Anda di halaman 1dari 55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa


4.1.1 Keadaan Geografis
Secara geografis Desa Tanipah merupakan salah satu Desa di Kecamatan
Mandastana yang mempunyai luas wilayah mencapai 1.209,75 Ha. Desa
Tanipah merupakan salah satu Desa dari 14 ( empat belas ) Desa yang ada di
kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala, Desa Tanipah berada pada
ketinggian ±165 dpl (longitut 6,70543 ºE dan etitut 106,70543 ºE) dan curah
hujan ± 200 mm, rata-rata suhu udara 28º - 32º celcius. Bentuk wilayah
berkotak hanya 100%. Desa Tanipah terletak di sebelah Timur Kecamatan
Mandastana dengan perbatasan wilayah yaitu :
Sebelah Utara : Desa Antasan Segera Kec.Mandastana
Sebelah Timur : Desa Tatah Alayung Kec. Mandastana
Sebelah Selatan : Desa Sungai Ramania Kec. Mandastana
Sebelah Barat : Sungai Alalak Kec. Alalak

4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tanipah secara keseluruhan adalah 824 jiwa dengan
262 jumlah kepala keluarga. Berikut persebaran penduduk diwilayah kerja Desa
Tanipah :
a. RT 01 = 121 Jiwa
b. RT 02 = 130 Jiwa
c. RT 03 = 88 Jiwa
d. RT 04 = 208 Jiwa
e. RT 05 = 179 Jiwa
f. RT 06 = 98 Jiwa
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tanipah terbanyak
berada di RT 04 dan tersedikit berada di RT 03 dengan jumlah penduduk
masing-masing yaitu 208 jiwa dan 88 jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan golongan, usia, dan jenis kelamin

JENIS KLAMIN
NO. GOLONGAN UMUR LK PR JUMLAH

1. 0-12 Bulan 24 30 54
2. 13 Bln-4 Tahun 26 22 48
3. 5-6 Tahun 38 37 75
4. 7-12 Tahun 29 41 70
5. 13-15 Tahun 23 28 51
6. 16-18 Tahun 27 38 65
7. 19-25 Tahun 23 34 57
8. 26-35 Tahun 33 25 40
9. 36-45 Tahun 30 39 84
10 46-50 Tahun 57 48 105
11. 51-60 Tahun 47 50 97
12. 61-75 Tahun 36 18 54
13. 76 Tahun Keatas 13 8 21

TOTAL 406 418 824


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Tanipah
terdiri dari 102 orang bayi dan balita, 145 orang anak-anak, 116 orang remaja,
97 orang dewasa awal, 189 orang dewasa akhir, dan 172 orang lansia.
Dan di bawah ini merupakan jumlah penduduk berdasarkan kepadatan
penduduk

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat kepadatan penduduk


NO KETERANGAN JUMLAH

1. LAKI-LAKI 406
2. PEREMPUAN 418
3. JUMLAH SELURUHNYA 824
4. KEPADATAN PENDUDUK 130 1 km

dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk Desa Tanipah lebih
banyak perempuan dibandingkan laki-laki, dengan perbedaan 12 orang, dengan
kepadatan penduduk 130 org per 1 km.
4.1.3 Mata Pencaharian

Desa Tanipah merupakan kawasan pedesaan yang bersifat agraris


dengan luas wilayah tanah sawahnya adalah 475 Ha,oleh karena itu mata
pencaharian sebagian besar penduduknya adalah bercocok tanam terutama
sektor agribisnis holtikura jeruk berbasis padi,ternak dan perkebunan.
Sedangkan pencaharian lainnya adalah sektor industri kecil yang bergerak
di bidang kerajian dan pemanfaatan hasil olahan pertanian dan Swasta di
bidang perkayuan pengolahan playwood, serta hanya sebagian kecil saja dari
warga Desa Tanipah yang bekerja sebagai PNS, pedagang, dan tenaga kesehatan
seperti bidan. Berikut merupakan jenis pekerjaan dan jumlah orang yang bekerja
di Desa Tanipah.
 Petani pemilik sawah : 367 orang
 Petani penggarap : 13 orang
 Pertukangan : 135 orang
 Pedagang : 150 orang
 PNS : 22 orang
 Buruh Industri :6 orang

4.1.4 Sarana dan Prasarana

a. Prasarana Pelayanan Kesehatan

Desa Tanipah tidak memiliki Puskesmas namun jarak dari desa ke


Puskesmas kecamatan Mandastana hanya ± 5 km, dan Desa Tanipah
mempunyai Pustu yang dikelola oleh bidan Desa.

Tenaga medis dan paramedis di Desa Tanipah terdiri dari 2 bidan Desa
dan 1 dukun bayi melahirkan. Sayang nya di desa ini belum terdapat dokter
ataupun perawat.

Prasarana pelayanan kesehatan yang terdapat di desa ini hanya rumah


bersalin dan posyandu, tetapi 2 jenis pelayanan kesehatan tersebut masih
dianggap mampu untuk membantu masyarakat desa tersebut, hanya saja
akan lebih lama mengalami peningkatan derajat kesehatan pada masyarakat.
Selain karena prasarana pelayanan kesehatan yang sedikit, peningkatan
derajat kesehatan akan lebih sulit dilakukan jika di desa hanya memiliki
tenaga medis bidan saja.

b. Prasarana Air Bersih

Di Desa Tanipah seluruh warga menggunakan air sungai untuk


melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan lain-lain.
Sedikitnya akses air bersih PDAM masuk ke desa ini menyebabkan warga
desa lebih memilih menggunakan air sungai untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Warga desa mendapatkan air bersih PDAM dari penjual air yang
masuk ke desa, bahkan itu pun menggunakan kapal kecil yang sering mereka
sebut dengan kelotok, sehingga jumlah yang dibawapun terbatas. Air PDAM
digunakan warga desa untuk melakukan kegiatan memasak. Kelotok penjual
air hanya mampu membawa air bersih PDAM hingga muara desa saja yang
berada di RT 01, sehingga warga desa RT 02, RT 03, RT 04, RT 05, dan RT
06 harus pergi ke RT 01 terlebih dahulu. Selain itu hanya warga desa yang
mampulah yang dapat membeli air bersih PDAM. Hal-hal tersebutlah yang
menyebabkan sebagian besar warga desa menggunakan air sungai untuk
seluruh kegiatan sehari-hari.

c. Prasarana Pembuangan Limbah


Di Desa Tanipah hanya terdapat 5 orang yang menggunakan bak
sampah ssebagai sarana pembuangan sampah nya, kebanyakan warga desa
menggunakan plastik lalu dibuang ke sungai atau di bakar untuk penanganan
sampahnya.

4.1.5 Keanekaragaman Masyarakat


Masyarakat di desa Tanipah berasal dari berbagai suku yang bersatu dalam
satu keluarga sehingga terbentuk kekeluargaan dan tradisi desa yang sangat kuat
sehingga masyarakat masih kuat dalam bidang sosial kemasyarakatan. Adapun
kegiatan keagamaan ataupun kemasyarakatan yang terselenggara di desa
Tanipah adalah kumpulan maulid al-habsy, kumpulan tahlilan, kumpulan
yasinan, sholawattan, serikat kematian, majelis ta’lim dan gotong royong di
kelurahan serta kepedulian masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat.
4.1.6 Aparatur/ Prangkat Pemerintahan Desa
Perangkat desa di Desa Tanipah terdiri dari kepala desa yang dibantu oleh
sekretaris desa, bendahara desa, kepala urusan umum dan perencanaan, kepala
seksi pelayanan dan kesejahteraan, kepala seksi pemerintahan dan beberapa
orang staf. Kepala desa dalam mengurus warga dibantu oleh 2 orang kepala
dusun dan 6 orang ketua RT.

4.2 Gambaran Umum Responden


4.2.1 Identifikasi Karakteristik Keluarga Responden
4.2.1.1 Umur Keluarga
a. Identifikasi Umur Ayah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu, maka
umur ayah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Distribusi umur kepala keluarga di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Umur ayah (Tahun) N %
< 20 0 0%
20-35 32 64%
>35 18 36%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
diketahui bahwa ayah yang memiliki anak balita terbanyak berumur
20-35 tahun yaitu sebanyak 32 orang dengan persentase 64%. Bayi
yang lahir dari pria berusia 25 hingga 34 tahun, Dibandingkan
dengan bayi dengan ayah yang lebih tua dari 45 tahun cenderung
memiliki berat badan lebih sedikit. Kondisi itu pun kemungkinan 14
persen lebih tinggi untuk kelahiran prematur (Agustin, Dwina 2018).
Untuk Laki-laki usia produktifnya yaitu 25-40 tahun secara
psikologis umur tersebut bisa mempertimbangkan secara emosional
dan nalar serta dianggap sudah matang dan bisa berfikir dewasa.
Selain itu dari segi pendidikan, pekerjan, dan finansial umumnya
pria dengan rentan usia tersebut rata-rata telah mapan.

b. Identifikasi Umur Ibu


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu, maka
umur ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Distribusi umur ibu di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Umur ibu (Tahun) N %
< 20 0 0%
20-35 33 66%
>35 17 34%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
diketahui bahwa ibu yang memiliki anak balita terbanyak berumur
20-35 tahun yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 66%.
Pada usia 21-35 tahun resiko gangguan kesehatan pada ibu
hamil paling rendah yaitu sekitar 15%. Selain itu apabila dilihat dari
perkembangan kematangan, wanita pada kelompok umur ini telah
memiliki kematangan reproduksi, emosional maupun aspek sosial.
Adapun permasalah yang muncul pada usia 35 tahun ke atas adalah
diabetes gestational yaitu diabetes yang muncul ketika sedang hamil,
mengalami tekanan darah tinggi dan juga gangguan kandung kemih.
Meskipun gangguan kandung kemih mungkin saja terjadi pada ibu
hamil akan tetapi pada kelompok usia ini beresiko lebih tinggi. Selain
itu kondisi kesehatan di akhir usia 30-an cenderung memiliki kondisi
medis tertentu seperti fibroid uterine yaitu pertumbuhan otot atau
jaringan lain yang berada di uterus yang memicu timbulnya tumor
dan menimbulkan rasa nyeri atau pendarahan pada kewanitaan
semakin berkembang (Revina, Pevi 2018).
c. Identifikasi Umur Anak Balita
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu,
maka umur anak balita dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi umur anak balita di Desa Tanipah Kecamatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Umur balita (bulan) N %
13-36 33 66%
37-60 17 34%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2018
diketahui bahwa anak balita terbanyak yang berumur 13-36 bulan
lebih banyak 33 orang dengan presentase 66%.
Anak umur 1 – 2 tahun sedang mengalami pertumbuhan otak
yang sangat pesat. Pematangan otak, pembentukan persarafan dan
hubungan-antar-neuron (sinapsis) berkembang dengan sangat pesat
di masa kanak-kanak (Anisakarnadi, 2018). Kemudian pada Umur
3 – 5 tahun keatas mengalami pertambahan tinggi badan dan
kenaikkan berat badan. Kemampuan motorik, bahasa, dan kognitif
sudah mulai berkembang.

