Anda di halaman 1dari 29

psikiatri

1. SCIZOFRENIA

Pedoman Diagnostik

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih gejala-gejala tersebut kurang jelas)
a. Thought Echo : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran hilang, walaupun isinya sama tetapi
kualitasnya berbeda atau
Thought Insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk masuk
kedalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal) dan
Trought Broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehngga orang lain atau
umum mengetahuinya

b. Delusion of Control : waham tentang dirinya dikendalikan sesuatu kekuatan


tertentu dari luar atau
Delusion of Influence : waham tentang dirinya dipengaruhui oleh sesuatu
kekuatan terbentuk dari luar atau
Delusion of Passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap sesuatu kekuatan dari luar
Delitional of Perception : pengalama inderawi yang tidak wajar, yang bermakna
sangat khas, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

c. Halusinasi Auditarik tdd


 Suara halusinasi yang berkomentas secara terus menerus terhadap perilaku
pasien atau
 Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara) atau
 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

d. Waham-waham yang menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil misalkan kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (misalkan mampu mengendalikan cuaca dsb)

2. Atau paling sedikit dua sejak dibawah ini yang harus ada secara jelas tdd :
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja. Apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan bulan terus
menerus.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
c. Perilaku katonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing)atau fleksibilitas cera, mutisme dan stupor.
d. Gejala sejaknegative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon
emosional yang menumpuk atau tidak wajar biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapin harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika.

3. Adanya gejala sejak khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih

4. Harus ada suatu pembahasan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup
tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan perikan diri
secara sosial.
Scizofrenia Paranoid

Pedoman Diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis scizofrenia


2. Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan atau waham harus menonjol
- Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bunyi verbal berupa bunyi peluit, mendengung atau
bunyi tawa.
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau alin-lain
paresaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
- waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan,
dipengaruhi atau passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatotik secara
relative tidak nyata tau tidak menonjol
Scizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis scizofrenia


2. Diagnosis scizofrenia hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun)
3. Kepribadian premarbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan sengan menyendiri,
namun tidak harus demikian untuk menegakkan diagnosa
4. untuk diagnosis heefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinue selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memnag benar bertahan :
a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta
mannerisme : Ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
b. Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan atau perasaan puas diri, senyum sendiri atau oleh sikap tinggi
hati, tertawa menyeringai, mannerisme, atau mengibuli secara bersenda gurau,
keluhan hipokondriakal dan uangkapan kata yang diulang-ulang.
5. Gangguan afektive dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pakai umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol.
Dorongan kehendak dan yang bertujuan hialng serta sasaran ditinggalkan, sehingga
perilaku penderita memperlihatkan ciri khas yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa
maksud. Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap
agama dan tema abstrak lainnya makin mempersukar orang memahami jalan pikiran
pasien

Gangguan Suasana Perasaan (afek/mood)

Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan
(mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya)
atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat) perbaikan afek ini biasanya disertani
dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lainnya
adalah sekunder terhadap perubahan tersebut atau mudah di pahamai hubungannya dengan
perubahan tersebut.

Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan ini bersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari penigkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antar dua minggu sampai 4-5 bulan.
Episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut kesua macam episode ini sering kali
terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak
esensial untuk menegakkan diagnosis).

→ Terdiri dari pergantian 2 macam afek yang bertolak belakang


Scizofrenia Katatonik

Pedoman Diagnostik :

1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis scizofrenia.


2. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
a. Stupar ( amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan ) atau mutisme ( tidak berbicara ).
b. Gadus-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tidak bertujuan, yang tidak
diperngaruhi oleh stimuli eksternal.
c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan
posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh).
d. Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotive terhadap semua perintah
atau upaya untuk menggerakkan atau pergerakan ke arah yang belawanan.
e. Igidtas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya untuk
menggerakkan dirinya).
f. Fleksiilitas Corea/ Waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar) dan
g. Gejala – gejala lain sepeti “Command Automatism” (kepatuhan secara otomatis
terhadap perintah) dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
3. Pada pasien yang tidak komunikative dengan manifestasi peilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis scizofrenia mungkin terus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Pening untuk diperhatikan bahwa gejala-
gejala katatonik bukan dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol
dan obat-obatan serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Scizofrenia Residual

Pedoman diagnostik :

