Anda di halaman 1dari 32

CATATAN PASAR GULA PER NOVEMBER 2016

PASAR GULA DUNIA

Pasar di bulan November

Nilai pasar di bulan November dilaporkan terus mengalami penurunan. Harga sesaat (spot) raw
sugar di awal bulan 20,76 cents/lb, kemudian naik tertinggi pada 21,62 tetapi menurun lagi hingga
19,25 cents/lb. Akibatnya harga rata-rata bulanan hanya 20,29 cents/lb atau menurun 1,93
cents/lb (8,7%) dari bulan sebelumnya.
Harga white sugar (GKP) mempunyai pola yang serupa, turun dari harga tertinggi USD 606,55 per
ton (27.51 cents/lb) menjadi USD 575.20/ton (26.09 centsd/lb) pada 30 November. Secara rata-
rata bulanan, turun ke USD 549.10/ton (24.91 cents/lb) terhadap USD 594.49/ton (26.97 cents/lb)
di bulan Oktober.
Nilai premium GKP (selisih antara ISO White Sugar Price Index dengan ISA daily price)
menunjukkan penurunan yang kecil di bulan
Nopember, bergerak dari USD 104.72/ton ke
USD 101.85/ton. Nilai tersebut juga cukup tinggi
dibandingkan rata-rata 3 tahun sebesar USD
82.10/ton.

Di wilayah Brasil Tengah-Selatan, pada periode pertama Nopember tergiling tebu 21,76 juta ton,
menurun 31,47% terhadap periode kedua Oktober dan turun 15,34% terhadap periode yang sama
tahun 2015. Total dalam musim giling ini, telah digiling 561,185 juta ton tebu, meningkat 3,70%
terhadap periode yang sama tahun 2015. Total produksi gula meningkat 16,96% terhadap tahun
2015, yaitu mencapai 33,560 juta ton. Menurut Asosiasi Industri UNICA, 107 PG telah selesai
.giling untuk musim giling 2016/17, dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang hanya 30
PG. Total industri meningkat hanya 0,54 % di periode pertama Nopember terhadap periode yang
sama tahun lalu. Meskipun tebu digiling turun pada periode pertama Nopember dibandingkan
tahun lalu, jumlah alokasi produksi gula yang naik cukup besar dari 38,20% ke 48% pada tahun ini
menyebabkan produksi gula naik 13,58%
sebesar 1,366 juta ton

Harga gula domestik dan dunia yang tinggi


dibarengi dengan permintaan ethanol yang
menurun karena harga minyak yang turun
menyebabkan PG lebih memilih memproduksi
gula yang lebih menguntungkan dari pada
ethanol.
Menurut data dari Centro de Tecnologia Canavieira (CTC), terjadi penurunan produksi gula akibat
menurunnya produktivitas tebu per ha. Dibadingkan tahun 2015 periode yang sama, produktivitas
turun 13,63% yaitu dari 78,27 ton/ha ke 67,60 ton/ha. Pembongkaran ratoon menurun dari yang
direncanakan untuk mengurangi investasi dalam rangka memenuhi kewajiban hutang.

Wilayah Utara-Timurlaut masih terus menderita karena kecilnya curah hujan dibandingkan normal.
Walaupun iklim kering berdampak negatif terhadap pertumbuhan tebu, tetapi hal itu menyebabkan
musim giling di wilayah tersebut menjadi maju. Menurut data Kementerian Pertanian, sejak awal
giling sampai periode awal Nopember telah tergiling 25,05 juta ton tebu, sedikit menurun 1,67%
terhadap periode yang sama tahun lalu.

Menurut data Kementerian Perdagangan Brasil, ekspor gula mencapai 2,583 juta ton di bulan
Nopember, meningkat 18,45% terhadap bulan sebelumnya dan naik 9,71% dibanding bulan yang
sama tahun lalu. Mata uang Brasil terdepresiasi dengan cukup signifikan, dari 3,2 ke mendekati
3,5 per USD yang menguntungkan bagi bisnis ekspor gula.

Di India, negara terbesar dalam konsiumsi gula dan nomer dua terbesar dalam hal produksi
mengawali musim gilingnya pada bulan
Oktober untuk tahun 2016/2017.

Menurut data ISMA, per 30 Nopember


PG telah menggiling 2,741 juta ton,
meningkat 17% terhadap peride yang
sama tahun lalu. Total PG yang
beroperasi ada 365 PG, meningkat
terhadap tahun lalu yang hanya 340 PG.

Per awal November, Ministry of


Consumer Affairs, Food and Public
Distribution memproyeksikan produksi
musim ini mencapai 22,52 juta ton, naik
dibandingkan taksasi ISMA per
September sebesar 23,37 juta ton.
Namun demikian, Asosiasi masih yakin bahwa produksi 2016/17 cukup sehingga tidak perlu ada
impor gula. Bahkan, karena curah hujan normal di seluruh wilayah, India diharapkan dapat
surplus gula di tahun 2017/18. Di negara bagian Maharashtra saja, produksi akan meningkat 3,5
juta ton. Di Karnataka, produksi juga akan kembali naik di sekitar 1,0 sampai 1,5 juta ton.
Sementara itu di Uttar Pradesh akan meningkat sekitar 500.000 ton.

China mengawali musim gilingnya pada 19 September. Sampai dengan akhir Oktober, 26 PG
Beet dan 1 PG Tebu telah beroperasi dan menghasilkan 258,300 ton. Untuk MG 2016/17
(October/September) taksasi produksi menurut China Sugar Association bakalan meningkat
15.1%, ke 10,0 juta ton, naik dari 8,702 juta ton tahun sebelumnya.

Area tertanam sebesar 20,27 juta mu (1,368 juta ha), terdiri dari 17,75 juta mu tebu dan 2,52 juta
mu beet. Produksi gula eks tebu diperkirakan naik 14.1% dari 7,852 juta ton tahun lalu menjadi
8,960 juta ton, sementara gula eks beet naik dari 849,800 ton ke 1,04 juta ton.

Total produksi tersebut masih jauh dibawah kebutuhan konsumsi nasional sehingga di tahun
2016/17 China masih menjadi negara pengimpor gula terbesar di dunia meskipun Pemerintah
telah melepas cadangan nasionalnya ke pasar. Setelah lelang pertama bulan Oktober sebesar
200.000 ton, Pemerintah menjual 108.000 ton sebelum lelang kedua pada 9 Nopember.
Sementara itu, impor resmi di bulan Oktober hanya 110.000 ton, menurun 70% dari tahun lalu dan
turun tajam di bawah 500.000 ton dari bulan yang lalu.
Musim giling berikutnya di Thailand akan dimulai bulan Desember. Lembaga pergulaan yang
ada, baik Sugar Board maupun Thai Sugar Millers memproyeksikan produksi tebu dan gula di
tahun 2016/2017 akan turun 3% akibat kekeringan terparah dalam dua dekade terakhir di
pertengahan 2016. Hujan di bulan Oktober yang jauh di atas rata-rata 5 tahun diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu pada minggu-minggu akhir sebelum awal giling.

Dalam laporan yang diterbitkan WASDE bulan Nopember, Kementerian Pertanian Amerika
(USDA) memproyeksikan produksi gula Amerikan di tahun 2016/17 sebesar 9,331 juta ton setara
raw sugar , naik 3,6% dari tahun sebelumnya. Produksi gula tebu mencapai 3,960 juta ton, naik
90.000 ton terhadap musim yang lalu, sementara produksi gula beet diharapkan tumbuh 252.000
ton.

Amerika berharap agar impor berkurang di tahun 2016/17. Menurut USDA short import di
Nopember tahun yang akan datang sebesar 2,691 juta ton setara raw sugar, termasuk 1,018 juta
ton dari Mexico. Di tahun 205/16 impor diperkirakan 3,341 juta ton, termasuk 1,309 juta ton dari
Mexico. Menurut US Deartement of Commerce (DOC), perjanjian antara Amerika dan Meksiko
yang sudah ditadatangani dua tahun lalu sepertinya tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
Setelah dilakukan review yang makan waktu lama oleh DOC, belum ada ada jawaban dari Mexico
sebagai bahan untuk menyelesaikan sengketa bagi negosiator dari kedua belah pihak.