4.2.1.2 Pendidikan Keluarga


a. Identifikasi Pendidikan Ayah
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu responden
maka didapat pendidikan terakhir yang diperoleh oleh ayah anak
balita pada yaitu tabel berikut :
Tabel 4.6 Distribusi pendidikan kepala keluarga di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pendidikan Ayah N %
Tinggi 5 10%
Menengah 23 46%
Rendah 22 44%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di di Desa Tanipah


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
diketahui bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ayah yang
memiliki anak balita terbanyak yaitu pendidikan dengan kategori
sedang sebanyak 23 orang dengan persentase 46%. Sedangkan ayah
anak balita yang menempuh pendidikan terakhir dengan kategori
tinggi hanya 5 orang saja dengan persentase 10%. Pendidikan yang
termasuk dalam kategori rendah adalah jika pendidikan terakhir ayah
SD dan ayah tidak memperoleh pendidikan sama sekali (tidak pernah
sekolah), sedangkan pendidikan yang termasuk dalam kategori
menengah yaitu jika pendidikan terakhir ayah adalah SMP/SMA dan
sederajatnya, dan pendidikan yang termasuk dalam kategori tinggi
yaitu jika pendidikan terakhir ayah adalah perguruan tinggi seperti
D3,D4/S1 dan sederajat.

Hal tersebut menunjukan bahwa masih sedikitnya kepala


keluarga atau ayah anak balita yang memiliki pendidikan tinggi.
Kategori pendidikan akan mempengaruhi jenis pekerjaan ayah dan
pendapatannya yang akan berdampak pada konsumsi anak balita. Jika
pendidikan ayah tinggi maka kemungkinan besar ayah akan
mendapatkan pekerjaan yang lebih tinggi pula dibandingkan yang
memiliki kategori sedang atau rendah dan ayah akan menerima
pendapatan yang tinggi pula, sehingga ayah akan mampu memberikan
konsumsi terbaik untuk anak balitanya.

Selain itu pendidikan tinggi juga mempengaruhi pengetahuan


yang tinggi pula, sehingga dapat mendidik anak dan keluarganya
dengan baik. Hal itu juga di jelaskan oleh Noer (2009) yang
menyatakan bahwa peran ayah sangat penting dalam membangun
kecerdasan emosional pada anak balita. Seorang ayah sebagai kepala
keluarga sekaligus pengambil keputusan utama dalam keluarga
memiliki posisi penting dalam mendidik anak. Seorang ayah dengan
tingkat pendidikan tinggi akan mendidik anak dengan kualitas tinggi
pula.

Dalam kongres perempuan pertama Indonesia, Djami dari


Darmo Laksmi mengatakan “Tak seorang akan termasyhur
kepandaian dan pengetahuannya yang ibunya atau perempuannya
bukan seorang perempuan yang tinggi juga pengetahuan dan budinya.
Jika perempuan sudah bodoh, pendidikan terhadap anak yang
dikandung dan dibesarkannya sebetulnya terancam. Selama anak ada
terkandung oleh ibunya, itulah waktu yang seberat-beratnya, karena
itulah pendidikan Ibu yang mula-mula sekali kepada anaknya.”

b. Identifikasi Pendidikan Ibu


Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu responden
maka didapat pendidikan terakhir yang diperoleh oleh ibu anak balita
pada yaitu tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi pendidikan ibu di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pendidikan Ibu N %
Tinggi 4 8%
Menengah 26 52%
Rendah 20 40%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di di Desa Tanipah


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018
diketahui bahwa pendidikan terakhir yang ditempuh oleh ibu yang
memiliki anak balita terbanyak yaitu pendidikan dengan kategori
sedang sebanyak 26 orang dengan persentase 52%. Sedangkan ibu
anak balita yang menempuh pendidikan terakhir dengan kategori
tinggi hanya 4 orang saja dengan persentase 8%. Pendidikan yang
termasuk dalam kategori rendah adalah jika pendidikan terakhir ayah
SD dan ayah tidak memperoleh pendidikan sama sekali (tidak pernah
sekolah), sedangkan pendidikan yang termasuk dalam kategori
menengah yaitu jika pendidikan terakhir ayah adalah SMP/SMA dan
sederajatnya, dan pendidikan yang termasuk dalam kategori tinggi
yaitu jika pendidikan terakhir ayah adalah perguruan tinggi seperti
D3,D4/S1 dan sederajat. Hal tersebut menunjukan bahwa masih
sedikitnya ibu anak balita yang memiliki pendidikan tinggi. Kategori
pendidikan ibu akan mempengaruhi pengetahuan ibu dan secara tidak
langsung akan mempengaruhi pola asuh ibu. Ibu yang memiliki
pengetahuan baik maka akan baik pula dalam mendidik dan
mengasuh anak karena banyak nya informasi yang ibu dapatkan
dalam melakukan banyak hal sehingga ibu lebih mengerti dampak
dan konsekuensinya jika melakukan hal yang salah. hal tersebut juga
didukung oleh penjelasan Soetjiningsih (1995) yang menyatakan
bahwa pendidikan orang tua terkhusus ibu merupakan salah satu
faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan
pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara mengasuh anak yang baik,
bagaimana menjaga kesehatan anaknya dan sebagainya.

Dari pernyataan yang disampaikan Djami dalam pidatonya


yang berjudul “Iboe”, terungkap betapa pentingnya pendidikan
perempuan. Menjadi seorang ibu bukan berarti seorang perempuan
tak perlu mengenyam pendidikan tinggi. Menjadi seorang ibu justru
menuntut perempuan untuk memiliki pendidikan yang baik untuk
membesarkan anaknya kelak. Menjadi seorang ibu seharusnya bukan
penghalang pendidikan bagi perempuan tapi justru tuntutan
pendidikan yang tinggi (CNN Indonesia, 2018).

Berdasarkan data yang dihimpun Persagi 2013, ibu dengan


pendidikan rendah berisiko melahirkan anak stunting sebesar 42.7
persen. Sementara ibu dengan pendidikan tinggi atau mengenyam
pendidikan SMP hingga perguruan tinggi berisiko melahirkan anak
stunting sebesar 33.8 persen (Indriani, Ririn 2018).

4.2.1.3 Pekerjaan Keluarga


a. Identifikasi Pekerjaan Ayah
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu responden
mengenai pekerjaan ayah, maka didapatkan hasil yang tertera pada
tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi jenis pekerjaan kepala keluarga di Desa Tanipah


Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pekerjaan Ayah N %
PNS 3 6%
Swasta 10 20%
Karyawan 3 6%
Petani 22 44%
Pedagang 3 6%
Tukang 3 6%
Buruh 4 8%
Tidak bekerja 2 4%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang di lakukan di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 di
ketahuai bahwa sebagian besar bahkan hampir seluruh ayah anak
balita di Desa Tanipah bekerja. Pekerjaan ayah terbanyak adalah
sebagai petani yaitu sebanyak 22 orang dengan persentase 44%. Hal
ini di dukung oleh keadaan geografis desa yang banyak terdapat
sawah sehingga pekerjaan ayah anak balita terbanyak adalah sebagai
petani. Menurut Haniktarwiyyah Indonesia merupakan negara
agraris karena sebagian besar wilayahnya terdiri dari areal pertanian,
sehingga sebagian masyarakatnya bermata pencaharian dalam
bidang pertanian dan atau sebagai petani. Antara sektor pertanian
dengan pembangunan nasional pada dasarnya merupakan hubungan
yang saling berkaitan. Pembangunan nasional bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia yang sebagian
besar hidup di daerah pedesaan dengan mata pencaharian sebagai
petani.
Orang tua dengan pekerjaan yang layak akan mendapatkan
pendapatan yang tinggi pula, sehingga orang tua dengan
karakteristik seperti itu akan mengutamakan asupan gizi yang sesuai
untuk anaknya serta memberikan yang terbaik demi menunjang
tumbuh dan kembang anaknya (Faridha, 2017).

b. Identifikasi Pekerjaan Ibu


Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan responden
mengenai pekerjaan ibu, maka didapatkan hasil yang tertera pada
tabel berikut :
Tabel 4.9 Distribusi jenis pekerjaan ibu di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pekerjaan Ibu N %
PNS 1 2%
Pedagang 4 8%
Petani 7 14%
Karyawan 1 2%
Ibu Rumah Tangga 37 74%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang di lakukan di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 di
ketahuai bahwa pekerjaan ibu terbanyak adalah sebagai ibu rumah
tangga (IRT) yaitu sebanyak 37 orang dengan presentase 74%. Ibu
yang bekerja sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih
banyak untuk mengasuh anaknya, sehingga ibu dapat memenatau
secara maksimal tumbuh kembang anak dan memiliki waktu yang
efektif untuk buah hatinya yaitu 24 jam. Hal ini juga dijelaskan oleh
Pudjiadi (2003) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya KEP adalah para ibu yang
menerima pekerjaan tetap sehingga harus meninggalkan balitanya
dari pagi sampai sore, anak-anak terpaksa ditinggalkan dirumah
sehingga jatuh snakit dan tidak mendapatkan perhatian, dan
pemberian makanan tidak dilakukan sebagai mana mestinya.
Alangkah baiknya bila badan yang bergerak dibidang social
menampung bayi dan anak-anak kecil yang ditinggal bekerja
seharian penuh dibalai desa, masjid, geraja, atau tempat lain untuk
dirawat dan diberi makanan yang cukup baik.
Ibu rumah tangga merupakan pendidik pertama dalam
keluarga. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua, utamanya ibu,
merupakan inti dan pondasi dari pendidikan secara keseluruhan
sebelum nantinya akan menempuh pendidikan formal maupun hidup
dalam masyarakat. Untuk itulah diperlukan sosok ibu yang dapat
mencurahkan waktunya untuk keluarga, dan hal tersebut lebih akan
sering kita lihat pada sosok ibu rumah tangga. Seorang ibu yang
mengandung, melahirkan, menyusui, mengasuh, serta membesarkan
anak mempunyai kedekatan yang intim dengan anaknya. Dalam hal
ini, ibu yang paling tahu mengenai keadaan anak. Baik atau
buruknya keadaan anak pada waktu dewasa nanti tergantung pada
pendidikan yang diterimanya sewaktu masih kecil, terutama
pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu. Selain untuk
penanaman dan pembentukan karakter bagi anak, peran ibu rumah
tangga sangat besar bagi kelangsungan keluarganya. Ibu ibarat
manajer yang mengurus segala hal dirumah, mulai dari
pembelanjaan rumah tangga, makanan, hingga berbagai kebutuhan
lainnya diatur oleh seorang ibu.( Hilyatina Dhiya‟ul Qonita R 2013)

4.2.1.4 Identifikasi Jumlah Anggota Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu responden
maka didapat data jumlah anggota kelurga yang tertera pada tabel
berikut:
Tabel 4.10 Distribusi jumlah keluarga anak balita di Desa Tanipah
Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Jumlah Kepala N %
Keluarga
<4 orang 36 72%
5-7 orang 14 28%
>7 orang 0 0%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa jumlah anggota keluarga
terbanyak adalah <4 orang dengan jumlah 36 keluarga dan persentase
72%.
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup, akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima oleh anak. Lebih-lebih jika jarak anak terlalu
dekat. Menurut Apriadji (1986) jumlah anggota keluarga akan
berpengaruh terhadap konsumsi makanan yaitu jumlah dan distribusi
dalam rumah tangga. Dengan jumlah anggota keluarga yang besar diikuti
dengan distribusi makanan yang tidak merata, dengan asumsi orang
dewasa lebih banyak dari anak-anak akan menyebabkan anak balita
dalam keluarga dapat kekuranagn asupan.
BKKBN (1998) mengelompokan jumlah anak dalam keluarga
menjadi tiga, yaitu keluarga kecil ≤ 4 orang, sedang 5 – 7 orang, besar ≥
7 orang.

