PENDAHULUAN
C. Bunga
Tanaman rami mempunyai bunga berumah satu atau disebut tanaman
dikotil, pada beberapa varietas bunganya bewarna putih kehijauan dan ada
yang bewarna kekuningkuningan, dan umumnya berubah menjadi warna
coklat pada umur tua. Pada klon-klon tertentu bunga betina dan bunga jantan
terdapat pada satu batang, biasanya bunga jantan muncul lebih dahulu
dibanding bunga betina, dan pada perumbuhan selanjutnya bunga jantan
selalu terletak pada ruas batang bawah dan ruas atas ditempati bunga betina
sampai pada akhirnya ke pucuk tanaman. Bunga betina majemuk bertingkat
berbongkol-bongkol keluar dari ketiak daun sekitar 1-3 tangkai utama,
dimana masing-masing tangkai bercabang dan beranting banyak. Pada ujung
rantingnya terdapat sekumpulan bunga betina dalam bongkol mirip buah
rambutan. Dalam satu bongkol terdapat banyak sekali bunga betina yang
kecil-kecil. Warna bunganya hijau, merah, merah muda, coklat, kuning, dan
lain-lain tergantung klonnya. Individu bunga betina yang sangat kecil
berbentuk tempolong dan berbulu halus pada sisi-sisinya. Bunga tidak
dilengkapi dengan mahkota bunga sebagaimana bunga lengkap.
Struktur bunga yang lengkap (normal) terdiri dari kelopak bunga
(calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen) dan putik (pistile).
Apabila salah satu atau lebih dari bagian - bagian bunga tersebut tidak ada,
maka bunga tersebut disebut bunga tidak lengkap. Bunga betina muncul dari
ketiak daun bersamaan dengan mekarnya pucuk daun. Sekitar 4-7 hari
kenudian mulai ada yang mekar dan siap untuk dibuahi. Ciri-ciri bunga betina
mekar ditandai dengan memanjangnya (menjulur) putik yang berwarna putih
bening dari ujung bunga yang panjangnya sekitar 0,5-1 mm tergantung
klonnya. Tangkai putik yang berfungsi sebagai tabung putik juga berbulu
sebagaimana pada bunga. Mekarnya bunga betina tidak bersamaan walaupun
dalam satu kelompok (bongkol), tetapi bertahap tidak beraturan, artinya
mekarnya bunga tidak dimuali dari bunga yang paling dulu muncul (bagian
bawah) tetapi bias terjadi bunga yang pertama muncul mekarnya biasa
bersamaan dengan bunga yang ada di puncak tanaman. Bunga betina yang
telah dibuahi akan tumbuh menjadi buah yang semakin membesar dan akan
kelihatan matang (tua) jika berwarna coklat tua sampai hitam, kelihatan
kering, dan mudah sekali rontok. Ukuran kelompok bunga betina (bongkol)
ada yang besar dan ada yang kecil, pada satu tanaman ada yang berjumlah
banyak dan ada yang sedikit tergantung klonnya. Besar kecilnya dan banyak
sedikitnya bunga/buah diduga ada kaitannya dengan daya adaptasi terhadap
tinggi tempat. Berdasarkan hal tersebut tanaman rami dikelompokkan
menjadi tipe rami berbunga besar, berbunga kecil serta berbunga banyak dan
berbunga sedikit.
Gambar 2.2 Tanaman Rami berbunga
D. Sistem Perakaran
Sistem perakaran tanaman rami adalah perakaran dimorphie, karena
pada akar berfungsi mengambil nutrisi yang tumbuh vertical sedalam 20-30
cm, dan juga rizoma (rimpang) sebagai alat untuk meperbanyak diri dan juga
terdapat umbi sebagai tempat cadangan makanan tumbuh vertical sedalam
10-20 cm. Rimpang (rizoma) bercabang, beruas-ruas dan berakar rambut
juga, tumbuh mendatar dengan ujung mencuat ke permukaan tanah dan akan
tumbuh menjadi tunas anakan baru. Diameter rizoma bisa mencapai 2 cm
bahkan lebih tergantung dari umur tanaman dan umur rizoma, dengan panjang
bisa mencapai 50 cm bahkan lebih sehingga jangkauan penyebaran anakan
dalam satu rumpunnya bisa lebih luas. Jumlah rizoma per rumpun bias
mencapai 10 buah bahkan lebih tergantung dari umur tanaman. Rizoma yang
beruas-ruas memiliki banyak mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tunas
anakan baru sebagai system perbanyakan tanaman. Kelebihan ini
dimanfaatkan oleh petani sebagai cara yang paling mudah untuk perbanyakan
tanaman. Disamping mempunya rhizome terdapat juga akar yang berfungsi
sebagai cadangan makanan berupa umbi. Bentuknya seperti ubi kayu,
tumbuhnya mendatar dan diameter mencapai 3 cm. Berdasarkan
perkembangan rizoma maka dapat ditentukan umur ekonomis dari tanaman
rami, yaitu berkisar 5-15 tahun bahkan bias lebih tergantung dari
pemeliharaan yang dilakukan.
