Anda di halaman 1dari 27

1.

Demam dalam Kehamilan


DEMAM DALAM KEHAMILAN DAN PERSALINAN
MASALAH
- Ibu menderita demam (suhu > 38oC) dalam kehamilan atau persalinan

PANANGANA UMUM
- Istirahat baring
- Minum banyak
- Kompres untuk menurunkan suhu

DIAGNOSIS

Table 25.1 diagnosis demam dalam kehamilan dan persalinan

Gejala dan tanda Gejala dan tanda Diagnosis


SELALU ada KADANG-KADANG ada kemungkinan
- Disuria - Nyeri suprasimfisis Sistitis
- Frekuensi kencing - Nyeri perut
meningkat
- Dysuria - Nyeri pinggang Pialonefritis akut
- Demam - Nyeri dada
- Frekuensi kencing - Mual/muntah
meningkat - Anoreksia
- Nyeri abdomen
- Cairan vagina - Nyeri abdomen bawah Abortus septik
berbau pada - Nyeri lepas
kehamilan <22 - Perdarahan
minggu - Nanah diserviks
- Demam
- Uterus nyeri
- Demam/menggigil - Ketuban pecah Amnionitis
- Cairan vagina - Nyeri uterus
berbau pada - DJJ cepat
kehamilan <22 - Perdarahan sedikit
minggu
- Nyeri abdomen
- Demam - Lender (+) Pneumonia
- Sesak nafas - Dada/tenggorokan
- Batuk beriak sakit
- Nyeri dada - Sesak
- Rhonki (+)
- Demam - Limpa membesar Malaria tanpa
- Menggil komplikasi
- Nyeri kepala
- Nyeri otot
- Gejela seperti diatas - Kejang Malaria dengan
- Koma - Icterus komplikasi
- Anemia
- Demam - Meracau Tifus
- Nyeri kepala - Tidak sadar
- Batuk kering
- Lemas
- Anoreksia
- Limpa besar
- Demam - Nyeri otot Hepatitis
- Lemah - Uritrika
- Anoreksia - Limpa besar
- Mual
- Kencing coklat tua
- Kuning
- Hati membengkak

PENANGANAN

Infeksi Saluran Kemih

Sistitis
Sistitis adalah infeksi kandung kencing
- Berikan antibiotic
a. Amoksilin 500 mg / oral 3 kali sehari selama 3 hari
b. ATAU trimetroprim/sulfametakazol 1 tablet (160/800 mg) / oral 2 kali sehari
selama 3 hari.
- Jika TERAPI GAGAL, periksa kultur urin dan tes resistensi kuman jika tersedia, dan
terapi antibiotic yang sesuai.
- Jika infeksi KAMBUH lagi :
a. Periksa kultur dan resistensi kuman dan terapi antibiotic yang sesuai
b. Sebagai profilaksis berikan antibiotic / oral sekali sehari selama kehamilan dan 2
minggu pasca persalinan :
Trimetroprim/ sufametakazol 1 tablet (160/800 mg)
ATAU Amoksilin 250 mg
Catatan : profilaksis hanya diberikan pada kasus kambuh

Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut ialah infeksi akut saluran kemih atas, umumnya pelvik ginjal juga
meliputi parenkimnya.
- Jika terdapat syok, berikan segera pengobatan
- Buat kultur dan resistensi jika tersedia dan terapi antibiotic yang sesuai sampai 2 hari
bebas demam
- Jika kultur urin tidak dapat dilakukan, berikan antibiotic
a. Ampisilin 2g/I.V tiap 6 jam, DITAMBAH gentamisin 5mg/kg BB I.V tiap 24 jam
- Jika telah bebas demam 2 hari, berikan amoksilin 1 g / oral 3 kali per hari selama 14
hari
Catatan :
Umumnya pasien membaik dalam 48 jam, jika tidak ada perbaikan dalam 3 hari,
evaluasi pengobatan dan jenis antibiotika.
- Untuk profilaksis, berikan atibiotika per oral sekali sehari, selmaa hamil dan 2
minggu pascapersalinan :
a. Trimetropim/sulfametakazole 1 tablet(160/800 mg),
b. Atau amoksilin 250 mg
- Berikan minum atau infus
- Parasetamol 500mg per oral jika sakit dan jika panas
- Jika timbul kontraksi dan darah lender, curagai kehamilan preterm

MALARIA
Umumnya penyakit ini disebabkan oleh 2 spesies parasite, yaitu P. falciparum dan P.
vivaks. Demam malaria pada kehamilan dapat mengakibatkan morbiditas, bahkan
kematian jika tidak dikenal dan diobati. Demam malaria akut biasanya sukar diberdakan
dari penyakit lain. Malaria harus dipertimbangkan pada ibu yang demam dan pernah
terpapar pada malaria.
- Ibu yang tidak memiliki kekebaalan ( tidak pernah tinggal didaerah endemic malaria)
menjadi rentan terhadap komplikasi malaria.
- Ivu yang memiliki kekebalan mempunyai resiko tinggi untuk anemia beratt dan
melahirkan bayi BLR.

