Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Misma Ulya
P07131216114
2019
Kata Pengantar
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kelompok umur 7-9 tahun dan kelompok umur 10-12 tahun (Hardiansyah dan
Tambunan, 2004).
Pada golongan usia sekolah khususnya usia sekolah dasar (SD), sejak
bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur di malam hari, waktu yang
dimiliki anak lebih banyak dihabiskan di luar rumah baik di sekolah maupun
ditempat bermain. Hal ini mempengaruhi kebiasaan waktu makan mereka yaitu
pada umumnya ketika lapar anak lebih suka jajan (Sihadi, 2004). Anak membeli
jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa memikirkan bahan-bahan
yang terkandung di dalamnya (Judarwanto, 2008).
Secara umum kebiasaan makan adalah tiga kali sehari, yaitu sarapan pagi,
makan siang dan makan malam. Namun demikian anak cenderung membeli
makanan jajanan. Anak usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi
dan sehat, orang tua khususnya ibu harus menyediakan makanan yang disukai
anak sehingga anak mau untuk sarapan pagi sebelum ke sekolah. Kebiasaan
makan pagi sangat bermanfaat sebagai sumber tenaga untuk anak dalam belajar.
Anak sekolah mempunyai banyak aktivitas sehingga sering melupakan waktu
makan. Anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan sepertiga waktunya di
sekolah. Pada tahap ini, anak mendapat peluang yang lebih banyak untuk
memperoleh makanan, terutama yang diperolehnya di luar rumah sebagai
makanan jajanan. Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan
mereka untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri.
Ketersediaan makanan di tempat-tempat umum memungkinkan anak untuk lebih
banyak mengkonsumsi makanan jajanan. Makanan jajanan akan dapat melengkapi
dan menambah kecukupan gizi seseorang apabila makanan jajanan yang
dikonsumsi terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Makanan jajanan
memberikan kontribusi masing-masing sebesar 22,9% dan 15,9% terhadap
keseluruhan asupan energi dan protein anak sekolah dasar. Penelitian lainnya pada
anak sekolah menyebutkan makanan jajanan menyumbang energi 36%, protein
29%, dan zat besi 52%.
Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi
perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah.
Makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau
2
kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang (Februhartanty dan Iswaranti, 2004).
Survei oleh BPOM tahun 2004 di sekolah dasar (seluruh Indonesia) dan
sekitar 550 jenis makanan yang diambil untuk sampel pengujian menunjukkan
bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan keamanan.
Disebutkan bahwa 56% sampel mengandung rhodamin dan 33% mengandung
boraks. Survei BPOM tahun 2007, sebanyak 4.500 sekolah di Indonesia,
membuktikan bahwa 45% jajanan anak sekolah berbahaya (Suci, 2009).
Anak harus dibiasakan untuk membawa bekal dari rumah. Hal ini berguna
agar anak tidak membeli makanan yang kemungkinan tidak higienis. Makanan
yang dibawa anak dari rumah juga harus mempunyai nilai gizi yang seimbang
agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi.
Dari berbagai permasalahan di atas, maka sangat penting untuk
memperhatikan asupan gizi anak sekolah, agar anak mempunyai asupan enegi dan
zat gizi yang cukup untuk aktivitas sehari-hari. Untuk menghindari anak jajan
sembarangan pada saat di sekolah, maka perlu diberikan penanaman pola piker
yang baik tentang makanan sehat baik dari orang tua, sekolah, masyarakat
maupun oleh sektor kesehatan. Sangat penting memberikan bekal sekolah yang
memenuhi gizi seimbang bagi anak sekolah, selain memberikan tambahan asupan
energi dan zat gizi, bekal yang dibawa oleh anak dapat lebih terjamin
keamanannya dibandingkan makanan yang dijual di sekitar sekolah yang belum
tentu terjamin keamanan dan kebersihannya sehingga dapat menyebabkan anak
sakit seperti terkena diare atau terkena penyakit lain seperti kanker karena
makanan jajanan yang dikonsumsi mengandung BTP yang berlebihan. Anak
sekolah adalah generasi penerus perjuangan bangsa, sehingga pada pengembangan
resep ini, kami membuat bekal yang dapat memenuhi kebutuhan anak sekolah
khususnya untu memberikan asupan sebelum anak makan siang di rumah.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana
pengembangan resep untuk snack bergizi anak sekolah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah
generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas
anak-anak saat ini. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta
benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan
makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering
timbul masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan
menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak
organ-organ dan sistem imun tubuh anak (Judarwanto, 2006).
