4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tanipah secara keseluruhan adalah 824 jiwa dengan
262 jumlah kepala keluarga. Berikut persebaran penduduk diwilayah kerja Desa
Tanipah :
a. RT 01 = 121 Jiwa
b. RT 02 = 130 Jiwa
c. RT 03 = 88 Jiwa
d. RT 04 = 208 Jiwa
e. RT 05 = 179 Jiwa
f. RT 06 = 98 Jiwa
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tanipah terbanyak
berada di RT 04 dan tersedikit berada di RT 03 dengan jumlah penduduk
masing-masing yaitu 208 jiwa dan 88 jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan golongan, usia, dan jenis kelamin
JENIS KLAMIN
NO. GOLONGAN UMUR LK PR JUMLAH
1. 0-12 Bulan 24 30 54
2. 13 Bln-4 Tahun 26 22 48
3. 5-6 Tahun 38 37 75
4. 7-12 Tahun 29 41 70
5. 13-15 Tahun 23 28 51
6. 16-18 Tahun 27 38 65
7. 19-25 Tahun 23 34 57
8. 26-35 Tahun 33 25 40
9. 36-45 Tahun 30 39 84
10 46-50 Tahun 57 48 105
11. 51-60 Tahun 47 50 97
12. 61-75 Tahun 36 18 54
13. 76 Tahun Keatas 13 8 21
1. LAKI-LAKI 406
2. PEREMPUAN 418
3. JUMLAH SELURUHNYA 824
4. KEPADATAN PENDUDUK 130 1 km
dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tanipah lebih
banyak perempuan dibandingkan laki-laki, dengan perbedaan 12 orang, dengan
kepadatan penduduk 130 org per 1 km.
4.1.3 Mata Pencaharian
Tenaga medis dan paramedis di Desa Tanipah terdiri dari 2 bidan Desa
dan 1 dukun bayi melahirkan. Sayang nya di desa ini belum terdapat dokter
ataupun perawat.
4.2.2.2 Identifikasi Status Gizi Menurut Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
pengukuran dan perhitungan (BB/TB) , maka didapatkan data Berat
Badan Menurut Umur (BB/TB) pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan BB/TB di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Gemuk 2 4%
Normal 44 88%
Kurus 1 2%
Sangat Kurus 3 6%
TOTAL 50 100%
4.2.2.3 Identifikasi Status Gizi Menurut Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
pengukuran dan perhitungan (TB/U) , maka didapatkan data Berat Badan
Menurut Umur (TB/U) pada tabel berikut :
Tabel 4.14 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan TB/U di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Tinggi 0 0%
Normal 37 74%
Pendek 9 18%
Sangat Pendek 4 8%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa status
gizi anak balita berdasarkan tinggi badan per umur (TB/U) terbanyak
adalah pada kategori gizi normal yaitu sebanyak 37 orang dengan
persentase 74% yang menandakan bahwa sebagin besar anak balita di
Desa Tanipah memiliki gizi yang normal menurut tinggi badan per umur
(TB/U).
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yang pendek. Pengaruh difisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama (supariasa, 2002)
Berdasarkan karekteristik tersebut, maka indeks ini mengambarkan
status gizi anak balita pada masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973)
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan status gizi masa
lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi
(Supariasa, 2002)
4.2.2.4 Identifikasi Status Gizi Menurut Indeks Masa Tubuh Menurut Umur
(IMT/U)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
pengukuran dan perhitungan (IMT/U) , maka didapatkan data Berat
Badan Menurut Umur (IMT/U) pada tabel berikut :
Tabel 4.15 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan IMT/U di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Gemuk 0 0%
Normal 44 88%
Kurus 3 6%
Sangat Kurus 3 6%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa status
gizi balita menurut indeks massa tubuh per umur (IMT/U) terbanyak
dalam kategori normal, yaitu sebanyak 44 dari 50 orang anak balita.
Dengan persentase 88%.
IMT normal pada balita adalah jika hasil perhitungan masuk dalam
rentang ≥2 SD dan ≤-2 SD. Jika lebih dari 2 SD maka dampaknya dapat
membuat balita menjadi obesitas dan kemungkinan besar pada saat
dewasa balita tersebut juga obesitas. Jika hingga dewasa tetap obesitas
maka akan mudah menimbulkan berbagai macam penyakit lainnya.
Sedangkan jika IMT kurang dari -2SD maka dampaknya dapat membuat
balita gizi buruk sehingga menimbulkan tumbuh kembangnya akan
terganggu bahkan mudah terserang penyakit infeksi. IMT atau indeks
Quatelet merupakan salah satu bentuk pengukuran atau metode skrining
yang digunakan untuk mengukur komposisi tubuh yang diukur dengan
menggunakan berat badan dan tinggi badan yang kemudian diukur
dengan rumus IMT. IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Di Indonesia
IMT dikategorikan menjadi 4 tingkatan yaitu kurus, normal, gemuk dan
obesitas . (KEMENKES RI, 2014)
N % N % N % N % N %
13-36 2 4 30 60 1 2 0 0 33 66
37-60 1 2 14 28 1 2 1 2 17 34
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari table di ketahui bahwa rata-rata anak balita berumur 13-36 bulan,
sebanyak 33 orang (66%). dengan status gizi anak balita lebih sebanyak 2 orang
(4%), baik sebanyak 30 orang (28%), kurang sebanyak 1 orang (2%). Dan tidak
terdapat gizi buruk kecuali pada umur anak balita 37-60 bulan sebanyak 1 orang
(2%).