Musim giling di Mexico baru saja dimulai. Per 26 Nopember, telah diproduksi 111.347 ton gula
dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 155.085 ton. Kementerian Pertanian
mengharapkan produksi gula total akan naik 4,3% ke 6,371 juta ton terhadap pencapaian area
yang sudah tergiling 3,9%. Kementerian Ekonomi telah mengeluarkan pedoman harga gula
sebagai dasar pembelian tebu di musim ini, yaitu setara USD 591,44 per ton. Angka yang cukup
tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar USD 486,86 per ton.

Panen beet di Eropa telah mencapai puncaknya. Bulan Oktober Komisi Eropa memproyeksikan
produksi gula putih 2016/17 mencapai 16,9 juta ton termasuk yang digunakan untuk ethanol, naik
14% dari tahun lalu. Lembaga Pemantau Komoditi EU, MARS mengupdate proyeksinya untuk
produksi rata-rata gula beet Eropa mencapai 73,76 ton/ha, sedikit menurun dari 73,72 ton/ha dari
sebelumnya tapi masih 2,7% di atas tahun lalu.

Per 1 Desember, di Russia , 50.7 juta ton gula beet telah diproduksi, naik 34% dari tahun lalu.
Pruduktivitas per ha naik dari 37,96 ton ke 46,62 ton. Per 21 November produksi gula beet
melampaui 4,0 juta ton. Dengan pertimbangan ada impor dari Belarus, secara keseluruhan ada
300.000 ton yang masih dapat diekspor tahun ini.

2. Kendala dan Prospek


Pada 23 Nopember, perusahaan konsultan Australia Green Pool Commodity menurunkan
proyeksi defisit gula dunia menjadi 5,28 juta ton dari semula 5.8 juta ton di September. Green
Pool juga menurunkan defisit tahun 2015/16 ke 7,52 juta ton ke 8,39 juta ton.

Pada awal Desember, perusahaan konsultan Datagro melaporkan bahwa Brazil juga merevisi
defisit gula dunia di tahun 21016/17 turun ke 5,16 juta ton setara rawa sugar, dari semula
diproyeksikan sebesar 6,48 juta ton di bulan Nopember. Revisi ini dibuat karena ada peluang
peningkatan produksi gula dunia di beberapa negara termasuk China, Ukraine, Central America,
Mexico dan Brazil’s North-Northeast.
Perusahaan broker dan konsultan di Sao Paulo, INTL FCStone baru-baru ini juga menurunkan
defisit gula global tahun tanam 2016/17 (October-September) sebesar 2,2 juta ton menjadi 7.5
juta ton.

Pada 18 Nopember, ISO menerbitkan revisi pertamanya untuk neraca gula dunia tahun
2016/17. Defisit global direvisi menjadi 6.2 juta ton dari sebelumnya 7.0 juta ton sebagaimana
proyeksi di bulan Agustus. ISO juga melontarkan pemikiran awal mendasar mengenai pasar
dunia di tahun 2017/18. Dengan asumsi iklim normal dan sistem tertutup, dalam 21 bulan
mendatang kemungkinan tercapai keseimbangan antara supply dan demand di musim yang akan
datang.

II. SEKILAS KONDISI GULA BEBERAPA NEGARA


ANGOLA
Bioenergia de Angola (Biocom) memproduksi 51,500 ton gula di tahun 2016/17, melebihi
targetnya sebesar 47,000 ton dan 24,700 ton diproses tahun 2015/16.

ARGENTINA
Di Tucuman, tempat produksi terbanyak, 13 dari 15 PG berhenti giling. Tebu tergiling 16,737 juta
ton menghasilkan 1,606 juta ton gula. Produksi sementara sudah 87.000 ton di atas tahun lalu.

CUBA
Azcuba mengharapkan terjadi kenaikan produksi gula 12% di tahun giling 2016/17 . 54 PG akan
beroperasi di giling yang akan datang ini, dimana 45 PG diantaranya mulai pada bulan Desember
dan 9 PG sisanya di bulan January.

MESIR
Pada 4 Nopember, Kementerian Pasokan (Ministry of supply) menyampaikan telah
menghapuskan bea masuk impor gula putih sebesar 20% . Keputusan ini diambil sehari setelah
Mesir mengambangkan mata uangnya karena Pemerintah mengincar pinjaman dari IMF sebesar
12 miliar dolar.

ETHIOPIA
Menurut Asosiasi Gulanya produksi tahun ini dapat mencapai 700,000 ton, naik dari musim
sebelumnya 400,000 ton dan lebih dari 650,000 ton untuk konsumsi domestik. PG Wonji,
Showa, Metehara dan Fincha saat ini beroperasi full kapasitas, sedangkan PG Kesem dan
Tendaho di bawah kapasitas. PG Omo Kuraz 1 sudah hampir siap beroperasi sedangkan PG
Omo Kuraz 2 dijadwalkan harus beroperasi juga tahun ini.
Sementara itu,beberapa proyek telah ditunda atau dijadwalkan kembali.

HONDURAS
Menurut Association of Sugar Producers APAH, produksi 2016/17 ini diharapkan mencapai
542,800 ton, naik 8% dari musim lalu akibat kekeringan.

NICARAGUA
Menurut The National Committee of Sugar Producers (CNPA) produksi gula tahun ini diharapkan
dapat mencapai 736,000 ton, berarti naik 105,800 ton dari tahun lalu karena musim bagus dan
dan rendemen naik. Produksi tebu rata-rata diperkirakan 77 ton/ha tahun ini, dibandingkan tahun
lalu hanya 65.77ton/ha.

III. NEW SUGAR PRODUCTION PROJECTS


Di Mesir, Al Sharkiya Sugar Manufacturing SAE, atau Al Nouran, merencanakan membangun PG
beet baru senilai USD 360 juta Lini produksi pertamanya dari rencana semua ada 4, mampu
mengolah 14,000 ton beet per hari, akan beroperasi musim semi 2017.
The West Kenya Sugar Company imerencanakan membangun PG kedua senilai KES 4 miliar
(USD 39 juta) dengan kapasitas f 2,500 tcd.

IV. ETHANOL

US
The US Environmental Protection Agency (EPA) menerbitkan revisi akhir ketentuan standar bahan
bakar yang dapat diperbaharui - Renewable Fuel Standard (RFS) 2017 pada akhir Nopember.
Jika dibandingkan dengan konsep awal di bulan Mei, RFS 2017 final mencakup revisi peningkatan
dari 1,4 juta ke 72,97 juta liter bahan bakar terbarukan. EPA menaikkan kewajiban penggunaan
bio-fuel - yang memerlukan pengurangan 50% emisi karbon - dari 1,01 juta liter ke 16,20 juta liter.

Dibandingkan tahun lalu, RFS 2017 menyebabkan penggunaan bahan bakar terbarukan tumbuh
6%, dimana 3% dari segmen konvensional dan 19% dari segmen modern. Menururt EPA, proyeksi
pemakaian wajib untuk bio-fuel ini termasuk 757 juta liter ethanol-tebu yang diimpor dari Brazil,
sebagaimana tahun sebelumnya. Tahun
2015, kenyataan impornya jauh lebih kecil
dan akan terjadi juga di 2016, tetapi
menurut EPA angka ini termasuk wajar
sebagai sasaran antara dari angka yang
sangat tinggi tahun-tahun sebelumnya
menuju titik impor yang makin rendah.

