Ditetapkan:
Direktur
Tanggal Terbit :
SPO Dr. Jhony Ribo T, Sp. B., KBD
Pembina Utama Muda / IV C
NIP. 19610716 198812 1 002
PENGERTIAN 1. Prosedur memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami henti jantung
dan atau henti nafas dengan gambaran EKG ventrikel tachycardia tanpa denyut
nadi/ventrikel fibrilasi dan asystol atau PEA (pulseless electricity activity)
2. PEA adalah suatu keadaan dimana aktivitas listrik jantung tidak menghasilkan
kontraktilitas jantung atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat
sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba
3. Team terdiri dari 4-5 orang dengan tugas dokter/ketua regu sebagai leader,
seorang perawat sebagai kompresor, seorang perawat sebagai ventilator,
seorang perawat bertugas sebagai defibrilator dan seorang perawat sebagai
sirkulator dan pemberian obat-obatan.
Prosedur henti jantung henti nafas dengan gambaran EKG VF/VT tanpa nadi
1. Perawat pertama dan atau dokter segera melakukan RJP pada menit pertama
pada kasus VF atau VT tanpa nadi menghindari interupsi pada kompresi dada
dan segera melakukan defibrilasi jika alat sudah tersedia.
2. Pada kasus VF/VT tanpa nadi yang tersaksikan dan defibrilator tersedia,
perawat pertama atau doktersegera mengecek nadi, jika nadi tidak teraba maka
segera dilakukan defibrilasi. Jika VF/VT tanpa nadi tidak tersaksikan, maka
PENANGANAN HENTI JANTUNG DAN HENTI NAFAS
perawat pertama dan kedua dan atau dokter melakukan RJP selama 5 (lima)
siklus sebelum defibrilasi dilakukan.
3. Perawat ketigamelakukan defibrilasi 1 (satu) kali dengan energi 360 Joule jika
menggunakan defibrilator monofasik atau 200 joule jika menggunakan
defibrilator bifasik, jika tidak diketahui alat yang digunakan, maka energi yang
diberikan adalah 200 joule. Setelah tindakan defibrilasi, perawat pertama dan
kedua dan atau dokter melanjutkan RJP selama 5 siklus (kira-kira 2 menit),
kemudian perawat ketiga dan atau dokter melakukan pengecekan irama, dan
diidentifikasi irama yang terdapat pada monitor (irama defibrilasi atau tidak
membutuhkan defibrilasi). Jika tidak terjadi perubahan irama, lanjutkan RJP
selama 5 siklus dan lakukan pemasangan Pipa Endo Tracheal.
4. Setelah perawat kedua atau dokter memasang alat bantu jalan nafas seperti
pipa ETT, maka kompresi tidak perlu dihentikan pada saat ventilasi diberikan.
Kompresi dilakukan dengan kecepatan 100 x/mnt dan ventilasi diberikan sekitar
10-12 x/mnt. Kompresor harus digantikan setiap 2 menit untuk menghindari
kelelahan yang dapat mengakibatkan kompresi dada tidak adekuat.
5. Perawat ketiga atau dokter tidak perlu melakukan pengecekan nadi dan irama
jantung setelah pemberian defibrilasi, hanya dilakukan setelah RJP 2 menit.
Pada saat RJP jangan terlalu sering menghentikan kompresi, karena akan
menurunkan perfusi ke otak.
6. Perawat keempat atau dokter melakukan pemasangan intra vena tetapi tidak
boleh mengganggu tindakan RJP atau pemberian defibrilasi.
7. Perawat pertama dan dokter mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
terjadinya henti jantung sambil melakukan RJP.
8. Perawatkeempat memberikan obat-obatan pada VF/VT tanpa nadi setelah 1
atau 2 kali defibrilasi dan RJP dilakukan. Terapi pilihan pertama adalah
vasopresor yaitu epineprin 1 mg diberikan setiap 3-5 menit Setelah obat
diberikan maka RJP dilanjutkan selama 5 siklus atau 2 menit, kemudian petugas
memastikan irama dan melakukan defibrilasi sama dengan energi sebelumnya.
9. Pola penatalaksanaan pada VF/VT tanpa nadi adalah RJP-CEK IRAMA-RJP-
DEFIBRILASI.
10. Obat-obatan diberikan tanpa harus menghentikan RJP yaitu diberikan segera
setelah pengecekan irama dilakukan dan dapat diberikan sebelum atau sesudah
defibrilasi.
11. Perawat ketiga dan atau dokter melakukan pengecekan irama dalam waktu
yang sangat singkat, dan pengecekan nadi hanya dilakukan jika terjadi
perubahan irama dan irama tersebut teratur dengan QRS sempit. Jika terdapat
keraguan mengenai keadaan nadi (teraba/tidak teraba) lakukan RJP. Jika
pasien kembali pada sirkulasi spontan (nadi teraba) segera mulai
penatalaksanaan pada paska resusitasi. Apabila irama menjadi asistol/PEA,
maka penatalaksanaan menjadi algoritma Asistol/PEA.