TES
- Jika tes diagnostic tidak tersedia , berikan terapi anti malaria berdasar gejala-gejala
klinis ( missal : nyeri kepala, demam , nyeri sendi)
- Jika tersedia tes :
a. Mikroskopik : apusan tebal dan tipis darah tepi. Apusan tebal lebih baik untuk
diagnosis parasite (hasil negative tidak menyingkirkan malaria). Apusan tipis
digunakan untuk identifikasi spesies
b. Tes deteksi antigen cara cepat.

MALARAIA FALCIPARUM
Malria falciparum tanpa komplikasi
Malaria jenis ini resistensinya klorokuinnya telah meluas. Bahkan, resistensi terhadapa
obat lain (misalnya : kina, sulfadoksin/primetamin, meflokuin). Oleh karena itu , kita
perlu mengikuti panduan nasional pengobatan malaria. Obat yang merupakan
kontraindikasi ialah : primakuin, tetrasiklin, doksiksiklin, dan halofantrin. Belum cukup
data mengenai obat atovokuon / proguanil dan artemeter/lumefantrin yang dipakai pada
ibu hamil.

Daerah dimana P. falciparum sensistif terhadap klorokuin


- Berikan klorokuin 10mgkgBB per oral sejali sehari selmaa 2nhari diikuti 5mgkgBB
mulai hari ketiga
Catatan : klorokuin aman pada pemakain selama hamil
Daerah dimana P. falciparum resisten terhadap klorokuin
Pemberian sulfadoksin/pirimetamin atau garam kina (dihidrolorid atau sulfat) dapat
dibenarkan didaerah yang resisten terhadap klorokuin. Pemberian obat sebgai berikut :
a. Sulfadoksin/primetramin 3 tablet dosis tunggal
Catatan : obat ini jangan diberikan kepada ibu yang alergi terhadap sulfa
b. ATAU garam kina 10mg/kg BB peroral 3 kali selama 7 hari
Catatan : jika ibu tidak dpat minum obat selama 7 hari atau efek samping berat,
berikan minuman 3 hari DITAMBAH sulfadoksin/primetrin 3 tablet dosis tunggal
pada hari pertama.
Meflokui dapat dipakai pada ibu hamil jika pengoabatan dengan kina atau
sulfadoksin/pirimetamin sudah reissten atau kontraindikasi pada pasien tertentu.
Catatan : penggunakan meflokuin pada kehamilan muda harus dipertimbangkan benar-
benar. Karena data penggunakaan pada trismester pertama masih terbatas :
- pada daerah dimana malaria masih sensistif terhadap meflokuin , berikan meflokuin
15 mg/kgBB per oral sebagai dosis tunggal
- pada daerah yang sudah mulai resisten terhadap meflokuin , berikan meflokuin 15
mg/kgBB per oral dilanjutkan dengan 10 mg/kgBB sehari kemudian.

Pengobatan didaerah dengan resistensi ganda


Resisten ganda yang terjadi dibeberapa daerah mengakibatkan kesulitan pengobatan.
Pilihan terapi ialah :
a. garam kina (dihidroklorid atau sulfa) 10 mg /kgBB per oral 3 kali sehari selama 7
hari
b. ATAU garam kina (dihidroklorid atau sulfa) 10 mg /kgBB per oral 3 kali sehari
selama 7 hari DITAMBAH klindamisin 300mg 4 kali sehari selama 5 hari.
Catatan :
Kina/klindamisin gabungan dapat dipakai pada daerah resisten kina.
c. ATAU artesunat 4mg/kgBB per oral dalam beberapa dosis pada hari 1, disambung
engan 2 mg/kgBB peroral dosis tunggal selama 6 hari
Catatan : artesunat dapat digunakan pada kehamilan trimester 2 dan 3 pada
malaria tanpa komplikasi, tetapi belum cukup data pada pemakaian trimester 1.
Namun artesunat dapat dipakai jika tidak ada alternative lain.
MALARIA VIVAKS
Daerah dimana P. vivaks sensitive terhadap klorokuin
Klorokuin merupakan pilihan hanya didaerah dengan malaria vivaks yang sensitive
terhadap klorokuin.
a. Berikan klorokuin 10mg/kgBB per oral sekali sehari untuk 2 hari, kemudian 5mg/kg
BB per oral pada hari ke-3
Catatan : didaerah sensitive malaria vivaks tetapi resisten terhadap malaria falsiparum
pengobatan dilakukan sebagai infeksi campuran (lihat dibawah)