6
Pada usia sekolah dasar anak akan mencari jati dirinya dan akan
sangat mudah terpengaruh lingkungan sekitarnya, terutama teman sebaya
yang pengaruhnya sangat kuat seperti anak akan merubah perilaku dan
kebiasaan temannya, termasuk perubahan kebiasaan makan (Moehyi
1996).
Peranan orangtua sangat penting dalam mengatur aktivitas anaknya
sehari misalnya pola makan, waktu tidur, dan aktivitas bermain anak
(Moehyi 1996). Pola makan yang sehat dibutuhkan anak-anak untuk
mendapatkan gizi yang seimbang. Keseimbangan gizi yang didapat
melalui pola makan yang sehat akan berpengaruh positif terhadap
kesehatan serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).
Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka mendapat
gizi yang cukup dari makanan yang dikonsumsinya. Orang tua harus
menanamkan kepada anak tentang betapa pentingnya pola makan yang
sehat bagi tubuh manusia. Makanan apa saja yang harus dikonsumsi anak
dan yang tidak boleh dikonsumsi harus ditanamkan sejak dini kepada anak
agar ketika di sekolah atau bermain, anak tidak mengkonsumsi jajanan
yang tidak sehat. Penanaman pola makan yang sehat kepada anak dapat
dilatih melalui pembiasaan di dalam keluarga. Selain itu, anak harus
dibiasakan untuk membawa bekal dari rumah. Hal ini berguna agar anak
tidak membeli makanan yang kemungkinan tidak higienis. Makanan yang
dibawa anak dari rumah juga harus mempunyai nilai gizi yang seimbang
agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi.
Data statistik Depkes tahun 2004 mengatakan 5,1 juta anak
Indonesia mengalami kurang gizi dan gizi buruk. Pada tahun 2004
sebanyak 3,3 juta anak mengalami gizi kurang, dan 944.000 mengalami
risiko gizi buruk. Pada tahun 2007 4,1 juta balita mengalami malnutrisi,
sebanyak 3,38 juta mengalami gizi kurang, dan 755.000 dengan risiko gizi
buruk (Wiwan, 2008). Gizi buruk yang terjadi pada usia muda membawa
dampak negatif pada anak antara lain: anak mudah menderita kelelahan
mental, sukar berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi
turun. Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam
7
bentuk indikator yaitu berupa nilai, indeks prestasi studi, angka kelulusan,
predikat kelulusan, dan semacamnya (Azwar, 2002).
Anak sekolah membutuhkan makanan yang cukup secara kuantitas
dan kualitas agar memiliki keadaan atau status gizi yang baik. Salah satu
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia golongan anak sekolah
adalah dengan menyediakan makanan jajanan yang bergizi guna
memenuhi kebutuhan tubuh selama mengikuti pelajaran di sekolah.
Anak sekolah merupakan konsumen makanan yang telah aktif dan
mandiri dalam menentukan makanan yang dikehendakinya, baik makanan
jajanan di sekolah maupun di tempat penjualan lainnya. Anak sekolah
umumnya setiap hari menghabiskan sepertiga waktunya di sekolah. Pada
tahap ini, anak mendapat peluang yang lebih banyak untuk memperoleh
makanan, terutama yang diperolehnya di luar rumah sebagai makanan
jajanan. Mereka memiliki kebebasan untuk menggunakan uang jajan
mereka untuk makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sendiri.
