Kebutuhan masyarakat akan tenaga audiologi merupakan kondisi nyata yang perlu
mendapatkan perhatian. Kondisi nyata dimaksudkan antara lain berkembangnya pendidikan
bagi Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, pesatnya pertambahan jumlah pusat-pusat alat
bantu dengar, kebijakan pemerintah dalam Program Penanggulangan Gangguan Pendengaran
dan Ketulian, pentingnya pelayanan deteksi dan internvensi dini, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bidang audiologi dan kedokteran, dan pesatnya pelayanan
tumbuh kembang di berbagai pusat pelayanan kesehatan.
Kondisi inilah yang mendorong Yayasan untuk berpartisipasi secara aktif dalam
program pengadaan tenaga audiologi melalui penyelenggaraan program pendidikan formal,
guna mendukung Program Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian yang
dicanangkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Untuk itulah Yayasan sejak tahun
2002/2003 mulai merintis mendirikan Akademi Audiologi Indonesia.
Akademi Audiologi Indonesia merupakan satu-satunya Akademi kesehatan yang
menghasilkan lulusan Audiologis. Pada tahun 2017 “Pendidikan Audiologi” mengalami
kendala tempat perkuliahan sehubungan dengan adanya Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2014 Tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, dimana gedung/bangunan
diwilayah yang ditempati oleh Yayasan tidak boleh digunakan untuk menyelenggarakan
Program Pendidikan Tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka Yayasan Bina Wicara bekerjasama
dengan Yaysan Kesehatan THT-KL Proklamasi dalam rangka peningkatan kualitas
pelaksanaan/ penyelenggaraan “Pendidikan Audiologi” sebagai upaya peningkatan mutu
jumlah tenaga dibidang Audiologi.
Berdasarkan evaluasi diri AAI dan hasil penilaian LAMPTKes yang dilaksanakan tahun
2018, salah satu faktor yang masih menjadi kekurangan dan perlu dipacu untuk peningkatanya
adalah peningkatan kualitas dan kinerja dosen pengajar, peningkatan kualiatas sarana ruang
kuliah dan dosen, perpustakan dan peningkatan skill mahasiswa seperti penguasaan Bahasa
internasional dan teknologi komputer.
Sebagai PTS swasta, nukan cerita yang baru jika banyak PTS yang mengalami
keterbatasan dalam mengelola pendanaan pendidikan. Namu terlepas dari itu Yayasan Bina
Wicara bekerjasama dengan Yayasan Kesehatan THT-KL Proklamasi bertanggung jawab dan
berkomitmen untuk terus berupaya memenuhi kekeurangan tersebut.
Oleh karena itu melalui Program Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS) tahun
anggaran 2019 yang diberikan oleh pemerintah, Yayasan Bina Wicara dan Yayasan Kesehatan
THT-KL Proklamasi mengajukan permohonan serta sangat berharap agar Akademi Audiologi
Indonesia mendapatkan pengadaan peralatan pendidikan, TIK sera peralatan pendukung untuk
ruang kelas dan perpustakaan.
Berdasarkan hal tersebut maka Yayasan Bina Wicara bekerjasama dengan Yaysan
Kesehatan THT-KL Proklamasi dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan/
penyelenggaraan “Pendidikan Audiologi” sebagai upaya peningkatan mutu jumlah tenaga
dibidang Audiologi. Program Studi diploma tiga audiologi Akademi Audiologi Indonesia telah
terakreditasi oleh LAMPTKes dengan Nomor 0063/LAM-PTKes/Akr/Dip/I/2018 dengan
peringkat B.