4.2.1.5 Identifikasi Jenis Kelamin Anak Balita


Distibusi responden berdasarkan jenis kelamin anak balita terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Distribusi jenis kelamin anak balita di Desa Tanipah
Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 28 56%
Perempuan 22 44%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecanmatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa anak
balita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang dengan presentase
56% dan balita berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang dengan
persentase 44%.
Dari data tersebut diketahui bahwa balita dengan jenis kelamin laki-
laki lebih banyak dibandingkan dengan balita dengan jenis kelamin
perempuan. Hal ini sesuai dengan tabel (penduduk Desa Tanipah) bahwa
jumlah balita dengan jenis kelamin laki-laki di Desa Tanipah lebih
banyak dibandingkan jenis kelamin perempuan.

Dari data Badan Pusat Statistik 2015 menyatakan bahwa jenis


kelamin terbanyak di Indonesia adalah laki-laki dengan rasio 11,02 dan
101. Jadi jika ada 100 orang perempuan maka ada 101 orang laki-laki,
itu dibuktikan dari Susenas pada tahun 2015 yaitu jumlah laki-laki
mencapai 128,1 juta jiwa sedangkan perempuan sebanyak 126,8 juta
jiwa.
4.2.2 Status Gizi Anak Balita
4.2.2.1 Identifikasi Status Gizi Menurut Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
penimbangan dan perhitungan BB, maka didapatkan data Berat Badan
Menurut Umur (BB/U) pada tabel berikut :
Tabel 4.12 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan BB/U di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Gizi Lebih 3 6%
Gizi Baik 44 88%
Gizi Kurang 2 4%
Gizi Buruk 1 2%
TOTAL 50 100%

Dari tabel penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa status
gizi anak balita menurut berat badan per umur (BB/U) terbanyak adalah
pada tingkat gizi baik yaitu sebanyak 44 orang dengan persendase 88%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir semua anak balita di Desa
Tanipah memiliki status gizi normal menurut berat badan per umur
(BB/U). Tetapi pada desa ini masih terdapat gizi buruk yaitu sebanyak 1
orang dengan persentase 2%
Pada responden yang mengalami gizi buruk, beberapa bulan terakhir
menunjukkan tidak adanya peningkatan berat badan secara signifikan,
hal tersebut di buktikan pada buku KMS/KIA anak tersebut dibawah
garis merah (BGM).
BB/U dapat digunakan sebagai indikator status gizi kurang saat
sekarang dan sensitif terhadap perubahan kecil dapat digunakan untuk
memonitor pertumbuhan dan pengukuran yang berulang dapat
mendeteksi Groot Taylor karena infeksi atau KEP (Syukriawati, 2011).
Munculnya kasus gizi kurang atau bahkan buruk diberbagai daerah
menurut Farid (2018) mencerminkan bahwa pemerintah daerah(Pemda)
kurang tanggap. Masalah gizi tidak menjadi prioritas pemda atau
kemungkinan pemda lupa terhadap masalah tersebut. Padahal, masalah
gizi merupakan masalah serius yang sangat menentukan kualitas bangsa.
Hal itu menyebabkan kasus anak-anak bergizi kurang terus terjadi. Dia
mengatakan, indikator peringatan dini kerawanan gizi dapat diketahui
melalui pengamatan pola konsumsi pangan ditingkat keluarga,
pengamatan kasus anak balita bergizi buruk, pengamatan indikator lokal
yang bisa berbeda antar daerah. Setiap kasus gizi buruk harus
diperlakukan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpukan bahwa di Desa Tanipah
terdapat kejadian luar biasa karena ada anak balita yang mengalami gizi
buruk.

4.2.2.2 Identifikasi Status Gizi Menurut Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
pengukuran dan perhitungan (BB/TB) , maka didapatkan data Berat
Badan Menurut Umur (BB/TB) pada tabel berikut :
Tabel 4.13 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan BB/TB di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Gemuk 2 4%
Normal 44 88%
Kurus 1 2%
Sangat Kurus 3 6%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa status
gizi anak balita menurut berat badan per tinggi badan (BB/TB) terbanyak
yaitu pada kategori gizi normal dengan jumlah 44 orang atau sama
dengan 88%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir semua anak
balita di Desa Tanipah memiliki status gizi normal menurut berat badan
per tinggi badan (BB/TB).

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.


Indeks BB/TB merupakan indeks independen terhadap umur. Merupakan
indikator untuk menilai status gizi saat ini dimana umur tidak perlu
diketahui. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui proporsi badan
gemuk, normal, dan kurus (Syukriawati, 2011).

4.2.2.3 Identifikasi Status Gizi Menurut Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
pengukuran dan perhitungan (TB/U) , maka didapatkan data Berat Badan
Menurut Umur (TB/U) pada tabel berikut :
Tabel 4.14 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan TB/U di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Tinggi 0 0%
Normal 37 74%
Pendek 9 18%
Sangat Pendek 4 8%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa status
gizi anak balita berdasarkan tinggi badan per umur (TB/U) terbanyak
adalah pada kategori gizi normal yaitu sebanyak 37 orang dengan
persentase 74% yang menandakan bahwa sebagin besar anak balita di
Desa Tanipah memiliki gizi yang normal menurut tinggi badan per umur
(TB/U).
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yang pendek. Pengaruh difisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama (supariasa, 2002)
Berdasarkan karekteristik tersebut, maka indeks ini mengambarkan
status gizi anak balita pada masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973)
menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan status gizi masa
lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi
(Supariasa, 2002)

4.2.2.4 Identifikasi Status Gizi Menurut Indeks Masa Tubuh Menurut Umur
(IMT/U)
Berdasarkan data antropometri yang dilakukan dengan proses
pengukuran dan perhitungan (IMT/U) , maka didapatkan data Berat
Badan Menurut Umur (IMT/U) pada tabel berikut :
Tabel 4.15 Distribusi status gizi anak balita berdasarkan IMT/U di Desa
Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Gemuk 0 0%
Normal 44 88%
Kurus 3 6%
Sangat Kurus 3 6%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa status
gizi balita menurut indeks massa tubuh per umur (IMT/U) terbanyak
dalam kategori normal, yaitu sebanyak 44 dari 50 orang anak balita.
Dengan persentase 88%.
IMT normal pada balita adalah jika hasil perhitungan masuk dalam
rentang ≥2 SD dan ≤-2 SD. Jika lebih dari 2 SD maka dampaknya dapat
membuat balita menjadi obesitas dan kemungkinan besar pada saat
dewasa balita tersebut juga obesitas. Jika hingga dewasa tetap obesitas
maka akan mudah menimbulkan berbagai macam penyakit lainnya.
Sedangkan jika IMT kurang dari -2SD maka dampaknya dapat membuat
balita gizi buruk sehingga menimbulkan tumbuh kembangnya akan
terganggu bahkan mudah terserang penyakit infeksi. IMT atau indeks
Quatelet merupakan salah satu bentuk pengukuran atau metode skrining
yang digunakan untuk mengukur komposisi tubuh yang diukur dengan
menggunakan berat badan dan tinggi badan yang kemudian diukur
dengan rumus IMT. IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan
antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Di Indonesia
IMT dikategorikan menjadi 4 tingkatan yaitu kurus, normal, gemuk dan
obesitas . (KEMENKES RI, 2014)

4.2.3 Tingkat Konsumsi Anak Balita


4.2.3.1 Identifikasi Asupan Energi
Berdasarkan hasil recall yang dilakukan selama 2 hari, maka
didapat data tingkat konsumsi energi anak balita pada tabel berikut :
Tabel 4.15 Distribusi berdasarkan tingkat konsumsi energi anak balita di
Desa Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Baik 11 22%
Sedang 2 4%
Kurang 3 6%
Defisit 34 68%
TOTAL 50 100%
Dari tabel penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui
bahwa tingkat konsumsi energi anak balita terbanyak adalah dalam
kategori defisit yaitu sebanyak 34 orang dengan persentase 68%, hal
tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anak balita kurang
mengonsumsi makanan tinggi energi. Padahal sebagian besar pekerjaan
ayah adalah petani sehingga pasokan beras dalam rumah tangga
sebagian besar tercukupi dengan baik, tetapi pada kenyataannya
sumber karbohidrat yang merupakan sumber energi utama itu tidak
dikonsumsi baik oleh anak balita.
Penyebab terjadi kurangnya konsumsi energi pada balita di
Desa Tanipah setelah dilakukan penelitian dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu kurangnya nafsu makan anak balita, kebiasaan orang tua
yang memberikan makanan ringan kepada anak balita sehingga anak
tidak nafsu makan untuk memakan makanan utama, dan kebiasaan ibu
yang memberikan makanan hanya pada saat anak meminta saja
sehingga tidak ada jadwal khusus untuk pola makan anak tersebut.
Faktor-faktor tersebut dilihat dari hasil pola asuh dan pengetahuan ibu
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konsumsi anak
balita.
Hal tersebut di dukung dari pernyataan yang mengatakan bahwa
Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pola
pangan ideal yang tertuang dalam pola pangan harapan. Energi sangat
penting bagi kelangsungan tubuh, terlebih bagi seorang balita. Energi
diperlukan untuk melakukan aktivitas, baik fisik maupun organ vital
tubuh manusia. Jika tidak tercukupi, dapat menimbulkan gejala klinis
pada balita. Setiap balita pasti memerlukan energi di dalam tubuhnya.
Energi yang dibutuhkan biasanya digunakan untuk memenuhi dan
menopang aktivitas, terutama aktivitas organ vital, seperti jantung,
paru, hati dan ginjal. Selain itu, energi juga dibutuhkan ketika
melakukan aktivitas fisik. Menurut ahli gizi Sopiyandi, S.Gz, MPH
pemenuhan energi balita memiliki perhitungan sendiri. Biasanya,
perhitungan ini disesuaikan dengan usia balita. Contohnya, pada usia
satu hingga tiga tahun, balita memerlukan 100kkal perkilogram berat
badan. Usia empat hingga lima tahun memerlukan 90 kkal perkilogram
berat badan. “Atau bisa juga menggunakan angka kecukupan gizi yang
telah dikeluarkan oleh Kemenkes, dimana usia 1 hingga 3 tahun
sebesar 1125 kkal dan usia 4 hingga 6 tahun sebesar 1600kkal,” ujar
Sopiyandi. Balita yang kerap mengalami kekurangan energi biasanya
disebabkan dari asupan makanan harian yang kurang. Kekurangan
inilah yang membuat energi akan berkurang. Terlebih pada balita yang
aktif, tetapi orang tuanya tidak memperhatikan makanan balita tersebut.
Selain asupan makanan harian, faktor massa pertumbuhan yang
pesat yang sering disebut masa emas (gold period), mau tidak mau juga
harus dipenuhi kebutuhan energi. Ketika tidak dipenuhi, pertumbuhan
dan perkembangan pasti akan terganggu dan balita lebih mudah
mengalami kesakitan.
Dosen jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Pontianak ini
mengaku, kekurangan energi dapat menimbulkan gejala klinis pada
balita. Mulai dari marasmus. Gejala klinis ini biasanya ditemukan
ketika balita mengalami kekurangan energy atau gizi buruk.
Gizi kurang masih menjadi masalah gizi utama di Indonesia.
Balita merupakan salah satu kelompok usia yang rentan mengalami
masalah gizi. Penyebab langsung terjadinya gizi kurang salah satunya
dipengaruhi oleh asupan zat gizi. Salah satunya yaitu asupan energi,
yang rendah menyebabkan pemanfaatan zat gizi tidak optimal dan
rentan mengalami penyakit infeksi.