Kata rami berasal dari melayu kuno. Di Jawa Barat tanaman ini disebut
dengan istilah haramay, sedangkan di beberapa negara penghasil serat istilah
yang digunakan untuk rami yaitu Chuma di China, Rhea di India, Amurai di
Filipina dan Karamushi di Jepang. Tanaman rami mempunyai akar umbi yang
tumbuh secara vertical masuk ke dalam tanah kira-kira 20-30 cm dengan
diameter mencapai 1-2 cm. Setelah tanaman berumur 2-3 bulan, dari akar
umbi dapat umbuh batang yang menjalar ke dalam tanah disebut Rhizom
yang berfungsi sebagai alat pembiakan. Batang berbentuk silinder dengan
diameter 12-20 mm. Tinggi batang berkisar 1-2 m, dan ada pula yang lebih
dari 2 m. Batang tidak bercabang, tetapi apabila pucuk tanaman mati atau
patah dapat tumbuh cabang yang keluar dari ketiak daun dan hal ini sebaiknya
dihindari. Serat yang merupakan hasil utama tanaman rami terletak pada kulit
batang adalah serat primer yang terbentuk pada kulit kayu. Serat rami
panjangnya bervariasi dari 2,5 -50 cm dengan rata-rata 12,5-15 cm,
sedangkan diameter rata-rata 30-50 mikron. Daun berbentuk seperti jantung,
panjang daun 7,5-20 cm, permukaan daun atas berwarna hijau muda sampai
tua, sedangkan bagian bawah berwarna putih keperakan, berbulu halus.
Bunga kecil tumbuh di batang pada ketiak daun, tumbuh kearah samping.
Warna bunga bervariasi (puith, hijau atau merah) berubah coklat apabila
sudah tua. Bunga jantan biasanya terletak lebih rendah dari pada bunga
betina, mempunyai 3 – 5 kelopak dan beberapa benangsari, penyerbukan
dilakukan oleh angin. Serat rami mempunyai sifat-sifat:
1. Berwarna putih, mudah diberi warna
2. Kuat, memiliki kekuatan 4x lebih besar daripada linen, 6x dari sutera dan
7x dari kapas.
3. Kilapnya lebih tinggi dari beberapa linen, daya serap terhadap kelembaban
12%, (daya serap kapas 8%)
4. Elastisitas rendah, licin dan kaku
5. Memiliki kekuatan tarik (Tensile Strength) lebih besar dari serat kapas
6. Daya serapnya (Absorbancy) tinggi hingga 12 % sedang serta kapas hanya
8%
7. Memiliki warna dan kilap yang lebih tinggi
8. Lebih cepat kering
9. Daya tahan kusutnya lebih baik dari pada kapas
3.3.Prosedur kerja
1. Penanaman Haramay :
a) Alat dan bahan di siapkan.
b) Setelah alat dan bahan siap dilaksana penggemburan plot tanaman
dan sanitasi gulma.
c) Setelah itu dilaksanakan pembuatan lubang tanam. Lubang tanam
berjarak 100cm x 100cm.
d) Setelah lubang tanam terbuat selanjutnya dilakukan penanaman
haramay. Penanaman dilakukan dengan posisi miring 45 derajat dan
kondisi rhizome tertancap di dalam tanah adla ¾ dari panjang
rhizome.
e) Setelah rizhome tertanam dilanjutkan dengan pembuatan lubang
pupuk. Lubang pupuk di tugalkan diantara lubang tanam.
f) Setelah lubang pupuk terbuat selanjutnya diberikan pupuk yang
berupa ZA,KCl,SP36. Pupuk tersebut diberikan sesuai dengan dosis.
g) Setelah di beri pupuk selanjutnya lubang pupuk ditutup dan
kemudian disiram agar rizhome tidak kekurangan cairan.
4.1 Hasil
NO Varietas Jumlah Tumbuh Presentase Hidup
1. P3 / U1 / C1 7 𝟕
Bandung C2 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟕𝟕, 𝟕𝟖 %
𝟗
2. P3 / U2 / C1 2 𝟐
Bandung C2 𝒙 𝟏𝟎𝟎 % = 𝟐𝟐, 𝟐𝟑 %
𝟗
4.2 Pembahasan
Tanaman rami ( Boehmeria nivea L ) merupakan tanaman penghasil serat
alam yang dapat menjadi sumber bahan baku tekstil. rami ini mempunyai kelebihan
dibanding dengan semua tumbuhan penghasil serat karena cukup ditanam sekali,
dan bisa dipanen terus selama tiga sampai lima tahun. tanaman rami ini sangat
cocok ditanam di daerah tropis yaitu di indonesia. Tanaman rami Kur ini dapat
diperbanyak dengan menggunakan berbagai cara yaitu dengan biji, rizhome, stek
batang dan kultur jaringan. Tanaman rami ini masih jarang di budidayakan di
indonesia ini mungkin masih minim pengetahuan dari petani itu sendiri, tetapi ada
yang membudidayakan itu pun masih orang orang tertentu yang mengetahui.