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

1. Gejala negative dari scizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik,


aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap posive dab ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buuk
seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modikasi suara dan posisi tubuh,
perawatan diri dan kinerja kerja yang buruk.
2. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis scizofrenia.
3. Sedikitnya sudah mealampau kurun waktu saatu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari scizofrenia.
4. Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otaak organik lain, depresi kronis
atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Depresi Pasca Scizofrenia

Pedoman diagnostik :

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

a. Pasien ttelah menderita scizofrenia (yang memenuhi kriteria umum scizofrenia)


selama 12 bulan terakhir ini.
b. Beberapa gejala scizofrenia misal ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran
klinisnya) dan
c. Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memnuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Bila pasien tidak lagi menunjukkan gejala scizofrenia maka diagnosis menjadi
episode depresif.
Indifferentiaded Scizofrenia

Pedoman diagnostik:

a. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis scizofrenia


b. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis scizofrenia paranoid, hebetaenik atau
katatonik
c. Tidak memenuhi kriteria untuk scizofrenia residual atau depresi pasca scizofrenia

Episode Depresif

Gejala utama tdd :

1. Afek (suasana perasaan) depresi


2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala lainnya tdd :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang


2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan perimirtis
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang
2. GANGGUAN AFEKTIF BERAT

1. Nama Penyakit : Gangguan Afektif Berat

2. Kriteria Diagnostik : Lihat ICD-X, DSM, -IV dan PPDGJI-III

3. Diagnosis Diferensial : Bergantung pada typenya yaitu

1. Gangguan Bipolar

- Sindroma afektif organik

- Skizofrenia

- Gangguan kepribadian Siklotimik

2. Depresi Berat

- Sindroma Afektif Organik dengan Depresi

- Dementia

- Skizofrenia

- Gangguan Skizoafektif

- Gangguan Kepribadian Siklotimik

- Gangguan Mental Klonik

- Gangguan Cemas Perpisahan

4. Pemeriksaan Penunjang : Evaluasi kepribadian/stressor psikososial

5. Konsultasi : - Pemeriksaan laboratorium

- Head CT scan

- EKG

6. Perawatan Rumah Sakit : Rawat inap bila membahayakan diri sendiri atau lingkungan
atau menolak makan obat

7. Terapi : Gangguan Bipolar


1. Rawat inap

- Neuroleptika

2. Chlorpromazine

- Oral : 300-1500 mg per hari

- Injeksi : 50 mg per malam selama 5-10 hari

3. Lithum karbonat

- Oral : 600 mg per hari

- ECT : Frekuensinya 2 kali per minggu sebanyak 5-10


kali

Psikoterapi suportif ini dilakukan setelah pasien

dapat berkomunikasi dengan baik

8. Rawat Jalan : Dalam hal ini indikasinya

- Pasien rawat inap yang sudah boleh berobat jalan


- Pasien-pasien yang sudah dapat mengurus diri sendiri dan
tidak membahayakan dirinya dan lingkukangn dan bisa
berkomunikasi dengan baik
- Neuroleptika (pemberian secara oral)

1. Haloperidol : 1-5 mg per hari

2. Chlorpromazine : 50-300 mg per hari

3. Karbamazepine : 400-600 mg per hari

- Psikoterapi suportif
Episode Depresi Berat

1. Rawat inap : - Antidepresant

1. Amitriptyline : Oral 75-150 mg per hari

2. Imipramine : Oral 75-150 mg per hari

3. Maprotiline : Oral 25-150 mg per hari

4. Mianserine : Oral 30-60 mg per hari


3. GANGGUAN WAHAM

1. Nama Penyakit : Gangguan waham (Paranoid)


2. Kriteria Diagnosis : Lihat ICD X, DSM IV, dan PPDGJ-III
3. Diagnosis Difensial : Lihat ICD X, DSM IV, dan PPDGJ-III
4. Pemeriksaan Penunjang : Evaluasi Kepribadian/Sterssor psikososial dan Haed CT
Scan.
5. Konsultasi : Pemeriksaan Laboratorium, Haed CT Scan, EKG dan EEG
6. Perawatan Rumah sakit : Rawat Inap Bila membahayakan diri, atau lingkungannya
atau menolak minum obat.
7. Terapi : - Rawat inap
- Neuroleptika
a. Trifluoerazine. Oral 15-40 mg/hari (perlu
dimonitor kemungkinan timbulnya efek samping
ekstra pyramida)
b. Haloperidol. Oral 5-30 grm/hari. Injeksi 5 gram
permalam selama 5-10 hari (perlu dimonitor
kemungkinan terjadinya efek samping ekstra
pyramida)
c. Cholopromazine. Pemberian peroral dengan
dosis. 3x100 mg/hari.

