PANANGANA UMUM
- Istirahat baring
- Minum banyak
- Kompres untuk menurunkan suhu
DIAGNOSIS
PENANGANAN
Sistitis
Sistitis adalah infeksi kandung kencing
- Berikan antibiotic
a. Amoksilin 500 mg / oral 3 kali sehari selama 3 hari
b. ATAU trimetroprim/sulfametakazol 1 tablet (160/800 mg) / oral 2 kali sehari
selama 3 hari.
- Jika TERAPI GAGAL, periksa kultur urin dan tes resistensi kuman jika tersedia, dan
terapi antibiotic yang sesuai.
- Jika infeksi KAMBUH lagi :
a. Periksa kultur dan resistensi kuman dan terapi antibiotic yang sesuai
b. Sebagai profilaksis berikan antibiotic / oral sekali sehari selama kehamilan dan 2
minggu pasca persalinan :
Trimetroprim/ sufametakazol 1 tablet (160/800 mg)
ATAU Amoksilin 250 mg
Catatan : profilaksis hanya diberikan pada kasus kambuh
Pielonefritis Akut
Pielonefritis akut ialah infeksi akut saluran kemih atas, umumnya pelvik ginjal juga
meliputi parenkimnya.
- Jika terdapat syok, berikan segera pengobatan
- Buat kultur dan resistensi jika tersedia dan terapi antibiotic yang sesuai sampai 2 hari
bebas demam
- Jika kultur urin tidak dapat dilakukan, berikan antibiotic
a. Ampisilin 2g/I.V tiap 6 jam, DITAMBAH gentamisin 5mg/kg BB I.V tiap 24 jam
- Jika telah bebas demam 2 hari, berikan amoksilin 1 g / oral 3 kali per hari selama 14
hari
Catatan :
Umumnya pasien membaik dalam 48 jam, jika tidak ada perbaikan dalam 3 hari,
evaluasi pengobatan dan jenis antibiotika.
- Untuk profilaksis, berikan atibiotika per oral sekali sehari, selmaa hamil dan 2
minggu pascapersalinan :
a. Trimetropim/sulfametakazole 1 tablet(160/800 mg),
b. Atau amoksilin 250 mg
- Berikan minum atau infus
- Parasetamol 500mg per oral jika sakit dan jika panas
- Jika timbul kontraksi dan darah lender, curagai kehamilan preterm
MALARIA
Umumnya penyakit ini disebabkan oleh 2 spesies parasite, yaitu P. falciparum dan P.
vivaks. Demam malaria pada kehamilan dapat mengakibatkan morbiditas, bahkan
kematian jika tidak dikenal dan diobati. Demam malaria akut biasanya sukar diberdakan
dari penyakit lain. Malaria harus dipertimbangkan pada ibu yang demam dan pernah
terpapar pada malaria.
- Ibu yang tidak memiliki kekebaalan ( tidak pernah tinggal didaerah endemic malaria)
menjadi rentan terhadap komplikasi malaria.
- Ivu yang memiliki kekebalan mempunyai resiko tinggi untuk anemia beratt dan
melahirkan bayi BLR.
TES
- Jika tes diagnostic tidak tersedia , berikan terapi anti malaria berdasar gejala-gejala
klinis ( missal : nyeri kepala, demam , nyeri sendi)
- Jika tersedia tes :
a. Mikroskopik : apusan tebal dan tipis darah tepi. Apusan tebal lebih baik untuk
diagnosis parasite (hasil negative tidak menyingkirkan malaria). Apusan tipis
digunakan untuk identifikasi spesies
b. Tes deteksi antigen cara cepat.
MALARAIA FALCIPARUM
Malria falciparum tanpa komplikasi
Malaria jenis ini resistensinya klorokuinnya telah meluas. Bahkan, resistensi terhadapa
obat lain (misalnya : kina, sulfadoksin/primetamin, meflokuin). Oleh karena itu , kita
perlu mengikuti panduan nasional pengobatan malaria. Obat yang merupakan
kontraindikasi ialah : primakuin, tetrasiklin, doksiksiklin, dan halofantrin. Belum cukup
data mengenai obat atovokuon / proguanil dan artemeter/lumefantrin yang dipakai pada
ibu hamil.