Ekspor ethanol di bulan September 2016


memperlihatkan pertumbuhan yang kuat
dan mencapai rekor tertinggi. Melemahnya
dolar dan menurunnya daya saing supplier
dari Brasil makin meningkatkan ekspor.
Total di bulan September mencapai 380,6
juta litre, meningkat 64% terhadap bulan
yang sama tahun lalu dan 55% lebih besar
dari bulan Agustust.

Total peningkatan January/September


2016 mencapai 2,656 juta liter (year on
year), naik dari 2,389 juta liter sebelumnya.

Dari nilai total tersebut, diambil Kanada 655.2 juta litre, China 563,2 juta litre, Brazil 495,7 juta
litre, India 1029 juta litre, Philippina 167,3 juta litre dan Korea Selatan 111.9 juta litre.

BRASIL
Sejak awal musim 2016/17 pada medio Nopember telah diolah 23,56 juta liter ethanol, turun
4,82% terhadap periode yang sama tahun lalu. Produksi hydrous ethanol jatuh 11.37% ke 13,56
juta litres, sementara while anhydrous ethanol naik 5,77% ke 10.00 juta litres. Secara kumulatif,
53.22% tebu giling telah dialokasikan untuk memproduksi ethanol, dibandingkan 58.30% di 2015.

Menurut Brazil’s National Petroleum Agency (ANP), penjualan hydrous ethanol mencapai 1.198
juta litres di Oktober, menurun signifikant 31.54% terhadap bulan yang sama di tahun 2015. Dari
January sampai October, penjualan hydrous ethanol turun sampai 16.6%, dibandingkan periode
yang sama tahun 2015.

Menurut ANP, sampai dengan Oktober, konsumsi bahan bakar mengalami penurunan 4,7%
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2015. Selain itu, pada akhir November,
Petrobras telah membuat kebijakan baru dimana harga bensin lebih menarik disbanding harga
etanol. Hal ini tmenyebabkan peningkatan konsumsi bensin (naik 4% pada Oktober tahun ini
dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu dan penjualan naik 3,4% antara Januari hingga
Oktober tahun ini dibandingkan dengan 2015) dan, akibatnya, terjadi juga peningkatan konsumsi
etanol anhidrat (fuel grade ethanol) seiring dengan mandatory terhadap rasio campuran etanol-
bensin 27%.
Sementara itu, suasana ekonomi saat ini kurang menggembirakan dengan adanya persetujuan
OPEC untuk mengurangi supplai minyak. Harga minyak mengalami kenaikan 8,1% pada awal
Desember. Petrobras telah mengingatkan adanya peluang untuk produksi ethanol dalam jangka
panjang bagi industry gula Brazil karena pertumbuhan yang deficit untuk kapasitas pengilangan
minyak dan bensin di Brazil.
Selanjutnya, bersama 19 negara lain, pemerintah Brazil telah meluncurkan program Biofuture
Platform pada COP (Conference of the Parties) ke 22 bulan November 2016, yang bertujuan untuk
mempercepat pembangunan dan penggunaan bahan bakar low carbon sebagai pengganti bahan
bakar berbasis fossil.
Pemerintah Brazil juga mengumumkan adanya program RenovaBio yang bertujuan untuk
melakukan peningkatan produksi ethanol dan biodiesel agar memenuhi tujuan dari Kesepakatan
Paris (COP ke 21). Namun, detail program dan bagaimana mempercepat produksi ethanol 50
Milyar Liter pertahun ditahun 2030 masih belum diumumkan,

Terkait pedagangan, Brazil mengekspor 40,4 juta liter ethanol pada bulan November. Ekspor
menurun 79,27% dibanding ekspor pada bulan yang sama di tahun 2015 dan mengalami
penurunan 39,08% dibanding bulan Oktober 2016. Jumlah kumulatif eksport dari Januari hingga
November masih naik sekitar 9.12% dibanding periode yang sama di tahun 2015.

UNI EROPA
Import ethanol (tidak termasuk blending dan produk lain) mengalami penurunan terendah dalam
sejarah di perdagangan Rotterdam untuk ethanol fuel grade. Pada bulan Agustus, import ethanol
23,6 juta liter mengalami penurunan dari 53,1 juta liter di bulan Juli. Sementara itu, total iimport
untuk ethanol tahun 2016 adalah 422,9 juta liter naik dari 324,9 liter ditahun sebelumnya. Ethanol
diimport dari Guetamala (84,6 juta liter), Pakistan (62,2 juta liter) dan Peru (57,6 juta liter)

Komisi Eropa menyajikan proposal untuk Clean Energy Package 2030 yang mencakup revisi RED
(Renewable Energy Directive) untuk tahun 2020-2030.
Melanjutkan perhatian terhadap perubahan penggunaan lahan tak langsung (Indirect land use
change, ILUC), share biofuel dari tanaman di jalan dan kereta tidak boleh melebihi 3,8% di tahun
2030. Ini artinya negara anggota bisa membatasi lebih rendah dari batas ini. Sebagai tambahan,
share minimum biofuel naik dari 1.5% menjadi 6.8% di tahun 2030. Nilai ini termasuk bahan bakar
terbarukan yang berasal dari non-biologi seperti Hidrogen, Limbah, dan Listrik renewable. Share
atau pangsa untuk bio-fuel lanjutan seperti alga, waste, jerami, limbah peternakan, gliserin, ampas
dan minyak organic naik dari 0.5% di 2021 menjadi 3.6% di tahun 2030. Nilai ini termasuk minimal
1,7% biofuel dari minyak goreng bekas, lemak binatang dan tetes. Tambahan, bahan bakar
terbarukan yang disupplai untuk penerbangan dan maritime harus dihitung dengan energy content
1,2 kalinya.

Asosiasi Etanol Terbarukan Eropa (Epure) mengatakan proposal untuk menghentikan atau
membatasi penggunaan biofuel berbasis tanaman secara signifikan telah mengabaikan ilmu
pengetahuan dan merugikan investasi 16 Milyar Euro pabrik biofuel di Eropa sejak tahun 2003
sebagai akibat kebijakan biofuel Uni Eropa. Proposal tersebut saat ini dikirim ke Parlemen dan
Dewan Eropa, yang mewakili pemerintah negara-negara anggota.

Negara-negara lain

Kanada
Pemerintah federal akan berkonsultasi dengan provinsi, wilayah, dan pemangku kepentingan
lainnya untuk mengembangkan standar bahan bakar bersih. Standar bahan bakar bersih akan
menetapkan persyaratan untuk mengurangi intensitas karbon dari bahan bakar yang dipasok pada
tahun tertentu berdasarkan analisis siklus hidup. Berlawanan dengan mandat bahan bakar
terbarukan, pendekatan ini tidak akan mengandung bahan bakar rendah-karbon tertentu atau
teknologi yang harus digunakan; sebaliknya, ini akan fokus pada pengurangan emisi. Penerapan
standar bahan bakar bersih akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian
komitmen Kanada untuk mengurangi emisi gas rumah kaca 30% di bawah levee 2005 pada tahun
2030.

China
Sejumlah pemerintahan di provinsi timur laut China telah mengikuti contoh yang ditetapkan oleh
Provinsi Jilin yang memperkenalkan subsidi untuk produksi etanol. Jilin mengatur subsidi CNY 200
/ ton dan ini diikuti oleh Inner Mongolia (CNY 200 / ton), Liaoning (CNY 100 / ton) dan Heilongjiang
(CNY300/ton). Bersamaan dengan rendahnya harga jagung, dukungan pembayaran akan
membantu meningkatkan utilisasi kapasitas industri yang sangat rendah dalam beberapa tahun
terakhir.
Impor etanol pada Oktober 2016 menunjukkan tren menurun, hanya 1,2 juta liter yang diimpor.
Impor terendah sejak Januari 2015. Impor ini berasal dari Afrika Selatan. Nilai ini menurun
dibandingkan dengan 10,1 juta liter pada bulan September dan 69,0 juta liter tahun sebelumnya.
Total Januari / Oktober naik ke 694,0 juta liter dibandingkan dengan 370,1 juta liter untuk periode
yang sama tahun sebelumnya. Negara asal utama ethanol adalah Amerika Serikat (667,2 juta
liter).