Pedoman Diagnostik

1. Waham merupakan satu-sarunya ciri khas klinis atau gejala yang paling mencolok.
Waham tersebut (baik tunggal walaupun sebagai suatu sistem waham) harus sudah
ada sedikitnya 3 bulan lamanya dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan
budaya setempat.
2. Gejala-gejala depresinya atau bahkan suatu episode depresi yang lengkap, mungkin
terjadi secara intermiten dengan syarat bahwa waham-waham tersebut menetap pada
saat tidak terdapat gangguan efektif.
3. Tidak jelas ada bukti-bukti tentang penyaki otak.
4. Tidak jelas adanya halusinansi atau hanya kadang-kadang saja ada yang bersifat
sementara.
5. Tidak ada riwat gejala-gejala skizofrenia.

Episode depresi berat tanpa gejala psikotik

Pedoman Diagnostik

1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada


2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berinstensitas berat.
3. Bila ada gejala penting psikomotor yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau
atau tidak mampu melepaskan benyak gejala secara rinci.
4. Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka hasil yang dibenarkan ,
hasil menegakkan diagnosis didalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
5. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial pekerjaan atau
urusan rumah tangga.

Episode depresi berat dengan gejala psikotik

Pedoman diagnostik

1. Menemui kriteria episode depresi berat.


2. Disertai waham dan halusinasi. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa/
kemungkinan malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab
atas hal tersebut. Halusinasi , auditorik biasanya serupa/berupa suara yang menghina
atau menuduh atau beu kotoran atau daging membusuk.

Mnifestasi Klinik depresi

A. Kognitif dan psikotik


1. Sedih , cemas tidak mampu menikmati hidup.
2. Rasa putus asa, rasa takut, rasa bersalah dan bunuh diri.
B. Vesetative
1. Nafsu makan dan tdak berkurang atau bertambah
2. Lebih berkurang
3. Fatig atau kerap emosi retradasi psikomotor dan jarang-jarang apatis konstipasi.
C. Somatik
1. Nyeri misalnya kepala dan nyeri punggung.
2. Keluhan gastrointestinal.
D. Psikotik
1. Waham
2. Delusion
3. Halusinasi
4. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK

Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari individu itu sendiri) yang
sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan. Sebagai akibatnya objek atau situasi
tersebut dihadapi dengan rasa terancam.

1. Agorafobia

Pedoman diagnostik

Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:

 Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya
waham atau pikiran obsesif.
 Ansietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan)
setidaknya dua dari situasi berikut :
o Banyak orang
o Tempat umum
o Bepergian keluar rumah
o Bepergian sendiri
 Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol.
2. Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia hendaknya di
utamakan diagnosis agorafobia
5. GANGGUAN PANIK

Disebut juga anxietas paroksimal episodik.

Pedoman diagnostik

 Gangguan panik baru ditegakkan debagai diagnosis utama bila tidak ditemukan
adanya gangguan anxietas fobik
 Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat
dalam masa kira-kira 1 bulan
o Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
o Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya.
o Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di
antara serangan-serangan panik.
6. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

 Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung


hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan yang tidak terbatas
atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja.
 Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
o Kecemasan
o Ketegangan motorik
o Overaktivitas otonomik
 Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta
kelihan-keluhan somatik.
7. GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

 Panduan diagnostik
1. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif atau tindakan kompulsif
atau kedua- duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu
berturut-turut.
2. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menggangu aktivitas
penderita.
3. Gejala – gejala obsesif harus mencakup hal – hal berikut:
- Harus disertai sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
- Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
- Pikiran untuk melalukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan
atai anxientas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
- Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan
pengulangan yang tidak menyenangkan. Diangnosis ditegakkan bila saat
gejala obsesif/kompulsif/timbil bila tidak ada gangguan depsresif.
8. STRESS PASCA TRAUMA

 Panduan diagnostik
1. Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6
bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa
minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan).
2. Sebagai bukti tambahan selama trauma, harus didapatkan bayang – bayang atau
mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang ulang kembali
(flashback).
9. SINDROM PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN
FISIOLOGIS DAN FAKTOR FISIK