Daerah dimana P. vivaks resisten terhadap klorokuin


Dalam beberapa Negara sudah terdapat daerah yang resisten terhadap klorokuin. Namun,
data terbatas terhadap pengobatan optimal. Sebelum memberikan terapi sekunder pada
kegagalan terapi dengan klorokuin, harus disingkirkan kemungkinan adanya ketidak
patuhan pemakaian obat dan infeksi baru P. falciparum. Jika uji diagnostic tidak tersedia,
lakukan pengobatan seperti infeksi campuran (lihat dibawah)
Pengobatan alternative bagi malaria vivaks resistem ialah :
a. Garam kina (dihidroklorid atau sulfa) 10mg/kgBB per oral 2x sehari selama 7 hari
Catatan : dosis kina ini lebih rendah dibandingkan dosis untuk falsiparum
b. ATAU meflokuin 15mg/kgBB per oral dosis tunggal
c. ATAU sulfadoksin/pirimetamin 3 tablet dosis tunggal peroral
Catatan : obat ini kurang dianjurkan karena lamabta membunuh p.vivaks
d. ATAU artesunat 4mg/kgBB peroral dalam beberapa dosis selama hari 1, diikuti
dengan dosis 2mg/kgBB perhari selama 6 hari

Pengobatan malaria vivaks dengan komplikasi hepatitis

Malaria dapat berkembang dengan cepat. Selama itu akan timbul gejala infeksi vivaks berkala.
Primakuin dapat digunakan untuk infeksi pada hepar , tidak boleh digunakan dalam kehamilan,
dan dibolehkan pada nifas. Dosis bervarisi , sesuaikan pada anjuran nasional.

Daerah dengan infeksi campuran falsifarum dan vivaks

Pada daerah infeksi campuran, proporsi jenis malaria berbeda juga sensitifitasnya. Oleh karena
itu harap merujuk pada panduan pengobatan nasional. Jika pemeriksaan mikroskopik tersedia,
pengobatan terarah dapat dilakukan. Namun , jika tidak ada fasilitas tersebut, alternative
pengobatan adalah :

-Anggaplah infeksi akibat P.Falciparum dan obatai sesuai panduan nasional


-Di daerah malaria yang resisten terhadap klorokuin, tetapi P. falciparum masih
sensistif terhadap sulfadoksin/pirimetamin dan P. Vivaks masih sensistif terhadap
klorokuin, terapilah dengan dosis standar klorokuin dan dosis standar
sulfadoksin/pirimetamin.
2. Demam Pasca Persalinan
Masalah : demam (suhu > 380C) yang terjadi 24 jam setelah melahirkan.
PENANGAN UMUM
- Istirahat baring
- Rehidrasi peroral dan infus
- Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
- Jika ada syok, segera beri pengobatan. Sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untukmenilai berkala karena kondisi dapat memburuk dengan cepat.
PENANGANAN
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan dan merupakan penyebab kematian ibu.
Kelambatan terapi akan menyebabkan abses, peritonitis, syok, thrombosis vena, emboli
paru , infeksi panggul kronik, sumbatan tuba dan infeltrilitas.
Segera infus jia ada perdarahan
Berikan antibiotic kombinasi sampai ibu bebas demam selama 48 jam
- Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
- Ditambah gentamsin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam
- Ditamabah metronidazole 500mg IV tiap 8 jam
- Jika demam masih ada masih 72 jam setelah terapi , kaji ulang diagnosis
Catatan : antibiotic oral tidak diperlukan setelah terapi suntikan
- Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksploriasi digital dan keluarkan bekuan serta
sisa kotiledon. Ginakan forsep ovum atau kuret besar bila perlu.
- Jika tidk ada kemajuan dengan terapi konserfativ, da nada peritonitis (demam, nyeri
lepas, nyeri abdomen), lakukan lapartomi dan drain abdomen.
- Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukamn histerektomi

Abses Pelvik

- Berikan antibiotic kombinasi, sebelum pungsi dan drain abses. Berikan antibiotika
sampai 48 jam bebas demam
a. Ampisislin 2 g IV tiap 6 jam
b. Ditamabah gentamsiisn 5mg/kgBB IV tiap 24 jam
c. Ditamabah metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam
- Jika kavum Douglas menonjol lakukn fungsi untuyk drain abses, dan jika demam
tetap tinggi, lakukan lapartomi

Peritonitis
- Pasang selang nasogatrik
- Infus cairan RL
- Berikan antibiotic kombinasi, sampai 48 jam bebas panas
a. Ampisislin 2 g IV tiap 6 jam
b. Ditamabah gentamsin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam
c. Ditamabah metronidazole 50 mg IV tiap 8 jam
- Jika perlu lakauakn lapartomi untuk drainase

Bendungan Payudara
Akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Hal ini bukan
bendungan susu ibu.

