Anda di halaman 1dari 2

BAJA

European Standart EN 287 telah mengidentifikasi sejumlah baja yang mempunyai kesamaan dalam hal
sifat-sifat metalurgi dan weldability. Berdasarkan Weldabilitinya, baja dapat dikelompokkan menjadi :
Kelompok W 01 : Baja karbon rendash tanpa (C-Mn) dan baja paduan rendah
Untuk plat tipis, baja jenis ini mudah dilas akan tetapi untuk plat tebal dengan proses pengelasan yang
menggunakan fluks, missal las SMA dapat menyebabkan retak pada HAZ. Untuk menghindari retak di
daerah HAZ pada baja paduan tinggi diperlukan preheat atau proses pengelasan dengan hydrogen rendah.
Kelompok W 02 : Baja tahan creap Cr-Mo dan Cr-Mo-V
Baja jenis ini biasa dilas tanpa peheat jika berbentuk plat tipis dan menggunakan las TIG GMAW. preaheat
diperlukan jika (1) menggunakan las dengan fluks, missal las SMA dan (2) untuk baja yang cukup tebal.
post weld diperlukan untuk meningkatkan ketangguhan (toughness) di daerah HAZ.
Kelompok W 03 : Baja struktur berbutir halus dan baja nikel (2-5 %)
Baja ini mempunyai Weldibility yang sam dengan kelompok W 02 diman diperlukan preaheat jika baja
yang dilas cukup tebal dan memakai las dengan fluks.
Kelompok W 04 : Baja tahan karat martensitic atau ferritic dengan 12-20 % Cr
Pada pengelasan baja ini preahet sangat di anjurkan untuk menghindari retak HAZ. Post weld diperlukan
untuk meningkatkan ketangguhan (toughness) bahan. jika preaheat dan postweld tidak bisa digunakan, filler
jenis austenitic sengat dianjurkan.
BAJA TAHAN KARAT
Baja tahan karat (stainless steel) biasanya duganakan untuk berbagai alas an karena mempunyai ketahanan
terhadap korosi, tahan terhadap oksidasi pada suhu tinggi dan kekuatan tariknya yang tinggi. sifat-sifat
unggul ini disebabkan karena penambahan unsur paduan terutama Cr dan Ni dengan kadar Cr tidak lebih
dari 10 %.
Baja tahan karat dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan struktur mikronya yaitu :
Baja tahan karat austenitic
Baja tahan kareat ferritic
Baja tahan karat martensitic
Baja tahan karat duplex (austenitic-ferritic)
Unsur Ni (Bersama dengan C,Mn dan N) menghasilkan austenite sedangkan Cr(ditambah dengan Si, Mo
dan Nb) menyebabkan terjadinya ferrite. jadi struktur mikro las baja tahan karat dapat diprediksi
berdasarkan komposisi kimianya yaitu dengan menggunakan diagram Schaeffler dimana unsur penstabil
austenite dan ferrite di plot dalam bentuk Ni equivalent dan Cr equivalent.
AUSTENITIC STAINLESS STEEL
Baja tahan autenitic biasanya mempunyai komposisi 16-26% Cr dan 8-22% Ni. Salah satu contoh baja jenis
ini adalah Tipe 304 yang mengandung 18% Cr dan 10 % Ni. Baja ini bisa dapat dilas dengan proses
pengelasan seperti las TIG, GMAW, SMA dan SAW. Baja ini tidak bisa diberi perlakuan panas (non-
hardenable on cooling) sehingga tidak diperlukan peheat dan post weld.
Usaha Pencegahan Cacat Las
Meskipun baja tahan karat austenite mudah dilas kadang terjadi retak di logam las dan daerah HAZ. Retak
saat pembekuan lebih sering terjadi pada baja yang mengandung 100 % austenite (fully austenite) dari pada
baja austenite dengan sedikit ferrite. ini disebabakan karena ferrite mempunyai kapasitas untuk melarutkan
kotoran (impurity) bertitik leleh (melting point) rendah menyebabkan segresi dan retak antar dendrite
(dendrite Cracking).
Peningkatan ferrite antara 5-10 % pada struktur mikro memberi efek yang baik untuk mencegah terjadinya
retak dan untuk itu pemilihan filler harus tepat untuk menghasilkan struktur mikro tsb. di atas. Dengan
menggunakan diagram Schaeffler, persentase mikro ferrite austenite dalam struktur mikro dapat ditentukan.
Sebagai contoh untuk pengelasan Stainless steel tipe 304 digunakan filler tipe 308.
FERRITE STAILESS STEEL
Baja tahan karat ferrite mempunyai kandungan Cr antara 11-28 %. Salah satu dari tahan karat ferritic yangf
banyak dipakai adalah tipe 430 yang mengandung 16-18 % Cr dan tipe 407 dengan 10-12 % Cr. Baja jenis
ini hanya terdiri dari satu fasa dan tidak bisa diberi perlakuan panas (non-hardenable). Selain itu baja ferritic
dapat dilas akan tetapi problem utamanya adalah terjadinya pengasaran (coarsening) pada daerah HAZ
sehingga ketangguhan menurun.
Usaha Pencegahan Cacat Las
Salah satu problem utama pada pengelasan baja jenis ini adalah adanya penggetsan pada daerah HAZ.
Pengasaran butir yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya retak terutama pada logam induk yang tebal.
Jika ketebalan kurang dari 6mm, tidak perlakuan khusus untuk mencegah retak.
Untuk baja tebal, pengelasan sebaiknya dilakukan dengan heat input rendah untuk meminimalkan lebar
daerah pengasaran dan filler jenis austenitic untuk menghasilkan logam las dengan ketangguhan yang baik.
Preheating tidak mengurangi diameter butir (grain size) tetapi menurunkan kecepatan pendinginan (cooling
rate) sehingga dapat

Anda mungkin juga menyukai