 Gangguan makan
a. Anoreksia Nervosa
- Pedoman diagnostik
1. Ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan secara sengaja di pacu
dan atau dipertahankan oleh penderita.
2. Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan semua hal –hal seperti
dibawah ini:
 Berat badan tetap di pertahankan 15 % dibawah yang seharusnya (
baik yang berkurang maupun yang tidak pernah dicapai) atau
queteleti body mass index adala 17,5 atau kurang  BB
(Kg)/Tinggi(m2) pada penderita prapubertas bisqa saja gagal
mencapai berat badan yang diharapkan selama periode
pertumbuhan.
 Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan
menghindarkan makanan yang mengandung lemak dan salah satu
atau lebih dari hal – hal yang berikut ini :
- merangsang muntah oleh diri sendiri
- menggunakan pencahar
- olah raga berlebihan
- makan obat penekan nafsu makan dan atau diuretika.
 Terdapat distorsi body image dalam bentuk psikopatologi yang
spesifik dimana ketakutan terus menerus menyerang penderita,
penilaian yang berlebihan terdapat berat badan yang rendah.
 Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypotalamus
pituitary gonade axis dengan manifestasi pada wanita sebagai
amenore dan pada pria sebagai kehilangan minat dan potensial
seksual. (suatu pengecualian adalah perdarahan vagina yang
menetap pada wanita yang anoreksia yang menerima terapi
hormon, umumnya dalam bentuk pil kontrasepsi). Juga dapat
terjadi kenaikan hormon pertumbuhan naiknya kadar cortisol,
perubahan metabolisme periferal dari hormon tiroid dan sekresi
insulin abnormal.
 Jika onset terjadinya pada masa prapubertas, perkembangan
prekestas tertunda atau tidak dapat juga tertahan (pertumbuhan
terhenti, pada anak perempuan buah dadanya tidak berkembang
dan terdapat amenore primer. Pada anak laki- laki genitalnya tetap
kecil) pada penyembuhan, pubertas kembali normal tetapi
menarche terlambat.
b. Bulimia Nervosa
- Pedoman diagnostik
1. Untuk diagnosis pasti, dibutuhkan semua berikut ini:
 Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan dan ketagihan
(craving) terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita
tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan
dimana makananya dalam jumlah yang besar dimakan dalam
waktu yang singkat.
 Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu atau
lebih cara seperti berikut:
- merangsang muntah oleh diri sendiri
- menggunakan pencahar berlebihan
- puasa berkala
- memakan obat-obatan penekan nafsu makan sediaan tiroid atau
diuretika. Jika terjadi pada penderita diabetes mereka akan
mengabaikan pengobatan insulinnya.
 Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luar biasa akan
kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari
ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit
dianggap berat badan yang sehat atau optimal. Seringkali namun
tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya,
interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat jelas
terungkap, atau dala bentuk ringan yang tersembunyi dengan
kehilangan berat badan yang sedang dan atau fase sementara dari
amenore.
 Gangguan Tidur non organik
- Dysomnia : kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya adalah
jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal – hal emosional
misalnya insomnia, hipersomnia, ganguan jadwal tidur jaga.
- Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur (pada anak
– anak hal ini terkait terutama dengan perkembangan anak, sedangkan pada
dewasa terutama pengaruh psikogenik) misalnya : somnabulisme,
(sleepwalking), teror tidur (night terror), mimpi buruk (night mares).
a. Insomnia Non organik
Pedoman Diagnostik
 Hal dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :
1. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur atau kualitas tidur yang buruk.
2. Gangguan terjadi minimal 3 x dalam seminggu selama minimal 1
bulan
3. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan
peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang siang hari.
4. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup besar dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
 Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti : depresi, anxientas atau
obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
 Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada transient
insomnia) tidak di diagnosa disini, dapat dimasukkan dalam reaksi
stress atau gangguan penyesuaian.
b. Hipersomnia Non Organik
Pedoman diagnostik
 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti
1. Rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari atau adanya
serangan tidur /sleep attacks ( tidak disebabkan oleh tidur yang
kurang) dan atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun
tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep drunkness).
2. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau
berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek. Menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam
sosial dan pekerjaan.
3. Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” atau bukti klinis untuk
sleep apneu
4. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan
gejala rasa kantuk pada siang hari.
 Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan
jiwa lain misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai
dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis hipersomnia
psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan keluhan
yang dominan dari penderita dengan gangguan jiwa lainnya.
c. Somnabulisme (Sleepwalking)
Pedoman diagnostik
 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti
1. Gejala yang utama adalah salah satu atau lebih episode bangun
dari tempat tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan
terus berjalan – jalan ( kesadaran berubah).
2. Selama 1 episode, individu menunjukkan wajah bengong, relatif
tidak memberkan respon terhadap upaya orang lain untuk
mempengaruhi kesadaran atau untuk berkomunikasi dengan
penderita dan hanya dapat disadarkan/ dibangunkan dari tidurnya
dengan susah payah.
3. Pada waktu sadar/ bangun (setelah 1 episode atau besok paginya)
individu tidak ingat apa yang terjadi.
4. Dalam kurun waktu beberapa menit setelah bangun dari episode
tersebut tidak ada gangguan aktivitas mental, walaupun dapat
dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam waktu
singkat.
5. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
 Somnabulisme harus dibedakan dari serangan epilepsi psikomotor
dan fugue disosiative.