V. MOLASSES
Analis F.O. Licht mencatat peran molasses di pasar pakan AS telah berkurang dalam beberapa
tahun terakhir bila dibandingkan dengan jagung sebagai akibat ekonomi yang relatif kurang
menggembirakan. Namun, tahun 2015/16 menunjukan hal sebaliknya, berupa peluang molasses.
Hal ini dikarenakan didorong oleh produksi dalam negeri yang tinggi dan impor yang tinggi juga.
Sisa molasses pada tahun 2016/17 dibentuk oleh faktor-faktor baik karena produksi dalam negeri
dan masuknya molasses dari Amerika Tengah yang diperkirakan akan tetap tinggi.
Namun keberhasilan melawan harga jagung yang murah terjadi pada factor harga. Harga impor di
AS saat ini lebih rensah 11% dibanding 12 bulan yang lalu. Selama eksportir tetes mengikuti harga
jagung maka akan bisa dikirim sebanyak volume tahun 2015/16. Selama produksi regional
diperhatikan maka dimungkinkan untuk meningkatkan eksport. Diharapkan total konsumsi tetes di
industry pakan AS pada kisaran 1.4-1,5 juta ton saat ini.
VI. KOGENERASI
Di Brazil, listrik hasil kogenerasi biomassa mencapai 2.352,96 GWh pada bulan November, turun
dari 2.865,14 GWh pada bulan Oktober. Listrik biomassa mewakili lebih dari 9% total kapasitas
listrik berlisensi yang beroperasi di negara itu. Listrik biomassa tebu mencapai 76% dari seluruh
listrik berbasis biomassa.

VII. PEMANIS ALTERNATIF


Stevia
Coca-Cola telah meluncurkan Coca-Cola Life dengan pemanis stevia di Uni Emirat Arab (UEA).
Minuman, yang merupakan cola rendah kalori dimaniskan dengan campuran stevia dan gula.
Sebelum diluncurkan ke pasar lain, awalnya diluncurkan di Argentina dan Chile pada 2013
(termasuk Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 2014, dan Australia pada tahun 2015) .
Di UAE, Coca-Cola Life mengandung 27kcal per 100ml, dengan pengurangan kalori sekitar 36%.
Pemasok bahan makanan Belanda DSM, sedang mempersiapkan untuk membawa stevia
fermentasi ke pasar Uni Eropa. Stevia fermentasi DSM akan membantu memenuhi permintaan
pasar yang berkembang untuk glikosida steviol dengan kualitas baik yang diproduksi secara
berkelanjutan, dan memiliki pasokan yang fleksibel sesuai dengan DSM. Terdaftar sebagai E 960
di Eropa, Stevia telah disetujui untuk pasar Uni Eropa di bawah regulasi 1331/2008. Peraturan ini
menyebutkan proses produksi dilakukan dalam dua langkah yang melibatkan ekstraksi air dari
daun tanaman Stevia rebaudiana Bertoni dan pemurnian awal, diikuti dengan rekristalisasi
glikosida steviol.
DSM telah meminta Komisi Eropa untuk mengubah spesifikasi yang ada termasuk memasukkan
proses manufaktur baru di mana pemanis dihasilkan dari fermentasi molekul manis Rebaudioside
A menggunakan strain ragi rekayasa genetika dari Yarrowia lipolytica.

DSM saat ini sedang dalam tahap pengembangan, dengan mengajukan peraturan dan
ketersediaan komersial yang diproyeksikan pada akhir 2018. Stevia fermentasi DSM belum
disetujui untuk pasar baik di Uni Eropa atau di tempat lain. DSM harus memenuhi prasyarat
European Securities and Market Authority’s (ESMA) pada pertengahan September 2017.

DSM bukan satu-satunya perusahaan yang bekerja pada stevia fermentasi. Pada bulan Mei,
perusahaan bioteknologi EVOLVA yang berkantor pusat Swiss dianugerahi paten Eropa untuk
teknik memproduksi stevia fermentasi.
Lainnya
Senomyx yang berbasis di San Diego menggunakan teknologi penguat rasa berbasis reseptor
dengan untuk mengembangkan bahan penguat rasa terbaru dan telah mengklaim telah membuat
kemajuan yang signifikan dalam program untuk mengidentifikasi pemanis alami baru yang bisa
menyaingi stevia dan buah monk. Tim R & D mereka difokuskan pada mengembangkanpemanis
alami ke dalam tahap pengembangan. Menurut CEO perusahaan, Pemanis baru berasal dari
sumber tanaman yang memiliki potensi yang lebih besar dan rasa yang lebih baik dibanding
rebaudioside-A [dikenal sebagai steviol glikosida dalam daun stevia] dalam evaluasi sensorik.
Senomyx melakukan pemilihan pemanis yang dengan biaya produksi efektif untuk skala komersial
dari sumber alami (misalnya. Daun, buah), sebagai lawan dari metode fermentasi (seperti yang
digunakan oleh Cargill dan EVOLVA untuk membuat steviol glikosida Reb D + M).

VIII. WTO DAN PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS


WTO
Ketua perundingan pertanian WTO menyambut gembira adanya “shift in gear” terkait kesepakatan
sebagian besar negara-negara untuk mendukung subsidi pertanian di konferensi tingkat menteri
badan perdagangan global di Buenos Aires pada bulan Desember 2017. Namun, ia juga
mengatakan bahwa negara-negara kunci sedang dalam "sinyal kesulitan" di area ini. Perbedaan
ini berlanjut antara AS dan China untuk meneruskan negosiasi.

Sebuah proposal baru diajukan oleh Afrika, Karibia, dan Pasifik (ACP) kelompok negara yang
disebut mendukung pada keseluruhan subsidi pertanian. Kelompok ini berpendapat bahwa aturan
baru harus menyebutkan adanya batas ikatan yang menyeluruh untuk semua dukungan terhadap
distorsi perdagangan domestik," serta menetapkan batas khusus produk untuk menghindari
subsidi yang berkonsentrasi pada barang-barang pertanian tertentu. Proposal ini menjadi
perhatian atas usulan Brazil dan sekelompok negara-negara Amerika Latin lainnya dalam
pengajuan terpisah.
Sebuah proposal terpisah diajukan oleh delapan negara-negara pengekspor pertanian yang
mendesak adanya penghapusan "jamina keamanan pertanian khusus" - sebuah instrumen yang
disepakati sebagai bagian dari Perjanjian WTO untuk sektor Pertanian. Instrumen ini ditetapkan
dua decade yang lalu, tapi negara-negara pengekspor melihat ini sebagai penghalang yang tidak
diinginkan untuk perdagangan pertanian.
Proposal ini disponsori oleh Paraguay, Argentina, Australia, Colombia, Selandia Baru, Pakistan,
Uruguai, dan Vietnam.

