Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ANTI ASMA DAN BRONKODILATOR

DAN OBAT TBC

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Ketrampilan Keperawatan Dasar (KKD 1)

Dosen Pengampu : Kasron, M.Kep, Ns

Disusun oleh :

1. AHMAD RIZKI KURNIAWAN (108115041)

2. GANDA TRI MULYANI (108115056)

3. MIRRA HANIFAH (108115063)

4. FITRIA RACHMA WIJAYANTI (108115068)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anti Asma
a.1 Indikator : Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi
saluran napas yang reversibel (Untuk menghilangkan gejala sesak napas
pada penderita asma bronkial, bronkitis asmatis dan emfisema).
a.2 Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif
terhadap anti asma
a.3 Pengawasan / Perhatian : Menggunakan obat semprot (terapi
inhalasi) untuk penyembuhan dan lebih aman dari obat lainnya. Sebab,
obat makan dan suntik kadang menimbulkan efek samping kurang bagus.
Interaksi Obat Lain :
 Berkurang atau hilangnya khasiat terapi
 Meningkatnya aktivitas obat, dan dapat terjadi reaksi toksik obat
a.4 Mekanisme Kerja :
Aminofilin adalah salah satu obat yang banyak ditemukan sebagai anti-
asma. Mekanisme mendilatasi bronkhiolus dari obat ini tetap belum
diketahui. Efek samping dari obat ini terkait dengan dosis. Efek samping
lain yang bias muncul adalah mual, muntah, sakit kepala, pusing,
takikardi, iritabilitas neuromuscular dan kejang. Contoh sediaan dipasaran
adalah asthmasoho, napasin. Selain aminofilin terdapat banyak golongan
lainnya antara lain teofilin, beklometason, flusonid, salbutamol, dll. Jika
pasien telah memiliki dan membawa obat asmanya sendiri lebih baik
diberikan obat asma yang telah dibawanya sendiri dan digunakan sesuai
petunjuk pada label yang tertera.
a.5 Efek Samping :
tremor, gugup, tegang, sakit kepala dan jantung berdebar. Sedangkan
untuk obat doxofylline mungkin akan terjadi gangguan kejang Paroxysmal
dan jantung yang berdebar.

2
a.6 Contoh Obat dagang :
Bronkodilator :Agonis adrenoreseptor beta, misalnya
Epineprin,Salbutamol, Terbutalin
Metilsantin, misalnya teofilin
Antimuskarinik/Antikolinergik, misalnya Ipratropium
Antiinflamasi : Kromon, misalnya Kromoglikat, nedokromil
Kortikosteroid, glukokortikoid, misalnya beklometason
Antagonis reseptor leukotrien (tidak dianjurkan pada kehamilan
B. Bronkodilator
b.1 Indikasi : untuk mengatasi gejala sesak nafas
b.2 Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
b.3 Peringatan:
 Bagi wanita hamil atau menyusui, sesuaikan dosis
bronkodilator dengan anjuran dokter.
 Harap berhati-hati bagi penderita hipertensi,
penyakit jantung, diabetes, epilepsi, dan hipertiroid.
 Jangan menggunakan bronkodilator bersamaan
dengan obat-obatan lainnya tanpa petunjuk dari dokter karena
dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang
membahayakan. Beberapa contoh obat yang harus dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada dokter adalah diuretik, obat penghambat
monoamin oksidase, obat-obatan asma pada umumnya, obat
penghambat beta, dan obat antidepresan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah
menggunakan bronkodilator, segera temui dokter.
b.4 Efek Samping Bronkodilator
 Mulut kering
 Batuk-batuk
 Sakit kepala
 Mual
 Muntah

3
 Diare
 Tangan gemetar
 Kram otot
 Jantung berdebar
b.5 Beberapa obat bronkodilator :
1. Salbutamol
a. Indikasi :obat bronkodilator untuk menghilangkan gejala sesak
napas pada penderita asma bronkial, bronkitis asmatis dan
emfisema pulmonum.
b. Kontra Indikasi :
Penderita yang hipersensitif, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi
c. Interaksi dengan obat lain :
d. Efek salbutamol dihambat oleh β2 antagonis , pemberian
bersamaan dengan MAO dpat menimbulkan hipertensi berat.
Salbutamol dan obat-obatan β bloker non selektif seperti
propanolol tidak dapat diberikan bersamaan.
e. Mekanisme kerja :
bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-
6 jam.
f. Efek Samping :
Berupa nausea, sakit kepala, palpitasi, tremor, vasodilatasi periferal,
takikardi dan hipokalemi yang kadang-kadang timbul sesudah pemberian
dosis tinggi.
g. Peringatan dan Perhatian :