d. Teror Tidur
Pedoman Diagnostik
 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diangnosis pasti
1. Gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur,
mulai dengan berteriak karena panik, disertai anxientas yang
hebat, seluruh tubuh bergetar dan hiperaktifitas otonomik seperti
jantung berdebar debar, nafas cepat, pupil midriasis, dan
berkeringat.
2. Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1 –
10 menit dan biasanya terjadi pada sepertiga awal tidur malam.
3. Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain
untuk mempengaruhi keadaan teror tidurnya dan kemudian dalam
beberapa menit setelah bangun biasanya terjadi disorientasi dan
gerakan- gerakan berulang.
4. Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada sangat minimal (biasanya
terbatas pada satu atau dua bayangan bayangan yang terpilah
pilah
5. Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik.
 Teror tidur harus dibedakan dari mimpi buruk yang biasanya terjadi
setiap saat dalam tidur, mudah dibangunkan dan teringat dengan jelas
kejadiannya.
 Teror tidur dan somnabulisme sangat berhubungan erat, keduanya
mempunyai karakteristik klinis dan patofisiologi yang sama.

e. Mimpi Buruk
Pedoman Diagnostik
 Gambaran klinis dibawah ini adalah esensial untuk diagnisis pasti :
1. Terbangun dari tidur malam atau siang berkaitan dengan mimpi
yang menakutkan yang dapat dingat kembali dengan rinci dan
jelas, biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup, keamanan,
atau harga diri. Terbangunya dapat terjadi kapan saja selama
periode tidur, tetapi yang khas adalah pada paruh kedua masa
tidur.
2. Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan individu segara
sadar penuh dan mampu mengenali lingkungan.
3. Pengalaman mimpi tersebut dan akibat tidur yang terganggu
menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu
 Sangat penting untuk membedakan mimpi buruk dari teror tidur,
dengan memperhatikan gambaran klinis yang khas untuk masing –
masing gangguan.

 Sindrom Ketergantungan Zat


 Pedoman Diagnostik
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih
gejala dibawah ini dalam masa 1 tahun sebelumnya.
1. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi)
untuk menggunakan zat psikoaktif.
2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak
mulainya, usaha pengehentian atau pada tingkats sedang menggunakan.
3. Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian penggunaan zat
atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus obat yang khas atau
orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan
tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus
obat.
4. Terbukti adanya toleransi, berupa peninggian dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh
dengan dosis yang lebih rendah.
5. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan atau menggunanakan zat atau untuk pulih
dari akibatnya.
6. Tetap menggunakan zat meskipun dia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum
alkhol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode
penggunaan zat yang berat atau rendahnya fungsi kognitif berkaitan
dengan penggunaan zat. Upaya perlu diadakan untuk memastkan bahwa
pengguna zat sungguh – sungguh atau dapat diandalkan, sadar akan
hakekat dab besarnya bahaya.

 Keadaan Putus Zat


Pedoman Diagnostik
 Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan dan diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut
dipertimbangkan
 Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis lama, bila hal ini
merupakan alasan rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian
medis secara khusus.
 Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (misalnya anxientas, depresi dan gangguan tidur) merupakan
gambaran umum dari keadaan putus zat ini yang khas adalah pasien akan
melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan
penggunaan zat.