4.2.3.2 Identifikasi Asupan Protein


Berdasarkan hasil recall yang dilakukan selama 2 hari, maka
didapat data tingkat konsumsi protein anak balita pada tabel berikut :
Tabel 4.16 Distribusi berdasarkan tingkat konsumsi protein anak balita
di Desa Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018
Kategori N %
Baik 31 62%
Sedang 7 14%
Kurang 5 10%
Defisit 7 14%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa
tingkat konsumsi protein anak balita terbanyak adalah pada kategori baik
yaitu sebanyak 31 orang dengan persentase 62%. Hal tersebut
dikarenakan mudahnya memperoleh bahan makanan sumber protein di
Desa Tanipah. Masih adanya konsumsi yang defist disebabkan
kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya memberikan sumber
protein dalam jumlah yang cukup kepada anak balita dilihat dari hasil
pengetahuan ibu dalam menjawab pertanyaan mengenai sumber protein
yang masih kurang baik.
Protein sangat penting bagi proses bagi tumbuh kembang anak.
Kebutuhan protein anak Indonesia berkisar di angka 0,85 - 1,52gr per
kilogram berat badan per hari. Oleh karena itu, jumlah protein yang
dikonsumsi balita harus sesuai dengan berat badannya. Seiring dengan
bertambahnya usia, angka pertumbuhannya akan melambat dan
kebutuhan protein per kilogramnya juga akan menurun. Pada anak yang
berusia 1-3 tahun, protein yang dibutuhkan adalah 5-20% dari total
kalori. Sedangkan, pada anak yang berusia 4 tahun ke atas, protein yang
dibutuhkan adalah 10-30% dari total kalori. Kekurangan asupan protein
secara konsisten pada masa tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
pertumbuhan linear, terlambatnya maturasi seksual, serta berkurangnya
akumulasi massa tubuh tanpa lemak.(Visakha, 2016)

4.2.3.3 Identifikasi Asupan Fe


Berdasarkan hasil recall yang dilakukan selama 2 hari, maka
didapat data tingkat konsumsi Fe anak balita pada tabel berikut :
Tabel 4.17 Distribusi berdasarkan tingkat konsumsi Fe anak balita di
Desa Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Baik 13 26%
Sedang 4 8%
Kurang 5 10%
Defisit 28 56%
TOTAL 50 100%

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa
tingkat konsumsi Fe pada anak balita terbanyak adalah dalam kategori
defisit yaitu sebanyak 28 orang dengan persentase 56%.
Masih rendahnya konsumsi Fe di Desa Tanipah karena
kurangnya pengetahuan ibu mengenai bahan makanan sumber zat besi
dan dampak dari kekurangan zat besi dalam tubuh anak balita. Hal
tersebut diketahui dari hasil pengetahuan ibu dalam menjawab
pertanyaan mengenai sumber bahan makanan zat besi.

Menrut Myta.2016 Zat besi mudah didapat secara alami dari


berbagai jenis sayuran, daging, buah, dan kacang-kacangan. Sumber
hewani maupun nabati yang mengandung zat besi diantaranya hati,
daging, unggas, atau ikan, kerang, telur, susu dan sayur-sayuran hijau
(bayam, Selada). Selain itu, zat besi juga terdapat di beberapa buah-
buahan dan kacang-kacangan seperti apel, semangka, aggur, dan jeruk.
Fe bahan makanan hewani (heme) lebih mudah diserap daripada Fe
nabati (non heme). Sumber terbaik zat besi berasal dari makanan ialah
hati, tiram, kerang, buah pinggang, daging tanpa lemak, ayam/itik dan
ikan. Kacang dan sayur yang dikeringkan adalah sumber iron yang baik
daripada tumbuhan. Myta.2016 juga menjelaskan jika anak kekurangan
zat besi maka akan mengganggu tumbuh kembangnya.
4.2.3.4 Identifikasi Asupan vitamin A
Berdasarkan hasil recall yang dilakukan selama 2 hari, maka
didapat data tingkat konsumsi vitamin A balita pada tabel berikut :
Tabel 4.18 Distribusi berdasarkan tingkat konsumsi vitamin A anak
balita di Desa Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2018
Kategori N %
Baik 46 92%
Sedang 0 0%
Kurang 1 2%
Defisit 3 6%
TOTAL 50 100%
Dari tabel penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa
tingkat konsumsi Vitamin A anak balita terbanyak dalam kategori baik
yaitu sebanyak 46 orang anak balita dengan persentase 92%.
Hal tersebut karena konsumsi sumber vitamin A yang baik
disebabkan karena konsumsi sumber vitamin A yang berasal dari hewani
maupun nabati cukup, umumnya sumber vitamin A yang dikonsumsi
seperti susu, telur ayam, wortel dan hasil fortifikasi seperti minyak goreng.
Vitamin A penting untuk keperluan jaringan-jaringan badan
sehingga menyebabkan kegiatan metabolisme dan fungsi-fungsi jaringan
berjalan dengan normal, serta untuk mencegah terjadinya penyakit
infeksi, campak, diare, ISPA dan lain-lain.
Menurut (Nia.2013) Vitamin A lebih banyak bersumber dari sayur
– sayuran dan buah – buahan, mentega, minyak ikan dan minyak kelapa
sawit, susu, telur, dll. Vitamin A berfungsi untuk proses pertumbuhan,
pembentukan indra penglihatan, untuk memelihara kulit, untuk
kesehatan gigi, melindungi dari infeksi, menangkal radikal bebas, dll.
Dan yang di butuhkan tubuh perharinya adalah Pria 900 mcg dan Wanita
700 mcg. Apabila kekurangan vitamin A akan mengalami buta senja,
mata kering, kulit kasar, pertumbuhan menjadi lamban, menurunnya
daya tahan tubuh,dll. Namun jika kelebihan akan mengalami cepat lelah,
rambut rontok, mual dan muntah dan pusing.

4.2.4 Tingkat Ekonomi Keluarga


4.2.4.1 Identifikasi Pendapatan Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden,
maka didapat hasil kategori pendapatan keluarga pada tabel berikut :
Tabel 4.19 Distribusi berdasarkan pendapatan keluarga anak balita di
Desa Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pendapatan N %
Tinggi 21 42%
Rendah 29 58%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa
pendapatan keluarga yang tergolong rendah sebanyak 29 keluarga
dengan persentase 58%, sedangkan untuk kategori tinggi sebanyak 21
orang atau sama dengan 42%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar keluarga anak balita memiliki pendapatan yang rendah.
Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain
tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Selain itu tingkat
pendapatan dapat menentukan pola makan. Keluarga dengan pendapatan
terbatas kemungkinan besar makanannya terutama untuk akan kurang
dapat memenihu kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Sebaliknya
semakin banyak mempunyai uang berarti semakain baik makanan yang
diperolehnya (FKM UI, 2007).

4.2.4.2 Identifikasi Pengeluaran Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden,
maka didapat hasil kategori pengeluaran keluarga pada tabel berikut :
Tabel 4.20 Distribusi berdasarkan pengeluaran keluarga anak balita di
Desa Tanipah Kecamatan Tanipah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pengeluaran N %
Dibawah rata-rata 28 56%
Diatas rata-rata 22 44%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa
pengeluaran keluarga yang tergolong di bawah rata-rata sebanyak 28
orang dengan persentase 56% dan yang diatas rata-rata 22 orang dengan
perentase 44%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
keluarga anak balita memiliki pengeluaran di bawah rata-rata. Pada
dasarnya pengeluaran yang dibawah rata-rata baik karena uang yang
lainnya dapat dialokasikan di masa yang akan datang atau bisa disebut
dengan tabungan masa depan. Tetapi yang terjadi di Desa Tanipah
adalah rendahnya pengeluaran keluarga karena rendahnya pula
pendapatan keluarga, sehingga keluarga hanya mampu membeli bahan
makanan seadanya tanpa mementingkan kebutuhan dari setiap individu
di rumah tersebut. Ini pula yang menjadikan hal mendasar dari defisitnya
ketersedian pangan keluarga dan konsumsi pangan anak balita.
Menurut Badan Pusat Statistik yang diupdate pada 22 maret 2018
menyatakan bahwa rata-rata pengeluaran masyarakat yang tinggal di
Desa perkepala keluarga sebulan pada tahun 2015 adalah Rp1.026.248.
sedangkan rata-rata pengeluaran keluarga anak balita di Desa Tanipah
sebesar Rp1.312.397, berarti pengeluaran di Desa Tanipah lebih banyak
di bandingkan dari data BPS.

4.2.5 Identifikasi Penyakit Infeksi


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, maka
didapat data mengenai penyakit infeksi yang diderita anak balita dalam kurun
waktu tiga bulan terakhir pada tabel berikut :
Tabel 4.21 Distribusi berdasarkan terjadinya penyakit infeksi dalam kurun
waktu 3 bulan terakhir dari bulan november pada anak balita di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Sakit N %
Tidak Pernah 14 28%
Pernah 36 72%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang di lakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastan Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa anak balita di
Desa tersebut rata-rata pernah menderita penyakit infeksi yaitu sebanyak 36
balita dengan presentase 72% anak balita.
Hal tersebut dikarenakan daya tahan tubuh anak belum kuat, selain itu
penyebab anak balita di Desa Tanipah sering sakit karena di Desa tersebut
masih banyaknya anak yang bermain bersama di ruang terbuka.
Sebelum usia 7 tahun, sistem kekebalan tubuh anak belum kuat
sepenuhnya. Selain itu, saluran pernapasan atas anak (termasuk telinga dan
bagian sekitarnya) belum sepenuhnya berkembang sampai setelah usia sekolah.
Sehingga, hal ini memungkinkan bakteri dan virus lebih bisa menyerang
imunitas anak Anda. (Arinda.2018).