4
Agar diberikan secara hati-hati pada pasien tirotoksikosis.
Karena data-data penggunaan pada tri wulan pertama dari kehamilan
masih terbatas, maka sebaiknya penggunaannya dihindari.
Hindari penggunaan pada penderita dengan hipertensi, penyakit jantung
siskemik dan pasien yang sudah tua.
h. Obat dagang :Astop, Bromosal, Butasal, BuventolEasyhaler,
Glisend, Grafalin, Lasal, Proventol, Respolin, Salbumaxturbuhaler,
Varsebron, Venasma, Ventab, Venterol, Ventolin, Volmax

2. Terbutalin
a. Indikasi
Terapi simptomatik pada asma bronkial dan bronkospasme reversibel yang
berhubungan dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), termasuk
bronkitis kronik dan emfisema

b. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap terbutalin / simpatomimetik amin. (2)
Cardiac arythmia yang berhubungan dengan takikardia
c. Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Toksisitas meningkat dengan MAO inhibitor, antidepresan trisiklik.
Efek menurun dengan beta bloker.
Risiko hipokalemia meningkat dengan kortikosteroid, diuretik, xantin.
Obat-obat simpatomimetik yang lain kemungkinan akan meningkatkan
efek samping pada kardiovaskular.
Kombinasi dengan teofilin berpotensi menimbulkan aritmia jantung.
d. Mekanisme kerja : Terbutalin menstimulasi reseptor beta
adrenergic di sistem saraf simpatetik sehingga menyebabkan
relaksasi smooth muscle di bronchial tree dan peripheral
vasculate. Efek pada reseptor alfa adregenik sedikit atau tidak
ada.

5
e. Peringatan:
 Bagi wanita yang sedang hamil, sesuaikan dosis terbutaline dengan
anjuran dokter. Sedangkan bagi wanita yang sedang menyusui, tidak
diperbolehkan mengonsumsi obat ini.
 Harap berhati-hati apabila Anda menderita diabetes, hipertensi,
gangguan jantung (aritmia atau ketidakteraturan detak jantung), serta
hipertiroidisme.
 Khusus untuk penggunaan inhaler terbutaline, harap berhati-hati apabila
Anda terdiagnosis kekurangan kalium.
 Jangan menggunakan terbutaline bersamaan dengan obat-obatan
lainnya, termasuk produk herba tanpa petunjuk dari dokter. Hal ini
dikhawatirkan dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis saat menggunakan sulfadiazine,
segera temui dokter.
f. Efek samping :
 Jantung berdebar
 Merasa gemetar atau gugup
 Sakit kepala
 Kram otot
g. Nama Dagang
- Brasmatic - Bricasma - Forasma - Lasmalin
- Nairet - Prosmalin - Pulmobron - Sedakter
- Tabas - Terasma - Tismalin (3) - Astherin

3. Fenoterol
a. Indikasi:
sebagai pengobatan gejala episode asma akut; sebagai profilaksis asma
yang dipicu olahraga; sebagai pengobatan gejala asma bronkhial dan

6
kondisi lainnya dengan penyempitan jalan napas yang reversibel seperti
obstruksi bronkhitis kronis, pengobatan bersama.
b. Kontraindikasi: Hypertrophic cardiomyopathy obstruktif;
takiaritmia; hipersensitivitas, Kehamilan, penyakitjantung,
eklampsia, preeklamsiaberat; infeksiintrauterin, kematianjanin
intrauterine, pendarahan antepartum, previaplasenta,
kompresitalipusardanterancamkeguguran.

c. Efek samping:
 gemetaran pada otot atau tengkorak kepala
 jantung berdebar
 detak jantung yang tidak normal
 saraf menegang
 sakit kepala
 vasodilatasi di sekeliling tubuh
 kram otot (kadang-kadang)
 batuk
 iritasi lokal
 bronkokonstriksi paradoks
 berkeringat
 tubuh lemas
 iv: mual dan muntah.
 berpotensi fatal: iv: jantung parah dan efek metabolik serta edema paru.
dosis tinggi dapat menyebabkan hipokalemia.