Malaria dapat berkembang dengan cepat. Selama itu akan timbul gejala infeksi vivaks berkala.
Primakuin dapat digunakan untuk infeksi pada hepar , tidak boleh digunakan dalam kehamilan,
dan dibolehkan pada nifas. Dosis bervarisi , sesuaikan pada anjuran nasional.
Pada daerah infeksi campuran, proporsi jenis malaria berbeda juga sensitifitasnya. Oleh karena
itu harap merujuk pada panduan pengobatan nasional. Jika pemeriksaan mikroskopik tersedia,
pengobatan terarah dapat dilakukan. Namun , jika tidak ada fasilitas tersebut, alternative
pengobatan adalah :
Abses Pelvik
- Berikan antibiotic kombinasi, sebelum pungsi dan drain abses. Berikan antibiotika
sampai 48 jam bebas demam
a. Ampisislin 2 g IV tiap 6 jam
b. Ditamabah gentamsiisn 5mg/kgBB IV tiap 24 jam
c. Ditamabah metronidazole 500 mg IV tiap 8 jam
- Jika kavum Douglas menonjol lakukn fungsi untuyk drain abses, dan jika demam
tetap tinggi, lakukan lapartomi
Peritonitis
- Pasang selang nasogatrik
- Infus cairan RL
- Berikan antibiotic kombinasi, sampai 48 jam bebas panas
a. Ampisislin 2 g IV tiap 6 jam
b. Ditamabah gentamsin 5mg/kgBB IV tiap 24 jam
c. Ditamabah metronidazole 50 mg IV tiap 8 jam
- Jika perlu lakauakn lapartomi untuk drainase
Bendungan Payudara
Akibat bendungan berlebihan pada limfatik dan vena sebelum laktasi. Hal ini bukan
bendungan susu ibu.
Menyusui
- Jika ibu menyususi dan bayi tida menetek, bantulah memerahi air susu dengan tangan
pompa
- Jika ibu menysusi dan bayi mampu menentek
a. Bantu ibu agar menetek lebih sering pada kedua payudara tiap kali menetek
b. Berikan penyuluhan cara menetek yang baik
c. Mengurangi nyeri sebelum meneteki
- Berikan kompres hanagat pada dada sebelum meneteki atau mandi air hanagt
- Pijat punggung dan leher
- Memeras susu cara manual sbelum meneteki dan basahi putting
d. Mengurangi nyeri setelah meneteki
- Gunakan bebat atau kutanga
- Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
- Terapi parasetamol 500 mg pere oral
Tidak Menyusui
a. Jika ibu tidak menysuusi :
- Berikan bebeat dan kutang ketat
- Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
- Hindari pijat atau kompres hangat
- Berikan parasetamol 500 mg per oral
b. Evaluasi 3 hari
Infeksi payudara
Mastitis
a. Berikan antibiotic
- Kloksalin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- Atau eritomisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b. Bantulah agar ibu, tetap meneteki, bebat payudara, dan kompres dingin sebelm
meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
c. Berikan parasetamol 500 mg per oral
d. Evaluassi 3 hari
Abses payudara
a. Berikan antibiotic
- Kloksalin 500mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
- Atau eritomisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b. Drain abses :
- Anastesi umum dianjurkan
- Lakukan inisiasi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau
duktus
- Gunakan sarung tangan steril
- Tampon longgar dengan kasa
- Lepasskan tampon 24 jam , ganti dengan tampon kecil
c. Jika masih banyak pus , tetap berikan tampon dalam lubang dan tepinya
d. Yakinkan ibu untuk :
- Tetap menyusui meskipun tetap keluar nanah
- Gunakan kutang
- Kompres dingin sebelum meneteki untu mengurangi bengkak dan nyeri
e. Berikan parasetamol 500 mg bila perlu
f. Evaluasi 3 hari
4. Gestosis
PREEKLAMSIA RINGAN
Kehamilan kurang dari 37 minggu
Jika belum ada perbaikan , lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
a. Pantau tekana darah, urin, reflex, dan kondisi janin
b. Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklamsia dan
eklamsia
c. Lebih banyak istirahat
d. Diet biasa (tidak perlu rendah garam)
e. Tidak perlu diberikan obat-obatan
f. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di RS :
a. Diet biasa
b. Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin sekali sehari
c. Jika perlu diberi obat-obatan
d. Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru, dekompetasi kordis atau
gagal ginjal akut
g. Jika teanan distolik harus turun sampai normal pasien apat dipulangkan
a. Minta istirahata dan perhatikan tanda preeklamsia
b. Control 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urin, keadaan janin, serta
gejala, dan tanda-tanda preeklamsia berat
c. Jika tekanan darah diastoloik naik lagi , rawat kembali
h. Jika tidak ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak, rawat sampai aterm
i. Jika proteinuria meningkat, tangani sebgaai preeklamsia berat
Penangan kejang
a. Beri obat antokolvusan
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotam, masker dan balon,
oksigen)
c. Beri oksigen 4-6 L per menit
d. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma , tetapi jangan diikat terlalu keras
e. Baringkan pasien paa sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
f. Setelah kejang , aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
Penangan umum
a. Jika tekanan diastolic tetap leboih dasri 110 mmHg, berikan obat antihipertensi
b. Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar)
c. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
d. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
e. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam :
1. Hentikan magnesium sulfat (MGSO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau RL
) pada kecepatan 1 L per 8 jam
2. Pantau kemungkinan edema paru
f. Kejang dan aspirasi muntah dapat menyebabkan kematian ibu dan janin
g. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
h. Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
sekali saja jika ada edema paru
i. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan darah. Jika pembekuan terjadi sesudah
7 menit kemungkinan terdpat koagilopati.
Antikolpusan
MgSO4 merupakan obta pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada
preeklamsia berat dan eklamsia. Cara pemberian liahat kotak dibawah :
(table)
Jika MgSO4 tidak ada dapat diberikan diazepam, dengan resiko terjadinya depresi
pernapasan neonatal. Dosis tunggal diazepam jarang menimbulkan depresi
pernafasan neonatal. Pemberian terus menerus secara IV meningkatkan risiko depresi
pernapasan pada bayi yang sudah mengalami iskemia uteroplasenta dan persalinan
premature. Pengaruh diazepam dapat berlaku beberapa hari.
(table)
Antihipertensi
Jika tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih, berikan obat antihipertensi. Tujuannya
adalah untuk mempertahankan tekanan distolik dianatar 90-100 mmHg dan mencegah
perdarahan serebral. Obat pilihan hidralazin.
a. Berikan hidralazin 5 mg IV pelan-pelan setiap 5 menit sampai telanan darah
turun. Ulang setiap jam jika perlu atau berikan hidralazin 12,5 mg IM setiap 2
jam.
b. Jika hidralzin tidak tersedia, berikan :
1. Labetolol 10 mg IV
Jika respon tidak baik (tekanan diastolic tetap > 110 mmHg) berikan labetolol
20 mg IV. Naikan dosis sampai 40 mg dan 80 mg jika respons tidak baik
sesudah 10 menit
2. Atau berikan nefidipin 5 mg sublingual . jika tidak baik setelah 10 menit, beri
tambahan 5 mg sublingual.