4.2.6 Identifikasi Pola Asuh Ibu


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, maka
didapat pola asuh yang dilakukan oleh ibu kepada anak balitanya pada tabel
berikut :
Tabel 4.22 Distribusi berdasarkan pola asuh ibu pada anak balita di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pola Asuh Ibu N %
Baik 33 66%
Kurang Baik 17 34%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Tahun 2018
diketahui bahwa pola asuh ibu terhadap anak balita terbanyak adalah dalam
kategori baik yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 66%.
Hal ini karena baiknya pengetahuan ibu terkait cara mengasuh anak.
Pengetahuan ini bisa didapatkan turun temurun juga bisa dari edukasi-edukasi
yang secara tidak langsung dipelajari ibu, bisa dari kader,bidan, televisi, atau
buku-buku terkait hal tersebut. Karena pada dasarnya ibu selalu berusaha
memberikan yang terbaik untuk anaknya sehingga menimbulkan pola asuh
yang baik pula.
Menurut (Edwards, 2006), menyatakan bahwa “Pola asuh merupakan
interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat”.
Menurut (Edwards.2006) pola asuh juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu pendidikan ibu, lingkungan dan budaya. Dari hasil penelitian kami
pendidikan ibu rata-rata dalam kategori sedang sehingga pola asuhnya pun
baik pula, selain itu lingkungan dan budayanya pun mendukung pula dengan
pola asuh ibu yang baik.

4.2.7 Identifikasi Pengetahuan Ibu Terkait Gizi


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden, maka
didapat hasil kategori pengetahuan ibu pada tabel berikut :
Tabel 4.23 Distribusi berdasarkan pengetahuan ibu terkait gizi pada anak balita
di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pengetahuan Ibu N %
Baik 16 32%
Kurang baik 34 68%
TOTAL 50 100%
Dari tabel penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa pengetahuan
ibu terkait gizi terbanyak dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 34
responden dengan persentase 68 %.
Dengan pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang
mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Syarief dan Husaini
(2000), dalam Resentasi menambahkan bahwa pendidikan ibu rumah tangga
berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan, perilaku
memberi makan anak, sanitasi dan hygiene serta dalam mengelola sumber-
sumber (potensi) keluarga.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku dalam pemilihan makanan pada akhirnya akan berpengaruh pada
keadaan gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi tidak meadai, kurangya
pengertian tenang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang
tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulakn
masalah kecerdasan dan produktifitas. Peningkatan pengetahuan terkait gizi
bisa dilakaukan dengan progam pendidikan gizi yang dilakukan oleh
pemerintah. Progam pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya
(Soekirman 2000).
Akan tetapi di Desa Tanipah program pendidikan terkait gizi di
posyandu tidak berjalan dengan baik bahkan bisa dikatakan tidak terlaksana,
hal ini juga merupakan penyebab pengetahuan ibu terkait gizi sebagian besar
kurang baik. Hal ini juga didukung dari sebagian besar hasil pendidikan
terakhir ibu yang masih rendah dan menengah ditambah tidak adanya
pendidikan program gizi yang menyebabkan tidak ada lagi informasi yang
masuk sehingga pengetahuan ibu monoton dengan apa yang mereka ketahui
dari turun temurun atau dari jenjang pendidikan yang pernah mereka tempuh.
Oleh karena itu sangat penting bagi ibu untuk menambah pengetahuan terkait
gizi pada anak balita.

4.2.8 Identifikasi Kesehatan Lingkungan Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, maka
didapat data kesehatan lingkungan keluarga pada tabel berikut :
Tabel 4.24 Distribusi berdasarkan kesehatan lingkunga keluarga anak balita di
Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Kesehatan lingkungan N %
Baik 21 42%
Kurang baik 29 58%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa kesehatan
lingkungan keluarga terbanyak dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 29
keluarga dengan persentase 58%.
Hal ini dikarenakan kurangnya aplikasi dari pengetahuan yang ada,
padahal hasil dari jawaban pengetahuan ibu terkait kesehatan lingkungan
sudah cukup bagus hanya saja mereka tidak mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu sebagian besar keluarga menggunakan
jamban sungai sehingga dapat mencemari air yang biasa mereka gunakan
untuk mencuci peralatan makan, mandi dan gosok gigi.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) –
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia &
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat & bahagia. Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari
kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan bau.
Menurut Bulelengkab (2018) Manfaat menjaga kebersihan lingkungan
antara lain agar terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak
sehat, lingkungan menjadi lebih sejuk, bebas dari polusi udara, air menjadi
lebih bersih dan aman untuk di minum, lebih tenang dalam menjalankan
aktifitas sehari hari.
4.2.9 Identifikasi Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, maka
didapat data prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga pada tabel
berikut:
Tabel 4.25 Distribusi berdasarkan prilaku hidup bersih dan sehat keluarga anak
balita di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018
PHBS N %
Baik 26 52%
Kurang Baik 24 48%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui bahwa kategori
PHBS keluarga terbanyak pada tingkat baik yaitu sebanyak 26 keluarga
dengan persentase 52%.
Hal ini dikarenakan tingkat sebagian besar responden sudah mengerti
mengenai pentingnya berprilaku hidup bersih dan sehat.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota
rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya
penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat
dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat (Cahaya.2012).
Masyarakat harus mengerti dan melaksanakan PHBS karena rumah
tangga sehat merupakan aset atau modal utama pembangunan di masa depan
yang perlu dijaga, ditingkakan dan dilindungi kesehatannya. Angka kesakitan
dan kematian penyakit infeksi dan non infeksi dapat dicegah dengan PHBS
(Cahaya.2012).

4.2.10 Identifikasi Ketersediaan Pangan Keluarga


4.2.10.1 Ketersedian Energi
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden, maka
didapat data ketersediaan energi keluarga pada tabel berikut :
Tabel 4.24 Distribusi berdasarkan ketersediaan energi keluarga anak
balita di D6sa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Baik 40 80%
Sedang 3 6%
Kurang 0 0%
Defisit 7 14%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui
bahwa ketersediaan pangan energi keluarga terbanyak pada kategori
baik yaitu sebanyak 40 orang dengan persentase 80%.
Hal ini karena tingkat ketersediaan bahan makanan sumber
energi mudah didapat oleh masyarakat, sesuai dengan profil desa yang
menyatakan bahwa sebagian besar wilayah desa adalah persawahan
dan pekerjaan ayah sebagian besar adalah petani sehingga membuat
ketersediaan pangan energi mencukupi untuk seluruh keluarga,
walaupun dalam jumlah keluarga >4 orang.
Ketersediaan pangan di tingkat mikro sangat berhubungan
dengan ketersediaan makanan secara keseluruhan yang ditentukan oleh
produksi pangan dalam negeri, impor pangan komersial dan bantuan
pangan (FAO, 2006). Dimensi ketersedian pangan mencerminkan sisi
penawaran dan akan terpengaruh oleh faktor-faktor yang berdampak
pada penawaran pangan domestic dan kemampuan untuk membiayai
impor pangan (Barrett dan Lentz, 2009).
Menurut risky (2018) dampak dari kekurangan energi pada anak
balita secara berkelanjtan dapat menyebabkan anak menjadi gizi buruk.
4.2.10.2 Identifikasi Ketersediaan Protein
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan responden,
maka didapat data ketersediaan energi keluarga pada tabel berikut :
Tabel 4.27 Distribusi berdasarkan ketersediaan protein keluarga anak
balita di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018
Kategori N %
Baik 7 14%
Sedang 2 4%
Kurang 4 8%
Defisit 37 74%
TOTAL 50 100%
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala tahun 2018 diketahui
bahwa ketersediaan pangan protein keluarga terbanyak pada kategori
defisit yaitu sebanyak 37 keluarga dengan persentase 74%.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya keragaman bahan
makanan sumber hewani yang diperoleh ibu, padahal hasil pengamatan
kami di pasar tradisional di Desa Tanipah menjual berbagai macam
bahan makanan sumber protein hanya saja ibu anak balita seringkali
membeli bahan makanan sumber protein hewani hanya itu saja yaitu
ikan lajang dan sumber protein nabati yaitu tempe. Keadaan tersebut
dibuktikan dari hasil pengisisan kuesioner tentang ketersediaan pangan.
Pengaruh lain yang dapat mempengaruhi ketersediaan pangan
protein adalah jumlah keluarga, semakin banyak jumlah keluarga
dalam 1 rumah maka sumber bahan makanan akan terbagi pula
berdasarkan banyaknya orang yang tinggal dirumah tersebut.
Seharusnya pangan yang dibeli sama dengan kebutuhan pangan yang
dikonsumsi tetapi kebanyakan yang terjadi pada keluarga anak balita
adalah pangan yang dibeli lebih sedikit dibandingkan kebutuhan
pangan yang dikonsumsi sehingga terjadi pengurangan porsi pada tiap
anggota keluarga dan menyebabkan ketersediaan pangan protein
menjadi defisit.
Agboola dan Balcilar (2012) membuktikan bahwa jumlah
anggota rumah tangga yang lebih kecil dapat menjamin ketahanan
pangan rumah tangga. ukuran rumah tangga yang besar yang akan
menimbulkan dependency ratio (rasio ketergantungan) yang tinggi.
Semakin banyak anggota keluarga maka penghasilan keluarga akan
dibagi pada orang yang lebih banyak. Pembagian yang lebih banyak
akan membuat bagian yang diterima oleh setiap keluarga semakin
sedikit. Begitu pula dengan makanan, semakin banyak anggota
keluarga maka akan mempengaruhi jumlah konsumsi setiap anggota
rumah tangga (Mannaf, 2012).
Menurut ana rohmah.2015 jika anak balita kurang
mengonsumsi protein maka akan menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti marasmur, kwarsiorkoer, cachexia, dan sistem imun
yang menurun sehingga mudah sakit.
4.3 Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
4.3.1 Umur Anak Balita dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Tabel 4.28 distribusi umur anak balita di Desa Tanapiah Kecamatan


Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018.

Umur Anak Status Gizi


Jumlah
(bulan) Lebih Baik Kurang Buruk

N % N % N % N % N %

13-36 2 4 30 60 1 2 0 0 33 66

37-60 1 2 14 28 1 2 1 2 17 34

TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100

Dari table di ketahui bahwa rata-rata anak balita berumur 13-36 bulan,
sebanyak 33 orang (66%). dengan status gizi anak balita lebih sebanyak 2 orang
(4%), baik sebanyak 30 orang (28%), kurang sebanyak 1 orang (2%). Dan tidak
terdapat gizi buruk kecuali pada umur anak balita 37-60 bulan sebanyak 1 orang
(2%).

Hasil uji spearman di peroleh P = 0.389 dengan α = 0.05, maka dapat di


simpulkan bahwa P = 0.389 > α = 0.05 berarti bahwa H0 di terima atau
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur anak balita dengan status
gizi menurut indeks BB/U di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.