7
C. Macam – MacamObat TBC :

1. ISONIAZIDA (H)

a. Indikasi :

Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif,


disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.

b. Kontraindikasi :

Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau reaksi adversus,


termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut, tiap etiologi :
kehamilan(kecuali risiko terjamin).

c. Kerja Obat :

Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa


hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme kerja
berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri.

d. Interaksi :

Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, tetapi


mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazide bersamaan
dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya konsentrasi obat
tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis. Antikonvulsan seperti
fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid.
Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin, menyebabkan hepatotoksisitas,
antasida dan adsorben menurunkan absopsi, sikloserin meningkatkan
toksisitas pada SSP, menghambat metabolisme karbamazepin,
etosuksimid, diazepam, menaikkan kadar plasma teofilin. Efek Rifampisin
lebih besar dibanding efek isoniazid, sehingga efek keseluruhan dari
kombinasi isoniazid dan rifampisin adalah berkurangnya konsentrasi dari
obat-obatan tersebut seperti fenitoin dan karbamazepin

8
e. Efek Samping :

Efek samping dalam hal neurologi: parestesia, neuritis perifer, gangguan


penglihatan, neuritis optik, atropfi optik, tinitus, vertigo, ataksia,
somnolensi, mimpi berlebihan, insomnia, amnesia, euforia, psikosis toksis,
perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna, hiperrefleksia, otot
melintir, konvulsi. Hipersensitifitas demam, menggigil, eropsi kulit
(bentuk morbili,mapulo papulo, purpura, urtikaria), limfadenitis,
vaskulitis, keratitis. Hepatotoksik: SGOT dan SGPT meningkat,
bilirubinemia, sakit kuning, hepatitis fatal. Metaboliems dan endrokrin:
defisiensi Vitamin B6, pelagra, kenekomastia, hiperglikemia, glukosuria,
asetonuria, asidosis metabolik, proteinurea. Hematologi: agranulositosis,
anemia aplastik, atau hemolisis, anemia, trambositopenia. Eusinofilia,
methemoglobinemia. Saluran cerna: mual, muntah, sakit ulu hati, sembelit.
Intoksikasi lain: sakit kepala, takikardia, dispenia, mulut kering, retensi
kemih (pria), hipotensi postura, sindrom seperti lupus, eritemamtosus, dan
rematik

f. Peringatan/Perhatian :

Diperingatkan hati-hati jika menggunakan Isoniazid pada sakit hati kronik,


disfungsi ginjal, riwayat gangguan konvulsi. Perlu dilakukan monitoring
bagi peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita yang
mengalami penyakit hati kronis aktif dan gagal ginjal, penderita berusia
lebih dari 35 tahun, kehamilan, pemakaian obat injeksi dan penderita
dengan seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2 mg
untuk mencegah reaksi adversus.

Overdosis. Gejala yang timbul 30 menit sampai 3 jam setelah pemakaian


berupa mual, muntah, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan atau
halusinasi, tekanan pernafasan dan SSP, kadang kadang asidosis,
asetonurea, dan hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium.

2. RIFAMPISIN

a. Indikasi:

Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan dengan


antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang

b. Kerja Obat :

9
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan
spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-
polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.

c. Interaksi :

Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi


dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar
plasma dari dizopiramid, meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat
metabolisme kloramfenikol, nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin,
tiroksin, anti depresan trisiklik, antidiabetik (mengurangi khasiat
klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea), fenitoin, dapson, flokonazol,
itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol, indinafir, diazepam,
atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin, verapamil,
siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek
kostikosteroid, flufastatin. Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang
kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme
tersebut. Obat obat tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama
pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah Rifampisin
dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi: diantaranya : protease inhibitor,
antibiotika makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin,
fenitoin, verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam,
midazolam, triazolam dan beberapa obat lainnya.

