Anda di halaman 1dari 213

1

DAFTAR ISI
PEMBUKA

OLEH : HENKY B. HERNOWO


2

1. NASEHAT IBU
TERCINTA……………………………………………………
……………..
2. ALENGKADIRAJA…………………………………………
……………………………….
3. MUNCUL FITNAH DAN
FITNAH………………………………………………………
…..
4. PERSEKONGKOLAN………………………………………
……………………………….
5. BIANG
KELADI………………………………………………………
……………………..
6. SEKALI DUSTA JAGA
DUSTA………………………………………………………
…….
7. KIJANG KENCANA AWAL
BENCANA…………………………………………………..
8. JATAYU YANG
MALANG……………………………………………………
……………..
9. TRAGEDI GOA
KISKENDO…………………………………………………
……………..
10. SHINTA MENCARI
SUAKA………………………………………………………
………..
11. CINTA
BERSEMI……………………………………………………
………….
12. AJAKAN
BERDAMAI…………………………………………………
…………………….

OLEH : HENKY B. HERNOWO


3

13. PENGKIANATAN WIBISANA


…………………………………………………………
14. RAMA
TAMBAK……………………………………………………
……………………….
15. PETAKA DICELAH BUKIT
KEMUNING………………………………………………….
.
16. DISANDERA……………………………………................
..............................
17. PATI
OBONG………………………………………………………
………………………..
18. GEGER JONGGRING
SALOKA………………………………………………………
……
19. LELANG BUDAK BUDAK
BETINA…………………………………………………..
20. PUJANGGA DAN DALANG SAPANYANA
…………………………………….
21. SEMAR JATUH
KEPILUT………………………………………………………
………
22. BANJIR
BANDANG………………………………………………….
23.MELARIKAN
DIRI.................................................................
24. ALENGKA
MERDIKA…………………………………………………….
25. SUKSESI DI
ALENGKA……………………………………………………
…………………

OLEH : HENKY B. HERNOWO


4

26. PATUNG
PAHLAWAN…………………………………………………
…………………..
27. PURI DILEMBAH
RAHTAWU……………………………………………………
………..
28. SERANGAN KELANGIT, RAMA
TAKLUK .....................................................
29. PERTEMUAN DENGAN BUAH
HATI…………………………………………………….
30. PERDAMAIAN DAN
PERADILAN…………………………………………………
…….

PEMBUKA
Di dalam kehidupan nyata tak ada yang mutlak baik
dan mutlak buruk. Dua watak saling bertentangan ini
dipunyai pada diri manusia secara bersama-sama. Pada
hakekatnya tak ada seorang didunia yang sama sekali jahat
atau sama sekali baik. Disini kami ajak pembaca kedunia
dongeng ini untuk menyeberang dari kehidupan Rama
berganti melihat kehidupan Rahwana, untuk menyaksikan
bahwa banyak kehidupan di Alengkadiraja sama dengan
kehidupan dilingkungan kita, dimana tiap-tiap orang dapat
memastikan apa yang betul dan apa yang salah, baik dan
buruk didalam tata kramanya. Harapannya dari hasil
penyeberangan ini pembaca bisa menjadi yakin bahwa
mahkluk manusia yang mencoba mengadili mahluk manusia
lain sebenarnya punya peran yang agak sulit. Oleh karena itu
bila mahkluk manusia tersebut tidak ada wewenang untuk
mengadili, maka sebaiknya berbuat yang lain dengan pikiran
yang luas untuk mengenal perikemanusiaan dan belajar
mengerti mengapa orang-orang berbuat sesuatu, daripada
mengutuk perbuatannya itu saja.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


5

“DASAMUKA BANGUN”, adalah ceritera fiksi yang


mengkisahkan lakon wayang dari negeri Alengka dengan
versi yang berbeda. Maka sebelum membaca buku ini,
penulis menyarankan kepada pembaca terlebih dahulu untuk
membersihkan diri dari belenggu-belenggu hati lalu
upayakan berprasangka baik, berpikir merdeka, jadilah
bijaksana, berpikir secara adil dan ingat bahwa semua
kebenaran bersumber dari Allah SWT. Mengapa demikian,
sebab ini adalah hanya sebuah ceritera fiksi yang kontroversi,
jengkelin, nganyelake....karena isi ceriteranya berbeda
dengan isi ceritera Ramayana yang beredar selama ini.
Andaikan ditinjauan dari sudut pandang atau kacamata
Alengkadiraja, bisa jadi akan berbeda didalam mengungkap
nilai-nilai kemanusiaan.
“DASAMUKA BANGUN” ini adalah kisah fiksi memang
berbeda dengan ceritera klasik Ramayana dimana selama ini
kebanyakan dunia pewayangan selalu berpihak kepada
Ramabadra. Biasanya yang selalu dilihat adalah penokohan
dalam wayang secara hitam putih, ada yang baik dan ada
yang buruk, yangmana penonton terpaksa menerima apa
adanya. Dimana selalu menganggap tokoh kesatria
Ramabadra dalam ceritera Ramayana atau kisah para
Pandawa dalam ceritera Mahabarata itu serba baik. Kedua
epos tersebut sepertinya membenarkan bahwa didunia
wayang hanya milik tokoh laki-laki saja yang berhak jadi
pahlawan, padahal perang keduanya ternyata dipicu oleh
kasus pelecehan terhadap wanita.
“DASAMUKA BANGUN” Pada pagelaran wayang
untuk lakon ini bisa diatur melingkar, dimana posisi sang
dalang memainkan boneka wayang berada ditengah-tengah,
tanpa kelir, cukup ada gedebok untuk menancapkan boneka
wayang. Dalang dikelilingi pesinden dan niyaganya, juga
penontonnya yang menyaksikan pertunjukan duduk secara
melingkar, coba bayangkan seperti formasi bangunan Stupa
puncak pada candi Borobudur di Jawa Tengah atau Ka’bah di
masjidil Haram di Mekah atau Stadion Senayan sewaktu ada
pertandingan sepak bola. Disini antara dalang sebagai
pembawa ceritera dan penonton bisa berdialog. Sang dalang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


6

didalam mengekspresikan tokoh-tokoh wayang bisa sambil


duduk dan juga bisa berdiri pada saat mengajak berdialog
dengan para penontonnya, disini Penonton boleh
mengomentari tokoh-tokoh wayang saat dimainkan dalang,
memberikan kritik atau saran masukan sebagai luapan isi
hatinya. Seru, merakyat dan apresiatif ! ayo kita mulai dan
simak baik-baik ceriteranya dengan urut...........
SALAM

1
NASEHAT
IBU TERCINTA
Kala itu Togog yang berada dialam dongeng,
persisnya dinegeri Alengkadiraja dimana dia selalu setia
mengikuti dan ngemong layaknya punakawan yaitu pada
majikannya Rahwana, yang posisinya didunia pakeliran selalu
dikiwakke. Togog hanya tersenyum saja, dewasa ini orang-
orang dari dunia pakeliran menganggap hal-hal yang berbau
kiwa itu konotasinya selalu jelek, kotor, bersalah, jahat, dosa
dsb….pokoknya tidak disukai. Lihat saja tangan kiri, apa
yang dilakukan tangan kiri, keseharian urusan kotoran adalah
bagian dia, tapi yang ia lakukan itu adakah sanjungan atau
pujian datang padanya? Jarang, bahkan tidak sama sekali,
malahan umpatan jika dia memberikan uluran tangan kirinya
atau memberikan sesuatu meskipun bukan kotoran, tetap
dikatakan….”kemproh, tidak sopan, menghina dsb!”…
Benarkah kiwo itu negative, apakah mereka yang
punya pemahaman kanan pernah memperhatikan dari
belakang pakeliran, dimana jajaran boneka wayang kanan
berubah menjadi kiri, nah yang kiwa apakah tetap mereka

OLEH : HENKY B. HERNOWO


7

nilai negative? Ibaratnya orang naik kereta api, pandangan


orang diluar kereta api mengatakan kereta api tersebut
bergerak meninggalkan dia, tetapi bagaimana pandangan
mereka yang diam didalam kereta, dengan melihat keluar
kenyataannya bahwa sawah-sawah, tiang listrik dan
pepohonan yang bergerak atau berjalan meninggalkan dia,
atau orang naik pesawat terbang melihat keluar jendela
pesawat terlihat awan berjalan atau yang bergerak
sedangkan dia anteng diam didalam pesawat, dengan contoh
tersebut mana yang benar-benar bergerak ?
Togog tidak sependapat, dia berkeyakinan bahwa
manusia karena kodrat kenisbiannya sehingga punya
keterbatasan didalam menilai suatu kebenaran. Hanya Tuhan
Yang Maha Kuasa saja yang berhak memberikan penilaian
tentang kebenaran mutlak, mungkin bisa jatuh yang kanan
atau yang kiri. Hanya Dia, tak ada yang lebih tinggi dariNya,
lebih benar dan lebih mutlak selain Dia. Segala apa selain
Dia, nisbi dan lemah sifatnya. Togog berpendapat bahwa
manusia hanya pantas mencari kebenaran dengan imannya,
meskipun bersifat lemah dan terbatas, orang-orang didunia
pakeliran sanapun berhak merasa benar dengan imannya,
apabila mereka juga mampu memberikan hak yang sama
kepada orang-orang yang berada dibalik pakeliran.
Sebaliknya jika tidak, akan muncul tiran-tiran kecil yang
merasa telah berada pada kebenaran tertinggi.
Togog kemudian ikut masuk kekaputren memenuhi
panggilan bandoronya Dewi Sukesi. Kaputren Alengka terlihat
regeng dimana Dewi Sukesi janda Resi Wisrawa sedang
dikerumuni keempat putera dan puterinya mendengarkan
wejangan dan nasehat darinya. Setelah suaminya
meninggal dunia beberapa tahun yang lalu Dewi Sukesi
merawat sendiri keempat puteranya dengan penuh kasih
sayang. Dan sudah menjadi tradisi keluarga dimulai sejak
dari suaminya masih hidup yaitu pada setiap hari Respati
Kasih, dimana keempat puteranya selalu ia kumpulkan untuk
menjalin silahturahmi dan menerima wejangan atau santi-aji
dari orang tuanya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


8

Keempat puteranya sekarang telah dewasa dan sudah


mandiri jadi orang tua, puteranya yang paling besar diberi
nama Rahwana atau Dasamuka, putera kedua diberi nama
Kumbokarno, putera ketiga adalah puteri diberi nama
Sarpakenaka dan putera keempat diberi nama Wibisana.
Tradisi kumpul-kumpul keluarga tetap Dewi Sukesi lestarikan
meskipun suaminya Resi Wisrawa sudah tiada, dengan
lembut Dewi Sukesi memberi wejangan dan santiaji kepada
keempat buah hatiya yang ia sayangi,
……”kalian harus wujudkan misi ini, agar perempuan-
perempuan dinegeri Alengka kita ini bisa menjadi
perempuan-perempuan yang merdeka!”……
demikian inti nasehat dari ibunda tercinta kepada keempat
putera puterinya. Topic nasehat kali ini soal perempuan.
Mengapa harus perempuan? Memang benar nasehat
Dewi Sukesi sampai saat ini para perempuan didunia ini
masih dibawah cengkeraman keangkara murkaan dan dunia
ini masih menjadi sarang ketidak adilan. Masih jauh upaya-
upaya untuk melindungi dunia ini dan membangun menjadi
dunia yang menjadi orang-orang yang bersahabat, sampai
pada lingkup paling kecilpun yaitu keluarga saja masih jauh
dari harapan, keluarga yang semestinya adalah satu tempat
kasih sayang, dengan wanitanya rumah tangga benar-benar
menjadikan satu tempat cinta dan keibuan, dimana tidak ada
gangguan macam-macam pekerjaan tetek bengek yang bisa
mematahkan tulang belakang perempuan bekerja hingga
jauh larut malam untuk diselesaikan, tapi kenyataannya lain
hingga sekarang masih ada perbudakan terselubung
terhadap perempuan.
…..”Rumah tangga adalah tempat dimana laki-laki,
perempuan dan anak-anaknya hidup bersama bagaikan
burung dalam sarangnya. Pekerjaan rumah tangga
yang mereka kerjakan dilandasi kemerdekaan kemauan
dan kegembiraan. Disarang ini laki-laki dan perempuan
memenuhi kodratnya, melimpahkan turunannya
dengan pemeliharaan dengan penuh kasih sayang yang
tiada gangguan dimana satu sama lain menjalin

OLEH : HENKY B. HERNOWO


9

kerukunan tidak saling menindas atau merendahkan


satu dengan yang lain, disitu tidak ada perempuan
yang tertindas berakibat tubuh dan jiwanya remuk
tertimpa beban hidup sehari-harinya. Disarang ini tidak
ada anak dipisahkan dari ibunya dan ibu berpisah
dengan anaknya, meskipun sang ibu pagi-pagi keluar
pergi kepekerjaan.”……
Dewi Sukesi berhenti sejenak dan tersenyum geli melihat
sikecil Wibisana sedang epyek mengganggu dan bermanja-
manja dengan kakaknya Sarpakenaka. Dan selanjutnya....
…..“Sang ibu yang berkarya keluar rumah bukan
halangan untuk membina rumah tangga, rumah tangga
dan pekerjaan dapat saling mengisi satu sama lain.
Wanita sebagai ibu tetap memelihara anak, wanita
sebagai isteri dan ibu menjalankan rumah tangga
semua itu dalam kesenangan dan dengan
kemerdekaan bisa memilih. Semuanya itu sebagai amal
kasih dan amal bahagia, tapi itu semua akan berhasil
bilamana ada dukungan dari anggota keluarga dan
masyarakat.”…..
Rahwana langsung bisa menebak jawaban yang
dimaksud ibunya yaitu solusinya adalah kolektivitas, adalah
merupakan kunci keberhasilan rumah tangga yang bahagia.
Kolektivitas dalam arti kebersamaan, kekeluargaan dan
kesosialan. Dengan memberdayakan masyarakat, misalnya
urusan masak sudah bisa dioperkan keluar dengan membeli
pada penjual ideran atau berlangganan katering dari kedai-
kedai makanan. Pakaian bisa dibeli ketoko tanpa harus
menjahit sendiri. Pembuangan sampah atau keamanan bisa
dioperkan atau diselenggarakan kepengurusan Rt/Rw
lingkungan-an atau jasa partikelir. Air minum bisa
berlangganan pada perusahaan air minum atau kios-kios air
mineral isi ulang dan apalagi sekarang telah ada produk air
mineral dalam kemasan galon, demikian juga listrik
penerangan dsb.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


10

Pekerjaan rumah tangga yang bisa dikeluarkan atau


dikerjakan oleh umum secara kolektivitis, entah itu
pengelolaan berupa paguyuban, masyarakat partikelir atau
Negara ini akan meringankan perempuan atau ibu rumah
tangga, meskipun harus mengeluarkan dana untuk
keperluan tersebut. Dengan demikian perempuan yang
berkarya diluar, tidak lagi ia kalau sore pulang dari pekerjaan,
dirumah lantas masih terpaksa lagi membanting tulang,
mengulurkan tenaga, memeras keringat. Tidak lagi badannya
keletihan kalau besok paginya bangun dari tempat tidurnya,
kemudian masih lesu kalau berangkat kerja.
Masyarakat sendiri kemudian juga akan menjadi
sibuk, dunia wiraswasta akan tumbuh subur dan terbuka
banyak lapangan pekerjaan, kesempatan kerja ada dan
tidak ada lagi pengangguran. Kemakmuran dan
kesejahteraan akan tercipta dengan sendirinya. Perempuan
menjadi merdeka, sepulangnya dari pekerjaan, ia akan
cukup waktu untuk beristirahat, cukup waktu untuk berkasih-
kasihan dengan suaminya dan anak-anaknya. Cukup waktu
untuk menambah ilmu pengetahuan dan belajar sastra, atau
ikut kegiatan social, kumpulan arisan warga, membantu
posyandu dan lansia atau kursus-kursus dan pelatihan
ketrampilan. Tidak njublek saja dirumah plongah-plongoh.
“Dan kamu Rahwana, setelah kamu memenangkan
pemilihan raja di Alengka diantara para putera dan
cucu-cucu Prabu Sumali, ibu berikan santi aji agar
selalu kamu ingat sebagai pegangan pada saat kamu
memulai memimpin negeri Alengkadiraja ini, coba
dengarkan…dst..dst!”…..
Rahwana mendengarkan nasehat dari ibunya dengan serius,
demikian juga adik-adiknya Kumbokarno, Sarpakenaka dan
sikecil Wibisana.
Diantara nasehat-nasehatnya tentang bagaimana cara
mengatur dan memimpin negara dijelaskan bahwa, sebuah
bangsa itu adalah merupakan sarana kokohnya negara, maka
dari itu jangan sekali-kali menyepelekan bangsa sendiri, agar
supaya mendapatkan anugerah, tercipta berdirinya bangsa

OLEH : HENKY B. HERNOWO


11

yang kuat andhana warih. Negara itu tidak akan berjalan


dengan baik, bila tidak mempunyai angger-angger atau
undang-undang yang merupakan kekuatan negara yang
berdasarkan isi kalbu warga negaranya. Ikutilah santiaji ini
agar sukses didalam pengabdian kepada masyarakat didalam
memimpin bangsa dan negara yaitu, ”Ing ngarsa asung
tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”.
Negara kita ini akan bisa tenteram, bila murah
sandang dan juga pangan, dikarenakan rakyatnya suka
bekerja dengan giat, juga pemimpinnya mempunyai watak,
”berbudi bawa leksana”. Oleh karena itu seorang
pemimpin jangan sok atau sombong dan berkuasa sendiri,
sebab pada saatnya sang pemimpin pension dan tidak
berkuasa lagi maka dikemudian hari bakal ora kajen atau
tidak dihormati setelah hidup kembali ditengah masyarakat.
Pemimpin harus selalu ingat bahwa sebenarnya masih
ada orang yang bisa mengalahkan dia dibidang apa saja.
Janganlah lupadaratan dan senang yang berlebihan selagi
masih berkuasa, dan merasa mangkel selagi tidak
memegang kekuasaan lagi. Sebab kesemuanya itu rejekinya
sudah ada yang mengatur.
Bila seorang pemimpin tidak mempunyai watak
berbudi bawa leksana, simpati dan dukungan wadyabala
yang jadi unggulannya negara itu tidak suyud lagi dan bisa
timbul keinginan merebut kekuasaan negara. Jangan sok
menang-menangan sendiri sehingga menimbulkan negara
dan bangsanya terpecah-belah, harus suka lakukan
musyawarah untuk menjaga ketentraman batin.
Demikian juga Wadyabala dan pamong praja yang
dekat dengan rakyat kecil itu akan menjadikan kegembiraan
dan kebanggan rakyat yang bisa membuat Negara menjadi
kokoh serta merupakan benteng atau perisai negara.
Pemimpin-pemimpin Wadyabala dan pamong negara juga
harus ikut membuat ketentraman rakyatnya, sebab kalau
tidak maka bisa terjadi rakyat berontak dan akan merebut
kekuasaan negara dengan caranya sendiri.
Demikian pula para pemuda dan pemudinya, gemar
dan giat belajar ilmu pengetahuan dan mau mempraktekan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


12

ilmu-ilmu yang didapatkannya untuk berkarya dimasyarakat,


sehingga akan membuat kokohnya negara, menjadi bangsa
yang unggul yang bisa bermanfaat bagi kesejahteraan
bangsa dan negara, negara kuwat itu karena rakyatnya
senang hidupnya dan dihormati oleh negara-negara lain.
Pemimpin yang baik, semua yang tidak baik harus
dibenahi agar bisa menjadi baik, sedangkan yang tidak bisa
diperbaiki harus disingkirkan agar tidak mengganggu atau
menular pada yang sudah baik. Hati-hati memilih seorang
pemimpin, teliti dulu mulai dari mana dia berasal dan
kehidupan kesehariannya apakah bisa dijadikan panutan.
Jangan sampai keliru sebab negara bila sampai diperintah
orang yang berwatak tidak baik, semuanya bisa terbalik
dimana yang baik bisa dikatakan buruk atau yang buruk
dikatakan baik. Sebaliknya bila terpilih pemimpin yang punya
watak baik, disitu kejujuran adalah landasannya sehingga dia
akan melakukan hal-hal yang baik baik saja.
Kemudian peperangan itu bisa dikatakan baik bila
tujuannya adalan menuntut keadilan atau merebut
kemerdekaan negara dan bangsanya. Sedangkan melakukan
perang yang tujuannya untuk menjarah milik orang itu tidak
baik dan terkutuk. Bila kita cermat, meneliti hakikat yang
melatar belakangi berbagai peristiwa peperangan antar
manusia bahwa, setiap peperangan, pergolakan atau
kekacauan yang sering menumbalkan kehidupan manusia
dan materi adalah akibat dari persekongkolan kekuatan jahat
terhadap kebenaran. Mereka inilah yang menutup mata
bangsa-bangsa dengan kaca mata iblis sehingga tidak bisa
melihat ajaran-ajaran Tuhan Yang Maha Kuasa yang benar.
Waspadalah dengan gerakan-gerakan jahatnya,
ketahuilah bagaimana cara mereka merusak persatuan
bangsa yaitu ;
pertama, sengaja mereka menanamkan benih perpecahan
dalam suatu negeri dengan menciptakan berbagai masalah
mulai dari keluarga, kesukuan hingga wilayah-wilayah mulai
dari masalah ekonomi, social, politik, budaya, ras dan
seterusnya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


13

kedua adalah, menciptakan perseteruan antar kelompok


kemudian mereka mempersenjatai kelompok-kelompok
tersebut agar saling menghancurkan.
ketiga adalah, merusak norma-norma susila, termasuk
ajaran-ajaran agama yang benar dan moralitas yang menjadi
pegangan masyarakat.
Dan yang terakhir adalah menghancurkan pemerintahan
yang sah untuk dikuasainya.
Untuk membentengi masuknya gerakan iblis tadi
warga negara harus jaga persatuan bangsa dan negara,
setiap warga negara punya kewajiban mempertahankan dan
merasa ikut handarbeni dan juga wajib hanggondheli,
mulat sarira hangrasa wani, akan utuhnya negara
kesatuannya ini. Arahkan didalam kehidupan sehari-hari
saling menjaga kerukunan bertetangga dan berkeluarga
sebab keluarga itu saka gurunya negara, tumbuhkan rasa
persatuan dan semangat gotong royong.
Untuk menjadi bangsa yang besar dan disegani oleh
negeri-negeri lain, bilamana bangsa ini bisa menghargai dan
tidak melupakan sejarah bangsanya sendiri, tahu
menghormati jasa-jasa pahlawannya yang pernah berjuang
demi kemerdekaan, keadilan dan kesejahteraan bangsa dan
negaranya. Budayakan selalu mencatat dan memperingati
hari-hari yang bersejarah juga para pahlawannya yang
menjadi bagian sejarah kuno pusaka bangsa kita , perlu
untuk dirawat agar kita bisa mencontoh keteladannya dan
tidak kehilangan jejak, yang artinya bila itu terjadi, kerugian
besar terjadi pada anak-turun kita dan bangsa sendiri, tidak
mengerti sejarah leluhurnya yang rindu untuk sarana
membuka “ sintruning bebuden “ yang utama. Apalagi bila
untuk menelusuri atau ancer–ancer yang bisa mengukuhkan
“rasa ketimuran” kita yang masih murni yang belum
tercampur oleh ikatan atau rasa dari lain bangsa.
Budayakan setiap keluarga untuk bisa mengenal dan
akrab dulu dalam lingkup yang paling kecil dulu untuk
mengenal “Sejarah rolas“ yaitu sejarah leluhurnya sendiri
urutan dari 12 ( dua belas ) turunan, yaitu : Anak, Bapa-

OLEH : HENKY B. HERNOWO


14

biyung, Embah, Buyut, Canggah, Wareng, Udheg–


udheg, Gantung siwur, Gropak senthe, Tebu sinosog,
Patarangan bubrah dan Amun–amun dan memang urutan
leluhur dicoba untuk dikenal terlebih dulu, meskipun
jumlahnya mencapai ribuan orang, andaikata belum
sanggup, boleh saja dimulai mengenal yang “pancer“
terlebih dahulu. Marilah kita coba untuk menghitung : Anak (
diri sendiri – 1 orang), Bapa dan biyung (2 orang), Embah
( dari Bapak dan Ibu – 4 orang), Buyut ( dari Bapak dan Ibu-8
orang), Canggah ( dari Bapak dan Ibu-16 orang), Wareng
( dari Bapak dan Ibu-32 orang), Udheg–udheg ( dari Bapak
dan Ibu-64 orang), Gantung siwur ( dari Bapak dan Ibu-128
orang), Gropak senthe ( dari Bapak dan Ibu-256 orang),
Tebu sinosog ( dari Bapak dan Ibu-512 orang), Petarangan
bubrah ( dari Bapak dan Ibu-1.024 orang), Amun–amun
( dari Bapak dan Ibu-2.048 orang), jadi jumlah keseluruhan
adalah 4.095 orang.
Terakhir ibunda Dewi Sukesi menutup wejangannya,
….…,”Anak-anakku, Rahwana, Kumbokarno,
Sarpakenaka dan cah bagus Wibisana camkan baik-
baik nasehatku….. tangeh lamun negoro iki biso
ngadeg jejeg, yen siro ora miwiti kenal disik karo
sedulur-sedulurmu, ora gelem srawung disik karo
sedulurmu, ora biso gawe rukun lan tetulung disik
karo sedulurmu, sebab kuwi pondasine negoro.”……
Persatuan negeri ini memang harus dimulai dari lingkup
yang paling kecil dulu, yaitu “keluarga,” kemudian
meningkat kelingkungan sekitar kita dan kemudian
meningkat lagi hingga kadipaten, kedatuan hingga yang lebih
luas lagi yaitu …negara! Ya, menjadi Negara yang kuat
sentosa dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika Datan
Hana Dharma Kang Mangkrowa, seperti pesan-pesan dari
mpu Sotasoma pada zaman Majapahit, yang jadi pegangan
Patih Gajah Mada dalam mempersatukan Nusantara.
….,”Kelihatannya adikmu Wibisana wis ngantuk,
baiklah pertemuan ini ibu akhiri, tetapi ingat ……..jaga

OLEH : HENKY B. HERNOWO


15

selalu dan budayakan terlebih dahulu semangat


gotong-royong didalam keluarga kalian, kita jangan
malu dan cobalah bisa meniru orang-orang desa diluar
sana, mereka itu rukun, dan ibu jadi ingat nasehat
tetua didesa itu, begini……..“Jaman saiki urip amrih
bisa mulyo lan tentrem, kudu rukun karo sedulur, srana
enggal tumandang nyambut gawe lan gotong
royong……...Lanang-wadon pada oleh bubuhan
kewajiban pegawean, sing cocok karo kaanane,
timbang pada abote………Jaman biyen wong lanang
mikul, wong wadon gegendong. Yen wong lanang
macul, nggaru lan mluku, wong wadon tandur, derep
lan nutu. Yen wong lanang nganam kepang, wong
wadon nenun, mengkono sakpanunggalane…..
…..Jaman saiki kaanane wis beda, nanging ora kok
banjur budaya kerukunan melu owah, sing owah kuwi
carane anggulowentah nyesuaiake kaanan saiki ,
nangin kudu tetep ngugemi lan mujudake kerukunan
keluarga amrih sentosa..…….. Ana paribasan, yen
mlaku dewekan kuwi gampang ditumpaki setan beda
karo yen bebarengan, ora ono sing wani
ngganggu.”……..
dalam sekali makna pesan yang tersirat pada nasehat Dewi
Sukesi.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


16

2
NEGERI
ALENGKADIRAJA
Sejak pemerintahan Alengka dipegang Prabu
Rahwana, harga barang-barang dan jasa pada umumnya
menunjukan perkembangan yang lebih stabil dibandingkan
dengan pada saat pemerintahan Prabu Sumali. Prabu
Rahwana adalah pemimpin yang masih muda dengan
dukungan para menteri-menterinya yang rata-rata usianya
sebaya dengannya, mereka berhasil membawa Alengkadiraja
kesuatu tingkat kemajuan yang melebihi prestasi–prestasi
yang pernah dilakukan pemerintahan Alengka sebelumnya
maupun negeri-negeri lain, sehingga banyak negeri-negeri
lain terutama negeri anggauta perkesemakmuran yang
mereka namakan Negeri-negeri Perdamaian banyak yang
belajar kepadanya.
Pangan adalah merupakan salah satu sasaran utama.
Disamping usaha-usaha untuk meningkatkan produksi beras,
pemerintahan Alengkadiraja juga berusaha menciptakan dan
memelihara harga beras pada tingkat yang wajar, sehingga
memungkinkan para petani mendapatkan imbalan yang
layak. Dipihak lain beras masih berada dalam jangkauan
daya beli rakyat banyak. Pembinaan perdagangan beras yang
sehat, agar harga beras pada musim paceklik dan daerah-
daerah yang kekurangan beras harga beras tetap stabil.
Menjamin penyaluran beras atau bahan pangan lainnya
ketempat tempat yang tertimpa bencana alam.
Tengoklah disektor industry pertanian, meningkatnya
produksi beras berkat intensifikasi pertanian melalui

OLEH : HENKY B. HERNOWO


17

bimbingan, pembinaan, serta bantuan pemerintah pada


pengairan yang teratur, penggunaan bibit unggul,
penyediaan pupuk dan pestisida, teknik bercocok tanam
yang baik dengan teknologi mutakir mengingat Alengka
adalah suatu Negara yang mempunyai luas tanah pertanian
yang sempit, meskipun demikian Alengka bisa melaksanakan
swasembada pangan untuk mencukupi dalam negerinya.
Tidak hanya produksi beras saja, produksi hortikultura yang
terdiri sayur-sayuran dan buah-buahan terus meningkat.
Fluktasi produksi memang ada karena pengaruh iklim,
serangan hama dan penyakit tanaman. Tapi atas kerjasama
pemerintah dan rakyatnya yang punya semangat untuk maju
kesemuanya itu bisa teratasi.
Coba perhatikan disektor Perikanan laut, dengan
bertambahnya unit-unit penangkapan dengan perlengkapan
peralatan yang lebih efisien, seperti trawl, purse, saine, pole,
line, gillnet dan lain-lainnya membantu pesat pada
peningkatan produksi perikanan. Lebih-lebih dengan
penggantian kapal-kapal penangkap ikan berteknologi
mutakir untuk menunjang industry perikanan, yang punya
kemampuan operasi penangkapan diwilayah lepas-pantai
hingga kewilayah laut-dalam, produksi perikanan meningkat
dengan pesat. Tak ketinggalan juga disektor peternakan,
perkebunan mengalami peningkatan.
Dibidang perindustrian, kimia, industry dasar meliputi
logam, mesin, alat-alat transport, textile dan benang tenun
juga mengalami peningkatan produksi yang cukup pesat
sehingga kesemuanya itu telah dapat menciptakan
kemantapan harga-harga barang dalam tingkat yang dapat
dijangkau oleh rakyat banyak dengan memenuhi kebutuhan
selera, baik mutu maupun coraknya.

Tidak hanya itu, kemajuan diberbagai sector pembanguan


Alengkadiraja karena ditunjang perbaikan-perbaikan
prasarana antara lain irigasi, tidak hanya menunjang sector
pertanian saja, tapi juga ditujukan untuk menanggulangi
banjir didaerah produksi padi dan daerah-daerah yang padat
penduduknya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


18

Kemudian prasarana perhubungan meliputi angkutan


darat, laut dan udara. Sehingga hampir seluruh Alengkadiraja
sudah terjangkau oleh jaringan berbagai jenis angkutan, juga
keluar negeri bagi keseluruh negeri anggauta
perkesemakmuran turut juga menikmati, semakin
mendekatkan satu negeri dengan negeri lain, sehingga
semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan, baik dalam
negeri Alengkadiraja sendiri maupun anggauta Negeri-negeri
Perdamaian. Program rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan
jembatan diprioritaskan pada jaringan yang mempunyai nilai
social ekonomi penting. Demikian halnya dalam rangka
menaikan produktifitas dan menjamin kelancaran
perhubungan laut, telah diusahakan peningkatan fasilitas
angkutan laut seperti pelabuhan, keselamatan pelayaran,
kepanduan, pengerukan, fasilitas galangan dan dok, jumlah
armada pelayaran.
Dibidang pendidikan dan kebudayaan ada
peningkatan, meliputi pembinaan kurikulum, keseimbangan
jumlah murid, pemenuhan tenaga-tenaga pengajar,
perbaikan prasarana pendidikan serta penyempurnaan
organisasi dan pengolahan pendidikan serta pembinaan
kebudayaan, meliputi pembinaan kesenian, kepurbakalaan,
permuseuman, pembinaan bahasa, penyediaan buku-buku
bacaan serta pengembangan perpustakaan.
Tidak lupa kemajuan pembinaan dibidang kesehatan,
melalui program-program pendidikan kesehatan masyarakat,
melengkapi sarana kesehatan, pembrantasan penyakit
menular, tersedianya obat-obatan dan alat-alat kesehatan,
tenaga paramedic yang terampil, peningkatan hygiene dan
sanitasi dan managemen dibidang pelayanan kesehatan.
Keberhasilan didalam pelaksanaan program Keluarga
berencana, sehingga meningkatkan derajat kesehatan,
kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada
umumnya.
Peningkatan Pertahanan dan keamanan, sangat
penting demi keutuhan bangsa dan Negara Alengkadiraja,
maka ada beberapa sasaran pokok yaitu, pertama adalah
terbinanya stabilitas nasional disegala bidang, dan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


19

pemeliharaan daya tahan, kesiapsiagaan kekuatan-kekuatan


pertahanan dan keamanan nasional Alengkadiraja guna
menghadapi segala kemungkinan.

3
MUNCUL FITNAH
DAN FITNAH
Ini telah terjadi didunia dongeng. Dengan tergopoh-
gopoh Sarpakenaka datang melapor kepada raja Alengka
yang baru yaitu Prabu Rahwana raja muda yang
menggantikan ayahnya yaitu Prabu Sumali setelah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


20

meninggal dunia. Diusia masih sangat muda yaitu sekitar 25


tahun Prabu Rahwana yang juga kakak Sarpakenaka yang
pertama, telah terpilih sebagai pemenang pada pemilu awal
tahun yang lalu, Rahwana bersaing dengan cucu-cucu Prabu
Sumali yang lain, dan rakyat sebagian besar memilihnya
sebagai raja Alengkadiraja yang baru.
Rahwana menyambut Sarpakenaka dan mengajaknya
masuk kekraton untuk didengar laporannya. Sarpakenaka
melaporkan bahwa negeri-negeri bawahan seperti Lokapala,
Ayodya, Kutarunggu dan Dandaka telah terkena hasutan Resi
Yogiswara yang berniat untuk mbalela, dan dilaporkan pula
terjadi kekacauan bahwa para penjaga tapal batas negeri
Alengka pada mati dibunuh. Dulu sewaktu Prabu Sumali
masih hidup memerintah sebagai raja Alengka bahwa negeri
Lokapala, Ayodya, Kutarunggu, Dandaka, Mahendra,
Suwelagiri adalah tergabung dibawah perjanjian yang
disepakati bersama dalam bentuk perkesemakmuran
dibawah pemerintahan Alengkadiraja dengan nama Negeri-
negeri Perdamaian, dimana negeri-negeri tersebut
bersepakat tidak akan bisa dipisahkan satu dengan lainnya,
demi perdamaian dan kemakmuran bersama.
Sarpakenaka adalah adiknya Rahwana, diantara
perempuan Alengka dia termasuk orang cerdas, gesit,
dinamis, supel didalam pergaulan, kulitnya yang sawo
matang dengan postur tubuh yang tinggi dan atletis.
Prestasinya luar biasa, dia selalu memenangkan setiap efen-
efen pertandingan seperti, lomba lari, renang, panjat tebing,
berkuda dan juga memanah. Dan dia pernah mendapat
pendidikan ilmu kepolisian dinegerinya, dan ketika Rahwana
terpilih sebagai raja maka Sarpakenaka mendapat tugas dan
menjabat sebagai Kepala Polisi Kerajaan Alengkadiraja untuk
menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Mendengar
laporan Sarpakenaka, Prabu Rahwana segera memanggil
Patih Prahasta dan para Pangeran yaitu Kumbokarno,
Wibisana dan para Menteri bupati, Intelejen, Komandan
Wadyabala dan Bayangkara yaitu Kala Marica, diadakan rapat
mendadak membahas masalah perbatasan dan selanjutnya
berbagi tugas dan persiapan-persiapan dini untuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


21

mengantisipasi kemungkinan timbulnya kerusuhan-


kerusuhan bila terjadi diwilayah kerajaan-kerajaan bawahan.
Suatu hari, raja baru Prabu Rahwana berkeinginan
untuk melakukan kunjungan-kunjungan kedaerah-daerah
guna mengetahui secara dekat dan secara detail
permasalahan-permasalahan apa yang telah terjadi
dimasyarakatnya, dia rencanakan suatu perjalanan inkoknito
mendadak. Dia lebih suka cocokan kebenaran dilapangan
dari pada hanya mendengar bisik-bisik dari para
punggawanya. Disana kemudian dengan segera dia bisa
memberikan jalan keluar yang terbaik kepada rakyatnya agar
terhindar dari bencana atau masalah kekurangan sandang
maupun pangannya. Pada hari Dite Kasih, pagi-pagi sekali
Prabu Rahwana dikawal Kala Marica dengan menyamar
sebagai pengemis dengan pakaian yang lusuh untuk
mengelabui masyarakat agar tidak mengetahui identitas
mereka sebenarnya, dengan hati-hati kemudian mereka
keluar dari pintu gerbang Kutagara, begitu lihainya sehingga
para penjaga gerbangpun tidak ada yang mengenalinya.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyeberangi lautan dengan
menumpang prahu nelayan, yang arah tujuannya kepesisir
Mahendra, terus dilanjutkan kenegeri-negeri bawahan
lainnya…….!!
Jauh diluar perbatasan Mahendra, yaitu didaerah
pedalaman tepatnya adalah kerajaan Ayodya. Prabu
Rahwana yang masih dalam penyamaran, melihat seorang
penduduk Ayodya, yaitu Aki-tua yang sedang teraniaya dan
menjadi bulan-bulanan keganasan siluman garuda Sempati,
Aki-tua tersebut berteriak-teriak kesakitan karena salah satu
tangannya nyaris putus karena dipatuk oleh siluman garuda
Sempati, Prabu Rahwana segera bertindak menolongnya
dengan memukulkan gada miliknya ketubuh siluman garuda
Sempati sehingga kesakitan dan melepaskan cengkeraman
sehingga Aki-tua tersebut terbebas. Siluman garuda Sempati
kemudian terbang melarikan diri. Prabu Rahwana kemudian
mencoba menolong Aki-tua dan mengobati lukanya,
kemudian Prabu Rahwana bertanya kepada Aki-tua sebab
musabab sampai ada garuda menganiayanya. Aki-tua

OLEH : HENKY B. HERNOWO


22

tersebut menceriterakan kejadiannya dan ia katakan bahwa


siluman garuda tadi adalah piaraannya Prabu Rahwana yang
sengaja dikirim dari Alengka untuk menteror penduduk
Ayodya sini. Korban sudah cukup banyak mati diserang
garuda tersebut. Wah ini adalah fitnah!
Prabu Rahwana kaget juga sedih mendengar
penuturan Aki-tua tadi, bersama Kala Marica kemudian
melanjutkan perjalanan untuk mencari sisik melik atas
kejadian yang barusan ia lihat tadi. Prabu Rahwana sampai
sebuah perkampungan, tampak sepi rumah-rumah penduduk
pintunya pada ditutup rapat-rapat. Prabu Rahwana sampailah
kebalai desa, terlihat disana seseorang sedang diikat
disebuah tiang dan ada tiga orang berpakaian seragam
prajurit Alengka sedang memukulinya. Darah mengucur dari
mulut orang yang terikat tersebut dan akhirnya orang
tersebut meninggal. Prabu Rahwana melihat penganiayan
yang tak berperikemanusiaan itu kemudian menyuruhnya
untuk dihentikan, …..” hei, prajurit hentikan tindakanmu!
Apa salah orang ini sampai kalian ikat dan kalian pukuli
hingga mati?”......demikian perintah Prabu Rahwana. Tetapi
tidak digubris ketiga prajurit tersebut, malahan balas
menghardik seraya mengayunkan bogemnya kearah muka
Prabu Rahwana, …. “diam kamu gembel, tak usah ikut
campur ini semua aku lakukan karena Lurah ini tidak
menuruti perintahku, pergi kamu……!”
Belum sempat tangannya menyentuh muka Prabu
Rahwana, prajurit tersebut mengaduh dan kemudian mati
terjungkal karena tendangan kilatnya Rahwana tepat
menenai ulu hatinya. Melihat temannya mati, kedua prajurit
lainnya berusaha melarikan diri, tapi sial Kala Marica sigap
menangkapnya. Kemudian Prabu Rahwana mengintrogasi
kedua prajurit gadungan tersebut, … “ siapa sebenarnya
kalian dengan berpakaian layaknya prajurit Alengka?
Siapa yang menyuruh kalian berbuat seperti ini?”…..
Akhirnya kedua prajurit gadungan tersebut mengaku
kalau disuruh rajanya yaitu Prabu Banaputra raja Ayodya
untuk menteror para penduduk dengan tujuan penduduk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


23

agar membenci Alengka dan mau diajak memberontak


kepada Prabu Rahwana yang dianggap menjajah Ayodya,
……”pergi kamu, awas jangan perlihatkan batang
hidungmu kalau ingin selamat!”…..Maka dilepaskanlah
tawanannya dan segera lari terbirit-birit. Prabu Rahwana dan
Kala Marica melanjutkan perjalannan untuk melanjutkan
penyelidikannya, siapa sebenarnya dalang dibalik peristiwa
ini.

4
PERSEKONGKOLAN
Disuatu tempat sedang diadakan pertemuan
rahasia, yaitu Resi Yogiswara, Resi Wasista, Resi Rawatmeja,
Resi Mitra dan Pangeran Dasarata, persekongkolan
berencana akan menggulingkan Prabu Banaputra dari
tahtanya dan mendukung ambisi Pangeran Dasarata yang
punya keinginan untuk bisa menggantikannya menjadi raja di
Ayodya,
…….”bagaimana langkah berikutnya Resi.? semua
rencana Resi telah aku lakukan dan rakyat Ayodya
sebagian besar sudah merasuk benih kebencian
kepada Prabu Banaputra dan Alengkadiraja,”……
Demikian pangeran Dasarata mengawali
pembicaraan,
…..”berikutnya ananda Pangeran, coba laporkanlah
kepada raja bahwa prajurit-prajurit Alengka
diperbatasan berbuat aniaya kepada rakyat Ayodya,
kemudian bujuklah raja untuk menuntut balas dan
memutuskan hubungan dengan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


24

Alengkadiraja,”…….jawab Resi Yogiswara memberikan


petunjuk berikutnya kepada Pangeran Dasarata.
Dibalairung tampak raja Ayodya yaitu Prabu
Banaputra sedang mondar-mandir gelisah, sepertinya ada
sesuatu yang membebani pikirannya dimana ia harus
secepatnya memberikan keputusan sebagai jawaban atas
desakan para Menteri dan Bupati se Ayodya yang diprakarsai
Pangeran Dasarata, untuk mengajaknya untuk melepaskan
hubungan dengan Alengkadiraja demi keadilan, sebab
prajurit-prajurit Alengka telah berbuat aniaya kepada rakyat
Ayodya yang tidak besalah…. ditengah-tengah rapat
pertemuan dibalairung, tiba-tiba datang utusan dari Alengka
yaitu Kataya dan Kala Marica yang diutus Prabu Rahwana
untuk klarifikasi dan mengusut tuntas peristiwa-peristiwa
yang terjadi diperbatasan yang bisa mencemarkan nama
baik raja Alengkadiraja.
Tetapi belum sempat Prabu Banaputra
mempersilahkan tamunya duduk, dari orang-orangnya
Pangeran Dasarata tiba-tiba menyerang duta-duta Alengka
tersebut, sehingga suasana Balairung berubah menjadi
keributan yang berakhir dengan tragedi terbunuhnya salah
seorang duta Alengka yaitu Kataya, sedangkan Kala Mrica
luput dan sempat untuk melarikan diri pulang ke Alengka.
Prabu Banaputra marah atas terjadinya peristiwa memalukan
tersebut, Pangeran Dasarata tanggap dan pura-pura
memerintahkan untuk menangkap pelaku penyerangan dan
memerintahkan untuk membunuh orang-orang yang lancang
berani menyerang para duta dari Alengka. Para Resi saling
pandang dan tersenyum senang karena rencananya berhasil
dan bergulir dengan sendirinya, tinggal menunggu hasil
akhirnya. Yaitu tergulingnya Prabu Banaputra dari tahta
kerajaan, dan setelah itu langkah berikutnya tinggal
menggantikan sang raja dengan orang kepercayaannya.
Nasi telah menjadi bubur, Prabu Banaputra menyesali
terjadinya kekacauan di Balairung tersebut, sehingga mau
tidak mau ia harus bertanggung jawab menghadapi resiko
pengadilan Alengkadiraja pasti akan ada hukuman yang
bakal menimpa dirinya. Alengka pasti tidak akan memaafkan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


25

dan tinggal diam, membunuh dan melukai para utusan


negara sama halnya suatu penghinaan atau meremehkan
raja yang mengutusnya, sama halnya pernyataan menantang
untuk berperang, disini harga diri suatu bangsa dan negara
Alengka telah diinjak-injak.
Alengkadiraja! Dalam hati Prabu Rahwana sangat
marah melihat utusannya diperlakukan sangat kejam, Kala
Marica melaporkan semua tragedi di Balairung Ayodya
kepada prabu Rahwana dari awal sampai terjadinya
kekacauan itu sehingga membawa korban Kataya mati
terbunuh. Prabu Rahwana meskipun marah tetapi berusaha
menahan diri, luapan emosinya yang berkeinginan untuk
balas dendam ditahannya. Rahwana ingat akan nasehat
ibunya Dewi Sukesi,
….”anakku Rahwana, panasnya hati sedapat mungkin
dikendalikan, jangan dituruti sehingga menjadi muntab
yang menjadikan meluapnya nafsu. Bagaikan
menyiram api dengan minyak, kemarahan itu akan
terus menyala selamanya, bilamana tidak ada
ketenangan pikiran dan hati yang bening. Beningnya
hati dan ketenangan pikiran akan mudah untuk
memecahkan permasalahan, dan menahan serta
memadamkan semua perilaku setan,” ….
lanjut nasehat ibunya,
……”hawa nafsu dan watak angkara itu sepenuhnya
berada didalam diri pribadi masing-masing. Bila
dibiarkan bebas akan membuat bencana dan
kesengsaraan. Sebaliknya apabila bisa mengendalikan
akan menjilma menjadi watak sabar dan prasaja, tulus
iklas memberikan pengampunan terhadap sesame
yang mempunyai kesalahan.”
Dipanggilnya Patih Prahasta menghadap Prabu
Rahwana,….”Paman Prahasta, berangkatlah kamu ke
Lokapala untuk menemui Prabu Danaraja untuk
meminta bantuannya mengirimkan prajuritnya untuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


26

menangkap Prabu Banaputra dan membawanya ke


Alengka untuk diadili,”…..
Mendapat perintah dari rajanya maka Patih Prahasta
segera menjalankan tugasnya, dengan didampingi beberapa
pengawal, mereka menyeberangi lautan menuju ke Lokapala.
Kerajaan Lokapala adalah satu benua dengan Ayodya,
Mahendra, Gua Kiskenda, Mantili, yang kesemuanya adalah
Negara bawahan dari Alengkadiraja sudah sejak jamannya
Prabu Sumali hingga sekarang, sedangkan Prabu Danaraja
raja Lokapala adalah saudara seayah berbeda ibu dengan
Prabu Rahwana, yaitu Resi Wisrawa. Dulu Resi Wisrawa
pernah menjabat raja di Lokapala melanjutkan pemerintahan
Prabu Lokawana mertuanya yang meninggal karena sudah
tua. Prabu Wisrawa kawin dengan Dewi Lokawati dan
berputera seorang laki-laki diberi nama Wisrawana.
Wisrawana menggantikan ayahnya Prabu Wisrawa yang
meletakan jabatan raja karena menjadi seorang pendeta di
Girijembatan. Wisrawana diangkat menjadi raja bergelar
Prabu Danaraja.
Hubungan Prabu Danaraja sebagai anak dan ayahnya
Resi Wisrawa semula sangat baik, tetapi sejak berakhirnya
sayembara di Alengka hubungan keduanya menjadi
renggang. Prabu Danaraja merasa dikhianati oleh ayahnya
didalam kesepakatan sayembara yang diadakan prabu
Sumali raja Alengkadiraja. Sayembara diselenggarakan guna
mencarikan calon suami buat puterinya Dewi Sukesi. Dan
diantara peserta ada Resi Wisrawa yang mewakili anaknya
yaitu Prabu Danaraja. Kehadiran Resi Wisrawa mencarikan
isteri untuk Prabu Danaraja, dan sayembara berhasil
dimenangkan Resi Wisrawa, tetapi ketika Dewi Sukesi
mengetahui rencana Resi Wisrawa maka dia putuskan tidak
mau dikawinkan dengan Prabu Danaraja, malahan ia memilih
Resi Wisrawa sebagai suaminya alasannya karena Resi
Wisrawalah yang memenangkan sayembara maka Resi
Wisrawa yang berhak sebagai pendamping hidupnya, bukan
Prabu Danaraja. Maka dikawinkanlah Resi Wisrawa dengan
Dewi Sukesi. Mengetahui hal ini Prabu Danaraja sangat

OLEH : HENKY B. HERNOWO


27

marah dan kemudian mengirim tentaranya untuk menyerang


Alengka, tapi sayang tentaranya kalah!
Maka sejak itu Lokapala menjadi kerajaan bawahan
Alengkadiraja. Perkawinan Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi
membuahkan empat orang anak yaitu, Rahwana,
Kumbokarno, Sarpakenaka dan Wibisana. Jadi Rahwana
adalah saudara tiri Prabu Danaraja. Kemudian setelah Prabu
Sumali meninggal, dari hasil pemilu Alengka dari calon-calon
raja diantara pangeran-pangeran kerajaan yaitu anak dan
cucu-cucu Prabu Sumali yang termasuk Prahasta adiknya
Dewi Sukesi dan Rahwana, hasil pemilu Rahwanalah yang
terpilih, kemudian ia dinobatkan sebagai raja Alengkadiraja.
Tibalah Patih Prahasta dan pengawalnya dinegeri
Lokapala, kemudian menghadap Prabu Danaraja untuk
menyampaikan pesan-pesan dari Prabu Rahwana minta
bantuan untuk menangkap Prabu Banaputra dari kerajaan
Ayodya yang telah menghina Prabu Rahwana. Tapi apa
tanggapan Prabu Danaraja,
……”pulanglah Paman Prahasta, aku tidak punya
urusan dengan Prabu Banaputra jadi aku tidak perlu
mengusiknya, sampaikan kepada adikku Rahwana agar
supaya melakukan penangkapan sendiri, aku menolak
perintahnya!”…..
bergegas Prahasta kembali ke Alengka dalam hatinya
mengatakan bahwa ini adalah awal bakal terjadinya
bencana.
Prabu Rahwana marah sekali, kali ini dia harus
bertindak tegas terhadap negeri-negeri bawahan,
……”Kala Marica ! siapkan prajurit kavaleri pilihan satu
garda hari ini, juga prajurit pemanah, aku sendiri yang
akan memimpin penyerangan ini ke Ayodya, kemudian
kita teruskan penyerangan ke Lokapala kita sapu bersih
mereka, sudah habis kesabaran saya! Sudah kuwajiban
saya untuk menjaga selalu kesatuan persatuan negeri-
negeri persekemakmuran ini, barang siapa yang
mbalelo harus ditindak tegas, tidak pandang bulu
meskipun dia kakak tiri saya! Paman Prahasta siapkan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


28

prajurit mariner diperbatasan Mahendra, tunggu saja


disana jaga-jaga bila saya perlu bantuan nanti !”……
demikian Prabu Rahwana memberi instrusi, untuk bersiap
berangkat memerangi Ayodya dan Lokapala.
Perjalannan yang cukup mendebarkan, bersama Prabu
Rahwana berangkatlah pasukan Alengka dengan
mengerahkan kekuatan militernya terdiri pasukan kavaleri
dan marinir menyeberang lautan menuju ke Ayodya. Tengah
malam pasukan-pasukan Alengka mendarat di Mahendra,
saat itu penduduk masih pada lelap tidurnya, tidak ada
satupun yang mengetahui kedatangan tentara-tentara
Alengkadiraja. Kemudian memisahlah pasukan kavaleri dan
barisan prajurit pemanah melanjutkan perjalanan ke Ayodya
sedangkan prajurit mariner yang dipimpin Patih Prahasta
menunggu dan menguasai pesisir Mahendra.
Fajar menyingsing pasukan kavaleri yang dipimpin
Kala Marica berhasil masuk keibu kota Ayodya, ketika itu
penduduk baru pada bangun, kaget liar biasa penduduk
setelah melihat banyaknya tentara berkuda Alengka datang
secara tiba-tiba dan menyerang pos-pos penjagaan dengan
bengis, dan membuat kalang kabut penduduk, tampak
diwajah-wajah mereka ketakutan amat sangat dan bergegas
masuk kembali kerumah dan menutup pintu jendela rumah
mereka rapat-rapat dan bersembunyi.
Dibawah komando Prabu Rahwana sendiri yang
memberi aba-aba perintah untuk menyerang kraton Ayodya
serta barak-barak prajurit Ayodya. Para prajurit Ayodya
terkejut akan penyerangan ini, mereka tidak menduga sama
sekali dan tidak siap melakukan perlawanan secara maksimal
ketika terjadi penyerangan mendadak ini. Meskipun demikian
Peperangan antara Alengka dan Ayodya tidak bisa dihindari.
Prajurit-prajurit Ayodya pada situasi dan kondisi yang lemah
sehingga berakibat Prabu Banaputra mati terbunuh, demikian
pula Resi Rawatmeja dan siluman garuda Sempati hampir
semuanya mati terbunuh ditangan pasukan Alengka. Tak
kuasa menahan serangan terpaksa Pangeran Dasarata, para
Resi dan punggawa-punggawa kerajaan Ayodya cepat-cepat
menaikkan bendera putih sebagai tanda menyerah kalah.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


29

Dan akhirnya Pangeran Dasarata mohon pengampunan


kepada Prabu Rahwana dan berjanji akan tetap setia dibawah
Alengkadiraja.
Bagaimana dengan rakyat Ayodya? Atas kejadian ini
didalam hati mereka bertambah yakin bahwa tentara Alengka
memang benar-benar jahat, banyak bukti-bukti pengalaman
mereka dimana prajurit Alengka (gadungan) pernah
menganiaya dan sering menteror mereka, semua tercatat
pada benak mereka perlakuan tidak adil dan sewenang-
wenang yang pernah mereka alami sebelum perang ini
terjadi, padahal mereka tidak tahu kalau semuanya itu
adalah rekayasa dan merupakan bagian dari rencana-
rencana dari Pangeran Dasarata dan Resi Yogiswara dan
kawan-kawannya.
Setelah suasana tenang dan kondusif, Prabu Rahwana
kemudian memanggil pertemuan Majelis perwalian untuk
menyelenggarakan pemilihan pengganti raja Ayodya, agar
pemerintah tidak vacum. Kemudian segera Majelis
melaksanakan pemilu, dan hasil akhir terpilih Pangeran
Dasarata untuk menjadi raja Ayodya. Penobatan raja baru
dilaksanakan dengan gelar Prabu Dasarata. Sekali lagi
melihat peristiwa ini Resi Yogiswara tersenyum lagi dan
mereka saling pandang dengan para Resi lainnya, berkedip
dan mengangguk mengiyakan bahwa satu tahap rencana
mereka berhasil, meskipun ada yang menjadi tumbal salah
seorang dari mereka yaitu Resi Rawatmeja yang gugur
dimedan perang, tapi hal itu tidak mengendurkan semangat,
misinya tetap berjalan dan harus tewujud!
Prabu Rahwana bersama tentaranya kemudian
bertolak kembali ke Mahendra menyatu dengan prajurit-
prajurit marinirnya Prahasta yang siap siaga sedang
menunggunya,
…..”Paman Prahasta, selanjutnya saya utus kamu
berangkat untuk nanting kakang Prabu Danaraja di
Lokapala, tawarkan kepadanya agar mau untuk
berubah pikiran, rela dan iklas tunduk kembali dibawah
Alengkadiraja, atau aku harus memaksanya dengan
kekerasan, bawa seluruh pasukanmu keperbatasan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


30

Lokapala dan lakukan tindakan tegas, dan jangan ragu-


ragu basmi apabila mereka tidak menuruti segala
perintahku!”…..
...daulat tuanku.!... maka Prahasta berangkat dengan bala
tentaranya dan siap menyerang Lokapala. Tetapi rencana
penyerangan ini rupa-rupanya telah diendus pihak Lokapala.
Sampai diperbatasan Lokapala rupa-rupanya Prabu Danaraja
dengan bala tentaranya telah siap menyongsong tentara
Alengka diperbatasan. Dikerahkannya seluruh kekuatan
militer Lokapala menuju keperbatasan, semua itu di lakukan
untuk menghindari korban lebih banyak bila saja membiarkan
tentara Alengka sempat masuk keibu kota.
Niat Prabu Danaraja sudah bulat, ia tidak mau tunduk
dibawah Alengka. Dan dihadangnya tentara Alengka dan
Peperanganpun terjadi! Sayang berakhir Lokapala hancur!
Dan Prabu Danaraja berhasil dibekuk tetapi ia tidak mau
menyerah, terpaksa dibunuh oleh Prabu Rahwana.
Berakhirlah riwayat Lokapala.