Menyusui
- Jika ibu menyususi dan bayi tida menetek, bantulah memerahi air susu dengan tangan
pompa
- Jika ibu menysusi dan bayi mampu menentek
a. Bantu ibu agar menetek lebih sering pada kedua payudara tiap kali menetek
b. Berikan penyuluhan cara menetek yang baik
c. Mengurangi nyeri sebelum meneteki
- Berikan kompres hanagat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hanagt
- Pijat punggung dan leher
- Memeras susu cara manual sbelum meneteki dan basahi putting
d. Mengurangi nyeri setelah meneteki
- Gunakan bebat atau kutanga
- Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
- Terapi parasetamol 500 mg pere oral

Tidak Menyusui
a. Jika ibu tidak menysuusi :
- Berikan bebeat dan kutang ketat
- Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
- Hindari pijat atau kompres hangat
- Berikan parasetamol 500 mg per oral
b. Evaluasi 3 hari

Infeksi payudara
Mastitis
a. Berikan antibiotic
- Kloksalin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- Atau eritomisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b. Bantulah agar ibu, tetap meneteki, bebat payudara, dan kompres dingin sebelm
meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral
d. Evaluassi 3 hari

Abses payudara
a. Berikan antibiotic
- Kloksalin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- Atau eritomisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b. Drain abses :
- Anastesi umum dianjurkan
- Lakukan inisiasi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau
duktus
- Gunakan sarung tangan steril
- Tampon longgar dengan kasa
- Lepasskan tampon 24 jam , ganti dengan tampon kecil
c. Jika masih banyak pus , tetap berikan tampon dalam lubang dan tepinya
d. Yakinkan ibu untuk :
- Tetap menyusui meskipun tetap keluar nanah
- Gunakan kutang
- Kompres dingin sebelum meneteki untu mengurangi bengkak dan nyeri
e. Berikan parasetamol 500 mg bila perlu
f. Evaluasi 3 hari

Infeksi perineum dan Luka Abdomen


Abses , seroma dan hematoma pada luka
a. Jika teradapta pus atau cairan , buka lah luka tersebut dan drain luka tersebut
b. Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan buat jahitan situasi, jangan
angkat jahitan fasia
c. Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotic
d. Kompres luka dan minta pasien mengganti kompres sendiri
e. Minta ibu untuk mengganti baju, pembalut wanita, dan menjaga higine.

Selulitis dan fasiitis nekrotikan


a. Jika terdapat pus atau airan , buka dan drain luka tersebtut
b. Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan debridement, jangan
angkat jahitan fasia
c. Jika infeksi hanya suferpasial dan tidal meliputi jaringan dalam, pantau akan
timbulnya abses dan berikan antibiotic
- Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari
- Ditamabah metronidazole 400 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari
d. Jika infeksi cukupdalam, meliputi otot dan menimbulkan nekrotik, berikan antibiotic
sampai pasien bebas panas 48 jam
- Penisilin G sebanyak 2 juta unit IV setiap 6 jam
- Ditambah gentamsin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Ditambah metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
- Jika sudah bebass demam 48 jam berikan :
a. Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari
b. Ditambah metronidazole 400 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari
e. Jika infeksi parah pada fasilitis nekrotik, rawat pasien untuk kompres 3 kali sehari.
3. Dilatasi dan Kuretase
Pilihan utuma bagi evakuasi uterus adalah aspirasi vakum manual. Dilatasi dan kuretase
dianjurkan apanbila aspirasi vakum manual tidak teresedia.
- Kajian ulang indikasi
- Lakukan konseling dan persetujusn tindakan medis
- Persiapan alat, pasien, dan pencegahan infeksi sebelum tindakan
- Berikan dukungan emosional. Beri petidin 1-2 mg/ kg badan secara IM atau IV
sbelum prosedur.
- Suntikan 10IU oksitosin IM atau 0,2 mg ergometrin IM sebelum tindakan agar uterus
berkontraksi dan mengurangi risiko perforasi
- Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menentukan bukaan serviks, besar, arah,
konsistensi uterus dan kindisi fornises
- Lakukan tindakan aseptic/antiseptic pada vagina dan servisk
- Periksa apakah ada robekan serviks atau hasil konsepsi dikanalis servikalis. Jika ada
keluarkan dengan cunam ovum
- Jepit serviks dengan tenakulum pada pukul 11.00 dan 13.00 dapat pula menggunakan
cunam ovum untuk menjepit serviks (lihat gambar 34.1)
Catatan : pada abortus inkomplit , cunam ovum lebih dianjurkan daripada
tenakulum, karena tenakulum dapat merobek serviks serta tidak memerlukan
lignokain.
- Jika menggunakan tenakulum, suntikan lihnokain 0,5 % 1 ml pada bibir depan atau
belakang serviks.
- Dilatasi hanya dilakukan pada missed abortion atau jika sisa hasil konsepsi tertahan di
kavum uteri untuk beberapa hari :
a. Masukan sendok kuret melalui kanalis servikalis
b. Jika diperlukan dilatasi (gamabr 34.2) mulai dengan dilator terkecil sampai
kanalis servikalis cukup untuk dilalui oleh sendok kuret (biasanya 10-12 mm)
c. Hati-hati janagan sampai merobek serviks atau membuat perforasi uterus
- Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan penera kavum uteri.
- Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis hingga bersih ( terasa seperti
mengenai bagian dalam tersebut) Gambar 34.3
- Lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai besar dan konsistensi uterus
- Hasil evakuasi diperiksa dulu dan apabila perlu dikirim ke Laboratorium PA
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
a. Beri parasetamol 500 mg per oral jika perlu
b. Segera mobilisasi dan reamlimentasi
c. Beri antbiotik profilaksis, termasuk tetanus profilaksis jika tersedia
d. Konseling atau konseling KB
e. Boleh pulang 1-2 jam pasca tindakan jika tidak terdapat tana-tanda komplikasi
f. Anjurkan pasien segera kembali kedokter bila terjadi gejala :
 Nyeri perut (lebih dari beberapa hari)
 Perdarahan berlanjut (lebih dari 2 minggu)
 Perarahan lebih dari haid
 Demam
 Menggil
 Pingsan