Tidak ada hubungan antara umur balita dengan status gizi balita
mengidentifikasi bahwa umur bukanlah factor yang mempengaruhi status gizi.
Factor-faktor yang berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi,
tingkat pendidikan formal ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan. (Suparisa, 2001). Meskipun tidak ada hubungan antara umur anak
balita dengan status gizi namun factor umur sangat penting dalam penentuan
status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprertasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak di sertai dengan dengan penentuan umur yang
tepat. (Supariasa, 2002).
4.3.2 Hubungan antara Umur Ibu dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)
N % N % N % N % N %
<20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20-35 3 6 29 58 1 2 1 2 34 68
>35 0 0 15 30 1 2 0 0 16 32
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi anak balita di
karenakan status gizi anak balita yang baik lebih banyak di bandingkan dengan
status gizi anak balita lebih, kurang, dan buruk. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa umur ibu tidak mempengaruhi status gizi anak balita.
4.3.3 Hubungan Antara Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Dari tabel diatas diketahui bahwa hubungan pekerjaan ayah dengan status
gizi balita yang termasuk kategori lebih tinggi yaitu 22 orang atau 44%
pekerjaannya sebagai petani.
4.3.4 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Masalah gizi kurang pada balita juga terjadi pada sebagian keluarga yang
berkecukupan. Hal ini disebabkan oleh ibu yang bekerja dan harus merawat
atau mengurusu kelurganya , ibu yang memiliki banyak anak, ibu yang
mempunyai kegiatan atau kesibukan dari luar rumah, dan lain-lain. Ibu yang
sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian
penuh terhadap anak balitanya, apalagi untuk mengurusnya.
Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus anaknya, akan tetapi
kesibukan dan beban kerja yang ditanggungnya dapat menyebabkan
kurangnya perhatian ibu dalam menyiapkan hidangan yang sesuai untuk
balitanya. Karena itu didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa
seringkali terjadi ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama energy dan
protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak yang berusia diatas 1
tahun.
4.3.5 Hubungan Antara Pendidikan Ayah Dengan Status Gizi Balita (BB/U)
4.3.6 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)
N % N % N % N % N %
Rendah 1 2 16 32 1 2 1 2 19 38
Menengah 2 4 23 46 1 2 0 0 26 52
Tinggi 0 0 5 10 0 0 0 0 5 10
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari table di atas dapat di ketahui bahwa tingkat Pendidikan Ibu di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi pendidikan menegah yaitu 52% sebanyak 26 orang.
Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,479 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita menurut indeks BB/U di
Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Tingkat pendidikan ibu bukan penentu tingkat pengetahuan ibu,
pendidikan ibu rendah bukan berarti sebagai bukti bahwa pengetahuan ibu
juga ikut rendah begitupun sebaliknya, sikap dan perilaku ibu dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsi oleh balita dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah tingkat pengetahuan seseorang tentang gizi sehingga dapat
mempengaruhi status gizi seseorang tersebut. Oleh karena itu, jika seorang ibu
memiliki pendidikan yang kurang maka asupan makanan yang akan diberikan
kepada balita belum tentu kurang tepat dan dapat mempengaruhi status balita
tersebut.
4.3.7 Hubungan Antara Jumlah Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)
N % N % N % N % N %
>7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 sampai 7 1 2 32 64 2 4 1 2 36 72
<4 2 4 12 24 0 0 0 0 14 28
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa jumlah anggota keluarga di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi yaitu jumlah keluarga sebanyak 4-7 anggota keluarga yaitu
72% seberae 36 orang.
Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,071 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara jumlah keluarga dengan status gizi balita menurut indeks BB/U di Desa
Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
4.3.8 Hubungan Antara Jenis Kelamin Anak dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)
Tabel 4.35 distribusi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan jenis
kelamin anak di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018.
N % N % N % N % N %
Laki-laki 2 4 25 50 1 2 0 0 28 56
Perempuan 1 2 19 38 1 2 1 2 22 44
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa jenis kelamin anak balita di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi laki- laki yaitu 56% sebanyak 28 anak balita.
Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,411 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin anak balita dalam keluarga dengan status gizi balita
menurut indeks BB/U di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.
Anak balita memiliki peluang yang sama untuk memiliki status gizi yang
baik dan tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin anak balita tersebut, hal ini bisa
dilihat dari hasil penelitian kali ini yang menyatakan tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan status gizi, mungkin status gizi balita bisa di
sebabkan oleh faktor lain.
4.3.9 Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Pola asuh pemberian makanan oleh orang tua mempunyai hubungan yang
signifikasi terhadap status gizi anak balita. Semakin baik pola asuh yang
diberikan maka semakin baik satus gizi anak balita dan sebaliknya apabila ibu
memberikan pola asuh yang kurang baik dalam pemberian makanan pada anak
balita maka status gizi juga akan terganggu (Taufiqurrahman, 2013).
