Anda di halaman 1dari 28

DAKRIO SISTITIS

Oleh
Radianti Frederika, S.Ked
FAB 118 094

Pembimbing :
dr. Mandasari M., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF MATA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS/FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
2020
Gambar aparatus lakrimalis
APARATUS LAKRIMALIS
1. SEKRESI :proses dimana air mata dihasilkan.
Reflek → gld lakrimalis utama.
Basal → gld lakrimalis assesorius

2. EKRESI : Saluran pembuangan yg dilalui air mata


a .pungtum lakrimal
b. kanalikuli lakrimal
c. sakus lakrimal
d. duktus nasolakrimal
e. meatus nasi inferior
Radang Aparatus lakrimalis
1. Dakrio Adenitis → merupakan peradangan
pada Gld lakrimalis

2. Kanakulitis → radang pada kanalikuli

3. Dakrio sistitis → peradangan pada sakkus


lakrimalis.
DAKRIOSISTITIS

DEFINISI

Dakriosistitis adalah peradangan sakus lakrimal


yang disebabkan obstruksi duktus nasolakrimalis.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi
• Obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital  9 %

• Jenis kelamin dan Ras


• Perempuan > Laki-laki
• Kulit putih > kulit hitam

• Umur
• Sering ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa yang
berumur di atas 40 tahun
• Bisa juga ditemukan sejak bayi tetapi angkanya sangat kecil
PATOGENESIS

Obstruksi duktus nasolakrimalis  Stagnasi


airmata  Drainase terganggu  pertumbuhan
bakteri
KLASIFIKASI

• Dakriosistitis Akut
• Dakriosistitis Kronik
• Dakriosistitis Kongenital
DAKRIOSISTITIS AKUT

Dakriosistitis akut merupakan inflamasi supuratif akut


pada saccus lakrimalis yang ditandai dengan gejala
pembengkakan yang nyeri di daerah saccus.
Umumnya disebabkan infeksi stapilokokus,
pneumokokus dan streptokokus
DAKRIOSISTITIS KRONIK

• lebih sering ditemukan dibandingkan dakriosistitis akut.