Perjanjian Perdagangan Bebas (TPP)

Presiden AS terpilih Donald Trump menegaskan bahwa setelah menjabat ia akan menarik keluar
Amerika Serikat dari Trans-Pacific Partnership (TPP). Sebuah langkah meninggalkan mitra
dagang Asia-Pasifik yang akan mempengaruhi rencana untuk memperkuat ikatan perdagangan di
wilayah tersebut. Pengumuman As untuk keluar TPP telah menyebabkan ketidakpastian terkait
kesepakatan yang hasil negosiasi bertahun tahun.
Pemerintah Australia mengindikasikan akan melanjutkan ratifikasi TPP, seperti negara lain.
Sekretaris Ekonomi Meksiko telah menyarankan bahwa mungkin ada cara lain untuk melanjutkan,
misalnya untuk melihat apakah TPP bisa dibagi menjadi penawaran bilateral. Sementara itu para
pemimpin dari beberapa negara TPP telah secara terbuka mempertanyakan apakah bermanfaat
tanpa adanya AS.
TPP saat ini meliputi 12 penandatangan: Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia,
Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Amerika Serikat, dan Vietnam.
Ada pandangan bahwa ketidakpastian TPP bisa menjadi momentum untuk negosiasi integrasi
pakta regional lainnya. Misalnya, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan
Free Trade Area of the Asia Pacific (FTAAP).
The RCEP merupakan kelompok 16 negara Asia Pasifik yang didalamnya ada sepuluh anggota
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), serta Australia, China, India, Jepang,
Selandia Baru, dan Korea Selatan.
FTAAP adalah ide lama yang didukung oleh AS dan China yang melihat minat baru dalam
beberapa tahun terakhir. FTAAP berpotensi melibatkan semua anggota kelompok 21-negara
Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), yang meliputi Amerika Serikat dan China, serta
semua negara peserta penandatangan TPP dan beberapa negara lainnya.
Menteri APEC pada pertemuan baru-baru ini di Lima, Peru menegaskan kembali komitmen
mereka untuk realisasi FTAAP sebagai instrumen utama untuk lebih memperdalam agenda
integrasi ekonomi regional APEC.

RCEP
Negosiasi 16-negara Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dilaporkan
membuat kemajuan meskipun pembicaraan terkait perdagangan dan kesepakatan investasi akan
disimpulkan tahun ini masih kurang jelas.
Perjanjian RCEP yang diusulkan, dimana negosiasi dimulai pada tahun 2012, memasukkan 16
negara di Asia-Pasifik, yang terdiri dari hampir setengah dari populasi global dan sepertiga dari
PDB dunia. Ruang lingkup perdagangan bebas
Scope perjanjian meliputi barang, jasa, dan investasi, serta kompetisi, hak kekayaan intelektual,
dan penyelesaian sengketa.
Menteri RCEP juga mengadakan rapat intersessional Menteri di Cebu, Filipina, 3-4 November,
meninjau kemajuan yang sudah dicapai sampai saat ini termasuk langkah-langkah apa mungkin
diperlukan untuk mencapai kesepakatan dalam waktu dekat. Dalam pernyataan bersama para
Menteri ditekankan urgensi dicapainya percepatan kesimpulan negosiasi RCEP, sebagai upaya
tunggal, yang akan memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk kepercayaan ekonomi
global. Negosiasi RCEP putaran akhir dijadwalkan akan diadakan pada bulan Desember 2016 di
Indonesia.

IX. LAIN LAIN


Rata-rata indeks harga pangan dunia FAO adalah 172,6 poin pada Oktober 2016, naik 0,7% dari
September dan 9,1% di atas bulan yang sama tahun lalu. Pada bulan Oktober, nilai gula dan susu
meningkat tajam, sementara indeks sereal menunjukkan sedikit peningkatan. Pencapaian ini
bertepatan dengan penurunan tajam indeks minyak dan daging, sehingga menjaga nilai
keseluruhan FFPI sedikit di atas rata-rata September.

Pada bulan November, parlemen Portugal menyetujui pajak konsumsi khusus pada minuman
dengan tambahan gula dan pemanis lainnya mulai Februari 2017, sehingga akan meningkatkan
harga akhir dari minuman manis sebesar EUR 0,15-0,30 (USD 0,22) untuk setiap botol 1,5 liter.
Di Inggris, pemerintah baru-baru ini menerbitkan sebuah rancangan undang-undang yang
menyatakan retribusi dua-lapis untuk minuman ringan mengandung gula GBP 0,18 / liter (USD
0,23) untuk minuman ringan dengan kandungan gula lebih dari 5 g / 100 ml dan GBP 0,24 / liter
(USD 0,30) untuk lebih dari 8 g / 100 ml. Pajak mulai berlaku pada April 2018.

Embraer dan Boeing sedang menguji pesawat (E170) yang menggunakan bahan bakar biojet
berbasis tebu. Menurut Boeing, pesawat sukses melakukan penerbangan beberapa kali dan
menghasilkan pengurangan 80% emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar
konvensional.

Terminal Loading / Muat Gula Baru, Terminal Gula Suape, terletak di negara bagian timur laut
Brazil Pernambuco telah memuatkan gula ke kapal pertama kali pada bulan November. Biaya
untuk membangun terminal baru adalah BRL58 juta dan akan memiliki kapasitas tahunan 500.000
ton gula pada bulan Januari pada saat operasi penuh nanti.
Review Laporan Survey:

Oleh:
Nizwar Syafaat

Hasil survey “Industrial anad Direct Sugar Consumption – An International


Survey” yang dilakukan oleh International Sugar Organization (ISO) sangat menarik dan
menyajikan informasi lengkap tentang perkembangan struktur konumsi gula beberapa
negara di dunia. Pokok bahasan ditekankan pada dua hal, yaitu: review atas hasil
survey dan implikasinya bagi Indonesia.

Hasil Survey
Sebagai informasi deskriptif tentang struktur konsumsi gula (Industri vs
konsumsi langsung Rumah Tangga), laporan ini sangat berguna bagi anggota
organisasi gula dunia untuk menentukan arah bisnis selanjutnya. Namun sayangnya
laporan ini terasa kering tidak diikuti oleh analisis terhadap data yang ada secara lebih
mendalam. Sepertinya analisis lanjutannya diserahkan kepada masing-masing
stakeholder yang berkepentingan dengan industri gula. Selama periode 2005-2015
konsumsi gula total meningkat 1.92% per tahun. Pada periode yang sama konsumsi
industri meningkat sebesar 2.7 % jauh di atas pertumbuhan konsumsi langsung rumah
tangga yang hanya mencapai 0.40 %. Pertumbuhan konsumsi gula industri dipicu oleh
pertumbuhan soft drink yang mencapai 4 % setahunnya. Pola atau struktur konsumsi
gula yang demikian diikuti oleh Indonesia, dimana penurunan konsumsi gula Rumah
Tangga diikuti oleh peningkatan konsumsi gula untuk industri solf drink (halaman 25
dan Gambar 30). Struktur konsumsi Indonesia seperti itu didukung oleh kebijakan
pendirian industri gula rafinasi dengan kapasitas 5 juta ton. Kebijakan pembangunan
industri gula rafinasi ditujukan untuk memasok gula industri yang tidak mungkin
dipasok oleh gula Kristal putih produksi domestik. Dengan demikian kebijakan
pergulaan Indonesia telah membawa Indonesia kepada pola struktur konsumsi gula
dunia dan mematikan industri gula Kristal putih produksi dalam negeri. Kebijakan
tersebut juga menyebabkan Indonesia menjadi importir gula kedua terbesar dunia
(USDA, 2016) dan ketergantungan konsumsi terhadap impor paling besar di dunia yaitu
sekitar 65% (USDA, 2016).
Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi gula dunia sebesar
23 kg/kapita/tahun atau 63 gram/kapita/hari. Konsumsi gula China hanya 15 kg atau