Tidak ada hubungan antara umur balita dengan status gizi balita
mengidentifikasi bahwa umur bukanlah factor yang mempengaruhi status gizi.
Factor-faktor yang berhubungan dengan status gizi adalah asupan zat gizi,
tingkat pendidikan formal ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan. (Suparisa, 2001). Meskipun tidak ada hubungan antara umur anak
balita dengan status gizi namun factor umur sangat penting dalam penentuan
status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprertasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak di sertai dengan dengan penentuan umur yang
tepat. (Supariasa, 2002).

4.3.2 Hubungan antara Umur Ibu dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Tabel 4.29 distribusi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan


umur ibu di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala
tahun 2018.

Umur Ibu Status Gizi


Jumlah
(tahun) Lebih Baik Kurang Buruk

N % N % N % N % N %

<20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20-35 3 6 29 58 1 2 1 2 34 68

>35 0 0 15 30 1 2 0 0 16 32

TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100

Dari table di ketahui bahwa rata-rata ibu berumur 20 -30 tahun.


Sebanyak 34 orang (68% ) dengan status gizi anak balita lebih sebanyak 3 orang
(6%), baik sebanyak 29 orang (58%), kurang sebanyak 1 orang (2%), dan buruk
sebanyak 1 orang (2%).

Hasil uji spearman di peroleh P = 0.402 dengan α = 0.05, maka deapat di


simpulkan bahwa P = 0.402 > α = 0.05 berarti bahwa H0 di terima atau
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur ih.6fbu dengan status gizi
anak balita menurut indeks BB/U di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala.

Tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi anak balita di
karenakan status gizi anak balita yang baik lebih banyak di bandingkan dengan
status gizi anak balita lebih, kurang, dan buruk. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa umur ibu tidak mempengaruhi status gizi anak balita.

Namun perempuan yang menikah diusia muda perlu menunda kehamilan


sampai usia 20 tahun dengan menggunakan alat kontrasepsi yang sesuai dan
tidak mengganggu kesehatannya. Agar anak yang di lahirkan bisa tumbuh
dengan status gizi baik. Sedangkan perempuan yang berusia >35 tahun
sebaiknya tidak melahirkan lagi dan dapat di atur menggunakan alat kontrasepsi
yang permanen (Unicef, 2002). Sebaliknya perempuan yang umurnya di atas 35
tahun akan lebih sering menghadapi kesulitan selama kehamilan dan pada saat
melahirkan serta akan mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya. (Unicef,
2002). Pada usia 20-40 tahun orang akan mencapai puncak kekuatan motorik
dan merupakan masa penyesuain diri terhadap kehidupan dan harapan social
baru yang berperan sebagai orang tua.

4.3.3 Hubungan Antara Pekerjaan Ayah dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.30 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan Pekerjaan


Ayah di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018

Pekerjaan Status Gizi


Jumlah
Ayah Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Karyawan 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0
Buruh 0 0 4 8 0 0 0 0 4 8
PNS 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
Petani 3 6 17 34 1 2 1 2 22 44
Pedagang 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
Tukang 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
Swasta 0 0 9 18 1 2 0 0 10 20
Tidak bekerja 0 0 2 4 0 0 0 0 2 4
TOTAL 3 6 44 82 2 4 1 2 50 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa hubungan pekerjaan ayah dengan status
gizi balita yang termasuk kategori lebih tinggi yaitu 22 orang atau 44%
pekerjaannya sebagai petani.

Hasil uji spearman di peroleh p= 0.532 dengan α=0.05, maka dapat


disimpulkan bahwa P=0.532>α(0.05) yang berarti Ho diterima menunjukkan
tidak ada hubungan antara Pekerjaan ayah dengan status gizi anak balita
menurut berat badan per umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala. Hal ini disebabkan kepala keuarga yang
sudah mempunyai pekerjaan tidak lagi dapat memberikan perhatian penuh
terhadap anak balitanya, apalagi untuk mengurusnya. Karena itu dalam sebuah
penelitian menunjukkan bahwa seringkali terjadi ketidaksesuaian antara
konsomsi zat gizi terutama energy dan protein dengan kebutuhan tubuh pada
kelompok anak yang berusia diatas 1 tahun (Moehji, 2015).

4.3.4 Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.31 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan Pekerjaan


Ibu di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018
Status Gizi
Pekerjaan Ibu Jumlah
Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
IRT
3 6 29 58 1 2 0 0 33 66
Pedagang
0 0 5 10 0 0 0 0 5 10
Petani
0 0 6 12 1 2 1 2 8 16
Karyawan
0 0 1 2 0 0 0 0 1 2
PNS
0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
TOTAL
0 0 44 30 1 2 1 2 50 100
Dari tabel diketahui bahwa hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi
balita yang paling tinggi termasuk kategori ibu tidak bekerja yaitu sebanyak
33 orang atau 66%. Ibu yang tidak bekerja status gizi balita baik 29 orang,
lebih 3 orang dan status gizinya kurang 1 orang.

Hasil uji spearman di peroleh p= 0.532 dengan α=0.05, maka dapat


disimpulkan bahwa P=0.086>α(0.05) yang berarti Ho diterima menunjukkan
tidak ada hubungan antara Pekerjaan ibu dengan status gizi anak balita
menurut berat badan per umur (BB/U) di di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih (2004),


menunjukkan sebagian besar ibu tidak bekerja dan sebagian kecilnya bekerja.
Penelitian lain yang dilakukan Herawati (2008) menyatakan tidak terdapat
hubungan antara kebiasaan makan anak dengan pekerjaan ibu.

Masalah gizi kurang pada balita juga terjadi pada sebagian keluarga yang
berkecukupan. Hal ini disebabkan oleh ibu yang bekerja dan harus merawat
atau mengurusu kelurganya , ibu yang memiliki banyak anak, ibu yang
mempunyai kegiatan atau kesibukan dari luar rumah, dan lain-lain. Ibu yang
sudah mempunyai pekerjaan penuh tidak lagi dapat memberikan perhatian
penuh terhadap anak balitanya, apalagi untuk mengurusnya.
Meskipun tidak semua ibu bekerja tidak mengurus anaknya, akan tetapi
kesibukan dan beban kerja yang ditanggungnya dapat menyebabkan
kurangnya perhatian ibu dalam menyiapkan hidangan yang sesuai untuk
balitanya. Karena itu didalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa
seringkali terjadi ketidaksesuaian antara konsumsi zat gizi terutama energy dan
protein dengan kebutuhan tubuh pada kelompok anak yang berusia diatas 1
tahun.

Distribusi pekerjaan responden menunjukkan sebagian besar responden


adalah ibu rumah tangga. Kondisi tersebut menyebabkan responden memiliki
waktu yang cukup untuk memberi perhatian kepada kondisi anaknya dan
memperhatiakn perkembangan kondisi kesehatannya termasuk perawatan
anaknya.

4.3.5 Hubungan Antara Pendidikan Ayah Dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.32 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U berdasarkan Pendidikn


Ayah di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018
Pendidikan Status Gizi
Jumlah
Ayah Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Rendah 2 4 17 34 1 2 1 2 21 42
Menengah 1 2 22 44 1 2 0 0 24 48
Tinggi 0 0 5 10 0 0 0 0 5 10
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel menunjukkan bahwa kepala keluarga dengan tingkat rata-ata
pendidikan paling tinggi yaitu 24 orang atau 48 % dengan kategori menengah,
yang memiliki status gizi lebih 1 orang ( 2%), gizi baik 22 rang (44%0), gizi
kurang 1 orang (2%).

Setelah dilakukan uji statistic menggunakan korelasi Spearman di peroleh


p(0.988) > α(0,05) yang berarti Ho diterima menunjukkan tidak ada hubungan
antara pendidikkan ayah dengan status gizi balita menurut berat badan per
umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia
menyerap informasi yang diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi
yang mana dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta pola
kebiasaan yang baik dan sehat (Handayani 1944 dalam Ernawati 2006).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Monalisa (2013) tentang hubungan


social ekonomi keluarga dengan status gizi pada anak usia pra sekolah 3-5
tahun di TK Gimin Baithani Koha yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan ayah dengan status gizi. Faktor lain yang
mempengaruhi status gizi seperti pola makan anak atau kebiasaan makan yang
diterapkan di rumah, maupun kondisi geografis desa, dan sebagainya dapat
menjadi pengaruh yang menyebabkan pendidikan ayah tidak terlalu signifikan
hubungannya dengan status gizi balita.

4.3.6 Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Tabel 4.33 distribusi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan


tingkat Pendidikan Ibu di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala Tahun 2018.
Status Gizi
Pendidikan
Jumlah
Ibu Lebih Baik Kurang Buruk

N % N % N % N % N %

Rendah 1 2 16 32 1 2 1 2 19 38

Menengah 2 4 23 46 1 2 0 0 26 52

Tinggi 0 0 5 10 0 0 0 0 5 10

TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100

Dari table di atas dapat di ketahui bahwa tingkat Pendidikan Ibu di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi pendidikan menegah yaitu 52% sebanyak 26 orang.

Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,479 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita menurut indeks BB/U di
Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.
Tingkat pendidikan ibu bukan penentu tingkat pengetahuan ibu,
pendidikan ibu rendah bukan berarti sebagai bukti bahwa pengetahuan ibu
juga ikut rendah begitupun sebaliknya, sikap dan perilaku ibu dalam memilih
makanan yang akan dikonsumsi oleh balita dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah tingkat pengetahuan seseorang tentang gizi sehingga dapat
mempengaruhi status gizi seseorang tersebut. Oleh karena itu, jika seorang ibu
memiliki pendidikan yang kurang maka asupan makanan yang akan diberikan
kepada balita belum tentu kurang tepat dan dapat mempengaruhi status balita
tersebut.

4.3.7 Hubungan Antara Jumlah Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Tabel 4.34 distribusi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan


jumlah keluarga di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018.
Status Gizi
Jumlah
Jumlah Keluarga Lebih Baik Kurang Buruk

N % N % N % N % N %

>7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 sampai 7 1 2 32 64 2 4 1 2 36 72

<4 2 4 12 24 0 0 0 0 14 28

TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa jumlah anggota keluarga di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi yaitu jumlah keluarga sebanyak 4-7 anggota keluarga yaitu
72% seberae 36 orang.

Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,071 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara jumlah keluarga dengan status gizi balita menurut indeks BB/U di Desa
Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.

Penelitian ini tidak sejalan dengan ungkapan Soetjiningsih (1995) yang


menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap
pertumbuhan anak. Keluarga besar ditambah sosial ekonomi kurang akan
mengakibatkan berkurangnya kasih sayang serta kebutuhan primernya seperti
makanan dan pakaian.

4.3.8 Hubungan Antara Jenis Kelamin Anak dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Tabel 4.35 distribusi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan jenis
kelamin anak di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018.

Jenis Kelamin Status Gizi


Jumlah
Anak Lebih Baik Kurang Buruk

N % N % N % N % N %

Laki-laki 2 4 25 50 1 2 0 0 28 56

Perempuan 1 2 19 38 1 2 1 2 22 44

TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100

Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa jenis kelamin anak balita di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi laki- laki yaitu 56% sebanyak 28 anak balita.

Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,411 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara jenis kelamin anak balita dalam keluarga dengan status gizi balita
menurut indeks BB/U di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.

Anak balita memiliki peluang yang sama untuk memiliki status gizi yang
baik dan tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin anak balita tersebut, hal ini bisa
dilihat dari hasil penelitian kali ini yang menyatakan tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dengan status gizi, mungkin status gizi balita bisa di
sebabkan oleh faktor lain.
4.3.9 Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.36 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pola Asuh Ibu


dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Status Gizi
Jumlah
Pola Asuh Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Kurang Baik 1 2 14 28 2 4 0 0 17 34
Baik 2 4 30 60 0 0 1 2 33 66
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pola asuh yang paling baik
adalah 33 orang atau 66%, sedangkan pengetahuan ibu yang kurang baik
adalah 17 orang atau 34%, dapat diketahui bahwa anak balita dengan pola asuh
kurang baik maupun baik sebagian besar sama-sama memiliki status gizi baik.
Hasil uj statistic correlation sperman, didapatkan p (0.420 ) > α (0.05) maka
Ho diterima sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pola
asuh dengan status gizi anak balita menurut indeks BB/U di Desa Tanipah
Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.

Hasil penelitian yang menunjukan bahwa ada hubungan yang positif


antara pola asuh dan status gizi dengan tingkat hubungan yang rendah, bahwa
masih banyak factor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak balita.
Oleh sebab itu merupakan suatu informasi bagi orang tua agar lebih
memperhatikan pola asuh dalam nutrisi yang adekuat dan seimbang,
perawatan kesehatan dasar hygiene diri dan sanitasi lingkungan juga selain hal
tersebut banyak factor lain yang dapat mempengaruhi status gizi anak balita
tersebut. Disamping ayah, ibu juga sebagai penentun kesejahteraan keluarga
melalui kegiatan sehari-hari didalam rumah tangga dan kegiatan diluar rumah
baik mencari nafkah maupun kegiatan sosial. Berbagai factor yang
mengakibatkan orang tua (pengasuh) yang kurang informasi yang didapat,
tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan yang mayoritas ibu rumah tangga,
rendahnya pendapatan sehingga membuat orang tua tidak terlalu perduli
tentang pola asuh yang dibutuhkan saat masih balita. Juga banyak orang tua
yang menganggap bahwa anak yang jarang sakit merupakan anak yang sehat
dan baik (Taufiqurrahman, 2013).

Pola asuh pemberian makanan oleh orang tua mempunyai hubungan yang
signifikasi terhadap status gizi anak balita. Semakin baik pola asuh yang
diberikan maka semakin baik satus gizi anak balita dan sebaliknya apabila ibu
memberikan pola asuh yang kurang baik dalam pemberian makanan pada anak
balita maka status gizi juga akan terganggu (Taufiqurrahman, 2013).

4.3.10 Hubungan pengetahuan Ibu denan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.37 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U berdasarkan Tingkat


Pengetahuan Ibu di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018
Pengetahuan Status Gizi Jumlah
Ibu Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Kurang Baik 2 4 12 24 1 2 1 2 16 32
Baik 1 2 32 64 1 2 0 0 34 68
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu
yang paling baik adalah 34 orang atau 68%, sedangkan pengetahuan ibu yang
kurang baik adalah 16 orang atau 32%, dapat diketahui bahwa anak balita
dengan pengetahuan ibu yang kurang baik maupun baik sebagian besar sama-
sama memiliki status gizi baik. Hasil uj statistic correlation sperman,
didapatkan p (0.986) > α (0.05) maka Ho diterima sehingga tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan status gizi anak
balita menurut indeks BB/U di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita


mengidentifikasikan bahwa pengetahuan bukanlah factor utama atau lansung
yang mempengaruhi status gizi anak balita seperti infeksi dan konsumsi
pangan (Kristianti dkk,2009).

Pada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi menurut indeks
BB/U sesuai dengan pernyataan Intan dkk (2016) bahwa tidak adanya
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi
menurut indeks BB/U. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena sebagian besar
tingkat pengetahuan ibu yang memiliki status gizi anak balita menurut indeks
BB/U di Desa Tanipah yaitu sebagian besar baik. Dan keselurahan hasil yang
didapatkan oleh peneliti tidak bertentangan dengan permyataan Ikti (2009)
yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula status gizi
balitanya, sedangkan hasil yang didapatkan di Desa Tanipah yaitu walaupun
tingkat pengetahuan ibu sebagian besar baik tetapi status gizi anak balita yang
didapatkan masih tergolong baik (Ikti, 2009).

Menurut teori Adriani & Wirjatmadi (2014) mengatakan semakin baik


tingkat pengetahuan ibu maka seharusnya semakin baik pula kemampuan ibu
dalam memberikan gizi balitanya. Namun pada penelitian ini tidak ada
hubungan tentang pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Karena factor
yang mempengaruhi status gizi balita menurut Adriani & Wirjatmadi (2014)
tidak hanya pengetahuan saja. Ada factor riwayat ASI ekslusif, dimana bila
dimasa bayi tidak mendapatkan ASI dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Factor nilai cerna makanan dapat
mempengaruhi gizi karena setiap makanan mempunyai nilai cerna yang
berbeda missal keras atau lembek. Factor status kesehatan gizi balita yang
sakit berbeda dengan balita yang sehat. Factor infeksi yang dapat
mempengaruhi metabolism makanan. Factor umur juga dapat mempengaruhi
status gizi karena semakin bertambahnya umur semakin meningkat pula
kebutuhan zat tenaga bagi tubuh. Hal ini tertentu saja mempengaruhi status
gizinya (Adriani & Wirjatmadi, 2014).

Informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan responden. Dengan


mendapatkan informasi yang benar, maka seseorang mungkin dapat
memahami serta mengaplikasikannya Pada penelitian ini hampir sebagian ibu
tidak mendapatkan informasi tentang status gizi pada anak balita. Hal ini
dijadikan alasan adanya status gizi kurang pada balita. Jadi, hasil penelitian
yang menunjukan tidak adanya hubungan pengetahuan Ibu tentang gizi dengan
status gizi anak balita, karena hampir sebagian ibu mempunyai tingkat
pengetahuan baik dan hampir sebagian anak balita mempunyai status gizi
normal/baik.
4.3.11 Hubungan PHBS dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.38 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U berdasarkan PHBS di


Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Prilaku Hidup Status Gizi Jumlah
Bersih dan Sehat Lebih Baik Kurang Buruk
(PHBS)
N % N % N % N % N %
Kurang Baik 1 2 20 40 2 4 1 2 24 48
Baik 2 4 24 48 0 0 0 0 26 52
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Sesuai tabel 4.50 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu yang
paling baik adalah 26 orang atau 52%, sedangkan pengetahuan ibu yang
kurang baik adalah 24 orang atau 48%, Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
balita dengan PHBS yang kurang baik maupun baik sebagian besar sama-
sama memiliki status gizi baik. Hasil uji statistic correlation sperman,
didapatkan p (0.106) > α (0.05) maka Ho diterima sehingga tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat PHBS dengan status gizi anak balita
menurut indeks BB/U di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bertujuan untuk menilai apakah
aktifitas pokok yang dijalankan oleh setiap individu, kelompok ataupun
masyarakat telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan memiliki dampak
yang diharapkan. Selain itu, melalui indikator perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dapat diketahui beberapa permasalahan yang menunjukkan keadaan
atau kecenderungan dari suatu hal agar dapat dijadikan sebagai pokok
perhatian (Depkes RI, 2007).

Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang dibantu oleh tenaga
ahli (dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya) dianggap lebih baik
dibandingkan dengan persalinan yang dibantu oleh dukun, famili/ lainnya
(BPPD dan BPS 2009). Kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk
(Hidayat dan Jahari 2012).

Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun merupakan cerminan


salah satu indikator PHBS. Menurut Rosidi dan Handarsari (2010) tangan
yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen
dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Mencuci tangan menggunakan
sabun sebelum makan dan setelah buang air bermanfaat untuk membunuh
kuman. Oleh karena itu kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan
sabun perlu mendapat prioritas yang tinggi, walaupun hal tersebut sering
disepelekan. Kebiasaan tidak merokok dan olahraga teratur merupakan
indikator termasuk PHBS. Dengan kebiasaan untuk tidak merokok diharapkan
secara tidak langsung dapat meningkatkan status gizi keluarga.

4.3.12 Hubungan Kesehatan Lingkungan dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.39 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U berdasarkan PHBS di


D
e
Status Gizi
s Kesehatan
Jumlah
a Lingkungan
Lebih Baik Kurang Buruk
T
a N % N % N % N % N %
n
i Kurang
p Baik 2 4 26 52 0 0 1 2 29 58
a
h Baik 1 2 18 36 2 4 0 0 21 42
K
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
e
c
amatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018
Pada tabel 4.51 dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan lingkungan yang
paling baik adalah 21 orang atau 42%, sedangkan pengetahuan ibu yang
kurang baik adalah 29 orang atau 58%, dapat diketahui bahwa balita dengan
kesehatan lingkungan yang kurang baik maupun baik sebagian besar sama-
sama memiliki status gizi baik. Hasil uj statistic correlation sperman,
didapatkan p (0.439) > α (0.05) maka Ho diterima sehingga tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat kesehatan lingkungan dengan status
gizi balita menurut indeks BB/U di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana
Kabupaten Barito Kuala.

Lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk

Pernah Status Gizi Jumlah


Sakit

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan


hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar. Pada dasarnya kesehatan
lingkungan dapat mempengaruhi status gizi balita namun kesehatan
lingkungan buka satu-satunya factor yang mempengaruhi status gizi karena
masih banyak factor-faktor lain seperti penyakit infeksi dan konsumsi
makanan (Lartiana,2006).

Meskipun tidak ada hubungan antara kesehatan lingkunga dengan status


gizi balita menurut indeks BB/U di Desa Tanipah, kesehatan lingkungan tetap
harus diperhatikan karena lingkungan yang sehat akan mencegah timbulnya
penyakit infeksi yang mana penyakit dapat menggangu penyerapan zat gizi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada
suatu daerah disebabkan karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat
hamil dan perawatan bayi, serta perilaku kesehatan lingkungan ) dan faktor
kesehatan lingkungan.

4.3.13 Hubungan Antara Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Lebih Baik Kurang Buruk Tabel
4.39
N % N % N % N % N %
Iya 0 0 34 68 1 2 1 2 36 72
Tidak 3 6 10 20 1 2 0 0 14 28
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100

Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U berdasarkan Penyakit Infeksi di Desa


Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018

Dari tabel diatas diketahui bahwa kategori status gizi balita lebih dengan
penyakit infeksi balita yang pernah sakit sebanyak 3 orang, baik sebanyak 44
orang, kurang sebanyak 2 orang dan buruk sebanyak 1 orang. Setelah di
lakukan uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman di peroleh p(0.68) >
α(0,05) yang berarti Ho diterima menunjukkan tidak ada hubungan antara
penyakit infeksi dengan status gizi balita menurut berat badan per umur
(BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba


pathogen, dan bersifat dinamis. Secara umum proses terjadinya penyakit
melibatkan 3 faktor yang saling berinteraksi yaitu: factor penyebab penyakit
(agen), factor manusia atau pejamu (host), dan factor lingkungan .