d. Efek Samping :

Efek samping pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit epigastrik,
mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP: letih rasa
kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal
umum, nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian
frekuensi rendah sementara ( jarang). Hipersensitifitas: demam, pruritis,
urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah, eosinofilia, hemolisis,
hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal akut( reversibel).
Hematologi: trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk
anemia hemolisis. Intoksikasi lain: Hemoptisis, proteinurea rantai rendah,
gangguan menstruasi, sindrom hematoreal.

e. Peringatan/Perhatian :

10
Keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada anak anak usia
kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan pada : penyakit
hati, riwayat alkoholisma, penggunaan bersamaan dengan obat
hepatotoksik lain.

Overdosis Gejala yang kadang kadang timbul adalah mual, muntah, sakit
perut, pruritus, sakit kepala, peningkatan bilirubin, coklat merah pada air
seni, kulit, air liur, air mata, buang air besar, hipotensi, aritmia ventrikular.

3. PIRAZINAMIDA

a. Indikasi :

Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti


tuberkulosis lain.

b. Kontraindikasi :

Terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria, hipersensitivitas.

c. Kerja Obat :

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Mekanisme kerja, berdasarkan pengubahannya menjadi
asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.

d. Efek Samping:

Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam anoreksia, hepatomegali,


ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia sideroblastik, urtikaria.
Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan. Hati-hati
penggunaan pada: penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga
atau diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak sempurna;
penderita dengan riwayat tukak peptik.

e. Peringatan/Perhatian :

Hanya dipakai pada terapi kombinasi anti tuberkulosis dengan pirazinamid


, namun dapat dipakai secara tunggal mengobati penderita yang telah
resisten terhadap obat kombinasi. Obat ini dapat menghambat ekskresi
asam urat dari ginjal sehingga menimbulkan hiperurikemia. Jadi penderita
yang diobati pirazinamid harus dimonitor asam uratnya.

11
Overdosis Data mengenai over dosis terbatas, namun pernah dilaporkan
adanya fungsi abnormal dari hati, walaupun akan hilang jika obat
dihentikan.

4. ETAMBUTOL

a. Indikasi :

Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat


lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan
untuk anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.

b. Kontraindikasi :

Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik.

c. Kerja Obat :

Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman TB yang


telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme kerja,
berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang
membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding
sel.

d. Interaksi :

Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat menunda dan


mengurangi absorpsi etambutol. Jika diperlukan garam alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.

e. Efek Samping :

Efek samping yang muncul antara lain gangguan penglihatan dengan


penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan pandang.
Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka
etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala, disorientasi,
mual, muntah dan sakit perut.

12
f. Peringatan/Perhatian :

Jika Etambutol dipakai, maka diperlukan pemeriksaan fungsi mata


sebelum pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; usia
lanjut; kehamilan; ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan
penglihatan. Etambutol tidak diberikan kepada penderita anak berumur
dibawah umur 6 tahun, karena tidak dapat menyampaikan reaksi yang
mungkin timbul seperti gangguan penglihatan.

5. STREPTOMISIN.

a. Indikasi :

Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid, Rifampisin,


dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan 2
atau lebih obat kombinasi tersebut.

b. Kontraindikasi :

hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida lainnya.

c. Kerja Obat:

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang sedang membelah.


Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.

d. Interaksi :

Interaksi dari Streptomisin adalah dengan kolistin, siklosporin, Sisplatin


menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan vankomisin menaikkan
ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan risiko
hipokalsemia, toksin botulinum meningkatkan hambatan neuromuskuler,
diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas, meningkatkan efek
relaksan otot yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik
dari neostigmen dan piridostigmin.