3. Metildopa 3 x 250-500 mg/ hari
Persalinan
Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil. Panduan persalianan
meningkatkan rsisiko untuk ibu dan janin.
a. Periksa serviks
b. Jika serviks matang , lakuakan pemecahan ketuban, lalu induksi persalinan dengan
oksitosin atau prostaglandin.
c. Jika persalinan [ervaginam tidak dapat diharapkan dalam 12 jam (pada eklamsia) atau
dalam 24 jam (pada preeklamsia) lakaukan seksio sasera
d. Jika DJJ < 100 / menit atau > 180/menit ) lakukan seksio sasera
e. Jika serviks belum matang, janin hidup lakukan seksio sasera
f. Jika anstesi untuk seksio sasera tidak tersedia atau jika janin mati atau terlalu kecil :
1. Usahakan lahir pervaginam
2. Matangkan serviks dengan misoprosol, prostaglandin atau kateter Foley
Perawat pascapersalinan
a. Anti kovulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau kejang
terakhir
b. Teruskan terapi antihipertesni jika tekanan diastolic masih 110 mmHg atau
lebih
c. Pantau urin
Rujukan
a. Rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap jika :
1. Terdapat oliguria ( urin kurang 400 ml per 24 jam) selama 48 jam setelah
persalinan
2. Terdapat koagulopati atau sindrom HELLP
3. Koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang
5. Induksi dan akselerasi persalinan
a. Induksi persalinan : merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalinan
b. Akselerasi persalinan : meningkatkan frekuensi , lama, dan kekuatan kontraksi uterus
dalam persalinan
Tujuan tindakan tersebut ialah mencapi his 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik.
c. Jika selaput ketuban masih intak, dianjurkan amniotomi.
AMNIOTOMI
a. Kaji ulang indikasi
Catatan : didaerah dengan insiden HIV tinggi, selaput ketuban sejauh mungkin
dipertahankan. Hati-hati pada : polihidramnion, presentasi muka, tali pusat
terkemuka, dan vasa previa.
b. Periksa DJJ
c. Lakuakan pemeriksaan serviks dan catat konsistensi, posisi, penipisan dan bukaan
serviks dengan menggunakan sarung tanagn DTT
d. Masukkan ½ kokher yang dipegang tengan kiri dan dengan bimbingan telunjuk
dan jari tengah tanagan kanan hingga menyentuh selaput ketuban
e. Gerakan kedua ujung jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kokher hingga
merobek selaput ketuban
f. Cairan ketuban akan mengalir perlahan. Cata warnanya, kejernihan, pewarnaan
meconium, jumlahnya. Jika ada pewarnaan meconium, suspek gawat janin
g. Pertahankan jam tangan pada vagina agar cairan ketuban mengalir perlahan dan
yakin tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat yang menumbang
h. Setelah amniontomi, periksa DJJ pada saat kontraksi dan sesudah
kontraksinuterus. Apabila ada kelaianan DJJ kurang dari 100 atau lebih ari 180
DJJ per menit suspek gawat janin
i. Jika kelahiran diperkirakan tidak terjadi dalam 18 jam, b erikan antibiotic
pencegahan, penisilin G 2 juta unit IV atau ampisilin 2 g IV ulangi tiap 6 jam
sampai kelahiran . jika pasien tidak ada tanda-tanda infeksi sesudah kelahiran ,
antibiotic dihentikan
j. Jika proses persalinan yang baik tidak terjadi 1 jam setelah amniontomi, mulailah
dengan infus oksitosin
k. Pada persalinan dengan masalah missaslnya sepsis atau eklamsia, infus oksitosin
dilakuakn bersamaan dengan aniontomi
INDUKSI PERSALINAN
Penilaian serviks
Keberhasilan induksi persalinan bergantung pada skor pelvis
a. Jika skor > 6, biasanya induksi cukup dilakuakn oksistosin. Jika < 5 matangkan
serviks lebih dahulu dengn prostaglandin atau kateter Foley
Oksitosin
a. Oksitosisn dgunakan secara hati-hati karena gawat janin dapat terjadi dari hipertensi
stimulasi. Walaupun jarang, rupture uteri dapat pula terjadi lebih-lebih pada multipara
- Catatan : senantiasa lakauakn observasi ketat pada pasien yang mendapatkan
oksitosin.
b. Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dekstorse atau garam
fisiologik. Dengan tetesan dinaikkan secara gradual sampai his adekuat
- Catatan : pertahankan teteasan sampai persalinan
c. Pantau denyut nadi, tekanan darah, dan kontraksi ibu hamil dan periksa denyut
jantung janin
d. Kaji ulang indikasi
e. Baringkan ibu hamil miring kiri
f. Catat semua pengamatan pada pantograph tiap 30 menit
- Kecepatan infus oksitosin
- Frekuensi dan lamanya ontraksi
- DJJ. Dengar tiap 30 menit dan selalu langsung setelah kontraksi . apabila DJJ kurang
dari 100 per menit, segera hentikan infus.