5
BIANG KELADI

“N yai, seyogyanya nyai mencari pendamping


yang sesuai untuk menjadi suami, agar nyai mendapat
ketentraman jiwa dan siapa tahu nanti punya
keturunan yang kemudian hari bisa menggantikan
tahta kerajaan,”….

OLEH : HENKY B. HERNOWO


31

demikian bujukan Resi Wasista kepada Dewi Sukasalya yaitu


jandanya Resi Rawatmeja. Benar juga nasehat Resi Wasista,
Resi Rawatmeja sudah ada lebih dari seribu hari terhitung
sejak saat meninggalnya,
….”Tapi siapa yang sudi melamarku?”…..sepertinya Dewi
Sukasalya menanggapinya.
Ada! Yaitu Prabu Dasarata, memang itu yang ada
didalam scenario para Resi, Prabu Dasarata saatnya harus
tampil kepanggung,
,….”tapi semua langkah dan kegiatannya harus ada
orang kita yang bisa mengawasinya, yaitu Dewi
Sukasalya. Jangan sampai dia melenceng dari relnya
sehingga bisa menggagalkan semua rencana kita.”…..
Maka Para Resi menyarankan Prabu Dasarata untuk
mengambil Dewi Sukasalya menjadi istrinya. Dan Prabu
Dasarata menyanggupi, apalagi paras orangnya sangat
cantik. Dengan gigih Prabu Dasarata merayu Dewi Sukasalya,
dan akhirnya selang tak beberapa lama Dewi Sukasalya
berhasil diajak kawin dengannya. Upacara perkawinan
diselenggarakan secara besar-besaran, disaksikan kedua
isterinya yaitu Dewi Kekayi dan Dewi Sumitra. Sempurna
sudah rencana Resi Yogiswara dan kawan-kawan untuk
menghantarkan Prabu Dasarata ketapuk kerajaan Ayodya,
dan Prabu Dasarata otomatis dibawah kendali para Resi,
setelah mengawini Dewi Sukasalya.
Tiga bulan kemudian, Ratu Sukasalya hamil, sebulan
kemudian disusul Dewi Kekayi dan dua bulan berikutnya Dewi
Sumitra juga hamil. Sembilan bulan kemudian, Ratu
Sukasalya melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian
diberi nama Ramabadra, sebulan kemudian Dewi Kekayi
melahirkan seorang bayi laki-laki dan diberi nama Barata,
sebulan kemudian Dewi Sumitra melahirkan bayi laki-laki
diberi nama Lesmana dan setahun kemudian Lesmana punya
adik laki-laki diberi nama Taruna. Jadi putera Prabu Dasarata
semuanya berjumlah empat orang anak. Tidak dapat
dibayangkan gembiranya Prabu Dasarata dikaruniai empat
orang anak yang kesemuanya cakep-cakep. Tidak hanya sang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


32

raja yang gembira, Rakyat Ayodyapun ikut gembira


mendengar kelahiran putera-putera rajanya.
Akan tetapi kegembiraan itu tidak lama, karena Resi
Wasista menagih janji yang mana sebelumnya telah ada
kesepakatan antar keduanya, yaitu apabila Prabu Dasarata
setelah berhasil menduduki tahta kerajaan Ayodya dan bila
punya anak, maka anaknya harus diserahkan untuk dididik
dibawah pengawasan para Resi. Terpaksa Prabu Dasarata
melepaskan keempat puteranya setelah usia sepuluh tahun
dibawah asuhan dan pendidikan dari Resi Wasista dan Resi
Yogiswara tinggal dipertapaan. Disana mereka dididik sesuai
doktrin-doktrin faham yang dianut para Resi-resi dari
Gangga.
Prabu Dasarata jatuh sakit, akibat stress karena lama
tidak bertemu dengan putera-puteranya, sering dia jatuh
pingsan dan hidupnya selalu berada ditempat dipembaringan
karena lemah tubuhnya. Mengetahui keadaan Prabu Dasarata
para Resi tidak tega dan merasa kasihan, maka diijinkanlah
putera-puteranya untuk kembali keistana. Barata dan
adiknya Taruna yang mau kembali, tetapi Ramabadra dan
Lesmana yang tidak mau kembali keistana. Dia lebih
menyukai tinggal di pertapaan yang bebas bisa berkelana
kemana saja ia mau, disana tidak terbelenggu aturan-aturan
protokoler seperti didalam kerajaan. Prabu Dasarata sedih
dan kecewa campur kangen kepada puteranya Rama dan
Lesmana, wajah kedua puteranya selalu terbayang saat
jelang tidur. Kenangan manis yang membahagiakan sewaktu
ke empat anak-anaknya masih berkumpul semua. Rasa
kangen yang dipendam akhirnya berakibat kambuh sakitnya,
lama dan semakin parah sakitnya. Dan akhirnya sang Prabu
Dasarata meninggal dunia.
Setelah Prabu Dasarata meninggal dunia, Ayodya saat
ini sedang terjadi kemelut didalam keluarga kerajaan,
berawal permasalahan pada Pemilihan raja baru! Majelis per-
Walian memutuskan Ramabadra dinobatkan menjadi
pengganti raja, akan tetapi keputusan itu ditentang oleh
Dewi Kekayi dengan argumentasinya yang menyatakan
bahwa Rama tidak layak sebagai raja! Berlarut-larut

OLEH : HENKY B. HERNOWO


33

permasalahan ini belum selesai dan tahta kerajaan kosong


oleh sebab tahta jadi perebutan intern kerajaan. Dewi Kekayi
isteri kedua Prabu Dasarata menuntut tahta kerajaan Ayodya
supaya diberikan kepada puteranya Batara, dia tidak setuju
bila kerajaan dipegang oleh Ramabadra yang acuh terhadap
permasalahan-permasalahan bangsa dan Negara,
Ramabadra dianggap lebih mementingkan dan memanjakan
diri sendiri, mengutamakan kesenangan berburu yang setiap
hari dilakonninya hampir separoh waktunya, Dewi Kekayi
kawatir rakyat Ayodya akan terabaikan. Tetapi bagaimana
kalau pilihan pada Lesmana dari putera selir yang lain? Ratu
Kekayi juga tidak setuju, Alasannya bahwa Lesmana
orangnya tidak punya pendirian, bisanya hanya mengekor
pada kakaknya Ramabadra.
Tapi Ramabadra itu putera Mahkota dari Ibu Suri?
Dialah yang berhak atas tahta itu, begitulah Barata
mengingatkan pada Kekayi ibunya. Tapi didalam hati Batara
membenarkan apa yang dikatakan ibunya bahwa Ramabadra
memang orangnya egois dan dia lebih senang dalam
pergaulan liar dengan preman-preman, yaitu munyuk-
munyuk dari Reksamuka, jarang pulang kekesatrian dan lebih
krasan tinggal digunung dipadepokan bersama gurunya Resi
Yogiswara……!! Akhirnya Barata ditetapkan sebagai YMT Raja
atau Yang menjalankan tugas raja. Sewaktu-waktu bisa
dicopot apabila Putera Mahkota sudah kembali keistana.
Resi Yogiswara, setelah suksesi di Ayodya berakhir
kemudian ia putuskan untuk tinggal daerah dipegunungan
diwilayah Kutarunggu, misi dari awal ia datang ke Ayodya
dengan membawa faham kepercayaan dari Gangga, dia
mendapat tugas dari sana untuk menyebarkannya, tidak
hanya di Ayodya, tapi hingga keseluruh dunia dongeng.
Didalam rencana Resi Yogisrawa sasaran pertama adalah
Negara-negara bawahan Alengka terlebih dulu, berikutnya
masuk ke negeri Alengkadiraja, tapi didalam pelaksanaannya
mengalami banyak kendala. Diantaranya, waktunya tertunda
karena meninggalnya Prabu Dasarata dan dirasakan sulit
untuk mengajak atau mempengaruhi masyarakat diwilayah-
wilayah negeri bawahan Alengkadiraja. Masalahnya, cara

OLEH : HENKY B. HERNOWO


34

berfikir rakyat Alengka maupun bawahannya sudah jauh lebih


maju dibandingkan dengan rakyat Gangga. Mereka itu kritis
dan tidak percaya tahyul-tahyul, realistis cara berfikirnya
mereka hanya percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa
pencipta alam semeta dan seluruh isinya, yang didalam
ajarannya mengedepankan tentang kebenaran dan kejujuran.
Diantara murid-murid Resi Yogiswara adalah
Ramabadra dan Lesmana, keduanya adalah cantrik-cantrik
yang paling setia dan fanatik kepada gurunya. Ramabadra
berusia 25 tahun dan adiknya Lesmana berusia 23 tahun,
keduanya gagah dan tampan. Keduanyalah yang akan
dimanfaatkan oleh Resi Yogiswara untuk melanjutkan rencana
misi berikutnya, ia yakin dengan memanfaatkan kedua
muridnya yaitu Ramabadra dan Lesmana pasti misinya akan
berhasil. Strategi awal Resi Yogiswara yang harus dipenuhi
adalah;
Langkah pertama, membangun kekuatan atau mencari
dukungan dari kerajaan-kerajaan tetangga. Yaitu dengan cara
mengambil alih kekuasaan negeri bawahan Alengka
diseberang lautan.
Langkah kedua adalah menundukan raja-raja besar seperti
Prabu Janaka raja Mantili, Resi Rama Bergawa dan Resi
Subali. Mereka orang-orang yang punya ambisi-ambisi untuk
berkuasa, harus ditundukkan, sebab kalau tidak akan
menjadikan penghalang besar untuk menuju kenegeri
Alengkadiraja. Prabu Janaka penguasa kerajaan Mantili yang
saat ini sedang mencari calon menantu untuk puterinya yang
bernama Shinta.
Langkah ketiga adalah merangkul munyuk-munyuk preman
dari Reksamuka bersama raja beruk bernama Prabu Sugriwa
dengan cara membantunya untuk mengkroyok Subali
saudara kandungnya yang tinggal di Gua Kiskendo, kebetulan
saat ini Sugriwa butuh pertolongan untuk menyelesaikan
masalah dengan saudaranya bernama Resi Subali, mereka
sedang memperebutkan Dewi Tara seorang bidadari dari
Kahyangan hadiah pemberian Batara Indra setelah berhasil
membunuh dua siluman Mahesasura dan Jatasura.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


35

Langkah keempat yaitu menyerang Alengkadiraja yang


membawahi Negeri-negeri Perdamaian dengan menundukan
Maharajanya yaitu Rahwana!
Langkah kelima dengan mengerahkan seluruh kekuatan
dan memperalat Rahwana yang tidak bisa mati, akan mudah
menguasai Mayapada dan Kadewatan di Jonggring Saloka
didunia dongeng ini.
Mulailah rencana Resi Yogiswara dijalankan, maka
dipanggilah kedua muridnya Ramabadra dan Lesmana,
diperintahlah keduanya untuk mengikuti sayembara
dikerajaan Mantili dimana Prabu Janaka sedang mencari calon
menantu yang perkasa,
…..”berangkatlah Ngger! Disayembara tersebut akan
teruji kesaktianmu dan buktikan kalau kalian adalah
muridku yang juga sebagai ksatria-ksatria Ayodya
yang perkasa atau tidak?!”......dan lanjutnya lagi,
…..”soal hadiah Shinta putrinya adalah nomor dua,
yang utama adalah kekuasaan, kemenanganmu akan
punya arti sangat penting, secara tidak langsung kamu
telah menundukkan atau paling tidak bisa
mempengaruhi sikap Prabu Janaka terhadapmu
menjadi segan dan tidak meremehkan!”……
Rupanya gengsi Ramabadra dan Lesmana terusik
sehingga termakan oleh hasutan Resi Yogiswara. Maka pagi
harinya Ramabadra dan Lesmana turun gunung dan
berangkat mengikuti sayembara kenegeri Mantili.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


36

6
SEKALI DUSTA
JAGA DUSTA
Singkat ceritera dongeng, akhirnya Ramabadra
didalam sayembara berhasil unggul mengangkat gendewa
(busur) wasiat milik Prabu Janaka, beberapa tahapan
dipertandingkan pada keahlian memanah, dimulai dari cara
merentang busur sampai dengan memanah obyek-obyek
tersulit dengan berbagai posisi atau gerakan bahkan
memanah sambil menaiki kuda, berkali-kali mengangkat
gendewa besar dan cukup melelahkannya, kalau dihitung
jumlahnya berapa kali mengangkat gendewa sama halnya
memindahkan barang yang beratnya hampir dua ton, dengan
demikian Ramabadralah sebagai pemenangnya dan berhak
menerima hadiah yang telah dijanjikan yaitu sebagai suami
Shinta puterinya Prabu Janaka dari kerajaan Mantili.
Kegembiraan dilampiaskan dengan pesta tujuh hari
tujuh malam sebagai perayaan perkawinan Ramabadra dan
Shinta, diselenggarakan dengan mengundang besannya yaitu
Ratu Sukasalya juga gurunya Resi Yogiswara dari kerajaan
Ayodya, juga dihadiri tamu-tamu dari kepala negeri-negeri
tetangga. Hanya Lesmana saja yang terlihat murung, karena
kecewa tidak berhasil didalam mengikuti sayembara, dia
diam duduk dipojok ..menyendiri,
merenungi nasibnya.
Tapi tidak hanya Lesmana saja yang murung,
Shintapun juga sedih karena merasa harga dirinya tidak ada,
tidak ada kemerdekaan bagi dirinya, ada protes didalam
batinnya menyesalkan kenapa ia dijadikan sebagai seorang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


37

perempuan, yangmana statusnya didalam adat atau budaya


didunia dongeng ini selalu saja perempuan teraniaya,
direndahkan derajadnya, disamakan seperti barang yang bisa
dioperkan, dibuang, dibunuh atau dijual, dilelang atau
disayembarakan seenaknya untuk pemuas keangkara
murkaan mereka, semua yang terlibat pada sayembara itu
adalah sama saja, mereka itu termasuk golongan angkara
murka..
…“belum….belum Ngger, masih ada Pemanah yang
lebih unggul dari kamu yaitu Resi Rama Bergawa,
hingga saat ini dia masih menyandang nama sebagai
Pemanah terunggul di Mayapada ini,……kamu belum
unggul seperti Rama Bergawa, kecuali kalau dia sudah
mati, nah barulah urutan berikutnya adalah kamu…..”
….
demikian bisikan Resi Yogiswara kepada Ramabadra saat
berpamitan akan kembali ke Kutarunggu dan menyalaminya
diatas pelaminan pengantin. Cemburu dan jengkel
Ramabadra setelah mendengar ucapan Resi Yogiswara,
…..”tidak Guru, aku pasti bisa mengalahkan Resi Rama
Bargawa akan aku tantang dia, kalau perlu…..!”
gumamnya dalam hati.
Setelah sepasar rencana kedua pengantin akan
boyongan kenegeri Ayodya, tapi Ramabadra harus
menyelesaikan dulu akan janjinya yaitu mencari Resi Rama
Bargawa. Ya, Resi Rama Bergawa yang berpostur tubuh tinggi
besar, berkulit hitam dan gagah meskipun usianya sudah
kakek-kakek. Dulunya dia seorang jawara yang disegani,
ambisinya untuk selalu unggul memang sembada dengan
kemampuannya didalam olah keprajuritan, dia sakti dan
sejata ampuh andalannya adalah panah Bargawastra
sehingga ia terkenal sebagai Sang pemanah tiada tandingan.
Pengembaraan dan petualangan yang nyleneh dan
nyentrik itu sangat merepotkan banyak negeri yang
dilaluinya. Selalu ada keributan hanya karena adu kekuatan
dan kemahirannya memanah untuk mendapatkan pengakuan
atas kemenangan dan keunggulannya saja, sudah hanya itu

OLEH : HENKY B. HERNOWO


38

thok! Resi Rama Bargawa tidak ingin kekuasaan, hanya


popularitas saja yang ia cari. Yah, tapi tingkahnya selalu
membawa korban pada setiap lawan yang ia tantang.
Kepala negeri atau para raja banyak yang
membencinya dan berusaha menjebaknya. Diberi kekayaan
atau kedudukan yang tinggi dikerajaan asal mau
menghentikan hoby ngawurnya, Rama Bargawa menolaknya,
dia ingin bebas dan tidak mau diperintah oleh siapapun. Para
raja mencoba membayar orang untuk membunuhnya namun
belum ada yang berhasil, malahan mereka menjadi korban
seperti Prabu Harjuna Sasrabahu pun mati ditangannya.
Ramabadra mencoba mencari sendiri keberadaan Resi
Rama Bargawa, dicobanya menelusuri tepi hutan Mantili,
biasanya sang Resi melakukan latihan-latihan ditepi hutan,
sambil berteriak-teriak memanggilnya,
……”hei tua bangka Rama Bargawa dimana
kamu!....tunjukanlah batang hidungmu, aku
menantangmu, hei Rama Bergawa!......keluarlah,
jangan sembunyi kaya anak kecil, omong kosong
orang-orang menyebutmu jago memanah, lawanlah
aku!”......
diluar dugaan tiba-tiba sosok orang sudah berdiri
dihadapannya yaitu Resi Rama Bargawa, tanpa
sepengetahuannya ia muncul dari semak-semak, sehingga
membuat kaget Ramabadra,
……”ada apa kisanak, mengapa teriak teriak, dengan
berbisikpun aku bisa mendengar dan mengerti
maksudmu.”
Demikian sang Resi menjawab menerima tantangan
Ramabadra,
….”disana ada empang, kamu dan aku mengambil
posisi berseberangan, langsung saja tembakkan
panahmu kearahku dan aku bisa mengimbanginya.”…..
Mereka sepakat persyaratan pertandingan memanah
ini, kemudian Ramabadra mengambil posisi diseberang
empang
….”terimalah anak panahku Resi!”…..

OLEH : HENKY B. HERNOWO


39

Ramabadra dengan cepat mendahului merentang busur dan


menembakkan anak panah kearah Resi Bargawa, tapi
secepat itu juga Sang Resi melepaskan anak panah kearah
anak panah Ramabadra yang meluncur kearahnya, dan
terdengarlah suara,…kraak…kedua anak panah bertubrukan,
terbelahlah anak panah Ramabadra dan jatuh kedalam
empang.
Dua, tiga dan empat kali Ramabadra melepaskan
anak panahnya kearah sang Resi, namun selalu gagal
dihabisi anak panahnya oleh panah sang Resi. Dan tiba-tiba
Ramabadra mengaduh sambil memegang telinganya sebelah
kiri keluar darah karena terluka dan sumping perhiasan
telinga lepas entah kemana, rupa-rupanya dia kena panah
sang Resi, beruntunglah hanya telinganya yang kesrempet.
Dan tahu-tahu Resi Rama Bargawa sudah berdiri
dihadapannya sambil merentang busur dengan anak
panahnya diarahkan ketubuh Ramabadra,
,…..”ampun Resi, saya mengaku kalah, biarkan saya
hidup, masalahnya...saya pengantin baru….”
Ramabadra mengiba takut kalau sang Resi akan
membunuhnya,
….”ha, ha, ha…pengantin baru. Baiklah pergilah kamu,
tapi ingat aku bukan tipe pembunuh seperti yang ada
dalam pikiranmu yang kotor itu!”….
Ramabadra kemudian melangkah mundur untuk pergi, juga
sang Resi segera membalikkan tubuhnya untuk
meninggalkan Ramabadra yang ketakutan.
……“Inilah kesempatan bagus,”….
pikiran jahat Ramabadra membujuknya. Saat itu Rama
Bargawa posisinya membelakangi Ramabadra, posisi lengah
ini segera dimanfaatkan Ramabadra untuk melepaskan anak
panahnya, dan meluncur tepat mengenai leher sang Resi,
….”aahh, aaahh...kamu…kamu..licik..licik..setaan !”
...dan sang Resi roboh sambil menuding Ramabadra. Dan
matilah sang Resi Bargawa dengan sangat mengenaskan,
matanya melotot sepertinya ada sesuatu yang dia tidak bisa
terima dan sesalkan ketidak sportifan Rambadra. Licik dan
berdarah dingin, adalah sebutan yang pantas untuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


40

Ramabadra, tapi sebutan apa kek tidak dihiraukan


Ramabadra, yang penting target akhir terpenuhi, bahwa
mulai sekarang hanya dialah satu-satunya yang berhak
menyandang Sang pemanah tiada tandingan di Mayapada.
Orang-orang mulai berdatangan, juga Lesmana dan Shinta
yang sedari tadi mencari-carinya Ramabadra. Dengan
bangganya Ramabadra menunjukan bangkai Resi Rama
Bargawa yang mati tertembus oleh panahnya. Cepat berita
ini tersebar keseluruh dunia dongeng, dan membuat
kegembiraan orang-orang yang pernah menjadi musuh Resi
Rama Bargawa, termasuk Prabu Janaka yang menyempatkan
menemuinya untuk mengucapkan selamat. Hanya Shinta
yang diam tidak berkomentar, ada kecurigaan dengan apa
yang telah dilakukan suaminya terhadap Resi Rama Bargawa,
dia sempat memperhatikan Ramabadra sewaktu mencabut
panahnya dari leher Resi Rama Bargawa. ...”Posisi panah
menancap dari belakang mata panah menembus keluar
leher depan...? membokong..?? tidak terpuji ..dia
berdusta..!!!”
Genap sepasar Ramabadra berpamitan kepada Prabu
Janaka, membawa isterinya Shinta dan Lesmana akan
kembali ke Ayodya. Prabu Janaka menawarkan pengawalan
dengan barisan prajurit mengiringi sampai Ayodya. Tapi
Ramabadra menolaknya, karena akan singgah dulu di
Kutarunggu yaitu dipertapaannya Resi Yogiswara. Akhirnya
Prabu Janaka hanya bisa mengantar hingga batas kota saja,
perpisahan dengan putrinya Shinta sangat mengharukan,
Shinta menangis dalam pelukan sang ayah, demikian pula
Prabu Janaka memeluknya erat-erat Shinta sepertinya takut
kehilangan satu-satunya putrinya yang ia cintai
,…..”maafkan putrimu ayah, setelah perpisahan ini,
mungkin aku akan kembali menjadi Shinta yang lain,
tapi apapun wujutku aku tetap Shinta kecilmu yang
selalu menyayangimu ayah!”……
Prabu Janaka terkesiap mendengar bisikan putrinya,
sepertinya ada penyesalan, apakah penyebabnya sayembara
itu, yangmana putrinya Shinta sebenarnya tidak

OLEH : HENKY B. HERNOWO


41

menyetujuinya, perpisahan ini menambah kekhawatiran


Prabu Janaka pada putrinya setelah berumah tangga
malahan menjadikan Shinta tidak bahagia. Nasi telah menjadi
bubur, sang Prabu Janaka pasrah kepada dewa-dewa
bagaimana nantinya membawa nasib Shinta.
Kutarunggu! Terjadi keributan dipertapaan Resi
Yogiswara. Sang Resi Yogiswara sedang terbaring lemah,
didadanya berdarah-darah sedang dibalut dengan kain kasa
oleh Resi Wasista karena luka kena tusukan, sedangkan Resi
Mitra ikut memegangi tubuhnya agar tidak banyak bergerak,
…..”ayo Resi segera diminum ramuan obat yang aku
buat untukmu, ini bisa mengurangi rasa sakitmu!”……
Resi Wasista membantu mendekatkan mangkuk berisi cairan
ramuan obat kemulut Resi Yogiswara untuk diminum,
…..”bagaimana kejadiannya sehingga Wirada bisa
mencelakai Resi?”….. sambil menahan sakit Resi Yogiswara
menceriterakan perkelahiannya dengan Wirada.
Waktu itu Resi Mitra sedang mengganti sesaji diruang
pemujaan, sedangkan Resi Yogiswara baru saja pulang
mengambil buah-buahan dari hutan, kemudian dia
memergoki ada orang asing mengedhap-edhap masuk
keruang pemujaan, Resi Yogiswara mencoba menegurnya,
tetapi orang tersebut malahan menyerang Resi Yogiswara,
terjadilah pergumulan seru keduanya, Resi Mitra keluar dan
melihat perkelahian itu maksudnya mau melerai, tapi
akhirnya orang asing tersebut berhasil dibekuk oleh Resi
Yogiswara.
Orang asing tersebut mengakui namanya Wirada
orang suruhannya Dewi Kekayi ibundanya Barata adik tirinya
Ramabadra. Wirada disuruh untuk membuntuti Ramabadra
dan Resi Yogiswara kemanapun perginya, segala gerak dan
perkembangannya selalu dilaporkannya kepada Dewi Kekayi.
Karena Dewi kekayi tidak menghendaki Ramabadra kembali
keistana, Dewi Kekayi menginginkan tetap Barata yang
memegang tapuk kerajaan Ayodya.
Sewaktu Resi Mitra akan mengikat Wirada, tidak
terduga Wirada dengan secepat kilat merebut keris Resi Mitra
dan kemudian menyergap Resi Yogiswara dan menusukkan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


42

keris tersebut ketubuh Resi Yogiswara yang pada saat itu


sedang tidak siaga, kemudian Wirada meloncat keluar mau
melarikan diri melarikan diri tetapi didepan pintu Wirada
bertubrukan dengan Resi Wasista yang baru saja datang dari
Ayodya
….”tangkap Resi!!”…
dengan sigap Resi Wasista mengkaitkan kakinya pada kaki
Wirada yang hendak lari sehingga dia jatuh terjerembab
ketanah, dan sekali lagi Resi Wasista memberikan pukulan
tenaga dalam tepat didadanya sehingga Wirada lemas
kesakitan sulit bernapas. Resi Wasista datang
menghampirinya dan menotok jalan darahnya sehingga
Wirada terkulai semakin tidak berdaya.
…..”baiklah Resi sekarang istirahat dulu agar pulih
kesehatannya, kejadian ini sebaiknya dirahasiakan
saja, langkah selanjutnya kita korek dulu keterangan-
keterangan dari Wirada dan setelah itu kita habisi saja
dia, sebab kalau tidak rencana bisa terhenti ditengah
jalan, Wirada dan Dewi Kekayi sudah tahu terlalu
banyak!”….Resi Wasista mengingatkan.
Suasana tegang mulai mereda, tak beberapa lama
terdengar orang mengetuk pintu gerbang dan terdengar
seseorang memanggil-manggil,
….”Resi, aku Ramabadra datang untuk sowan!”…..Resi
Wasista, Resi Mitra saling berpandangan,
….”sudah Resi, nanti aku yang akan menjelaskan
kejadian ini kepada Ramabadra, sekarang bukakan
pintu dan suruhlah dia masuk!”….sahut Resi Yogiswara
meredakan kebimbangan para Resi.
Ramabadra, Shinta dan Lesmana kemudian dipersilahkan
masuk setelah dibukakan pintu oleh Resi Mitra. Kedatangan
mereka bertiga sangat membuat gembira para Resi. Ketika
masuk kedalam terlihat oleh Ramabadra disudut ruangan ada
tergeletak Wirada yang mengerang tapi sulit bicara karena
telah ditotok jalan darahnya oleh Resi Wasista,
…..”siapa orang itu Resi?”…Tanya Ramabadra,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


43

…..”oh, dia adalah pecundang biarkan saja, sekarang


masuklah dan temuilah Resi Yogiswara yang sedang
sakit, dadanya terluka karena ulah sipecundang
itu!”…...jawab resi Wasista atas pertanyaan Ramabadra.
Tapi tanpa dipikir panjang, Ramabadra mengambil
panahnya dan melepaskan anak panah kearah Wirada,
…..”jangan kakang!”….Shinta berusaha mencoba
menahannya,
tapi panah terlanjur dilepaskan dan tepat mengenai jantung
Wirada. Wirada mati! Resi Wasista kaget dan terdiam karena
tidak sempat menghentikannya. Shinta melongo sepertinya
ada kekecewaan atas sikap suaminya Ramabadra, sudah dua
kali ia menyaksikan tragedy yang disebabkan oleh suaminya
yang tega melakukan pembunuhan dengan alasan yang tidak
jelas.
…..”oo, ananda Ramabadra, Shinta dan Lesmana
mendekatlah kepadaku,………aku senang sekali kalian
datang menjengukku, kalian memang muridku yang
paling setia, sudah seringkali pertapaan disini
mendapatkan terror, dan tadi pagi Resi Wasista dan
Resi Mitra sempat menangkap Wirada, tapi pecundang
itu sempat melukai aku sehingga keadaanku menderita
seperti ini…….. Wirada adalah orangnya Alengka yang
melakukan terror-teror agar kami hengkang dari
Kutarunggu………….Bila aku meninggal nanti aku
percayakan tugas-tugas kependetaan ini kepada Resi
Wasista. Maka dari itu bantulah beliau agar kamu
mendapatkan berkah dari para dewa, apabila benar
apa yang dikatakan wangsit yang aku terima dalam
mimpiku semalam bahwa dimasa mendatang kamu
Ramabadra yang akan menduduki ke-maharaja-an
menggantikan Alengka setelah kamu berhasil
merebutnya,……… oleh karena itu ikuti selalu petunjuk-
petunjuk Resi Wasista supaya kamu berhasil menjadi
Raja Gung Binatoro di Mayapada ini!”……

OLEH : HENKY B. HERNOWO


44

demikian Resi Yogiswara memberikan amanah kepada


Ramabadra. Aneh bin aneh! dalam kondisi sekarat
kebohongan masih menebar dari mulutnya.
,….”baiklah, akan aku laksanakan semua pesan-pesan
Resi,”…… jawab Ramabadra senang.
Tapi rupanya Resi Yogiswara kondisinya semakin
lemah dan sudah tidak bisa mendengarkan lagi, karena
lukanya yang cukup dalam dan banyak mengeluarkan darah
menyebabkan sang Resi koma tak sadarkan diri. Resi Wasista
mencoba membantu dengan menotok aliran darah pusat
agar darah mampet, dan menyalurkan energy panas pada
tubuh Resi Yogiswara agar bisa bertahan kesadarannya. Akan
tetapi takdir mengatakan lain, Resi Yogiswara telah tiada.
Seluruh penghuni pertapaan diwilayah Kutarunggu sangat
berduka atas meninggalnya orang yang mereka hormati,
lebih-lebih Ramabadra dan Lesmana sangat kehilangan guru
yang sangat mereka cintai. Para cantrik mulai sibuk
menyiapkan kayu-kayu untuk perapian ditempatkan
dihalaman. Kemudian setelah mayat Resi Yogiswara disucikan
kemudian diangkat diletakan diatas balai-balai perapian
diatas tumpukan kayu yang dipersiapkan layaknya untuk
upacara pembakaran jenasah. Resi Wasista memimpin
membacakan mantra-mantra dan Resi Mitra segera menyulut
kayu perapian sehingga api berkobar ganas dan hingga
petang api sempurna melenyapkan jasad Resi Yogiswara.
Sudah tiga bulan lebih Ramabadra, Shinta dan
Lesmana tinggal dipertapaan, Shinta sering ditinggal pergi
berburu oleh suaminya Ramabadra dan adik iparnya
Lesmana yang sama-sama punya hoby berburu. Dipertapaan
yang letaknya terpencil dipuncak gunung Kutarunggu jauh
dari pedesaan maupun perkotaan membuat Shinta jenuh dan
bosan, tiga hari mereka baru pulang dengan membawa hasil
buruannya rusa atau babi hutan. Hasil perolehannya
kemudian diberikan kepada Shinta untuk diselesaikan hingga
jadi dendeng-daging untuk disimpan sebagai persediaan
makanan atau menjadi masakan-masakan yang sudah siap
saji. Kemudian empat hari Ramabadra dan Lesmana tinggal
dipertapaan dan kemudian berangkat lagi berburu selama

OLEH : HENKY B. HERNOWO


45

tiga hari kemudian baru pulang dan begitu seterusnya.


Shinta kesepian, bosan dengan kehidupan yang monoton,
Shinta dalam hatinya ingin berontak menentang banyak
kebiasaan dari kehidupan social seperti modelnya
Ramabadra dan Lesmana. Ia ingin mempergunakan banyak
waktunya untuk apa yang ia pikir lebih bermanfaat. Kapan
datang kesempatan itu?

7
KIJANG KENCANA
AWAL BENCANA
Perburuan hingga jauh memasuki hutan diwilayah
negeri Dandaka. Kali ini Shinta diijinkan suaminya untuk ikut
berburu, perannya hanya tukang bawa perbekalan yang kintil
kesana kemari, melelahkan!
……”lihat, lihat itu seekor kijang
kencana…..hus….husah!!.....Shinta melihat seekor kijang
kencana yang elok rupanya,
Shinta merasa sayang kalau sampai dibunuh maka ia
berusaha menggusahnya biar pergi sebelum Ramabadra dan
Lesmana mengetahuinya. Tapi tidak, rupanya Ramabadra
lebih jeli melihatnya, segera diangkat gendewa dan
merentang busurnya dengan anak panah siap dilepaskan
untuk membidik kesasarannya yaitu kijang kencana,
…..hus….husah!!.....Shinta menggusahnya dan kijang
kencana cepat melarikan diri memasuki belukar..
,……”aah, kenapa kamu gu-sah Shinta,….akan aku
kejar sampai dapat! Lesmana tolong temani
Shinta!....aku harus dapatkan buruanku tadi!”……
Ramabadra cepat menghilang kehutan mengejar buruannya
Kijang kencana.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


46

Tinggallah Shinta ditemani Lesmana berdua ditengah-


tengah kesunyian hutan, Lesmana memandang Shinta sangat
dekat. Dulu sewaktu ia mengikuti sayembara di Mantili,
kesempatan memandang Shinta cukup jauh karena ia berada
bersama peserta lomba yang berada dibawah panggung
kehormatan raja. Namun baginya sudah cukup menilai akan
keelokan paras dari Shinta, sehingga ia merasakan ada
getaran didalam kalbunya, yaitu asmara. Sekarang Lesmana
ini ia dibiarkan sendirian memandang Shinta dari dekat. Dia
memandang tanpa berkedip, Shinta yang lugu tersenyum
manis menoleh kepadanya, hatinya Lesmana terasa seperti
terserempet benda yang tajam…..siir…..dan degub
jantungnya semakin cepat, tidak seperti biasanya. Senyum
dan pandangan Shinta meskipun hanya sekilas, tapi
membuat gemuruh asmara cintanya Lesmana. Rasanya
seperti mimpi bisa berdekatan dengan Shinta, kepingin
Lesmana bisa mengelus-elus pipi yang halus, dan bibirnya
yang tipis memerah sepertinya menantang, hidungnya yang
mancung ingin rasanya dicium dan matanya yang riyep-riyep
nyata enak dipandang,
…..”beruntunglah kakakku!”……gumannya Lesmana.
…….”siapa yang kau maksud beruntung dimas
Lesmana?”…Tanya Shinta yang rupanya mendengar
keluhannya,
dan Lesmana menjawabnya…..”ayunda Shinta, maafkan
aku bila ada tutur kata dan tindak-tandukku yang
lancang,…ayunda Shinta aku mencintai kamu!”….
gelora api asmara Lesmana tidak terbendung lagi, Shinta
ditariknya dan dirangkulnya erat-erat dengan dada yang
panas bergetar karena luapan nafsu birahi kedewasaannya,
mencoba menciumi wajah Shinta. Lesmana berusaha
memperkosanya!
Shinta memberontak dan berteriak-teriak, berusaha
melepaskan himpitan tubuh Lesmana yang kekar sambil
memukul dan mencakarkan kuku tangannya dimuka Lesmana
sehingga terpaksa Lesmana melepaskan pelukannya untuk
menangkap kedua tangan Shinta.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


47

Tanpa diduga sempat Shinta menendangkan kakinya


kebagian prana diantara kaki Lesmana,
…”aduhh!!”…. Shinta terbebas dan segera melepaskan diri
lari masuk kehutan meninggalkan Lesmana sendiri yang
sedang meringis kesakitan dan sibuk menggenggam sesuatu
yang sangat berharga pada celananya. Terus berlari terus
Shinta tidak tahu arah menerobos semak dan mengikuti jalan
tikus
…..”ayunda Shinta, tunggu aku…….dan maafkanlah
aku…ayunda Shinta, dimana kamu, tunggu aku!”
terdengar teriakan Lesmana dibelakangnya.
Shinta berlari terus, dan sampailah dipinggir hutan
dan disisinya terhampar tanah lapang, Shinta berlari melintas
tanah lapang dan Lesmana memburunya dengan tertati-tatih
karena masih sakit pada selangkangnya. Shinta melihat
sebuah menara silo tua dekat bangunan penggilingan bijih
jagung, silo tua bangunan besar yang bentuknya silinder
menjulang tinggi fungsinya sebagai gudang penyimpanan
bijih-bijih jagung sehabis panen. Silo tersebut sudah tidak
pernah dimanfaatkan semenjak paceklik melanda Dandaka
sepuluh tahun yang lalu. Dibawahnya ada pintu control
keruangan silo, Shinta lari sekuat tenaga dan mencoba
masuk kesilo tersebut melalui pintu tersebut dan kemudian
menutup dan mengunci pintunya dari dalam. Terdengar
gedoran-gedoran dari luar silo, sehingga Shinta yang berada
didalam silo pekak telinganya
……”ayunda Shinta buka pintunya….atau kalau tidak
akan aku kunci pintunya dari luar….ayunda Shinta
bukalah!…..der…der…der!”..pintu silo digedor keras oleh
Lesmana, nampaknya ia seperti kesetanan, dan Shinta diam
saja didalam silo tidak memberi kesempatan buka pintu
kepada Lesmana
….”baik ayunda akan aku timbuni dengan batu pintu ini
agar ayunda Shinta akan mati membusuk didalam!”….
Lesmana sudah putus asa, dan dilaksanakan apa yang ia
ucapkan. Pintu silo ditimbun batu besar sehingga sulit untuk
membuka pintu dari dalam. Lesmana kemudian pergi, masuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


48

kembali kedalam hutan mencari kakaknya Ramabadra


dengan meninggalkan Shinta sendirian terperangkap didalam
silo.
…..“aku tidak menyangka, kalau adik Lesmana akan
berbuat kurang ajar terhadapku, aku pikir dia orangnya
pendiam tapi ternyata dibalik itu mempunyai sifat jahat
seperti binatang!”……
Shinta mengomel sendirian didalam kegelapan silo. Silo yang
diameternya hanya kurang lebih tujuh langkah dengan
dinding menjulang tinggi terbuat dari batu bata seperti
sumur, atapnya diatas tidak terlihat, hanya ada seberkas
sinar matahari menembus melalui celah tutup lobang control
diatas atap sana
…..”sepertinya adik Lesmana sudah pergi
meninggalkan aku,….baik aku akan segera keluar dari
sini sebelum kehabisan nafasku,”…..
Shinta mencoba membuka pintu silo, tapi tidak
berhasil sebab pintu diganjal batu oleh Lesmana dari luar.
Shinta melihat tangga kayu yang tertanam menempel
didinding silo berdiri keatas hingga keatap persis menuju
kelobang control diatap. Maka dikumpulkan keberanian dan
seluruh kekuatannya dicobanya menaiki tangga kayu
tersebut. Satu persatu anak tangga diinjaknya dengan hati-
hati naik menuju keatas, silo yang berdiri tegak bagaikan
menara mercu suar ditengah karang.
Separoh ketinggian Shinta berhenti sejenak mengatur
nafasnya, tiba-tiba muncul suara gaduh keplakan beribu-ribu
sayap dengan suara mencicit dari burung-burung wallet yang
bersarang didalam silo merasa terusik dan terbang berputar-
putar didalam silo menuju lobang control diatas atap silo
untuk keluar. Kaget Shinta akan kegaduhan yang tiba-tiba ini,
hampir saja ia melepaskan pegangannya, berdebar keras
jantungnya dicobanya mengambil nafas panjang untuk
meredakan rasa kagetnya, setelah tenang diteruskannya
memanjat kembali anak-anak tangga hingga sampai ke atas
atap, dibukanya tutup lobang control bersamaan itu pulalah
ribuan burung wallet berebut keluar dari sarangnya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


49

Dua kali Shinta dikejutkan ulah burung-burung ini


sehingga ia membuat gerakan keras untuk menepis burung-
burung tersebut yang menabrak mukanya, segera ia keatas
berusaha berpegang erat bibir lobang sehingga
mengakibatkan terdorongnya anak tangga yang diinjaknya
menjadi patah dan jatuh kebawah. Untung Shinta selamat
dan dengan sekuat tenaganya berusaha mengangkat
tubuhnya keluar melalui lobang tersebut dan berhasil naik
diatas atap yang terbuat dari geladak kayu. Shinta berdiri
diatas atap silo, tinggi sekali hampir sama ketinggiannya
dengan pohon kelapa. Dia coba memandang keadaan
sekelilingnya, dibawah sana disebelah selatan terlihat kebun
milik penduduk, dan disebelah utara terhampar padang yang
luas sampai ketepi hutan dimana diperkirakan Shinta tadi
datang dari hutan dan berlari menuju kebangunan silo ini
…..”dimanakah Lesmana sekarang berada? Masihkah ia
berkeliaran disekitar sini?”….terus bagaimana ini,
kapan aku bisa mendapatkan pertolongan untuk bisa
keluar dari neraka ini!”…..sangat diharapkan ada
penduduk yang lewat untuk dimintai pertolongan, tapi
berjam-jam Shinta tunggu tidak ada seorangpun yang lewat
kebangunan silo ini
…..”biarlah aku tunggu dengan sabar, semoga Tuhan
melihatku dan mengirimkan malaikatnya untuk
menolongku!” ...Shinta sepertinya membujuk dirinya sendiri
untuk tenang.

8
JATAYU
YANG MALANG
OLEH : HENKY B. HERNOWO
50

Diangkasa! Prabu Rahwana baru saja kembali dari


perjalanan inkoknitonya kedaerah-daerah negeri bawahan,
masih seperti biasa, ia selalu dalam penyamarannya
kebetulan lewat didaerah Dandaka. Kali ini sang Prabu
Rahwana menyamar seperti seorang Aki-aki (Kakek). Dari
atas penerbangannya Prabu Rahwana melihat jauh dibawah
sana sepertinya ada angin puting beliung gelap meliuk-liuk
dari salah satu titik diatas sebuah bangunan dibawah sana.
Dicoba merendah untuk didekati, oh ternyata sekumpulan
burung wallet sedang keluar dari sarangnya.
Tapi sepertinya ada yang aneh tampak diatas sebuah
atap bangunan tersebut, penasaran Prabu Rahwana turun
lebih rendah lagi untuk meneliti agar lebih jelas..
…..”Lho, kok ada seorang puteri cantik sedang duduk
diatas atap sebuah silo, siapakah gerangan?”…..
maka Prabu Rahwana turun mendekat diatas atap silo,
…..”sedang apa kisanak, dan siapa namamu kok aneh
berdiri diatas atap silo tua ini?”….tanya Prabu Rahwana
kepada Shinta,
…”oh, kebetulan Aki lewat, tolonglah aku Aki agar aku
bisa turun kebawah, namaku Shinta tadi aku iseng naik
tangga silo ini kemudian sebagian anak tangganya
patah sehingga aku kesulitan untuk turun kembali
kebawah!”…..
Shinta memberi penjelasan kepada Aki tua yang sebenarnya
adalah Prabu Rahwana dalam penyamarannya
….”baiklah Shinta, bisakah kamu berpegang erat-erat
pada tanganku ini, aku akan membawamu terbang
turun kebawah, ayo hati-hati….!”
Prabu Rahwana mengulurkan tangannya, dan Shinta
menyambutnya dengan berpegang erat-erat ditangan Prabu
Rahwana yang kokoh, pelan-pelan Prabu Rahwana
mengangkat terbang kemudian secara perlahan turun
kebawah.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


51

Tapi belum keduanya sempat menyentuh tanah,


mendadak ada seekor burung raksasa datang dari angkasa
menukik kemudian menyambar Prabu Rahwana sambil
mematukan paruhnya kemuka Prabu Rahwana, sehingga
Prabu Rahwana dan Shinta jatuh bersama ketanah, Shinta
sedikit terbanting sehingga tak sadarkan diri, sedangkan
Prabu Rahwana jatuh terjerembab mukanya ketanah.
Prabu Rahwana mukanya terluka parah, segera ia
berdiri dan ,
…..”hei, burung raksasa siapa kamu dan apa
maksudmu mencelakai kami?”…..berteriak memaki
burung raksasa tersebut yang masih melayang rendah
mengitari Prabu Rahwana,
….”ha..ha…ha…, aku Jatayu sahabat Dasarata, pergilah
kamu dan tinggalkan Shinta,….aku akan membawanya
kembali ke Ayodya!”….
Jatayu menjawab, tapi Prabu Rahwana tidak mempercayai
omongan burung raksasa tersebut, masalahnya Jatayu
datang dengan cara yang tidak bersahabat. Maka Prabu
Rahwana memutuskan untuk membalas serangan Jatayu,
maka terjadilah perang dahsyat diudara antara Prabu
Rahwana dengan burung raksasa Jatayu. Akhirnya Jatayu
kalah dan melarikan diri dalam kondisi luka parah akibar
pukulan-pukulan dari Prabu Rahwana.
Prabu Rahwana bergegas turun ketanah dan segera
menghampiri Shinta kembali yang masih tidak sadarkan diri.
Prabu Rahwana bingung apa yang harus ia lakukan, maka
diangkatlah Shinta dan cepat-cepat dibawanya terbang
menuju ke ruang gawat darurat dirumah sakit Alengkadiraja
agar segera ditangani pemeriksaan dan mendapatkan
perawatan serta pengobatan dari para dokter-dokternya.
Hutan Dandaka! Lesmana akhirnya berhasil mencari
Ramabadra, dan melaporkan kejadian perginya Shinta
sewaktu diserahi Ramabadra untuk menjaga Shinta
….”jadi dinda Shinta sengaja pergi bukan karena kamu
ganggu, tapi karena keinginannya ingin mencari aku,
baiklah ayo kita cari bersama!”……

OLEH : HENKY B. HERNOWO


52

kemudian keduanya berangkat mencari Shinta. Dan


sampailah keduanya dibangunan silo tua, Lesmana hatinya
berdebar-debar ketakutan, dalam pikirannya ada
kekhawatiran jangan-jangan Shinta masih hidup ada didalam
bangunan silo. Dan pasti akan terbongkarlah rahasia
kelicikan Lesmana yang telah berani merusak pager ayu
Shinta isteri kakaknya Ramabadra
….”ee, tapi kok sepi dan tumpukan batu itu masih
menutup pintu silo, artinya ayunda Shinta masih ada
didalam, mampus aku?”….
tapi diatas menara silo terdengar suara rintihan, Lesmana
segera memeriksanya, oh ternyata ada seekor burung
raksasa Jatayu sedang bertengger diatas atap silo merintih
kesakitan karena terluka setelah dihajar habis-habisan oleh
Prabu Rahwana,
…..”Hei burung Jatayu, apakah kamu mengetahui
isteriku Shinta lewat kesini?” Tanya Ramabadra kepada
Jatayu,
…..”ampun raden, Shinta isterimu dibawa pergi oleh
Rahwana raja Alengkadiraja, dan aku sudah mencoba
menahannya tapi aku tidak sanggup
melawannya,”….begitu penjelasan Jatayu kepada
Ramabadra,
….”apa, jadi kamu biarkan Shinta dibawa lari Rahwana
ke Alengka dan Jatayu sakti tidak sanggup
menahannya,….aah dasar burung tidak berguna!”
Ramabadra marah dan dicabutnya anak panah kemudian
dibidikan kearah Jatayu diatas atap silo, kaget Jatayu dan
tidak sempat menghindar, panah mengenai tubuhnya
sehingga Jatayu jatuh dari ketinggian terhempas ketanah dan
akhirnya mati mengenaskan. Sadis! Lesmana gemetar
ketakutan melihat begitu kebengisan kakaknya Ramabadra,
tiada sedikitpun ada rasa kasihan terhadap Jatayu yang telah
membantunya untuk menyelamatkan Shinta, bukan ucapan
terimakasih malahan kematian yang Jatayu terima.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


53

9
TRAGEDI
GOA KISKENDO

R amabadra dan Lesmana kembali kepertapaan


Kutarunggu, disana telah ada pertemuan para Resi dengan
Batara Sri
,…..”masuklah Ramabadra dan Lesmana, aku sudah
tahu masalahmu, janganlah susah Shinta pasti akan
kembali setelah terjadi peperangan antara Ramabadra
dengan Rahwana. Ada syaratnya bila kamu
menginginkan kemenangan atas peperangan itu agar
Shinta bisa kembali, pergilah kepuncak Reksamuka
temuilah Prabu Sugriwa, ia akan membantumu dengan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


54

segala kekuatannya dan akan menuruti segala


keinginanmu, bilamana kamu mau membantu
selesaikan permasalahannya yaitu perseteruannya
dengan Resi Subali. Isterinya yang bernama Dewi Tara
direbut sama kakaknya yaitu Resi Subali dari Gua
Kiskendo. Maka dengan pertolonganmu Resi Subali
akan mati dan Dewi Tara akan kembali ketangan
Sugriwa. Kamu tahu apa yang aku maksud, Rama?”
……
Batara Sri memberi penjelasan kepada Ramabadra,
….. “baik pukulun, hamba mengerti dan akan
melaksanakan saran-saran pukulun,” jawab Ramabadra.
Hadirnya Batara Sri kepertemuan para Resi, semakin
jelas kemana arah misi-misi yang dibawa para Resi dari
Gangga ini nantinya. Dengan campur tangan Batara Sri
dengan para Brahmana, ini suatu bukti adanya konspirasi
untuk tujuan kekuasaan.
Tapi yang menimbulkan tekateki keberpihakannya
kepada Ramabadra mengapa sasaran untuk dihancurkan
harus Rahwana? Apakah Rahwana sosok yang menakutkan
dan membahayakan bagi posisi para Brahmana dan para
Dewa? Salahnya dimana, Rahwana didalam menjalankan
tugas sebagai Maharaja pada negeri-negeri bawahan yang
tergabung dalam perjanjian persekemakmuran juga baik-baik
saja, Rahwana juga tidak mbalelo terhadap kekuasaan
Jonggring Saloka penguasa kadewatan sana? Meskipun
berbeda faham kepercayaan dengan para Brahmana tetapi
ia selalu bisa menyesuaikan diri dan menghormati faham
kepercayaan orang lain didalam cara-cara manembah
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan lagi pula Rahwana
dicintai oleh rakyatnya karena kebijaksanaannya didalam
ngemong masyarakatnya.
Ramabadra dan Lesmana berangkat ke negeri
Reksamuka yaitu kerajaan munyuk (kera atau beruk)
terbesar sakdunia dengan rajanya bernama Prabu Sugriwa
yang sakti dan mempunyai jutaan bala tentara. Saat ini Prabu
Sugriwa sedang sakit, sakitnya semacam psikosomatik