1
International Sugar Organization (ISO) November 2016

1
41 gram/kapita/hari; India 19.8 kg atau 54 gram/kapita/hari; Philipina 20.5 kg atau 56
gram/kapita/hari; Indonesia 23.5 kg atau 64 gram/kapita/hari; EU 32 kg atau 88
gram/kapita/hari; Brazil 53 kg atau 145 gram/kapita/hari; USA 58.5 kg atau 160
gram/kapita/hari. Lebih lanjut hasil survey melaporkan bahwa selama periode 2001-
2015 tingkat konsumsi per kapita beberapa negara ada yang naik (Indonesia halaman
24 Gambar 30), tetap (Belarus halaman 8 Gambar 4) dan menurun (Mautarius halaman
26 Gambar 23).
Dalam analisis deskriptinya, ISO mencoba mengaitkan antara konsumsi per
kapita dengan presentase konsumsi industri (halaman 45 Gambar 66) ternyata hasilnya
kedua variabel tersebut tidak berkorelasi. Juga ISO mengaikan antara GDP per kapita
dengan persentase konsumsi industri (halaman 47 Gambar 67) ternyata hasilnya kedua
variabel tersebut tidak berkorelasi. ISO tidak membahas lebih lanjut faktor penyebab
hal tersebut.
Hal yang sangat disayangkan dalam laporan survey ini adalah tidak ada
pembahasan tingkat konsumsi per kapita dikaitkan dengan aspek kesehatan, padahal
WHO2 telah merekomendasikan konsumsi gula (added sugar) sebesar 25
gram/kapita/hari. Di Indonesia sendiri, Kemeterian Kesehatan3 merekomendasikan
konsumsi gula 27 gram/kapita/hari dan LIPI4 sebesar 30 gram/kapita/hari. Apabila data
konsumsi hasil survey tersebut dikaitkan dengan rekomendasi konsumsi yang
dikeluarkan WHO akan lebih menarik dan tentunya mencengankan bahwa konsumsi
gula rata-rata dunia sudah 100% lebih di atas rekomendasi WHO.
Konsumsi pangan berbeda dengan papan. Kalau pangan harus terukur
konsumsinya sesuai dengan norma kesehatan. Kalau tidak demikian maka akan
menimbulkan beberapa penyakit. Sebagai contoh tingkat konsumsi gula Indonesia 64
gram/kapita/hari itu jauh di atas rekomendasi hidup sehat yaitu 113 % di atas
rekomendasi LIPI sebesar 30 gram-Widyakarya Pangan dan Gizi 2007 dan 156 % di
atas rekomendasi WHO sebesar 25 gram, serta 137 % di atas rekomendasi Kemenkes
sebesar 27 gram.

Implikasinya Bagi Indonesia


Konsumsi gula berlebihan itu akan menjemput kematian lebih awal. Sebuah
studi tahun 2013 memperkirakan ada 180.000 kematian di seluruh dunia yang
diakibatkan konsumsi minuman manis. Para peneliti menyimpulkan, kematian mungkin
dikarenakan hubungan minuman manis dengan risiko seperti diabetes, penyakit
jantung, dan kanker. Menurut laporan Kemenkes bahwa setiap tahun prevalensi
diabetes dan penyakit jantung di Indonesia mengalami peningkatan signifikan.
Diprediksikan prevalensi diabetes pada tahun 2030 sebanyak 23.2 juta orang.
2
World Economic Forum (2015)
3
Menkes dalam PMK No 41 Tahun 2014 merekomendasikan konsumsi gula/kapita/hari 2 porsi setara 100 kkal
(halaman 86) setara 27 gram ( 10 gram gula setara dengan 37 kkal halaman 37)

4
Widya Pangan dan Gizi (2007).

2
Berdasarkan hasil survey kementerian Kesehatan, bahwa secara nasional selama
periode 2007-2013 proporsi obesitas dan Diabites Melitus meningkat mamsing-masing
41% dan 100 %. Sangat mungkin tingkat konsumsi gula yang berlebihan akan
menjemput kematian penduduknya lebih awal. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, maka perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat luas
agar mengurangi konsumsi gula sesuai dengan rekomendasi hidup sehat.
Untuk memenuhi konsumsi sebesar 64 gram/kapita/hari tersebut pemerintah
harus impor gula sebesar 3.24 juta ton karena produksi domestik hanya 2.49 juta ton.
Selama periode 2006-2015 total impor gula sebanyak 35 juta ton. Jika harga gula
impor CIF sebesar US$500 per ton dengan nilai tukar sebesar Rp 13.000 per US$, maka
devisa negara yang terkuras untuk membiayai impor sebesar Rp 228 trilliun. Dengan
kata lain pemerintah mengeluarkan uang trilliun rupiah sia-sia hanya untuk menjemput
kematian penduduknya lebih awal. Selain itu, dengan impor gula sebesar 35 juta ton
menyebabkan pemerintah kehilangan kesempatan untuk menciptakan pendapatan
petani tebu yang mamsih berada dibawah garis kemiskinan sebesar Rp 149 trilliun
(AGI,2016).
Untuk mengurangi impor gula, pemerintah bisa melakukan dua program dari sisi
demand, yaitu (1) memberikan edukaksi kepada masyarakat luas agar mengurangi
konsumsi gulanya sesuai dengan rekomendasi hidup sehat; dan (2) meningkatkan
pasokan gula domestik. Selanjutnya program meningkatkan pasokan gula demostik
dengan memperluas areal tanam tebu. Tidak terlalu besar tambahan produksi
domestik yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan gula sesuai dengan
rekomendasi hidup sehat, hanya sekitar 300.000 ton atau sekitar tambahan areal
60.000 hektar. Apabila pemerintah mempunyai rencana menyediakan lahan baru
sekitar 600.000 hektar, sangat besar peluangnya Indonesia menjadi eksportir gula
dunia (NS).

3
PERKEMBANGAN HARGA GULA 2016

Harga lelang Petani

AGI berusaha mengumpulkan data harga lelang gula di tingkat PG, baik yang dilakukan
oleh PG maupun petani (sebagian besar). Sayang sekali tidak semua perusahaan gula
anggota AGI menyampaikan data secara lengkap sehingga data yang terkumpul terbatas.
Namun demikian secara sekilas dapat digunakan sebagai gambaran fluktuasi harga yang
terjadi tahun ini berdasarkan kurun waktu tertentu dan wilayah PG yang dapat pula
mewakili daerah propinsi.

Secara umum, harga pada awal giling sangat tinggi karena bersamaan dengan waktu
Lebaran maupun belum mulainya musim giling. AGI diikutkan dalam berbagai rapat
koordinasi yang dilakukan Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan dalam rangka
mengupayakan turunnya harga retail agar tidak memberatkan konsumen. Dalam rapat
juga dilibatkan asosiasi pedagang gula yang secara de facto saat itu menguasai gula
dalam jumlah yang lebih banyak.

Mengingat upaya mengendalikan harga tersebut belum cukup efektif, Pemerintah melalui
Kementerian BUMN mewajibkan agar gula milik PG BUMN dijual ke Bulog dengan harga
tertentu dan Bulog harus menjual ke pasar dengan harga maksimal Rp.12.500

HARGA GULA PETANI PG KBB, RA, CB, MB DAN RW I 2016


Rp/kg

!14,500

!13,500

!12,500

!11,500

!10,500
Mei Jun Jul Agus Sept Okt
KBB RA Rata-Rata RW I CB MB

Gambar 1. Perkembangan Harga Lelang PG-PG RNI Group di Jawa Timur.

Gambar 1 menunjukkan perkembangan data harga lelang gula PG-PG dalam lingkup RNI
Grup yang berlokasi di Propinsi Jawa Timur. Dari data di atas terlihat bahwa harga
cenderung menurun dari semula lebih dari Rp. 13.000 per kg pada awal giling turun
sampai di sekitar Rp.10.500 pada bulan Oktober. Namun, dari informasi dari lapangan
harga pada akhir tahun sudah mulai naik lagi di atas Rp. 11.000 /kg.
Gambar 2 menunjukkan perkembangan harga lelang di wilayah Sumatera yang diwakili
oleh data dari PG-PG di bawah PTPN VII. Trend harga juga sama seperti di Jawa yaitu
cenderung menurun. Namun demikian tingkat harga yang dicapai relatif lebih tinggi karena
untuk wilayah Sumatera, jumlah gula yang tersedia relatif lebih terbatas.

HARGA GULA PETANI PTPN VII 2016


!14,000
!13,000
Rp/kg

!12,000
!12,500
!10,000
!12,000
!8,000
!11,500
!6,000
!11,000 !4,000

!10,500 !2,000

!10,000 !"
Mei Juni Juli Agus Okt

Bunga!Mayang Cinta!Manis PTPN!VII

Gambar 2. Perkembangan Harga Lelang PG-PG PTPN VII (Sumsel).

