bersama prajuritnya, turun ke arah barat dan maju
bertempur.

Dengan berani Kumpeni diserangnya, bergerak ke selatan dan mengatur diri, fihak Kumpeni
terperanjat, tidak dapat berbuat apa-apa, menepi di kaki gunung, membeda dan bergerak ke utara
kemudian berkumpul, di Pengkol bersama kawan-kawannya. Sedangkan Pangeran Adipati, lalu
berjalan kea rah barat, menyiapkan diri dengan balatentaranya, kemudian bergerak ke utara
menyeberangi bengawan, sehari bermalam di Gemblong.

Bermalam di Kaduwang untuk semalam, waktuitu Kudonowarso, membunuh seorang mantra,


nama Ki Joyoendro, karena berhati jelek, sering membelok ke musuh, karenanya dibunuhnya.
Pagi hari berjalan ke selatan, menyusuri hutan Kaduwang. Terhenti dan bermalam di Dalepeh,
seorang mantra jero, yang melarikan diri pada tengah malam, dengan membawa serta nyai-nyai.
Dikejar dan berhasil ditangkap, kemudian dibunuhnya, di tepi sungai, nama Ki Joyobromo,
kemudian Pangeran Adipati, berjalan kea rah selatan, lurus ke barat di tepi jalan.

Desa di kaki gunung, desa Kebonagung, tiba dua orag utusan, dari Semarang, namaJoyosuwarno,
dan seorang lagi nama, lurah Yosopratelo. Membawa surat dair Ideller Semarang, dan surat telah
disampaikan, kepada Pangeran Adipati, dibukanya surat tersebut, isi difahami, isi surat
menantang. Semua tidak diceritakan, kini yang terkisahkan, Kanjeng Sultan dengan pasukannya,
dan Kumpeni bergerak bersama, mengejar, ke Pangeran Adipati, ke mana saja arahnya.

Anda mungkin juga menyukai