4. Gestosis

Hipertensi dalam Kehamilan

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi :

a. Hipertensi (tanpa proteinuria atau edema)


b. Preeklamsia ringan
c. Preeklamsia berat
d. Eklamsia
Ingat :

a. Preeklamsia ringan sering tanpa gejala


b. Proteinuria yang meningkat merupakan tanda memburuknya preeklamsia
c. Edema tungkai merupakan bukan tanda yang sahih pada preeklamsia
d. Preeklamsia ringan dapat cepat meningkat menjadi preeklamsia berat
e. Resiko menjadi eklamsia sangat besar pada preeklamsia berat
f. Kejang :
- Adapt terjadi tanpa hubungan dengan beratnya hipertensi
- Sukar diramalkan, dapat terjadi tanpa adanya hiperrefleksia, nyeri kepala atau
gangguan penglihatan
- Pada 25 % kasus terjadi pada pascapersalinan
- Dapat terjadi berulang-ulang sehingga dapat berakhir dengan kematian
- Dapat diikuti dengan koma
Catatan :
Janagan berikan ergometrin pada ibu dengan preeklamsia, eklamsia, atau hipertensi,
karena dapat meningkatkan resiko kejang dan gangguan serebrovaskular

PENAGANAN KHUSUS HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


a. Pemabatsan kalori, cairan dan garam tidak dapat mencegah hipertensi dalam
kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin
b. Manfaat aspirin , kalsium dan obat-obatan pencegahan hipertensi dalam
kehamilan belum terbukti
c. Deteksi dini dan penaganan ibu hamil dengan factor-faktor rsiisko sangat penting
pada penaganann hipertensi dalam kehamilan dan penceghan kejang. Follow up
teratur dan nasihay yang jelas bilamana pasien harus kembali. Suami dan anggota
keluarga lainnya harus diberi penjelasan tentang tanda-tanda hipertensi dalam
kehamilan dan perlunya dukungan social/moral kepada pasien.

HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA


Tanagani secara rawat jalan :
a. Pantau tekanan darah , urin ( untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu
b. Jika tekanan darah meningkat , tangani sebagai preeklamsia ringan
c. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk
penilaian kesehatan janin
d. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklamsia atau eklamsia
e. Jika tekanan datah stabil. Janin dapat dilahirkan secara normal

PREEKLAMSIA RINGAN
Kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika belum ada perbaikan , lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
a. Pantau tekana darah, urin, reflex, dan kondisi janin
b. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklamsia dan
eklamsia
c. Lebih banyak istirahat
d. Diet biasa (tidak perlu rendah garam)
e. Tidak perlu diberikan obat-obatan
f. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di RS :
a. Diet biasa
b. Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin sekali sehari
c. Jika perlu diberi obat-obatan
d. Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru, dekompetasi kordis atau
gagal ginjal akut
g. Jika teanan distolik harus turun sampai normal pasien apat dipulangkan
a. Minta istirahata dan perhatikan tanda preeklamsia
b. Control 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan janin, serta
gejala, dan tanda-tanda preeklamsia berat
c. Jika tekanan darah diastoloik naik lagi , rawat kembali
h. Jika tidak ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak, rawat sampai aterm
i. Jika proteinuria meningkat, tangani sebgaai preeklamsia berat

Kehamilan lebih dari 37 minggu


a. Jika serviks matang, pecxahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosisn
atau prostaglandin
b. Jika srviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau kateter
Foley atau lakaukan seksio sasera

PREEKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA


Penangan preeklamsia berat dan eklamsia sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnyakejang pada eklamsia. Semua kasus
preeklamsia berat harus ditangani secara efektif. Penangan konservatif tidak dianjurkan
karena gejala an tanda eklamsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering
tidak sahih.

Penangan kejang
a. Beri obat antokolvusan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotam, masker dan balon,
oksigen)
c. Beri oksigen 4-6 L per menit
d. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma , tetapi jangan diikat terlalu keras
e. Baringkan pasien paa sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
f. Setelah kejang , aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

Penangan umum
a. Jika tekanan diastolic tetap leboih dasri 110 mmHg, berikan obat antihipertensi
b. Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar)
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
d. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
e. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam :
1. Hentikan magnesium sulfat (MGSO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau RL
) pada kecepatan 1 L per 8 jam
2. Pantau kemungkinan edema paru
f. Kejang dan aspirasi muntah dapat menyebabkan kematian ibu dan janin
g. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
h. Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
sekali saja jika ada edema paru
i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan darah. Jika pembekuan terjadi sesudah
7 menit kemungkinan terdpat koagilopati.