OLEH : HENKY B. HERNOWO


55

dimana secara lahiriah fisiknya sehat tetapi jiwanya


bermasalah, menderita batin kata orang, karena cintanya
kepada Dewi Tara yang saat ini direbut kembali oleh
kakaknya sendiri yaitu Resi Subali yang bertahta dinegeri
siluman Gua Kiskendo.
Ramabadra dan Lesmana diterima baik oleh Prabu
Sugriwa dibalai Maliawan, yaitu suatu tempat untuk
menerima tamu-tamu negeri yang terhormat. Dan Prabu
Sugriwa gembira sekali mendengar kalau Ramabadra mau
membantu menyelesaikan masalahnya dengan Resi Subali,
…..”kakang Sugriwa cobalah tantanglah kembali Resi
Subali, berperanglah sekuat tenagamu keluarkan
semua ajian dan mantra yang kamu miliki, aku akan
membantumu saat kakang dalam situasi terjepit,” …….
demikian saran dari Ramabadra
….”baiklah dimas akan aku lakukan,”…….
.jawab Prabu Sugriwa.
Berangkatlah Prabu Sugriwa diiringi bala tentaranya yang
dipimpin Anoman yang masih kemenakannya sendiri putera
kakaknya Anjani, menuruni gunung menuju ke kerajaan
siluman Gua Kiskendo. Saat itu Resi Subali sedang semedi
diruang pujan, dan isterinya Dewi Tara yang sedang
mengandung berada ditaman bersama para inang.
Dewi Tara tampak sedih merenungi nasibnya, ketidak
berdayaan untuk melawan ketidak adilan yang ia alami
membuatnya hanya bisa pasrah, ia sendiri heran mengapa
para dewa tidak ada yang perduli untuk menolongnya. Para
dewa dikadewatan sana perilakunya sudah berubah.
Sepertinya mereka itu bukan dewa-dewa lagi yang bisa
menjadi junjungan para umat manusia diseluruh dunia
dongeng ini, tugas-tugas untuk mengatur urusan ketertiban
di Mayapada dan Kadewatan sudah melenceng dari
pepakemnya. Perilakunya lebih rendah dari manusia, yang
seharusnya menggembala umat manusia agar tidak
melenceng dari kodratnya.
Prabu Sugriwa berteriak menantang Resi Subali,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


56

…..”Subali keluarlah, menyerahlah dan bawa Dewi Tara


kembali kepadaku baik-baik, atau aku sendiri yang
akan memaksamu berlutut kepadaku, keluarlah Subali
terimalah tantanganku ini!”…..
Resi Subali mendengar teriakan dan tantangan dari adiknya
Prabu Sugriwa, tetapi ia tidak tahu kalau dibelakang Prabu
Sugriwa ada Ramabadra dan Lesmana yang siap
membantunya,
….”adikku Sugriwa pulanglah dan bertobatlah,
dengarkan sekali lagi bahwa akulah yang berhasil
membunuh siluman Mahisasura dan Jatasura, sejak kita
turun dari Sunyapringga Batara Indra telah
menyaksikan seluruh kejadian ini dan juga tanyakan
pada hati nuranimu pernahkah kamu menyentuh
siluman siluman itu? Kamu seperti anak kecil saja suka
merebut milik orang yang bukan hakmu, hidupmu
hanya tergantung dari belas kasihan orang, belajarlah
dewasa untuk mandiri, pulanglah dan jangan
mengusikku lagi, Dewi Tara adalah milikku!” …..
muntab Prabu Sugriwa mendengar ejekan dari kakaknya Resi
Subali, sifat keranya kelihatan, dengan melempari batu-batu
kepintu gerbang dan kemudian dikuti oleh anak buahnya,
ikut-ikutan merusak sarana-sarana umum, lapu-lampu taman
dirusaknya, pot-pot bunga di bulevar pada digulingkan,
merobohkan pohon-pohon melintang dijalan sehingga
kendaraan dan orang-orang tidak bisa lewat. Pokoknya
kondisi kerajaan Gua Kiskendo jadi runyam, Anoman muda
merasa bangga bisa membantu pamannya ikut merusak
ibukota Gua Kiskendo menjadi rusak porak poranda
….,”adik Sugriwa, perilakumu sudah kelewatan, baiklah
aku akan layani apa yang kamu mau!”….
Resi Subali keluar dengan muka memerah menandakan ia
sangat marah kepada Prabu Sugriwa
…..”bagaimana dengan janjimu, aku ingatkan
kepadamu bahwa ketika kamu masuk kedalam gua
kamu minta aku menunggumu diluar gua, dan ingatkah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


57

kamu berpesan kepadaku untuk mengamatimu dari


pintu gua bahwa jika terjadi sesuatu yang menandai
mengalirnya darah merah maka kamu meyakinkan aku
bahwa kedua siluman itu berhasi kamu bunuh, dan
sebaliknya jika mengalir darah putih artinga kakanglah
yang mati terbunuh, dan seperti kakang lihat sendiri
dipintu gua telah mengalir darah merah bercampur
darah putih, itu artinya apa….sudah sekarang tidak
usah perang mulut, lawanlah aku hingga titik darah
penghabisan, jika kamu mati Dewi Tara adalah milikku
dan sebaliknya jika aku mati maka Dewi Tara adalah
milikmu!” ……..
begitu teriakan jawaban Prabu Sugriwa tidak mau kalah
dengan suara kakaknya Resi Subali.
Terjadilah perang tanding kakak beradik yaitu Prabu
Sugriwa dan Resi Subali. Seperti yang sudah sudah Prabu
Sugriwa selalu kalah. Kali ini Resi Subali sudah tidak sesabar
dulu lagi, dia sudah lupa statusnya sebagai kakak maupun
sebagai seorang Brahmana dan kembali sifat keranya yang
dikedepankan. Pergulatan seru sehingga Prabu Sugriwa jatuh
dibawah dihimpit oleh Resi Subali, kesempatan ini tidak
dilewatkan oleh Ramabadra membidikan anak panahnya
tepat mengenai jantung Resi Subali, dan robohlah Resi Subali
dengan teriakan yang memilukan, kesakitan dan kemarahan
sambil memegang panah yang menancap tepat mengenai
jantungnya, darah muncrat membasahi dadanya,
….”aah…aah…siapa kamu, braninya kamu membokong
dari belakang, apa urusanmu….aahhh,” …….
akhirnya Resi Subali mati.
Prabu sugriwa girang seperti kesetanan segera masuk
keistana Gua Kiskendo mencari Dewi Tara, ketika akan masuk
keputren disana terdengar suara bayi,

……oee, oee, oee, oeee...!!. Rupanya Dewi Tara baru saja


melahirkan puteranya, bayi kera laki-laki yang lucu berbulu
merah, diberinya nama sesuai pesan suaminya Subali
dengan nama Jaya Anggada

OLEH : HENKY B. HERNOWO


58

…..”maafkan aku Dewi, semuanya sudah berlalu,


marilah kembali bersamaku!” ……
Prabu Sugriwa menggendongnya keluar bersama bayi
Anggada.
Kutarunggu! Resi Wasista dan Resi Mitra selalu
mengikuti perkembangan dari muridnya Ramabadra, para
Resi pun giat melakukan profokasi kenegeri-negeri bawahan
Alengkadiraja dengan memberitakan bahwa Raja
Alengkadiraja telah menculik Shinta isteri Ramabadra putera
mahkota Ayodya. Dengan harapan mendapatkan simpati dan
mau bergabung membantu Ramabadra untuk menyerang
Alengka yang katanya demi keadilan, agar Shinta bisa
dikembalikan kepada Ramabadra.
Banyak negeri-negeri bawahan termakan hasutan ini
dan menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan
Ramabadra melakukan serangan terhadap Alengkadiraja.
Resi Wasista dan Resi Mitra tersenyum mendengar laporan
para Resi-resi yang membantu terlaksananya misinya.
Seluruh perkembangan ini mereka laporkan kepada Batara
Sri
……”dengan demikian jalan menuju Jonggring Saloka
semakin dekat.”…. ia bicara dalam hati dan hanya dia saja
yang tahu tujuan akhir dari misi ini.
Kembali di pesanggrahan Maliawan milik Prabu
Sugriwa, banguan terebut untuk sementara dimanfaatkan
oleh Ramabadra untuk memimpin rapat-rapat persiapan atau
mengatur strategi rencana penyerangan ke Alengkadiraja.
Sekali lagi Ramabadra mengumpulkan sekutu-
sekutunya, yaitu raja-raja bawahan Alengka yang mbalelo
dan berbalik sedia membantu untuk memerangi
Alengkadiraja. Hadir dipertemuan itu diantaranya adalah YMT
Raja Barata dari Ayodya, Prabu Sugriwa dari Resamuka,
Prabu Danarajaputra dari Lokapala, Prabu Janaka dari Mantili
dan para Raja dari Mahendra, Kutarunggu dan masih banyak
lagi. Mereka berikrar akan membantu Ramabadra untuk
menuntut keadilan yaitu melakukan perang dengan
Alengkadiraja.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


59

10
SHINTA
MENCARI SUAKA

Shinta siuman, seorang dokter dan beberapa


perawat ada disekitar tempat tidurnya,
….”dimanakah aku?”…..
Tanya Shinta kepada orang yang ada disekitarnya,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


60

…..”tenanglah, anda berada dirumah sakit Kutagara


kerajaan Alengkadiraja, anda tadi dalam keadaan
pingsan dibawa kemari oleh Prabu Rahwana raja
Alengkadiraja,”…. jawab dokter yang merawatnya
…..”oh iya, aku baru ingat kejadian penyerangan
burung raksasa itu, sehingga aku terjatuh…dan mataku
menjadi gelap,”….
Shinta pulih ingatannya
….”Prabu Rahwana, tidak salah dengarkah aku,
bukankah tadi itu seorang Aki-aki?”
Sudah sebulan Shinta dirawat dirumah sakit, dan
selanjutnya dinyatakan sembuh total oleh dokter yang
menanganinya. Shinta diperbolehkan untuk pulang
kenegerinya
….”pulang? ah, tidak! Aku tidak akan mau kembali
kepada kanda Ramabadra, inilah saatnya bebaskan
diriku dari belenggu iblis, aku ini manusia sama halnya
Rama kalau dipukul juga sakit, perempuan hadir
didunia ini tidak untuk diinjak-injak martabatnya,
dimata Tuhan baik laki-laki dan perempuan adalah
sama yang berbeda adalah amalan-amalan ketika
hidup didunia….tidak, aku bukan benda, bukan
binatang jadi tidak bisa mereka memperlakukanku
seperti itu, aku akan menghadap raja dan mohon
ijinnya untuk tinggal disini!”…..
Keinginannya hidup merdeka, satu-satunya jalan Shinta
memutuskan untuk tidak kembali ke Ayodya. Shinta akan
meminta suaka kepada Prabu Rahwana untuk tinggal di
Alengkadiraja.
Shinta ingin hidup sebagai manusia yang bebas dan
merdeka yang tidak terikat oleh rantai-rantai belenggu tradisi
Ayodya yang menjeratnya, sehingga ia dapat bebas
mencapai cita-cita luhurnya, yaitu cita-cita mulia manusia
menjadi insan kamil, menjadi hamba Sang Kaliq yang shalih,
mengabdikan hidupnya pada kehendakNya, menegakkan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


61

kebenaran, melawan kebatilan dan mewujudkan kehidupan


yang adil, damai dan sentosa.
Belenggu alam masih mudah diatasi yaitu dengan
ilmu pengetahuan dan kemauan yang kuat, manusia dapat
menaklukkan rintangan-rintangan alam. Lhah, kalau
belenggu tradisi dan masyarakat atau adat istiadat yang
sudah turun temurun pada hakekatnya adalah penjara yang
mengungkung manusia. Yaitu orang-orang pada beranggapan
bahwa tradisi warisan dari nenek moyang adalah kebenaran
yang harus dilestarikan meskipun irrasional dan
bertentangan dengan akal sehat, tanpa mau untuk
mengujinya kembali apakah warisan tersebut sudah benar
atau salah, masuk akal dan bermanfaat bagi masyarakat?
Kadang-kadang masyarakatpun ada yang membelenggu
warganya dengan kelatahan-kelatahan. Maka dari itu Shinta
memutuskan lebih baik menghindari Ramabadra agar tidak
semakin terjerat kebelenggu yang paling berbahaya yaitu
belenggu ego dimana sang nafsulah yang menjadi rajanya
yang harus dituruti, mengabaikan spirit kerjasama dan tolong
menolong menjadi sirna, bahkan menjelma menjadi manusia
yang exploitative, dimana pihak yang kuat memeras dan
menindas pihak yang lemah, yang kaya menghisap yang
miskin, kecenderungan hidup kian materialistik. Tidak! Shinta
harus hijrah, ia putuskan pergi menghadap Prabu Rahwana,
tak peduli keinginannya ini bakal menjadikan masalah, dan
sensitive menyangkut hubungan kenegaraan antara
Alengkadiraja dengan Ayodya pasti terjadi, meskipun Ayodya
termasuk negeri bawahan Alengkadiraja,
…..”baiklah Shinta, saya ijinkan kamu menetap
sementara di Alengkadiraja, dan Sapakenaka
selanjutnya yang akan mengatur dimana kamu bisa
tinggal,”….
demikian keputusan Prabu Rahwana sebagai jawaban atas
permohonan suaka Shinta di negeri Alengkadiraja.
Betapa gembiranya Shinta diijinkan untuk tinggal di
Alengkadiraja, dan Sapakenaka mengantarnya
kepesanggrahan di Taman Soka untuk kediaman sementara
Shinta

OLEH : HENKY B. HERNOWO


62

,….”terima kasih Yang Mulia, atas segala


bantuannya.”…..
ucapan terimakasih Shinta kepada Sang Prabu. Rasanya
hidup Shinta bergairah kembali,….dan malamnya Shinta tidur
nyenyak sekali. Ada pepatah, “lebih baik hujan batu
dinegeri sendiri dari pada hujan emas dinegeri orang,”
bagaimana dengan Shinta, sependapatkah masih berlakukah
baginya..????

11
CINTA BERSEMI
Pada suatu sore yang cerah Prabu Rahwana
berkunjung ke Taman Soka, disana sempat bertemu Shinta
dan memperhatikan Shinta yang datang menyambutnya
seraya membungkuk menghormat tanpa mengangkat
matanya dan kegemulaiannya dalam membungkuk tidak
luput dari perhatian Prabu Rahwana. Sang Prabu menyadari
bahwa Shinta memang cantik, kelihatan muda, sopan dan
tahu adat istiadat. Tinggi dengan lekuk tubuh yang istimewa,
dan pakaian yang menonjolkan bentuk tubuhnya, rambutnya
yang hitam gelap kearah coklat, dan matanya berwarna
hitam kebiru-biruan, kulitnya jernih dan putih dengan gaun
kuning menambah anggun penampilannya. Shinta sore itu
kelihatan luar biasa cantiknya,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


63

……”terimalah hormat hamba Yang Mulia, sejahtera


dan panjang umur selalu menyertai paduka Yang
Mulia….tetapi seyogyanya Yang Mulia utusan hamba
kepada punggawa dan pasti hamba segera
menghadap, sehingga Yang Mulia tidak repot harus
datang kesini,”…..
Shinta mengucapkan salam kepada Prabu Rahwana,
…..”terimakasih, dan bagaimana kabarmu Shinta,
kerasankah kamu tinggal disini? Dan apa rencana
hidupmu selanjutnya, dan apa yang bisa aku bantu
untukmu Shinta, katakanlah?”…..
jawaban sapaan Prabu Rahwana
….”terimakasih Yang Mulia, hamba masih bingung, apa
yang harus hamba kerjakan kedepannya,”…
.jawab Shinta,
…..”baiklah, kapan kamu telah mendapatkan inspirasi
dan jika membutuhkan bantuanku katakanlah lewat
Sarpakenaka atau kamu bisa menghubungi
Kumbokarno, dan kamu bisa minta saran-saran
padanya, adikku Kumbokarno ahli dibidang pemasaran
dan perdagangan”….setelah keperluannya cukup,
kemudian Prabu Rahwana berpamitan dan kembali keistana.
Seperti yang dijanjikan, Sang Prabu mengirim adiknya
Kumbokarno untuk membimbing, mengajar seta
mengarahkan Shinta tentang peluang-peluang bisnis di
Alengkadiraja. Anjurannya adalah agar Shinta memulai usaha
dari bawah dulu, supaya tahu persis seluk beluk cara
berdagang. Dan suatu pagi datang Sarpakenaka menemui
Shinta
…..“selamat datang ayunda Shinta di
Alengka,”….demikian sapaan Sarpakenaka kepada Shinta di
pesanggrahan Taman Soka,
….”ini ada hadiah sebuah mesin jahit dari kakang Prabu
Rahwana, mungkin bisa bermanfaat untuk ayunda
Shinta.”……dan Shinta menerimanya dengan sukacita,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


64

…..”tapi aku belum bisa menjahit, dimana aku bisa


kursus menjahit….oh ya, sampaikan terimakasihku
kepada sang Prabu atas pedulinya kepada kami,”…..
dan Sarpakenaka tersenyum mengangguk.
Hampir satu bulan mesin jahit itu dibiarkan Shinta
masih ndongkrok dipojok kamar, dia belum tahu apa yang
harus perbuat dengan mesin itu, ia sama sekali tidak
mengerti urusan jahit menjahit. Setelah ia mendapat
informasi dimana tempat kursus menjahit, kemudian ia
mendaftar dan memulai kursus ini dimulai dari tingkat dasar,
kemudian dilanjutkan ke tingkat trampil dan mahir. Setahun
lebih Shinta mendalami kursus menjahit dan akhirnya ia
dinyatakan lulus dan dianggap sudah menguasai teknik
menjahit dengan baik.
Shinta mencoba membuka usaha sendiri, dengan
semangat yang kuat ia mencoba kemampuannya membuka
usaha menjahit busana pria, wanita dan anak-anak. Menjahit
memang memerlukan keseriusan dan ketekunan. Shinta
mulai sibuk dengan order dari pelanggan, yang lambat laun
semakin banyak, dan akhirnya Shinta kewalahan
mengerjakan sendiri, sehingga perlu mengambil beberapa
penjahit untuk dijadikan karyawannya.
Dengan bantuan modal pinjaman dari bank, akhirnya
Shinta membuka bisnis garmen dengan memperkerjakan
banyak karyawan dan mempunyai beberapa pesaing yang
cukup abot. Pada awalnya Kumbokarno adalah mengajarkan
cara-cara berdagang, tapi kini Shinta sudah bisa membuat
keputusan-keputusan sendiri, bahkan sang murid telah
melampaui kepandaian sang guru. Tidak terasa sudah hampir
lima tahun bisnis garmennya berjalan dengan lancar, dan
bisa membawanya pada kehidupan yang layak sebagai
wanita yang mandiri, yangmana kiprah seperti ini tidak
mungkin bisa ia lakukan dinegeri asalnya Mantili maupun
Ayodya. Shinta tak akan pernah membiarkan apapun
menghalangi langkahnya.
Prabu Rhwana setiap kali berkunjung ke Taman Soka
menyempatkan singgah dikediaman Shinta dan memberikan
semangat untuk maju kepada Shinta. Sang Prabu Rahwana

OLEH : HENKY B. HERNOWO


65

ikut gembira dan kagum melihat kesungguhan Shinta


berjuang untuk menjadi wanita yang mandiri.
Sepengetahuannya baru kali ini ada seorang perempuan
dinegerinya berbakat, mampu berjuang membangun usaha-
usaha yang bermanfaat baik bagi dirinya sendiri dan orang
banyak.
Shinta ingin lebih maju, dengan pengalamannya
dibidang garmen semakin mantap, ia mencoba memasuki
dunia usaha yang lain. Shinta mencoba melakukan studi
banding untuk mencari prospek bisnis lain yang bisa
dikembangkan, dan Shinta minta bantuan konsultan kerajaan
Alengkadiraja dalam hal mempersiapkan infrastruktur
perusahaan, dengan merekrut lebih dari seratus orang
karyawan yang mengisi bidang-bidang usaha yang beragam.
Mulai dari bidang garmen, lalu melaju pesat kebidang usaha
lain seperti general trading, supplier, ekspor-impor, printing
dan alat-alat kecantikan.
Perusahaan-perusahaan yang dibangunnya banyak
membuka lapangan kerja, yang sekaligus membantu
pemerintah kerajaan Alengkadiraja mengentaskan
kemiskinan. Ia seorang perfesionis, ia tahu persis apa yang
dikehendakinya, dan bertekat keras untuk memperolehnya.
Sebagai pengusaha wanita banyak kerikil tajam
menghadang, cemoohan ada sementara pihak menganggap
Shinta pengusaha wanita bermartabat rendah, namun
semuanya bisa diatasi dengan intergritas dan prinsip yang
kuat bahwa apa yang Shinta jalani selalu berjalan lurus dan ia
berkeyakinan bahwa untuk menjadi pengusaha sukses
adalah harus bisa memenet dengan baik antara kehidupan
pribadi, perusahaan, pegawai dan aktivitas social politik.
Pada awalnya, ada diantara pegawainya yang
mencoba kurang ajar padanya, mereka memang selama ini
belum pernah bekerja pada majikan perempuan sebelumnya,
karena hal itu tidak lazim pada jaman itu, dan itu sangat
mengasyikkan bagi mereka. Ternyata mereka salah duga,
mereka mencoba melecehkan kenyataan bahwa majikan
mereka hanyalah seorang wanita. Pernah terjadi salah
seorang dari mereka berjalan melewati Shinta dan dengan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


66

pura-pura tidak sengaja menyenggol payudara Shinta atau


bokongnya,
…..”maaf, tak sengaja, he..he..he.”…..dengan
cengengesan berlalu kesenangan. Shinta tanpa basa-basi
memanggilnya dihadapan pegawai-pegawainya yang lain dan
langsung memecatnya. Sikap mereka yang melecehkan ini
lambat laun berubah menjadi rasa hormat. Shinta
menganggap para karyawannya adalah merupakan
keluarganya. Shinta sangat memperhatikan dan murah hati
pada mereka. Mereka adalah asset dan miliknya satu-satunya
didunia ini, dibantunya anak-anak mereka dengan
memberikan beasiswa untuk sekolahnya. Mereka sangat
berterima kasih atas kemurahan hati Shinta. Dan tanpa
disadari Shinta telah punya bangunan benteng pelindung
yang mengitari dirinya. Mereka tidak rela bila ada orang yang
berani menyakiti Shinta.
Suatu sore yang cerah, Prabu Rahwana datang yang
kelima kalinya bertandang kerumah mewah milik Shinta
dikawasan Taman Soka.
….”ya Tuhan, Shinta bertambah cantik
sekarang,”…..dalam hati Prabu Rahwana memuji Shinta
yang sedang keluar, wajahnya terterpa sinar matahari yang
menembus masuk melalui bouvenligh dirumahnya,
rambutnya yang tergerai setengah basah mungkin habis
mandi. Seolah-olah wajah Shinta menyerap berkas berkas
sinar matahari sebelum memancarkannya kembali kemata
Prabu Rahwana. Kali ini Prabu Rahwana berhadapan dengan
Shinta menjadi tampak bodoh, Pabu Rahwana menganggap
Shinta salah seorang wanita tercantik yang pernah dilihatnya,
tetapi ia tidak begitu memperhatikannya karena Shinta telah
bersuami. Saat Shinta memandangnya, ekspresi matanya
seperti kebanyakan wanita yang terpesona oleh penampilan
dan daya tariknya. Prabu Rahwana memang gagah dan
lembut tutur katanya, wajar saja setiap wanita banyak yang
terpesona kepadanya. Apalagi Prabu Rahwana bukan pria
kejam, bahkan sebenarnya ia penuh belas kasih, terutama
kepada mereka yang serba kekurangan. Kemurahan hatinya
sangat terkenal, ia selalu disambut sorak sorai oleh

OLEH : HENKY B. HERNOWO


67

rakyatnya dan disetiap kunjungan dinegeri-negeri


bawahannya. Inilah yang membuat Shinta kagum dan hormat
kepada orang tua ini. Prabu Rahwana bengong melihat
kecantikan Shinta, membuat hatinya berdebar-debar dan
membangkitkan semangatnya, Prabu Rahwana diusia
menginjak 55 tahun, mengakui bahwa untuk pertama kali
dalam hidupnya ia merasakan sesuatu yang aneh bergelora
didalam hatinya, apakah ini perasaan cinta? Prabu Rahwana
menyadari Shinta telah memikat dan memesonanya,
perasaannya yang satu ini sama sekali berbeda dibanding
dengan apa yang pernah dirasakannya,
…..”apakah aku mencintaimu Shinta?…aku
mencintaimu Shinta,…benarkah?”……suara hatinya yang
tidak bisa berbohong mengatakan demikian. Tapi ini tidak
pantas, Prabu Rahwana merasa terlalu tua, sedangkan Shinta
menginjak usia 30 tahun adalah pantas jadi anaknya,
perasaan cintanya dipendamnya. Benarkah?
.....”tapi bagaimana dengan Shinta, apakah ia akan
terus menerus hidup dalam kesendiriannya. Apakah dia
tidak membutuhkan teman yang bisa berbagi suka dan
duka, meskipun ia wanita yang punya sifatnya yang
mandiri, fleksibel dan kreatif serta kemampuannya
yang serba bisa dan punya penghasilan sendiri. Apakah
perbedaan umur yang jauh aku dan Shinta apakah
menjadikan penghalang untuk menjalin hubungan yang
lebih dekat, yaitu menikah.”…….pikiran Sang Prabu hanya
ada Shinta.
Setiap manusia membutuhkan pendamping dalam
hidupnya untuk saling berbagi dan saling menjaga.
Pernikahan mengajarkan manusia untuk bertanggung jawab
baik kepada manusia atau kepada Tuhannya, dan wanita
yang sudah menikah akan lebih terhormat, wanita yang takut
menikah berarti menentang kodratnya sebagai manusia
….”baiklah aku harus sabar, tunggu waktu yang tepat
untuk menyampaikan isi hatiku ini,”……Sang Prabu
menghela nafas dalam-dalam.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


68

Trauma, dipicu pengalaman tak mengenakan dalam


hidup Shinta membuatnya berfikir tujuh kali untuk
memutuskan menikah kembali, lagi pula sebagian hidupnya
bermasalah, kasusnya dengan Ramabadra belum tuntas.
Keinginannya untuk menikah sudah pasti ada, pria yang
diinginkan jelas bukan seperti Ramabadra, pilihannya adalah
pria yang bisa berbagi dan menikmati kebersamaan serta
adanya kebutuhan akan rasa aman dan nyaman yang
diyakini akan mampu membawanya kekehidupan yang lebih
baik. Perasaan cinta yang dirasakan seperti Shinta yang
usianya paruh baya mungkin berbeda dengan wanita-wanita
usia remaja. Tuntutan cintanya adalah cinta yang lebih
dewasa, matang dan melalui pemikiran yang mendalam, tak
sekedar emosi dan seks semata.
Nah, apakah Prabu Rahwana masuk dalam criteria
pilihannya? Prabu Rahwana belum tua bener, dia adalah laki-
laki yang sangat matang, sempurna dan bijaksana, sakti dan
gagah perkasa. Boleh jadi, tapi rupanya tidak sekarang, tidak
tahu nanti bila waktu membawa takdir untuknya. Sebab
Shinta sadar betul bahwa pernikahan artinya wanita akan
terikat aturan-aturan berumah tangga, konsekuensi dan
sanksi bila ada pelanggaran dalam rumah tangga,
perkawinan pada dasarnya adalah sebuah kontrak social
yang banyak berisi perjanjian antara pasangan itu tentang
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan dipatuhi dengan
keihklasan sehingga pasangan itu tidak merasa
kebebasannya terbelenggu atau karirnya terganggu.

12
AJAKAN
BERDAMAI

OLEH : HENKY B. HERNOWO


69

Atas desakan anggota-anggota Negeri-negeri


Perdamaian, Prabu Rahwana dianjurkan melakukan
pendekatan kepada Ramabadra, untuk berdamai.
Menanggapi anjuran tersebut kemudian Prabu Rahwana
melakukan pertemuan dengan Ramabadra di Mahendra,
untuk menyelesaikan masalah Shinta yang menginginkan
untuk menetap di Alengkadiraja. Namun oleh pihak
Ramabadra menolak keinginan Shinta, dan menuntut Prabu
Rahwana bertanggung jawab akan kembalinya Shinta ke
Ayodya dengan selamat! Dianggap Alengka telah menginjak-
injak harga dirinya. Dan jika tuntutannya ini ditolak, itu
artinya Alengka telah siap untuk berperang menghadapi
Ayodya dan sekutu-sekutunya,
……”maka sebelum ini terjadi lebih baik Prabu
Rahwana agar menyerahkan kekuasaannya kepada
Ayodya, dengan begitu akan lebih mudah saya untuk
mengatur kepulangan Shinta ke Ayodya tanpa
menimbulkan peperangan”…...begitu jawaban Ramabadra
setengah merendahkan Prabu Rahwana sehingga membuat
merah muka dan panasnya telinga Prabu Rahwana.
Prabu Rahwana menangkap apa yang tersirat dibalik
perkataan Ramabadra, tidak sekedar permasalahan Shinta
saja, tapi lebih jauh lagi ia punya keinginan akan kekuasaan,
namun Prabu Rahwana cukup sabar dan menahan diri
menyaksikan keangkuhan Ramabadra meremehkan dirinya.
Jelaslah bagi Prabu Rahwana ini adalah tuntutan yang
ngoyoworo, dengan halus Prabu Rahwana menolaknya.
Dan Rahwana mengingatkan Ramabadra bahwa nafsu
untuk berkuasa dan hasrat akan kehormatan yang berlebih-
lebihan dari Ramabadra itu hanya akan menyeret bermacam-
macam bangsa dan rakyat kedalam kancah peperangan.
Tiada terhitung banyaknya kerugian yang bakal diderita,
tiada terhitung wanita-wanita yang menjadi janda, anak-anak
yang menjadi yatim-piatu karena kehilangan orang tuanya.
Tiada ternilai kerugian akan benda, harta budaya, hasil
pemikiran dan kecakapan manusia yang bakal musnah.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


70

Malapetaka akibat peperangan seperti kemiskinan,


kelaparan, kelumpuhan kehidupan rakyat, pengangguran,
kehancuran moral yang akan menghancurkan roda-roda
pemerintahan Negara, dan bagian dunia dengan tidak
langsung akan menerima pula akibat-akibatnya. Sebab
Alengka maupun Ayodya tidak hidup sendiri, hubungan antar
Negara bisa lumpuh, karena kemerosotan produksi dinegeri
sendiri
…..”Masalah Shinta yang tidak mau kembali ke Ayodya
dan minta perlindungan kepada Alengka itu adalah hak
asasi manusia, terserah dia ingin tinggal dimana,
seseorang tidak bisa memaksanya…..Masalah Alengka
bersedia memberikan suaka kepadanya semua itu atas
dasar pertimbangan perikemanusiaan dan perikeadilan
saja, dengan demikian maka Shinta layak mendapatkan
perlindungan dari Alengkadiraja”….
jawaban Prabu Rahwana merupakan keputusan final
kesediaannya untuk membantu Shinta dan memenuhi
keinginannya untuk hidup merdeka.
Ramabadra mendengar perkataan Rahwana
bukannya menanggapi dengan baik, tapi menjawabnya
dengan emosional dan kata-kata yang menyakitkan hati
……”diamlah! Rahwana cukuplah pertemuan ini dan
tidak perlu kamu ngoceh terus. Untuk menyelesaikan
perkara ini tidak ada jalan lain kecuali dengan perang.
Bersiaplah!”……

OLEH : HENKY B. HERNOWO


71

13
WIBISANA
PENGKIANAT
P rabu Rahwana tidak tahu, kalau Wibisana adiknya
adalah seorang pemakai ganja, hampir tidak bisa dipercaya
bahwa adik seorang Raja Gung Binatoro yang jadi panutan
rakyatnya dalam segala hal, tidak tahunya mempunyai
seorang adik yang menjadi budak narkoba. Pada waktu itu
Wibisana masih sangat muda, usianya menginjak 17 tahun,
sering ikut datang di Paseban agung dan selalu tertidur,
sehingga menjadi tertawaan para Raja bawahan, Menteri,
Bupati dan Punggawa Negara. Dengan kasih sayang
Kumbokarno mengangkatnya dan membawanya masuk
kedalam bilik dan diletakkan dipembaringan.
Awalnya Sarpakenaka-lah yang mengetahui adiknya
memakai obat-obat terlarang ini, diperhatikan seluruh

OLEH : HENKY B. HERNOWO


72

fisiknya mulai dari mata yang kemerah-merahan dan sering


basah seperti menangis, pupil matanya lebar, tidak tahan
cahaya terang dan lebih suka dalam ruangan remang-
remang, mulut kering dan lidah gemetaran, nafas cepat dan
agak pendek, tangan dan kakinya kering dan dirasakan
sangat berat seperti batu, wajahnya pucat badan kusut,
tanda-tanda bekas suntik yang sering infeksi. Kemudian
perilakunya yang acuh tak acuh mengenai penampilan,
pakaian, kebersihan badan, makan tidak teratur. Sukar
berkonsentrasi, kemunduran disiplin, kemunduran
berprestasi, menurunnya rasa tanggung jawab dan sering
melamun. Sering silaf mata, pendengaran, sering
berhalusinasi. Dalam keadaan ketagihan, seperti seorang
yang bingung atau seperti orang yang tidak waras. Keadaan
Wibisana yang demikian maka segera Sarpakenaka
melaporkan kepada kakaknya Prabu Rahwana. Kemudian
Sarpakenaka diperintahkan untuk menyelidiki atas tindak
pidana narkotika secara benar dan tuntas.
Dan setelah dilacak Wibisana tidak hanya pemakai
narkoba saja, tetapi dia terlibat lebih jauh lagi yaitu menjadi
salah satu anggota pengedar-pengedar narkotik di
Alengkadiraja. Perdagangan narkotika memang membawa
keuntungan luar biasa, dan karena itu syndikat-syndikat tidak
segan-segan mengeluarkan banyak uang untuk menyuap,
sehingga susah sekali ditanggulangi penyelundupannya.
Korban banyak berjatuhan terutama generasi muda, sulit
untuk disembuhkan jika sudah ada ketergantungan narkotik
memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit, dan hasilnya
sering sangat mengecewakan.
Prabu Rahwana risau, dewasa ini sedang menghadapi
tugas-tugas pembangunan yang berat sejalan dengan
kemajuan yang dicapai dari hasil pembangunan dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun disatu pihak masih
ada masalah dengan perseteruannya dengan Ramabadra,
tentang keinginan Shinta minta suaka untuk tinggal di
Alengkadiraja, yang mana sewaktu-waktu Ayodya bisa
melakukan penyerangan ke Alengkadiraja. Dan masalah
tersebut diatas belum rampung, masih ditambah masalah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


73

intern keluarga, kasusnya Wibisana dengan penyalahgunaan


obat narkotika dan minuman keras, sehingga bisa
menimbulkan kerawanan dipelbagai bidang, bahkan
keresahan-keresahan didalam masyarakat luas. Ada perasaan
bersalah pada diri Prabu Rahwana didalam membimbing
adiknya Wibisana yang terlalu ia manjakan. Semua keinginan
Wibisana selalu ia turuti, sehingga Wibisana menjadi nakal.
Sang ibu Dewi Sukesi sengaja tidak diberi tahu tentang
kasusnya Wibisana, diusia yang sudah lanjut harapan Sang
Prabu tidak ingin ibunya mengetahui khawatir akan terpukul
jiwanya sehingga bisa berakibat hal-hal yang tidak
diinginkan.
Prabu Rahwana memperhatikan dengan seksama baik
bentuk maupun meluasnya penyalah-gunaan narkotika
tersebut diduga cenderung dipergunakan sebagai alat politik
dan subversi untuk menggagalkan segala upaya pembinaan
dan pengembangan bangsa dan Negara terutama generasi
muda. Dan ini tidak bisa dibiarkan, sebab bisa berkembang
menjadi bahaya nasional yang dapat mengancam seluruh
aspek kehidupan serta kelangsungan hidup bangsa.
Narkotika adalah berbagai jenis obat, yang kalau
diisap, diminum, dimakan atau disuntikan berulangkali dan
dalam waktu yang cukup lama, menimbulkan kelainan yang
menjurus kerusakan susunan saraf pusatnya yaitu otak dan
sumsum tulang belakang. Jenis-jenis obat itu digolongkan
psikofarmaka atau obat yang berpengaruh terhadap psikes
seseorang yang memakainya, ialah ganja atau mariyuana,
opium atau candu, morfin, heroin, kokain, obat nirozepan
tergolong hipnotika, dan obat-obat amfatamine yang sering
disalah gunakan para olah ragawan professional yang dikenal
dengan istilah doping. Alcohol juga setaraf dengan ganja,
menimbulkan kerusakan badan, menurunkan daya fikir dan
merusak jaringan otak. Korban narkoba dapat menjadi jahat,
jika dalam ketagihan ia tidak dapat memenuhi kebutuhannya
akan ganja. Dalam keadaan demikian itu ia dapat melakukan
segala cara untuk mendapatkan uang guna membeli ganja,
misalnya mencuri, korupsi, menjambret, merampok dsb.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


74

Suasana di Kutarunggu, Resi Wasista tampak gusar


setelah mendapat laporan Resi Mitra,

….”ketiwasan kakang Resi, rupa-rupanya Prabu


Rahwana berhasil mengendus pergerakan kita,
Wibisana dalam kondisi “fly” nyerocos membuka
rahasia jaringan-jaringan narkotika,….saya khawatir
akan terbuka kedok kita.”……
Resi Mitra gugup melaporkan perkembangan jaringannya di
Alengkadiraja
…..”kalau begitu segera putus penghubung kita agar
tidak terlacak dan hanya berhenti hingga disitu
saja!”…..
perintah Resi Wasista,
….”kemudian buat Wibisana akan selalu bergantung
kepada kita, buatlah penghubung-penghubung baru
dan yang lama lenyapkan saja!…..
Resi Mitra kemudian memerintahkan kepada
pembantu-pembantu kepercayaannya untuk melaksanakan
instruksi Resi Wasista yang baru. Resi Mitra kembali menemui
Resi Wasista dan mendengarkan perintah-perintah atasan
berikutnya,
……”Sekarang ini kami sedang memikirkan tentang
perang mendatang melawan Alengka, pertama kita
rangkul Wibisana kita jadikan dia kunci terakhir buat
kemenangan kita, kedua adalah buat propaganda
kasusnya Shinta sebagai skandal Rahwana yang akan
kita sebar luaskan sampai berhasil menciptakan opini
public menilai negatip keduanya dan berakhir
meniupkan api kebencian terhadap Alengkadiraja atau
sebaliknya juga kebencian terhadap Ayodya, dengan
demikian akan terbentuk dengan sendirinya blok
Alengka dan blok Ayodya, sedangkan mereka yang
bersikap netral kita perangi untuk memaksa mereka
bergabung dengan salah satu blok itu dengan begitu
makin jelas musuh-musuh yang akan kita hadapi

OLEH : HENKY B. HERNOWO


75

nantinya. Ketiga ialah untuk mencapai tujuan akhir


melawan Alengka, kita harus berani melakukan cara
yang menyedihkan……….dengan menumbalkan
sebagian rakyat kita sendiri,……. sehingga kita bisa
mendapatkan alasan yang cukup untuk menarik
simpati dan dukungan dari dunia pada umumnya satu
sisi dan para tokoh militer yang terlibat perang. Tumbal
ini mungkin mencapai ribuan nyawa rakyat kita dan
kita sendiri yang akan melakukan pembunuhan
terhadap mereka agar kita bisa melempar tuduhan
terhadap pihak lain. Ini pekerjaan dibawah tanah, dan
Ramabadra jangan diberitahu dulu!”….
Resi Wasista berhenti sejenak mengambil nafas kemudian,
….”issu skandal Rahwana saja tidak cukup untuk
memulai perang dan pasti kita kalah melawan
kekuatan militernya Alengkadiraja, target keempat
adalah penghancuran system ekonomi pada Negeri-
negeri Pedamaian, buat pemerintahan mereka
mengalami deficit dengan demikian maka suplai uang-
uang baru sejumlah besarnya deficit akan dikeluarkan,
…….sementara uang baru tersebut berputar dalam
kegiatan ekonomi yang menyebabkan kenaikan upah
dan harga, maka timbul gejolak inflasi atau kekacauan
ekonomi. Para pengusaha dan serikat buruh akan
saling baku hantam, peristiwa tersebut tak mungkin
bisa terkendali kalau tidak ada tangan-tangan otoriter,
kalau tidak rakyat yang punya kendali didalam
kebebasan ekonomi…… Dan apa yang terjadi, yaitu
perpecahan diantara mereka. Nah, pada saat itulah
Batara Sri dan kita akan masuk sebagai pahlawan
untuk mengumpulkan serpihan-serpihan dan
menyatukan kedalam barisan kita untuk melawan
Alengkadiraja…..Dan Resi Mitra nanti pada saatnya,
aku suruh kamu kembali ke Gangga menemui Batara

OLEH : HENKY B. HERNOWO


76

Sri untuk meminta bantuan pendanaan untuk urusan


ini”…….
Senja di Kesatrian Alengka, dengan penuh kesabaran
Sarpakenaka bertanya kepada adiknya Wibisana,
…..”adikku Wibisana, sebenarnya apa yang terjadi
denganmu sehingga kamu melakukan perbuatan-
perbuatan tercela bergaul dengan narkoba bahkan
kamu terlibat didalam pengedaran ganja itu sendiri,
kakak-kakakmu semuanya menyayangi kamu, lihat
hidupmu selalu berkecukupan, tapi mengapa kamu
memilih jalan yang sesat,”…..
Wibisana menjawab dengan ketus,
….”mana kakak pernah memperhatikan aku, kakak
sibuk dengan urusannya sendiri, aku ini sudah besar
tapi kakang Prabu tidak memberiku peran apa-apa
dinegeri Alengkadiraja ini, aku selalu diperlakukan
seperti anak kecil terus,”……
Sarpakenaka tersenyum dan
…….”adikku tersayang, kamu jangan salah mengerti,
kakak-kakakmu justru memberi kesempatan kamu
dengan bebas untuk menentukan pilihanmu, apakah
ingin jadi wiraswasta atau masuk di pemerintahan, tapi
dengan syarat selesaikan dulu pendidikanmu di
Kesatrian, tapi kamu sering mangkir sehingga
pendidikan di Kesatrian belum kamu selesaikan hingga
sekarang, kakak kan juga sudah mengarahkan kamu
untuk mengurusi Kepemudaan dan Karang taruna yaitu
urusan kegiatan-kegiatan para pemuda dan remaja dan
olahraga di Alengka ini sebagai ajang latihan kamu
bermasyarakat, hasilnya sampai dimana?”……

Wibisana hanya diam, dan dengan sempoyongan berlalu


keluar meninggalkan Sarpakenaka sendiri.
Sarpakenaka berhasil membongkar seluruh jaringan
pengedar narkotika di Alengkadiraja. Para agen narkoba dan
pemakainya mendapat hukuman setimpal sesuai hukum

OLEH : HENKY B. HERNOWO


77

peradilan yang berlaku. Tidak terkecuali Wibisana adiknya


sendiri. Wibisana dinyatakan bersalah oleh hakim pengadilan
negeri, kemudian ia dibawa ke penjara khusus untuk
kejahatan narkotika, disana ada bagian rehabilitasi bagi
pemakai-pemakai narkoba dan pembinaan mental.
Sepuluh tahun Wibisana terpaksa mendekam
dipenjara, perlakuan yang menimpa dirinya bukannya
menjadikan dia sadar, malahan Wibisana punya perasaan
dendam kepada kakak-kakaknya. Wibisana merasa kakak-
kakaknya tidak menyayanginya karena tidak mau
membebaskannya dari hukuman peradilan. Apalagi setelah
mendengar isterinya meninggal dunia karena depresi
tertekan batinnya karena malu atas tingkah laku suaminya,
sehingga ia jatuh sakit kemudian meninggal dunia selagi
Wibisana masih berada didalam penjara. Dengan
meninggalkan seorang puteri yang masih kanak-kanak
bernama Trijata. Rasa benci Wibisana kepada keluarganya
semakin bertambah.
Padahal tidak demikian! Puteri tunggal Wibisana
setelah ibunya meninggal dunia, Trijata diasuh oleh Prabu
Rahwana dengan baik, dengan kasih sayang seperti anaknya
sendiri, segala kebutuhannya dicukupi termasuk
pendidikannya. Wara Trijata tak ubahnya seperti ayahnya,
nakal dan manja.
Disuatu lorong gelap didaerah pinggiran kota Kutagara
Alengka, muncul seseorang datang mengedap-edap jalannya
masuk kedalam lorong tersebut, langkahnya sangat hati-hati,
tengok kanan kiri sepertinya ada yang ia cari. Disudut
bangunan gudang tua pada lorong tersebut telah menanti
seseorang yang dicarinya,
……”amankah situasinya Wibisana?”…..
tanya orang tersebut, dan dijawab Wibisana,
….”stt jangan berisik, ayo langsung kita masuk
kedalam gudang lewat pintu samping,.….bagaimana
Resi, sudah kamu bawa barang yang aku pesan, cepat
berikan padaku.”…..
setengah berbisik Sang Resi menjawab,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


78

….”tunggu dulu Wibisana, ganja ini aku bawakan hanya


cukup buatmu, sedangkan untuk yang lain akan aku
berikan setelah kau penuhi syarat-syarat yang aku
minta, begini syarat pertama adalah yang harus kamu
lakukan ….sst….(berbisik)…sstt….sst…sehingga Shinta
menjadi bangkrut, dan syarat yang kedua kamu
berikan informasi segala persiapan-persiapan perang
menghadapi Ayodya dan pertahanan Alengka, dan jika
Ayodya berhasil memenangkan peperangan melawan
Alengka, maka Ramabadra tidak keberatan
mengangkatmu menjadi Raja di Alengka menggantikan
kakakmu Rahwana, bagaimana setuju?”…..
Wibisana diam dan hanya mengangguk tanda setuju,
…..”wah, aku bakal jadi Raja Alengkadiraja, kenapa
tidak?”…..
Wibisana terbuai bujukan Sang Resi.
Sepuluh tahun kemudian semenjak Shinta tinggal di
Alengkadiraja, negeri Alengka sering mendapatkan terror-
teror dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab sengaja
melakukan pengrusakan pada fasilitas-fasilitas umum,
sehingga membuat keresahan masyarakat Alengkadiraja.

Berkaitan dengan masalah itu maka Prabu Rahwana meminta


Patih Prahasta untuk memanggil semua petinggi-petinggi
kerajaan berkumpul di Sitinggil Alengkadiraja, untuk
diadakan rapat pertemuan. Hadir disana para Raja bawahan,
Menteri-menteri, Bupati-bupati dan para Pangeran-pangeran
mulai Patih Prahasta, Kumbokarno, Sarpakenaka dan
Wibisana. Tapi ada juga yang tidak hadir yaitu raja-raja dari
Ayodya, Lokapala, Mahendra, Kutarunggu, dan Mantili. Prabu
Rahwana melihat tidak lengkapnya para Raja dari Negeri-
negeri Perdamaian, ia merasa prihatin sepertinya merupakan
firasat perpecahan bangsa mulai dirasakan, dengan tidak
hadirnya Raja-raja dari negeri seberang lautan. Ini pertanda
serius bahwa mereka sudah bulat mbalelo terhadap
perjanjian yang pernah mereka buat dulu sewaktu Prabu
Sumali memerintah Alengka.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


79

Terjadi perdebatan sengit, mempermasalahkan


keberadaan Shinta di Alengka diraja sebagai alasan
penyebab malapetaka yang menimpa sebagian masyarakat
Alengkadiraja, Wibisana tampil memberikan kritikan kepada
kakaknya Prabu Rahwana,
….”seperti yang semua orang tahu bahwa telah
beredar kabar tentang issu perselingkuhan Prabu
Rahwana dengan Dewi Shinta, disini kami ingin
menanyakan kepada kakang Prabu, apakah benar
seorang Raja Gung Binatara Alengkadiraja berbuat
skandal yang memalukan dengan isteri orang?”…..
Prabu Rahwana dalam batin marah dengan pertanyaan adik
kecilnya yang sedikit tidak sopan, tapi karena sayangnya
pada Wibisana ditahannya rasa marahnya itu,
……”itu tidak benar adikku, sekali lagi kepada semua
yang hadir disini….ini pernyataanku, bahwa issu yang
beredar itu adalah suatu kebohongan yang ingin
memecah belah diantara kita,”….

semacam klarifikasi sebagai bantahan atas issu-issu yang


telah beredar keseluruh dunia dongeng
…..”tapi kakang mencintainya bukan?”…..pertanyaan
yang tidak terduga keluar dari mulut adiknya Wibisana
membuat Prabu Rahwana blingsatan sulit untuk menjawab,
pertanyaan yang sangat pribadi memang tidak perlu jawaban
sebab yang tahu cukup hanya Prabu Rahwana dan Shinta
……”Alengkadiraja bakal hancur hanya gara-gara cinta
Kakang Prabu dengan Dewi Shinta, persengketaan
antara Alengka dengan Ayodya tidak akan terjadi jika
Dewi Shinta dikirim pulang ke Ayodya, kembalikanlah
Kakang! Dewi Shita biar bersatu kembali dengan
suaminya Ramabadra……cinta adalah urusan perasaan
jangan dicampur adukkan dengan pikiran dan
penalaran, subyektif sifatnya…..dan…” ……
Prabu Rahwana memotong apa yang dikatakan Wibisana,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


80

…..”cukup Wibisana aku sudah mengerti apa yang


kamu maksudkan, kembali ketempatmu!”….
sedikit marah Prabu Rahwana, seperti dipermalukan
dihadapan para undangan dan
…..”Sarpakenaka, tolong panggilkan Dewi Shinta untuk
menghadapku di pertemuan ini!”……
Sarpakenaka beranjak menuju ke Taman Soka menjemput
Dewi Shinta dikediamannya.
Pada pertemuan tersebut Shinta menanggapi ucapan
Wibisana dengan marah,
….”Saya telah berhasil membebaskan diri dari
kebiadaban yang dilakukan Ramabadra dengan
adiknya Lesmana, dan apakah saya harus dikembalikan
kekandang macan hanya untuk menyenangkan hati
tuan-tuan agar tidak mendapat kerepotan dari
keganasannya Ramabadra? Mengapa diri tuan-tuan
tidak berani melawan nafsu keangkara murkaan, baik
itu yang ada pada diri tuan-tuan maupun Ramabadra,
malahan tuan-tuan memanjakannya, dimana hati
nurani tuan-tuan?......
dengan menggebu-gebu Shinta menyangkal semua tuduhan
Wibisana,
…..”betapa kejamnya tuduhan itu menyatakan bahwa
saya berselingkuh dengan Prabu Rahwana yang sangat
saya hormati, dimata saya beliau seperti orang tua
saya, membantu saya selayaknya tuan-tuan
memperhatikan putera-puteri tuan. Sekali lagi saya
tegaskan dipertemuan ini bahwa saya tidak pernah
melakukan hal-hal seperti yang orang tuduhkan kepada
kami, titik!.....Dan kekacauan itu….Coba tuan-tuan
perhatikan kekacauan dinegeri ini, terjadi beberapa kali
pengeboman disana-sini, tidak hanya fasilitas umum
saja yang dirusak tapi sasaran utama pengrusakan itu
sebagian besar menimpa pada pabrik-pabrik dan
sarana vital,….coba perhatikan hampir semuanya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


81

penghancuran itu terjadi pada sarana-sarana usaha


yang saya kelola. Apakah hal itu secara kebetulan
ataukah sengaja direncanakan? Perlu tuan-tuan
ketahui, dari nol usaha itu saya bangun dengan awal
bermodalkan sebuah mesin jahit pemberian Prabu
Rahwana, kemudian berkembang maju dan melibatkan
masyarakat di Alengkadiraja sehingga usaha itu
menjadi besar dan maju. Berbagai usaha bisa kami
kembangkan, sehingga bisa merekrut ribuan tenaga
dari berbagai disiplin. Usaha tersebut sudah berjalan
hampir limabelas tahun dan keberhasilan usaha itu bisa
memberikan keuntungan dan mensejahterakan ribuan
karyawan khususnya dan rakyat Alengka umumnya.
Sekarang…hangus tinggal puing-puingnya saja,
pengangguran dimana-mana, dan saya khawatir ini
akan berdampak munculnya kejahatan jika tidak segera
ditanggulangi….….baiklah, jika tuan-tuan tidak bisa
membantu saya untuk tinggal disini, saya akan
melakukan sendiri melawan Ramabadra dan sekutunya
sampai titik darah penghabisan”…..
Prabu Rahwana terkejut mendengar kalimat terakhir yang
diucapkan Shinta,
….”oh tidak Shinta, kamu tidak bisa melakukannya
sendiri, coba akan aku tawarkan kepada semua yang
hadir disini, siapa yang bersedia membantu Dewi
Shinta melawan kriminalis Ramabadra dan sekutunya
agar tetaplah tinggal di Balairung, dan siapa yang tidak
bersedia silahkan keluar dari ruangan ini?”…..
demikian ucapan Prabu Rahwana dan hampir semua Raja-
raja bawahan yang hadir setuju untuk membantu Shinta,
kecuali Raja Carang Soka dan Raja Parang Garuda dari negeri
seberang lautan, segera berpamitan meninggalkan ruangan,
sebagai isyarat tidak bersedia membantu Shinta
…..”maafkan kami sinuhun Prabu Rahwana, kami akan
kembali membantu Alengkadiraja tetapi tidak untuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


82

kepentingan Dewi Shinta, sekali lagi maafkan kami


sinuhun.”
Kedua Raja seberang lautan dengan pasukan
pengiringnya yaitu Raja Carang Soka dan Raja Parang Garuda
didalam perjalanan pulang kenegerinya setibanya
dipelabuhan Mahendra disergap pasukan tak dikenal.
Terjadilah pertempuran sengit dipelabuhan itu, perlawanan
pasukan pengiring Raja Carang Soka dan Raja Parang Garuda
jumlahnya tidak seimbang dengan musuhnya yang jauh lebih
banyak, maka Raja Carang Soka berusaha menghindar dan
cepat-cepat melompat keperahu dan balik ketengah laut
menyeberang kembali kearah Alengkadiraja, sedangkan Raja
Parang Garuda tidak sempat menghindar terpaksa
melanjutkan perlawanan dan pasukannya mulai terdesak
berusaha bertahan mati-matian melawan pasukan tak
dikenal tersebut.
Tiba-tiba dari arah bukit datang pertolongan,
jumlahnya banyak pasukan berkuda datang menyerbu
membantu pasukan Raja Parang Garuda yang semakin
terdesak. Mereka adalah pasukannya Hanila dan Kapi
Jembawan dari Kerajaan Gua Kiskendo. Dengan gagah berani
mereka berhasil menumpas habis pasukan-pasukan musuh
tak dikenal tersebut. Dan pasukan pengiring Raja Parang
Garuda terselamatkan meskipun ada beberapa yang terluka,
…..”apakah tuan baik-baik saja?”….
sapa Hanila kepada Raja Parang Garuda, dan Sang Raja
menjawabnya,
….”terimakasih hei anak muda, siapakah nama kamu
dan imbalan apa yang kamu inginkan dariku, sebagai
tanda terima kasihku?”...
dan Hanila memperkenalkan dirinya,
….”namaku Hanila putera Prabu Sugriwa dan ini
pamanku Kapi Jembawan, kami dari Gua Kiskendo
sedang melakukan perjalanan menuju Kutrunggu,
kebetulan lewat ke Mahendra melihat tuan teraniaya
oleh gerombolan-gerombolan suruhannya Prabu
Rahwana yang sering melakukan terror dan kerusuhan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