Tabel 9. Profil Dosen Tetap berdasarkan jenjang pendidikan, usia dan jabatan fungsional
Kelompok Umur (tahun)
Prodi Jabatan < 31 31 - 40 41 - 50 51 - 60 > 60 Jumlah
S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3 S1 S2 S3
Belum punya jabatan 0 0 0 1 3 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
Ass. Ahli 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Prodi 1 Lektor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
L. Kepala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Guru Besar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2
TOTAL 0 0 0 1 3 0 0 1 0 0 0 0 1 2 0 8
Berdasarkan penjabaran data diatas, maka dapat dilakuakan analisis sebagai berikut :
2. Lulusan Akademi Audiologi Indonesia akan menjadi tenaga Audiologist. Tenaga kesehatan
ini merupakan pendamping dari para dokter THT untuk melakukan pemeriksaan
pendengaran. Audiologist salah satu tenaga kesehatan yang sangat spesifik dan jumlah nya
sangat jarang di Indonesia, jumlah audiologist di indonseia hanya baru berkisar +- 106
sedangkan jumlah jumlah RS yang membutuhkan tenaga audiologi berkisar 700 RS.
Dengan lulusan yang sangat sedikit ini, tentu saja akan berdampak pada masa tunggu
serapan lulusan Akademi Audiologi Indonesia yang merupakan perintis profesi audiologist
di Indonesia.
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan sumberdaya manusia terutama
dalam bidang Audiologi yang mampu bersaing secara nasional maupun ASEAN pada
tahun 2030.
2. Mengembangkan tekhnologi pendidikan dibidang kesehatan telinga dan pendengaran.
3. Menerapakan analisis kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan dalam mengelola
institusi pendidikan.
C. Tujuan
Menjadikan tenaga audiologist yang professional, Membantu program pemerintah dalam
pencapaian bebas ketulian dan gangguan pendengaran sesuai Sound Hearing 2030,
Memberikan peluang kerja dan karier bagi generasi muda yang berbakat dan berminat
Serta Membantu para spTHT KL untuk proses pemeriksaan, dan re/habilitasi masalah
gangguan dengar.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Besarnya investasi yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan prasarana
b. Masih terbatasnya tenaga pendukung pada bidang administrasi pendidikan
c. Kurangnya peralatan dan sarana pendidikan
3. Opportunities (Peluang)
a. Belum ada insttitusi lain yang menyelenggaraklan program studi audioliogi
b. Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap tenaga ahli bidang audiologi
c. Jumlah Sekolah Luar Biasa bagi Anak Tunarungu yang terus meningkat
d. Besarnya jumlah lulusan sekolah menengah yang tidak tertampung di perguruan
tinggi
e. Banyaknya rumah sakit yang memerlukan tenaga audiologi
4. Treats (Tantangan)
a. Pemberian pelayanan profesional kepada masyarakat yang terus meningkat
b. Pengadaan tenaga, sarana prasarana pendidikan, dan dana
c. Peraturan pemerintah yang berkaitan dengan kelayakan ijin peneyelenggaraan
instutusi perguruan tinggi
d. Kemungkinan masuknya tenaga audiologi dari luar negeri yang bekerhja di
Indonesia
Memperhatikan kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan tersebut di atas,
maka diperlukan rencana yang berorientasi kepada memperkuat kekuatan, mengatasi
kelemahan, memanfaatkan peluang, dan menghadapi tantangan yang ada. Perencanaan
Strategi pengembangan adalah aspek-aspek strategis dalam penyelenggaraan dan
pengembangan akademi.
Program pengembangan yang telah ditetapkan serta indikator kinerja untuk mengukur
ketercapaian Renstra
A. Latar Belakang
Sesuai dengan perencanaan dalam Renstra Akademi Audiologi Indonesia bahwa kualitas
mutu lulusan perlu ditingkatkan. Melalui program Pembinaan PTS Kemenristekdikti ini ,
Akademi Audiologi Indonesia mengajukan labolatorium Bahasa Multimedia dan peralatan
pendidikan dan peralatan pendukung lainnya.
B. Tujuan
a. Menghasilkan Tenaga Audiologi yang berkualitas
b. Membantu program pemerintah dalam pencapaian bebas ketulian dan gangguan
pendengaran sesuai Sound Hearing 2030
Ruang Kelas/Lab
Total Rp. 540.327.500,-
E. Indikator Kinerja
Apabila permohonan proposal dapat terwujud, maka harapannya, pemenuhan dan
peningkatan Sarana Prasarana yang berhubungan dengan proses belajar mengajar akan
terpenuhi. Berikut adalah indicator kinerja yang akan dicapai dalam 3 tahun kedepan
disajikan dalam table 3.
