Anda di halaman 1dari 5

RESUME

CARDIAC ARREST
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulia ENS

Disusun

oleh:

RIRIN NURAPRIANTI

C1AB23039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI KOTA
SUKABUMI

2023
Henti Jantung (Cardiac Arrest), ingatan kita tidak lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh bdarah, karena penyebab tersering dari Henti Jantung adalah penyakit jantung
koroner. WHO menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan dengan
penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama
kematian di dunia.
Henti Jantung dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan Resusitasi Jantung Paru dan
Defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa
bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan tanpa Resusitasi
Jantung Paru dan Defibrilasi. Inti dari penanganan Resusitasi Jantung Paru adalah
kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera
mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya
kematian otak dan kematian permanen

 SOP Unshockable
Henti jantung (cardiac arrest) adalah suatu keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat
kegagalan jantung berkontraksi secara efektif. Irama non shockable yang termasuk
didalamnya adalah asistole dan pulseless electrical activity.

 Prosedur
1. Petugas mengecek kesadaran pasien jika ditemukan gangguan kesadaran pada pasien
panggil bantuan dan aktifasi layanan gawat darurat
2. Petugas mengecek Arteri Karotis pasien maksimal selama 10 detik, bila nadi tidak teraba
segera lakukan Resusitasi Jantung paru
3. Petugas melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan cara memberikan kompresi pada
jantung sebanyak 30 kali dan ventilasi sebanyak 2 kali setiap siklusnya hingga bantuan dalat
datang.
4. Petugas memasang Monitor, oksigen dan kateter intravena selama pemasangan alat RJP
tetap dilakukan
5. Petugas melakukan penilaian irama jantung setelah monitor atau alat kejut listrik
terpasang, apakah irama jantung shockable tau non-shockable (selama penilaian irama
jantung RJP dihentikan)
6. Petugas melakukan pengecekan Arteri Karotis jika ditemukan irama terorganisir jika nadi
tidak teaba (PEA) lanjutkan RJP atau jika ditemukan Asistole cek kembali apakah
sambungan alat monitor sudah benar jika benar Asistole lakukan RJP.
7. Petugas melakukan RJP sebanyak 5 siklus (2 menit) disertai pemberian 1 mg adrenalin
intravena dan pemasangan Endotrachael tube (pemberian adrenaline dapat digantikan dengan
vasopresin 40U intravena diberikan hanya satu kali).
8. Petugas melakukan penilaian kembali irama jantung jika belum ditemukan perubahan
lakukan resusitasi jantung paru.
9. Petugas melakukan RJP sebanyak 5 siklus (2 menit)
10. Petugas melakukan penilaian kembali irama jantung jika belum ditemukan perubahan
lakukan resusitasi jantung paru.
11. Petugas mengulang tindakan pada nomor 7-10 hingga terjadi perubahan irama jantung
menjadi shockable (dilanjutkan ke SOP henti jantung dengan irama jantung shockable) dan
kembalinya sirkulasi darah spontan (ROSC: return of spontaneus circulation) atau terdapat
tanda-tanda kematian biologis (semua tindakan dihentikan).

SOP Shockable
1. Berika salam, panggil klien dengan namanya
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga 4. Memasang
elektroda dan menyalakan EKG monitor
5. Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk mencegah kekeliruan
(perhatikan gambaran EKG apabila menunjukkan V/VT tapa nadi segera lakukan
penanganan shekable)
6. Perawat pertama dan tau dokter segera melakukan RJP pada menit pertama pada kasus VF
atau VT tapa nadi menghindari interupsi pada kompresi dada dan segera melakukan
defibrilasi jika alat sudah tersedia.
7. Pada kasus VE/VT tapa nadi yang tersaksikan dan defibrillator tersedia, perawat pertama
tau dokter segera mengecek nadi, jika nadi tidak teraba maka segera dilakukan defibrilasi.
Jika VE/VT tampa madi tidak tersaksikan, maka perawat pertama dan kedua dan atau dokter
melakukan RJP selama 5 (lima) siklus sebelum defibrilasi dilakukan.
8. Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai dengan 150 joule ) Perawat
ketiga menyentuh pasien ataupun bad pasien
11. Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC shock dengan jempol
agar arus masuk dengan baik
12. Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan memberi watt second
yang lebih tinggi
13. Perawat keempat melakukan pemasangan intra vena tetapi tidak boleh mengganggu
tindakan RJP atau pemberian defibrilasi. Perhatikan irama pada monitor apabila shockable
lakukan RJP selama 5 siklus 2 menit lalu berikan erapi pilihan pertama adalah vasopresor
vaitu evinebrin mg diberikan setian 3-5 menit Setelah obat diberikan maka RJP dilanjutkan
selama 5 siklus atau 2 menit. kemudian petugas memastikan irama dan melakukan defibrilasi
sama dengan energi sebelumnya.
14. Apabila irama masih shockable lakukan RJP 2 menit atau selama 5 siklus dan berikan
terapi kedua amiodarone 3mg/kgBB maximal 3 kali pemberian 15. Bila gambaran EKG
sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan dan lakukan penanganan ROSC
melakukan defibrilasi. Ketentuan defibrilasi I (satu) kali dengan energy maximal 360 Joule
jika menggunakan defibrilator jenis monofasik tau maximal 200 joule jika menggunakan
defibrillator jenis bifasik, jika tidak diketahui alat yang digunakan, maka energi yang
diberikan adalah 200 joule
9. Pegang peddle I dengan tangan kiri pada STERNUM letakkan pada daerah dibawah
klavikula kanan dan paddle 2 dengan tangan kanan pada APEX pada daerah midaxilla kiri
10. Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar anggota yang lain tidak ada yang
16. Bila terjadi asistole/PEA lakukan segera tindakan Penanganan asistole/PEA Hal-hal yang
perlu diperhatikan :
17. Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada respon 18. Setiap perubahan
gambaran EKG harus di print