13
e. Efek Samping :

Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya
boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.

f. Peringatan/Perhatian :

Peringatan untuk penggunaan Streptomisin : hati hati pada penderita


gangguan ginjal, Lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam, hentikan obat
jika sudah negatif setelah beberapa bulan. Penggunaan intramuskuler agar
diawasi kadar obat dalam plasma terutama untuk penderita dengan
gangguan fungsi ginjal

Ofloxacin

Suatu senyawa antibakteri sintetik dari golongan kuinolon yang bersifat

bakterisida. Ofloksasin aktif terhadap bakteri aerobik gram positif termasuk

penghasil penisilinase

 Mekanisme kerja

menghambat DNA girase, suatu enzim essensial yang merupakan katalitas penting

dalam duplikasi dan transkripsi DNA bakteri.

 Efek samping

Mual, muntah, diare, sakit kepala, ruam dan gatal

b. Levofloxacin

Levofloxacin memiliki spectrum antibakteri yang luas, yang aktif terhadap bakteri

gram positif dan gram negative.

 Mekanisme kerja

Dengan cara menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri

 Efek samping

14
Mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, insomnia, mengantuk, gatal,

keringat berlebih dan lelah.

 Farmakokinetik

Pada pemberian oral, levofloxacin diabsorpsi secara cepat dan hamper sempurna.

Konsentrasi plasma tertinggi biasanya dicapai 1-2 jam setelah minum obat.

Penetrasi levofloxacin pada jaringan paru sangat baik

c. Ciprofloxacin

Ciprofloxacin merupakan suatu anti infeksi sintetik golongan quinolon,

ciprofloxacin efektif terhadap bakteri gram-negatif dan gram-positif.

 Mekanisme kerja

Dengan cara menghambat DNA topoisomerase yang biasa disebut DNA girase.

 Efek samping

Mual, muntah, diare, sakit kepala, letih, gangguan penglihatan dan anemia.

 Farmakinetik

Ciprofloxacin diabsorpsi dengan baik oleh saluran pencernaan. Ciprofloxacin dan

metabolitnya di eksresikan melalui urin dan feses.

15
BAB III
PENUTUP

c. KESIMPULAN
Penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan
penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan
lingkungan.Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera
ditangani dengan cepat.

Antikolinergik dapat digunakan sebagai bronkodilator karena efek obat


tersebut pada saraf vagus , mengakibatkan relaksasi otot polos bronkus yang
menyebabkan bronkodilatasi. Steroid digunakan untuk mengurangi respon
inflamasi di jalan nafas, tindakan inhalasi steroid cendrumg menurunkan berbagai
macam efek sistemik yang terkaid dengan penggunaan steroid. Antagonis reseptor
leoukotrien dapat menghambat atau menjadi antagonis reseptor untuk produksi
leukotrien. D4 dan E4 yang demikian meghambat berbagai tanda dan gejala asma.
Surfaktan paru di masukkan ke dalam system pernapasan bayi premature yang
tidak memiliki surfaktan dalam jumlah dekat untuk memastikan pengembangan

16
alveolus. Stabilisator sel mast adalah obat anti asma yang menghambat anti
mediator inflamasi dan membantu mengurangi pembengkakan serta menyumbat
jalan napas.
d. SARAN
Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bias dengan mengkonsumsi
makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu di
rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan
cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga. Pemberian vaksin
BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi TBC yang lebih
berat.Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita.

DAFTAR PUSTAKA

http://healthcare-pharmacist.blogspot.co.id/2011/10/obat-anti-tuberkulosis.html

https://yathyqhueenz.wordpress.com/2011/04/20/materi-antiasma-dan-antitusif/

http://www.situsobat.com/2014/05/meptin-tablet.html

http://www.otsuka.co.id/?conten/product/detail/6/8/meptin%C2%AE%20tablets%
20and%20meptin%C2%AE%20mini%20tablets/yes

http://www.vemale.com/topik/asma/63523-obat-penyakit-asma-doxofylline-dan-
bambuterol.html

https://yosefw.wordpress.com/2007/12/22/penggunaan-bronkodilator-
simpatomimetika-%CE%B22-agonist-dalam-terapi-asma/

http://www.sehatmagz.com/obat-obatan/mengenal-salbutamol-obat-pelega-asma/

http://www.alodokter.com/terbutaline
http://pionas.pom.go.id/monografi/terbutalin-sulfat

https://hellosehat.com/obat/fenoterol
http://pionas.pom.go.id/monografi/fenoterol-hidrobromida

17

Anda mungkin juga menyukai