Masah gizi pada anak usia ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (2008). Yang menyatakan bahwa anak pada usia dini berada pada
perkembangan kritis terutama perkembangan otak, sehingga membutuhkan zat
gizi yang baik, namun karena berbagai masalah mengakibatkan timbulnya
berbagai masalah gizi pada anak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Nakamoro (2010) bahwa


penyakit infeksi tidak berpengaruh terhadap kejadian gizi kurang di sebabkan
oleh adanya tindakan pencegahan yang secara dini dilakukan untuk mencegah
balita mendapatkan gizi kurang seperti melalui pemberian ASI eksklusif. Jadi
walaupun balita mengalami penyakit infeksi, dengan memiliki kekebalan
imunitas tubu8h untuk memerangi penyakit infeksi yang ada. Sehingga
penyakit infeksi tidak sampai berlangsung lama dan mempengaruhi kondisi
status gizi.

Hal ini dikarenakan tidak hanya penyakit infeksi saja yang


mempengaruhi status gizi pada balita, karena masih banyak factor lainnya.

4.3.14 Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi Anak Balita (BB/U)

Tabel 4.40 distribusi anak balita menurut indeks BB/U berdasarkan


Asupam Energi di Desa Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala Tahun 2018.
Status Gizi
Jumlah
Hasil Recall Energi Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Baik 1 2 9 18 1 2 0 0 11 22
Sedang 0 0 3 6 1 2 0 0 4 8
Kurang 0 0 8 16 0 0 0 0 8 16
Defisit 2 4 24 48 0 0 1 2 27 54
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari table di atas dapat di ketahui bahwa asupan energi anak balita di Desa
Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala yang berada pada
kategori tertinggi yaitu asupan energi defisit 54% sebanyak 27 anak balita.

Hasil uji spearman di peroleh nilai p = 0,545 > α (0.05), maka dapat di
simpulkan bahwa H0 di terima atau menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara asupan energi dengan status gizi balita menurut indeks BB/U di Desa
Tanapiah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala.

Makanan yang dikonsumsi oleh suatu ke lompok sosial individu dari segi
kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh banyak hal yang saling terkait. Untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis maupun psikologis juga untuk memenuhi rasa
lapar. Yang memandakan bahwa gizi yang diperlukan oleh tubuh tidak
mencukupi lagi adalah rasa lapar dan dahaga. Usaha untuk mengatasi rasa
lapar sebenarnya juga diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup,
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh, pertumbuhan (pada bayi dan anak) dan
pergantian sel-sel dan jaringan yang rusak. Zat gizi yang di konsumsi harus
sesuai dengan kebutuhan dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga dapat memberikan kesehatan, kegairahan dan kekuatan
dalam bekerja (Khumaidi, 1994).

4.3.15 Hubungan Antara Konsumsi Protein dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.41 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan Konsumsi


Protein di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2018
Hasil Recall Status Gizi
Jumlah
Protein Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Baik 1 2 28 56 2 4 0 0 31 62
Sedang 1 2 6 12 0 0 0 0 7 14
Kurang 1 2 3 6 0 0 1 2 5 10
Defisit 0 0 7 14 0 0 0 0 7 14
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa balita yang mengkonsumsi
perotein baik adalah 31 orang atau 62% yaitu balita dalam kategori konsumsi
protein diatas rata-rata, karena dapat dilihat dari riwayat makan balita yang
dominan mengkonsumsi bahan makanan yang umumnya mengandung perotein
tinggi seperti telur dan ikan.

Setelah di lakukan uji statistic menggunakan uji korelasi spearman di


peroleh p(0.569) > α(0.05) yang berarti Ho diterima menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi balita menurut berat
badan per umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Angela, dkk
(2016) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan protein dengan status gizi menurut BB/U pada anak balita di
Wilayah kerja Puskesmas Kombos Kota Manado.

4.3.16 Hubungan Antara Konsumsi Vitamin A dengan Status Gizi Balita (BB/U)
Tabel 4.42 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan Konsumsi
Vitamin A di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala
Tahun 2018
Hasil Recall Status Gizi
Jumlah
Vitamin A Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Baik 3 6 40 80 2 4 1 2 46 92
Sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kurang 0 0 1 2 0 0 0 0 1 2
Defisit 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa balita dengan konsumsi vitamin A yang
paling tinggi adalah 46 orang atau 92% yaitu dalam kategori Konsumsi
vitamin A diatas rata-rata atau baik, karena dilihat dari riwayat makan balita
yang rata-rata mengkonsumsi telur seperti yang kita ketahui pada kuning telur
mengandung vitamin A (retinol) tinggi.

Setelah di lakukan uji statistic menggunakan uji korelasi spearman di


peroleh p(1) > α(0.05) yang berarti Ho diterima menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita menurut berat
badan per umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Rismiati
(2016) yang menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan
antara jumlah konsumsi vitamin A dengan status gizi balita menurut BB/U di
wilayah Posyandu Gonilan Kota Surakarta. dan dari hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian lain oleh Sasmita,D.N (2011) yang menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin A dengan status gizi balita
berdasarkan persentil BB/U.

Menurut Almatsier et al (2011) vitamin A terdapat dalam pangan hewani (


hti, telur, susu, mentega, dan kuning telur) sedangkan karoten didalam pangan
nabati (sayur dan buah berwarna kuning jingga). Pangan sumber vitamin A
yang paling banyak di konsumsi oleh subjek anak balita pada penelitian ini
adalah dari kuning telur ayam dan sumber beta karoten dari bayam dan Wortel.
4.3.17 Hubungan Antara Konsumsi Fe dengan Status Gizi Balita (BB/U)

Tabel 4.43 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan Konsumsi


Fe di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun
2018
Hasil Recall Status Gizi
Jumlah
Fe Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Baik 1 2 10 20 1 2 1 2 13 26
Sedang 0 0 4 8 0 0 0 0 4 8
Kurang 2 4 6 12 0 0 0 0 8 16
Defisit 0 0 24 48 1 2 0 0 25 50
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa balita dengan konsumsi zat besi yang
paling tinggi adalah 25 orang atau 50% yaitu dalam kategori Konsumsi zat
besi defisit, hal tersebut dikarenakan juka dilihat dari riwayat makan balita
yang jarang mengkonsumsi sayuran berwarna hijau, seperti yang kita ketahui
sayuran berwarna hijau banyak mengandung zat besi (Fe).

Setelah di lakukan uji statistic menggunakan uji korelasi spearman di


peroleh p(0.350) > α(0.05) yang berarti Ho diterima menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan Fe dengan status gizi balita menurut berat badan
per umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito
Kuala.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Sunarti
(2014) yang menunjukkan bahwa ada hubungan anatara asupan zat besi
dengan status gizi balita BB/U di Kelurahan Semanggi, Surakarta.

Zat besi yang terdapat dalam sel tubuh berperan penting dalam
pembentukan sel darah merah. Dan sel darah merah diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen berperan dalam
pembentukan energy yang berpengaruh dalam status gozo seseorang.
(Almatsier,2009)

4.3.18 Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Energi Keluarga dengan Status Gizi
Balita (BB/U)
Tabel 4.44 Distribusi Balita Menurut Indeks BB/U Berdasarkan
Ketersediaan Pangan Energi Keluarga di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala Tahun 2018.

Ketersediaan Status Gizi


Jumlah
Pangan Energi Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Baik 3 6 35 70 1 2 1 2 40 80
Sedang 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Defisit 0 0 6 12 1 2 0 0 7 14
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas diketahui bahwa balita dengan ketersediaan pangan
energi keluarga paling tinggi adalah 40 orang atau 80% yaitu dalam kategori
Konsumsi energy baik atau diatas rata-rata.

Setelah di lakukan uji statistic menggunakan uji korelasi spearman di


peroleh p(0.302) > α(0.05) yang berarti Ho diterima menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara asupan energy dengan status gizi balita menurut berat
badan per umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala.

Ketersediaan energy di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten


Barito Kuala Sangat bagus. Karena sebagian besar mata pencaharian
penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor agribisnis holtikura
jeruk berbasis padi,ternak dan perkebunan. Sehingga kebutuhan akan zat
gizi energy terpenuhi dengan baik.

4.3.19 Hubungan Ketersedian Pangan Protein dengan Status Gizi


Tabel 4.45 Distribusi balita menurut Indeks BB/U berdasarkan
ketersediaan Protein di Desa Tanipah Kecamatan Mandastana Kabupaten
Barito Kuala Tahun 2018
Status Gizi
Jumlah
Ketersediaan Protein Lebih Baik Kurang Buruk
N % N % N % N % N %
Defisit 0 0 6 12 1 2 0 0 7 14
Sedang 0 0 3 6 0 0 0 0 3 6
Baik 3 6 35 70 1 2 1 2 40 80
TOTAL 3 6 44 88 2 4 1 2 50 100
Dari tabel diatas dapat diketahui keluarga dengan konsumsi protein yang
paling tinggi adalah 40 orang dengan persentase 80% yaitu keluarga dalam
kategori ketersediaan protein baik. Sedangkan keluarga yang mengonsumsi
protein paling rendah adalah 3 orang dengan persentase 6% yaitu keluarga
dalam kategori ketersediaan protein sedang.

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji Korelasi Spearman


diperoleh p (0,324) > ɑ (0,05) yang berarti Ho diterima dan menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan protein dengan status gizi anak
balita menurut berat badan per umur (BB/U) di Desa Tanipah Kecamatan
Mandastana Kabupaten Barito Kuala.

Hal ini mungkin dikarenakan ketersediaan bahan makanan lauk hewani


yang mudah diperoleh baik dari pasar tradisional maupun dari memancing, oleh
karena itu sebagian besar anak balita di Desa Tanipah memiliki status gizi baik
menurut berat badan per umur (BB/U).

Ketersediaan pangan salah satunya digambarkan oleh ketersediaan


protein. Protein adalah zat pembangun dalam tubuh manusia sehingga sangat
penting bagi anak balita yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Hasil diatas sejalan dengan hubungan ketersediaan pangan dengan status


gizi dapat ditunjukkan oleh konsep yang dikeluarkan oleh UNICEF bahwa
ketersediaan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga akan mempengaruhi
makanan yang dikonsumsi semua anggota keluarga dan selanjutnya status gizi
yang baik atau seimbang dapat diperoleh tubuh untuk tumbuh kembang,
aktifitas, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan penyakit, dan
proses biologis lainnya.

Tingkat ketersediaan pangan dalam penelitian ini merupakan hasil


perbandingan konsumsi pangan keluarga dalam bentuk energi dan protein
dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. Akg yang dianjurkan
merupakan ukuran kecukupan zat gizi rata-rata setiap hari dengan
mempertimbangkan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas.
Perhitungan ketersediaan pangan (protein) keluarga dalam penelitian ini diukur
dengan memperhatikan jumlah anggota keluarga.

Anda mungkin juga menyukai