Diagnosis dan Tatalaksana Pulseless Electrical Activity


Aktivitas Listrik Tanpa Denyut (Pulseless Electrical Activity/PEA) adalah suatu
keadaan dimana masih terdapat aktivitas listrik jantung, tanpa disertai respon mekanik
jantung berkontraksi untuk menghasilkan denyut yang teraba atau tekanan darah yang
terukur.
Hal ini ditandai dengan adanya gambaran aktivitas listrik pada monitor EKG, tetapi pasien
tidak sadar, tidak bernafas, dan tidak ditemukan denyut nadi pada perabaan arteri karotis.
Pada keadaan ini ventrikel masih berkontraksi tetapi tidak cukup kuat menimbulkan pulsasi
yang dapat diraba.
Diagnosis Pulseless Electrical Activity
Diagnosis PEA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang khas. Pada pasien PEA
sering ditemukan adanya penurunan kesadaran tiba-tiba, henti nafas dan tidak ada denyut
nadi. Gambaran EKG 12 lead dapat menunjukkan faktor penyebab seperti hiperkalemia
(peningkatan gelombang P, blok jantung yang komplit, ventricular escape rythm) atau infark
miokard akut. Overdosis obat tertentu seperti antidepresan trisiklik (TCA) dapat
menyebabkan pemanjangan durasi kompleks QRS.

Tatalaksana Pulseless Electrical Activity


PEA adalah keadaan gawat darurat yang tidak memerlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik lengkap. Penanganan PEA harus cepat dengan protokol resusitasi
kardiopulmonal yang baku meliputi RJP efektif pemberian obat-obatan berupa epinefrin dan
vasopressin serta identifikasi dan penanganan penyebab. segera lakukan RJP sebanyak 5
siklus. RJP (30 kompresi dada: 2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum terpasang
advanced airway (ETT). Jika pada pasien telah terpasang advanced airway, berikan ventilasi
8-10 kali/menit sambil dilakukan kompresi dada 100 kali/menit. Pertimbangkan pemberian
obat-obatan selama RJP. Berikan epinefrin 1 mg IV setiap 3-5 menit atau vasopressin 40 U
IV (untuk menggantikan dosis pertama dan kedua epinefrin). Setelah 5 siklus RJP, cek
kembali irama jantung. Tatalaksana selanjutnya sesuai dengan temuan (Lihat Algoritma
penatalaksanaan PEA).
Diagnosis dan Tatalaksana Asystole
Asistol adalah suatu keadaan dimana tidak terdapat aktivitas listrik dan aktivitas
mekanik dari jantung (tidak terdapat frekuensi ventrikel atau iramanya, tidak ada denyut, dan
tidak ada curah jantung). Asistol dapat terjadi primer atau sekunder akibat abnormalitas
konduksi jantung, hipoksia jaringan tahap lanjut dan asidosis metabolik, jarang akibat
stimulasi vagal.Diagnosis asystole ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan gambaran
EKG yang khas. Pada pasien asystole sering ditemukan adanya penurunan kesadaran tiba-
tiba, henti nafas, dan tidak ada denyut nadi .Gambaran EKG menunjukkan irama: tidak
terlihat adanya aktivitas ventrikel atau < 6 kompleks/menit. Gelomng R tidak dapat
ditetapkan, terkadang terlihat gelombang P, tetapi berdasarkan definisi gelombang R harus
tidak tampak, kompleks QRS: tidak terlihat adanya defleksi yang konsisten dengan suatu
kompleks QRS. Gambar EKG Asistol: tidak ada aktivitas listrik jantung (terlihat hanya
berupa garis datar)

Tatalaksana Asystole
Asistol adalah keadaan gawat darurat di mana anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak perlu
lengkap. Penanganan asistole harus cepat dengan protokol resusitasi kardiopulmonal yang
baku meliputi RJP segera, pemberian obat-obatan berupa epinefrin dan vasopressin (Lihat
Algoritme penatalaksanaa Asistol). RJP dilakukan sebanyak 5 siklus, sambil pertimbangkan
pemberian obat-obatan. Setelah siklus RJP, cek Kembali irama jantung. Tatalaksana
selanjutnya sesuai temuan. Dalam tatalaksana PEA dan asystole sering perlu
dipertimbangkan pemberian beberapa obat-obatan epinefrin dan vasopresin.

Anda mungkin juga menyukai