 Obat – obat anti psikotik

NO Generik Dagang Sedian Dosis

1. Klorpromazine 25 mg/tablet/amp
Chlorpromazine 150 – 1500 mg/hr
Meprosetil 100 mg /tab

2 Haloperidol 0,5mg, 1,5mg/tab,


Haloperidol 1,5 – 60 mg/hr
5mg/tab/amp
Serenase

3 Trikuoperazine Stelazine 5 mg/tab 1 – 15 mg/hr

4 Risperidal
Risperidone 2 mg/tab 2 – 6 mg/hr
Neripras

5 Clozapin Clozaril 100 mg/tab 25 – 300 mg/hr

6 Sulpiride Dogmatil 50 mg/tab 300 – 600 mg/hr

 Obat – obat anti depresi

NO Generik Dagang Sedian Dosis

1. Amytriptilin Amytriptilin 25 mg/tablet 25 – 150 mg/hr

2 Sertraline Zaloft 50 mg/tab 100 – 200 mg/hr

3 Fluoxentri Prozac 20 mg/tab 20 – 80 mg/hr


4 Maproptuline Ludiomil 25 mg/tab 25 – 150 mg/hr

5 Moclobemide Aurorix 150 mg/tab 300 – 600 mg/hr

 Obat anti mania

NO Generik Dagang Sedian Dosis

1. Haloperidol Serenace 5 mg/tablet 1,5 – 60 mg/hr

Carbamazepine
2 Carbamazepine 200 mg/tab 400 – 600 mg/hr
tegretal

 Obat anti anxientas dan insomnia

NO Generik Dagang Sedian Dosis

Diazepam Diazepam 2 mg dan 5 mg/tab 10 – 30 mg/hr


1. 10 mg/amp
Clobazam Frisium 10 mg / tab 10 – 30 mg/hr
2.
Bromazepam Lexotan 1,5mg & 3mg /tab 1,5 – 6 mg/hr
3.
Alprazolam Xanax 0,25 mg/tab 0,25 – 1,5 mg/hr
4. Frixitas
Trazolam Halcion 0,25 mg/tab 0,125 – 0,25 mg.hr
5.
Estazolam Erilgan
2 mg/tab
6. 1 – 2 mg/hr

Hydroxyzine Herax 25 mg/tab 25 – 50 mg/hr


7.
 efek samping obat dan penanggulangan
Efek samping Gejala - gejala Tindakan

Tidak tahan duduk lama, - Turunkan dosis obat


1. Akatisia (53%) gelisah dan jalan sana sini. - Anti parkinson:
Triheksiphenydil sulfat
atropin
- Ganti obat lain

Tremor, wajah topeng,


kaku, retardasi motorik.
- Turunkan dosis obat
- Antiparkinson
- Ganti obat lain.
Biji mata melihat keatas,
2. Parkinson leher kaku, lidah keluar.
(39%)
- Dosis di turunkan
- Anti parkinson
- Diphenhidramin IM
Pada perubahan posisi dari - Valium IM
tidur ke berdiri os jatuh - Ganti obat lain
3. Diskinesia
tekanan darah sangat turun.

- Tidurkan dalam posisi


- Trendelenberg
- Noradrenaline: effortil IM
- Adrenalin 
kontraindikasi

4. Hipotensi
ortostatik

 Skema diagnosis psikosis


Gejala psikotik
a. Waham
b. Halusinansi
c. Inkoherensia
d. Katatonia
Tanda – tanda organik

a. Kesadaran menurun
b. Disorientasi
c. Gangguan memori
d. Gangguan fungsi intelektual

Positif negatif

Gangguan mental organik gangguan mental psikotik

-Delirium -scizofrenia
-Demensia -Ggn Scizotipil
-Ggn mental o/k NAZA -Ggn waham &
-Ggn afektif
 Penatalaksanaan Gaduh gelisah

Gaduh gelisah

Tanda – tanda organik

a. Kesadaran menurun
Jika terdapat nilai b. Disorientasi
positive c. Gangguan memori
d. Gangguan fungsi intelektual

Rujuk ke rumah sakit Jika terdapat nilai


negative

Fungsional

a. Serenace Inj/amp IM
b. Diazepim Inj/amp IM

Tenang Tidak Tenang

Rawat jalan Rawat inap : ulangi injeksi diata


setiap 1 jam maksimum3 x 1
/hari

Anda mungkin juga menyukai