83

diwilayah sini, maka begitu kami tahu mereka beraksi


itu langsung kami perintahkan penyergapan untuk
meringkus mereka.”….
penjelasan Hanila sedikit provokatif tentang Alengka ,
….”kami tidak meminta imbalan, tapi kami hanya ingin
dengar pendapat tuan tentang kasusnya Dewi Shinta
isteri sinuhun Ramabadra yang diculik Prabu Rahwana,
andaikan peristiwa tersebut menimpa pada keluarga
tuan yaitu isteri tuan yang diculik, terus apa yang musti
tuan perbuat?”….
dalam hati Raja Parang Garuda muncul kebimbangan, mana
yang benar Shinta diculik ataukah Shintanya sendiri yang
pergi, tapi mengapa sampai demikian seriusnya Ramabadra
membelanya, pasti dia merasa benar. Ada pepatah sedumuk
bathuk senyari bhumi dipun labeti pecahing dhadha
wutahing lidira ada benarnya dia melakukan perlawanan
dengan Alengkadiraja,
……”baiklah Hanila, sampaikan rajamu bahwa aku
bersimpati dengan apa yang ia lakukan, dan sebagai
imbalan terimakasihku aku bersedia membantu
didalam peperangan melawan Alengkadiraja demi
keadilan,”…..
demikian pernyataan Raja Parang Garuda kepada Hanila dan
Kapi Jembawan. Hanila dan Kapi Jembawan saling
berpandangan dan tersenyum punya arti sendiri,
….”baiklah tuan, apa yang tuan janjikan akan kami
sampaikan kepada sinuhun Ramabadra, dan pada saat
yang tepat diperlukan nanti kami akan memberi tahu
tuan secepatnya, selamat jalan dan salam hormat kami
tuan,”…
kemudian Raja Parang Garuda berpamitan untuk melanjutkan
perjalanannya kembali dikerajaannya
…..”yes…yes! kita berhasil perdayakan dia Paman,
meskipun terpaksa harus mengkorbankan orang-orang
kita mati terbunuh sebagai tumbal, babak berikutnya
peristiwa ini akan kita sebar luaskan kepada dunia

OLEH : HENKY B. HERNOWO


84

bahwa Alengka telah melakukan penyerangan ke


Mahendra. Dengan demikian inilah sebagai alasan
Ayodya melakukan pembalasan menyerang Alengka…
ha…ha…”
maka berangkatlah Hanila dan Kapi Jembawan melaksanakan
aksi berikutnya.
Alengkadiraja, Patih Prahasta sedang duduk diruang
kerjanya, sambil membalik rontar-rontar yang ada dimejanya
dibacanya laporan-laporan dari Negeri-negeri Perdamaian
tetang berbagai hal menyangkut ketata-negaraan. Sudah jadi
kebiasaannya, kalau tidak ada soal-soal penting yang segera
diselesaikan, maka banyak waktunya dimanfaatkan berdiam
diruang kerjanya untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan rutin
yang telah dijalankannya.
Tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh ketukan pintu dan
nyelonongnya salah satu punggawanya dan menyusul
dibelakangnya adalah Raja Carang Soka datang menemuinya
dalam keadaan terluka pada tangannya. Setengah berjingkat
Patih Prahasta menerima tamu mendadak pada situasi yang
tadinya tenang dan kemudian berubah mendadak menjadi
heboh
…..”apa yang terjadi sinuhun Raja Carang Soka kok
sampai terluka seperi ini?”….
Patih Prahasta menyambutnya Raja Carang Soka
membawanya ke pembaringan untuk diobati
….”pelayan tolong panggilkan dokter untuk menolong
sinuhun Raja Carang Soka cepat!”…..
sementara menunggu datangnya dokter, Sang Raja Carang
Soka menceriterakan hal ihwal kejadian yang menimpa
dirinya,
….”mereka berseragam hitam-hitam tiba-tiba datang
menyerang kami di Mahendra, kekuatan kami tak
seimbang maka kami putuskan untuk menghindar lari
kemari. Sedangkan Raja Parang Garuda bertahan,…dan
kami tidak tahu nasib mereka selanjutnya!”…..
demikian Sang Raja menuturkan kisah buruknya di
Mahendra,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


85

…..”tenang, tenang sinuhun yang jelas mereka yang


menyerang paduka itu bukan pasukan Alengka, sebab
paduka sendiri mengetahui bahwa Ayodya, Mahendra
dan sekutunya telah menyatakan keluar dari
perkesemakmuran Negeri-negeri Perdamaian,…baik hal
ini segera aku laporkan kepada baginda Prabu
Rahwana agar ditindak lanjuti, sinuhun istirahat dulu
disini menunggu dokter merawat luka-luka sinuhun,”…..
Patih Prahasta meninggalkan Raja Carang Soka segera
berangkat ke istana menemui Prabu Rahwana.
Dipendapa Patih Prahasta bertemu Sarpakenaka yang
sedianya juga akan menghadap Prabu Rahwana, mereka
dikawal punggawa memasuki Balairung, disana sudah ada
Sang Prabu sedang berbincang-bincang dengan Kumbokarno
dan Wibisana,
….”Paman Patih Prahasta dan adik Sarpakenaka
silahkan masuk, ada berita apa kok terlihat wajah
kalian tegang?”….
Sang Prabu menyambutnya
…..”ananda Prabu terimalah salamku, ada hal penting
saya laporkan kepada ananda, kejadian menimpa pada
Raja Carang Soka dan Raja Parang Garuda diserang
oleh kelompok orang tidak dikenal di pelabuhan
Mahendra terjadi kemaren sewaktu kedua Raja
tersebut pulang meninggalkan Alengkadiraja,”…..
dan Sarpakenaka sebagai kepala Polisi Alengkadiraja juga
menyampaikan laporan,
….”benar kakang Prabu, dari laporan anak buah saya
sepertinya kita difitnah, penduduk yang menyaksikan
pertempuran itu mengatakan bahwa penyerang-
penyerang tak dikenal itu adalah pasukan ninja dari
Alengkadiraja yang dikirim untuk tujuan menyerang
Ayodya.”….
Prabu Rahwana tanggap dengan kejadian-kejadian itu
maka segera memberi instruksi,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


86

…….“paman Prahasta dan adik Kumbokarno nyatakan


mulai hari ini negeri Astinadiraja dalam keadaan siaga
satu, persiapkan wadyabala tentara marinermu
diperbatasan pantai di Suwelogiri, dan armada laut
selalu siaga didalam penjagaan perairan Alengka. Dan
adik Kumbokarno atur Logistik dengan baik jangan
sampai ada kekurangan. Dan kamu Wibisana inilah
saatnya kamu ikut membantu kakakmu Sarpakenaka
untuk mengatur perlindungan dan kesehatan bagi para
Wanita dan anak-anak. Dan para Raja dan menteri
bersiaplah dibagianmu masing-masing dan
bekerjasamalah saling mendukung jika ada yang
membutuhkan bantuanmu, nah mulai hari ini kami
umumkan bahwa Alengkadiraja siap berperang
melawan Ayodya dan sekutunya.”……
suasana di Balairung menjadi tegang dan terdiam sepeti
tampak pada wajah wajah yang hadir.
Hasil persidangan kilat antara Prabu Rahwana dan
para Raja-raja dan menteri-menterinya di Blairung tadi,
menelorkan suatu pendapat bahwa peristiwa yang terjadi di
Mahendra itu adalah sangat membahayakan. Keputusan
Prabu Rahwana langsung ditindak lanjuti oleh pembantu-
pembantunya yang melaksanakan tugas dibidang masing
masing, antara lain Sarpakenaka segera memerintahkan
mengungsikan orang-orang sipil warga Alengka yang berada
diwilayah Mahendra dan sekitarnya. Kumbokarno tidak kalah
sibuknya mengatur kebutuhan amunisi serta bantuan berujud
bahan makanan secepat-cepatnya guna mensuplai tentara
dan rakyat Alengka. Sedangkan Patih Prahasta mengirimkan
selekas mungkin pasukan-pasuka keperairan Suwelogiri
untuk berjaga-jaga bila terjadi serangan mendadak dari
Ayodya.
Sehari seusai pertemuan di Balairung istana, secara
diam-diam Wibisana pergi meninggalkan istana, tujuannya
menemui kelompoknya bawah tanah ditempat biasanya
mereka bertemu. Disana sudah menunggu Resi Mitra dan
Hanggada putera Resi Subali, biasa setelah serah terima

OLEH : HENKY B. HERNOWO


87

obat-obat narkotika kepada Wibisana, sekarang giliran


Wibisana untuk menyampaikan berita-berita penting yang
semestinya menjadi rahasia Negara yang tidak boleh disebar
luaskan.
Terdorong keinginannya untuk bisa menjadi raja,
berbagai cara Wibisana tempuh untuk menggulingkan
kedudukan Rahwana dari singgasana Alengkadiraja. Bahkan
Wibisana tega khianati Negara sendiri. Semua rahasia Negara
dia bocorkan kepada Ramabadra melalui kurir-kurirnya,
dengan janji imbalan tahta Alengkadiraja nantinya jika
Rahwana berhasil digulingkan. Pasukan Ramabadra bilamana
menyerang Alengka, Alengka pasti akan hancur.
Kutarunggu, telah berkumpul pula sekutu-sekutu
Ramabadra antara lain Raja-raja dari Ayodya yaitu Prabu
Barata, Mantili yaitu Prabu Janaka, Guo Kiskendo yaitu Prabu
Sugriwa, Mahendra, Kutarunggu dan Parang Garuda tak
ketinggalan para Pangeran muda-muda yaitu Lesmana,
Anoman, Hanila, Jaya Hanggada dan para perwira Wadyabala
Ayodya yaitu Kapi Jembawan, Winata, Sutabali, Hindrajanu,
Danurdara, Wisangkata. Hadir juga para Resi yaitu Resi
Wasista dan Resi Mitra. Pertemuan itu memang sudah
direncanaka di Kutarunggu dan tidak di negeri Ayodya.
Ramabadra memimpin rapat pada pertemuan
tersebut, sedikit otoriter segala rencananya tidak boleh
diubah sedikitpun, tapi ia juga mau mendengarkan pendapat
kawan, tapi kemudian dengan halus dan sangat pandai
ditolaknya, sehingga akhirnya pendapat Ramabadralah
sebagai pemenangnya. Anehnya mereka yang kalah
berdebat itu tidak pernah merasa sakit hati. Malahan
kemudian mereka jadi pendukung yang baik dari rencana
yang tadinya ditentang habis-habisan.
Ramabadra menguraikan rencananya,
….”dari Mahendra kita bangun tanggul penyeberangan
lurus kearah pelabuhan Suwelagiri, disamping
berfungsi untuk menyeberangkan bala tentara kita ke
Alengka, keberadaan tanggul tersebut akan menutup
jalur pelayaran negeri-negeri seberang yang akan
berdagang menuju ke Alengka yang biasa masuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


88

melalui pelabuhan Suwelogiri, dan ini akan merupakan


shok terapi bagi perekonomian Alengkadiraja. Situasi
yang tidak kondusif kita ciptakan di Alengka diraja
melalui kaki tangan kami yang sudah berada di Alengka
yang siap melakukan aksinya dengan sabotase-
sabotase pada pertahanan vital Alengkadiraja.”….
Ramabadra menghela nafas dan kemudian melanjutkan lagi
membeberkan rencananya,
…..”dengan terbangunnya tanggul penyeberangan ini
punya arti yamg sangat penting, ini artinya Suwelagiri
akan jatuh ditangan kita, dan dengan menguasai
Suwelagiri artinya Kutagara Alengka akan jatuh
ditangan kita, berikutnya dengan terkuasainya
Kutagara Alengka artinya seluruh negeri Alengka diraja
akan takluk kepada kita, dan dengan takluknya
Alengkadiraja artinya seluruh Negeri Perdamaian akan
tuduk pada perintah kita…..dan satu hal yang perlu
kalian jaga didalam koordinasi didalam tugas masing-
masing yaitu persatuan, didalam koordinasi akan
kelancaran logistic, obat-obatan dan amunisi. Dari
pengalaman dan sejarah peperangan kerap
memberikan bukti-bukti kehancuran yang diderita oleh
pasukan tempur digaris depan, biasanya hanya
disebabkan oleh putusnya hubungan antara pasukan
tempur dengan induk pasukan yang mensuplai bahan
makanan, obat-obatan, senjata-senjata amunisi dan
tambahan pasukan baru yang masih segar bugar,
camkan ini!”….
Ramabadra berhenti sejenak menanti kalau ada yang
ingin bertanya, tidak ada kemudian ia lanjutkan instruksi-
instruksi kepada pada Raja-raja dan Wiratama,
…..”tugas pembangunan tanggul kami serahkan Prabu
Sugriwa bersama wadyabalanya, dan logistic kami
percayakan adikku Prabu Barata, sedangkan urusan
strategi penyerangan sebagai Manggalayuda saya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


89

percayakan adikku Lesmana, para Raja-raja sebagai


senapati perang dan menteri-menteri terkait agar
mengikuti perintahnya. Bala tentara gabungan ini saya
namakan prajurit-prajurit Bala Rama!”….
selesai memberi instruksi Ramabadra kembali menemui Resi
Wasista dan para Resi yang lain,
……”semuanya sudah kami atur, sekarang bagaimana
tentang biaya-biaya untuk mengurus semuanya itu
eyang Resi? Kalau semuanya dibebankan dari
sumbangan sumbangan Negara-nergara bawahan pasti
mereka keberatan karena kebanyakan rakyat mereka
miskin. Apakah eyang Resi ada solusi untuk masalah
ini?”…..

permintaan bantuan dana yang disampaikan Ramabadra


memang dinanti-nanti oleh Resi Wasista, dengan demikian
jika dipenuhi artinya kendali Ramabadra dan pasukannya
berada ditangannya.
Resi Wasista tahu benar, kebanyakan pemerintah-
pemerintah kerajaan mendapatkan uang dalam jumlah yang
sangat besar dari penarikan pajak dan upeti-upeti dari
rakyatnya, tapi sering mereka membelanjakan uang tersebut
dalam jumlah melebihi dari pajak-pajak yang mereka pungut,
sehingga mereka terpaksa harus meminjam, yang berakibat
Negaranya punya hutang dan tiap sen uang yang dipinjam
dengan bunga tertentu.
Seperti layaknya sebuah bisnis tak satupun Raja atau
pemerintah dapat pinjaman kecuali bersedia menyerahkan
kepada kreditor beberapa bentuk kekuasaan sebagai
jaminan. Sehingga kreditor mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam menentukan kebijakan Raja dalam
pemerintahannya. Jika Raja-raja tersebut melenceng dari
garis kebijaksanaannya, maka kreditor tidak ragu-ragu
membiayai musuh atau pesaingnya yang siap
menggulingkannya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


90

….”tidak masalah berapapun yang kamu butuhkan


akan aku usahakan, tapi ada syaratnya….apakah kamu
sanggup untuk memenuhinya?....
mulailah Sang Resi memberikan penawaran dengan suatu
persyaratan rinci yang mengikat dan Ramabadra
menyanggupinya
….”nah Ramabadra, kita sudah saling sepakat dan
dana itu akan aku berikan pekan depan.”….
Setelah Ramabadra berlalu, maka Resi Wasista
memanggil Resi Mitra,
….”Resi Mitra, besuk pagi berangkatlah kamu ke
Gangga temui Batari Sri, sampaikan pesanku bahwa
dana yang aku butuhkan agar bisa dititipkan kepadamu
Resi.”….

lengkap sudah segala persiapan guna keperluan biaya-biaya


peperangan telah disiapkan Resi Wasista, tinggal mengatur
pelaksanaannya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


91

14
RAMA
TAMBAK
Dengan jalan mengeruk gunung Mahendra, bala
tentara dan pekerja Bala Rama dikerahkan Prabu Sugriwa
memindahkan tanah dan bebatuan gunung sebagai material
urugan. Cikar-cikar ditarik kerbau mengangkut material
urugan tersebut kepantai, dan dimulailah pekerjaan
pembuatan tanggul penyeberangan Mahendra Suwelagiri.
Hutan-hutan ditebang kayunya dimanfaatkan untuk
membangun cerucuk ditancapkan kanan-kiri tanggul untuk
menahan batu dan tanah dari terpaan ombak laut. Sesekali
Ramabadra dan Lesmana diringi Prabu Sugriwa melakukan
inspeksi pekerjaan pembangunan tanggul tersebut, untuk
memberi semangat para prajurit dan pekerja tanggul.
Berkali-kali pondasi tanggul bobol karena dirusak oleh
berjuta juta gerombolan Yuyurumpung piaraan Dewi
Urangayu isteri Prabu Rahwana. Binatang tersebut

OLEH : HENKY B. HERNOWO


92

ditengkarkan dan kemudian sengaja disebarkan oleh


Alengkadiraja untuk menggagalkan rencana pembangunan
tanggul penyeberangan. Anoman tidak kurang akal
mengatasi masalah tersebut, yaitu membasminya dengan
getah tuba dari akar-akaran yang dipungutnya dari hutan
Mahendra, akibatnya binatang binatang tersebut banyak
yang mati dan lari.
Prabu Sugriwa membangun tanggul Mahendra
Suwelogiri sesuai dengan rencananya, untuk
menyeberangkan pasukan Bala Rama menuju Alengkadiraja.
Dan pada saat pembangunan tanggul hamper mendekati
daratan Suwelogiri, tiba-tiba saja dikejutkan serangan
mendadak dari pasukan Alengkadiraja. Para pekerja dan
wadyabala Prabu Sugriwa dihujani anak panah dan bom bom
api dari ketapel-ketapel Alengka diseberang daratan
Suwelogiri. Perang antara bala tentara Bala Rama dengan
tentara Alengka terjadi. Banyak korban yang meninggal
terutama dipihak pasukan Prabu Sugriwa.
Peperangan sudah berlangsung satu bulan dan
tanggul yang hanya tinggal seratus meter dari daratan belum
bisa diselesaikan. Sudah ada ribuan bala tentara monyet dan
pekerja Bala Rama dikirim ke tanggul untuk menggantikan
pasukan yang mati sebelumnya, dan merekapun mengalami
nasib yang sama, mati sia-sia jadi korban pada pertempuran
tersebut. Prabu Sugriwa menghentikan pengiriman pasukan
dan pekerjanya ke tanggul. Penyerangan balasan ditundanya,
masalahnya jika nekat menyerang, berapapun bala
tentaranya yang dikirim ke tanggul pasti akan terbunuh
dengan sia-sia tanpa bisa melakukan perlawanan apapun.
Rupa-rupanya Ramabadra salah perhitungan dalam
menentukan strategi pertempuran ini.
Anoman dan Hanila punya gagasan, dicobanya untuk
membuat pelindung raksasa semacam tameng yang bisa
untuk melindungi para pekerja dan tentara Bala Rama untuk
menyelesaikan pekerjaan tanggul tersebut. Selama seminggu
pekerjaan pembuatan tameng raksasa berjumlah lima buah
itu akhirnya bisa diselesaikan dan tinggal memasang roda-
roda dikanan-kirinya untuk memudahkan membawanya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


93

keujung tanggul. Rencananya akan dipasang berurutan


dengan jarak tertentu sehingga tidak memungkinkan anak
panah musuh bisa mengenai pasukannya yang berlindung
dibaliknya, dengan demikian para pekerja bisa bekerja
melemparkan bebatuan untuk mengurug tanggul
didepannya.
Sementara itu dipertahanan garis depan Alengka di
Suwelogiri, Patih Prahasta dibantu para wiratama ada
Supawarsa, Anipraba, Prajangga dan Wirapaksa sedang sibuk
mengatur posisi pertahanan-pertahanan guna menghadapi
musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya dibanding
penduduk Alengkadiraja. Oleh karena itu didalam
menempatkan pasukan-pasukannya harus tepat benar
sehingga bisa melakukan penyerangan dengan seefektif
mungkin disamping keamanan dirinya sendiri bisa bertahan
dari serangan musuh.
Perang adalah perang, begitu jawaban setiap tentara
pada umumnya jika ditanya yang menyangkut
perikemanusiaan, dan setiap anak panah yang telah
dilepaskan dari busurnya tidak pernah menampik korbannya,
entah panah tersebut jatuh pada kakek-nenek, ibu-ibu atau
anak-anak, orang-orang berjubah, kaum brahmana maupun
para Batara betari, semua itu nasib buruk orang-orang
tersebut yang mengajak nyawanya melayang. Dan kalau
anda seorang anggauta tentara, didalam pertempuran anda
akan dibunuh kalau tidak mau terlebih dahulu membunuh
musuhnya.
Tapi tidak untuk Patih Prahasta, setiap anak panah
yang dilepaskan sang pemilik dari busurnya harus jelas
sasarannya, tidak boleh ngawur asal rentang lepas tanpa
sasaran yang pasti. Itulah pentingnya selalu diadakan latihan
rutin pada setiap personil pasukan pemanah, sehingga
tentaranya menjadi penembak jitu disetiap pertempuran,
setiap anak panah targetnya adalah satu musuh yang jadi
korbannya itu pasti.
Tameng raksasa Anoman dan Hanila siap untuk
dipasang, sambil didorong maju kelimanya berurutan diatas
tanggul dibarengi pula prajurit dan pekerja Bala Rama

OLEH : HENKY B. HERNOWO


94

berlindung dibelakangnya, dan saat mendekati ujung tanggul


pada saat itu juga datang serangan bom-bom api yang
ditembakkan pasukan Alengka lewat ketapel-ketapel raksasa
dari seberang tepi pantai Suwelogiri, bertubi-tubi serangan
itu tepat mengenai tameng-tameng tersebut mengakibatkan
tameng yang terbuat dari papan kayu….….jadi hancur
berantakan kemudian terbakar, kobaran api membakar tubuh
para prajurit pekerja tanggul, korbanpun berjatuhan hangus
mati terbakar.
Tentara yang masih hidup mundur menyelamatkan
diri berlindung dibalik tameng yang ada dibelakangnya.
Anoman bingung, tidak berkutik, maju kena mundurpun kena.
Maka segera diperintahkan untuk menarik pasukannya yang
masih selamat untuk meninggalkan tanggul,
…..”kakang Anoman, bagaimana ini, apakah ada jalan
lain untuk melanjutkan pembangunan tanggul ini?”....
keluh Hanila setengah putus asa,
…..”sudah lebih tiga bulan pekerjaan kurang 100 meter
sulit untuk melanjutkan, ayo kita laporkan saja ke
paman Prabu Sugriwa mungkin bisa memecahkan
persoalan ini!”….
Malam itu langsung diadakan pertemuan antara
Ramabadra, Lesmana, Prabu Sugriwa, Anoman, Hanila dan
para wiratama guna membahas pelaksanaan pembangunan
tanggul yang terhambat akibat serangan yang bertubi-tubi
dari pihak Alengkadiraja, sudah ribuan prajurit dan para
pekerja Bala Rama mati sia-sia jadi korban dari serangan
tersebut. Pendek kata kali ini Alengka lebih unggul didalam
pertempuran, korban dari pihak Alengka boleh dibilang
sangat kecil dan kerugian materi tidak seberapa dibanding
pihak Bala Rama,
….”tenanglah, jangan panik dan putus asa, strategi
coba dirubah, Hanila buatlah rakit besar, dan coba
tempatkan diatasnya obor yang besar yang tahan
hembusan angin laut yang kencang…..bekerjalah
kembali besuk malam!......mulai besuk prajurit dan para
pekerja tanggul melaksanakan pekerjaannya dirubah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


95

jadualnya pada malam hari,…..dan Anoman tameng-


tamengmu dilanjutkan, hanya saja dibagian depannya
tambahkan pelepah batang pisang agar tahan
api…..tambatkan rakit obor dimalam hari jauh dari
pinggir tanggul usahakan jangan sampai hanyut dan
obor nyalakan pada malam hari saat para pekerja Bala
Rama akan memulai pekerjaannya,…..kebetulan saat
ini bulan sabit belum muncul, gelombang pasang
belum tiba dan suasana laut menjadi gelap
gulita….harapan saya rakit obor bisa mengelabuhi
Alengka sehingga mereka akan mengalihkan sasaran
tembaknya pada rakit obor yang kalian buat
itu….bersamaan itu kerahkan pekerjamu untuk segera
menyelesaikan pekerjaannya meskipun dalam keadaan
kegelapan….sebelum fajar rakit obor segera kamu tarik
kedarat dan kemudian kamu pasang kembali setiap
malam,….begitulah seterusnya, fahamkah akan
maksud saya?……semoga berhasil!” ……..
Malam itu bagaikan pesta kembang api, bom bom berapi
dilontarkan dari pertahanan Alengka di Suwelagiri semua
mengarah kesasaran rakit obor yang dinyalakan Hanila yang
terapung di tengah laut jauh dari sisi tanggul. Sementara itu
para pekerja tanggul lolos dari incaran bom bom api
sehingga dapat melaksanakan pekerjaannya dengan aman
meskipun dalam keadaan gelap gulita. Satu meter, dua
meter, tiga meter terus dikerjakan dan panjang tanggul
semakin bertambah.
Pagi harinya, datang memeriksa daerah medan
pertempuran tapi Patih Prahasta terheran-heran setelah
memperhatikan situasi diujung tanggul yang dibangun
prajurit pekerja Bala Rama semakin maju tapi terlihat sepi
tidak ada seorangpun disana dan tameng-tameng yang
berdiri diujung tanggul masih tetap berdiri. Kecurigaan
muncul mengapa pengeboman yang bertubi-tubi dilakukan
semalam kok tidak ada meninggalkan bekas bekas kerusakan
pada tameng-tameng tersebut, lagi pula yang biasanya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


96

banyak korban prajurit yang mati tercecer atau menumpuk


diujung tanggul atau terapung disisi-sisi tanggul, pagi ini
tidak terlihat sama sekali.
Kemudian Patih Prahasta mencoba meneliti peralatan
perang pada pos-pos pertahanan Alengka, diperhatikan
dengan seksama arah ketapel ketapel
…..”wah ini tipuan, kita kena tipu,”….
para wiratama terbengong bengong melihat pimpinannya
bertingkah aneh,
….”hei para wiratama, apakah kalian tidak melihat
sesuatu yang aneh diujung tanggul sana, juga lihat
ketapel-ketapelmu pada menghadap
kemana?.....apakah semalam telah kamu geser arah
tembaknya?”…..
para wiratama memperhatikan tanggul yang sepi dan
peralatan ketapelnya juga tidak rusak, terus apa yang
dimaksud kita kena tipu oleh Sang Patih ? mereka belum
menyadari apa yang semalam mereka alami,
….”Wirapaksa, coba tembakkan ketapelmu-ketapelmu
pada posisi tetap seperti itu!”….
perintah Patih Prahasta kepada wiratama Wirapaksa, dan
ketapel beraksi…..BUM….siuuut…..kropyak, bola api jatuh
kelaut disisi jauh dari ujung tanggul,
…..”dan kamu wiratama, tembakkan ketapel-ketapelmu
semuanya, janganlah kamu geser sedikitpun,”……
dan wiratama menembakkan dan apa yang terjadi? Bom
jatuh persis pada titik tembakan ketapel pertama yang
mereka lakukan tadi. Barulah sadar para wiratama kalau
mereka salah sasaran, mereka tertipu dengan obor yang
menyala ditengah laut, karena keadaannya gelap gulita
mereka pikir itulah sasaran tembak yang tepat diujung
tanggul dimana prajurit dan pekerja Bala Rama berada,

…..”nah sekarang kembalikan ketapel-ketapel itu


kearah semula, sasaran keujung tanggul jangan
dirubah lagi!”….
Patih Prahasta memberi instruksi!

OLEH : HENKY B. HERNOWO


97

Kutarunggu, Prabu Sugriwa dan Lesmana sedang


serius membicarakan sesuatu yang amat penting tentang
strategi pertempuran melawan Alengka berikutnya
…..”dimas Lesmana, saya minta bantuanmu untuk bisa
menghubungi Prabu Barata agar bisa mengirim garuda-
garuda Sempati yang terlatih untuk bisa disertakan
pada pertempuran ini guna menyokong para prajurit
pekerja agar bisa cepat menyelesaikan tanggul
penyeberangan ini.”….
dan Lesmana bisa menangkap apa yang sedang dipikirkan
Prabu Sugriwa tentang rencana penyerangan berikutnya
…..”baiklah aku akan segera berangkat ke Ayodya
menemui kakanda Prabu Barata untuk meminta
bantuannya seperti yang kakang Sugriwa inginkan,”….
jawab Lesmana dan berlalu pergi ke kraton Ayodya.
Balai agung Ayodya,
….”dimas Lesmana, baiklah akan aku kirim sepuluh
garuda Sempati pilihan guna menunjang penyerangan
dari angkasa ke Alengka, tapi siapa saja nanti yang
akan mengendarainya?”…..
Prabu Barata, memenuhi permintaan Prabu Sugriwa. Hari itu
juga garuda-garuda itu dikirim ke Mahendra, salah satu
garuda Lesmana yang mengendarainya, dikendalikannya
garuda Sempati berputar diangkasa dan dari atas dengan
jelas bangunan tanggul lurus dari pantai Mahendra menuju
ke Suwelogiri dan ujung tanggul tinggal beberapa puluh
meter lagi sudah bisa nyambung ke bibir pantai Suwelagiri.
Penerbangan diteruskan melakukan pengintaian ke
pertahanan pasukan Alengka di Suwelogiri, tampak dari atas
senjata ketapel-ketapel raksasa berjajar setengah lingkaran
mengarah kesatu titik yaitu ujung tanggul siap menembak
mangsanya. Setelah beberapa saat dan cukup waktu untuk
mempelajari situasi pertahanan Alengka maka Lesmana
kembali ke markasnya lagi.
Malamnya, pasukan prajurit dan pekerja Bala Rama
dikerahkan kembali melaksanakan pembuatan tanggul, rakit
obor dinyalakan lagi dan kali ini mereka mendapat serangan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


98

lagi dari pasukan Alengka. Bom-bom api dan panah panah


kembali beraksi menghujani mereka, sasaran tidak lagi ke
rakit obor tetapi tepat diujung tanggul dimana prajurit dan
pekerja Bala Rama sedang bekerja. Kaget dan kacaubalau
kembali terjadi dan korban pada berjatuhan.
Prabu Sugriwa segera memerintahkan Anoman, Hanila
untuk memimpin wiratama menerbangkan garuda Sempati
untuk menyerang pertahanan Alengka digaris depan. Dengan
membawa tali-tali jangkar kesepuluh wiratama mengendarai
garuda Sempati terbang menuju kearah ketapel-ketapel
raksasa Alengka, dan setelah jaraknya cukup kemudian
diulurkannya tali-tali jangkar dengan cepat mengait salah
satu rangka ketapel tersebut dan sertamerta garuda Sempati
menariknya ketapel yang cukup berat tersebut diterjunkan
kelaut. Panah-panah dari pasukan Alengka berdesingan
melewati sayap-sayap garuda Sempati namun tak satupun
bisa mengenainya karena gesitnya garuda-garuda itu
berkelit. Dari tujuh ketapel yang terpasang dan sekarang
tinggal dua buah sebab yang lima buah berhasil diceburkan
kelaut. Pertempuran menjadi seimbang, dua ketapel terus
menghantam tameng-tameng Bala Rama tapi tidak segencar
sebelumnya, sehingga para prajurit pekerja Bala Rama bisa
melanjutkan pembangunan tanggul.

Satu meter, dua meter, tiga meter tanggul bertambah


maju dan tinggal duapuluh meter lagi. Panah-panah semakin
gencar, korban banyak berjatuhan dipihak Bala Rama.
Garuda Sempati terbang lagi, kali ini ada sesuatu yang
dibawanya didalam kendi kendi tembikar digantungkan pada
leher garuda-garuda tersebut. Kendi-kendi tersebut berisi
berjuta-juta semut merah pemakan daging yang ditangkap
dari hutan Dandaka.
Garuda Sempati terbang tinggi jauh dari jangkauan
panah-panah pasukan Alengka, dengan perhitungan yang
tepat kemudian kendi kendi tersebut dijatuhkan dari atas
tepat mengenai kumpulan prajurit pemanah, dan dijatuhkan
pada operator-operator senjata ketapel-ketapel Alengka, dan
kendi-kendi pecah berhamburanlah semut-semut ganas

OLEH : HENKY B. HERNOWO


99

menyerang prajurit-prajurit Alengka. Panas, perih dan campur


gatal akibat gigitan semut-semut merah tersebut sehingga
membuyarkan konsentrasi dan kesiagaan tempur pasukan
Alengka, karena sibuk menggaruk dengan lari kesana kemari
seperti orang kehilangan kendali. Dan cara jitu untuk
menyelamatkan diri mereka ialah menceburkan diri kelaut.
Dan berhentilah serangan serangan Alengka, yang kemudian
dimanfaatkan luang waktu itu oleh Bala Rama untuk
menyelesaikan pembangunan tanggul.
Patih Prahasta memerintahkan Prajangga untuk
meminta bantuan kepasukan induk di Kutagara Alengka
untuk segera mengirim prajurit-prajurit pengganti, obat-
obatan anti racun serangga dan peralatan senjata baru
penyembur api untuk membasmi serangga, sementara
pasukan yang ada tetap siaga bertahan sampai bantuan
datang. Prajangga dengan mengendarai kuda memacunya
menuju Kutagara Alengkadiraja, tetapi ditengah perjalanan ia
disergap oleh orang-orang tak dikenal berpakaian hitam-
hitam ala ninja menariknya dari atas kuda sehingga ia jatuh
terjerembab dan kemudian ditusuk ulu hatinya dan akhirnya
terenggut nyawanya, dia mati.
…..”lho, mengapa kamu tega bunuh dia dimas
Hanggada?”……”kakang Wibisana, kalau dia kita beri
hidup, kelak kitalah yang akan dibunuhnya, ayo segera
kita menyingkir dari sini sebelum ada orang yang
menyaksikan kita!”…..ninja-ninja itu lari menyelinap
kedalam semak semak dan dalam sekejap menghilang tanpa
meninggalkan bekas-bekasnya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


100

15
PETAKA DICELAH
BUKIT KEMUNING

S ehari ditunggu tunggu, bantuan belum kunjung


datang. Patih Prahasta mondar mandir diperkemahan
prajurit, hatinya risau. Dalam hati merasakan ada sesuatu
yang tidak beres didalam pada Prajangga. Sementara
pertempuran berlangsung terus. Ayodya melakukan
penyerangan pada malam hari, garuda-garuda Sempati
mengambil alih bagian dengan melakukan penyerangan dari
udara sehingga mengakibatkan tentara Alengka kalang
kabut. Kekacauan ini memberi kesempatan prajurit pekerja
Bala Rama untuk maju kembali. Dan akhirnya pembangunan
tanggul bisa diteruskan mendekati selesai, tinggal beberapa

OLEH : HENKY B. HERNOWO


101

meter saja dibutuhkan pengurugan cepat sudah bisa


menghubungkan Mahendra dan Suwelogiri.
Patih Prahasta mengetahui bantuan tidak bakal
datang, maka memerintahkan menarik mundur pasukan
Alengka sebelum bangunan tanggul terhubung dengan
daratan. Dibawanya pasukannya keluar kota dan naik kebukit
Kemuning berencana menghadang penyerbuan Bala Rama ke
Alengka. Satu satunya jalan utama yang menghubungkan
Suwelogiri dengan Kutagara Alengkadiraja harus melalui
bukit Kemuning. Jalan tersebut menerobos celah pada bukit
Kemuning. Patih Prahasta memilih posisi strategis
diperbukitan itu, cara yang aman dan sangat
menguntungkan bagi pasukannya, dimana medan itu
memungkinkan untuk menahan Bala Rama yang bisa
dipastikan akan melalui jalan satu-satunya yang diapit tebing
bukit Kemuning. Celah tebing tersebut merupakan pintu
masuk sebelum menuju kewilayah Kutagara Alengkadiraja.
Dengan jumlah sebagian pasukan yang masih sehat
kembali diatur posisinya sehingga memudahkan
penyerangan musuh yang ada dibawah tebing. Mereka
adalah prajurit-prajurit pemanah jitu yang masih bisa
diandalkan. Sedangkan ketapel-ketapel dipasang ditengah
jalan jauh dibelakang celah guna melindungi pasukan tombak
didepannya, sedangkan pasukan berkuda siap bergerak
dipersiapkan dibalik bukit Suwelogiri. Segalanya siap, tinggal
menunggu tamu yang tak diundang datang.
Tanggul itu, semeter, dua meter dan tiga meter
tersambunglah sudah tanggul penyeberangan dengan
daratan Suwelogiri. Tanpa dibendung lagi ribuan pasukan
Bala Rama dipimpin Prabu Sugriwa masuk kedaratan
Suwelogiri Alengka, bagaikan air bah yang meluber menyapu
bersih apa saja yang dilaluinya. Semua fasilitas-fasilitas
perkantoran, rumah-rumah, bangunan dan pelabuhan
dihancurkannya dan orang-orang sipil yang berada disana
turut jadi sasaran keganasan pasukanya Bala Rama.
Penduduk berhamburan berlari untuk menyelamatkan diri,
kesana-kemari bingung mencari perlindungan.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


102

Swiping dilakukan Hanila dan anak buahnya, jika


kedapatan prajurit Alengka yang sakit atau penduduk sipil
yang kebetulan membawa benda tajam maka langsung
mereka dibunuhnya. Sepertinya perilaku tak waras telah
mengendalikan mereka, mungkin sebagai luapan kemarahan
mengingat sudah enam bulan mereka menahan diri dalam
ketidak berdayaan yaitu pada saat pembangunan tanggul
Mahendra Suwelogiri. Ribuan prajurit Bala Rama, teman-
teman seperjuangannya mati terbantai oleh panah-panah
dan bom-bom dari ketapel pasukan Alengkadiraja. Inilah
saatnya mereka balas dendam. Sorak sorai para prajurit
Ayodya memekakkan telinga, mereka bersukaria karena bisa
masuk dan menguasai kota Suwelogiri.
Patih Prahasta dan pasukannya masih bertahan
dibukit Kemuning, dicobanya sekali lagi mengirim kurir ke
Kutagara untuk meminta bantuan tambahan pasukan,
makanan, obat-obatan serta amunisi. Dikirimnya Supawarsa
untuk menemui Kumbokarno di pasukan induk di Kutagara.
Maka berangkatlah Supawarsa dengan mengendarai kuda
segera memacunya menuju Kutagara Alengkadiraja.
Tapi selang beberapa jam Patih Prahasta memberi
perintah Wirapaksa untuk membuntuti Supawarsa
dibelakangnya, sama halnya Supawarsa ia kendarai kuda
pacuan yang cepat larinya. Ditengah perjalanan Supawarsa
dicegat lima orang bertopeng dengan pedang tehunus
langsung dihujamkan kedada Supawarsa, dan Supawarsa
tidak sempat mengelak, terjatuhlah dia dari kudanya…dan
tewaslah Supawarsa.
Bertepatan kejadian tersebut datanglah Wirapaksa
melihatnya maka segera dia memberi pertolongan.
Diserangnya kelima orang tersebut dengan senjata gadanya,
satu, dua dan tiga berhasil dilumpuhkannya tinggal yang dua
orang bertopeng kelihatannya lebih tangguh. Perkelahaian
cukup seru dan salah seorang sempat terbuka kedoknya dan
cepat cepat orang itu menutupi wajahnya
…..”tuan Wibisana….mengapa tuan lakukan semua
ini?....aah….tuan tega berkhianat pada negeri sendiri!
….

OLEH : HENKY B. HERNOWO


103

Wirapaksa tidak percaya, pengkianatnya ternyata pangeran


Wibisana, sementara Wirapaksa bengong menjadikannya ia
lengah, dan kesempatan ini tidak dilewatkan Anila untuk
membokongnya dari belakang dengan menusukkan
pedangnya kelambung Wirapaksa,
…..”aahh, kau,”….Wirapaksa berteriak kesakitan.
mengalami kondisi yang kritis seperti ini, tidak ada
manfaatnya Wirapaksa untuk melanjutkan pertempuran,
instingnya memerintahnya untuk melarikan diri secepatnya
meninggalkan pecundang-pecundang itu.
Dalam keadaan luka parah segera dipacunya kuda
yang ditungganginya lari menuju Kutagara. Wibisana dan
Anila mengejar untuk berusaha mencegah dan
menangkapnya, tapi tidak berhasil dan Wirapaksa lolos!
…..”wah sial…sial….. bagaimana ini dimas Hanggada,
kenapa bisa lolos…..baiklah lebih baik aku segera
kembali ke Kutagara Alengkadiraja,….akan aku
selesaikan si Wirapaksa!”…..Wibisana segera pergi
meninggalkan Hanggada.
Geger di Alengka, punggawa di Balairung yang
berusaha menghentikan kuda Wirapaksa, tapi Wirapaksa
langsung menerobos masuk keruangan raja, dan dengan
kesakitan bersimbah darah pada lambungnya Wirapaksa
jatuh tepat dihadapan Prabu Rahwana
…..”Yang Mulia,…aah….Suwelogiri telah ……aah……ja..
jatuhhh….aahh….dan Wibisannaaaa….aaahh,”….
nyawa Wirapaksa tidak bisa dipertahankan lagi, tewaslah dia
didepan Prabu Rahwana, namun sempat ia katakan berita
penting meskipun hanya beberapa kata sudah bisa
dimengerti oleh Prabu Rahwana untuk segera menindak
lanjuti informasi tersebut.
….”dimas Kumbokarno, cepatlah bertindak segera kirim
bantuan ke Suwelogiri, sepertinya ada yang tidak beres
ditubuh kita sendiri dimas, ada apa pula dengan si
Wibisana? Punggawa coba cepat panggil Sarpakenaka
kemari!”…..

OLEH : HENKY B. HERNOWO


104

Kumbokarno memberikan tugas ini kepada Dumreksa


untuk memimpin prajurit tambahan, dengan membawa
tambahan amunisi, makanan dan obat-obatan. Malam itu
juga pasukan diberangkatkan, terdiri pasukan berkuda
pasukan tombak dan pasukan pemanah.
Sarpakenaka dengan tergopoh-gopoh menghadap
Prabu Rahwana di Balairung, dan
….”ada masalah apa kakang Prabu memanggil
aku?”…..
Prabu Rahwana menanyakan keberadaan Wibisana dan apa
kegiatannya sehari-harinya,
…..”maafkan aku kakang Prabu, sudah tiga hari ini adik
Wibisana tidak berada ditempat pekerjaannya, tugas-
tugasnya mengurusi pengungsi-pengungsi pada
keteteran, rangsum bantuan makanan sering
terlambat. Sudah aku perintahkan orang-orangku untuk
mencarinya, tapi hingga kini belum ketemu,”….
Belum sempat selesai mendengar laporan
Sarpakenaka, Prabu Rahwana dikejutkan ada orang berteriak-
teriak dari pendapa,
….”kakang Prabu, musuh sudah mendekat….Suwelogiri
sudah jatuh ketangan musuh….gawat….gawat!”…
Oh, Wibisana masuk ke balairung sambil berteriak-teriak
seolah-olah sedang panik. Sarpakenaka cepat-cepat menarik
adiknya membawanya masuk ke Balairung menghadap Prabu
Rahwana. Dan langsung memarahinya,
….”diam kamu Wibisana, suaramu keras sekali
membuat resah orang yang
mendengarkannya….darimana saja kamu? Sudah tiga
hari kamu meninggalkan posmu dan pergi tanpa seijin
aku.”…..
Wibisana menjawabnya masih dengan suara keras,
…..”kakak Sarpakenaka, apa urusanmu kalau aku
sedang pergi, aku toh dibagianmu hanya berperan
sebagai pembantu saja, lagi pula pembantumu yang
lain kan masih banyak….perlu kakak ketahui, aku tidak

OLEH : HENKY B. HERNOWO


105

mangkir lihatlah di alun-alun sana para pengungsi dari


Suwelogiri telah aku selamatkan, jadi kamu jangan
punya pikiran negative kepadaku”….
Prabu Rahwana melihat adik ragilnya bicara ngotot
seperti itu langsung memotong pembicaraannya,
….”Wibisana sudahlah, bicaralah yang sopan, hormati
kakakmu Sarpakenaka! Sekarang segera kembalilah
kamu bersama pengungsi-pengungsi itu kebarak sana,
urus keperluannya dengan baik!”….
….”baik kakang Prabu, dan maafkan aku!”…. Wibisana
segera pergi dan menjemput para pengungsi di alun-alun.
Sarpakenaka memandangi adik kecilnya keluar
dengan perasaan jengkel, tapi bagaimanapun nakalnya
Wibisana ia sangat sayang kepadanya. Wibisana memang
manja, sampai dewasapun masih aleman, bahkan sudah
beristeri dan punya anak sifat manjanya masih saja, dan
lucunya Sarpakenaka tidak berkutik jika adiknya sudah
ngeyel minta sesuatu, segala permintaanya harus dituruti.
Dialun-alun Wibisana menjemput para pengungsi.
Diantara para pengungsi menyelinap orang-orangnya
Hanggada,
….”Sttt, dimas Hanggada hati-hati bersikap yang wajar
saja, supaya pengungsi-pengungsi yang lain tidak
menaruh curiga pada kita, berapa orang-orangmu
disini?”…..
Hanggada bersama prajuritnya menyamar cukup sempurna
layaknya para pengungsi dengan muka tertutup menjawab
dengan suara lirih,
….”semua ada dua regu, terus kemana kita?”…..
Wibisana membawa mereka kebarak pengungsian, disana
prajurit Hanggada berbawur dengan ribuan pengungsi dari
berbagai daerah.
Suwelogiri, setelah pelabuhan dikuasai oleh Bala
Rama maka Anoman segera mencari tempat yang bisa
dimanfaatkan untuk pesanggrahan, diambilnya rumah
Sahbandar yang telah kosong ditinggalkan penghuninya.
Setelah semuanya beres, Ramabadra dan para Raja-raja

OLEH : HENKY B. HERNOWO


106

pendukungnya datang menempatinya sebagai markas untuk


mengatur strategi berikutnya.
….”dimas Prabu Sugriwa, Suwelogiri telah kita duduki
dan berikutnya Kutagara Alengka akan kita rebut. Hari
ini biarlah Bala Rama suruh istirahat, berikan mereka
hiburan dan buatlah pesta yang meriah buat
kemenangan mereka. Tapi besuk pagi Bala Rama siap
diberangkatkan kepertempuran kembali merebut
Kutagara Alengka!”….
Malam itu adalah malam yang istimewa, pesta miras,
pesta tayuban dengan mendatangkan ledek kondang dari
kidulan ikut meramaikan keceriaan malam itu. Anoman,
Hanila, Kapi mendo, Kapi Arimendo, Wisang kata, Danurdara,
Hindrajanu, Sutobali dan Winata tidak ketinggalan ikut
menari sambil mabuk-mabukan, kecuali Hanggada yang tidak
terlihat karena menyelinap tinggal dibarak pengungsian
Alengka bersama pasukannya.
Lain lagi kesibukan dibukit Kemuning, pasukan Patih
Prahasta siaga dalam kegelapan, suara jengkerik dan burung
hantu menambah suasana semakin seram, nyamuk-nyamuk
pesta pora menerima donor darah dari tamu-tamu tak
diundang. Bantuan prajurit belum tiba, cadangan makanan
semakin menipis, prajurit yang sakit akibat gigitan serangga
semut merah masih mengerang-erang karena tangan dan
kakinya pada bengkak.
Sang fajar telah tiba, terdengar sangsakala dari
bawah bukit, suara derap kaki prajurit Bala Rama dan
hentakan kaki kuda perang menggetarkan bumi. Yel-yel tiap
kesatuan prajurit bersaut-sautan, memberi semangat satu
sama lainnya. Membuat gelisah penduduk Suwelogiri yang
mendengarkannya.
Prajurit Bala Rama berangkat menuju Kutagara
Alengka, jalan mulai menanjak, tampak didepan perbukitan
nan indah, penduduk setempat menyebutnya Bukit
Kemuning. Pemandangan yang menawan, tapi dibalik itu,
diatas tebing sana seribu mata sedang mengintai mangsa.
Celah sempit mirip corong musti dilaluinya. Kapi Jembawan
memimpin paling depan, dan pada saat mendekati celah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


107

tebing dia memberi aba-aba kepada pasukannya untuk


berhenti,
…..”pasukaaan brenti!....prajurit pacalang coba periksa
dulu keadaan didepan amankah?”…..
Berangkatlah tiga orang prajurit pacalang menyelidiki
keadaan jalan disekitar celah tebing, ditelitinya kanan dan
kiri tebing terlihat tidak ada yang mencurigakan, kemudian
melangkah maju masuk kecelah tebing dan tidak ada yang
aneh, kemudian maju lagi hingga keseberang tebing aman-
aman saja. Maka diputuskannya untuk balik melapor kepada
komandannya yaitu Kapi Jembawan,
….”semuanya tampak aman tuanku, terlihat tidak ada
yang mencurigakan!”….
Kapi Jembawan kemudian member perintah selanjutnya,
…..”siap senjata, dan waspada….majuuu jalan!”….
Diatas bukit sana, didalam semak Patih Prahasta
memperhatikan tingkah musuhnya, dengan gerakan hati-hati
kemudian ia memberi isyarat perintah kepada anak buahnya
untuk siaga, pasukan pemanah dan pelempar batu-batu
bersiap diatas tebing yang terlindung batu-batu besar.
Pasukan Bala Rama sudah mendekati mulut celah tanpa
menyadari mereka telah masuk kedalam perangkap
lawannya…..dan….terus maju….masuk kecelah, sekarang
saatnya untuk,
….”serraaaang!”…..dengan suara lantang Patih Prahasta
memberi aba-aba untuk menyerang musuhnya. Pasukan
Pemanah beraksi, disusul pasukan pelempar batu membuka
kotak-kotak tandon bom bom batu dan meluncurkannya
kebawah tebing kearah tepat pasukan Bala Rama yang
terjebak dicelah tebing. Dan apa yang terjadi dengan
pasukan Bala Rama, kepanikan, tidak terkendali dan ratusan
prajurit jadi sasaran bidikan panah-panah dan batu-batu yang
dilepaskan pasukan Alengka dan banyak dari mereka yang
terjebak terbunuh dengan mati mengenaskan.
Dan perintah berikutnya Patih Prahasta kepada
pasukan ketapel, untuk menyerang. Dua ketapel raksasa
dengan peluru bola-bola api dilepaskan kesasaran
gerombolan pasukan Bala Badra dimuka mulut celah,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


108

sehingga mereka kocar-kacir berlarian untuk mencari


perlindungan masuk kedalam celah-celah dinding tebing, dan
pasukan pemanah Alengka siap menyambutnya, dan matilah
mereka.
….”munduuuur!…..
perintah Kapi Jembawan kepada pasukan Bala Rama yang
belum sempat masuk kemulut celah,
….”tet..tet..tet…..tet..tet..tet…..tet..tet..teettt!....
Terompet dengan sandi SOS memberikan isyarat pasukan
Bala Badra untuk mundur. Prajurit-prajurit Bala Rama yang
mendengat terompet tersebut segera cabut menyelamatkan
diri dan lari secepatnya untuk mundur bergabung dengan
ribuan prajurit-prajurit dibelakangnya.
Melihat musuhnya lari terbirit-birit, secara tak sadar
dan emosi pasukan Alengka turun dari bukit untuk
mengejarnya sambil melepaskan panah-panahnya,
….”stop…stop…jangan turun…brenti….brenti……
brentiiiiiii…..
…….jangan tinggalkan pos posmu….ayo cepatlah
kembali naik…….kembaaliii...kebukittt,….hoi…hoi…!!!...
.teriakan Patih Prahasta, lenyap disapu pikiran gelap mata
dari pasukannya. Patih prahasta kaget melihat pasukannya
tanpa perintahnya telah turun dari bukit mengejar musuh-
musuhnya, mencobanya ia berteriak-teriak
memerintahkannya untuk kembali. Tapi sudah terlambat,
hamper seluruh jumlah pasukannya sudah berada dibawah
tebing dan berhadapan langsung dengan pasukan Bala Rama
yang jumlanya ribuan. Diatas bukit sana, Patih Prahasta
memperhatikan tingkah musuhnya, kemudian memberi
isyarat kepada anak buahnya untuk siagakan pasukan
pemanah untuk melindungi pasukan yang berada dibawah
tebing dari serangan musuhnya.
Ketika Pasukan Bala Rama melihat pasukan Alengka
berada dibawah tebing maka kemudian berbalik saatnya
untuk melakukan serang balasan,
….”serraaaang!”…..