Gambar 3 diperoleh dari hasil lelang PG-PG PTPN XI (Jawa Timur). Dari segi trend juga
senada dengan PG-PG RNI Group di Jawa Timur. Suatu hal yang menarik adalah harga
lelang gula PG Semboro yang selalu lebih tinggi dari PG lain. Hal ini karena PG Semboro
sudah menggunakan proses DRK (Defekasi Remelt Karbonatasi) dengan hasil gula
kualitas premium.

HARGA GULA PETANI PTPN XI 2016


!11,400

!11,350

!11,300

!11,250

!11,200

!11,150

!11,100

!11,050

!11,000
Sept Okt

Wonolangan Jatiroto Semboro Wringinanom


Olean Pandjie Asembagus Prajekan
Sudono Purwodadi Rejosari Pagotan
Kedawung Gending Pajarakan PTPN!XI

Gambar 3. Perkembangan Harga Lelang PG-PG PTPN XI (Jatim).


Harga Retail di seluruh Indonesia

Perkembangan harga jual retail setiap bulan dari seluruh wilayah Indonesia yang bisa
dihimpun AGI ditampilkan di Gambar 4.

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa harga gula pasir di pasar tertinggi pernah
mencapai Rp. 19.000 per kg. Walaupun secara bertahap sudah mulai bisa diturunkan,
terutama karena pasar dibanjiri oleh gula yang diimpor Bulog, namun belum bisa
mencapai level terendah di awal tahun. Mengingat harga lelang gula di bulan Desember
ini juga sudah mulai merangkak naik, dapat dipastikan bahwa harga retail masih akan
berada di kisaran Rp.14.000 per kg.

HARGA RATA-RATA GULA PASIR DI BEBERAPA KOTA INDONESIA 2016


!20,000

!19,000

!18,000

!17,000

!16,000
Rp/kg

!15,000

!14,000

!13,000

!12,000

!11,000

!10,000
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nop
DKI!Jakarta Bandung Semarang Yogyakarta Surabaya Banten
Banda!Aceh Medan Padang Pekan!Baru Jambi Pangkal!Pinang
Palembang Bengkulu B!Lampung Denpasar Mataram Kupang
Goronalo Pontianak Palangkaraya Banjarmasin Samarinda Manado
Palu Makassar Kendari Ambon Jayapura Ternate
Mamuju Manokwari Tanjung!Pinang Tanjung!Selor

Gambar 4. Perkembangan Harga Retail di beberapa daerah.

Gambar 5 menunjukkan secara rata-rata Indonesia dari semua wilayah perkembangan


harga retail gula dari bulan ke bulan. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa harga
sangat fluktuatif meskipun trend cenderung naik.

HARGA RATA-RATA GULA PASIR INDONESIA 2016


Rp/kg

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nop
Series1 13,076 13,102 13,025 13,159 14,835 15,865 16,266 15,714 14,830 14,441 14,226

Gambar 5. Rata-rata Perkembangan Harga Retail di Indonesia.


Dari data dan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa keinginan Pemerintah untuk
menstabilkan harga sampai dengan saat ini belum dapat terpenuhi sesuai harapan.

Mudah-mudahan di masa mendatang akan dibuat kebijakan yang lebih komprehensif


sehingga tercipta kestabilan harga dalam rangka menjamin kepastian usaha bagi para
pelaku industri gula, baik PG, petani maupun pedagang.

Jakarta, Desember 2016.


SITUASI GULA DALAM NEGERI

Melihat perkembangan pelaksanaan giling tebu untuk PG-PG di Indonesia, AGI


memprediksi bahwa produksi gula nasional tahun 2016 akan mengalami penurunan
dibanding produksi tahun sebelumnya hal ini disebabkan adanya fenomena La Nina
dan kemarau basah yang berpengaruh terhadap produktivitas tebu dan rendemen pada
gilirannya akan menurunkan hasil gula yang diproses di PG-PG seluruh Indonesia
dampaknya Indonesia akan mengalami defisit gula.

Menurut hasil rapat Ditjenbun di Bali tgl. 3 Desember 2016 taksasi poduksi gula
nasional tahun 2016 sebesar 2,2 juta ton GKP (dari target 2,8 juta ton), lebih rendah
dari produksi tahun 2015 sebanyak 2,49 juta ton. Analisa AGI dari data-data produksi
PG BUMN/Swasta yang telah masuk ke AGI, angka 2,2 juta ton itupun kemungkinan
tidak bisa dicapai. Berdasarkan pengamatan lapangan dan laporan yang di terima AGI,
kendala yang dihadapi PG-PG terutama di Tebang Muat Angkut (TMA) dimana
sepanjang masa giling hujan terus menerus sehingga menyulitkan angkutan tebu dari
lahan ke pabrik, tenaga tebang tidak optimal kerjanya juga berakibat tidak lancarnya
giling tebu dan proses dipabrik kejadian ini akibat dari pengaruh La Nina dan kemarau
basah yang terjadi tahun 2016.

Dari data produksi gula 2016 yang dapat direkapitulasi AGI per-tgl 31 Oktober 2016
(data lengkap yang sudah masuk) dapat kami sampaikan sebagai berikut :
PG-PG LUAS AREAL TEBU GILING PROTAS HABLUR REND. GULA TETES
(Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ton) (%) (%) (Ton) (Ton)

PTPN/RNI (BUMN)
- Jawa 184,145.70 14,410,547.70 77.11 914,805.60 4.97 6.35 908,298.40 690,223.70
- Luar Jawa 35,654.70 2,306,519.30 74.10 151,394.40 4.25 6.17 148,683.50 95,713.20

SWASTA
- Jawa 54,581.60 3,852,130.20 70.58 237,720.80 4.36 6.17 188,022.30 182,660.20
- Luar Jawa 107,461.40 8,127,922.80 75.64 634,809.60 5.91 7.81 0.00 316,607.00

PG-PG INDONESIA 381,843.40 28,697,120.00 75.15 1,938,730.40 5.08 6.76 1,245,004.20 1,285,204.10
2016
PG-PG INDONESIA 431,480.00 29,383,498.00 68.10 2,417,447.80 5.60 8.23 2,424,700.14 1,375,853.00
2015
2016 % 2015 88.50 97.66 110.36 80.20 90.62 82.12 51.35 93.41

HASIL FINAL 2015 446,042.00 30,165,767.00 67.60 2,490,614.16 5.58 8.28 2,498,086.00 (?)

Mengingat sampai saat ini masih ada PG yang belum selesai giling analisis ini
menggunakan data sampai dengantgl. 31 Oktober 2016 dan sebagai data pembanding
adalah data pada periode yang sama per-tanggal 31 Oktober 2015. Mudah-mudahan
dalam Rapat Pleno AGI yang akan datang data produksi gula nasional sudah
merupakan data final untuk seluruh PG di Indonesia.

Dari data tersebut dapat dijelaskan :

Mayoritas perolehan hasil giling berada dibawah kondisi 2015 kecuali Produktivitas tebu
yang mencapai 110% dibanding tahun 2016, luas lahan tebu hanya tercapai 381.843
Ha (88,5% thd 2015) namun demikian jumlah tebu digiling masih menunjukkan hasil
yang relatif sama dengan tahun 2015 (97,6 %) hal ini karena ada beberapa PG/PTPN
yang berhasil meningkatkan produktivitas dan rendemen tebu dengan meningkatkan
budidaya, tebang angkut dan sistim pengairan yang cukup berhasil seperti di PTPN VII
(Lampung) dan PTPN XIV (Sulawesi Selatan), hal ini juga mendongkrak Produktivitas
tebu secara nasional pada posisi 75 ton/Ha (110 % thd 2015).