Ketersediaan makanan di tempat-tempat umum memungkinkan anak untuk
lebih banyak mengkonsumsi makanan jajanan.
Makanan jajanan akan dapat melengkapi dan menambah
kecukupan gizi seseorang apabila makanan jajanan yang dikonsumsi
terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Makanan jajanan memberikan
kontribusi masing-masing sebesar 22,9% dan 15,9% terhadap keseluruhan
asupan energi dan protein anak sekolah dasar. Penelitian lainnya pada anak
sekolah menyebutkan makanan jajanan menyumbang energi 36%, protein
29%, dan zat besi 52%.2 Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan
sangat populer dikalangan anak-anak sekolah.
Kebiasaan jajan tersebut sangat sulit untuk dihilangkan. Biasanya
makanan jajanan yang mereka sukai adalah makanan dengan warna,
penampilan, tekstur, aroma dan rasa yang menarik. Mereka juga pada
umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat gizinya
kurang beragam yaitu hanya terdiri dari karbohidrat saja atau karbohidrat
dan lemak (minyak). Kegemaran anak-anak akan hal yang manis dan gurih
dan sering dimanfaatkan oleh para penjual untuk menarik perhatian anak-
8
anak. Makanan jajanan yang ditawarkan belum tentu menyehatkan, karena
kebanyakan dari penjual makanan jajanan belum sepenuhnya
memperhatikan kebersihan, keamanan dan kandungan gizi makanan yang
dijajakan.
Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
menyebutkan bahwa makanan jajanan anak SD yang berharga murah dan
berbentuk makanan basah siap konsumsi yang dijual pedagang di sekitar
lokasi sekolah masih dicampur dengan berbagai zat berbahaya.
9
Cara pemberian makan pada anak yang tidak tepat dapat
menjadikan anak sulit makan, contohnya memberikan makanan dengan
kasar atau dengan marah-marah, suka memaksa anak untuk cepat-cepat
menghabiskan makanan setiap kali makan, memberikan makan terlalu
banyak, menetapkan banyak aturan yang harus dilakukan anak pada saat
makan, dan waktu yang tidak tepat (Widodo, 2009).
10
suatu kelompok umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh tertentu pada
tingkat aktivitas sedang. Angka kecukupan energi dan protein pada anak
usia sekolah dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Angka Kecukupan Energi dan Protein pada Anak Usia Sekolah
2.7 Sukun
Buah sukun berbentuk bulat atau agak lonjong dengan diameter kurang
lebih 25 cm. Warna kulit buah hijau muda sampai kekuning-kuningan. Ketebalan
kulit antara 1-2 mm. Buah muda berkulit kasar dan buah tua berkulit halus.
Daging buah berwarna putih agak krem, teksturnya kompak dan berserat halus.
Rasanya agak manis dan memiliki aroma yang spesifik. Tangkai buah sekitar 5
cm. Berat buah sukun dapat mencapat 1 kg per buah (Direktorat Jendral Bina
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003).
sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Rosales
Keluarga : Moraceae
Suku : Artocarpus
Spesies : Artocarpus altilis Park.
11
Buah sukun mengandung berbagai jenis zat gizi utama yaitu karbohidrat
25 %, protein 1,5 % dan lemak 0,3 % dari berat buah sukun (Direktorat Jendral
Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003). Selain itu buah sukun
juga banyak mengandung unsur-unsur mineral serta vitamin yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Unsur-unsur mineral yang terkandung dalam buah sukun
antara lain adalah Kalsium (Ca), Fosfor (P) dan Zat besi (Fe), sedangkan vitamin
yang menonjol antara lain adalah vitamin B1, B2 dan vitamin C. Kandungan air
dalam buah sukun cukup tinggi, yaitu sekitar 69,3 %. Komposisi zat gizi buah
sukun dapat dilihat pada Tabel 1
(Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003).
12
statistik untuk menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan
penguji terhadap produk tersebut. Cara uji kedua dengan pendekatan fisik,
menggunakan instrument atau peralatan tertentu, (Kartika, 1998).