Pada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi menurut indeks
BB/U sesuai dengan pernyataan Intan dkk (2016) bahwa tidak adanya
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi
menurut indeks BB/U. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar
tingkat pengetahuan ibu yang memiliki status gizi anak balita menurut indeks
BB/U di Desa Tanipah yaitu sebagian besar baik. Dan keselurahan hasil yang
didapatkan oleh peneliti tidak bertentangan dengan permyataan Ikti (2009)
yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula status gizi
balitanya, sedangkan hasil yang didapatkan di Desa Tanipah yaitu walaupun
tingkat pengetahuan ibu sebagian besar baik tetapi status gizi anak balita yang
didapatkan masih tergolong baik (Ikti, 2009).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bertujuan untuk menilai apakah
aktifitas pokok yang dijalankan oleh setiap individu, kelompok ataupun
masyarakat telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan memiliki dampak
yang diharapkan. Selain itu, melalui indikator perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dapat diketahui beberapa permasalahan yang menunjukkan keadaan
atau kecenderungan dari suatu hal agar dapat dijadikan sebagai pokok
perhatian (Depkes RI, 2007).
Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang dibantu oleh tenaga
ahli (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) dianggap lebih baik
dibandingkan dengan persalinan yang dibantu oleh dukun, famili/ lainnya
(BPPD dan BPS 2009). Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk
(Hidayat dan Jahari 2012).
4.3.13 Hubungan Antara Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Lebih Baik Kurang Buruk Tabel
4.39
N % N % N % N % N %
Iya 0 0 34 68 1 2 1 2 36 72
Tidak 3 6 10 20 1 2 0 0 14 28
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa kategori status gizi balita lebih dengan
penyakit infeksi balita yang pernah sakit sebanyak 3 orang, baik sebanyak 44
orang, kurang sebanyak 2 orang dan buruk sebanyak 1 orang. Setelah di
lakukan uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman di peroleh p(0.68) >
α(0,05) yang berarti Ho diterima menunjukkan tidak ada hubungan antara
penyakit infeksi dengan status gizi balita menurut berat badan per umur
(BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Masah gizi pada anak usia ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (2008). Yang menyatakan bahwa anak pada usia dini berada pada
perkembangan kritis terutama perkembangan otak, sehingga membutuhkan zat
gizi yang baik, namun karena berbagai masalah mengakibatkan timbulnya
berbagai masalah gizi pada anak.
4.3.14 Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)
Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,545 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara asupan energi dengan status gizi balita menurut indeks BB/U di Desa
Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Makanan yang dikonsumsi oleh suatu ke lompok sosial individu dari segi
kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh banyak hal yang saling terkait. Untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis maupun psikologis juga untuk memenuhi rasa
lapar. Yang memandakan bahwa gizi yang diperlukan oleh tubuh tidak
mencukupi lagi adalah rasa lapar dan dahaga. Usaha untuk mengatasi rasa
lapar sebenarnya juga diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup,
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, pertumbuhan (pada bayi dan anak) dan
pergantian sel-sel dan jaringan yang rusak. Zat gizi yang di konsumsi harus
sesuai dengan kebutuhan dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan
dalam bekerja (Khumaidi, 1994).
4.3.15 Hubungan Antara Konsumsi Protein dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Angela, dkk
(2016) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan protein dengan status gizi menurut BB/U pada anak balita di
Wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado.
4.3.16 Hubungan Antara Konsumsi Vitamin A dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Tabel 4.42 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan Konsumsi
Vitamin A di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2018
Hasil Recall Status Gizi
Jumlah
Vitamin A Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Baik 3 6 40 80 2 4 1 2 46 92
Sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kurang 0 0 1 2 0 0 0 0 1 2
Defisit 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa balita dengan konsumsi vitamin A yang
paling tinggi adalah 46 orang atau 92% yaitu dalam kategori Konsumsi
vitamin A diatas rata-rata atau baik, karena dilihat dari riwayat makan balita
yang rata-rata mengkonsumsi telur seperti yang kita ketahui pada kuning telur
mengandung vitamin A (retinol) tinggi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Rismiati
(2016) yang menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan
antara jumlah konsumsi vitamin A dengan status gizi balita menurut BB/U di
wilayah Posyandu Gonilan Kota Surakarta. dan dari hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian lain oleh Sasmita,D.N (2011) yang menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita
berdasarkan persentil BB/U.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Sunarti
(2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan anatara asupan zat besi
dengan status gizi balita BB/U di Kelurahan Semanggi, Surakarta.
Zat besi yang terdapat dalam sel tubuh berperan penting dalam
pembentukan sel darah merah. Dan sel darah merah diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen berperan dalam
pembentukan energy yang berpengaruh dalam status gozo seseorang.
(Almatsier,2009)
4.3.18 Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Energi Keluarga dengan Status Gizi
Balita (BB/U)
Tabel 4.44 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan
Ketersediaan Pangan Energi Keluarga di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018.