F. Program Studi
Program studi yang menjadi sasaran program kami adalah Audiologi. Baru dan hanya satu-
satunya di Indonesia program studi Audiologi merupakan prodi yang sangat dibutuhkan
dalam bidang kesehatan khususnya THT. Maka dari itu Audiologi perlu dikembangkan
lebih baik lagi.
Desktop PC Desktop PC; min. Intel® Core™ i5-7500 Processor (3.40 GHz, 6M 1 Unit Rp. 10.200.000,- Rp. 10.200.000,- Perpustakaan
Cache) up to 3.80 GHz; Chipset Intel H110; Memori Standar min.
4GB DDR4; Memori Slot min. 1; Tipe Grafis min. Intel® HD
Graphics; Audio Integrated; Hard Drive min. 1TB; Optical Drive
DVD-RW; Networking Integrated; Kecepatan Jaringan 10 / 100
/ 1000 Mbps; Ragam Card Reader min. 6 in 1 Media Reader;
Antarmuka / Interface min. 4 USB 2.0, 4 USB 3.0, 1 DVI-D, 1
VGA, 1HDMI, 1 RJ-45,
Projector Technology DLP; WXGA(1280x800); Rasio Kontras 15000; 3 Unit Rp. 9.282.000,- Rp. 27.846.000,- 3 Kelas
Rasio Aspek 4:3; Tipe Lampu SP-LAMP-086; Input: DMI 1.4,
VGA x 2, Composite video, S-Video, 3.5 mm, stereo in x 2,
3.5mm stereo out, RS232C USB Type B (control & firmware);
Kesesuaian Video NTSC / NTSC4.43 / PAL / PAL-M / PAL-N
/ SECAM SDTV (480i, 576i), EDTV (480p, 576p), HDTV
(720p, 1080i, 1080p); Daya / Power 260W; Dimensi
Produk8.7in x 11.5in x 4.3in (220mm x 292mm x 108mm);
Lumens (Eco/High): 5000/3500; Supports 3D content from Blu-
ray, cable boxes, dish services and more (over HDMI) at 144Hz
and PC-based, 3D content at 120Hz. DLP Link 3D glasses
required; Closed Captioning: Yes; Audible Noise (Eco/High,
dBA): 29/30; Keystone: ± 40º; Lamp Hours (Eco/High):
6000/5000; Image Offset: 15; Throw Ratio: 2.2~1.9
Screen Projector Manual Wall, Format 4:3, Diagonal size 100″ / 150×200 cm 3 Unit Rp. 1.480.000,- Rp. 4.440.000,- 3 Kelas
Printer InkJet Input Tray #1: 100 sheets, A4 Plain paper (75 gsm); Compatible 1 Unit Rp. 2.390.000,- Rp. 2.390.000,- Labolatorium
Media Sizes: A4, A5, A6, B5, 10 x 15 cm(4 x 6 in), 13 x 18 cm
(5 x 7 in), 9 x 13 cm (3.5 x 5 in), Letter (8½ x 11 in), Legal (8½
x 14 in), Half Letter(5½ x 8½ in), 13 x 20 cm (5 x 8 in), 20 x 25
1. Akta Notaris Pendirian Badan Penyelenggara dari PTS beserta semua perubahan yang telah
dilakukan
3. Fotocopy Akta Pengesahan Badan Hukum Nirlaba Penyelenggara perguruan tinggi yang
telah dilegalisisr oleh KemenhumHam.
6. Surat Pernyataan Rektor/Direktur/Ketua bahwa PTS tidak sedang dalam proses pengajuan
perubahan bentuk perguruan tinggi dan perubahan badan hukum nirlaba/yayasan.
7. Surat Pernyataan Rektor/Direktur/Ketua bahwa PTS tidak sedang memilki masalah internal
dengan yayasan dan tidak dalam sengketa hukum.
8. Fotocopy sertifikat akreditasi program studi atau bukti pengajuan akreditasi bagi yang
sedang memproses.