OLEH : HENKY B. HERNOWO


109

dengan suara lantang Kapi Jembawan memberi aba-aba


untuk menyerang balik musuhnya. Pasukan Pemanah
beraksi. Prajurit tombak Bala Rama terus maju menggantikan
teman-temannya yang tewas di pertempuran. Seribu prajurit
menyerang dari berbagai arah, mengepung pasukan Alengka
yang jumlahnya jauh lebih sedikit disbanding pasukan Bala
Rama. Prajurit Alengka mengamuk dalam keputus asaan, dan
prajurit Bala Rama sedikit kuwalahan.
Hanila melihat situasi demikian tidak sampai hati
melihat anak buahnya banyak yang mati, maka ia mengambil
inisiatif untuk menyerang Pati Prahasta, sebagai
dedengkotnya yang harus dihabisi terlebih dulu. Dugaannya
meleset, Patih Prahasta adalah wirayuda yang
berpengalaman meskipun usianya sudah tua, pengalaman
dalam pertempuran selalu menggunakan perhitungan tidak
hanya keberanian saja, berbeda dengan prajirit-prajurit dari
Bala Rama hanya mengandalkan kebranian dan okol saja.
Hanila menyerang Patih Prahasta dan disambutnya dengan
tangkisan-tangkisan yang membuat Hanila kelelahan,
pukulan-pukulan Hanila sepertinya hanya menangkap angin,
dalam waktu cukup lama Hanila berhasil dibanting oleh Patih
Prahasta. Hanila terpelanting cukup jauh, dan Patih Prahasta
segera menghampiri untuk menangkapnya tapi Hanila cukup
gesit berkelit sehingga Patih Prahasta hamper jatuh
terjerungup. Hanila lolos dan berusaha lari menghindar
masuk kedalam sebuah Kuil pemujaan dipinggir telaga
warna. Dan Patih Prahasta mengejar mengikuti masuk
kedalam Kuil.
Selang beberapa waktu keluarlah Hanila dari Kuil
dengan berlumuran darah dimukanya, Kapi Jembawan
melihat keadaan Hanila segera menghampirinya, tapi
…..”tidak, bukan aku….tapi dia Patih Prahasta telah
mati aku bunuh, dia ada didalam….tinggalkan saja, ayo
kita lanjutkan bantu yang lain!”…..jawab Hanila.
…..”Prahasta mati!...Prahasta mati!....Prahasta
mati!......
Prajurit-prajurit Bala Rama serempak meneriakkan kematian
Patih Prahasta guna menjatuhkan mental pasukan Alengka,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


110

sehingga prajurit-prajurit Alengka yang mendengarkannya


menjadi kendor semangatnya. Pertempuran masih
berlangsung seru, pasukan Alengka semakin terdesak dan
banyak prajuritnya yang tewas. Dan akhirnya tumpes sudah
seluruh pasukan Alengka dan kemenangan ada dipihak Bala
Rama.
….”kuasai bukit Kemuning!”…..
Kapi Jembawan memberikan perintah pada anak buahnya.
Dan pasukan ketapel Alengka cepat-cepat menarik
mundur jauh dari bukit Kemuning. Akhirnya Bukit dan
sepanjang celah Kemuning selanjutnya dikuasai pasukan Bala
Rama.
Bantuan Alengka datang dengan pasukan yang masih
segar dipimpin oleh wiratama Dumreksa, sayang mereka
terlambat. Prajurit-prajurit yang masih selamat dari
gempuran pasukan Bala Rama kemudian bergabung dengan
pasukan Dumreksa, kemudian bergerak kembali melancarkan
serangan kebukit Kemuning.
Tapi pasukan Bala Rama telah menguasai medan
pertemouran, mereka ganti menempatkan diri
menggantikan posisi-posisi yang semula ditempati pasukan
Alengka diatas bukit. Dan dengan leluasa membidik musuh-
musuhnya yang berada dibawah bukit. Sekarang posisinya
terbalik, pasukan Alengkalah yang menjadi bulan-bulanan,
sasaran bidik yang tidak terlindungi apa-apa sehingga
banyak prajurit Alengka yang tewas. Nasibnya sama dengan
pasukan terdahulu pimpinan Patih Prahasta.
Pasukan Bala Rama yang jumlahnya ribuan dan
mengalir tidak ada henti-hentinya, mereka dari kerajaan
Ayodya, dari kerajaan Mantili, dari Gua Kiskendo, Mahendra,
Parang Garuda, Kutarunggu datang seperti air bah membuat
giris pasukan Alengka yang jumlahnya jauh lebih sedikit
dibanding pasukan Bala Rama.
Satu-satunya jalan untuk menahan majunya musuh,
Dumreksa mengatur pasukannya tidak terjangkau dari
panah-panah musuh. Dan mengandalkan ketapel-ketapel
raksasanya menghujani celah-celah bukit Kemuning dan
musuh yang bertengger diatasnya. Rupanya cara ini efektip

OLEH : HENKY B. HERNOWO


111

pada pertempuran melawan pasukan Bala Rama. Sehingga


banyak juga prajurit-prajurit Bala Rama yang tewas. Sedikit
demi sedikit akhirnya pasukan Alengka bisa memukul
mundur pasukan Bala Rama kembali bersembunyi dibalik
celah. Setiap prajurit yang muncul untuk maju menyerang
tidak luput dari tembakan bom-bom api dari ketapel-ketapel
pasukan Alengka.
Pertempuran saling balas membalas akan kelengahan
masing-masing berlangsung hingga lima hari belum ada
pihak yang kalah. Dan pertempuran masih berkutat diwilayah
bukit Kemuning, kadang-kadang yang satu bisa bertahan dari
serangan dan kemudian pada kesempatan lain gentian
menyerang musuhnya, begitu seterusnya dan korbanpun
semakin bertambah baik di pihak Bala Rama maupun pihak
Alengka.
Lamanya pertempuran menjadikan tanda-tanya bagi
Hanggada dan pasukannya yang jemu menunggu di barak
pengungsian, menurut perkiraannya seharusnya pasukan
Bala Rama sudah masuk ke Kutagara Alengka. Hanggada
tidak sabar, maka bersama pasukannya dengan diam-diam
keluar dari barak pengungsian dan kemudian berangkat pergi
ke bukit Kemuning. Sampai di perbatasan bukit Kemuning,
Hanggada melihat pertempuran antara pasukan Bala Rama
dan pasukan Alengka yang dipimpin wiratama Dumreksa.
Terlihat prajurit-prajurit Bala Rama terdesak dan
banyak yang tewas, mereka kembali berlindung dicelah Bukit
Kemuning, sementara pasukan Alengka dengan leluasa
membombardir mereka, sehingga tidak ada kesempatan
sedikitpun pasukan Bala Rama untuk bisa maju apalagi
menyerang untuk menundukkan musuhnya. Pasukan Alengka
memang hebat, meskipun prajuritnya sedikit tapi peralatan
perangnya canggih seperti ketapel-ketapel raksasa, didukung
prajurit-prajurit yang handal dengan panah-panah senapan,
tidak seperti pasukan Bala Dewa yang masih memanfaatkan
panah-panah gendewa.
….”prajurit ayo kita bokong mereka, kita serang dari
belakang, agar mereka kacau sehingga buyar
konsentrasinya ke celah bukit Kemuning….semoga,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


112

Bala Rama tanggap akan bantuan serangan kita ini dan


bisa maju masuk dan balas menyerang melumpuhkan
pasukan Alengka!....ayo kita
mulai…..serrraaaang!.....Hanggada memberi aba-aba
penyerangan.
Benar, serangan Hanggada dan pasukannya dari arah
belakang berhasil membuat bingung dan kalang kabut
pasukan Alengka. Rupanya pasukan Bala Rama mengetahui
apa yang terjadi dengan pasukan Alengka, maka kesempatan
ini tidak disia-siakan pasukan Bala Rama untuk maju dan
balas menyerang pasukan Alengka.
Perang campuh terjadi, dan Anila langsung
menyerang berhadapan dengan Dumreksa. Pertempuran
keduanya berlangsung sengit, namun Dumreksa yang sudah
tua berhasil dibunuh Anila yang secara fisik atau usianya
lebih muda. Pasukan Alengka akhirnya berhasil dikalahkan,
prajurit-prajuritnya pada lari menyelamatkan diri. Korban
prajurit yang tewas dalam pertempuran banyak sekali
terutama dipihak Rama Badra, meskipun pada akhirnya
pertempuran di bukit Kemuning dimenangkan oleh pasukan
Rama Badra.

16
OLEH : HENKY B. HERNOWO
113

DISANDERA
Alengkadiraja, Prabu Rahwana segera mengadakan
pertemuan dengan seluruh Menteri, Bupati dan Wiratama
termasuk para Pangeran, guna membahas rencana-rencana
pertahanan akhir tentara Alengkadiraja untuk menghadapi
serangan dari Bala Rama dan keselamatan para pengungsi
serta keamanan bagi seluruh rakyatnya.
…..”dimas Kumbokarno, Sarpakenaka dan Wibisana
sepertinya pertahanan terakhir Alemgkadiraja tinggal
Benteng Kutaragara Alengka. Perintahkan penduduk
kota segera masuk kedalam Benteng agar mereka
tidak menjadi korban penganiayaan Bala Rama…..dan
para Raja Seberang inilah saatnya aku perlukan
bantuan dari kalian untuk segera mengirim dan
mengerahkan armada laut kalian,….sementara kami
bertahan didalam benteng sini, kalian bisa menyerang
dengan meriam-meriam dikapal kalian untuk
menghancurkan markas-markas mereka dipesisir dan
dipelabuhan Suwelogiri….dan Wibisana aku tugasi
kamu untuk menjaga keselamatan putera-putera
Pangeran dan puteri-puteri di Kaputren, dan
Sarpakenaka teruskan tugasmu, sementara aku dan
dimas Kumbokarno akan memimpin langsung
pertempuran melawan pasukan Bala Rama.”…..
Diatas Benteng, Ketapel-ketapel Alengka dengan
peluru bom api telah dipersiapkan berjajar diatas benteng
sesuai kapasitas jarak tembak masing-masing, ada yang
jangkauannya mencapai 200 m dan ada yang hanya
mencapai 100 m. kemudian torong-torong peluncur bom api
untuk jarak pendek. Kemudian tong-tong berisi minyak panas
siap dituangkan menyongsong musuh yang berusaha
mendobrak pintu benteng. Semua telah dipersiapkan dan
tunggu perintah tanggal mainnya saja. Pasukan pemanah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


114

telah berjajar diatas benteng dengan senapan panah yang


canggih siap dibidikan pada musuh-musuhnya. Tak
ketinggalan panah-panah besar dengan gendewa raksasa
tengadah keatas siap menghadapi musuh yang menyerang
dari udara, merupakan senjata penangkis serangan udara
untuk melumpuhkan Garuda-garuda Sempati yang jadi
andalan prajurit Ayodya.
Dipesanggrahan Suwelogiri, bagaimana persiapan dari
pihak Bala Rama? Tidak kalah sibuknya, para prajurit yang
dipimpin Anoman, Anila, Hanggada dan Kapi Jembawan
mempersiapkan Tangga-tangga raksasa dimana dibagian
depannya diberi tameng sebagai pelindung prajurit-prajurit
yang siaaga dibelakangnya, mereka ini dipersiapkan digaris
depan yang akan naik kedinding benteng. tameng-tameng
tersebutlah yang melindungi mereka dari serangan lawan,
tangga-tangga tersebut dilengkapi roda-roda agar bisa
digeser-geser maju. Demikian halnya balok-balok pendobrak
dilengkapi roda-roda dan tameng diatasnya sebagai
pelindung dari tembakan bom-bom yang dijatuhkan dari atas
benteng. Pasukan pemanah yang mengiringi pasukan tombak
telah dipersiapkan. Juga ketapel-ketapel sitaan pada saat
perang bukit Kemuning juga dimanfaatkan untuk
menggempur Benteng Kutagara Alengka.
…..”prajurit-prajuritku yang setia, tinggal beberapa
langkah lagi perjuangan kita untuk merobohkan
Benteng Kutagara Alengka. Benteng yang tinggi besar
dengan persenjataan yang canggih tidak ada apa-
apanya dibandingkan dengan semangat yang membara
dari tekat-tekat kalian semua…..pasukan kita ribuan
mereka sangat kecil, dengan keberanian yang kalian
punyai aku pastikan hanya sekejap Benteng tersebut
pasti dengan mudah akan kita kuasai….seperti
biasanya sang malam selalu berpihak kepada kita,
maka bersiaplah malam ini kita bersiap lakukan
penyerangan ke Kutagara Alengka….kali ini Lesmana
yang akan memimpin sebagai senopati pasukan Bala

OLEH : HENKY B. HERNOWO


115

Rama, selamat berjuang”…..Dengan lantang Ramabadra


memberi semangat pada prajurit-prajuritnya.
Malam itu juga pasukan Rama Badra berangkat
menuju Benteng Kutagara untuk melakukan penyerangan.
Anila dan Kapi Jembawan memimpin dibarisan terdepan
mendampingi Lesmana. Barisan prajurit bertombak berjalan
paling depan, kemudian disusul barisan prajurit pemanah dan
dibelakangnya ketapel-ketapel raksasa, dikanan kiri pasukan
berkuda yang dipimpin Kapi Mendo dan Kapi-kapi yang lain
dengan bersenjatakan pedang dan gada mengiring seluruh
ribuan prajurit Bala Rama menuju medan pertempuran di
Benteng Kutagara Alengka.
Dimalam yang gelap, pasukan Bala Rama merayap
cepat sedikit mendaki bagaikan semut-semut gurun yang
lapar mengejar mangsanya, semakin dekat dan semakin
dekat jaraknya dengan Benteng Kutagara Alengka yang
tampak dikejahuan hitam kekar karena pantulan bintang-
bintang dilangit sepertinya bangunan benteng tersebut
bagaikan monster yang siap melahap musuhnya. Tidak ada
sinar lampu sedikitpun yang tampak dari Benteng tersebut,
sepertinya memang disengaja lampu-lampu diluar dinding
Benteng dipadamkan, didalam Benteng hanya bagian-bagian
dapur dan medic saja yang hidup. Dan tiba-tiba terdengar
suara,
…..”ngaaak, ngaaak, ngaaak…..ngak,ngak,ngak!!!.....
Suara gaduh dari binatang unggas Angsa, yang sengaja
ditaruh dalam kurungan bamboo dan diletakkan jauh diluar
Benteng oleh pasukan Alengka, yang tujuannya bisa
memberikan tanda-tanda bila musuh telah datang.
….” Ketapel 200m siaaap! tembaaaak!”…. Kumbokarno
dengan teriakan menggelegar memberi aba-aba untuk
menyerang. Maka dengan cepat ketapel-ketapel melepaskan
blandring-blandringnya maka secepat kilat peluru-peluru bom
api dilepaskan dari sarangnya dan melayang diudara dengan
kobaran api yang menyala kemudian menukik turun dengan
cepat menuju sasaran tembak dan korban-korban
menyongsongnya tanpa sempat untuk menghindarinya.
Paling tidak sekali tembak sepuluh hingga duapuluh korban

OLEH : HENKY B. HERNOWO


116

pasti didapat. Langit menjadi terang karena bola-bola api


beterbangan, cahayanya menerangi bumi dan tampak jelas
dibawah barisan Bala Rama. Kesempatan ini tidak dilewatkan
Kumbokarno untuk memerintahkan pasukan Pemanah untuk
membidikan panah-panahnya kesasaran lawan. Korban mati
banyak berjatuhan dari pihak Bala Rama.
Pasukan Bala Rama kocar kacir, Lesmana kuwalahan
untuk mengatur kembali formasi pasukan yang bubar, dia
tidak menyangka kalau Alengka menempatkan jebakan-
jebakan dengan memanfaatkan binatang Angsa-angsa yang
bisa memberikan tanda-tanda tentang kehadiran pasukan
Bala Rama, sehingga dengan mudah terdeteksi dimana posisi
dan keberadaan pasukan Bala Rama dengan tepat. Langit
menjadi terang benderang dengan derasnya bom bom api
dari ketapel-ketapel Alengka berseliweran bagaikan kembang
api, malahan semakin terlihat dengan jelas keberadaan
pasukan Rama Badra yang kocar kacir jadi bulan bulanan
sasaran peluru-peluru dan anak panah dari pihak Alengka.
Pertempuran semakin sengit setelah pasukan Rama
Badra membalas serangan dengan ketapel-ketapel
rampasan, meskipun hanya dua buah yang dimiliki tapi
cukup membuat kejutan pada pihak Alengka, sehingga ada
beberapa bangunan yang hancur akibat hantaman dari
peluru dari pasukan Rama Badra. Korban dari pihak Alengka
ada, akibat tertimpa reruntuhan dari bangunan yang roboh.
Pertempuran berlangsung hingga pagi, matahari
muncul dari ufuk timur, tampak dari atas Benteng mayat-
mayat bergelimpangan dibawah dari pihak Rama Badra,
tubuhnya kebanyakan hancur dengan darah mengalir
disekitarnya, pemandangan dibawah Benteng memerah, bau
anyir menyengat karena darah tercecer dimana-mana.
Keletihan mulai nampak pada pasukan Bala Rama, Lesmana,
Anila dan Anoman tampak geram, gelisah dan sedikit putus
asa, karena tidak berdaya untuk melakukan serangan
balasan, pasukan panahnya maupun tangga-tangga lapis
tameng sepertinya tidak bisa menunjukan perannya pada
kancah peperangan ini. Benteng Kutagara Alengka yang
tinggi memang kuat dan sulit untuk didekati. Hanya tempo

OLEH : HENKY B. HERNOWO


117

semalam saja sudah ribuan prajuritnya yang tewas dengan


mengenaskan.
Dan Ramabadra tahu masalah itu, dalam batinnya ia
juga ada perasaan kasihan dan menyesal melihat prajurit-
prajuritnya banyak yang mati. Tapi misi ini harus berlanjut,
masalahnya ia telah berjanji dan menyatakan
kesanggupannya dihadapan Resi Wasista dan Resi Mitra
untuk menguasai Alengkadiraja. Ambisinya untuk menjadi
Maharajadiraja harus terlaksana, dan ia yakin kemenangan
akan menghapus semua ingatan tragedi-tragedi yang telah
menimpa prajuritnya, dan prinsip jer basuki mawa bea harus
diikuti. Tiba-tiba datang utusan Prabu Sugriwa dari markas
Suwelogiri,
….”aduh Gusti Rama, kami beritahukan bahwa
dimarkas Bala Rama di Suwelogiri sedang terjadi
pertempuran, markas diserang dari laut oleh armada-
armada perang Kerajaan Seberang sekutu dari Alengka.
Tembakan-tembakan meriam yang dilepaskan dari
kapal-kapal mereka menghancurkan pertahanan kita,
korban yang tewas dari perajurit-perajurit Bala Rama
banyak sekali,”….
Dan Ramabadra menanggapinya, dan beri perintah
selanjutnya,
….”kembalilah pada kesatuanmu, dan katakan pada
Prabu Sugriwa agar bertahan dan tarik pasukan hingga
bebas dari jangkauan meriam kapal, dan bila terdesak
bertahanlah dibukit Kemuning,”…..
Situasi di Kaputren, Wibisana bersama para
pengawalnya menjaga keamanan dilingkungan dan penghuni
Kaputren, disitu ada Trjata puterinya dan Dewi Urang Ayu
isteri Prabu Rahwana yang sedang hamil, dan puteri-puteri
keraton yang lain. Sengaja Wibisana menemui kakak iparnya
Dewi Urang Ayu untuk mengkabarkan keadaan pertempuran
antara Alengkadiraja dengan Bala Rama, dan katanya
…..”kakang mbok Dewi, bila keadaan nantinya Alengka
terdesak, seyogyanya kakang mbok Dewi harus
mengungsi, mengingat kakang mbok Dewi sedang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


118

hamil perlu cari tempat yang aman demi jabang bayi


yang akan lahir nantinya,”…..
….”baiklah dimas Wibisana, aku menurut saja
bagaimana baiknya kamu lakukan saja,”….jawab Dewi
Urang Ayu tanpa ada kecurigaan sedikitpun atas tawaran
Wibisana.
Dalam pikiran Wibisana berbeda dengan yang
barusan ia ucapkan. Wibisana punya rencana lain untuk
mengakhiri pertempuran Alengka melawan Bala Rama. Ia
tahu persis bahwa Bala Rama tidak mungkin bisa menerobos
Benteng Kutagara Alengka yang begitu kuatnya, meskipun
dikerahkan jutaan prajurit bakalan mati sia-sia berhadapan
dengan peralatan perang Alengka yang lebih canggih
dibanding milik Bala Rama. Wibisana harus bertindak, hanya
dia yang bisa melakukannya. Dipanggilah orang
kepercayaannya yaitu punggawa Sluman dan Slumun untuk
melaksanakan suatu tugas rahasia,
…..”kamu bisa lewat gorong-gorong dan mintalah
kepada Prabu Sugriwa untuk mengirim Anoman dan
Hanggada dan beberapa orang-orangnya kemari, bawa
kerisku ini agar mereka mengenalimu, berangkatlah
dan hati-hati jangan sampai ada orang yang tahu!”….
Maka berangkatlah punggawa Sluman dan Slumun
melalui pintu belakang Kaputren kemudian menuju sudut
pagar belakang, disitu terdapat tutup lobang control pada
sebuah saluran dibawah tanah terbuat dari pasangan batu
bata yang berbentuk gorong-gorong fungsinya mengalirkan
seluruh air limbah didalam Benteng Kutagara Alengka
dibuang keluar melalui gorong-gorong tersebut menuju
kesungai besar yang ada diwilayah Alengkadiraja.
Dibukanya tutup lubang tersebut dan dengan cepat
Sluman dan Slumun masuk kedalam gorong-gorong tersebut
dan menutup kembali tutup lobang tersebut, dan kemudian
dengan bersusah payah dia berjalan merangkak menelusuri
saluran tersebut yang panjangnya hamper limaratus meter
menuju keluar benteng terus berakhir disebuah sungai besar
yang mengalir kelaut. Dan akhirnya Sluman dan Slumun

OLEH : HENKY B. HERNOWO


119

berhasil keluar dari saluran tersebut. Dengan mengedap-


edap mereka berjalan melipir-lipir tebing sungai menuju
kemuara sungai.
Tiba dimuara sungai Sluman dan Slumun kemudian
melanjutkan perjalanannya menuju bukit Kemuning, belum
mencapai bukit tersebut dia disergap oleh prajurit Bala
Rama, sedikit terjadi perselisihan namun Sluman dan Slumun
berhasil meyakinkan prajurit-prajurit tersebut bahwa mereka
sedang diutus Wibisana menyampaikan pesan kepada Prabu
Sugriwa dengan menunjukan keris milik Wibisana. Maka
prajurit tersebut membawanya keraja kera Prabu Sugriwa.
Singkatnya ceritera, Wibisana berhasil mendapatkan
bantuan yaitu dengan datangnya Anoman, Hanggada beserta
sepuluh prajurit Rama Badra yang bisa diandalkan untuk
melaksanakan rencana-rencananya. Kemudian Wibisana
membawa mereka menuju kekaputren, tapi dengan tidak
sengaja mereka berpapasan dengan Indrajit yang sedang
mengantarkan ibunya yaitu Dewi Urangayu untuk memenuhi
panggilan ayahanda Prabu Rahwana.
……”paman Wibisana, kelihatanya tergesa-gesa akan
pergi kemana?....dan siapakah mereka yang dibelakang
paman?”…..
Indrajit menyapa Wibisana, tapi….
…..”dimas Hanggada tangkap mereka!!”….
Wibisana memerintahkan Hanggada dan prajuritnya
meringkus Indrajit dan Dewi Urang Ayu. Semuanya terjadi
secara tiba-tiba sehingga Indrajit tidak sempat untuk
melakukan perlawanan, dan terpaksa menuruti kemauan
mereka. Keduanya digiring masuk kedalam kaputren dan
kemudian keduanya diikat dan ditutup mulutnya agar tidak
bisa berteriak minta pertolongan.
Wibisana kemudian mengajak Anoman menuju ke
Taman Soka ketempat kediaman Dewi Shinta. Pada waktu itu
Shinta sedang bersamadi diruang pemujaan, berdoa
memohon keselamatan kepada Sang Khaliq agar peperangan
antara Rama Badra dan Alengkadiraja segera berakhir. Tiba-
tiba kori samping terbuka dan masuklah Wibisana diringi
Anoman keruang pemujaan.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


120

…..”lhoh..lhoh…dimas Wibisana….apa yang akan kamu


lakukan, kalian lancang sekali masuk kekediamanku
tanpa seijinku….apa maksudmu?”…..
teguran kemarahan Shinta kepada Wibisana dan Anoman.
…..”maaf dan maafkan aku yunda Shinta,….tiada waktu
aku untuk menjelaskanmu, sekarang bersiaplah dan
ikuti kami pergi ketempat yang lebih aman sebab
situasi peperangan semakin gawat dan Alengka
terdesak,”…….
Jawab Wibisana dan dengan kasar menarik tangan Shinta.
….”tidak, aku tidak akan pergi….aah…lepaskan aku
Wibisana, kurang ajar kamu!”……
Shinta berusaha melepaskan pegangan tangan
Wibisana tetapi tidak berhasil, begitu kuat tangan laki-laki itu
yang kemudian menggelandangnya kekaputren
mengumpulkan Shinta jadi satu dengan dengan Indrajit dan
Dewi Urang Ayu. Indrajit dan isteri Rahwana yaitu Dewi Urang
Ayu yang sedang mengandung dan Dewi Shinta berhasil
disandera, Anoman dan Hanggada menjaganya.
Rupanya kejadian penyanderaan tersebut diketahui
salah satu punggawa dikaputren, secara diam diam dia
segera lari melaporkan kepada atasannya Sarpakenaka. Dan
selanjutnya bergegas Sarpakenaka melaporkan kejadian ini
kepada Prabu Rahwana. Sang Prabu terkejut mendengar
laporan dari Sarpakenaka, maka cepat-cepat Prabu Rahwana
pergi kekaputren dan tampak disana pintu-pintu gerbang
sudah tertutup dan terkunci dari dalam.
……”adikku Wibisana cah bagus, ada apa dengan
kalian? Kamu punya keinginan apa, katakanlah! Aku
akan berusaha memenuhinya,…..Wibisana adikku
terkasih, ayo bukakan pintunya dik, kakang mau bicara
baik-baik denganmu.”…….
Prabu Rahwana berusaha membujuk Wibisana agar
mau diajak berdialog baik-baik, tapi rupanya Wibisana tidak
mau membukakan pintu,
…..”tidak kakang Prabu, sebelum kakang Prabu
menghentikan peperangan ini,….dan yang kedua

OLEH : HENKY B. HERNOWO


121

tolong bukakan pintu benteng agar Ramabadra bisa


menjemput Shinta isterinya kemari,….dan yang ketiga
aku minta sudilah kakang Prabu meletakan keprabon
dan menyerahkan kepadaku, masalahnya kakang
Prabu sudah tua dan sudah saatnya raja digantikan
yang lebih muda,…..camkan ketiga permintaanku ini
supaya kakang Prabu memenuhinya, sebab kalau tidak
maka aku tidak segan segan untuk mencelakai orang-
orang yang kakang Prabu cintai!”….
Jawaban dan persyaratan yang disertai ancaman dari
Wibisana membuat hati Prabu Rahwana dan Sarpakenaka
seperti diiris-iris, tidak disangka bahwa pengkianatan terjadi
justru dilakukan adiknya sendiri, Wibisana yang pendiam
yang sangat ia cintai justru sebagai dalang dari kerusuhan-
kerusuhan yang terjadi di Alengkadiraja.
…..”jangan hiraukan ramanda Prabu, aku Indrajit tidak
setuju ramanda menjadi lemah karena aku tertawan
disini, ini adalah jebakan….aaah…aaah,”…..
Suara Indrajit dari dalam memperingatkan Prabu Rahwana.
Namun suaranya terputus karena Hanggada menyumbatnya
kembali kain yang terlepas dari mulut Indrajit. Tapi Indrajit
melawan dengan tendangan kakinya meskipun tangannya
terikat. Maka terjadilah pertempuran seru antara Indrajit
dikeroyok tiga lawannya yaitu Wibisana , Anoman dan
Hanggada. Indrajit dengan kakinya menangkis setiap
pukulan-pukulan yang mengarah pada dirinya dan
membalasnya kembali dengan lincah tendangan keras
kepada lawan-lawannya. Anoman sempat jatuh tersungkur
dan Hanggada terpental membentur didinding, sedangkan
pamannya Wibisana sengaja berputar-putar menghindari
tendangan balasan dari Indrajit. Pertempuran berlangsung
cukup lama dan perkelahian yang tidak seimbang membuat
Indrajit kelelahan, dan akhirnya indrajit berhasil diringkus
kembali oleh Wibisana, yang kemudian memukulnya
sehingga Indrajit tidak sadarkan diri.
Prabu Rahwana dan Sarpakenaka mendengar suara
gaduh didalam kaputren maka memerintahkan para

OLEH : HENKY B. HERNOWO


122

punggawa untuk mendobraknya. Pintu yang cukup tebal dari


kayu jati sulit untuk dibuka. Dengan pukulan balok besar
akhirnya pintu berhasil dibuka paksa, maka segera
Sarpakenaka dan para punggawa menyerbu masuk. Akan
tetapi kaputren telah kosong, Wibisana dibantu Anoman,
hanggada dan prajuritnya telah berhasil membawa kabur
sandera-sanderanya lari keluar melalui gorong-gorong
saluran air yang pernah dilalui Sluman dan Slumun sewaktu
membawa Anoman, Hanggada dan prajuritnya masuk
kedalam benteng.
Dipesanggrahan Suwelogiri tampak Ramabadra
gembira menyambut kedatangan Wibisana disertai Shinta
isterinya dan para sandera yaitu Indrajit dan ibunya Dewi
Urang Ayu yang sedang hamil. Dan katanya,
…..”selamat datang dimas Wibisana dan selamat
bergabung dengan kami, kesemuanya ini kami lakukan
demi keadilan dan menumpas keangkara murkaan dari
Prabu Rahwana yang telah melampaui batas tata
krama mencuri isteri orang, maafkan aku bukannya
bermaksud menghina saudara kandung dimas Wibisana
tapi kami menyampaikan kenyataan yang terjadi.
Apapun masahnya, siapapun yang berbuat dan
dimanapun yang melakukan keangkara murkaan harus
berhadapan dengan kami, seperti yang dimas ketahui
peperangan yang terjadi sekarang ini, beribu-ribu
prajurit kami mati kesemuanya demi membela
kebenaran, dan ini patut kita dukung dan kita bela
sampai titik darah penghabisan,…..dan rupanya dimas
Wibisana sependapat dengan kami dengan bukti telah
mengantarkan Shinta disertai para sandera kepada
kami, dan kami tidak akan melupakan atas jasa-jasa
dan segala bantuan dimas kepada kami, kami sangat
berterimakasih dan kami telah memikirkan balasan
yang layak kepada seorang kesatria Wibisana nantinya,
sudah saatnya Alengkadiraja harus diperintah oleh
seorang raja muda dan bijaksana seperti dimas

OLEH : HENKY B. HERNOWO


123

Wibisana, tunggu saat kemenangan kita raih nanti


dimaslah yang berhak untuk menggantikan Prabu
Rahwana dan menjadi raja di Alengkadiraja!.....oleh
karena itu tetap bantulah kami untuk
mewujudkannya,”……
Wibisana merasa tersanjung atas pernyataan Ramabadra
kepada dirinya dan menjanjikan mengangkatnya menjadi raja
kelak setelah peperangan dimenangkan oleh pihak
Ramabadra.
Diluar benteng Kutagara Alengka, tampak dari atas
bententeng seseorang mengendarai kuda sambil membawa
bendera putih datang mendekati dinding benteng. Orang
tersebut adalah Lesmana dengan membawa bendera putih
ditangannya bermaksud meminta pihak Alengka untuk
melakukan perundingan. Kumbokarno mengetahuinya dan
segera turun keluar benteng menemuinya.
…..”salam sejahtera bagi anda yang mau
berdamai,”…..
Demikian sapaan Lesmana kepada Kumbokarno, dan dibalas
sapaan yang sama.
…..”salam sejahtera bagi semua yang diberi
kedamaian, langsung saja kisanak apa yang
menjadikan kesulitan kisanak sehingga begitu antusias
harus datang kepada kami?”…….
Dan Lesmana menyambutnya dengan kata-kata diplomatis
kepada Kumbokarno,
…..”lihatlah jauh dibelakangku disana sepertinya
mereka punya pengharapan kepada anda,….. mereka
minta agar Alengkadiraja tunduk kepada kami sehingga
rakyatnya bisa hidup tenteram dan damai bebas dari
ketakutan peperangan seperti yang terjadi sekarang
ini, Prabu Ramabadra akan berikan kebebasan kepada
Prabu Rahwana untuk meninggalkan negerinya tanpa
seorangpun mengganggunya bila bersedia
menyerahkan kekuasaannya dengan suka rela,….atau
bila Prabu Rahwana enggan dengan persyaratan tadi,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


124

ada solusi lain yaitu prabu Ramabadra menantang duel


satu lawan satu kepada Prabu Rahwana pertarungan
antara lelaki tanpa melibatkan prajurit dan rakyatnya,
untuk menentukan siapa yang perkasa dan menang
pada duel tersebut, bagi yang kalah harus meletakan
jabatannya sebagai raja dan bagi yang menang akan
menggantikannya…….sampaikan hal ini kepada rajamu
agar mau menuruti saran kami dengan begitu kami
bisa segera membebaskan Indrajit dan Dewi Urang Ayu
kembali ke Alengka dengan selamat!”…..
Kumbokarno marah setelah melihat jauh dibelakang
Lesmana tampak kemenakannya Indrajit bersama ibunya
yaitu Dewi Urang Ayu terikat sebagai tawanan Ramabadra,
dan ia marah juga setelah tahu dan melihat dengan mata
kepala sendiri bahwa Wibisana duduk satu kereta dengan
Ramabadra.
….”dasar pengkianat!”…..gumamnya.
Kumbokarno kembali masuk kedalam benteng untuk
melaporkan tuntutan Ramabadra kepada Prabu Rahwana.
Mendengar laporan tersebut Prabu Rahwana tampak geram.
…..”kakang Prabu ini adalah jebakan, janganlah dituruti
tuntutan mereka, biarlah aku saja yang menggantikan
kakang Prabu menghadapi Ramabadra!”….
Demikian Kumbokarno berusaha mencegah Prabu
Rahwana untuk meladeni duel dengan Ramabadra.
…..”tidak dimas Kumbokarno, dalam hal ini aku sendiri
yang harus menyelesaikannya, sudah banyak korban
dari para para prajurit dan rakyat yang tidak berdosa,
mereka tewas menjadi korban pada perang konyol
seperti ini,…..aku sendiri tidak mengerti siapa
sebenarnya dalang dibalik persekongkolan ini sehingga
banyak para raja-raja seberang sebagian mbalelo,
sepertinya mereka terbius dan tak sadar kemudian
memihak Ramabadra hanya karena Shinta yang tidak
mau pulang kenegerinya,….tidak aku akan turuti

OLEH : HENKY B. HERNOWO


125

Ramabadra demi membela anakku Indrajit dan isteriku


Dewi Urang Ayu yang sedang hamil!”…..
Dan Rahwana terpaksa menghentikan peperangan,
Kumbo-kumbo yaitu putera Kumbokarno memimpin para
prajurit-prajuritnya hanya siaga saja didalam benteng, Prabu
Rahwana putuskan maju sendiri diiringi dibelakangnya
Kumbokarno dan Sarpakenaka. Dengan perlengkapan
perangnya, mengenakan pakaian dan topi besi, tameng di
tangan kiri pedang ditangan kanan Prabu Rahwana keluar
dari pintu benteng dengan mengendarai kuda perangnya
yang kekar berbulu hitam maju dimedan laga. Tampak
dikejauhan datang seorang berkuda dengan pakaian perang
juga seperti halnya Prabu Rahwana, dia datang mendekat
dan berkata,
…..”prabu Rahwana terimakasih anda telah memenuhi
undangan kami, tapi maaf setelah dipertimbangkan
masak-masak Prabu Ramabadra memutuskan akulah
Lesmana yang pantas menghadapi anda didalam duel
ini, sebab Prabu Ramabadra merasa bukan tandingan
anda, beliau mengatakan anda tidak selevel
dengannya, maka akulah lawan yang seimbang dengan
anda maka bersiaplah!”…..
Prabu Rahwana merasa diperdaya akan tetapi dia
terlanjur masuk dimedan laga, maka tidak ada kata dan niat
untuk mundur, tabu baginya. Dengan sabar Lesmana
ditegurnya,
……”Lesmana pulanglah, nanti aku kirimkan pakaian
kebaya untukmu dan Ramabadra, sebab disini bukan
tempatmu bersolek dan kudakupun jijik melihat
tingkahmu,”…..
Mendengar ejekan Prabu Rahwana, muka Lesmana
menjadi merah karena marah dan mulailah ia melakukan
serangan dengan pedangnya. Dan terjadilah pertempuran
seru keduanya, pedang Prabu Rahwana menangkis serangan
dan berbalik memberikan balasan menyerang Lesamana,
berkali-kali bagaikan kilat pedang Prabu Rahwana berhasil
merobek baju perangnya, sepertinya Lesmana kuwalahan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


126

menangkis serangan Prabu Rahwana yang datang bertubi-


tubi, tida ada kesempatan sabetan-sabetan pedangnya
mengenai sasaran yang dia inginkan dan Prabu Rahwana
selalu bisa menangkisnya. Malahan satu persatu tali-tali
pakaian baju perangnya bisa diputus oleh pedang Prabu
Rahwana sehingga baju besi penutup dada dan lengannya
semuanya jatuh terlepas.
…..”pulanglah nak, hari semakin panas, jangan sampai
ibumu mencarimu….kasihan dia bila melihat kamu
telanjang,…cepatlah pulang sebelum pedang ini
melukai kulitmu!”….
Benar apa yang dikatakan Prabu Rahwana, satu
persatu pakaiannya Lesmana terlepas karena ulah pedang
sakti Prabu Rahwana. Sekarang ia bertelanjang dada dan
tamengpun sudah tidak ada ditangannya. Lesmana mengakui
bahwa lawannya bukan orang sembarangan, dia berfikir
meskipun dikeroyok dengan Ramabadrapun akan sulit untuk
merobohkan Prabu Rahwana.
Dari kejauhan Ramabadra dan Wibisana melihat
pertempuran tersebut, Ramabadra tahu kalau Lesmana
dalam situasi terdesak dan jiwanya teracam dengan kondisi
tubuhnya yang tidak terlindung apapun sangat riskan sekali
dan memberi peluang pedang Prabu Rahwana untuk
merobeknya. Maka Ramabadra berinisiatif mengambil
gendewa dan panahnya, kemudian direntangnya busur
panah diarahkan mata panah kearah tubuh Prabu Rahwana,
dan….tiba-tiba kereta bergoyang bahkan hamper terguling
oleh sebab Indrajit yang terikat dibawah kereta berontak dan
menumburkan tubuhnya kebadan kereta sehingga
guncangan kereta menyebabkan Ramabadra terjatuh dari
kereta dan panah terlepas dari tangannya, demikian juga
Wibisana ikut terjatuh dan menimpa tubuh Ramabadra.
Kembali Indrajit mengamuk, kali ini dia berhasil
melepaskan tali ikatan pada tangannya, prajurit Bala Rama
segera bertindak dan berusaha meringkus kembali Indrajit.
Namun tidak berhasil malahan banyak prajurit yang tewas
karena pukulan dan tendangan Indrajit.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


127

Anila dan Kapi Jembawan bertindak, pertempuran


terjadi antara Indrajit dikeroyok Anila dan Kapi Jembawan
bersama prajuritnya. Perkelahaian tak seimbang, Indrajit
dengan tangan kosong berhadapan dengan berpuluh-puluh
prajurit-prajurit dengan senjata lengkap seperti pedang dan
tombak. Meskipun demikian Indrajit berhasil merobohkan
lawan-lawannya, tapi akhirnya terkuras juga tenaganya
sehingga tidak ada daya menahan serangan Anila dan Kapi
Jembawan.
Indrajit terdesak lambungnya robek kena tusukan
tombak, darah mengucur dari perutnya, tapi dengan sisa
kekuatannya Indrajit masih berbahaya, bagaikan banteng
ketaton Indrajit menghabisi musuh-musuh yang ada
didekatnya, tidak ada ampun lawan yang berhasil dia
tangkap, pecah kepala pasti terjadi. Lama kelamaan kondisi
badan Indrajit semakin lemah darah banyak yang keluar dari
tubuhnya, mata berkunang kunang dan membuatnya lengah.
Situasinya berbalik Indrajit dijadikan bulan-bulanan,
tubuhnya penuh dengan luka. Sayatan pedang dan hujaman
tombak musuh merajam tubuhnya. Akhirnya Indrajit jatuh
dan mati secara mengenaskan. Prajurit Bala Rama bersorak
gembira seraya membusung dada bukti atas
kemenangannya. Hanya Dewi Urang Ayu yang menjerit
histeris menyaksikan puteranya binasa ditangan kreoyokan
prajurit-prajurit Bala Rama.
Kumbokarno dan Sarpakenaka dari kejauhan juga
menyaksikan Indrajit dikeroyok Anila, Kapi Jembawan
bersama perajurit-perajuritnya, maka tanpa komando
keduanya melejit menuju pertempuran tersebut dan
berusaha membantu Indrajit yang jadi bulan-bulanan prajurit
Bala Rama, tapi pasukan Prabu Sugriwa segera
menghadangnya dan terjadilah pertempuran sengit
keduanya. Pasangan yang kompak antara Kumbokarno dan
Sarpakenaka, keduanya berhasil memporak porandakan
musuh, puluhan prajurit Bala Rama yang pada tewas.
Sementara itu pertempuran antara Prabu Rahwana
dengan Lesmana masih berlangsung, sekarang Lesmana
yang jadi bulan-bulanan, dia terjatuh dari kudanya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


128

kesempatannya untuk menyelamatkan nyawa bisanya hanya


menghindar dan lari dari kejaran Prabu Rahwana. Anoman
melihat keadaan Lesmana dalam keadaan terdesak, maka dia
segera lari membantu Lesmana menyerang dengan
mengayunkan gadanya ketubuh Prabu Rahwana, tapi Sang
Prabu sempat menangkis dengan pedangnya dan terpentalah
gada Anoman, sekarang Anoman yang menjadi mainan Prabu
Rahwana dibantu sepak tendangan dari kuda tunggangannya
sehingga Anoman jatuh tersungkur menahan sakit pada
dadanya.
Ramabadra diatas kereta sedari tadi kembali
merentangkan busur panahnya kearah Prabu Rahwana
mencari kesempatan untuk melepaskan anak panahnya
namun selalu terhalang Lesmana ketika mereka masih saling
bertempur diatas kuda masing-masing. Semestinya
kesempatan itu ada ketika Lesmana jatuh dari kudanya, tapi
mendadak datang Anoman yang pentalitan menghalangi
kembali sasaran bidiknya. Ditunggunya dengan sabar dan
ketika Anoman jatuh, sekarang semakin jelas sasaran
bidiknya…..dan dilepaskannya anak panah Guhawijaya
melesat cepat dan tepat mengenai sasaran….dada Prabu
Rahwana tertembus panah Ramabadra dan tewaslah Prabu
Rahwana semampir diatas kudanya. Anoman tahu keadaan
musuhnya mati terkulai diatas kudanya segera ia menangkap
tali kendali kuda Prabu Rahwana dan menjaganya agar Prabu
Rahwana tidak terjatuh ditanah. Anoman tahu akan kesaktian
Prabu Rahwana yang memiliki ajian Pancasona yang bakalan
hidup kembali bila jasadnya sempat menyentuh tanah.
Satu persatu Ramabadra mencari kelengahan musuh-
musuhnya kemudian membidiknya dengan panah
Guhawijaya untuk membunuhnya. Tak luput Kumbokarno dan
Sarpakenaka berakhir kematiannya oleh panah Ramabadra.
Kembali sorak sorai membahana dari prajurit Bala Rama
sebagai kegembiraannya atas kematian Raja Alengka Prabu
Rahwana dan adik-adiknya Kumbokarno dan Sarpakenaka.
Didalam benteng Kutagara Alengka juga terjadi
pertempuran. Rupanya Wibisana dan Hanggada berhasil
menyelundupkan pasukannya melalui gorong-gorong

OLEH : HENKY B. HERNOWO


129

kemudian membakar barak-barak dan bangunan bangunan


yang ada didalam benteng sehingga suasana menjadi kacau-
balau. Kumbo-kumbo putera Kumbokarno akhirnya terbunuh
oleh pamannya sendiri Wibisana. Hanggada dan prajuritnya
berhasil membuka gerbang benteng, maka berhamburanlah
pasukan Bala Rama menyerbu masuk menyerang sisa-sisa
pasukan Alengka yang tidak mau menyerah. Pembantaian
terjadi beribu-ribu prajurit yang pantang menyerah dan
penduduk yang dicurigai dibunuh tanpa ampun. Akhirnya
Alengka benar-benar jatuh ditangan Ramabadra. Wibisana
tampil bagaikan seorang pahlawan datang membujuk
penduduk Alengka agar mau keluar dari persembunyiannya,
dinyatakannya perang telah usai. Dan akhirnya tercapailah
apa yang jadi cita-cita Wibisana untuk menduduki tahta
kerajaan Alengkadiraja. Ramabadra melantiknya sebagai raja
baru Alengkadiraja dihadapan seluruh rakyat Alengka.
Bagaimana dengan jasad Prabu Rahwana. Anoman
membawanya kenaik kegunung Rahtawu. Dipuncak gunung
tersebut jasad Prabu Rahwana dimasukan kedalam batang
pohon growong dan kemudian menjepitnya dengan timbunan
bongkahan-bongkahan bebatuan sehingga kecil
kemungkinannya ada orang untuk bisa menolongnya.
Tubuhnya yang berada didalam batang growong tidak bakal
tersentuh tanah sehingga ajian Pancasonanya tidak bakal
bekerja, dan dipastikan jasatnya akan membusuk dan
musnah dimakan binatang binatang serangga. Setelah
timbunan bebatuan Anoman kemudian menggugurkan tebing
gunung disamping kanan kirinya untuk mengurugnya
sehingga tertutup rapat dan tidak bakal ada orang yang
mengenali dimana Prabu Rahwana dikuburkan. Selesai
melaksanakan tugasnya Anoman kembali ke Alengka
menghadap melapor kepada Ramabadra.

17
OLEH : HENKY B. HERNOWO
130

PATI
OBONG
Shinta terpaksa berbicara terus terang kepada
Ramabadra suaminya, bahwa dia sudah tidak bisa
melanjutkan hidup bersamanya sebagai suami isteri. Shinta
minta dicerai kepada suaminya. Tetapi apa jawaban
Ramabadra, dengan marah dia katakana bahwa Shinta
adalah milik Ramabadra baik raga maupun nyawanya, sebab
semuanya telah dibelinya pada sayembara puluhan tahun
yang lalu, perang mulut terjadi, bahkan sempat meluncur
dari mulut Ramabadra kata-kata menghina kepada Shinta
isterinya,
…..”perempuan kotor macam kamu tidak usah banyak
bicara, dan pergaulanmu dengan Rahwana telah
meracuni hidupmu sehingga kamu berusaha
melupakan suamimu, mestinya hukuman patut kamu
terima, beruntung kamu aku masih sabar akan
sikapmu”…..Demikian awal perselisihan mereka setelah
Ramabadra mengucapkan kata-kata yang menghina dan
merendahkan martabat Shinta sebagai wanita.
…..”kakanda Ramabadra, ketahuilah bahwa hingga
detik ini keadaanku masih suci, Prabu Rahwana adalah
benar-benar seorang raja yang bijaksana dan tidak
pernah beliau berbuat sembrono apalagi menyentuhku
seperti yang kakanda tuduhkan, etikadnya baik dan
benar-benar ingin menolongku dari….!”…..
….”aah, sudah-sudah tidak ada guna penjelasanmu
bagiku,”…..Ramabadra memotong pembicaraan Shinta.
Shinta mencoba ingin menjelaskan semua duduk
permasalahannya, mengapa dia sampai kenegeri Alengka
tapi Ramabadra yang diselimuti kecemburuan tidak mau
mendengarkannya. Shinta akhirnya buntu untuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


131

mendapatkan kebenaran dan mencari kesepakatan dengan


Ramabadra.
Kembali lagi dengan ketidak berdayaannya sebagai
wanita yang terbelenggu oleh tradisi pada jaman itu, bahwa
status seorang isteri adalah milik suami yang pengertiannya
disamakan seperti layaknya harta benda atau budak belian,
maka Shinta akhirnya mengambil satu keputusan agar jiwa
dan raganya terbebas dari cengkeraman Ramabadra yaitu
dengan melakukan Pati Obong, lebih baik mati dari pada
kembali kepada Ramabadra yang telah menghina dan
bakalan membelenggu kehidupannya.
Maksudnya ini Shinta sampaikan kepada Anoman agar
selanjutnya agar dilaporkan kepada Ramabadra.
……”ah, apakah dinda Shinta berani melakukannya,
perempuan macam dia itu licik sepertinya ingin
menggertak agar aku iba padanya dan melupakan
semua perbuatannya, Anoman turuti saja kehendaknya
paling-paling dia sebentar lagi berubah pendiriannya,
disitulah aku akan mendapatkan kepastian akan
kesuciannya.”…..
Anoman, Lesmana, Wibisana dan para kesatria yang hadir
disana tampak terperanjat mendengar tanggapan
Ramabadra terhadap niatan pati obong Shinta. Tapi
semuanya diam membisu karena segan. Hari itu juga
Anoman memerintahkan prajurit-prajurit pekerja untuk
mempersiapkan kayu-kayu bakar perlengkapan untuk
upacara pati obong. Kali ini tak seperti biasanya dalam
segala persiapannya, berbeda pada upacara-upacara untuk
pembakaran mayat. Dibuatkannya panggung pembakaran
untuk Shinta dengan dihiasi penuh dengan bunga-bunga,
tumpukan kayu bakar dipilih khusus dari kayu cendana dan
masih ditaburkan serbuk kemenyan wangi dari Gangga.
Setelah segalanya siap Anoman kemudian datang
menjemput Shinta dipesanggrahan dan katanya setengah
membujuk,
…..”yang mulia Dewi, apakah pembuktian suatu
kesucian harus dengan cara-cara seperti ini, kami

OLEH : HENKY B. HERNOWO


132

semua para nayaka memohon agar yang mulia Dewi


berfikir ulang dan mengurungkan niatan ini, kami
semua tidak ingin kehilangan Dewi, masih banyak yang
harus diurus negeri yang rusak ini akibat peperangan.
Harapan kami Dewilah yang bisa menyelesaikan
semuanya ini.”….
Shinta sudah tidak percaya lagi omongan dan bujukan
Anoman, sebab dimatanya telah banyak bukti bahwa
kaumnya Ramabadra termasuk Anoman adalah orang-orang
penganut faham yang merendahkan kaum perempuan. Maka
dengan tekat yang bulat Shinta melangkah menuju panggung
pembakaran.
Tampak dibalai pesanggrahan Ramabadra duduk
didampingi Lesmana, Wibisana dan para punggawa-
punggawanya menyaksikan Shinta dengan pandangan yang
acuh dan tidak mau mendekat sepertinya mereka benar-
benar menuntut suatu pembuktian akan kesucian dari
seorang Shinta. Bahkan Ramabadra mengatakan,
….”para Dewa akan menyaksikan peristiwa ini, api tak
akan menjilatmu bila kesucian benar-benar ada pada
dirimu, dan aku ingin kebenaran yang
sesungguhnya.”….