Uji morfologi adalah uji yang dilakukan terhadap produk pangan
seperti bentuk, ukuran dan warna atau faktor-faktor luaran dari produk
pangan. (Prabaningtyas 2003).
13
menerima rangsangan. Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan
berdasarkan kemampuan alat indra memberikan reaksi atas rangsangan
yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi
(detection), mengenali (recognition), membedakan (discrimination),
membandingkan (scalling) dan kemampuan menyatakan suka atau tidak
suka (hedonik). Perbedaan kemampuan tersebut tidak begitu jelas pada
panelis. Sangat sulit untuk dinyatakan bahwa satu kemampuan sensori
lebih penting dan lebih sulit untuk dipelajari. Karena untuk setiap jenis
sensori memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, dari yang paling
mudah hingga sulit atau dari yang paling sederhana sampai yang komplek
(rumit).
Pengujian organoleptik atau sensory test didefinisikan sebagai metode
untuk mengukur, menganalisa dan menginterprestasikan reaksi dari
karakteristik bahan pangan yang diterima melalui penglihatan, bau, rasa,
sentuhan dan pendengaran atau suara. Penilaian atau uji organoleptik
dikenal juga dengan penilaian sensori atau penilaian inderawi dimana
secara tradisional sudah berkembang sejak zaman dahulu, yakni di saat
manusia sudah mulai memperhatikan kualitas lingkungan disekitarnya. Uji
sensori merupakan suatu cara penilaian subjektif tertua yang sangat umum
digunakan untuk memilih hampir semua komoditi terutama hasil pertanian
dalam arti luas, seperti buah – buahan, ikan, rempah – rempah, minyak dan
lain – lain.
Penilaian organoleptik dimanfaatkan oleh industri terutama industri
pangan dan juga penelitian unutuk pengukuran atribut – atribut mutu
dengan menggunakan manusia sebagai alat pengukuran. Berdasarkan
kemampuan penginderaannya (mata, hidung, telinga, lidah dan kulit).
Tujuan organoleptik adalah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan –
pertanyaan menyangkut mutu produk yang berkaitan dengan pembedaan
(untuk membedakan mutu organoleptik baik satu atau beberapa atribut
organoleptik maupun secara keseluruhan), afektifitas (untuk mengukur
preferensi dan penerimaan) dan deskriptif (untuk mendeskripsikan atribut
– atribut organoleptik).
14
Pada prinsipnya terdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji pembedaan
(discriminative test), uji deskripsi (descriptive test) dan uji afektif
(affective test). Pada praktikum ini dilakukan uji organoleptik melalui uji
afektif. Uji afektif digunakan untuk mengukur sikap subjektif konsumen
terhadap produk berdasarkan sifat-sifat organoleptik. Hasil yang diperoleh
adalah penerimaan (diterima atau ditolak), kesukaan (tingkat suka/tidak
suka), pilihan (pilih satu dari yang lain) terhadap produk. Metode ini
terdiri atas Uji Perbandingan Pasangan (Paired Comparation), Uji Hedonik
dan Uji Ranking. Dan uji afektif yang digunakan adalah uji hedonik.
Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak digunakan
untuk mengukur tingkat kesukaan terhadap produk. Tingkat kesukaan ini
disebut skala hedonik, misalnya sangat suka, suka, agak suka, agak tidak
suka, tidak suka, sangat tidak suka dan lain-lain. Skala hedonik dapat
direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendaki.
Dalam analisis datanya, skala hedonik ditransformasikan ke dalam skala
angka dengan angka manaik menurut tingkat kesukaan (dapat 5, 7 atau 9
tingkat kesukaan). Dengan data ini dapat dilakukan analisa statistik.
15
fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak
rusak akibat menurunnya pH lingkungan.
Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur
diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat
kemudian diletakkan dalam incubator. Pada metode pour plate volume
kultur sebanyak 0,1-1,0 mL diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri
steril. Kemudian ditambahkan media agar cair dan dilakukan
pencampuran antara kultur dan media dengan memutar cawan petri secara
pelan pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur dengan media
agar cair, maka volume kultur yang digunakan dapat lebih tinggi
dibanding dengan metode spread plate. Pada pengujian dengan metode
pour plate, kultur/sampel mikroba yang digunakan harus dapat bertahan
hidup pada saat media agar dengan suhu sekitar 45 ºC ditambahkan.
16
4. Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan spesifik.
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
15% x 1920
Protein = = 72 𝑔𝑟𝑎𝑚
4
20% x 1920
Lemak = = 42,67 gram
9
65% x 1920
Kh = = 312 𝑔𝑟𝑎𝑚
4
18
Makan pagi dan malam
Energi : 25% x 1920 = 480
Protein : 25% x 48 = 12
Lemak : 25% x 42,67 = 10,6675
Karbohidrat : 25% x 336 = 84
Snack pagi : 10% x 1920 = 192
Makan siang
Energy : 30% x 1920 = 576
Protein : 30% x 48 = 14,4
Lemak : 30% x 42,67 = 12,801
Karbohidrat : 30% x 336 = 100,8
Snack pagi/ siang
Energy : 10% x 1920 = 192
Protein : 10% x 48 = 4,8
Lemak : 10% x 42,67 = 4,267
Karbohidrat : 10% x 336 = 33,6
Tujuan Diet :
1. Memenuhi kebutuhan energy dan zat gizi untuk pertumbuhan anak
2. Menyediakan jajanan sehat dan bergizi
19
3.3 Identifikasi Resep Lama dan Resep Baru
Resep lama
Bahan
ubi kopong :
70 gram ubi ungu
14 gram tepung tapioka
3 gram tepung maizena
2 gram Baking powder
5 gram gula pasir halus
sejumput garam
Secukupnya minyak goreng untuk menggoreng
Saos coklat :
2 gram maizena
50 gram susu uht coklat
3 gram bubuk coklat
Cara membuat :
1. Rebus ubi yang sudah di bersihkan dari kulitnya hingga lembut tiriskan
2. hancurkan ubi dengan garpu atau cooper, dinginkan
3. kalau ubi sudah dingin, kita bisa menyampurkan semua bahan ubi kopong
kedalam ubi kecuali minyak dan gula sampai rata, lalu bulat kan adonan
berukuran bola pimpong
4. panaskan minyak goreng, msukkan bola ubi tadi goreng sesaat lalu di
pencet- pencet dengan sutil sampai adonan mengembung lagi, pencet lagi
dengan merata ke seluruh permukaan hingga bulat sempurna
5. lakukan terus sampai bola saat di penyet kembali bulat dengan sendirinya
dan mengapung di permukaan minyak, kalau sudah bola- bola di tiriskan.
6. Buat saos dengan memasukkan susu coklat dan bubuk coklat, larutkan
maizena sengan air dingin, masukkan kedalam susu dan panaskan dengan
air sedang hingga menjadi saos
7. Bola ubi kopong siap dihidangkan dengan taburan gula halus, sajikan saos
di wadah kecil, bola ubi kopong siap dinikmati
20
Diagram Alir:
Merebus ubi
↓
Mengaluskan ubi
↓
Meyampurkan ubi,tepung tapioka,maizena,baking powder dan garam
↓
Bulatkan adonan ubi seukuran bola pimpong
↓
Menggoreng adonan sambil di penyet-penyet
↓
Meniriskan bola ubi kopong
↓
Memasak saos coklat (susu coklat,bubuk coklat,maizena)
↓
Bola Ubi Kopong
21
Resep baru
Bahan :
ubi kopong :
70 gram sukun
15 gram tepung tapioka
3 gram tepung maizena
2 gram Baking powder
sejumput garam
10 gram gula pasir
5 gram gula halus
esens strawberry
Secukupnya minyak goreng untuk menggoreng
Saos keju :
2 gram maizena
50 gram susu uht
5 gram keju
Cara membuat :
1. Rebus sukun yang sudah di bersihkan dari kulitnya hingga lembut tiriskan
2. hancurkan sukun dengan garpu atau cooper, dinginkan
3. kalau ubi sudah dingin, kita bisa menyampurkan semua bahan sukun
kopong kedalam ubi kecuali minyak dan gula halus sampai rata, lalu bulat
kan adonan berukuran bola pimpong
4. panaskan minyak goreng, msukkan bola sukun tadi goreng sesaat lalu di
pencet- pencet dengan sutil sampai adonan mengembung lagi, pencet lagi
dengan merata ke seluruh permukaan hingga bulat sempurna
5. lakukan terus sampai bola saat di penyet kembali bulat dengan sendirinya
dan mengapung di permukaan minyak, kalau sudah bola- bola di tiriskan.