Antikolpusan
MgSO4 merupakan obta pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklamsia berat dan eklamsia. Cara pemberian liahat kotak dibawah :
(table)

Jika MgSO4 tidak ada dapat diberikan diazepam, dengan resiko terjadinya depresi
pernapasan neonatal. Dosis tunggal diazepam jarang menimbulkan depresi
pernafasan neonatal. Pemberian terus menerus secara IV meningkatkan risiko depresi
pernapasan pada bayi yang sudah mengalami iskemia uteroplasenta dan persalinan
premature. Pengaruh diazepam dapat berlaku beberapa hari.
(table)

Antihipertensi
Jika tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih, berikan obat antihipertensi. Tujuannya
adalah untuk mempertahankan tekanan distolik dianatar 90-100 mmHg dan mencegah
perdarahan serebral. Obat pilihan hidralazin.
a. Berikan hidralazin 5 mg IV pelan-pelan setiap 5 menit sampai telanan darah
turun. Ulang setiap jam jika perlu atau berikan hidralazin 12,5 mg IM setiap 2
jam.
b. Jika hidralzin tidak tersedia, berikan :
1. Labetolol 10 mg IV
Jika respon tidak baik (tekanan diastolic tetap > 110 mmHg) berikan labetolol
20 mg IV. Naikan dosis sampai 40 mg dan 80 mg jika respons tidak baik
sesudah 10 menit
2. Atau berikan nefidipin 5 mg sublingual . jika tidak baik setelah 10 menit, beri
tambahan 5 mg sublingual.
3. Metildopa 3 x 250-500 mg/ hari

Persalinan
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil. Panduan persalianan
meningkatkan rsisiko untuk ibu dan janin.
a. Periksa serviks
b. Jika serviks matang , lakuakan pemecahan ketuban, lalu induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
c. Jika persalinan [ervaginam tidak dapat diharapkan dalam 12 jam (pada eklamsia) atau
dalam 24 jam (pada preeklamsia) lakaukan seksio sasera
d. Jika DJJ < 100 / menit atau > 180/menit ) lakukan seksio sasera
e. Jika serviks belum matang, janin hidup lakukan seksio sasera
f. Jika anstesi untuk seksio sasera tidak tersedia atau jika janin mati atau terlalu kecil :
1. Usahakan lahir pervaginam
2. Matangkan serviks dengan misoprosol, prostaglandin atau kateter Foley

Catatan : jika seksio sasera akan dilakukan, perhatikan bahwa :


a. Tidak terdapat koagulopati
b. Anastesi yang aman/terpilih adalah anastesi umum, sedangkan anastesi spinal
berhubungan dengan risiko hipotensi . risiko ini dapat dikurangi dengan
memberikan 500-1000 ml cairan tidak tersedia, janin mati, atau kemungkinan
hidup kecil, lakajkan persalinan pervaginam

Perawat pascapersalinan
a. Anti kovulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau kejang
terakhir
b. Teruskan terapi antihipertesni jika tekanan diastolic masih 110 mmHg atau
lebih
c. Pantau urin

Rujukan
a. Rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap jika :
1. Terdapat oliguria ( urin kurang 400 ml per 24 jam) selama 48 jam setelah
persalinan
2. Terdapat koagulopati atau sindrom HELLP
3. Koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang
5. Induksi dan akselerasi persalinan
a. Induksi persalinan : merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalinan
b. Akselerasi persalinan : meningkatkan frekuensi , lama, dan kekuatan kontraksi uterus
dalam persalinan
Tujuan tindakan tersebut ialah mencapi his 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik.
c. Jika selaput ketuban masih intak, dianjurkan amniotomi.

AMNIOTOMI
a. Kaji ulang indikasi
Catatan : didaerah dengan insiden HIV tinggi, selaput ketuban sejauh mungkin
dipertahankan. Hati-hati pada : polihidramnion, presentasi muka, tali pusat
terkemuka, dan vasa previa.
b. Periksa DJJ
c. Lakuakan pemeriksaan serviks dan catat konsistensi, posisi, penipisan dan bukaan
serviks dengan menggunakan sarung tanagn DTT
d. Masukkan ½ kokher yang dipegang tengan kiri dan dengan bimbingan telunjuk
dan jari tengah tanagan kanan hingga menyentuh selaput ketuban
e. Gerakan kedua ujung jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kokher hingga
merobek selaput ketuban
f. Cairan ketuban akan mengalir perlahan. Cata warnanya, kejernihan, pewarnaan
meconium, jumlahnya. Jika ada pewarnaan meconium, suspek gawat janin
g. Pertahankan jam tangan pada vagina agar cairan ketuban mengalir perlahan dan
yakin tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat yang menumbang
h. Setelah amniontomi, periksa DJJ pada saat kontraksi dan sesudah
kontraksinuterus. Apabila ada kelaianan DJJ kurang dari 100 atau lebih ari 180
DJJ per menit suspek gawat janin
i. Jika kelahiran diperkirakan tidak terjadi dalam 18 jam, b erikan antibiotic
pencegahan, penisilin G 2 juta unit IV atau ampisilin 2 g IV ulangi tiap 6 jam
sampai kelahiran . jika pasien tidak ada tanda-tanda infeksi sesudah kelahiran ,
antibiotic dihentikan
j. Jika proses persalinan yang baik tidak terjadi 1 jam setelah amniontomi, mulailah
dengan infus oksitosin
k. Pada persalinan dengan masalah missaslnya sepsis atau eklamsia, infus oksitosin
dilakuakn bersamaan dengan aniontomi