18
GEGER
JONGGRING SALOKA
Suasana dipuri Kadewatan tampak sunyi sepi
setelah prahara yang terjadi dua hari yang lalu, pintu gapura

OLEH : HENKY B. HERNOWO


133

Jonggring Saloka tampak semlah dan rusak sepertinya habis


dibuka paksa. Kejadiannya pada waktu itu adalah saat Batara
Yamadipati sedang ditugasi Batara Guru untuk mencabut
nyawa Shinta yang sedang menjalani pati-obong sebagai
bukti kesuciannya dihadapan suaminya. Waktu itu
Ramabadra sang suami menyaksikan jauh dibawah panggung
pembakaran mayat dengan pandangan dingin. Termasuk
Trijata, Anoman, Lesmana dan seluruh pasukan Ayodya dan
sebagian rakyat Alengka menyaksikan tragikomedi ini
dengan perasaan haru dan ketidak-relaan. Tampak diwajah-
wajah mereka kesedihan, karena ditinggal Shinta yang
mereka sayangi. Mengapa keputusan konyol semacam ini
mesti terjadi. Sepertinya ada protes didalam batin mereka
tentang keadilan. Apakah bukti kesucian harus ditebus
dengan kematian, dan apakah diri Ramabadra merasa sudah
paling suci, karena penyebab nekatnya Shinta melakukan
pati-obong karena dia, yang menyangsikan kesucian Shinta
selama tinggal di Alengkadiraja?
Anoman sang putra Batara Guru menjadi tampak
bodoh, ndlongob, bagaikan robot, bahkan ia tanpa sadar
malah maju melangkah membantu menyulutkan api pada
tumpukan kayu bakar untuk pelaksanaan pati-obong Shinta.
Dari sekian banyak orang yang hadir disitu sepertinya tidak
ada tindakan untuk menolong atau mencegah laku bunuh diri
itu, eeh demi rasa kemanusiaan atau rasa keadilan, sama
sekali tidak ada tercermin diwajah mereka, yang tampak
adalah kecemasan dan kebingungan semata.
Jauh disana gunung Rahtawu, rupanya Prabu Rahwana
masih hidup berkat ajian Pancasona karena tertolong ada
binatang rayap-kayu yang membangun sarangnya merambat
ketelapak kakinya yang sudah mulai membusuk. Sarang dari
tanah itu menyentuh tubuhnya sehingga membuatnya ajian
Pancasona berfungsi kembali, dan beberapa menit kemudian
tubuh Prabu Rahwana utuh kembali, serpihan daging dan
tulang yang berceraiberai kemudian menyatu lagi dan Prabu
Rahwana hidup kembali. Nyawanya sulit dipisahkan dari
jasadnya selagi ajian Pancasona masih berada didalam

OLEH : HENKY B. HERNOWO


134

tubuhnya, meskipun raganya pisah terburai atau lumat jadi


debu.
Bersamaan meletusnya gunung berapi Rah Tawu,
menimbulkan terjadinya gempa bumi, yang berakibat
merekahnya tanah, Prabu Rahwana beruntung kedua kalinya,
dia berhasil membebaskan diri dari jepitan anak gunung Rah
Tawu yang ditimpakan Anoman padanya, Prabu Rahwana
selamat maka Prabu Rahwana dengan tubuh yang masih
lemah dan nyeri pada bekas luka didada akibat terkena
panah Guhawijaya milik Ramabadra, cepat-cepat Prabu
Rahwana menyelamatkan diri dari ganasnya letusan gunung
Rahtawu, lahar bersama awan panas muntah dari kawah
gunung. Dengan segala kekuatannya Prabu Rahwana berlari
meninggalkan keganasan Rahtawu, ia terus berjalan
terhuyung-huyung menuruni perbukitan menuju Alengka.
Didalam perjalanan, Prabu Rahwana berpapasan
dengan Batara Yamadipati sedang berjalan terburu-buru,
tampak ditangannya sedang membawa sesuatu, yah itu
adalah nyawa Shinta. Prabu Rahwana terkejut melihatnya,
hatinya risau campur gusar setelah mengetahui nyawa
Shinta berada ditangan Batara Yamadipati, timbul kecurigaan
dan pikirannya terbayang wajah Shinta yang ia cintai, muncul
kekawatiran yang amat sangat akan keselamatan Shinta.
Dimanakah Shinta sekarang dan apa yang terjadi padanya?
Tanpa berpikir panjang segera Prabu Rahwana
berbalik mengejar Batara Yamadipati dan memintanya untuk
mengembalikan nyawa Shinta ke jasadnya. Tapi Batara
Yamadipati menolaknya, bahkan bergegas lari
meninggalkannya dengan cepat naik kelangit Kadewatan,
dengan erat-erat dibawanya nyawa Shinta ke puri Kahyangan
dan sedianya akan menuju keruang sidang peradilan dewata.
Keburu Prabu Rahwana menyusul mengejarnya dan berusaha
merebutnya, namun Batara Yamadipati lebih gesit dari pada
Prabu Rahwana yang masih terluka, segera ia masuk
kedalam puri Kadewatan maksudnya mau minta bantuan
Batara Guru, maka secepatnya Batara Yamadipati mencoba
menahan Prabu Rahwana dengan menutup pintu gerbang
Jonggring Saloka.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


135

Dengan tertatih-tatih Prabu Rahwana menaiki anak


tangga yang menuju pintu Jonggring Saloka dan
mendobraknya sehingga pintu menjadi terbuka dan rusak
berantakan, Batara Yamadipati belum sempat masuk ke
ruang sidang peradilan dewata keburu tertangkap oleh Prabu
Rahwana, maka terjadilah perkelahian seru antara keduanya.
Prabu Rahwana berusaha merebut nyawa Shinta dari
tangannya. Batara Yamadipati mempertahankannya, tapi
akhirnya ia kalah dan Prabu Rahwana berhasil merebut
nyawa Shinta, kemudian menyadera Batara Yamadipati dan
serta merta dengan paksa menggelandangnya kembali ke
Mayapada dimana jasad Shinta berada. Shinta tergolek mati
lemas diatas panggung pembakaran mayat di Alengka. Api
mulai melalap bunga-bunga tabur mayat disekelilingnya
dan……….!!
Kadewatan Jongring Saloka geger stelah mengetahui
keributan itu menjadikan Batara Guru marah dan segera
memerintahkan Delapan Laskar Dewa untuk menangkap
Prabu Rahwana karena berbuat keonaran, tetapi secara
kebetulan Sang Hyang Tunggal menyaksikan peristiwa itu
kemudian mencegah niat Batara Guru untuk menangkap
Prabu Rahwana dan memberi kesempatan Rahwana untuk
lolos bersama Batara Yama sebagai tawanannya.
Hari semakin gelap, Prabu Rahwana dan Batara
Yamadipati telah sampai di Alengka, dari langit tampak
dibawah seperti ada api unggun yang dikerumuni kumpulan
manusia secara melingkar, dan semakin dekat tampak jelas
rupanya bukan api unggun pramuka tetapi kobaran api
menggila pada panggung pembakaran mayat. Ditengah
tergolek jasad putrid ayu Shinta dikelilingi api yang siap
menjilatnya. Prabu Rahwana menarik Batara Yamadipati
untuk turun mendekat, kedatangannya tidak ada orang yang
melihatnya, dipaksanya Batara Yama untuk menghidupkan
kembali Shinta dari kematiannya, Batara Yama terpaksa
menurutinya, setelah nyawa Shinta masuk kejasadnya
tampak kemudian Shinta kembali bergerak bernafas dan
akhirnya hidup kembali. Prabu Rahwana sangat gembira dan
menangis haru.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


136

Diam-diam Batara Yama mundur menyelinap


melarikan diri sebelum Prabu Rahwana mengusirnya,
bergegas ia pulang naik ke Kadewatan untuk melapor pada
Batara Guru. Api semakin berkobar dan Shinta belum
sadarkan diri, Prabu Rahwana melihat Shinta dalam bahaya,
segera ia berbuat sesuatu untuk menyelamatkannya. Dengan
kesaktiannya dia kemudian menjilma menjadi kabut yang
dingin dan dengan sigap melindungi Shinta dari amukan api.
Deras airmata cintanya Prabu Rahwana kepada Shinta, keluar
mengucur menyirami sekujur tubuh Shinta sehingga menjadi
basah dan membebaskan tubuhnya dari jilatan api yang
mulai merambah mendekatinya. Shinta menjadi sejuk dan
tidak merasakan panasnya api, meskipun bangunan
panggung mulai terbakar runtuh dan kemudian
menimbunnya, dengan sigap Prabu Rahwana melindunginya.
Malam semakin lemah, sang surya mencoba
mengintip diufuk timur sepertinya menunggu aba-aba kokok
ayam jago, memberi isyarat agar sang surya segera
melangkah keluar untuk menerangi alam jagat-raya. Api
panggung pembakaran mayatpun sudah padam, tinggal bau
wangi asap arang yang masih menyengat. Onggokan abu
dan arang kayu cendana tampak menggunung, Anoman
diserahi tugas untuk mengumpulkan sisa abu dan tulang
belulang majikannya Shinta. Dengan hati-hati
disingkirkannya sisa-sisa arang yang telah padam dan dikais-
kaisnya abu sisa pembakaran sedikit demi sedikit disisihkan
untuk mencari abu dan tulang belulang mayat Shinta. Makin
dalam dan semakin kedalam, terasa tangannya menyentuh
sesuatu yang aneh. Terkuak dari onggokan abu kain kafan
putih tampak kepermukaan, Anoman semakin penasaran
ingin tahu, dengan cepat ditiupnya abu pembakaran dengan
kesaktiannya, dengan sekejap mata maka terkuaklah
semakin jelas kain-kafan putih seluruhnya beserta empunya
yang terbungkus yaitu Shinta. Seluruh raganya masih utuh
tidak ada cacat sedikitpun, matanya masih terpejam kondisi
tubuhnya lemah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Anoman
sangat bergembira melihat majikannya selamat dari api
maut, maka cepat-cepat mengangkatnya keluar dan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


137

membawanya kebalai-balai Taman Soka dimana Ramabadra


sedang menunggunya.
Dari atas langit sana dibalik awan, Prabu Rahwana
memperhatikan Shinta yang telah terselamatkan dari
kematian, ada perasaan lega dihati Rahwana karena telah
bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat guna menyelamatkan
jantung hatinya karena begitu besar cintanya kepada Shinta,
meskipun hati dan raga Shinta tidak pernah bisa ia miliki.
Prabu Rahwana adalah sosok pencinta sejati. Rahwana ingat
kata-kata Togog, sewaktu ia gandrung wuyung kepada Shinta
di Taman Soka, akan tetapi cintanya bertepuk sebelah
tangan. Prabu Rahwana menangis mengadu kepada Togog
punokawannya. Dan Togog menghiburnya serta memberikan
nasehat agar Prabu Rahwana reda emosinya.
……“Gusti, tahukah paduka apakah itu yang dinamakan
cinta?”…..
dalam tangis hati Prabu Rahwana ketawa terbahak-bahak,
ketawanya adalah ketawa hati yang kesal,
…”kamu ini sedang meledek aku yang sedang patah
hati?”.....,
Togog melanjutkan penjelasannya,
….”yang namanya cinta itu adalah pekerjaan jiwa yang
besar dan agung!.... kalau cinta itu berawal dan
berakhir pada Tuhan Yang Maha Kuasa, maka cinta
pada yang lain hanya upaya menunjukan cinta pada-
Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki
yaitu, selamanya memberi yang bisa kita berikan,
selamanya membahagiakan orang-orang yang kita
cintai, dengan begitu kita tak perlu kecewa atau terhina
dengan penolakan saat kasih kandas karena takdirnya.
Orang yang patah hati itu karena mereka itu tidak
mengerti posisinya, posisi jiwanya yang salah, dia
mencintai seseorang karena menggantungkan harapan
kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka
ketika cintanya tertolak, itu lantas menjadi sumber
kesengsaraan. Itu bukan cinta namanya, karena dia

OLEH : HENKY B. HERNOWO


138

punya pamprih yaitu menggantungkan sumber


kebahagiaannya pada kenyataan bahwa orang lain
mencintainya!”…..
dan tutur Togog selanjutnya,
…..”Pecinta sejati selamanya hanya bertanya, apakah
yang akan kuberikan? tentang kepada siapa sesuatu
diberikan, itu adalah sekunder!...Nah, bila paduka bisa
menjalaninya maka jiwa paduka akan tenteram dan
mendapatkan kebahagian sejati yang tiada
taranya,”…..
Wah, hebat nasehat Togog ini, terimakasih! Begitu dalam hati
Prabu Rahwana membenarkan nasehat-nasehat
punokawannya yang selalu setia mendampinginya dalam
suka maupun duka. Maka bergegas Prabu Rahwana terbang
meninggalkan Shinta yang sedang dirawat dibalai-balai
Taman Soka oleh Ramabadra yang didampingi Anoman dan
Trijata dibantu adiknya Wibisana. Ia pergi berniat mencari
Togog dipadepokannya.
Jongring Saloka, Batara Guru tidak bisa berbuat apa-
apa begitu Sang Hyang Tunggal mencegahnya untuk
menangkap Prabu Rahwana. Malahan Batara Guru
diperintahkan untuk memanggil Ismaya (Semar), Antaga
(Togog) dan Delapan Laskar Dewa yaitu Batara Yamadipati,
Batara Surya, Batara Candra, Batara Bayu, Batara Cakra,
Batara Baruna dan Batara Brama untuk datang ke Kadewatan
pada saat bulan purnama pekan depan, Sang Hyang Tunggal
akan mengadakan pertemuan dengan seluruh para dewata,
temanya membahas permasalahan tugas-tugas para dewa
mengelola kehidupan di Mayapada serta persiapan-persiapan
menghadapi bangkitnya Prabu Rahwana kembali. Maka
selanjutnya Batara Guru memanggil Batara Narada untuk
melaksanakan perintah Sang Hyang Tunggal untuk
menjemput para dewa agar datang pada rencana dan waktu
pertemuan yang telah ditentukan.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


139

19
PELELANGAN
BUDAK BETINA
Shinta akhirnya sadar, dibukanya matanya,
pandangannya masih kabur dan tampak remang-remang
orang-orang yang pernah dekat dengan dirinya pada duduk
mengelilinginya, tapi meskipun kurang jelas pandangannya ia
tahu siapa yang ada didekatnya. Didekat kepalanya adalah
Ramabadra suaminya tampak sedih menyesali akan sikapnya
yang keliru selama ini berprasangka buruk terhadap Shinta
isterinya dan membiarkan isterinya melakukan pati-obong
sebagai bukti akan kesuciannya selama berada di Alengka.
Kemudian ada Lesmana yang menunduk sepertinya menahan
malu karena bersalah, ada Trijata, disebelahnya lagi ada
Anoman yang tampak wajah beruknya yang berseri karena
gembira, mengetahui majikannya telah selamat.
Kembali Shinta pejamkan matanya pikirannya
menerawang mengingat kemasa lalu, Shinta sangat sedih
memikirkan keadaan dirinya, mengapa dia diciptakan jadi
seorang perempuan. Jadi seorang perempuan itu ternyata
sangat berbeda dengan jadi seorang laki-laki. Perempuan
setelah dewasa tidak bisa merdeka didalam kehidupannya,
terkekang dan bahkan dipingit setelah beranjak perawan.
Seorang perawan dibatasi geraknya, dan yang paling
menyakitkan dan menyedihkan adalah jadi perempuan
hidupnya harus nrimo dadi wong bodo, cukup hanya tahu
kebutuhan dapur, tidak perlu bisa menulis, tidak bisa
membaca apa lagi untuk belajar ilmu pengetahuan. Warisan
adat dan budayalah pada jamannya yang mengkondisikan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


140

perempuan seperti itu, Shinta sangat tidak senang. Shinta


kepingin, meskipun jadi seorang perempuan mestinya juga
harus bisa mengerti sastra dan ilmu pengetahuan, jadi tidak
selalu rendah dibanding para lelaki. Tetapi kenyataan
sekarang ini memang demikian, keinginan perempuan untuk
bisa maju dan setara dengan laki-laki sulit terlaksana, malah
termasuk langka kalaupun ada. Hampir sebagian besar
wanita-wanita sebayanya dinegeri Mantili tidak berbeda
dengan dirinya, tidak bisa baca tulis, tahunya hanya uplek
didapur saja.
Sewaktu masih perawan sebelum menjadi isteri
Ramabadra, pernah Shinta menyampaikan keinginan isi
hatinya kepada orang tuanya yaitu Prabu Janaka untuk bisa
belajar sastra dan ilmu pengetahuan seperti kaum laki-laki.
Tapi tidak mendapat respon dari orang tuanya, malahan
Prabu Janaka kukuh memegang erat adat warisan budaya
yang diterima dari leluhurnya bahwa, seorang perempuan itu
tidak perlu dan tidak ada manfaatnya belajar sastra, toh
akhirnya ya hanya mengolah kebutuhan dapur saja
…. “Shinta, kamu anak perempuanku satu-satunya
yang aku sayangi, janganlah berpikir yang neko-neko,
jangan pula melanggar adat, sehingga membuat orang
tuamu ini menjadi malu, ee.. punya anak perempuan
satu saja ternyata mursal dan mulang sarak, keluar dari
kebisaan adat…. Shinta, lebih baik kamu belajar ubeng
ingering bale omah sehingga dikemudian hari kamu
bisa menjadi wanita yang pandai mendidik anak, yang
bisa menjadi kebanggaan masyarakat semua, dan
membuat harumnya nama orang tuamu. Nah, Shinta
percayalah nasehatku dan saya akan meluluskan
segala permintaan barang-barang yang berguna
untukmu, kecuali usulanmu tadi”……..
Demikian jawaban dari Prabu Janaka, padahal harapan
Shinta, ia tahu kalau orang tuanya adalah seorang raja yang
berkuasa, kaya raya dan tentunya bisa mencukupi segala
kebutuhannya belajar, dan lagi harapannya bisa menjadi
katja benggala dan tuladaning liyan sehingga perempuan-

OLEH : HENKY B. HERNOWO


141

perempuan lainnya akan mengikuti untuk ikut belajar sastra.


Dan akhirnya derajat perempuan tidak selalu dibawah dan
kalah kepandaiannya dengan laki-laki.
Beberapa tahun kemudian, Prabu Janaka berkeinginan
mencarikan jodoh yang tepat buat Shinta putrinya. Sang
Prabu Janaka berpengharapan untuk mendapatkan seorang
menantu satria yang gagah perkasa, karena Prabu Janaka
punya pamrih nantinya sang menantu untuk diajak bekerja
sama berperang menundukan Prabu Subali yaitu raja beruk
yang sakti mandra guna yang berambisi untuk menguasai
dunia, juga pamrih-pamrih yang lain ialah ingin
memusnahkan faham-faham yang berlawanan dengan
ideologinya, sasarannya adalah Rama Bergawa yang selama
ini dianggap berbahaya bagi kerajaan Mantili. Kriteria calon
yang terpilih adalah, diantaranya adalah seorang kesatria,
yang lebih perkasa atau minimal sama dengan dirinya. Cara
menyeleksinya yaitu dengan mengadakan sayembara.
Barang siapa diantara kesatria-kesatria yang mengikuti
sayembara ini mampu menarik busur wasiat milik Prabu
Janaka pemberian dari Sang Hyang Girinata yang beratnya
sepuluh kali lipat berat gajah tua. Maka sang pemenang akan
dikawinkan dengan Shinta putrinya. Shinta terkejut dan tidak
senang mendengar rencana orang tuanya yang tanpa
kompromi, berniat mengadakan sayembara tujuannya
mencarikan calon suami untuk dirinya. Tapi dibalik
sayembara itu sebenarnya adalah ambisi-ambisi Prabu
Janaka untuk mengukuhkan kekuasaannya dengan
mengorbankan putrinya dijadikan obyek guna meraih
tujuannya. Shinta hatinya sedih dan kecewa ditakdirkan jadi
perempuan yang selalu dikekang dan dicencang, dan harus
menerima saja keputusan adat dan budaya yang berlaku.
Nasib Shinta tak ubahnya sama dengan Dewi Sukesi
puteri dari Prabu Sumali raja Alengka. Dewi Sukesi juga
dijadikan obyek atau umpan pada sayembara mencari calon
menantu, demi mempertahankan gengsinya dimata negeri-
negeri seberang. Berbagai cara Dewi Sukesi mencoba
menghindar dari sayembara ini dengan memperberat
persyaratan sayembara, yangmana semula persyaratan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


142

hanya pergulatan melawan kesaktian Ditya Jambumangli,


kemudian ia minta ditambahkannya persyaratan menebak
teka-teki tafsir ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat”. Dewi
Sukesi punya pengharapan akan gagalnya sayembara ini,
masalahnya ia menginginkan kemerdekaan dirinya dan juga
bagi kaumnya, dimana ia bebas bisa memilih dan
menentukan sendiri calon suaminya yang dilandasi dengan
rasa cinta yang tulus keduanya. Akan tetapi takdir
menentukan lain, akhirnya sayembara dimenangkan oleh
orang yang sudah tua yang pantas disebut kakek baginya
yaitu Resi Wisrawa,
….”Sastra Jendra Hayuningrat yang maknanya adalah
manusia bila ingin selamat dalam hidupnya, didunia
dan akhirat haruslah memahami kedudukan sembah
antar manusia didalam pergaulan, dan hirarki
transendentalnya dengan sembah terhadap Yang Maha
Kuasa. Yaitu bekerja secara dedikatif dibidangnya,
yakni salah satu bidang yang membentuk konfigurasi
semesta…dst…dst”
mendengar penjelasan tersebut Dewi Sukesi mengiyakan
akan kebenaran teka-teki tersebut, dan tumbuh rasa simpati
kepada sang Resi. Tetapi Resi Wisrawa ternyata ia hanya
diutus oleh Prabu Danaraja dari Lokapala yang puteranya
sendiri, untuk mewakili dirinya memperebutkan Dewi Sukesi
pada sayembara tersebut. Dewi Sukesi sangat kecewa,
baginya ini adalah merupakan pelecehan dan penghinaan
untuk dirinya. Tapi apa dikata, ketidak berdayaan terpaksa ia
hanya bisa pasrah. Senjata terakhir pembelaan dan
pemberontakan batinnya yaitu kemudian dia nekat menolak
dikawinkan dengan Prabu Danaraja, dia memilih Resi
Wisrawa karena dia yang mengikuti dan memenangkan
sayembara, bukan Prabu Danaraja.
Nasib yang sama terjadi pada Dewi Tara putrinya
Batara Indra, juga korban ambisi orang tuanya yang tidak
bisa mengatasi kekacauan Mayapada, yaitu menumpas
Mahisasura dan Jatasura raja siluman dari Guakiskenda yang
selalu mengganggu ketenangan para dewa-dewi di

OLEH : HENKY B. HERNOWO


143

Kahyangan. Dengan memperalat Subali dan Sugriwa untuk


menumpas kedua siluman tadi, dengan iming-iming hadiah
bila salah seorang dari Subali atau Sugriwa berhasil
membunuh kedua siluman tadi dan kembali dengan selamat,
maka akan diberi hadiah seorang putri dari Kahyangan yaitu
Dewi Tara. Berangkatlah mereka berdua menuju
Guakiskenda. Dengan kesaktiannya Subali-lah yang akhirnya
berhasil membunuh kedua siluman itu. Perselisihan faham
antara Subali dan Sugriwa sehingga menjadikan
pertengkaran dua bersaudara sekandung itu berkepanjangan,
hanya untuk memperebutkan Dewi Tara. Dewi Tara-lah
akhirnya yang menjadi korban, menjadi piala bergilir pemuas
nafsu dari kedua orang yang bernama Subali dan Sugriwa.
Melihat kejadian tersebut, perempuan-perempuan pada
jaman itu jelaslah mereka dikondisikan tak lebih atau setara
dengan barang atau binatang, direndahkan derajadnya,
dibelenggu kemerdekaannya, terabaikan hak-haknya, tak
lebih sebagai benda, terlantar, tersiksa, terperas tenaganya
seperti sapi. Menyedihkan, suatu tragedy yang maha tragis.
Peristiwa Cupu Manik Astagina yang dimiliki Dewi
Windradi telah membawa petaka, kecemburuan Resi
Gotama kepada isterinya yaitu seorang bidadari dari
Kahyangan bernama Dewi Windradi. Permasalahannya
adalah Dewi Windradi tidak mau memberitahu asal-usul Cupu
Manik Astagina yang ia miliki. Cupu Manik Astagina adalah
hadiah dari Batara Surya pacarnya dulu sebelum ia kawin
dengan Resi Gotama. Memang ada kesepakatan antara Dewi
Windradi dengan Batara Surya untuk merahasiakan asal usul
benda tersebut, namun tidak pada makna Cupu Manik
Astagina yang mengandung ajaran-ajaran tuntunan
kemanusiaan agar bisa hidup bahagia didunia dan akhirat.
Resi Gotama lebih mengedepankan rasa cemburunya
tentang asal usul benda tersebut katimbang makna atau
ajaran tuntunan hidup yang bermanfaat yang tersirat dari
makna Cupu Manik Astagina. Makna dari Cupu Manik
Astagina adalah
…..”sarana kebahagian hidup manusia didunia dan
diakhirat, ada delapan syarat yang harus dikelola

OLEH : HENKY B. HERNOWO


144

dengan benar, yaitu Agama, Garwa, Putera, Kaya,


Curiga (alat kerja atau persenjataan), Wisma, Turangga
(alat transportasi), Kukila (burung, melambangkan
kelestarian hidup dan lingkungan), tetapi syarat
kedelapan tersebut bila salah memanfaatkan maka
petakalah yang akan didapatnya,”…..
nasehat itu tidak digubrisnya malahan dengan teganya
kemudian Resi Gotama mengurung Dewi Windradi kedalam
Tugu Batu Menhir (Lingga, tempat pemujaan) kemudian
membuangya keluar jauh dari pertapaan Sukendra . Disini
terlihat bahwa perempuan tidak dihargai baik privasinya
maupun suara-suaranya (ajaran-ajaran Cupu Manik
Astagina), dan akhirnya ia dikurung sebagai pelampiasan
kemarahan karena cemburu, penganiayaan itu disaksikan
oleh ketiga anaknya yang masih kecil-kecil (Anjani, Subali
dan Sugriwa) ini merupakan contoh yang tidak mendidik
kepada anak-anak yang mencintai ibunya.
Anoman lahir dari perbuatan haram dari Batara Guru
yang memperkosa Ratna Anjani dikolam Mandirda. Batara
Guru dalam perjalanannya ke Mayapada kebetulan melewati
Mandirda dan berhenti karena melihat ada orang yang
sedang tapa kungkum disebuah kolam, maka ia dekati.
Batara Guru terperanjat mengetahui yang tapa kungkum
adalah seorang wanita muda tanpa busana, kulitnya kuning
mulus, tubuhnya tinggi semampai, payudaranya padat berisi
sehingga Batara Guru tergoda dan bangkit nafsu birahinya,
maka terjadilah perbuatan yang tidak semestinya sehingga
akhirnya Ratna Anjani hamil. Sembilan bulan kemudian
melahirkan seorang bayi laki-laki dan di beri nama Anoman
atau Anjaniputra.
Mungkin diluar sana masih banyak lagi Shinta-shinta
dan Sukesi-sukesi yang yang bernasib seperti itu, perempuan
derajatnya disamakan dengan barang atau binatang yang
dengan seenaknya bisa diperjual belikan atau dilelang seperti
dipasar ikan. Istilahnya bukan dilelang tetapi lebih “sopan”
sedikit yaitu disayembarakan. Sama tidak beda! Perempuan
dikondisikan sebagai kaum lemah, kaum bodo yang pendek
pikirannya dan kaum nerimo dll. Kemudian dibakukan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


145

predikat karangan tersebut seolah-olah memang itulah


kodrat jadi perempuan.
Tapi sebenarnya adatlah yang mengurung dan
menjadikan perempuan menjadi budak laki-laki turun-
temurun berjalan hingga sekarang. Perempuan dibelenggu
dengan tata cara adat, banyak yang tidak diberi kesempatan
maju kemuka dilapangan masyarakat, banyak yang baginya
diharamkan ini dan diharamkan itu. Adat yang berlaku hanya
berpihak kepada laki-laki saja. Padahal secara kwalitas baik
laki-laki maupun perempuan sama saja, hanya kesempatan
berkembangnya yang tidak sama. Ini tidak adil. Mereka lupa
bahwa fungsi kodrat perempuan menjadi ibu, menerima
benih anak kemudian mengandung anak, melahirkan anak,
menyusui anak, memelihara anak, fungsi ini sama
pentingnya dengan tugas laki-laki, tapi mereka kurang
dihargai, malahan dengan sombongnya laki-laki mengatakan
bahwa laki-laki maju kepeperangan adalah butuh modal
keberanian untuk menghadapi bahaya yang lebih besar, lalu
apakah yang perempuan bisa perbuat, bahaya apa yang
perempuan hadapi?
Shinta masih terbuai dalam lamunannya, tiba-tiba ia
mendengar bisikan suara misterius
….”hentikan Shinta, hentikan…kamu harus berani
memulai untuk menghentikan ketidak adilan ini, dimata
Tuhan Yang Maha Kuasa manusia itu sama derajadnya,
baik itu laki-laki maupun perempuan, yang berbeda
adalah darma-darma (amalan-amalan) yang mereka
upayakan semasa hidup didunia…..keangkara murkaan
manusia itu bisa dihentikan oleh kesadaran manusia
sendiri, maka dari itu mulailah dari dirimu….memang
didunia ini ketidak adilan akan selalu muncul silih
berganti hilang satu tumbuh berikutnya…. Pada jaman
yang akan datangpun masih akan terjadi ketidakadilan
ini dimana perempuan selalu ditindas, seperti Ambika,
Ambiki dan Ambaliki……”…..
Memang benar pada jaman Mahabarata, perempuan-
perempuanpun masih diperjual belikan atau sebagai umpan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


146

dalam sayembara atau pelelangan untuk ambisi-ambisi


keangkara-murkaan untuk menguasai dunia. Diramalkan
Ambika, Ambiki dan Ambalika yang menjadi korban dalam
sayembara Prabu Darmamuka ayahnya yaitu raja
Srawantipura, dan pemuda Dewabrata dari Astina yang
impoten berhasil memenangkan sayembara tersebut dan
kemudian ketiga isterinya dibawa ke Astina. Dia mengikuti
sayembara tersebut hanya untuk menutupi kelemahan-
kelemahan syahwat yang ada pada dirinya. Akhirnya dua dari
isterinya dibagikan kepada adik-adiknya, Ambiki diberikan
Citragada dan Ambaliki diberikan Citrasena. Sedangkan
Ambalika mengalami nasib yang menyedihkan, ia dibunuh
Dewabrata karena dirinya tidak bisa melakukan sanggama
karena impoten. Tragis!
Bagaimana kasus poliandrinya Dewi Drupadi isteri
Pandawa, dia dengan terpaksa harus melayani kelima orang
bersaudara Pandawa, yaitu mulai Yudistira, Bima, Arjuna,
Nakula dan Sadewa dihutan Wanamarta sewaktu dalam
pengasingan. Sepertinya para ahli filsafat dan ahli biologi
sepakat mengatakan bahwa tali sex adalah salah satu motor
yang terpenting dari perikehidupan manusia, disamping
nafsu makan dan minum. Kalau tali sex diputuskan beberapa
tahun saja, maka manusia umumnya menjadi abnormal.
Artinya apa, manusia akan kembali mengikuti kebebasan
menurut kodrat alam. Alam tidak mengenal moral, tali sex itu
memang bukan perkara moral, tapi tali sex adalah mengikuti
kodrat, sama halnya lapar dahaga adalah menurut kodrat.
Manusia yang tidak bisa hidup secara normal, terus apa yang
terjadi dengan Pandawa dengan seorang perempuan
bernama Drupadi yang terasing dihutan gung lewang
lewung selama bertahun-tahun, dimana usia mereka masih
sangat muda yang pada waktu kesexannya sedang puncak-
puncaknya. Salome jawabannya! Ah, itu pembelaan orang
yang berpihak kepada Pandawa untuk membenarkan apa
yang telah mereka perbuat. Tapi kalau mau meneliti sejarah
lebih jauh kebelakang tentang adat di Gangga atau di
Malabar India belakang sana, masih ada adat budaya salome
(maaf, satu lobang dipakai rame-rame) yaitu pada malam

OLEH : HENKY B. HERNOWO


147

pernikahan semua dari keluarga laki-laki dari pengantin


lelaki meniduri pengantin perempuan itu secara bergantian!
Bagaimana kisah Dewi Prita atau Dewi Kunti, putri
Prabu Kuntiboja dari Mandura dengan Dewi Dayita, dimasa
remajanya menjadi korban pelecehan Resi Dursawa,
keinginannya mempelajari suatu ilmu dan berakhir dengan
hilang kegadisannya digagahi oleh Batara Surya hingga hamil
dan melahirkan Basukarna yang dikemudian hari menjadi
raja di Awangga bergelar Dipati Karna.
Kisah Dewi Gandari, putri sulung pasangan Prabu
Gandara dan Dewi Gandini, Dewi Gandari dikecewakan Pandu
yang memenangkan sayembara, tapi kemudian selanjutnya
dia diserahkan kepada Destarata kakaknya yang buta untuk
dikawini, sehingga membuat gadis ini patah hati dan Dewi
Gandari bersumpah menutup matanya disaat terang dan
membukanya jika malam tiba. Dewi Gandari adalah ibu
Kurawa.
Kisah Dewi Setyawati, nama kecilnya Dewi Pujawati,
putrinya Batari Darmastuti, ibunya telah meninggal selagi
Dewi Pujawati masih kecil. Bersama ayahnya Begawan
Bagaspati seorang raksasa, dan sikecil Dewi Pujawati diasuh
hingga remaja. Pemuda Narasoma atau Prabu Salya raja
Mandaraka bertemu Dewi Setyawati dan keduanya saling
mencintai, tetapi pemuda Narasoma malu mempunyai
mertua seorang raksasa, tanpa sepengetahuan Dewi
Setyawati pemuda Narasoma membunuh Begawan
Bagaspati. Dewi Setyawati sangat kecewa dan sedih atas
tragedy ini, dalam keadaan mengandung ia tidak berdaya
dan hanya bisa pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dewi
Setyawati ibu yang sangat melindungi dan memanjakan
ketiga putrinya dan kedua puteranya, yaitu putri sulungnya
bernama Erawati yang kemudian menjadi permaisuri Prabu
Baladewa raja Mandura, putri yang kedua adalah Surtikanti
yang kemudian jadi permaisurinya Dipati Karna, dan
sibungsu Banowati jadi permasurinya Prabu Suyudana raja
Astinapura. Dua putera lelakinya yaitu Burisrawa dan
Rukmarata.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


148

Dan menyedihkan lagi nasib seorang pembantu


seperti Nyi Sagupi. Dia seorang pembantu di keraton
Mandura yang mahir membawakan kidung-kidung sehingga
memesona banyak orang. Termasuk tiga putera Prabu
Kuntiboja yaitu Basudewa, Arya Rukma dan Urgasena,
dimana suatu malam yang sepi secara bergiliran mereka
memperkosa Nyi Sagupi menyebabkan Nyi Sagupi hamil. Dan
itu diulang dan diulang oleh ketiga pangeran tersebut, dan
Nyi Sagupi tidak berdaya untuk melawan karena mereka
adalah putera-putera seorang raja. Hasil hubungan dengan
Basudewa ia melahirkan Udawa dan Pragota, dengan Arya
Rukma lahirlah Larasati, dan dengan Urgasena lahirlah Arya
Adimanggala. Akhirnya aib ini terbongkar juga dan Nyi Sagupi
lantas dikawinkan dengan Antagupa dengan imbalan
kedudukan sebagai Demang di Widarakandang.
Shinta masih melanjutkan lamunannya,
…..“bagaimanakah caranya aku memulai untuk
menghentikan kepalsuan-kepalsuan ini, umpamanya
aku mbedhal bagaimana tanggapan masyarakat
terhadapku dan juga orang tuaku pasti akan
menganggap aku sebagai anak yang durhaka, dan
tidak berbakti kepada orang tua, aku masih ingat kata-
kata mbakyu Limbuk kepadaku sewaktu aku masih
perawan dulu begini nasehatnya,……Bapa dan ibu
adalah merupakan lantaring urip ing ngalam donya,
siapa yang melupakan orang tuanya sama halnya
melupakan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu
berbaktilah kepada orang tuamu. Dan anak itu sebagai
penerus dari orang tua, tidak ada cinta kasih yang
melebihi cinta kasih orang tua kepada anak-anaknya.
Maka dari itu orang tua berusaha mendidik dan
memberi contoh tentang udanagara (sopan santun)
dan tatakrama yang baik agar ditiru oleh anak-
anaknya, dikemudian hari diharapkan anak-anaknya
bisa mikul dhuwur mendhem jero terhadap orang
tuanya….. Oleh karena itu besuk kalau kamu jadi orang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


149

tua haruslah seperti itu, dan perlu diingat janganlah


suka dan gampang nyepatani anak dengan kalimat
yang tidak baik, sebab sepatanya orang tua itu bisa
numusi dan bisa juga akan merusak rasa baktinya anak
kepada orang tua…… Dan tidak kalah pentingnya
didalam memberi nama anak, pilihlah nama yang
bagus, sebab nama yang disandang itu akan dibawa
sampai ke akherat nanti,”…dan mbakyu Limbuk
meneruskan nasehatnya kepada momongannya Shinta,
…..”janganlah mengaku mereka sebagai orang tuamu,
dikarenakan mereka itu kaya-raya dan jadi penguasa,
apapun kondisinya orang tuamu kamu harus selalu
mengakuinya. Dan juga janganlah membangga-
banggakan atau suka pamer bahwa orang tuamu kaya
raya atau berkuasa, sebab kepangkatan dan kekayaan
itu bisa sirna kapan saja sebelum sempat kamu
mewarisinya,”……..
tapi mbakyu Limbuk, bagaimana pendapatmu tentang
perjodohan yang diatur oleh adat yang berlaku sekarang ini,
dimana tidak ada kemerdekaan bagi perempuan semua
aturan-aturan berpihak kepada laki-laki saja, dan jawab
mbakyu Limbuk singkat, ……“Mencari jodoh janganlah
memburu endahing warna, meskipun cantik atau bagus
tetapi hatinya durjana, akhirnya prahara yang didapat
dan akan dijauhi orang….terjemahkanlah sendiri
maknanya”……
Guung, guung, guuuunguonguong!!!…terdengar bunyi
gong ditabuh, sebagai tanda saat sayembara dimulai. Maka
mulailah dipanggil satu persatu peserta sayembara maju ke
gelanggang untuk mencoba merentang busur wasiat milik
Prabu Janaka. Sayembara sudah hampir sepekan berjalan
tapi belum ada yang berhasil memenangkannya. Telah
berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus para kesatria dan raja
manca Negara yang mengikuti sayembara ini, tetapi
seorangpun belum ada yang berhasil menarik busur itu.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


150

Kemudian pada hari keenam datangkah dua orang


kesatria yaitu Ramabadra dan Lesmana, mereka kakak
beradik satu ayah berlainan ibu, ayahnya adalah Prabu
Dasarata dan ibunya Ramabadra bernama Dewi Ragu atau
Dewi Sukasalya sedangkan Lesmana dari ibu bernama Dewi
Sumitrawati yaitu putrinya Prabu Sumaresi dari Suwelaraja.
Keduanya kesatria ini sewaktu mendaftar ikut sayembara
mengaku sebagai cantriknya Resi Yogiswara berasal dari
pegunugan berniat mengikuti sayembara.
Ramabadra ikut sayembara hanya karena dia ingin
menguji kesaktiannya saja, berbeda dengan adiknya
Lesmana setelah berkesempatan melihat Shinta duduk di
kursi panggung, maka tumbuh dari dalam hatinya rasa cinta
kepada Shinta. Setelah gilirannya Lesmana gagal kemudian
giliran terakhir adalah Ramabadra. Diangkatnya busur
dengan mengerahkan seluruh tenaganya, dan setelah
terangkat kemudian pelan-pelan ditariknya tali busur
sehingga busur panah yang begitu besar dan berat dapat
melengkung. Dan berhasil, tepuk tangan dan sorak penonton
memecahkan kesunyian. Kemudian raja memanggilnya dan
ditanya asal usulnya sesungguhnya, juga diminta
kesanggupan Ramabadra untuk ikut mendukung raja akan
kepentingan-kepentingan politiknya, dan Ramabadra dan
Lesmana mengaku bahwa mereka datang dari negeri Ayodya,
keduanya adalah putera Prabu Dasarata, dan menyanggupi
permintaan Prabu Janaka setiap saat akan membantu bila
dibutuhkan. Mendengar pernyataan Ramabadra Sang Prabu
Janaka merasa senang sekali, kemudian Prabu Janaka
mengumumkan bahwa sayembara telah dimenangkan
Ramabadra dan selanjutnya Shinta dikawinkan dengan
Ramabadra pada hari yang telah ditentukan. Terbangunlah
Shinta dari lamunannya
….”diajeng Shinta, diajeng telah selamat berkat
lindungan para dewa dari keganasan api, kini aku
percaya setelah menyaksikan kejadian ini dimana
diajeng telah berani membuktikan dengan melakukan
pati obong dan terbukti diajeng Shinta masih suci,
maafkanlah semua sikap kakanda kepadamu selama ini

OLEH : HENKY B. HERNOWO


151

dan janganlah ada perceraian diantara kita, marilah


kita songsong bersama-sama hari depan dengan
mengisi lembaran-lembaran baru menata kehidupan
yang lebih baik,”…..seraya menggenggam tangan Shinta
kemudian mendekat mencium keningnya. Melihat situasi ini
Anoman, Trijata dan Lesmana tahu diri dan segera
menyingkir keluar.
Luluhkah Shinta dengan rayuan gombal Ramabadra
ini.?? Tidak, Shinta adalah Shinta, dia wanita yang kukuh
akan pendiriannya. Perilaku Ramabadra dengan penistaan
kepada dirinya yang dilakukan Ramabadra berkali-kali sudah
cukup untuk memberi nilai raport merah kepada Ramabadra.
Shinta menghindar dari ciuman Ramabadra dan membalikan
tubuhnya menghadap ke dinding membelakangi sang suami
Ramabadra. Mata hatinya melihat orang yang ada
dihadapannya adalah bukan suaminya lagi, bukan sigaring
nyawa nya lagi, ia melihat sosok pecundang bukan seorang
kesatria tetapi sosok segumpal daging yang hanya percaya
pada bisikan-bisikan setan yang mengelilinginya, sosok orang
yang suka memperalat atau memanfaatkan kesempatan
dalam kesempitan atau kesusahan orang, orang seperti
Ramabadra adalah pantas mendapat sebutan raja tega yang
tidak perlu dibelani lagi.

20
PUJANGGA DAN
DALANG
SAPANYANA

OLEH : HENKY B. HERNOWO


152

Setelah pertempuran dengan Alengka dimenangkan


sekutu Ayodya yang dipimpin Ramabadra, maka kemudian
Ramabadra menobatkan dirinya sebagai Maharaja di
Ayodyadiraja dengan gelar Prabu Rama Wijaya. Sedangkan
adiknya YMT raja Barata kemudian diangkat sebagai raja di
Ayodya dengan gelar Prabu Barata. Dan Alengka tapuk
kerajaan diserahkan kepada Wibisana dan negeri tersebut
menjadi bagian jajahan Ayodyadiraja.
Dipanggilah para pujangga-pujangga untuk mencatat
dan mengarang kisah-kisah kepahlawanan para kesatria
Ayodya sewaktu menundukkan Alengka. Pujangga-pujangga
dipaksa untuk mengarangnya, mereka yang tidak
mendukung kebijakan Prabu Rama Wijaya diultimatum akan
seret dimasukan penjara. Kisah mercu suar yang bersifat
istana sentris yangmana selalu mendewa-dewakan segala
perilaku raja musti ditulis meskipun perilaku yang tidak
terpuji terserah apapun alasannya. Hal-hal sepele musti
disulap menjadi sesuatu yang heroik dan luar biasa. Wah
wah, pokoknya serba waahh.
Masyarakat Alengka hanya bisa geleng-geleng kepala
melihat ulah raja barunya, dan didalam benak mereka juga
bertanya-tanya tentang hadirnya pujangga besar Walmiki.
Dia seorang pujangga besar yang terkenal dari negeri India.
yang mereka pertanyakan adalah keadaan Walmiki, apakah
ketika menyusun karangannya dikarenakan ada
keterpaksaan atau tekanan dari penguasa dijamannya ? Satu
tahun Walmiki menyelesaikan karya sastra besar
karangannya, dengan judul Ramayana epos India kuno itu
yang kemudian menjadi terkenal dan menyebar keseantero
dunia. Ramayana adalah kisah Prabu Rama berupa kakawin
terdiri 7 kanda (buku) yaitu buku pertama tentang kisah
Rama semasa muda, buku kedua tentang peristiwa di
Ayodya, buku ke tiga tentang Rama, Shinta dan Rahwana
dihutan rimba, buku ke empat tentang Rama melakukan
perjanjian dengan Sugriwa dan kepahlawanan Hanoman,
buku ke lima tentang Hanoman sebagai duta, buku ke enam
tentang Perang besar melawan Rahwana, dan buku ke tujuh

OLEH : HENKY B. HERNOWO


153

tentang kesangsian Rama akan kesucian Shinta dan berakhir


kematian Shinta di pembakaran.
Sedemikian populernya epos ini, bahkan raja Rakai
Watukura Dyah Balitung yaitu raja negeri seberang di pulau
Jawa pun telah mengabadikan kisah Ramayana ini pada
candinya berupa relief-relief dipahatkan di dinding Candi
Penataran.
Mengapa kisah Rama Wijaya ini berbeda dengan
kejadian-kejadian di Alengka didunia dongeng ini.?? Peduli
apa ya jelas berbeda, dari kacamata berbeda yang tentunya
hasil tulisanpun berbeda, toch yang berpihak atau mereka
yang termasuk golongan Prabu Rama Wijaya tentunya lebih
senang dan puas setelah membaca kisah-kisah Rama Wijaya
yang disusun pujangga-pujangga Ayodya ini. Dan Prabu
Rama Wijaya pun tidak perduli akan tuduhan dari sebagian
orang yang mengatakan bahwa didalam mengatur atau
menyusun sebuah kisah dirinya, tidak lepas dari pamrih
pribadi atau dengan maksud mengedepankan kepentingan
politik golongannya.
Selanjutnya semua para Dalang-dalang kondang
dinegeri ini dipanggil oleh Raja, mereka diperintahkan
menjadi corong kerajaan untuk menampilkan kisah Rama
Wijaya ini dipagelaran wayang. Mereka disuruh menampilkan
ceritera-ceritera kepahlawanan Rama Wijaya hasil karangan
pujangga-pujangganya, tujuannya propaganda agar semua
orang tahu. Tujuh jam pagelaran wayang diselenggarakan
ditiap kelurahan-kelurahan setiap hari pasaran
dipertontonkan.
Para Dalang dinegri ini pada melaksanakannya karena
takut dan dalam tekanan, mereka terpaksa mengikuti
kehendak Raja dengan ceritera yang tidak semestinya. Itulah
yang terjadi diera sekarang dimana banyak para Dalang telah
melenceng dari Pepakem adhiluhung, ini menjadikan kendala
dan membuat jarak semakin jauh antara kesenian wayang
dengan kawula muda. Yang memprihatinkan lagi didalam
banyolan ternyata sering mengeksploitasi pornografi dan
kegenitan pesindennya. Dan sebagian orang terutama
kawula mudanya menjadi sinis terhadap wayang dan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


154

menganggap kesenian wayang sebagai sarana


membangkitkan feodalisme, Lakon-lakon pewayangan yang
semestinya mencerminkan tentang nilai-nilai perjuangan,
kepahlawanan, kebenaran, keadilan, kejujuran dan kesucian
dan juga memperlihatkan kejahatan yang pasti akan
dikalahkan dan kebaikan dan pasti akan dimenangkan,
kriteria ini sepertinya semakin redup dengan tampilan kisah
Rama Wijaya yang terbalik dan menyimpang dari semua itu.
Bagaimana pertunjukan wayang macam ini bisa
disebut Adhi luhung.? Begitu sebutan sering terdengar, yaitu
predikat Adhiluhung yang diberikan pada kesenian wayang
atau seni pedalangan, benarkah? Apakah makna dari
adhiluhung wayang itu dan dimana letaknya? Kalau meneliti
kata adhiluhung yang artinya adhi adalah linuih atau lebih,
sangat, dan luhung yang artinya luhur atau tinggi. Dan
banyak orang berpendapat bahwa yang dimaksud kesenian
wayang bisa dikatakan bersifat adhiluhung bilamana
mengkisahkan ceritera wayang yang isi dalam ceritera
Wayang itu jujur dan bisa dijadikan pelajaran bahkan
dijadikan pedoman hidup (pepakem) karena disana
terkandung sesuatu yang berhubungan dengan ajaran-ajaran
masalah agama, filsafat, politik, masyarakat, kepribadian,
keluarga, keperwiraan, dan keutamaan, yang kesemuanya
itu dicontohkan didalam isi ceritera Pewayangan, yang benar
dikatakan benar dan yang salah dikatakan salah. Dan tidak
kalah pentingnya adalah perilaku sehari-harinya si Dalang.
Tentunya mereka juga akan menengok kehidupan dalang
dibalik layar juga menjadi ukuran adhiluhung pertunjukan
wayang yang ia mainkan, apakah kehidupan kesehariannya
sidalang bisa dijadikan panutan,
Masyarakat menganggap seorang dalang adalah
tokoh panutan, sebagai orang yang jujur, dianggap suci
karena kedudukannya sebagai pendidik atau guru yang
mengajarkan kebenaran dan menanamkan benih
kesempurnaan dan keluhuran budi kepada penonton yang
menyaksikan pertunjukan wayang yang dimainkannya. Oleh
karena itu setiap pertunjukan wayang, dalang harus sopan
dan rapi pada setiap penampilannya. selanjutnya didalam

OLEH : HENKY B. HERNOWO


155

kehidupan kesehariannya para penonton, pendukung atau


penggemarnya tentu ingin meniru atau melaksanakan
petuah-petuah atau pesan-pesan moral yang bermanfaat
yang didapatnya dari ucapan-ucapan sidalang.
Pagelaran Wayang secara filosofis pertunjukan yang
melambangkan perjuangan antara sifat baik melawan sifat
yang buruk didalam kehidupan manusia didunia ini. Peranan
dalang jaman dulu didalam pagelaran pertunjukan wayang
berfungsi sebagai juru ceritera yang bisa mengungkapkan isi
hati dengan materi riwayat hidup dari para leluhur,
pengungkapan yang sedemikian ekspresif sehingga bisa
menjiwai tokoh-tokoh wayang menjadi seolah-olah hidup,
sehingga pertunjukan yang didalanginya bisa hayati dan
memberikan kepuasan kepada penontonnya. Tetapi
bagaimana dengan ceritera Prabu Rama Wijaya yangmana
penuh dengan rekayasa dan kedustaan, intisari ceritera
hanya ribut memperebutkan seorang perempuan dan
kekuasaan, ribuan rakyatnya banyak yang mati jadi korban,
ini justru akan menggugurkan makna adhiluhung,
Sebagian para pujangga dinegeri ini yang ikut
menyusun kisah Prabu Rama Wijaya mengakui meskipun
tidak terang-terangan, telah mereka buat rekayasa dari
bahan-bahan sejarah yang telah terkumpul dengan cara
membuang sebagian bahan-bahan aselinya, sehingga
penafsiran dan penyimpulan para pemerhati akan berpihak
kepada Prabu Rama Wijaya. Lebih-lebih pemerhati sejarah
beberapa generasi berikutnya yang hidup tidak semasa
dengannya, banyak yang tidak tahu menahu akan asal
usulnya terpaksa hanya mengamini saja.
Tetapi tidak untuk Dalang yang satu ini, dia adalah
Dalang R,Sapanyana. Kehadirannya memang miterius serta
unik kiprahnya didunia pedalangan, ada yang mengatakan
bahwa dia aseli orang Pesisir, tetapi lain orang mengatakan
bahwa dia itu aseli oran Redi. Dia mbalelo, tidak mau
mengikuti perintah Prabu Rama Wijaya yang bertolak
belakang dengan hati nuraninya. Walaupun banyak orang
yang tidak tahu persis tentang asal usul yang sebenarnya
tetapi Ki Dalang R Sapanyana cukup terkenal dan dikenal

OLEH : HENKY B. HERNOWO


156

orang karena dipagelaran wayangnya dia tampil beda


dibanding penampilan dalang-dalang lainnya. Rakyat jelata
sangat menyukainya, dia populer dikalangan rakyat bawah.
Tetap dia layani panggilan-panggilan untuk mendalang bagi
kalangan rakyat jelata yang kebanyakan tidak mampu
menyelenggarakan pertunjukan wayang dengan boneka
wayang kulit lengkap dengan gebyar gamelan perangkatnya,
mungkin karena keterbatasan dana, Ki Dalang R.Sapanyana
tidak kurang akal, dengan daun-daun Nangka, daun Jati, daun
Pisang atau daun-daun apa sajalah bisa saja menggantikan
boneka-boneka wayang kulit untuk memainkan lakon dan
menyampaikan ceritera-ceritera rakyat yang “sedang
ngetren” saat itu. Nyatanya penonton bisa terhibur walaupun
kesenian Wayang Godong atau Wayang Dami (batang padi
dianyam) sederhana itu bisa didalangi Ki Dalang
R.Sapanyana, Dengan piawainya si dalang menjadikan media
ini jadi bermanfaat seolah-olah hidup dan bisa
menyampaikan misi-misi, dakwah, pesan-pesan moral, kritik
sosial bahkan bisa sebagai alat pemersatu bangsa. Dan
Wayang Godong (daun)nya ini cukup diiringi dengan
tetabuhan “Cangkem” yaitu suara mulut dari para
penontonnya yang mirip musik akapela menambah
pagelaran itu semakin Seru.!!
Itulah kehebatan Ki Dalang R,Sapanyana, dia tahu
statusnya sebagai Dalang adalah sebagai peran inti didalam
pagelaran wayang, tidak hanya menguasai jalan ceritera
yang sudah ditetapkan dalam lakon, tetapi juga mahir
memainkan setiap boneka wayang meskipun berbentuk
godong. Setiap boneka wayang adalah melambangkan watak
dan perilaku manusia, maka disetiap memainkan boneka
wayang maka dalang harus bisa memerankan watak dan
perilaku boneka yang ditampilkan sehingga boneka-boneka
tersebut menjadi tokoh yang hidup. Luar biasa.!!
Memperhatikan fenomena masyarakat saat ini,
setelah cukup lama Ki Dalang R.Sapanyana berkeliling
melayani tanggapan-pagelaran wayang dari para
penggemarnya maka dia jadi mengerti dan dapat kesimpulan
bahwa masyarakat Ayodya dan negeri-negeri bekas bawahan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


157

Alengka terbelah menjadi dua yaitu sebagian ada yang masih


suka akan tontonan wayang yang dia selenggarakan dan
sebagian ada yang tidak menyukainya terutama kawula
mudanya. Ada apa sebenarnya yang terjadi.??
Kedatangannya Ki Dalang R.Sapanyana kenegeri
Ayodya memang disengaja dan beralasan sebab dia punya
misi yaitu,
pertama, mengajak para dalang-dalang di Ayodya dan
negeri-negeri bekas bawahan Alengka untuk kembali kepada
jatidirinya sebagaimana layaknya seorang dalang. Makna
dalang adalah dari perkataan “ngudal piwulang” dalang
adalah dari kata ‘dalla’ yang artinya menunjukan jalan yang
benar, singkatan dari’Man dalla ‘alal khair ka fa’ilihi’ yang
artinya barang siapa yang bersedia menunjukan kepada jalan
yang benar atau kearah kebajikan, pahalanya seperti orang
yang berbuat kebajikan itu sendiri tanpa dikurangi sedikitpun.
Kedua, dengan banyak menampilkan ceritera-ceritera rakyat
dengan kesehariannya yang suka bergotong-royong.
Harapannya masyarakatpun termasuk kawula mudanya
dengan rela hati mau kembali datang menonton kesenian
wayang, tumbuh rasa cinta pada budaya sendiri warisan
leluhur yang seharusnya dijaga kelestariannya.
ketiga, bagi masyarakat Ayodya dan sekutunya yang dinilai
punya sifat yang sombong berlebihan karena mereka
terpengaruh akan doktrin tentang nilai-nilai keagungan dan
penaklukan yang dianut Resi-resi Gangga yang diantaranya
meliputi, Adhigana (keunggulan), Adhigung (keagungan),
Adhiguna (superioritas), Rajas (nafsu tak terkendali),
Niratisaya (tak tertandingi), Jaya (kemenangan), dan
Nirbhaya (pantang menyerah). berakibat dengan doktrin
semacam itu membentuk sifat masyarakat Ayodya dan
sekutunya menjadi congkak, meremehkan kepada mereka
yang bukan golongannya, dianggap sepele gak perlu
diperhatikan, dianggap tidak bermartabat, tidak beradab
atau angin lalu bukan apa-apa, kecil dimata mereka dan
rendah derajadnya dibawah mereka. Sifat demikian sangat
berbahaya dan tidak menguntungkan untuk pergaulan. Ki
Dalang Sapanyana punya misi bahwa karakter dan mental

OLEH : HENKY B. HERNOWO


158

masyarakat harus dibenahi terlebih dahulu. Ajaran


budipekerti solusinya dengan azas penghormatan dan
keseimbangan perlu ditanamkan dihati masyarakat agar
berubah sifatnya menjadi manusia yang punya nilai
kesabaran (as-shabar), keikhlasan (ikhlas), kerendah-hatian
(tawadhu’), keadilan (‘adl), guyub rukun (ukhuwah), rilo
(ridho), kesederhanaan (waro’), nrimo (qona’ah), ngalah
(tawakkal), pasrah (lillah), dan ojo dumeh dsb.
Kehadiran dan aksi-aksi Ki Dalang Sapanyana lama
kelamaan akhirnya diketahui Resi Wasista, kemudian hal ini
dilaporkannya kepada Prabu Rama Wijaya.
...”Ngger Prabu Rama, munculnya sidalang Sapanyana
adalah sangat berbahaya bagi kedudukan Angger,
provokasi dan sikapnya yang sering menyudutkan
kebijakan-kebijakan Raja pada setiap penampilan pada
pagelaran wayangnya itu musti segera dihentikan.
Meskipun sangat sulit mencegah atau menangkap dia
yang keberadaannya selalu berpindh-pindah, terserah
apapun caranya Angger musti segera bertindak untuk
menghabisinya.!!”.... demikian saran Resi Wasista kepada
Prabu Rama Wijaya.
...”Siapa sebenarnya si dalang Sapanyana itu
Resi.??..dan apa maksud tujuan dia mencampuri
kebijakanku Resi.??..Jangan-jangan musuh menelusup
dalam selimut.???... Sang Prabu Rama Wijaya geram dan
bertanya-tanya.
...Ngger Prabu Rama, si dalang yang bertopeng
mukanya itu menyebut dirinya
R.Sapanyana.!....misterius dilihat dari cara-cara dia
menyembunyikan wajahnya ya sudah jelaslah,
kehadirannya pasti punya tujuan yang tidak
benar....pokoknya Ngger Prabu Rama siapa saja yang
tidak jelas identitasnya anggaplah itu musuh...apalagi
sudah kentara dari perilakunya dan cara dia
mendalang, terang-terangan membujuk rakyat untuk
mengabaikan perintah-perintah raja....maka cepatlah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


159

bertindak sebelum borok itu menyebar kemana-


mana.!!!....Sang Resi Wasista mengulangi peringatan
kepada Prabu Rama Wijaya.
...”Baiklah Resi, pertama-tama akan aku perintahkan
kepada semua Lurah-lurah beserta jajarannya untuk
melarang rakyatnya untuk menanggap tontonan
wayang yang didalangi oleh R.Sapanyana, bagi mereka
yang melanggar akan menerima hukuman dan dicopot
dari jabatannya....yang kedua aku perintahkan kepada
para punggawa keraton untuk menangkap hidup atau
mati si dalang Sapanyana, bagi rakyat barang siapa
mengetahui keberadaan si dalang Sapanyana supaya
dan yang berhasil menangkap si dalang Sapanyana
akan aku berikan hadiah yang layak
kepadanya.!!”..... Prabu Rama Wijaya memberikan jawaban
kepada Resi Wasista akan rencana-rencananya.
Dan semenjak dikeluarkan perintah penangkapan
kepada R.Sapanyana, maka sejak itu Ki Dalang R.Sapanyana
jadi buronan. Dan Ki Dalang R.Sapanyana rahib, terus
kemana dalang kondang R.Sapanyana itu pergi.???