6. Buat saos dengan memasukkan susu dan keju, larutkan maizena sengan air
dingin, masukkan kedalam susu dan panaskan dengan air sedang hingga
menjadi saos
7. Masukkan saos kedalam bola kopong dengan semprotan
8. Bola sukun kopong siap dihidangkan dengan taburan gula halus, sajikan
saos di wadah kecil, bola suku kopong siap dinikmati
22
Diagram Alir:
merebus sukun
↓
menghaluskan sukun
↓
menyampurkan ubi,tepung tapioka,maizena,baking powder dan garam
↓
Bulatkan adonan ubi seukuran bola pimpong
↓
Menggoreng adonan sambil di penyet-penyet
↓
Meniriskan bola ubi kopong
↓
Memasak saos keju (susu putih, keju, maizena)
↓
Bola Ubi Kopong
23
3.4 Analisis Biaya
Resep Lama
Nama Bahan Berat (gr) Harga/satuan Harga total
Ubi ungu 70 Rp. 10 000/Kg Rp. 700
Tepung Tapioka 14 Rp. 7000/Kg Rp. 500
Maizena 5 Rp. 3000/250 gr Rp. 100
Baking soda 2 Rp. 2000/250 gram Rp. 100
Garam 2 Rp. 7000/250 gr Rp. 100
Susu coklat 50 Rp. 2000/ 1 buah Rp 2000
Bubuk coklat 3 Rp 5000/ Ikat Rp. 1000
Gula pasir halus 5 Rp. 2000/ buah Rp. 250
Harga 1 porsi bola ubi kopong Rp. 4500
Resep Lama
Nama Bahan Berat (gr) Harga/satuan Harga total
Ubi sukun 70 Rp. 5000/Kg Rp. 350
Tepung Tapioka 14 Rp. 7000/Kg Rp. 500
Maizena 5 Rp. 3000/250 gr Rp. 100
Baking soda 2 Rp. 2000/250 gram Rp. 100
Garam 2 Rp. 7000/250 gr Rp. 100
Keju 5 Rp. 3000/ 25 gr Rp. 1000
Susu UHT 50 Rp. 5000/ kotak Rp 2000
Gula pasir halus 5 Rp. 6000/ ½ kg Rp. 250
Harga 1 porsi bola sukun kopong Rp. 3150
24
3.5 Analisis Nilai Gizi
3.5.1 Resep Lama
Bahan Protein Vit.