INDUKSI PERSALINAN
Penilaian serviks
Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pelvis
a. Jika skor > 6, biasanya induksi cukup dilakuakn oksistosin. Jika < 5 matangkan
serviks lebih dahulu dengn prostaglandin atau kateter Foley

Oksitosin
a. Oksitosisn dgunakan secara hati-hati karena gawat janin dapat terjadi dari hipertensi
stimulasi. Walaupun jarang, rupture uteri dapat pula terjadi lebih-lebih pada multipara
- Catatan : senantiasa lakauakn observasi ketat pada pasien yang mendapatkan
oksitosin.
b. Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dekstorse atau garam
fisiologik. Dengan tetesan dinaikkan secara gradual sampai his adekuat
- Catatan : pertahankan teteasan sampai persalinan
c. Pantau denyut nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil dan periksa denyut
jantung janin
d. Kaji ulang indikasi
e. Baringkan ibu hamil miring kiri
f. Catat semua pengamatan pada pantograph tiap 30 menit
- Kecepatan infus oksitosin
- Frekuensi dan lamanya ontraksi
- DJJ. Dengar tiap 30 menit dan selalu langsung setelah kontraksi . apabila DJJ kurang
dari 100 per menit, segera hentikan infus.
Catatan : ibu dengan infus oksitosin jangan ditinggal sendiri
g. Naikan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat ( 3
kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) dan pertahankan sampai terjadi
kelahiran
6. Kematian janin dalam kandungan
Gerakan Janin tidak Dirasakan
Masalah :
Ibu tidak merasakan gerkan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan
PENANGAN UMU :
- Beriakn dukungan emosional pada ibu
- Nilai denyut jantung janin (DJJ) :
a. Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat , kemudian nilai
ulang
b. Bila DJJ tek terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan
stetoskop Doppler
DIAGNOSIS

PENANGANAN KHUSUS
Kematian Janin
Hal ini dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan
bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
- Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-
tanda nya berupa overllaping tulang tengkorak, hiperfleksi kolumna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema sclap
- USG : merupakan saranan penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan : tidak
ada DJJ , ukuran kepala janin, dan cairan ketuban berkurang
- Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakin bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
- Plih cara prsalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspensif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
- Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif :
a. Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu
b. Yakinkan bahwa 90% perslainan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
- Jika trombosit dalm 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan , lakukan penangana
aktif
- Jika penangan aktif akan dilakukan , nilai serviks :
a. Jika serviks matang , lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter Foley
Catatan : janagan lakuakn amniontomi karena berisiko infeksi
c. Persalinan dengan seksio sesera merupakan alternative terakhir
- Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu , trombosit menurun, dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol :
a. Tempatkan miscoprosol 25 mg di puncak vagina dapat diulangi sesudah 6 jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x 25 mg misoprostol, naikan dosis menjadi 50 mg
setiap 6 jam
Catatan : jangan berikan lebih 50mg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
c. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
d. Jika tes pembekuan sederhana leboh dari 7 menit atau bekuan mudah pecah.
Waspada koagulopati
e. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut
f. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengingkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi
7. Ketuban Pecah dini
MASALAH
a. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
b. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjai sebelum proses persalinan berlangsung
c. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm.
PENANAGAN UMUM
a. Konfirmasi usia kehamilan kalau ada dengan USG
b. Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang
keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin
c. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 23 minggu), janagan
lakukan pemeriksaan dalam secara digital
d. Tentukan ada tidaknya infeksi
e. Tentukan tanda-tanda inpartu
DIAGNOSIS

a. Perdarahan ringan dibawah waktu > 5 menit untuk membasahi pembalutan atau
kain bersih
b. Tentukan penyebab dan obat

PENNAGAN KHUSUS
Ketuban Pecah Dini
Konfirmasi diagnosis
- Bau cairan ketuban yang khas
- Jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit , tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian
- Dengan speculum DTT,lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar
melalui oastium uteri atau diforniks anterior
- Jangan lakukan pemriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu deignosis dan
dapt mengundang infeksi
- Jika mungkin lakukan :
a. Tes lakmus (tes nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapt
menghaslkna tes yag positif palsu,
b. Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban padagelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan Kristal cairan amnion dan
gamabran daun pakis