21
OLEH : HENKY B. HERNOWO
160

SEMAR
JATUH KEPILUT
Padepokan Karangtumaritis dimana ki lurah
Badranaya atau biasa dipanggil Semar sekeluarga tinggal
disana. Semar sedang menerima tamu yaitu Batari Sri
bersama-sama dengan Resi Wasista dan Resi Mitra dari
Gangga, sepertinya ada pembicaraan serius antara mereka.
Dan sepertinya Semar terkena bujuk rayu Batara Sri,
dikatakannya bahwa Rahwana masih hidup dan sekarang
dalam perlindungan Batara Guru di Jonggring Saloka.
….”Tidak ada manusia di Mayapada ini yang bisa
melawan kekuatan Jonggring Saloka, kecuali kakang
Semar dan kakang Togog. Batara Guru itu sebagai
cahaya Ciwa yang bertugas melindungi kehidupan
seluruh Mayapada, tapi saat ini sedang kena godaan
dan dirinya telah dikuasai oleh Rahwana, yang punya
ambisi ingin menguasai dunia dan kehidupan di
Mayapada ini,…..oleh karena itu kedatanganku kemari
ingin meminta bantuan kakang Semar untuk
membantu kami merebut kembali Kadewatan Jonggring
Saloka dari cengkeraman keangkara murkaan
Rahwana.”….demikian Batara Sri membujuk lurah Semar.
Dan Semar setelah mendengar penjelasan mereka itu, timbul
kemarahannya dan menyesalkan perilaku saudaranya yaitu
Manikmaya atau Batara Guru, dan kemudian jawaban kepada
Batara Sri ia menyatakan kesanggupannya untuk membantu
merebut kembali Jonggring Saloka, serta ingin menyadarkan
Batara Guru dari segala kekeliruannya, maka katanya
…..”baiklah aku akan ikut kalian, kurang ajar siadi Guru
itu, akan aku kasi pelajaran padanya dan cepat bawa
aku kepadanya akan aku hajar dia agar sadar akan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


161

kesalahannya….dan Rahwanapun juga akan aku


musnahkan hingga jadi debu!”…..
Batara Sri tersenyum dan saling berpandangan penuh
arti dengan Resi Wasista dan Resi Mitra, dan katanya lagi
…..”terimakasih kakang Semar, pada saatnya nanti aku
akan kabari, saat ini kami sedang melakukan persiapan
wadya bala untuk menyerang Jonggring Saloka,
rencana penyerangan akan dipimpin Prabu Rama
Wijaya,…..tapi ada kendala untuk mengirim wadyabala
tersebut kealam kadewatan sebab mereka adalah
manusia-manusia biasa yang tidak mungkin bisa naik
kekayangan dengan badan wadagnya kecuali ruh-ruh
atau nyawa mereka yang sudah meninggal……Hanya
manusia-manusia yang diberikan kelebihan atau punya
ilmu yang tinggi yang bisa menerobos kedunia
Kadewatan,……..dalam hal ini bagaimanakah caranya
untuk mengatasi masalah ini, mungkinkah kakang
Semar tahu jalan keluarnya? Kami mohon petunjuk
kakang”…..
Semar tertawa mendengar keluhan Batari Sri dan sekali lagi
Semar menyakinkan kepada mereka bahwa dialah nanti yang
akan membawa seluruh wadyabala Prabu Rama Wijaya
kealam kahyangan dan katanya,
….”tidak usah risau, aku akan bawa seluruh
wadyabalamu kealam kahyangan, serahkan saja
semuanya itu kepadaku!”….
Ada pendapat orang bahwa perjalanan kealam gaib
seperti ke kahyangan adalah suatu perjalanan non fisis,
dijelaskan bahwa alam non fisis itu seluas alam fisis yang
ekstensinya saling terkait erat keduanya. Yaitu selama langit
dan bumi ada, yang mana pada kejadian penciptaannya
muncul bersamaan. Kedua alam tersebut berdampingan,
hanya saja umumnya manusia hanya dapat menginderakan
alam fisis, sedangkan alam yang lain tak dapat diperiksa
dengan mata kepala.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


162

Kecuali orang-orang yang dikaruniai ‘daya linuih’ yang


bisa menembus alam non fisis tersebut. Diantaranya adalah
Narada manusia yang menjadi tangan kanan Batara Guru,
kemudian Rahwana, anak-anak para Dewa dewi hasil
perkawinannya dengan manusia. Alam non fisis ada yang
menyebut alam gaib yang keberadaannya tak dapat
diperiksa dengan indera mata. Seperti halnya arus listrik,
gelombang radio bisa dikatakan gaib dan masih banyak lagi.
Proses Teleportasi, demikian yang akan Semar
lakukan untuk mengirim wadyabala Prabu Rama Wijaya, yaitu
dari manusia (materi) kemudian dirubah (proses particle
accelator) menjadi energi (listrik atau cahaya) yang
kemudian dikirim melalui gelombang listrik magnetik.
Transfer energi dari Jagatraya dikirim menuju Kahyangan
atau sebaliknya dengan kecepatan gelombang magnetik
(gelombang mikro) adalah sama dengan kecepatan cahaya,
Ayodyadiraja sampai dengan Jonggring Saloka dibutuhkan
kurang dari satu detik. Kemudian energi dirubah kembali
setelah tiba di Jonggring Saloka menjadi bentuk materi
kembali seperti semula (proses materialisasi).
Dunia Paranormal ‘daya linuih’ kasus seperti tersebut
diatas masih ada dilakukan hingga sekarang, baik yang
bersifat positip untuk penyembuhan atau yang bersifat
negatip untuk mencelakakan orang, kasus Santet dengan
memanfaatkan keahlian pada proses teleportasi energi
negatip maka yang terjadi ada jarum, silet bahkan gunting
bisa masuk keperut orang yang menjadi obyek sasarannya.
Dijaman modern saat ini para ilmuwan baru bisa
memanfaatkan teknologi energi atom untuk memproduksi
listrik, kemudian televisi (tranfer sinyal-sinyal TV).
Sesungguhnya materi dan energi adalah 2 bentuk berbeda
dari benda, perubahan bentuk keduanya tidak akan gagal,
jika telah dicapai kesempurnaan metodologi ilmiah serta
tekniknya. Pada proses materialisasi yaitu menyusun partikel
atom yang terpencar kembali keformasi awal (proses
akselatorisasi) masih mengalami kesulitan. Terakhir sainis
modern baru berhasil 60% disebabkan berpencarnya
gelombang-gelombang itu diudara.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


163

Tiba-tiba datang Batara Narada membawa pesan


Batara Guru untuk Lurah Semar, tentang rencana pertemuan
para dewa di Jonggring Saloka atas perintah Sang Hyang
Tunggal. Akan tetapi belum sempat Batara Narada
menyampaikan pesan tersebut, keburu mendapat dampratan
dari Lurah Semar yang hatinya sudah tertutup oleh hasutan-
hasutan Batari Sri.
…..”pergi dari sini sebelum aku puntir kepalamu, dan
sampaikan majikanmu Batara Guru aku akan datang
untuk menghajar kepadanya,….cepat pergi atau…!”
Melihat situasi demikian maka segera dimanfaatkan oleh
Batari Sri melakukan penyerangan kepada Batara Narada,
begitu pula Resi Wasista dan Resi Mitra turun ikut membantu
mengeroyoknya. Situasinya semakin keruh, Batara Narada
terpaksa lari menghindar dari keroyokan mereka. Sengaja dia
tidak meladeni penyerangan atas dirinya, Batara Narada pikir
ini pasti terjadi kesalah pahaman sampai-sampai Lurah
Semar berperilaku demikian terhadapnya. Maka cepat-cepat
Batara Narada terbang kembali kekahyangan untuk
melaporkan kejadian yang menimpa dirinya kepada Batara
Guru.
Jonggring Saloka, saat itu Batara Guru sedang
memimpin rapat dengan Delapan Laskar Dewa. Tiba-tiba
datang Batara Narada dengan tergopoh-gopoh segera
menghadap Batara Guru dan melapor kejadian yang
menimpa dirinya,
….”ketiwasan adi Guru, belum sempat aku sampaikan
pesanmu kepada kakang Semar, tiba-tiba bogem
mentah bertubi-tubi datang kepadaku dari kakang
Semar dengan dibantu Batara Sri dan para Resi,….aduh
adi Guru sepertinya mereka kerasukan setan sehingga
berperangai aneh dan tega menganiaya aku, yang
tidak jelas alasan dan duduk perkaranya.”….
Mendengar ada kalimat Batari Sri maka Batara Guru
langsung tanggap, maka segera diperintahkanya Delapan
Laskar Dewa untuk siaga menghadapi serangan Batari Sri
sewaktu-waktu terjadi.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


164

22
BANJIR BANDANG

Abu disertai lahar yang terus menerus keluar dari


gunung berapi Rah Tawu yang terletak disebuah pulau
diseberang lautan itu dapat menyebabkan gangguan cuaca,
yaitu yang bisa mempengaruhi proses pembentukan awan.
Suhu yang meningkat, dan abu yang menyebar mencapai
ketinggian ribuan kilometer hingga mencapai kawasan
Mahendra yang kondisinya saat ini gundul dan gersang. Awan
abu gunung merapi Rah Tawu ini dapat menimbulkan dua
kemungkinan, yaitu bila udara mengandung banyak uap air,
debu dapat memicu terjadinya hujan, sebab dalam hal ini
debu berfungsi sebagai inti kondensasi. Namun bila
kandungan uap air sedikit, debu yang bersifat hidroskopis
akan menyerap uap air dan berubah menjadi asap kabut.
Akibat yang dapat ditimbulkannya adalah terjadinya lapisan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


165

inversi, yaitu kondisi tingginya suhu dilapisan atas dan


sebaliknya lapisan bawah dingin, dalam kondisi demikian
hujan tidak mungkin turun.
Masih ingatkah sewaktu pasukan beruk pimpinan
Sugriwa membangun tanggul diselat Mahendra Suwelogiri?
Pada saat perang berkecamuk antara Bala Rama melawan
Alengka. Sugriwa melaksanakan perintah Ramabadra untuk
membuat tanggul melintas selat Mahendra Suwelogiri guna
menyeberangkan tentaranya menyerbu Alengka dalam
rangka membebaskan kembali Shinta yang menurutnya
disandra Rahwana di Alengka. Sugriwa sang raja beruk
dibatasi waktu yang pendek, pekerjaan yang sangat
mendesak itu harus segera diselesaikan, ya proyeknya harus
selesai sebelum air pasang naik pada bulan purnama muncul.
Pekerjaan buru-buru, mereka terpaksa ngawur mengeruk
satu-satunya gunung yang ada di Mahendra guna mengurug
tanggul dan menebang dengan liar beribu-ribu hektar hutan
untuk diambil kayunya guna membuat cerucuk sebagai
landasan pondasi tanggul penyeberangan.
Tanpa terlebih dulu memperhitungkan pengaruh dan
dampak lingkungannya setelah kawasan Mahendra menjadi
gundul, kemungkinan gersang dikarenakan kerusakan alam
lingkungan tanpa ada upaya pemulihan kembali melalui
reboisasi atau penanaman tanaman hutan kembali. Marga
satwa pada mati dan sebagian yang lain lari pindah kehutan-
hutan kenegeri tetangga. Mahendra adalah daerah pesisir
yang masuk kekuasaan Ayodya, yang tadinya sebuah
kawasan yang makmur dan kaya akan hasil hutannya seperti
dammar, kapur barus, rotan, kayu manis, gambir dsb. Dan
juga binatang-binatang buruan seperti banteng, rusa, babi
hutan yang daging dan kulitnya menunjang kebutuhan
ekonomi Ayodya, dan sekarang semuanya sudah punah.
Mendung hitam datang berarak-arak dari arah lautan
melayang-layang rendah kearah daratan mengikuti angin laut
yang bertiup kencang menuju Mahendra. Makin lama makin
gelap, matahari tertutup awan dan dinginnya udara semakin
berat dan jenuh disertai angin semakin kencang yang mulai
merobohkan pohon-pohon nyiur yang ada dipesisir pantai,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


166

memporak porandakan bangunan pos penjaga pantai


menjebol atap hingga berterbangan. Pasukan beruk pada lari
ketakutan mencari perlindungan masuk kerumah-rumah
penduduk di Mahendra. Badai petir mengikuti drama cuaca
ini, hujan turun deras mulai jatuh mengikis permukaan tanah
didataran Mahendra yang gundul. Tanah tebing-tebing yang
gundul pada longsor bersamaan mengalirnya air-bah,
meluncur kebawah menerjang perumahan-perumahan
penduduk hingga rusak porak poranda.
Hari itu Anila dan Hanggada kebetulan sedang giliran
tugas patroli di Mahendra, saat terjadinya badai itu mereka
sedang berada didalam pesanggrahan untuk membagi tugas
jaga pada para pimpinan pasukan beruk, mendengar suara
gemuruh dan gemertaknya benda yang mau retak maka
cepat-cepat meloncat keluar dari bale-bale pesanggrahan di
Mahendra yang sesaat kemudian dindingnya terlihat retak-
retak, disusul atapnya jatuh runtuh, bersamaan masuknya air
bah menerjang bangunan tersebut. Pasukan beruk banyak
yang mati tertimpa atap-atap bangunan, karena tidak sempat
untuk menyelamatkan diri. Air mulai menggenang semakin
lama semakin tinggi hingga ketinggian atap. Penduduk
Mahendra banyak yang mati terseret banjir bandang, mayat-
mayat terlihat banyak yang kentir atau keli mengapung
dimana-mana.
Lurah Karangtumaritis yaitu Semar yang gemuk
masih selamat ikut hanyut sambil berpegangan pohon
pisang, disusul anaknya Petruk dan Gareng berpegangan
pada lesung kayu yang hanyut. Sedangkan Bagong masih
tertinggal diatas atap penduduk yang nyaris roboh,
menunggu pertolongan. Bencana alam ini datang dengan
tiba-tiba, sehingga banyak penduduk Mahendra yang mati
konyol, tidak sempat untuk menyelamatkan diri. Mereka yang
mati jadi korban karena bencana banjir dan lonsor ini hamper
mencapai ribuan orang. Dan mereka yang ingin selamat
harus dengan susah payah berusaha berenang melawan arus
yang ganas atau bertahan berpegangan kuat pada pohon-
pohon besar, begitu juga Anila dan Hanggada akhirnya bisa
selamat berenang mencapai gumuk tertinggi di Mahendra

OLEH : HENKY B. HERNOWO


167

yang terbebas dari genangan banjir. Disana sudah banyak


ratusan penduduk yang menyelamatkan diri mengungsi
didataran gumuk tersebut, termasuk Lurah Semar beserta
anak-anaknya Petruk, Gareng, dan Bagong.
Badai telah reda dan air mulai surut, daratan yang
luas menyembul kembali dengan pemandangan yang amat
memilukan. Tidak ada satu bangunanpun yang tersisa,
tumbuh-tumbuhan besar tergolek roboh dan sawah dan
ladang semua rata dengan tanah. Tampak bangkai-bangkai
manusia dan binatang ternak sangat banyak menumpuk
menjadi satu tersangkut diantara celah-celah batu dialiran
kali, berkerumun lalat diatas bangkai-bangkai menandakan
mulai membusuk disertai bau busuk menyengat hidung.
Ki lurah Semar bersama anak-anaknya Petruk,
Gareng, Bagong bergegas berangkat menuju ke Ayodyadiraja
menghadap raja untuk melaporkan semua kejadian bencana
yang melanda wilayah Mahendra.
…..”aduh cilaka duabelas gusti Prabu, Mahendra
sekarang berubah menjadi neraka jahanam, bencana
alam akibat badai disertai banjir gunung
mengakibatkan bukit-bukit pada longsor, tolonglah
gusti Prabu rakyat sekarang sangat menderita, harta
benda mereka habis ludes hayut bersama arus
menerjang gubug-gubug mereka…..segeralah gusti
Prabu mengirimkan bantuan bahan pangan dan obat-
obatan, bila tidak mereka pasti akan mati
kelaparan.”……
Peristiwa bencana banjir bandang yang terjadi sangat
memukul Ayodyadiraja, Prabu Rama Wijaya sedih, marah
juga gelisah campur aduk bingung, masalahnya hamper
semua kas keuangan Negara terkuras untuk membiayai
untuk menyelamatkan rakyatnya dari bahaya kelaparan dan
penyakit paska banjir. Terpaksa semua kerugian dia tanggung
sendiri, oleh sebab negeri-negeri sekutunya tidak ada yang
mau membantu mengucurkan dana mengingat mereka
sendiri dalam kesulitan paceklik didalam negerinya sendiri.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


168

Betari Sri dan para Resi hanya sanggup membantu dana-


dana untuk persiapan perang berikutnya kenegeri langit.
….”oh tidak tidak, ananda Prabu jangan menganggap
kami akan lepas tangan akan kesulitan-kesulitan
Ayodyadiraja, kami akan bantu tetapi setelah ananda
Prabu selesai melaksanakan janji ananda Prabu untuk
membantu kami menyerang Jongring Saloka,….saran
kami kepada ananda Prabu seyogyanya rakyat yang
terkena musibah akibat bencana banjir itu kita biarkan
saja, anggap saja mereka ikut bela pati dan rela
sebagai tumbal Negara agar terbebas dari sukerta-
sukerta yang menguasai negeri ini,….seperti kasus
perselingkuhan Shinta dengan Rahwanalah yang
menyebabkan ananda terlibat perang besar melawan
Alengka,….dan timbulnya banjir bandang yang lalu itu
merupakan bencana alam menurut kami bukanlah ulah
manusia tetapi sengaja penguasa Jongring Saloka yang
menciptakan musibah ini,….aku tahu persis rencana-
rencana mereka, oleh karena itu menurutku ulah
Batara Guru secepatnya dihentikan sebelum Ayodya
hancur lebur akibat datangnya bencana-bencana
berikutnya,…nah ananda Prabu, coba renungkan
nasehatku ini.”…..Betari Sri bukannya memberikan jalan
keluar yang baik tetapi malahan hasutan-hasutan keluar dari
mulutnya.
Tapi sepertinya Prabu Rama Wijaya termakan akan
hasutan Batara Sri dan para Resi. Kemarahan, kejengkelan
Prabu Rama Wijaya dilampiaskan kepada dewi Shinta. Kata-
kata kotor dan penghinaan meluncur dari mulut Prabu Rama
Wijaya ditujukan kepada isterinya, tuduhan-tuduhan tidak
masuk akal bahwa bencana alam yang terjadi ini oleh sebab
ulah Shinta yang membawa sukerta dari Alengka.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


169

23
MELARIKAN DIRI
Shinta tidak tahan menghadapi suaminya yang terus
uring-uringan, terbesit niatan dirinya untuk pergi jauh
meninggalkan Ayodya. Tidak ada gunanya Shinta bertahan
dinegeri ini, baginya Ayodya sudah berubah menjadi neraka.
Hari telah malam, dan saat jelang fajar dimana para
punggawa lengah pada terlelap tidur dipos jaganya, maka
beranjaklah Shinta dengan membawa sedikit bekal nekat
keluar dari biliknya yang berada dilantai dua Kaputren. Tanpa
bersuara Shinta menuruni tangga loteng menuju ruang besar
terus melangkah sangat hati-hati melewati ruang dimana
disitu ada para penjaga. Tampak para penjaga sedang asyik
bermain ‘ceki’ semacam kartu domino. Saking asyiknya
sehingga para penjaga itu tidak tahu kalau ada seseorang
menyelinap dan keluar menuju lorong samping. Lorong yang
sepi dan gelap, Shinta terpaksa berjalan sambil meraba-raba
dinding untuk mengurut jalan menuju pintu keluar yang
berada dibagian belakang Kaputren.
Kini ia mencapai pintu belakang, dengan meraba-raba
ketemulah gerendel pintu dan kemudian ditariknya untuk
membuka pintu. Pada saat membuka pintu tiba-tiba ada
tangan besar menangkap tangannya sehingga membuatnya
sangat terkejut, ….”stt, sstt…..tenang jangan berisik.
Hamba Limbuk gusti Putri….ssttt….ikutlah hamba
kepojok sana,……lebih aman !”….
Rupa-rupanya mbok emban Limbuk yang secara diam-diam
mengikuti gerak-gerik Shinta,
….”lho gusti Puri, malam-malam begini kok keluar
meninggalkan Kaputren mau kemana? Ayolah masuk

OLEH : HENKY B. HERNOWO


170

kembali, udara diluar sangat dingin nanti bias masuk


angin lho.”….Limbuk berusaha membujuk Shinta untuk
kembali ke Kaputren, tetapi Shinta tidak mau dan akhirnya
Shinta berterus terang kepada Limbuk bahwa ia berniat
untuk minggat dari Ayodya,
….”Limbuk, tolonglah aku dan biarkanlah aku pergi dari
neraka ini,….aku sudah tidak tahan lagi akan perlakuan
Prabu Rama Wijaya yang selalu menghinaku….lebih
baik aku mati saja daripada tetap tinggal bersamanya…
tolonglah Limbuk biarkan aku pergi!”….
Limbuk menjadi iba melihat bandoronya yang sedih dan
setengah putus asa itu. Limbuk membenarkan ucapan
Shinta, memang sudah sering Prabu Rama Wijaya berbuat
semena-mena, menyakitkan hati setiap kata-kata yang keluar
tertuju kepada Shinta. Limbuk ikut marah juga sebab iapun
seorang wanita dan tidak rela sesamanya direndahkan
martabatnya.
….”baiklah bandoro ayu Shinta, panjenengan mau pergi
kemana saja boleh,…tapi ada syaratnya….Limbuk
harus ikut, paduka tidak boleh pergi sendirian,…Limbuk
akan menyertai paduka, menjaga dan bisa sebagai
teman berbincang-bincang diperjalanan,”….
Dengan didampingi Limbuk, pergi Shinta
meninggalkan suaminya, dan pergi jauh meninggalkan
Ayodya. Perjalanan menuju ke Barat terus mengikuti jalannya
matahari, jauh dan semakin jauh perjalanan yang
melelahkan, terkadang mereka berhenti sejenak berteduh
dari panas matahari sambil melepas lelah, kemudian
perjalanan dilanjutkan lagi. Hari berganti malam, Shinta dan
Limbuk terus berjalan, tetapi rupa-rupanya mereka tersesat
masuk kedalam hutan. Tampak remang-remang pohon besar-
besar tampak seperti monster raksasa yang menakutkan.
…..”Limbuk, sepertinya kita tersesat masuk kedalam
hutan belantara, bagaimana ini….sebaiknya kita
berhenti dan cobalah cari tempat yang aman agar kita
tidak jadi mangsa binatang buas,”…. Shinta dan Limbuk
berusaha mencari tempat yang aman, ada sebuah gua

OLEH : HENKY B. HERNOWO


171

sempit mereka temukan dan masuklah mereka kedalam


sambil membawa tongkat sebagai senjata pemukul bisa
digunakan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Malam
yang sunyi dan sepi terpaksa mereka bermalam didalam gua
ditengah hutan belantara.
Sang pagi telah datang, sinar matahari tampak
menerobos diantara dedaunan. Shinta dan Limbuk terbangun
karena mendengar suara gaduh diluar gua. Shinta mencoba
melongokkan kepalanya keluar untuk memeriksanya.
…..”Limbuk bangun ! ayo cepat kita pergi dari sini!
Diluar sana banyak binatang buas, seekor beruang
sedang dikeroyok beberapa serigala, ayo kita cepat-
cepat lari menyingkir dari sini!”….
Shinta dan Limbuk berlari sekencang-kencangnya menjauh
dari lokasi kanibal tersebut, terus berlari nafas terengah
engah keringat bercucuran perut terasa lapar dan tenaga
semakin lemah, jalan menjadi gontai. Sampailah keduanya
dipinggir hutan, tampak didepannya hamparan padang
rumput yang luas, dan jauh disana ada sebuah bangunan
tua,
….”Limbuk rasanya aku pernah tersesat disini….ya ya
bangunan disana itu pernah menyelamatkanku dari
kebuasan seseorang (yang dimaksud adalah Lesmana)
yang hendak memperkosa aku,….ayo cepat kita
berteduh disana,”…..
Masih ingat dibenak Shinta peristiwa-peristiwa kelam
masa itu, dimana waktu itu Shinta ditinggal Ramabadra
berburu kijang dihutan , dan Shinta ditinggal berdua bersama
Lesmana adik iparnya. Melihat kecantikan Shinta, adik
iparnya timbul nafsu birahinya dan berusaha untuk
menggagahinya. Beruntung Shinta berhasil meloloskan diri
dan sempat lari bersembunyi kedalam silo bangunan tua
yang tampak didepannya sekarang ini. Dengan langkah
gontai keduanya masuk kedalam Silo tua itu. Shinta mencoba
naik keatas atap dan berdiri diatas atap silo, tinggi sekali ia
coba memandang kembali keadaan sekelilingnya, ia ingat
dibawah sana disebelah selatan masih terlihat kebun milik

OLEH : HENKY B. HERNOWO


172

penduduk, dan disebelah utara terhampar padang yang luas


sampai ketepi hutan, ia ingat arah dimana diperkirakan
Shinta tadi datang dari hutan dan berlari menuju kebangunan
silo ini. Dan didalam keputus-asaannya waktu itu kemudian
datang pertolongan,….”yah dialah sang penolong itu,
Prabu Rahwana sang penolong itu,….dimanakah beliau
sekarang,”….Shinta bergumam sendiri.
….”gusti putri, sedang menggalih apa kok ngomong
sendiri,….ayo kita cari makanan, perut saya sangat
lapar,…disana ada rumah penduduk ijinkanlah hamba
pergi kesana untuk meminta makanan,”….
Limbuk berinisiatif untuk mencari makanan kerumah
penduduk, Shinta menyetujuinya. Maka keluarlah Limbuk dari
bangunan Silo dan meninggalkan Shinta sendiri didalamnya.
Hari semakin sore, Shinta dengan sabar menunggu
kedatangan Limbuk dengan membawa makanan, hingga
jelang malam Limbuk tidak datang-datang dan menjadikan
perasaan Shinta was-was. Dalam pikirannya muncul dugaan-
dugaan bermacam-macam, apakah Limbuk tersesat atau
diperjalanan diserang binatang buas. Shinta kembali naik
keatas atap, ia coba perhatikan pandangannya kearah
perumahan penduduk, tapi sepertinya disana tidak ada
tanda-tanda kehidupan, masalahnya hari semakin malam
tidak nampak penduduk menyalakan lampu-lampu
penerangan dimasing-masing rumahnya. Apakah kampong
disana itu tidak ada penghuninyakah, Shinta semakin
mengchawatirkan Limbuk.
Perut semakin lapar, badan semakin loyo dan mata
Shinta terasa berkunang-kunang. Pikirannya mengharapkan
ada seseorang yang dating mau menolongnya, tapi mustahil
ditempat yang sepi seperti ini mana ada orang yang berani
lewat didaerah yang angker seperti ini.
…..”dulu sewaktu aku terjebak diSilo ini, datang secara
kebetulan Prabu Rahwana datang menolongku…..dia
memang seorang tua yang berhati emas,…..meskipun
belum aku jawab akan cintanya kepadaku, tapi dia
amat sabar menungguku untuk member jawaban,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


173

menerima cintanya atau tidak,…..sebenarnya dia


adalah laki-laki yang gagah yah fisiknya ya jiwanya,
….tapi kenapa sekarang aku memikirkan dia, kebaikan-
kebaikannya yang tanpa pamrih sewaktu membantuku
membangun usaha di Alengka sepertinya sulit aku
melupakannya,….ucapan terimakasih saja belum
pernah keluar dari mulutku….melihat sikap dan
perilakunya yang sopan menjadikan aku bersimpati
kepadanya meskipun hatiku belum bisa menerima
kehadirannya,”…..
Shinta menangis mengenang masa lalunya, dia duduk
bersimpuh diatas atap Silo sambil memandangi bintang-
bintang dilangit,….”andaikata bintang dilangit itu Prabu
Rahwana, pasti bila dia melihatku sengsara seperti ini
dan pasti akan datang segera menolongku….tapi
mungkinkah….Prabu Rahwana…..yah aku akan coba
memanggilnya, siapa tahu Prabu Rahwana ada diantara
bintang-bintang itu…Prabu
Rahwaaanaaa!...Rahwaanaaaku!!!...
Shintamu disini….
tolonglah aku Prabu Rahwanaaa!!!.....
aku ingin bersamamu, tolonglah aku…..”
Teriakan-teriakan Shinta memanggil nama Prabu Rahwana
bagaikan Guntur membelah langit, terus dan terus dia
memanggil-manggil nama Rahwana hingga serak suaranya
dan akhirnya tubuh Shinta lemas kehabisan daya karena
lapar. Mata semakin berkunang-kunang dan Shinta tak
sadarkan diri.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


174

24
ALENGKA MERDIKA
Balairung Ayodya, sedang diadakan rapat penting
dipimpin langsung oleh Prabu Rama Wijaya. Hadir pada rapat
itu Batara Sri, Resi Wasista, Resi Mitra juga para resi lainnya,
dan hadir juga para raja bawahan, para Pangeran, para
Menteri dan Perwira kerajaan. Rapat membahas persiapan-
persiapan rencana ekspansi terutama rencana penyerangan
untuk menguasai Jonggring Saloka.
Tetapi suasana yang serius itu mendadak buyar dan
terganggu karena tiba-tiba datang Wibisana disertai menantu
dan putinya Trijata. Wibisana menghadap raja seraya
menangis dan katanya,
….”ampunilah kami kakang Prabu, kami benar-benar
orang yang tak berguna, kami menghadap untuk
menyampaikan berita buruk kepada Kakang Prabu
bahwa Alengka telah terjadi kerusuhan-
kerusuhan......pemberontakan yang dipimpin
R.Sapanyana…….dan keraton Alengka berhasil mereka

OLEH : HENKY B. HERNOWO


175

kuasai, kami sudah sekuat tenaga berusaha untuk


menghalaunya,…rupanya R.Sapanyana sangat sakti
dan kami kalah didalam pertempuran,….akhirnya
keraton bisa mereka kuasai, kami sekeluarga terusir
dari Alengka,….aduh Kakang Prabu maafkan kami dan
sekali lagi kami mohon bantuan Ayodya untuk
menumpas kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di
Alengka,”…..
Prabu Rama Wijaya mendengar laporan Wibisana wajahnya
menjadi merah menyala, keringat keluar dari seluruh
tubuhnya sehingga membuat pakaiannya basah karenanya.
...”R.Sapanyana.??...si dalang edan itu...dia ada
disana...dan kamu tidak bisa mengatasinya.???...dimas
Wibisana.dimas Wibisana...memalukan sekali.!!...Marah
dan marah melihat ketidak becusan Wibisana menghadapi
kemelut didalam negerinya.
Belum reda amarahnya, tiba-tiba dari pintu samping
mbok emban Cangik datang langsung bersujut dikaki Prabu
Rama Wijaya sambil menangis meraung-raung sehingga
menambah kacaunya suasana Balairung Ayodya.
….”edaan, heh Cangik ada apa kamu berlaku kurang
ajar terhadap rajamu,….apa yang terjadi di Kaputren
sana?”….
Sambil menyembah Cangik dengan suara tergagap-gagap dia
ceriterakan apa yang terjadi di Kaputren,..”ampun gusti
Prabu,….ampun…..ampun….itu gusti putri
Shinta…..ampun gusti ….ampun!”…..
Resi Wasista datang menghampiri Cangik dan
berusaha memenangkan kegugupannya dan punggawa
datang memberikan air putih untuk diminum, ….”nah
ceriteralah dengan tenang, segera matur kepada
rajamu ada apa dengan bandoro ayumu Shinta?”…..
Cangik melapor, ….”mohon ampun gusti Prabu, kami
laporkan bahwa gusti puteri Shinta tidak ada di
Kaputren…..para punggawa telah berusaha mencari
kesana sini…..tapi gusti Shinta tidak ada lagi di

OLEH : HENKY B. HERNOWO


176

Kaputren,….demikian juga Limbuk juga pergi entah


kemana kami tidak tahu gusti….ampunilah hamba
gusti,”….
Prabu Rama Wijaya langsung melompat dari singgasana dan
menghampiri Cangik ditendang dan hajarnya habis-habisan
sehingga Cangik semaput, kemudian digotong keluar oleh
para punggawa. Suasana Balairung menjadi sepi, semua
yang hadir terdiam dan ketakutan melihat rajanya sedang
marah.
Batari Sri datang menghampiri Prabu Rama Wijaya
dan menggandengnya kembali duduk disinggasananya
sambil menasehatinya, ….”tenang…tenang….tenanglah
ananda Prabu, jangan emosi, perhatikan baik baik
laporan dari Prabu Wibisana dan Mbok emban
Cangik…..semakin jelaslah kejadian-kejadian ini bahwa
perang melawan Ayodya sudah dimulai. Kasusnya
Shinta pergi adalah perang melawan keteguhan jiwa
ananda Prabu,….sedangkan kasusnya Prabu Wibisana
adalah benar-benar melecehkan kewibawaan ananda
Prabu sebagai ratu gung binatoro,…maka dari itu
ananda Prabu agar waspada dengan tipu muslihat
lawan….kuncinya ada di Jongring Saloka. Oleh karena
itu segera persiapkan wadyabala Ayodya untuk
melakukan penyerangan pembalasan kepada
mereka…..bagilah tentaramu menjadi dua, sebagian
menyerang Alengka dan sebagian untuk menyerang
Jonggring Saloka.”….
Rapat kembali dilanjutkan dan menelorkan keputusan
yang disepakati, kecuali Prabu Sugriwa yang merasa
keberatan akan rencana-rencana yang dirasa akan berakibat
membawa kerugian dan bertambahnya kesengsaraan rakyat
Ayodya. Prabu Sugriwa justru mengingatkan Prabu Rama
Wijaya agar mengurungkan niatnya untuk melakukan
peperangan, lagi pula diingatkan bahwa negeri-negeri
tetangga akan terganggu hubungan perdagangannya dengan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


177

berbagai negeri. Yang kesemuanya akan berimbas lemahnya


perekonomian dunia.
Anoman juga membenarkan pendapat Prabu Sugriwa
pamannya. Akan tetapi saran-saran Prabu Sugriwa dan
Anoman tidak ditanggapi sebagian besar yang hadir pada
rapat tersebut. Anoman terpaksa mengundurkan diri, ia tidak
mau ikut-ikutan pada rencana penyerbuan ke Alengka,
apalagi menyerang Jonggring Saloka, dimana bertahta disana
adalah Batara Guru orang tuanya. Oleh karena itu ia
mengambil keputusan tidak ikut campur urusan Betari Sri
dan Prabu Rama Wijaya. Anoman kemudian berpamitan dan
keluar dari rapat Balairung. Lebih baik ia pulang
kepadepokannya untuk kembali mengajar dan melatih putera
angkatnya yaitu Trigangga.
Trigangga telah beranjak dewasa, postur tubuhnya
yang gagah, pikirannya cerdas, santun tingkah lakunya serta
terpuji jiwa welas asih ada pada dirinya. Trigangga adalah
putera Sewi Urang Ayu dengan Prabu Rahwana, sewaktu
Alengka kalah perang melawan Ayodya maka Dewi Urang Ayu
termasuk menjadi ‘puteri boyongan’ Ayodya. Anoman melihat
Dewi Urang Ayu yang sedang hamil besar timbul rasa ibanya
untuk menolongnya, maka diambilnya sebagai isterinya. Dan
saat melahirkan jabang bayi Trigangga, Dewi Urang Ayu
meninggal dunia (Kunduran). Bayi Trigangga tidak punya ibu,
Anoman ikut prihatin dan melihat bayi Trigangga yang lucu
dan manis memikat hatinya, Anoman bertambah sayang dan
bertekat untuk mengasuhnya sendiri sebagaimana anaknya
sendiri.
Balairung Ayodya, rapat masih berlanjut tanpa
kehadiran Anoman,
….”dari laporan Wibisana, jembatan atau tanggul
Mahendra Suwelogiri telah diputus dan dibongkar oleh
tentara Alengka. Maka dari itu andalannya adalah
kekuatan gaib dari kesaktian Lurah Semar untuk
menyeberangkan seluruh pasukan
Ayodya….bagaimana Ki Lurah Semar apakah masih
berlaku janjimu untuk membantu kami?”….. Demikian
Batari Sri mengingatkan semuanya agar segera

OLEH : HENKY B. HERNOWO


178

mempersiapkan diri pada perang besar yang akan mereka


hadapi.
Prabu Rama Wijaya membagi tugas, wadyabala untuk
penyerbuan ke Alengka ditunjuk Manggalayudanya adalah
Lesmana dan Wibisana, sedangkan wadyabala untuk
penyerangan ke Jonggring Saloka akan dipimpin langsung
Prabu Rama Wijaya dibantu Batari Sri, Resi Wasista dan Resi
Mitra bersama para resi.
Pertahanan dalam negeri Ayodya dan kerajaan
bawahan diserahkan Prabu Barata untuk mengkoordinirnya.
Rapat dibubarkan, dan ketentuan waktu penyerbuan akan
diberitahukan kemudian oleh raja. Sisik melik segera dikirim
untuk mengintai pertahanan musuh di Alengka. Kapi
Jembawan dikirim kesana dengan mengendarai Garuda
Sempati melakukan tugas pengintaian dari udara. Semuanya
kegiatan dan persiapan Alengka telah dia ketahui, dimana
pihak Alengkapun rupa-rupanya telah mempersiapkan
pertahanan terhadap serangan-serangan mendadak dari
Ayodya.
Parit-parit pertahanan, perbentengan-perbebtengan
darurat yang cukup kuat memberikan petunjuk-petunjuk
bahwa pihak Alengka memang telah mempersiapkan diri
untuk berperang dalam waktu tidak terbatas. Ranjau-ranjau
peledak telah dipasang lebih dulu oleh tentara Alengka
disepanjang pantai yang tidak dijaga. Alengka menyadari
akan kurangnya jumlah pasukan yang dimiliki dan tidak
sebanding dengan jumlah tentara Ayodya yang ribuan
berlipat-lipat, maka guna mengantisipasi penyerangan pada
daerah-daerah yang dimungkinkan lawan akan masuk
didaerah-daerah yang jauh dari jangkauan pengawasan,
maka setiap malam tentara Alengka dengan menggunakan
perahu paling sedikit 200 buah ranjau laut yang siap meledak
bila tali-talinya tersentuh oleh kapal Ayodya yang nekat
menerobos ke Alengka.
Adalah satu kenyataan yang tak dapat dibantah
bahwa tentara Alengka meskipun tidak banyak tapi dalam
setiap pertempuran melawan Balarama memang merupakan
lawan-lawan yang tangguh. Perjuangan tentara Alengka

OLEH : HENKY B. HERNOWO


179

sangat suci yaitu demi pembebasan negerinya yang telah


dijual oleh seorang pengkianat bernama Wibisana, demikian
pendapat mereka.
Pada hari yang telah ditetapkan berangkatlah tentara
Ayodya menuju medan pertempuran. Lurah Semar yang
keturunan dewa mejadi andalan tentara Ayodya dengan
kesaktiannya diciptakannya dua lorong gaib, satu untuk jalan
menuju ke Alengka dan satu lainnya jalan menuju Jonggring
Saloka. Satu-satunya cara Lurah Semar membuat jalan gaib
untuk menyeberangkan tentara Ayodya. Meskipun demikian
Ayodya juga mengirimkan pasukan udaranya berpuluh-puluh
Garuda Sempati diterbangkan menuju Alengka.
Garuda Sempati adalah andalan Ayodya untuk
melakukan penyerangan balasan ke Alengka. Didepan para
pilot-pilotnya Kapi Jembawan memberi tugas-tugas
melakukan pemboman-pemboman pada titik-titik yang
ditentukan yaitu daerah-daerah vital pertahanan Alengka.
Selesai menerima petunjuk para pilot segera menuju ke
kendaraannya masing-masing yaitu Garuda-garuda Sempati
yang sangat terlatih melakukan pertempuran dari udara.
Take-off pertama diikuti take-off kedua dan demikian
seterusnya, jumlah keseluruhan ada 150 ekor Garuda
Sempati berangkat ke medan perang.
Dibawah komando Kapi Jembawan pasukan udara
Ayodya menyeberangi laut menuju ke Alengka, Kapi
Jembawan tidak lagi menghiraukan garis dimarkasi batas
Negara tetangga. Ia tahu tindakannya adalah melanggar
batas wilayah Negara, tetapi perang adalah perang siapa
yang menghalangi jalannya hanya ada satu perintahnya,
yaitu gilas dan hancurkan.
Ketika datang berpuluh-puluh kereta perang Ayodya
yang dilengkapi berbagai senjata dan beribu-ribu tentara
Ayodya yang muncul dari gerbang-gerbang gaib yang
diciptakan oleh Lurah Semar, dan disusul kemudian pasukan
udara berpuluh-puluh Garuda Sempati sambil menjatuhkan
batu-batu kerikil yang dilumasi racun warangan dan bola-bola
api kearah kubu-kubu pertahanan Alengka, maka tidak alasan
bagi tentara

OLEH : HENKY B. HERNOWO


180

Alengka yang dipimpin R.Sapanyana datang


menyambut penyerangan itu. Apapun dalihnya Ayodya
dianggap telah melakukan suatu tindakan agresi dinegeri
Alengka. Pemboman-pemboman dilakukan pihak Ayodya dan
mengakibatkan kebakaran-kebakaran dipelabuhan Suwelogiri
dan Kutagara Alengka. Tetapi nyatanya kehancuran-
kehancuran akibat pemboman tersebut tidaklah
melumpuhkan semangat tentara-tentara Alengka. Dengan
gigih R.Sapanyana menyemangati pasukan-pasukannya dan
perlawanan diteruskan. Hanya berbekal keberanian yang
nekat pasukannya tetap bertahan dan gigih menangkis
serangan-serangan udara dengan ketapel-ketapel besar yang
telah dipersiapkan. Satu persatu Garuda Sempati berhasil
dijatuhkan yang akhirnya sebagian dari Garuda Sempati yang
selamat ditarik kembali kepangkalannya karena kehabisan
amunisi.
Pertempuran masih berlangsung antara Ayodya
melawan Alengka, dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan
dan melalui peperangan dahsyat dengan kehancuran hebat
bagi kedua belah pihak yang sedang bertempur mati-matian
sehingga mengakibatkan banyak menelan korban, beribu-
ribu tentara mati dimedan pertempuran.
Sepertinya R.Sapanyana mempunyai pendirian yang
sama teguhnya dengan Kapi Jembawan, bahwa perang
adalah perang. Dalam medan peperangan bukanlah
pemimpin-pemimpin Negara atau tokoh-tokoh politik yang
berkuasa, meskipun mereka inilah biasanya yang
mencetuskan api-peperangan yang pertama-tama. Bahkan
para Panglima perang sendiri terkadang tidak berhasil untuk
menyuruh diam panah-panah yang dilepaskan anak buahnya.
Medan pertempuran adalah ditangan prajurit-prajurit kecil,
sekali dilepaskan anak panah, mereka akan membalasnya
dengan tembakan. Kalau seorang kawan ditembak jatuh oleh
musuh, mereka akan meminta berpuluh-puluh nyawa sebagai
gantinya. Dan akhirnya tentara pasukan R.Sapanyana
berhasil memukul mundur pasukan Ayodya hingga ketepi
pantai Suwelogiri, serangan Alengka tiada putus-putusnya
dan akhirnya tentara Ayodya yang tersisa menyerah kalah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


181

dan selanjutnya mereka bisa dikuasai oleh tentara Alengka.


Lesmana dan Wibisana berusaha untuk melarikan diri, tetapi
prajurit Alengka berhasil menangkapnya dan keduanya
menjadi tawanan perang.

25
PASKA SUKSESI
DI ALENGKA

OLEH : HENKY B. HERNOWO


182

R.Sapanyana menjadi pemimpin baru di Alengka


Merdika, adalah kerajaan baru didunia dongeng, Negeri ini
dibawah kepemimpinan R.Sapanyana menjadi salah satu
negeri yang maju setelah lengsernya Wibisana dari tapuk
pimpinan kerajaan Alengka lama karena tidak becus
memimpin Negara, dia tidak bisa melaksanakan apa yang
menjadi inspirasi maupun keinginan rakyatnya, meskipun
bekal santi aji Hastabrata sudah diperolehnya tapi dia tidak
mampu ia jalankan karena apa, dia cacat mental terbukti dari
perilakunya, yang pernah dia lakukan adalah menjual Negara
karena ketakutannya kepada Ramabadra, tega nian seluruh
rahasia Negara dia buka dan berikan kepada Ramabadra,
karena kecemburuan dan sifat irinya kepada Rahwana ketika
menjadi raja di Alengka, akibatnya Alengka kalah didalam
peperangan melawan Ayodya.
Ketika ia mendapat kalungguhan jadi raja, sifat
penjilatnya tidak berubah, dan dia tetap dia yang adalah
merupakan raja boneka kepanjangan tangan Ramabadra
untuk menguasai Alengka, dimana tindakan dan keputusan
dan segala sesuatunya harus mengikuti kemauan
Ramabadra. Hastabrata yang berisi ajaran pembinaan mental
bagi seorang pemimpin yang harus ia laksanakan yaitu
meliputi delapan sifat atau watak,
…..”Ambeg darma (dermawan), Kenceng (tegas dan
bijak), Alus (jujur dan wajar), Sregep, Ngundi
(mengupayakan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyatnya), Temen (sungguh-sungguh perhatian pada
rakyatnya), Laku (beragama), Ambeg peramarta (sabar
dan suka mengayomi rakyatnya)”…..itu yang ia ditulis
besar-besar pada batu prasasti peringatan pengukuhan
dirinya sewaktu ia diangkat sebagai raja, tapi tidak dipahami
dan diresapi dalam hatinya. Seluruh tuntunan itu ia abaikan,
memang Wibisana tetap Wibisana yang dulu, masih anak
ragil yang manja.
Rakyat Alengka sudah gak tahan melihat ulah Prabu
Wibisana, rakyat ingin merdeka seperti sedia kala, kebencian

OLEH : HENKY B. HERNOWO


183

rakyat terhadap raja Wibisana telah mencapai puncaknya.