Secara nasional perjalanan giling 2016 mengalami kendala cuaca, pengaruh La Nina
dan kemarau basah terutama untuk PG-PG di Jawa proses Tebang Muat Angkut
mengalami kesulitan karena hujan yang terus menerus sehingga mengakibatkan :

1. Kerja tenaga tebang tidak optimal pada kapasitas tebang/orang.


2. Pengambilan tebu ke lahan tebangan harus diongklang karena truck tidak bisa
masuk kelahan.
3. Jalan angkutan tebu dari kebun ke pabrik banyak yang rusak
4. Pasokan tebu ke pabrik tidak lancar
5. Giling tidak lancar
6. Penurunan rendemen dan kerugian gula karena tebu lasah, tebu menginap dan
tebu kotor.

Dampak yang nyata dari kendala yang terjadi adalah rendemen tebu mengalami
penurunan yang drastis dari 8, 23 % tahun 2015 (Oktober 2015) ke 6,76 % tahun 2016
(82 % thd 2015) atau turun 2 poin.
Produksi gula nasional per-tgl. 31 Oktober 2016 : 1,24 juta ton (51 % thd 2015) prediksi
sampai kondisi final (menurut AGI) 1,6 - 1,8 juta ton sehingga target prediksi awal
produksi gula 2,2 juta ton nampaknya tidak bisa dicapai.

Pada saat sebelum giling 2016. Kementerian BUMN berencana untuk memberikan
penjaminan rendemen 8,5 % kepada petani, dimaksudkan untuk meningkatkan gairah
petani dalam menanam tebu sehingga pasokan tebu ke PG-PG BUMN diharapkan
meningkat untuk meraih target produksi yang dicanangkan pemerintah sebesar 2,8 juta
ton th. 2016.

Menteri BUMN Rini Sumarno pada Mei 2016 mengalokasikan impor raw sugar 381.000
ton dan menugaskan PTPN X untuk memproses impornya, dan akan diolah di PG
PTPN dan RNI, raw sugar tersebut dimaksudkan sebagai kompensasi jaminan pabrik
gula yang akan mensubsidi rendemen petani 8,5 % dan menstabilkan harga gula kristal
putih. Dalam perjalanannya dengan kondisi PG-PG dimana performance terutama
rendemen turun drastis, penjaminan rendemen 8,5 % tidak terlaksana, namun rencana
impor raw sugar dan pengolahannya di PG BUMN tetap akan dilaksanakan, hanya saja
alokasinya dikurangi menjadi 114.000 ton raw sugar (ijin impor telah diterbutkan
Kemendag), sedangkan sisanya 267.000 ton dialihkan ke BULOG.

BULOG diberi kewenangan untuk mengolahkan raw sugar sebanyak itu di PG manapun
yang disukai.

Pengolahan raw sugar 114.000 ton oleh PG BUMN hasilnya akan dijual ke BULOG,
untuk raw sugar 267.000 ton akan diproses di PG-PG yang akan ditetapkan oleh
BULOG adalah untuk menutup defisit gula akibat tidak tercapainya produksi nasional th.
2016 disamping itu juga untuk menstabilkan harga gula yang akhir-akhir ini melonjak
sampai mencapai harga Rp. 13.500/kg dipasar. Diharapkan harga gula normal
dikisaran Rp. 10.500 - Rp. 11.500/kg.

Jakarta, Desember 2016.


PROSPEK INDUSTRI
GULA THAILAND

Dibuat oleh :
Asosiasi Gula Indonesia (AGI)
(Khusus untuk Anggota)
Desember 2016
GAMBARAN UMUM
Thailand saat ini adalah MACAN GULA di Asia
• Eksporter gula terbesar kedua setelah Brasil (6,5 juta -8,0 juta ton/thn)
• Produsen gula terbesar ketiga setelah Brasil dan India (10,5 juta ton/thn)
• Produksi tertinggi tahun 2014/2015 :
Tebu digiling 100 - 105 juta ton
Gula diproduksi 11,34 juta ton
• Tahun 2015/16 turun karena kekeringan, produksi gula hanya 9,7 juta ton

• Pemerintah terus
mendorong petani
padi beralih ke tebu
• Jarak antar PG yang
diijinkan diturunkan
dari 80 km ke 50 km
• Mendorong
berkembangnya
investasi PG
produksi gula dan tebu
• Produksi semakin meningkat dalam 15 tahun terakhir
• Dari sekitar 6 juta ton menuju 12 juta ton gula
KARAKTERISTIK INDUSTRI

Pada umumnya masa giling sekitar 120 hari


KARAKTERISTIK PETANI
• Areal PG tersebar
di Tengah, Utara
dan Timur
• Semua tebu
berasal dari petani
(growers)
• Kepemilikan
kebanyakan sekitar
7 ha (84%)
• Umur tebu 10 -14
bulan tergantung
varietas
• Tebu/ha relatif
rendah 64 ton/ha,
tertinggi 74 ton/ha
• Kebanyakan tidak
beririgasi cukup,
kecuali wilayah
Central yg teririgasi
25%
Produktivitas Petani
• Tebu per ha kalah dengan Brasil (80 ton/ha) dan Australia (85 ton/ha)
• Rendemen 10-11%, dibawah Brasil dan Australia (13-14%)
• Pengembangan areal banyak ke Utara-Timur yang murni lahan tegalan (rainfed
cane), tetapi punya keunggulan rendemen lebih tinggi
Perbandingan Produktivitas Dunia

• Tebu/ha di Thailand kalah dengan Indonesia tetapi menang di rendemen


• Produtivitas gula per ha tertinggi saat ini Columbia
• TC : TS adalah kebalikan dari rendemen (Ton cane per ton sugar)
8 Perusahaan Gula Terbesar
Pemain terbesar ada 8 perusahaan gula

1. Mitr Phol Group, total kapasitas 130.500 TCD, terdiri dari 6 PG,
memproduksi GKP. Di luar Thailand juga memiliki 7 PG di China, di Laos,
dan di Australia. Saat ini Mitr Phol adalah produsen gula besar di dunia.
2. Thai Roong Ruang (TRR), memiliki 7 PG, 4 diantaranya berkapasitas di
atas 20.000 tcd, terkecil 5,800 tcd.Mulai tahun 20014 memproduksi
ethanol.
3. Kaset Thai Integrational Sugar Corporation Ltd. (KTIS), terdiri dari 3
PG, 1 pabrik pulp, 1 pabrik ethanol dan 1 biomass power plant. Salah satu
PG nya, Kaset Thai Factory adalah PG terbesar di dunia dengan
kapasitas 55,000 tcd.
4. KSL memiliki 5 PG yang tersebar di 5 wilayah. KSL juga memiliki 1 PG di
Laos dan 2 di Kamboja.
5. Korach Industry, memiliki 2 PG
6. Erawan Sugar Company, memilik 2 PG dengan total kapasitas 30,000 -
40,000 tcd.
7. Wang Kanai Group, memiliki 4 PG dengan total kapasitas 100,000 tcd.
8. Cristala, mempunyai 4 PG. Sedang melakukan regrouping dengan
merelokasi pabrik karena ketidak cukupan bahan bau


Produksi Perusahaan Gula besar
Thailand Masa Datang (2025/2026)….(1)
• Ada 6 PG baru yang disetujui untuk dibangun sebelum 2014 akan menambah kapasitas 125,272
TCD.
• Ada lagi tambahan 13 PG baru yang baru disetujui akan menambah kapasitas 267,000 TCD.
• Disamping peningkatan kapasitas juga akan menambah hari giling dari rata2 120 ke 150 hari.
• Total tebu digiling akan meningkat 25% dari PG yang sudah ada saat ini.
• Total tebu digiling nantinya dapat mencapai ke arah 200 juta ton.
Thailand Masa Datang (2025/2026)….(2)

Tantangan Bagi
Masyarakat Gula
Indonesia :
Akankah kita kejar
atau cukup jadi
pasar ???

Anda mungkin juga menyukai