Makanan
Berat Energi LEMAK HA Ca Fosfor Fe Vit. A Vit. C Natrium Kalium Coles Serat AIR
Hewani Nabati B1
Ubi jalar putih 70 86.1 0 1.26 0.49 19.53 21 34.3 0.49 42 0.063 15.4 21.7 147 0 2.45 47.95
Tepung gaplek 14 50.82 0 0.154 0.07 12.348 11.76 17.5 0.14 0 0.0056 0 0 0 0 0 1.274
Maizena 5 17.15 0 0.015 0 4.25 1 1.5 0.075 0 0 0 0 0 0 0 0.7
Susu skim 50 18 1.75 0 0.05 2.55 61.5 48.5 0.05 0 0.02 0.5 19 74.5 0 0 45.25
Minyak kelapa
sawit
3 27.06 0 0 3 0 0 0 0 1800 0 0 0 0 0 0 0
Gula pasir 5 18.2 0 0 0 4.7 0.25 0.05 0.005 0 0 0 0.015 0.025 0 0 0.27
1.75 1.429
total 217.33 3.61 43.378
3.179
25
2.7 Keunggulan Prodak
`Sukun adalah sumber makanan tinggi serat rendah karbohidrat yang baik untuk
tumbuh kembang anak, dengan tambahan susu sebagai asupan protein untuk
membantu memenuhi asupan anak yang aktif bermain dan belajar, bola sukun
kopong memiliki penampian yang menarik untuk di makan dengan bola yang kosong
di bagian tengahnya di lengkapi dengan saos lumer menambah citarasa pada makanan
yang bertujuan agar jajanan yang disajikan akan habis di konsumsinya.
Cara Kerja :
1. Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat yang telah ditentukan dan diberi
penjelasan tentang cara pengujian dan pengisian kuesioner.
2. Sampel disiapkan di dalam pring yang sudah disediakan.
3. Panelis diminta mengemukakan pendapatnya secara spontan pada data
kuesioner
4. Setelah panelis selesai mencicipi satu sampel, panelis diharapkan minum air
putih yang telah disediakan disetiap meja untuk menetralkan rasa.
5. Data dianalisis secara deskriptif kemudian membuat kesimpulan dari uji
daya terima yang telah dilakukan.
26
Diagram Alir :
Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat
Data dianalisis
27
2.10 Uji Kimia dengan Metode Kjedahl
Alat:
Spatula, Mortar dan alu, labu kjeldahl,Kaca arloji, Kompor listrik, Rangkaian alat destilasi
(Heating mantle,kondensor, pompa, selang, ember), Neraca analitik, Gelas beaker, Gelas
ukur, Pipet tetes, Lemari asam, Erlenmeyer, Corong, Buret
Bahan :
Sampel, K2SO4, CuSO4, H3BO3, NaOH, H2SO4, HCl, Akuades, Indikator BCG-
MR, Es batu, Batu didih
Prosedur Kerja:
Analisis Kadar Protein Metode Kjeldahl (AOAC, 2001)
1. Penimbangan sampel yang telah dihaluskan sebanyak 1 g.
2. Pengisian sampel ke dalam labu Kjeldahl.
3. Penimbangan 7 g K2SO4 dan 0,8 g CuSO4
4. Penambahan 7 g K2SO4 dan 0,8 g CuSO4 ke dalam labu Kjeldahl yang berisi
sampel.
5. Penambahan larutan H2SO4 sebanyak 12 ml, dilakukan di dalam lemari asam.
6. Proses destruksi dilakukan di dalam ruang asam dengan memanaskan sampel
yang ada pada labu Kjeldahl menggunakan kompor listrik hingga berwana
hijau tosca.
7. Pendinginan labu Kjeldahl dengan cara didiamkan selama 20 menit.
8. Penambahan 25 ml akuades ke dalam labu Kjeldahl yang berisi sampel.
28
9. Penambahan 50 ml NaOH 40% dan beberapa butir batu didih ke dalam labu
Kjeldahl yang berisi sampel.
10. Penambahan 30 ml H3BO3 ke dalam erlenmeyer dengan ditambahkan
indikator BCG-MR 3 tetes untuk menangkap destilat dari hasil destilasi.
11. Perangkaian alat destilasi.
12. Destilat yang diperoleh dari hasil destilasi dititrasi dengan menggunakan
larutan standar HCl 0,1 N hingga warna larutan berubah menjadi merah muda
seulas.
29
DAFTAR PUSTAKA
Anni Faridah. 2008. Patiseri Jilid 1 Untuk SMk: Jakarta: Directorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejujuran.
Aritonang E, 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. IPB press kampus IPB Taman
Kencana Bogor
30