Penanganan
a. Rawat dirumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
c. Jikada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotic
samahalnya jika terjadi amnionitis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu
 Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu an janin :
 Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritomisin 250
mg per otral 3 kali per hari selama 7 hari
 Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan
paru janin:
 Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam
 Atau deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam.
Catatan jangan berika kortikoseroid jika ada infeksi
 Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
 Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan
preterm
e. Jika tidak terapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
a. Jika ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotic profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi sterptokokus grup B :
a. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b. Atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan
c. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan : hentikan antibiotic
b. Jika serviks :
a. Jika serviks sudah matang , lakukan induksi persalinan dengan
oksitosisn
b. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin
dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesrea

Amnionitis
a. Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan :
- Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV sampai 24 jam
- Jika persalinan pervaginam , hentikan antibiotic pascapersalinan
- Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotic dan berikan metronidazole
500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam
b. Nilai serviks :
- Jika serviks matang , lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
- Jika serviks belum matang , matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau
lakukan seksio sesrea
c. Jika teradpat metritis ( demam, cairan vagina berbau), nerikan antibiotic
d. Jika terdapat sepsis pada bayi baru lahir, lakukan pemeriksaan kulturf san berikan
antibiotika.

8. Nyeri perut pada kehamilan muda


MASALAH
Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang . hal ini mungkin gejala utama pada
kehamilan ektopik atau abortus
PENANGAN UMUM
a. Lakuakn segera penangan umum meliputitanda vital
b. Jika dicurigai syok, mulailah pengobatan. Sekalipun gejala syok tidak jelas, waspada
dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan cepat
c. Jika ada syok segera terapi dengan baik
Catatan : appendesitis harus dicurigai setiap ibu yang nyeri perut, sebagai diagnosis
diferensial kehamilan ektopk,solusio plasenta, kista ovarium putaran tangkai dan
pielonefritis

DIAGNOSIS
PENANGANAN
Kista ovarium
Kista ovarium dapat menimbulkan nyeriakibat terpulintir atu peach. Kista ovarium
dapat mengalami putaran tangakai atau pecah pada trimester 1
a. Jika mengalami nyeri hebat , patut diduga putaran tangka atau kista pecah.
Lakukan segera laparotomi
Catatan : jika pada laparotomy diduga ada keganasan (bagian padat , pertumbuhan
papil pada dinding tumor), tumor harus diperiksa dibagian patologi. Dan lakukan
rujukan ke RS
b. Jika tumor besarnya 10 cm atau lebih dan asimtomatik
 Jika ditemukan pada trimester 1, observasi perkembangan dan komplikasi
 Jika ditemukan apada trimester 2, lakukan laparotomy untuk
pengangkatan
c. Jika trumor besarnya 5-10 cm, lakuakan observasi . mungkin laparotomy
diperlukan jika kista membesar dan menetap
d. Jika kista kurang dari 5 cm, biasanya tumor akan mengecil dan tidak memerlukan
terapi

Appendicitis
a. Berikan antibiotic kombinasi dan setelah pembedahan sampai 48 jam bebas demam
 Ampisislin 2 g IV tiap 6 jam
 Ditamabahakan gentamisisn 5 mg /kg BB IV tiap 24 jam
 Ditamabhakan mentronidazole 500 mg IV tiap 8 jam
b. Lakaukan laparotomy eksploratif (tidak pandang usia gestasi) dan aapendektomi, jika
besar apendisitis
Catatan : menundad diagnosis dan terapi dapayt mengakibatkan pecahnya apendiks
dan menimbulkan peritonitis umum.
c. Jika terdapat peritonitis (demam, abdomen akut, nyeri perut) berikan antibiotic untuk
peritonitis
Catatan : adanya peritonitis menimbulkan resiko abortus atau persalinan preterm
d. Jika terdapat nyeri hebat , berikn petidin 1 mg/kgBB (tidak boleh lebih dari 100 mg)
IM atau IV pelan-pelan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM
e. Tokolitik dapata diberikan untuk mencegah persalinan preterm

9. Nyeri perut pada kehamilan lanjut dan pasca persalinan


MASALAH
- Ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan lebih dari 22 minggu
- Ibu mengeluh nyeri perut dalam 6 minggu setelah melahirkan
PENANGANAN UMUM
- Segera nilai keadaan umum pasien termasuk TTV
- Jika syok atau perdarahan banyak segera mulai penagan syok
a. Pasang infus dengana jarum 1 gauge atau lebih besar
b. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan Hb, golongan darah dan uji silang
c. Guyur dengan NaCl atau RL
- Jika tanda-tanda syok tidak terlihat , ingatlah saat anda melakukan evaluasi lanjut
karena statsu ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok segera
mulai penatalakasanaan syok.
- Jika sangat sakit beri suntikan pentidin atau morfin (janagan berikan analgesic sbelum
dilakuakn pemeriksaan)
- Jika ada tanda-tanda sepsis, beri antibiotic IV atau IM
- Ukur drah yang hilang, cairan yang diberikan dan produksi urin
- Penangana selanjutnya lihat bagan
DIAGNOSIS

Anda mungkin juga menyukai