12. Alur penanganan sesuai dengan algoritma VF/VT tanpa nadi.
13. Semua tindakan dan obat-obatan yang diberikan didokumentasikan di Form
Code Blue
Prosedur penanganan henti jantung henti nafas dengan gambaran Asistol dan PEA
1. Perawat dan atau dokter memantau gambaran EKG PEA atau Asistol.
2. Perawat pertama dan kedua atau dokter melakukan RJP selama 5 siklus sambil
pemasangan alat jalan nafas lanjut (ETT) dan pemasangan intra vena, tanpa
PENANGANAN HENTI JANTUNG DAN HENTI NAFAS
menghambat atau menghentikan RJP. Pada saat alat bantu jalan nafas
terpasang seperti ETT, maka RJP dilakukan tanpa harus menghentikan
kompresi dada untuk pemberian ventilasi yang dilakukan oleh perawat kedua.
RJP dilakukan dengan cara melakukan kompresi dada dengan kecepatan 100
x/mnt dan ventilasi diberikan 8-10 x/mnt.
3. Perawat ketiga memberikan obat vasopresor seperti epineprin atau vasopresin
segera setelah intra vena terpasang. Epineprin diberikan dengan dosis 1 mg
setiap 3-5 menit. Vasopresin dapat diberikan sebagai pengganti Epineprin atau
sebagai obat kedua setelah epineprin, dengan dosis tunggal 40 unit.
4. Waktu yang tepat untuk pemberian obat adalah segera setelah dilakukan
pengecekan nadi. Setelah petugas memberikan epineprin atau vasopresin
dilanjutkan dengan RJP selama 2 menit, kemudian petugas melakukan
pengecekan nadi kembali.
5. Pengecekan nadi dilakukan untuk memastikan terjadinya perubahan irama. Jika
irama tidak berubah maka, maka petugas melanjutkan RJP kembali selama 2
menit. Jika irama berubah menjadi irama yang membutuhkan tindakan
defibrilasi, maka lakukan algoritme VF/VT tanpa nadi. Jika irama berubah
menjadi teratur, jika nadi teraba, petugas harus mengidentifikasi irama EKG
tersebut dan lakukan penatalaksanaan sesuai irama yang tampak atau lakukan
penatalaksanaan pasca resusitasi.
6. Alur penanganan sesuai dengan algoritma asistol dan PEA.
7. Semua obat-obatan yang diberikan dan tindakan yang dilakukan
didokumentasikan di Form Code Blue
ALGORITME VT VF
Henti jantung
Algoritme BHD :
Cek Irama
Pasang monitor/defiblirator bila tersedia
Defibrilator manual Bifasik 120 s/d 200 J Bila IV/IO terpasang berikan Vasopresor selama RJP
(bila tidak diketahui gunakan 200 J)
Epineprin 1 mg IV/IO
Defibrilator manual Monofasik 360 J Ulang setiap 3 sampai 5 mnt, atau
Kaji Irama, jika Lakukan RJP 5 Siklus (30:2)
irama menetap. Dapat memberikan dosis tunggal Vasopressin 40 U
Tidak IV/IO untuk menggantikan dosis epineprin pertama
Kaji Irama atau kedua
A1 A2
fibrilasi ?
Lakukan RJP selama Defibrilator disiapkan Selama RJP Ganti Kompresor setiap 2 menit
dengan cek irama
Lakukan kompresi kuat dan Cari dan atasi faktor-faktor
Lakukan 1 kali DC : penyebab:
cepat (100 x/mnt)
1. Hipovolemia
Pastikan relaksasi dada
Defibrilator Manual Bifasik 120 s/d 200 2. Hipoksia
maksimal
J (bila tidak diketahui gunakan 200 J) 3. Asidosis
Minimalkan interupsi kompresi
Defibrilator Manual Monofasik 360 J 4. Hiperkalemia
I Siklus RJP : 30 kompresi 5. Hipoglikemia
Lakukan RJP setelah Defibrilasi
dada dan 2 ventilasi: 5 siklus =
6. Hipotermia
2 menit 7. Keracunan
Berikan anti Aritmia (sebelum Hindari hiperventilasi 8. Tamponade Jantung
Pastikan jalan nafas aman 9. TensionPnemothorak
atau sesudah (DC) Setelah ter-Intubasi penolong 10. Trombosis (Koroner atau
tidak lagi menggunakan siklus Paru)
Amiodaron 300 mg IV/IO max 3 RJP. Lakukan kompresi dada 11. Trauma
pemberian atau 3 mg/kg BB tanpa berhenti untuk
Magnesium Sulfat 1 s/d 2 gr IV/IO pemberian ventilasi. Berikan
untuk TorsadesdePointes pernafasan 8 s/d 10 kali/mnt.
Setelah 5 siklus RJP, kembali ke Cek irama setiap 2 menit.
kotak 5