Mungkin karena jarangnya pabrik yang mengolah hasil rami itu sendiri sihingga itu
merupakan salah satu faktor petani unutk enggan unutk menanam rami.
Berdasarkan praktikum yang telah kami laksanakan, kami membudidayakan
rami ini menggunakan rhizome dengan varietas Bandung C2. Adapaun kendala
kendala yang kami hadapi dalam proses budidaya rami itu sendiri. Minimnya
perairan yang didapatkan untuk proses pertumbuhan, pada saat kami penanaman
rami pada saat itu masih belom turun hujan sehingga metode yang lakukan adalah
dengan dilakukan penyiraman secara manual. Padahal pada saat pertumbuhan rami
ini sangat banyak membutuhkan air untuk proses pertumbuhan itu sendiri.
Banyaknya gulma yang tumbuh, banyaknya gulma yang tumbuh disekitar
tanaman utama itu sangat mengganggu pertumbuhan rami itu sendiri, karena itu
nanti akan menimbulkan persaingan antara tanaman utama dan gulma dan itu akan
merugikan. Gulma bukan hanya akan terjadi persaingan saja, gulma akan membawa
penyakit maupun menimbulkan banyaknya hama, hal itu karena apabila gulma yang
disekitar terlalu lebat maka suhu disekitar akan lembab dan itu akan merangsang
pertumbuhan hama dan penyakit tanaman, maka dari itu kami melakukan
pengendalian dengan cara manual yaitu dengan cara dicangkul maupun menabut.
Mungkin ada beberapa cara pengendalian gulma yaitu dengan cara manual,
mekanik dan kimiawi. Tetapi yang kami lakukan dengan cara manual terlebih
dahulu karena kami rasa dengan cara manual saja itu sudah rasa cukup.
Robohnya tanaman. Robohnya tanaman itu terjadi akibat adanya hujan di
sertai angin dan itu mengakibatkan robohnya tanaman, mungkin itu disebabkan
perakaran pada tanaman rami itu masih kurang kuat maka dari iru sebaiknya
dilakukan pembumbunan, tujuan dari pembumbunan adalah unutk memperkuat
perakaran suatu tanaman itu sendiri. Untuk menangani tanaman yang roboh itu
kami melakukan pembumbunan dan pemasangan ajir sehingga membantu tumbuh
tegaknya tanaman dan memperkuat sistem perakaran.
Berdasarkan parameter pengamatan yang kami lakukan ada 2 plot yang kami
tanam dan setiap plot berisi 9 tanaman akan tetapi ada 1 plot yang hanya tumbuh 2
tanaman saja mungkin itu karena kurangnya dari pemeliharaan yang kami lakukan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan rizhom yang tidak tumbuh itu mengering
dan mati itu disebabkan kurangnya air pada tanaman sehingga mengakibatkan mati.
Mungkin kurangnya air itu sendiri karena faktor curah hujan yang rendah.
Kurangnya bibit yang kami tanam, kurangnya bibit yang kami tanam itu
sendiri karena sedikitnya bibit yang dipesan sehingga apabila ada tanaman yang
mati kami tidak bisa melakukan penyulaman. Padahal penyulama itu sendiri adalah
penting bagi tanaman karena apabila ada yang mati kami langsung mengganti
dengan bibit yang sudah disiapkan tujuan dari hal tersebut adalah untuk
menstabilakn pertumbuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terlihat
kosong maupun tidak terlihat rendahnya pertumbuhan tanaman itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebelum
dilakukan penanaman stek haramai (rizhome), dilakukan sortasi bibit dan perlakuan
stek atau menumbuhkan tunas (rhizome) terlebih dahulu, agar tanaman yang
dihasilkan bisa tumbuh dengan baik dan memperoleh produksi yang bagus juga.
Stek rhizome yang telah tumbuh tunas dibawa ke lahan yang sudah disiapkan plot
untuk kemudian ditanam. Kendala dalam membudidayakan serat haramai ini adalah
pada plot tertentu ada beberapa saja yang tumbuh, sedangkan yang lain mati karena
terbatasnya bahan yang digunakan dan banyaknya plot yang tersedia jadi tidak ada
sisa bahan tanam untuk sulaman. Serat yang digunakan atau diolah merupakan hasil
panen kedua dan seterusnya karena pada saat tersebut pertumbuhan tanaman
haramay serentak. Penanganan pasca panen dilakukan dengan proses-proses
tertentu hingga mendapatkan hasil serat yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/132795868/Jadi-Jin-Serat