• Karakteristik awal yang ditunjukkan berupa peningkatan lakrimasi dan
biasanya dapat merupakan kelanjutan dari dakriosistitis akut, dan
bersifat rekuren.
• Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang
berlebihan dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva
DAKRIOSISTITIS KONGENITAL
• Merupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan
mortalitasnya juga sangat tinggi.
• Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan selulitis
orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga kematian.
• Dakriosistitis kongenital dapat berhubungan dengan amniotocele, di
mana pada kasus yang berat dapat menyebabkan obstruksi jalan
napas.
• Dakriosistitis kongenital yang indolen sangat sulit didiagnosis dan
biasanya hanya ditandai dengan lakrimasi kronis, ambliopia, dan
kegagalan perkembangan.
Faktor predisposisi:
• Usia, lebih umum terjadi pada usia 40-60 tahun.
• Jenis kelamin, lebih sering terjadi pada perempuan, diduga karena lumen dari
kanalis yang terletak pada tulang lebih sempit.
• Ras, lebih jarang ditemukan pada negro dibandingkan yang berkulit putih,
dihubungkan dengan struktur duktus nasolakrimalis yang pendek, lebih lebar
dan jumlah sinus sedikit.
• Hereditas, memiliki peran tidak langsung, mempengaruhi bentuk wajah sekaligus
struktur kanalis yang terdapat didalam tulang-tulang.
• Sosio-ekonomi rendah, kasus dakriosistitis banyak ditemukan pada pasien
dengan status sosio-ekonomi rendah
• Higienitas yang buruk dapat menjadi salah satu faktor pemicu infeksi.
Faktor penyebab stasis air mata pada sakus
lakrimalis
• Faktor anatomis, membuat drainase air mata menjadi buruk; sempitnya kanal dalam tulang,
kanalisasi parsial dari membran duktus nasolakrimalis dan lipatan membran berlebihan pada
duktus nasolakrimalis.
• Korpus alienum, dapat memblokir drainase air mata pada duktus nasolakrimalis.
• Hiperlakrimasi, baik terjadi secara primer atau refleks dapat memicu stagnansi air mata pada
sakus lakrimalis.
• Inflamasi, terjadinya inflamasi berulang seperti konjungtivitis dapat menyumbat sakus lakrimalis
oleh debris epitel dan plak mukus.
• Obstruksi pada duktus nasolakrimalis bagian bawah seperti adanya polip, hipertrofi konka nasi
inferior, deviasi septum nasi, tumor, rhinitis atopik dapat menyebabkan stenosis, dapat juga
menjadi penyebab stagnansi air mata pada sakus lakrimalis.
• Sumber infeksi, dapat berasal dari konjungtiva, kavum nasi, atau sinus paranasalis.
• Organisme kausatif, dalam hal ini beberapa bakteri patogen yang telah disebutkan sebelumnya.
manifestasi klinis dakriosistitis akut
• Stadium selulitis : nyeri hebat dan bengkak pada daerah sakus lakrimalis
disertai dengan epifora dan gejala sistemik seperti demam dan malaise.
Edema dan eritem akan menyebar hingga ke daerah pipi dan palpebra.
• Stadium abses lakrimalis : oklusi dari kanalikulus akibat edema setempat.
Sakus lakrimalis akan terisi pus hingga membesar dan dinding bagian
anteriornya akan pecah membentuk inflamasi perikistik. Pada saat ini
abses dari sakus lakrimalis telah terbentuk, abses biasanya terletak
dibagian bawah dan sebelah luar dari sakus lakrimalis. \
• Stadium pembentukan fistula: abses akan membentuk fistula pada daerah
ligamentum palpebra medial. Fistula internal pada kavum nasi sangat
jarang terjadi
Dakriosistits akut dengan fistula eksternal
Dakriosistitis akut pada stadium abses sakus lakrimalis
Manifestasi klinis dakriosistitis kronis
• gejala klinis yang dominan lakrimasi yang berlebihan terutama bila
terkena angin.
• disertai tanda-tanda inflamasi yang ringan, namun jarang disertai
nyeri. B
• ila kantung air mata ditekan akan keluar sekret yang mukoid dengan
pus di daerah punctum lakrimal dan palpebra yang melekat satu
dengan lainnya
Manifestasi klinis dakriosistitis kongenital
• biasanya ibu pasien akan mengeluh mata pasien merah pada satu sisi
• bengkak pada daerah pangkal hidung
• keluar air mata diikuti dengan keluarnya nanah terus-menerus.
• Bila bagian yang bengkak tersebut ditekan pasien akan merasa
kesakitan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Tes fluoresens konjungtiva.
• Tes anel
• Pemeriksaan radiografi dengan kontras dakriosistografi untuk
mengevaluasi bentuk, ukuran, dan posisi dari jalur sistem drainase
dan kemungkinan tempat obstruksinya.
• Endoskopi duktus lakrimalis
• Dikarenakan dakriosistitis merupakan infeksi jaringan yang cukup profunda maka
antibiotik sistemik diperlukan.
• anak-anak : amoxicillin/clavulanate atau cefaclor 20-40mg/KgBB/hari dalam tiga dosis
terbagi. Biasanya disertakan tambahan antibiotik topikal berupa moxifloxacin 0,5% atau
azitromisin 1%.
• dewasa digunakan amoxicillin atau golongan sefalosporin. Terapi suportif seperti
pemberian kompres air hangat beberapa kali dalam sehari ditambah dengan analgesik
oral (acetaminophen, aspirin atau ibuprofen) terbukti dibutuhkan untuk rasa nyeri dan
inflamasi.
• Jika terjadi demam, maka pemberian antipiretik beserta antibiotik harus sangat berhati-
hati. Biasanya perlu dilakukan perawatan untuk pemberian antibiotik intravena. Pada
fase akut dilarang melakukan irigasi ke sistem lakrimasi. Jika terjadi abses maka terapi
terbaik adalah dengan melakukan insisi dan drainase
• Tangani keadaan akut setelah itu dipertimbangkan untuk
pembedahan berupa dakriosistorhinostomi.
• Adapun pada kasus yang telah terbentuk fistel, maka teknik
pembedahan dilakukan dengan eksisi fistula (FE),
dacryocystorhinostomy eksternal (DCR) dan bicanalicular silicon tube
intubation (BSTI)
• Tujuan utama dilakukannya pembedahan  mencegah rekurensi dari
penyakit dan untuk meringankan gejala akibat obstruksi.
PROGNOSIS

Angka rekurensinya tinggi jika sumbatan duktus


nasolakrimalis tidak dihilangkan.
PENCEGAHAN

Tidak ada pencegahan khusus untuk terjadinya


dakriosistitis. Menjaga kebersihan mata dan daerah
sekitar mata dapat menurunkan angka dakriosistitis
KOMPLIKASI

• konjungtivitis akut dan berulang.


• abses palpebra
• Terjadinya Fistel
• Selulitis Orbita
TERIMA KASIH
GAMBAR DAKRIO SISTITIS

Anda mungkin juga menyukai