Rakyat pada akhirnya serempak melakukan demo besar-
besaran dan melucuti askar-askar kerajaan yang pro raja, dan
kemudian melengserkan Wibisana turun dari tapuk
pimpinan kerajaan dan mengganti pemimpin barunya yaitu
R.Sapanyana si putera angkat Antaga (Togog) yang
dinobatkan sebagai raja, dulunya ia berprofesi sebagai
dalang kerajaan Ayodya dan negeri bekas bawahan Alengka
termasuk jamannya Alengka ketika dipimpin Wibisana.
R.Sapanyana dengan muka bertopeng guna menutupi
wajahnya yang buruk rupa karena kecelakaan, dengan
topeng diwajahnya bermaksud agar penampilannya tidak
membuat orang menjadi takut bila memandangnya.
Ketika terjadi geger perebutan tahta, maka sebelum
merambah sampai kekeraton raja Alengka, secara diam-diam
Wibisana bersama Trijata berkemas-kemas dan mereka
merencanakan untuk melarikan diri dengan membawa harta
kerajaan, emas berlian dll, secepatnya keduanya pergi
sebelum terjadi pengadilan rakyat menghakimi dirinya,
tujuan mereka pergi keluar negeri untuk mencari suaka
dinegeri Ayodya.
Ayodya mendengar suksesi di Alengka tidak bisa
berbuat banyak, maksud hati Prabu Rama Wijaya ingin
merebut kembali dengan mengerahkan bala tentaranya
untuk menyerang Alengka akan tetapi rencananya selalu
gagal karena:
Pertama, Ayodya tidak mendapat dukungan dari kerajaan-
kerajaan bawahan, Sugriwa sendiri dengan alasannya bahwa
dari pengalaman yang sudah-sudah berperang melawan
Alengka sangat tidak menguntungkan, mengulang suatu
kecerobohan strategi berperang dengan menerobos jalur
melalui tanggul yang sempit sama halnya bunuh diri,
malahan secara kuantitatif korban prajurit Ayodya dan
Guakiskenda yang tewas lebih banyak dibanding tentara
Alengka yang hanya menunggu mangsa diujung tanggul.
Kedua, apalagi setelah terputusnya Bendungan Mahendra
Suwelagiri, yaitu tanggul penyeberangan mega proyek yang
dibangun pasukan beruk pimpinan Sugriwa telah memakan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


184

biaya besar, telah dibongkar oleh R.Sapanyana dengan


membiakkan dan menyebarkan Yuyu-rumpung kembali untuk
menggroti pondasi bawah tanggul, sehingga menyebabkan
tanggul yang menghubungkan daratan Mahendra negeri
bawahan Ayodya dan Suwelagiri negeri bawahan Alengka
ambrol tenggelam. Jalan menuju Alengka menjadi terputus
dan sulit untuk bisa diperbaiki, andaikan nekat untuk
membangun kembali perlu menyiapkan tanah dan bebatuan
yaitu paling sedikit dipersiapkan dua buah gunung untuk
dipindahkan guna mengurug tanggul baru, dan pekerjaan itu
akan menguras tenaga dan biaya lebih besar lagi.
Ketiga, Dan apabila Ayodya nekat membangun tanggul dan
menyerang Alengka kembali. ancaman embargo dari negeri
seberang pada komoditi penting seperti kebutuhan pangan
sudah pasti akan dihentikannya perdagangan impor beras dll.
Ramabadra sadar kelemahan-kelemahan yang ia
miliki, pencaharian keseharian masyarakatnya yang utama
adalah hasil berburu seperti kulit binatang dan kayu cendana
dan getah-getah hasil hutan, barang-barang tembikar, dan
hasil peternakan, sedangkan teknologi bercocok tanam
belum sempat ia pelajari sehingga kebutuhan akan beras
masih import dari negeri tetangga.
R.Sapanyana memerintahkan untuk membongkar
tanggul yang menutup selat Mahendra Suwelogiri, alasannya
karena Alengka Merdika berkepentingan, yaitu untuk
mengembalikan dan mempermudah jalur lalu-lintas
pelayaran negeri-negeri seberang yang akan melakukan
perniagaan dengan Alengka Medika. Selama masih ada
tanggul itu terpaksa jalur pelayaran menjadi jauh memutar.
Dan juga merupakan upaya mengembalikan dan merawat
kelestarian alam diharapkan ekosistemnya kembali seperti
semula, sehingga habitat penghuni lautan akan berkembang
biak banyak dan akhirnya toh manusia sendiri nantinya yang
beruntung dari hasil memanennya. Gagasan dan tindakan
R.Sapanyana ini disetujui dan mendapat dukungan dari
negeri-negeri seberang kecuali Ayodya.
Sayangnya Ayodya tidak punya armada laut guna
menyerang Alengka Merdika. Alengka Merdika sendiri dengan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


185

pengalaman berperang melawan Ayodya kemudian


membangun kembali pertahanannya dengan memperkuat
atau mengganti sektor-sektor yang lemah. Armada angkatan
lautnya dilengkapi dengan panah-panah api molotof. Ketapel-
ketapel penangkis serangan udara juga diperbanyak.
Melakukan rekruimen pada pasukan mariner dan kavalerinya.
Wajib belanegara bagi setiap warga Negara untuk menambah
tentaranya bila Negara dalam keadaan darurat, dan setiap
warga Negara baik pria maupun wanitanya pernah
mendapatkan pendidikan militer.
Baru berjalan lima tahun dibawah pimpinan
R.Sapanyana, raja berhasil membawa negeri Alengka Merdika
menjadi negeri yang sur-plus pendapatannya sehingga
makmur, meskipun negerinya kecil, raja bersama rakyatnya
bisa merubah negeri ini menjadi gemah ripah loh jinawi,
negeri yang tata tentrem kerta raharja. Kemajuan
industry dan pertanian yang dikembangkan dengan teknologi
canggih membuka lapangan pekerjaan yang bisa
memberikan kesempatan bagi rakyatnya dan pemuda-
pemudanya untuk berkarya, sehingga tidak ada
pengangguran dinegeri ini, mereka mendapatkan
penghasilan dan kehidupan yang layak. Orang-orang tua
yang sudah jompo mendapat santunan. Tempat-tempat ajar
mengajar dibiayai Negara sehingga anak-anak yang belajar
disini gratis tidak dipungut biaya. Apalagi Negeri Alengka
Merdika sekarang menjadi penting dalam perniagaan dengan
negeri-negeri tetangga, khususnya perdagangan transito dan
pelabuhan pengumpul barang-barang perdagangan, semua
komoditi dari berbagai negeri-negeri dongeng banyak dikirim
keluar negeri melalui Alengka Merdika. Kemajuan teknologi
dan kemampuan managemen serta dilandasi mental cinta
bangsa dan Negara menjadikan negeri ini menjadi kuat dan
maju dalam segala hal. Itu semua berkat perjuangan para
leluhurnya meskipun nyawa taruhannya demi membela
Negara.
Luas negeri Alengka Merdika yang relative kecil dan
merupakan sebuah pulau yang luasnya hanya 600 km2. Dan
penduduknya tinggal sepertiganya karena banyak yang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


186

meninggal pada saat peperangan dengan Ayodya. Dan yang


tersisa kurang lebih sebanyak 2,5 juta orang termasuk Lascar
Bayangkara yaitu kopasusnya kerajaan yang tersisa tinggal
satu garda, yang kemudian mereka menempati separoh dari
luas negeri ini.
Pada kepemimpinan R.Sapanyana negeri Alengka
Merdika dengan kerja keras akhirnya berhasil menyelesaikan
kewajiban membayar pampasan perang kepada negeri yang
dirugikan pada saat peperangan Alengka melawan Ayodya
yaitu ketika pada jamannya prabu Rahwana, yaitu
pembayaran berupa emas sebagai kesepakatan ganti
kerugian material, maka dengan demikian Alengka kembali
menjadi negeri yang sungguh merdeka.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


187

26
PATUNG
PAHLAWAN
Dipusat Kuthagara Alengka Merdika terdapat suatu
bangunan seperti Museum yang dinamakan Gedung Taman
Soka, memang dulunya sebelum gedung tersebut dibangun
adalah bekas lokasi taman raja. Didalamnya tiap-tiap bagian
negeri bawahan Alengka Merdika menaruhkan patung-patung
lilin dari beberapa orang warganya yang terkemuka, baik
laki-laki maupun perempuan yang mereka sangat
banggakan.
Patung-patung tersebut sebagai lambang
kepahlawanan bangsanya yang berjasa didalam
membangkitkan perasaan setia kepada negerinya serta cita-
citanya, sama halnya bendera dan lagu kebangsaan yang
dipunyai setiap Negara. Pahlawan yang artinya orang-orang
yang berjuang mencari pahala dijalan Tuhan demi
kemerdekaan, kemanusiaan, keadilanan, kesejahteraan,
kebenaran serta kemaslahatan masyarakat.
Kepahlawanannya ditempuh dengan berlainan jalan
untuk mencapai tujuannya. Mereka bekerja keras dengan
menyalurkan tenaga maupun fikirannya untuk beberapa hal,
tapi bisa jadi hanya satu yang berfaedah untuk menciptakan
dunia dongeng yang lebih maju. Mereka juga tak selalu
orang-orang yang popular, bahkan ada yang sama sekali tak
disukai orang, yah sedikit-dikitnya sebagian dari hidupnya.
Biasanya mereka adalah juara untuk hal-hal yang tak disukai
orang karena apa, karena mereka lebih maju dari pada
jamannya. Meskipun besarnya mereka, tapi didalam

OLEH : HENKY B. HERNOWO


188

hidupnya dengan tujuan tak untuk diri pribadi semata akan


tetapi ada yang lebih penting untuk generasi berikutnya.
Perjuangannya demi kemanusiaan kebebasan yang lebih luas
dengan pandangan hidup yang lebih lapang dan jauh, demi
kesejahteraan yang lebih besar dan murni dengan
pengendalian kekuatan-kekuatan alam yang lebih sempurna,
dalam arti pengertian umat manusia yang lebih mendalam,
semua itu dengan gigih mereka perjuangkan.
Didalam gedung tersebut, ada patung Rahwana
bermuka sepuluh dengan sebutan Prabu Dasa Muka
maharaja dari Alengkadiraja, dilambangkan sebagai sosok
orang yang bakti kepada orang tuanya dan selalu membela
keluarga, Negara dan bangsanya. Wataknya yang keras tapi
mudah luluh dan sangat sayang kepada adik-adiknya.
Dengan sepuluh muka mencerminkan sosok orang yang
bijaksana dan mempunyai pengetahuan dan pandangan
hidup yang luas, tanggap kebutuhan lingkungannya,
waspada, berwibawa sehingga disegani lawan-lawannya,
kejam dan bengis demi keadilan, lembut cermin welas asih
sehingga dicintai rakyatnya. Rahwana segera mengambil
keputusan yang bijak untuk menyelamatkan manusia dari
kehancuran, dia hentikan peperangan antara Alengka dengan
Ayodya yaitu dengan cara mengalah pada peperangan
melawan Ramabadra yang bukan lawan sebenarnya bagi dia.
Mengalah bukan berarti kalah, tetapi ada alasan
kemanusiaan yang menjadi pertimbangan, sehingga ada
kebijakan yang lebih penting untuk didahulukan. Rahwana
ingat akan nasehat ibunda Sukesi bahwa hakikat yang
melatar belakangi berbagai peristiwa peperangan antar
manusia. Dia sadar bahwa setiap peperangan, pergolakan
atau kekacauan yang sering menumbalkan kehidupan
manusia dan materi adalah akibat dari persekongkolan
kekuatan jahat terhadap kebenaran. Mereka inilah yang
menutup mata bangsa-bangsa dengan kaca mata setan
sehingga mengabaikan ajaran-ajaran dari Tuhan Yang Maha
Kuasa yang benar.
Disebelah patung Rahwana adalah patung
Kumbokarno, gagah dan angker, postur tubuhnya tinggi

OLEH : HENKY B. HERNOWO


189

besar sehingga orang manca menyebutnya raksasa, tetapi


jiwanya bukan raksasa. Sosok orang pemberani berjiwa
kesatria, saat berperang tidak pernah meninggalkan
gelanggang, berbudi luhur, jujur dan suka menolong siapa
yang menderita kesusahan, Kumbokarno gugur dimedan
pertempuran sebagai pahlawan pembela bangsa dan tanah
air Alengka, terkena panah Guhawijaya milik Ramabadra
pada saat Kumbokarno sibuk berperang melawan Sugriwa.
Patung Prahasta, meskipun rambutnya sudah
memutih tapi tubuhnya yang bongsor masih tampak gagah,
Prahasta menjabat sebagai patih Alengka, ahli didalam
tatanegara, dan ahli perang dan berwibawa, sangat dicintai
rakyat, juga disegani oleh rajanya karena ia pemimpin yang
bijaksana dan ambek paramarta, Prahasta terbunuh pada
saat berperang melawan beruk sakti bernama Anila, pada
waktu itu Anila terbiri-birit melarikan diri dikejar Prahasta dan
bersembunyi masuk ketempat kuil pemujaan, Prahasta
mengikutinya, tapi karena ketaatannya akan tata cara dan
tahu tata susila setiap masuk ketempat pemujaan, kemudian
Prahasta masuk dengan berjalan jongkok sebagai rasa
hormat kepada Yang Maha Kuasa maju mendekati batu
Lingga sebelum membekuk Anila, terlebih dahulu ia
melakukan sembah dan sujud dikaki Lingga. Prahasta tidak
mengetahui kalau Anila bersembunyi dibalik batu Lingga,
Anila tidak melewatkan kesempatan untuk mencelakai
Prahasta yang pada saat itu ia sedang khusuk sujud dikaki
batu Lingga, dengan kekuatan penuh Anila mendorong batu
Lingga yang besar dan beratnya hamper dua ton itu hingga
roboh dan menghantam kepala Prahasta yang sedang khusuk
sujud dibawah batu Lingga. Prahasta mati seketika,
sedangkan batu Lingga pecah terbelah, tak terduga muncul
seseorang yang terbebas keluar dari rongga batu Lingga
yang terbelah seorang dewi, yaitu Dewi Windradi isteri Resi
Gotama dari gunung Sukendra yang telah mengurungnya
karena menyembunyikan asal-muasal Cupu Manik Astagina.
Dewi Windradi kembali ke Kahyangan mengiringi nyawa
Prahasta masuk ke surga. Prahasta dalam semasa hidupnya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


190

hanya dibaktikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan


negerinya, ia gugur sebagai pahlawan.
Patung Sarpakenaka, sosok wanita yang
melambangkan kemandirian, karirnya yang tak lazim yakni
menjadi wanita polisi dan prajurit, saat perang Alengka
dengan Ayodya dia sanggup menjadi senapati dalam
peperangan, dan akhirnya dia gugur sebagai pahlawan
pembela bangsa dan negaranya. Kiprahnya di kepolisian dia
dikenal karena dedikasinya yang tinggi dan teguh pada
prinsip, hanya beberapa gelintir orang bisa dihitung yang
seperti dia, mempertahankan prinsip idealisme hingga akhir
hayat seperti Sarpakenaka. Banyak ditemukan orang-orang
yang cenderung menggadaikan prinsip ketika berbenturan
dengan kepentingan dan keuntungan pribadi. Sarpakenaka
adalah seorang wanita yang disiplin, sikapnya yang
demokratis juga melandasi kehidupannya didalam
bermasyarakat. Pengabdiannya sebagai aparat penegak
hokum dengan penuh cinta, dan bertanggung jawab dan ia
tipe pemimpin yang bersahaja. Ia tidak pernah membedakan
orang berdasarkan kedudukan dan pangkat, ia tak segan-
segan turun kejalan mengemban tugas seorang polisi,
tujuannya adalah memberi teladan tentang inisiatif, motivasi
dan kecintaan polisi akan tugasnya. Namun Sarpakenaka
adalah pemimpin yang tegas, pada bawahan yang lalai atau
malas, ia memberi teguran bahkan peringatan. Semua ia
lakukan didalam tugasnya dengan sedikit bicara dan lebih
banyak kerjanya, ia langsung memberi contoh dengan
perbuatan kepada setiap bawahannya. Sarpakenaka adalah
tokoh yang meneladani arti kejujuran, sikap luhur yang patut
dijadikan panutan oleh generasi penerus bangsa, khususnya
dilingkungan kepolisian Alengkadiraja. Sapakenaka sangat
bangga jadi polisi, sebagai penjunjung supremasi hokum, ia
bertekat menegakkan citra polisi ideal yaitu memulai dari
dirinya sendiri.
Dan masih banyak lagi patung-patung pahlawan yang
dipajang didalam museum tersebut.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


191

27
PURI DILEMBAH
RAHTAWU
Disebuah pulau terpencil tampak Togog sedang
membantu Prabu Rahwana mengawasi pembangunan Puri

OLEH : HENKY B. HERNOWO


192

baru untuk Prabu Rahwana bermukim nantinya. Letak Puri


tersebut dipilihnya dilembah gunung Rahtawu dipulau Muria.
Setelah peristiwa patiobong yang dilakukan Shinta maka
sengaja Prabu Rahwana melakukan hijrah kenegeri yang jauh
dan menemukan sebuah pulau yang masih sepi yang belum
ada yang penghuninya. Kemudian menetapkan pulau
tersebut menjadi wilayah kekuasannya yang baru. Bersama
Togog dibantu masyarakat setempat, ia mulai membangun
Puri sebagai pusat pemerintahannya yang baru nantinya.
Konon nama Puri masih ada hingga jamannya ratu
Shima di Kalingga bahkan sampai jaman sekarang, banyak
orang mengatakan letak Puri ada di kota Pati di pesisir utara
Jawa Tengah. Masyarakat disana adalah masyarakat yang
jujur-jujur dan prigel ing gawe, tidak ada pencuri dan
masyarakatnya pantang mengemis. Demikianlah sifat
masyarakat Puri atau Pati khususnya dan masyarakat
dikawasan Muria umumnya, masyarakat tersebut dijaman
sekarang masih banyak dijumpai di daerah Pati Selatan yang
dikenal dengan masyarakat Sedulur SIkep di Kecamatan
Sukolilo dilembah pegunungan Kendeng Pati.
Sementara itu Prabu Rama Wijaya bersama para Resi
menyertai Batari Sri melakukan penyerangan ke Jonggring
Saloka pusatnya Raja Dewata yaitu Batara Guru. Penyerbuan
mendadak membuat kalut pertahanan Jonggring Saloka.
Batara Guru tidak menyangka bila akan terjadi penyerangan
di Kadewatan, dan benar-benar Jonggring Saloka tidak ada
persiapan untuk menghadapi serangan tentara Prabu Rama
Wijaya yang didukung Betari Sri dan para resi Gangga.
Apalagi dibelakang itu didukung oleh Lurah Semar alias
Batara Ismaya saudara kandungnya. Delapan Laskar Dewa
pun tidak mampu menahan serangan-serangan dari Lurah
Semar dan kawan-kawannya. Dan akhirnya Jonggring Saloka
berhasil diduduki Prabu Rama Wijaya dan Batari Sri. Dan
seluruh penghuni Kadewatan terusir keluar. Dan yang
berkuasa di Kadewatan sekarang adalah Batari Sri dan Prabu
Rama Wijaya.
Delapan Lascar Dewa melarikan diri dan terdampar
dipulau Muria. Disana secara kebetulan mereka kepergok

OLEH : HENKY B. HERNOWO


193

dengan Prabu Rahwana suasana jadi tegang, itu dikarenakan


ke Delapan Laskar Dewa pernah berselisih dengan Prabu
Rahwana gara-gara memperebutkan nyawa Shinta antara
Batara Yamadipati sipencabut nyawa melawan Prabu
Rahwana yang menghendaki dikembalikannya nyawa Shinta
kejasadnya. Ketegangan dan kecurigaan terjadi, Prabu
Rahwana mengira Delapan Laskar Dewa berniat meringkus
Prabu Rahwana sebaliknya Delapan Laskar Dewa pun
mengira Prabu Rahwana sengaja akan melanjutkan
perseteruan yang pernah terjadi. Dan tidak saling babibu lagi
perkelahian pun terjadi. Satu orang melawan delapan orang,
suatu perkelahian kroyokan yang tidak seimbang.
Saat seru-serunya perkelahian tiba-tiba datang
seseorang melerai mereka, entah dari mana dia muncul yang
jelas ia seorang yang sakti nyatanya perkelahian antara
Prabu Rahwana dan Delapan Laskar Dewa berhasil
dihentikan. Orang sakti itu adalah Togog. Togog sebenarna
penjelmaan Dewa yang ngejawantah kedunia, dulu ia adalah
seorang yang tampan tetapi sekarang berubah, wajah dan
postur tubuhnya yang buruk adalah akibat perilakunya
sendiri yang tamak dan serakah, ambisinya ingin menjadi
raja dewata di Jonggring Saloka terpaksa harus berseteru
dengan saudaranya sendiri yaitu Semar. Rupa-rupanya
Semarpun punya keinginan yang sama. Mereka mengadu
kesaktian untuk memperebutkan tahta tersebut, akibat
kesombongan pada diri mereka masing-masing kedua-
duanya gagal untuk menelan dan memuntahkan sebuah
gunung segede gunung Semeru yang menjadi taruhannya.
Dan berakibat keduanya rusak fisiknya masing-masing
menjadi buruk rupa. Sang Hyang Tunggal mengetahui
perilaku mereka maka keduanya kemudian dihukum untuk
turun kemayapada menjalani hidup sebagaimana layaknya
manusia biasa. Mereka diijinkan kembali kekadewatan
apabila mereka mau bertobat dengan menjalankan
kebajikan-kebajikan didunia dengan member tuntunan
kepada manusia untuk berperilaku yang baik dan tidak
berbuat kejahatan serta tidak melanggar aturan-aturan
agama. Togog dan Semar turun kebumi dan mereka berpisah,

OLEH : HENKY B. HERNOWO


194

Togog menjalankan profesinya sebagai pamong pada


pewayangan kiri, dan Semar menjadi pamong pada
pewayangan kanan. Dan oleh Sang Hyang Tunggal kerajaan
kadewatan Jonggring Saloka dipercayakan Batara Guru
saudaranya Togog dan Semar.
….”stop, stop…kalian jangan berkelahi lagi,….kalian
salah paham, berhentilah berkelahi…..ayolah Prabu
Rahwana dan juga kalian para Dewa duduklah dan
ceriterakan kepadaku, ada tujuan apa kalian datang
kesini dan ujug-ujug tidak ada dang ding dongnya kok
kalian saling berkelahi,….coba kamu Batara Yamadipati
ceriterakanlah kepada kami duduk persoalannya!”…..
Panjang lebar Batara Yamadipati menceriterakan
kejadian kudeta tahta kadewatan Jonggring Saloka yang
dilakukan oleh Betari Sri dan Prabu Rama Wijaya dibantu
para Resi, dan melalui pertempuran yang sengit tapi akhirnya
para dewa kalah karena dibelakang mereka ada Lurang
Semar yang sakti maka jatuhlah Jongring Saloka ketangan
Betari Sri dan para Dewa terusir keluar dari Kadewatan.
Batara Guru tidak jelas sekarang dimana keberadaannya dan
Delapan Laskar Dewa tersesat dan terdampar di pulau Muria
ini.
Togog geram setelah mendengar laporan Delapan
Laskar Dewa yang diwakili Betara Yamadipati,
….”Jadi Lurah Semar ikut-ikutan urusan anak-anak
kecil, keterlaluan sekali,….jangan jangan ia belum jera
dengan hukuman dari Sang Hyang Wenang dan
terbukti jelas dia masih punya berambisi untuk
menguasai Jonggring Saloka,….tidak!....hal ini tidak
boleh terjadi,…aku akan datang untuk
menghentikannya”.....Togog, menduga yang tidak-tidak
terhadap saudaranya Semar maka berniat untuk pergi
merebut kembali Jonggring Saloka dari tangan tangan-tangan
kotor yang tidak bertanggung jawab. Mereka telah melanggar
ketetapan Sang Hyang Wenang, artinya mereka telah
berbuat makar dan hal ini harus dihentikan.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


195

….” Delapan Laskar Dewa, kalian sementara bisa


tinggal di Rahtawu pulau Muria ini, bantulah Prabu
Rahwana membuka alas Rahtawu dikawasan ini untuk
keperluan pemukimannya yang baru,….kemudian disini
kita akan atur menentukan strategi apa yang kemudian
kita bisa lakukan untuk merebut kembali tahta
Jonggring Saloka,….nah sekarang hentikanlah
kecurigaan kalian terhadap Prabu Rahwana demikian
pula sebaliknya Prabu Rahwana, sebenarnya kalian
semua adalah menjadi korban dari ulah-ulah mereka,
….nah sekarang istirahatlah dulu dipadepokan
sederhanaku di Rahtawu, hidangan telah dipersiapkan
untuk kita santap bersama!”….
Delapan Lascar Dewa terpaksa menuruti nasehat
Togog untuk tinggal di Rahtawu. Dan disana mereka
membantu pembangunan sarana dan prasarana untuk
permukiman baru di Rahtawu. Delapan Laskar Dewa
mencoba bergaul dengan Prabu Rahwana, lama kelamaan
mereka tahu akan sifat-sifat dan perilaku Prabu Rahwana
yang sesungguhnya. Tidak seperti yang mereka tuduhkan
selama ini, ternyata Prabu Rahwana orangnya bijaksana dan
ramah sekali. Hanya yang menjadi tanda tanya mereka
adalah mengapa kesempatan waktu bisa bertemu dengan
Prabu Rahwana yang pada waktu malam saja.?? Pagi-pagi
sekali Prabu Rahwana telah pergi entah kemana, dan jelang
malam sudah ada dipadepokan Rah Tawu dan kemudian ikut
membantu untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
pembangunan Puri Rahtawu. Jadi terbalik kegiatannya
dengan Delapan Laskar Dewa dan Togog, yang mana mereka
bekerja pada pagi harinya dan malam mereka beristirahat.
Sedangkan Prabu Rahwana menggantikannya pada malam
hari.
Prabu Rahwana atau Dasa Muka menamakan
negerinya yang baru dengan nama Kerajaan Puri Rahtawu.
Untuk sementara Delapan Laskar Dewalah yang mengurus
tata laksana kerajaan. Penduduk pendatang mulai
berdatangan mengisi kegiatan dinegeri tersebut. Emigran-

OLEH : HENKY B. HERNOWO


196

emigran yang datang di Negara Puri Rahtawu ini ditilik dari


asal-usulnya mereka bermacam-macam bangsa, budaya
dan agama, ada yang datang karena tekanan politik dari
negeri asalnya, ada yang karena tekanan ekonomi, ada yang
memang mencari daerah baru untuk mengembangan usaha
perdagangannya. Disini mereka bergabung, berbawur,
berasimilasi dan berjuang bersama, untuk tujuan
kesejahteraan. Sehingga munculah nilai-nilai sosial
budaya baru dalam bentuk ketatanegaraan yang baru
dan pada puncaknya adalah mereka sepakat atau
berikrar untuk bersatu mendukung Negara Puri
Rahtawu dan menjadikannya sebagai negeri tumpah
darahnya.
Masarakatnya pada jaman itu awalnya ulet dalam
menghadapi hidup dan bergairah. Kegagalan, kesengsaraan
dan bencana disadari dihadapi untuk diperbaiki. Rajin bekerja
dan berkarya, belajar akrab dan menguasai alam. Cita-
citanya tinggi untuk maju meraih kesejahteraan. Mereka bisa
berorientasi kesesamanya dengan menilai tinggi kerjasama
dengan lain tanpa meremehkan kwalitas individu, dan tanpa
menghindari tanggung jawab sendiri. Mereka itulah yang
selanjutnya menyebut dirinya sebagai pribumi-pribumi
di Negara Puri Rahtawu.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


197

28
SERANGAN KELANGIT
RAMA DITAKLUKAN
Semakin jelas tujuan peperangan merambah
sampai ke Kadewatan. Sakit hatinya Batari Sri kepada Batara
Guru, dan ia berhasil memperalat Prabu Rama Wijaya beserta
pasukan Ayodya bahkan Semar pun kepilut sudi untuk ikut
membantunya menyerang Jonggring Saloka. Dan berakhir
Jonggring Saloka porak poranda dan jatuh ditangan Batari Sri.
Para dewata diusir keluar dari Jonggring Saloka kecuali Batara
Guru dikurung didalam tahanan dibawah tanah.
…..”Hentikanlah kekacauan ini Betari Sri,…..tidak ada
gunanya kamu melakukan makar seperti ini,
tindakanmu berakibat kerugian dan kesengsaraan bagi
semua mahkluk dialam semesta ini,…kutukan itu tidak
akan berhenti bila kamu terus-menerus melakukan
kejahatan-kejahatan seperti ini,….aku tidak akan
mengapuni engkau sampai kapanpun kalau kamu tidak
mau menghentikannya, sebetulnya batas kutukan itu
hamper rampung waktunya, sayang kamu tidak sabar
sedikit untuk meselesaikannya.”..
Demikian ucapan Batara Guru kepada Batari Sri sebelum ia
digelandang masuk kedalam tahanan. Menilik kata-katanya

OLEH : HENKY B. HERNOWO


198

nampaknya ada sesuatu masalah diantara mereka berdua


yang berbuntut perseteruan dan dendam diantara mereka
berdua.
…..”Tidak,….Batara Guru suamiku, engkau telah ingkar,
….aku tahu, memang sengaja engkau singkirkan aku ke
dunia, agar Batara Guru bebas untuk mencari daun-
daun muda yang lebih cantik dariku,….dari persoalan
kecil sengaja kakanda ciptakan “jalaran” untuk
menyingkirkanku,….dengan alasan bahwa aku tidak
mau melayanimu untuk bersetubuh diatas tunggangan
kita Lembu-andini,….ketahuilah aku ini bukan tipe
murahan yang bisa kakanda Batara Guru garap dan
rendahkan derajadku bagaikan hewan-hewan liar
dipadang sabana,….kemudian Batara Guru marah dan
menghambur kutuk kepadaku sehingga aku menjadi
bulir-bulir padi,….dan masih ingatkah dengan janji-
janjimu bahwa aku akan terbebas dari kutukan apabila
aku bisa tumbuhkan padi dan berhasil memakmurkan
bangsa-bangsa ditanah Jawa, maka aku akan diijinkan
bisa pulang kembali sebagai Dewi Uma sebagai
permaisuri dan ratu Kadewatan yang menguasai para
betari di Kahyangan,…….tetapi apa yang terjadi,
selama aku terbelenggu didunia aku mendengar berita
bahwa Betara Guru sedang bersenang-senang dengan
seorang wanita yang buruk rupa yaitu Dewi Anjani
disebuah kolam,…..perih bagaikan diiris-iris, aku tahan-
tahan sakit hatiku,….. dan pada waktu kutukanmu
berakhir, aku telah kembali menjelma sebagai Dewi
Uma,…… namun apa yang terjadi, pintu Kahyangan
Jonggring Saloka telah kakanda pasang rapalan
sehingga aku sulit untuk memasukinya, dan bagiku
disini semakin jelas niat buruk Batara Guru,…kakanda
sengaja telah melupakanku apalagi tiada niatan untuk
menjemputku kembali, …Nah, maka mulai detik ini
Batara Guru bukanlah seorang raja Dewata lagi….nah

OLEH : HENKY B. HERNOWO


199

sekarang terimalah pembalasanku,….Hai pengawal


bawalah Batara Guru ketahanan bawah tanah dan
jangan beri makan atau minum tanpa ada
perintahku,”….Dengan geram Batari Sri yang adalah
penjelmaan Dewi Uma yaitu mantan permaisuri Batara Guru
memerintahkan pengawalnya membawa Batara Guru segera
dimasukkan ke tahanan bawah tanah.
Rasa marah tapi tidak berkutik dan tanpa perlawanan
Batara Guru tunduk kepada perintah isterinya yaitu Dewi
Uma atau Batari Sri, ia diseret pergi dengan cara diborgol
dengan kawalan ketat menuju ruang tahanan bawah tanah.
Jauh di Puri Rah Tawu, Prabu Rahwana dan Togog,
dihadiri juga Delapan Laskar Dewa sedang merundingkan
rencana-rencana untuk merebut kembali Jonggring Saloka
dari cengkeraman Betari Sri atau Dewi Uma, dan Prabu Rama
Wijaya bersama komplotannya yaitu Resi Wasista, Resi Mitra
dan kawan-kawannya para resi Gangga. Disepakati mereka
berbagi tugas untuk melawan musuh sesuai tingkat kesaktian
yang mereka miliki. Prabu Rahwana sanggup untuk
berhadapan dengan Prabu Rama Wijaya, Togog akan
berhadapan dengan Semar sedangkan Delapan Laskar Dewa
akan memimpin tentaranya menghadapi tentara-tentara
Ayodya yang dibawah komando para resi.
Dan pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah
pendekar-pendekar Puri Rahtawu yaitu Prabu Rahwana, Togog
dan Delapan Laskar Dewa disertai beberapa pasukan handal
menuju ke Jonggring Saloka. Tampak didepan gerbang
Jonggring Saloka telah dijaga ketat oleh pengawal-pengawal
pilihan dari Ayodya, disana terlihat Resi Wasista dan Resi
Mitra sedang mengatur pasukannya.
Maka tanpa menunggu komando lagi, Delapan Laskar
Dewa langsung melabrak mereka. Pertempuran terjadi,
terompet dan genderang peperangan berbunyi bersaut-
sautan memberi isyarat bahwa Jonggring Saloka dalam
keadaan bahaya telah diserbu Delapan Laskar Dewa. Pintu
gerbang berhasil dibuka, maka masuklah pendekar-pendekar
Puri Rahtawu yang semakin membuat kuwalahan para resi
untuk menahannya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


200

Lurah Semar keluar setelah mendengar keributan-


keributan diluar, disana ia bertemu dengan Togog, pada
masing-masing muncul kecurigaan akan keinginan berkuasa
di Jonggring Saloka. Semar dan Togogpun kembali berselisih
pendapat, mereka lupa akan kesepakatan masa lalu bahwa
tidak akan bertengkar lagi dalam situasi apapun mengingat
mereka adalah bersaudara dan juga seorang pamong.
…..”Togog togok……pergilah,…..dan jangan kembali
lagi, tinggal saja dipadepokanmu,…Jogring Saloka
adalah milik aku, dan akulah tercipta dari bagian telur
yang paling mula, dan akulah saudaramu yang tertua
oleh karena itu akulah yang berhak menduduki tahta
Jonggring Saloka,…pergilah kamu dan jangan ganggu
aku,”…..Lupa dan dikuasai nafsu, kembali keduanya kembali
menginginkan kedudukan sebagai raja dewa, dan kembali
keduanya berkelahi memperebutkan tahta Jonggring Saloka,
sehingga menambah keruhnya suasana. Mengetahui situasi
yang demikian maka Rahwana pergi meninggalkannya.
Delapan Laskar Dewa menjadi kuwalahan menghadapi
serangan serangan dari Resi Wasista, Resi Mitra dan
keroyokan para resi Gangga. Tetapi penyerbuan ke Jonggring
Saloka meskipun Prabu Rahwana tidak ada, tiba-tiba muncul
seorang kesatria datang bagaikan dewa penolong bergabung
membantu Delapan Lasakar Dewa bertempur melawan para
resi. Pahlawan tersebut adalah R.Sapanyana seperti banteng
ketaton bertempur melawan tentara Ayodya yang dipimpin
Prabu Rama Wijaya.
Dan akhirnya Batari Sri dan Resi Wasista dan Resi
Mitra berhasil diringkus. Sedangkan Prabu Rama Wijaya
berusaha melarikan diri turun ke Mayapada untuk meminta
bantuan Prabu Barata di Ayodya.
Mengetahui gelagat yang tidak baik maka
R.Sapanyana memburu Prabu Rama Wijaya serta pasukannya
yang berusaha melarikan diri meninggalkan Jonggring Saloka,
terjadi perlawanan yang sengit dan sempat Prabu Rama
Wijaya memukul wajah R.Sapanyana sehingga
mengakibatkan terlepasnya topeng baja penutup muka

OLEH : HENKY B. HERNOWO


201

R.Sapanyana, maka tebukalah kedok R.Sapanyana. Siapa


sebenarnya R.Sapanyana ????
Ia adalah Prabu Rahwana dalam samaran, setelah
topeng penutup mukanya terbuka maka ketahuanlah siapa
sebenarnya R.Sapanyana. Mengetahui siapa yang menjadi
lawannya, Prabu Rama Wijaya keder hatinya, ia tidak
menyangka kalau Prabu Rahwana masih hidup.
…..”Ramabadra, sekarang saatnya yang cocok kita
menentukan hidup dan mati kita,….dulu sengaja aku
mengalah karena pertimbangan kemanusiaan, agar
semua tidak ikut menjadi korban dari kebengisanmu,
dan sekaranglah saatnya kamu dan kejahatanmu akan
terkubur disini, ayo hadapi aku Rahwana yang siap
melumatmu,”…..
Prabu Rama Wijaya masih terbengong-bengong
melihat kehadiran Prabu Rahwana, dan ini membuatnya ia
lengah dan tahu-tahu pukulan keras dari Prabu Rahwana
tepat menipuk wajahnya sehingga membuat matanya
berkunang-kunang dan kemudian ia tak sadarkan diri.
Kesempatan Prabu Rahwana untuk menghujamkan
pedangnya ke ulu hati Prabu Rama Wijaya, Tetapi, tiba-tiba
ada tangan kuat memegang pergelangan tangannya
menahan niat buruknya untuk mengakhiri hidup Prabu Rama
Wijaya. Siapakah dia.??
….”Jangan, belum waktunya Ramabadra mati, …
lepaskanlah pedangmu, dan bersihkanlah pikiranmu
dari sifat-sifat pendendam karena hal itu tidak bakal
menguntungkan dirimu bahkan akan merugikan
didalam bobot karmamu dikemudian hari,”….
Tangan itu adalah Sang Hyang Wenang yang sengaja
datang untuk mengakhiri peperangan di Jonggring Saloka.
Semua yang berada disana begitu melihat kehadiran Sang
Hyang Tunggal kemudian bergegas bersujut melakukan
penghormatan kepada Dewa tertinggi junjungannya. Tidak
terkecuali Semar dan Togog segera menghentikan
perkelahiannya, cepat-cepat keduanya merebahkan diri dan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


202

bersujud memberikan penghormatan kepada Sang Hyang


Wenang atau sebutan lain Sang Hyang Tunggal.
Kemudian Sang Hyang Tunggal memerintahkan semua
untuk mengakhiri peperangan di Jonggring Saloka, dan
memerintahkan semua orang yang tidak berhak tinggal di
Jonggring Saloka untuk pergi meninggalkan Jonggring Saloka
turun ke Mayapada. Akhirnya Prabu Rama Wijaya beserta
pasukannya menyerah dan dia berserta tentaranya dilucuti
persenjataannya dan kemudian ditawan digiring ke Alengka
Merdika untuk diadili.

29
PERTEMUAN
DENGAN BUAH HATI
Diluar Negeri Ayodya, dimana Anoman sang putera
Batara Guru dengan Ratna Anjani ibunya, sadar setelah
mengetahui rencana-rencana Batari Sri dan Prabu Rama
Wijaya akan melakukan penyerangan ke Jongring Saloka
untuk merebut tahta ayahnya yaitu Batara Guru. Maka

OLEH : HENKY B. HERNOWO


203

secara diam-diam Anoman ingin menggagalkan rencana-


rencana mereka.
Pertama-tama yang ia lakukan adalah mengasuh dan
membina Trigangga putera Prabu Rahwana dengan Dewi
Urang Ayu yang beranjak dewasa. Sengaja Anoman
menghindar dan pergi jauh kepedalaman bersama Trigangga
agar tidak mudah dicari Prabu Barata. Dan rupa-rupanya
Anila dan Anggada pun punya pendirian yang sama denga
Anoman, tanpa sepengetahuan orang tuanya yaitu Prabu
Sugriwa keduanya pergi jauh untuk berkelana ke Pulo
Dewata.
Selanjutnya Prabu Rahwana melakukan penyerangan
ke Ayodya untuk menundukkan Prabu Barata dan sekutunya,
Tetapi diperjalanan terhalang dengan urakannya seorang
anak yang bernama Trigangga. Trigangga bermaksud
menghalangi penyerbuan Alengka ke Ayodya, sehingga Prabu
Rahwana menjadi murka. Trigangga diangkat dan kemudian
dilemparnya ke lautan. Anoman mengetahui apa yang telah
Prabu Rahwana lakukan. Dia jelaskan kepada Prabu Rahwana
bahwa bocah yang diangkat dan dilemparkannya itu
sebenarnya adalah putera kandung Prabu Rahwana sendiri
dari ibu permaisuri Dewi Urang Ayu yang telah meninggal
saat melahirkan Trigangga. Prabu Rahwana kaget dan sangat
menyesal akan sikapnya, Secepat kilat sang Prabu terjun
kelaut mengejarnya untuk menyelamatkan buah hatinya dan
segera diangkat dari air. Beruntung Trigangga masih bernafas
dan Trigangga berhasil diselamatkan dari kematian.
Dipeluknya Trigangga erat-erat sambil memohon ampun
kepada Yang Maha Kuasa, Prabu Rahwana menyatakan
penyesalannya bahwa hanpir saja ia akan mencelakai darah
daging sendiri. Dipeluknya Trigangga erat-erat seraya mohon
maaf atas kesalah-pahaman yang terjadi, dan Trigangga
tersenyum bukti telah memaafkannya. Prabu Rahwana dan
Trigangga gembira sekali, anak dan bapak bergandengan
tangan dengan ceria, para prajurit bersorak gembira.
Anoman melihatnya dari kejahuan sambil menangis
haru campur senang menyaksikan pertemuan bapak dan
anak yang tak terduga. Rakyatpun ikut gembira menyaksikan

OLEH : HENKY B. HERNOWO


204

pertemuan anak dan orang tuanya yang lama telah berpisah,


maka laut dimana Trigangga telah diceburkan Prabu Rahwana
mereka sebut dengan nama muara Silugangga, dan nama
tersebut abadi hingga sekarang (dijaman sekarang orang
menyebutnya dengan bengawan Silugangga atau Sungai
Juana).

30
PERDAMAIAN
DAN PERADILAN
B ila dipertanyakan, siapakah sebenarnya yang
menang dalam peperangan antara Ayodya dan Alengka??.
Kiranya jawaban yang benar adalah, kedua-duanya kalah,
karena sama-sama mengalami kehancuran yang besar.
Kesemuanya itu mestinya tidak perlu terjadi, seandainya
perselisihan antara keduanya bisa dimusyawarahkan dan
diselesaikan sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak
Resi-resi Gangga dari negeri India yang berniat untuk
intervensi sehingga menjadikan keruhnya suasana dan tidak
menyelesaikan permasalahan.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


205

Dan betapa pulakah airmata ini tidak runtuh, melihat


banyak korban-korban yang bermula pada wanita-wanita
yang dilecehkan yangmana berlanjut kemudian menimbulkan
peperangan yang berakibat banyak terbunuhnya anak-anak
mereka, demikian pula peperangan yang katanya berdalih
membela kebenaran, banyak menimbulkan korban-korban
berjatuhan, bayak anak-anak yang ditinggal mati oleh bapak
ibunya, isteri-isteri yang ditinggalkan suaminya. Mereka
semua jadi korban peperangan yang keji pada peperangan
Ramayana yang dicetuskan oleh tangan bangsa sendiri
karena pengaruh pihak-pihak lain yaitu para Resi-resi
Gangga, dan akhirnya Ayodya dan Alengka mengalami
kehancuran dan kedua rakyatnya jatuh menderita.
Alengka Merdika kini kembali tenang dan damai
dibawah raja-barunya yaitu Prabu Trigangga yang bijaksana
menggantikan R.Sapanyana alias ayahnya yaitu Prabu
Rahwana.
Sedangkan Jonggring Saloka sementara dipegang
langsung oleh Sang Hyang Tunggal yang kemudian
menggelar perdamaian antara Semar, Togog, dan para Dewa
kecuali Dewa dan Dewi yang telah berbuat kekacauan di
Mayapada diantaranya adalah Batara Guru, Batari Sri,
semuanya mendapatkan hukuman dari Sang Hyang Tunggal,
yaitu turun ke Mayapada hidup sebagai brahmana selama
1000 tahun lamanya.
Setelah selesai memberikan keputusan-keputusan itu,
kemudian Sang Hyang Tunggal memanggil Batara Kala yaitu
putera Batara Guru yang telah disia-siakan semasa hidupnya
untuk segera datang menghadap, dan diputuskan kemudian
untuk sementara pimpinan para Dewa-dewi di Jonggring
Saloka dan Kahyangan diserahkan kepadanya.
Siapakah Batara Kala.?? Dia lahir dimayapada ini
adalah hasil ulah Batara Guru yang suka melakukan onani
untuk mengumbar syahwatnya sehingga airmaninya
terhambur dan tercecer jatuh di Samudera Hindia yang
kemudian menjelma menjadi seorang bayi yang konon selalu
didalam mitos-mitosnya di diskreditkan sebagai bayi yang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


206

menyebabkan sukerta dan petaka dunia. Benarkan seorang


bayi yang suci bisa dianggap membuat petaka didunia???
Jongring Saloka kembali tenang, Delapan Laskar Dewa
ikut mendukung kebijakan-kebijakan rajanya yang baru yaitu
Batara Kala, menjaga ketenteraman alam semesta. Dia
menghukum kepada para orang tua yang suka
menelantarkan anak-anaknya, dia menghukum anak-anak
yang tidak berbakti kepada orang tuanya, dia menghukum
manusia-manusia yang membuat kerusakan didunia.
Dan Sang Hyang Tunggal kembali kelangit sebagai
Dewa Tertinggi di alam semesta.
Di Alengka Merdika, Prabu Trigangga menjatuhkan
hukuman kepada Prabu Rama Wijaya, Lesmana, Wibisana
yaitu hukuman kerja paksa dan tinggal dalam pengasingan
seumur hidup dan kastanya diturunkan sebagai rakyat biasa
yaitu dipersamakan golongan sudra……Sedangkan Prabu
Barata, Prabu Danaraja putera, Prabu Janaka dan Prabu
Sugriwa boleh tetap memerintah negerinya dan diampuni
kesalahannya dengan suatu syarat yaitu diwajibkan
membayar pampasan perang sebagai ganti kerugian materi
kepada Negeri-negeri Perdamaian disamping itu punya
kewajiban melakukan reboisasi di wilayah Mahendra dan
perbaikan lingkungan pada sarana-sarana yang pernah
dirusaknya dalam tempo 20 tahun. Anoman diberi
penghargaan karena berjasa membesarkan Trigangga dan
diberi tanah perdikan yaitu didaerah Pulo Dewata, disana ia
dirajakan dan dipuja-puja oleh penduduk setempat.
Bagaimana tugas-tugas selanjutnya dengan Semar
dan Togog? Sang Hyang Tunggal memberikan peringatan
pada keduanya, sebab sedikit banyak mereka lalai
menjalankan tugasnya sebagai pamong atau punakawan
menjaga perdamaian di Mayapada ini, tetapi terbukti dunia
masih kisruh dengan keangkara murkaan, oleh karena itu
Sang Hyang Tunggal menukar kedudukan tugas mereka di
Mayapada. Yaitu masih dalam penugasan tetap sebagai
pamong atau punakawan. Semar ditugaskan sebagai pamong
pada masarakat pakeliran kiwo (kiri) dan sebaliknya Togog

OLEH : HENKY B. HERNOWO


207

mendapat tugas pada masyarakat pakeliran tengen


(kanan). jadi posisi keduanya dibalik.
Bagaimana dengan prabu Rahwana atau Prabu Dasa
Muka? Dia hidup bahagia bersama Shinta di negeri yang
jauh, yaitu negeri Puri Rahtawu dipulau Muria. Hidupnya
hanya diabdikan untuk kepentingan masyarakat, setiap bulan
Sura mereka turun untuk membantu orang-orang fakir miskin
dan masyarakat yang membutuhkan bantuannya baik materi
ataupun non materi seperti berbagi pengalaman dan
pengetahuan dengan harapan masyarakat tesebut akan
menjadi maju.
Shinta? Bagaimana kisahnya kok dia bisa bertemu
kembali dengan Prabu Rahwana? Lima tahun yang lalu
sewaktu Prabu Rahwana berada diruang menara Puri yang
tertinggi, Prabu Rahwana merasakan semilirnya angin
gunung Rahtawu berembus lewat jendela-jendela teralisnya.
Pada saat menikmati kesejukan angin gunung Prabu
Rahwana mendengar ada suara orang sayup-sayup
tertangkap ditelinganya, suara tersebut sepertinya
memanggil-manggil namanya. Sekali lagi dipasang
telinganya lebar-lebar dan dikonsentrasikan pendengarannya
kearah datangnya suara, maka yakinlah bahwa ada
seseorang yang sedang memanggil-manggil nama Prabu
Rahwana.
Tentang gelombang suara, ilmuwan mengatakan
bahwa, gelombang suara yang muncul pada saat kita
berbicara, gelombang suara yang telah keluar dari
sumbernya itu akan berjalan keluar dengan kekuatan
tertentu yang merambat semakin menjauh akan tertangkap
telinga semakin lemah. Akan tetapi gelombang suara
tersebut tidak berhenti dan akan terus berjalan menembus
dari waktu ke waktu dan akan menumpuk terekam dilapisan
eter dialam semesta ini dan tersusun mirip bagaikan kue
lapis atau tekstur pada lingkaran tahun pada batang tua kayu
jati.
Naluriah tingkah laku binatang disebabkan jawaban
indera binatang terhadap rangsangan alam sekitar sehingga
Kumbang, lebah atau tawon, semut, ngengat adalah binatang

OLEH : HENKY B. HERNOWO


208

golongan serangga, yang punya kehidupan yang unik.


Dengan antenanya yang sensitif terhadap sentuhan dan bau
bisa mendeteksi dimana ada mangsa atau makanan dan juga
bisa mengirim sinyal-sinyal ke kelompoknya tentang
keberadaannya bahwa dia telah menemukan makanan agar
bisa ditindak lanjuti untuk mengangkut makanan tersebut
kesarangnya, dengan antenanya singengat jantan dapat
mengetahui betinanya pada jarak lebih dari 1,5 km.
Kemudian binatang yang lain seperti kelelawar, kalong
, burung-burung yang terbang mencari mangsanya pada
malam hari yang gelap gulita, juga pada tubuhnya
dilengkapi indera-indera istimewa semacam radar yang bisa
mendeteksi obyek-obyek sasaran yang dikehendaki,
sehingga dalam perburuan mangsanya atau perjalanan
terbangnya dia terhindar dari tubrukan, jatuh kelewat pada
saat mau hinggap diranting atau salah arah pada tujuan mau
pulang kesarang.
Adalagi keistimewaan pada ikan-ikan disungai di Afrika
yaitu jenis knifefish menggunakan medan listrik yang
memancar dari ditubuhnya untuk dapat mengetahui obyek
baik mangsa maupun arah sampai sejauh 2 m, kemudian
ikan-ikan dilaut, diantaranya adalah belut listrik yang hidup
diprairan yang dalam, belut listrik ini dilengkapi pertahanan
dalam tubuhnya untuk berburu atau menangkal serangan-
serangan dari musuhnya dengan kekuatan pancaran listrik
atau strum penyengat yang keluar dari tubuhnya, sehingga
musuh yang mendekat mengganggunya akan pingsan
bahkan bisa mati kesetrum listrik yang berkekuatan hampir
mencapai ribuan volt.
Para ahli meneliti, bahwa rupanya sibelut pada saat
terancam bisa dengan segera mengkonsentrasikan listrik
negatip dan listrik positip yang ada pada tubuhnya dan akan
berubah menjadi sengatan apabila tubuhnya disentuh oleh
musuhnya. Mirip apa yang dilakukan orang mencari ikan
disungai dengan membawa batery (accu) dipunggungnya
dihubungkan dua kabel yang satu bermuatan listrik positip
dan yang lain bermuatan listrik negatip, kemudian dijulurkan
kearah gerombolan ikan menjadi obyeknya diair dan ikan-

OLEH : HENKY B. HERNOWO


209

ikan tersebut pada pingsan karena tersengat listrik, itulah


cara untuk menangkap ikan dengan disetrum. Dan masih
banyak lagi seperti ikan salmon dengan penciumannya dapat
melacak kembali ketempat kelahirannya yang jaraknya
ribuan km.
Sedangkan manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhluk
ciptaannya yang lain. Artinya apa, diantara manusia-manusia
yang hidup didunia ini, ada diantaranya yang memiliki
kemampuan kemampuan yang dimiliki makluk-makluk
seperti tersebut diatas, salah satunya adalah Prabu Rahwana,
orang dulu mengartikan sebagai daya linuih atau kesaktian-
kesaktian bisa dalam bentuk reiki, tenaga dalam seperti
ginkang dan leukang, ajian brajamusti, atau ajian-ajian lain
yang lazim orang menyebut ilmu energy gaib atau tenaga
prana,.
….”Prabu Rahwanaaaa, tolonglah aku…..Shinta dalam
kesulitan….tolonglah aku Prabu Rahwanaaaa !!”……
Prabu Rahwana gusar dan gundah hatinya setelah diyakini
ada orang yang memanggil-manggil minta pertolongan
dirinya,
…..”Shinta, benarkah itu suara Shinta……benarkah
Shinta memanggil aku...Snita….Shintaaaa….Shintaaa…
dimanakah kamu….tunggulah aku….
Aku Rahwana...…Shintaaa.....ya aku Rahwana-mu
segera datang!”……
Tanpa berpamitan dengan Togog, Prabu Rahwana
langsung melesat keudara bagaikan burung alap-alap
mencari mangsanya. Dengan penglihatannya yang tajam dan
pendengaran yang peka Prabu Rahwana terus mengikuti arah
datangnya gelombang suara Shinta. Pantulan –pantulan
suara yang tertangkap bermacam-macam, namun dengan
ketajaman inderanya Prabu Rahwana berhasil memilah suara
Shinta dari suara-suara lain yang terpantul dialam raya ini.
Instingnya membawa Prabu Rahwana terbang kearah
hutan Dandaka, dan suara Shinta semakin jelas tertangkap di
telinganya.

OLEH : HENKY B. HERNOWO


210

….”Lho, suara itu dari arah bangunan tua ditengah


padang rumput dibawah,….aku ingat itu adalah silo
tua….beberapa tahun yang lalu aku telah menolong
Shinta disana,….lho, siapakah orang yang tergolek
diatasnya,….sepertinya seorang wanita,….jangan-
jangan itu adalah Shinta….ohh, benar itu
Shinta….Shintaaa, Shintaaa…..apa yang terjadi
denganmu sayang?”….
Prabu Rahwana cepat-cepat menukik turun dan mendarat
diatas silo tua dihampirinya Shinta yang tergolek tak
sadarkan diri,
…..”Shinta, Shinta sayangku……bangunlah sayang,…..
apa yang terjadi, siapa yang berani menganiaya kamu,
….bangunlah saying, bangun……kamu aman Shinta,
Rahwana ada disampingmu…..bangunlah!”……
Prabu Rahwana tidak sabar, dan segera tangannya yang
kekar itu segera mengangkat tubuh Shinta dan cepat-cepat
membawanya terbang keangkasa, melesat menuju kelembah
Rahtawu yang menurutnya adalah tempat yang aman untuk
menolong pujaannya yaitu Shinta.…..”Shinta, cintaku
bangunlah,….janganlah mati,…..bangunlah dindaku,
Rahwana akan melindungimu sayang,”….. Sambil
menggendong Shinta menuju ke Puri, Prabu Rahwana
menangisinya sambil ndremimil menyadarkan Shinta. Air
mata lelakinya mengalir deras, Rahwana menangis. Derasnya
air mata yang keluar menetesi wajah Shinta, dan ajaib air
mata itu membuat Shinta sadarkan diri, Shinta bergerak-
gerak dan membuka matanya. Prabu Rahwana gembira
sekali, didekap erat-erat tubuh Shinta, sehingga tubuh yang
ramping itu sepertinya terselimuti oleh tangan-tangan
Rahwana yang kekar,
….”Prabu Rahwana,…..Prabu Rahwana, tolonglah
hamba,…..Shinta sangat membutuhkan paduka,
….benarkah orang yang mendekapku adalah
paduka,”….Rupanya Shinta masih mengigau, ia belum sadar

OLEH : HENKY B. HERNOWO


211

benar dan belum yakin bahwa orang yang berada didekatnya


adalah benar-benar Prabu Rahwana.
…..”Dinda Shinta sadarlah…..Rahwana ada
disampingmu, ayo bukalah matamu,….Shinta
sayang!”….
Togog memperhatikan adegan mesra dari
momongannya Prabu Rahwana dan Dewi Shinta.
…..”maafkan hamba,….ternyata hamba baru tahu apa
itu yang dimaksud “cinta”…..hamba berusaha mengusir
sosok bayangan paduka,…..tapi ternyata hamba tidak
kuasa,…bahkan hamba sangat merindukannya,
dekaplah hamba Paduka,….dan lindungilah hamba
selalu, hamba akan abdikan jiwa dan raga ini buat
paduka,”…..
Dan,….”Jangan tinggalkan aku lagi ya kakanda Prabu
Rahwana, aku akan setia melayanimu,”…..
Suara Shinta sedikit merayu kepada Prabu Rahwana,
dan diluar sana terdengar, …..”E-hem,…e-hem…....mana
tahan,”........itu…..Suara Semar, mendehem-dehem,
kakinya gatal dikerubut nyamuk…kale? Rupanya Semar
bersama keluarga besarnya yaitu Petruk, Gareng dan Bagong
telah meninggalkan Karang Tumaritis dan hijrah bergabung
dengan Prabu Rahwana, dan selanjutnya mereka tinggal
dipadepokan Tempur yaitu dipuncak gunung Wukir Rahtawu
menggantikan Togog yang telah dimutasikan kepakeliran
kanan dan selanjutnya tinggal di Karang Tumaritis.
NING NONG NING GUNG……NING NONG NING GUNG……..

TAMAT
TANCEP KAYON

Salurkanlah
Dana Bantuan anda
kepada Yayasan Yatim Piatu Al Haqq
Jl. Tunggul Wulung,
Gang Soetedjo no.325 Pati
Lewat Bank Jateng
an. Yayasan Al Haqq No Rek 2-006-06413-5
OLEH : HENKY B. HERNOWO
212

TENTANG PENULIS
HENKY B HERNOWO, lahir di Kota Pati, jawa Tengah
pada tanggal 11 Juni 1950. Disiplin ilmu / profesi
sebagai Arsitek. Ayah dari 2 orang putera dan 2
orang puteri.
Kiprahnya di Industri Konstruksi dan Konsultan
Teknik (1976-2002). Semasa sekolah aktif di
Kepanduan / Pramuka di Pati. Hobinya pada tanaman

OLEH : HENKY B. HERNOWO


213

disalurkan dibidang agrobisnis di Kopeng dengan budidaya Jamur


dan tanaman hortikultura (2003-2007). Dikala senggang, ia
melampiaskan kegemaran dan bakatnya dikanvas untuk melukis
dan tulis menulis. Selain menulis buku ini, Penulis telah menulis
buku-buku diantaranya;
1. EKOR SANG NAGA.
2. DASA MUKA BANGUN.
3. GEMA BEDUG SAM PO KONG HINGGA WALI
SANGA.
4. KABAR GEMBIRA DARI CATATAN A HONG.
5. KASTO BLANDONG.
6. KENANGAN MANIS GUGUS DEPANKU
7. MISTERI KALI OPAK.
8. PANDU TUA
9. PINTU GERBANG MAJAPAHIT.
10.PRAGOLA PATI
11.PUNTUNG MENYALA BHUMI MATARAM TERBAKAR
12.RUMPUN TUMBUH DISEMBILAN MATA AIR.
13.SABDA WAYANG
14.TRAGIKOMEDI MILLINIUM.
15.DLL.
Kini Penulis tinggal di Banyumanik, Semarang Jawa Tengah dirumah
hadiah dari anak-anaknya, menghabiskan hari-tuanya bersama
isteri tercinta Tan Giok Nio.

OLEH : HENKY B. HERNOWO

Anda mungkin juga menyukai