Catatan : ibu dengan infus oksitosin jangan ditinggal sendiri
g. Naikan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat ( 3
kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) dan pertahankan sampai terjadi
kelahiran
6. Kematian janin dalam kandungan
Gerakan Janin tidak Dirasakan
Masalah :
Ibu tidak merasakan gerkan janin sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan
PENANGAN UMU :
- Beriakn dukungan emosional pada ibu
- Nilai denyut jantung janin (DJJ) :
a. Bila ibu mendapat sedative, tunggu hilangnya pengaruh obat , kemudian nilai
ulang
b. Bila DJJ tek terdengar minta beberapa orang mendengarkan menggunakan
stetoskop Doppler
DIAGNOSIS
PENANGANAN KHUSUS
Kematian Janin
Hal ini dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau kelainan
bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati.
- Jika pemeriksaan radiologic tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-
tanda nya berupa overllaping tulang tengkorak, hiperfleksi kolumna vertebralis,
gelembung udara didalam jantung dan edema sclap
- USG : merupakan saranan penunjang diagnostic yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan : tidak
ada DJJ , ukuran kepala janin, dan cairan ketuban berkurang
- Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya. Yakin bahwa besar kemungkinan dapat lahir
pervaginam.
- Plih cara prsalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspensif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
- Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif :
a. Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu
b. Yakinkan bahwa 90% perslainan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
- Jika trombosit dalm 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan , lakukan penangana
aktif
- Jika penangan aktif akan dilakukan , nilai serviks :
a. Jika serviks matang , lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter Foley
Catatan : janagan lakuakn amniontomi karena berisiko infeksi
c. Persalinan dengan seksio sesera merupakan alternative terakhir
- Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu , trombosit menurun, dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol :
a. Tempatkan miscoprosol 25 mg di puncak vagina dapat diulangi sesudah 6 jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x 25 mg misoprostol, naikan dosis menjadi 50 mg
setiap 6 jam
Catatan : jangan berikan lebih 50mg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis
c. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis
d. Jika tes pembekuan sederhana leboh dari 7 menit atau bekuan mudah pecah.
Waspada koagulopati
e. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut
f. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengingkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi
7. Ketuban Pecah dini
MASALAH
a. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
b. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjai sebelum proses persalinan berlangsung
c. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan aterm.
PENANAGAN UMUM
a. Konfirmasi usia kehamilan kalau ada dengan USG
b. Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan yang
keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urin
c. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 23 minggu), janagan
lakukan pemeriksaan dalam secara digital
d. Tentukan ada tidaknya infeksi
e. Tentukan tanda-tanda inpartu
DIAGNOSIS
a. Perdarahan ringan dibawah waktu > 5 menit untuk membasahi pembalutan atau
kain bersih
b. Tentukan penyebab dan obat
PENNAGAN KHUSUS
Ketuban Pecah Dini
Konfirmasi diagnosis
- Bau cairan ketuban yang khas
- Jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit , tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam
kemudian
- Dengan speculum DTT,lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar
melalui oastium uteri atau diforniks anterior
- Jangan lakukan pemriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu deignosis dan
dapt mengundang infeksi
- Jika mungkin lakukan :
a. Tes lakmus (tes nitrazin) jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapt
menghaslkna tes yag positif palsu,
b. Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban padagelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan Kristal cairan amnion dan
gamabran daun pakis
Penanganan
a. Rawat dirumah sakit
b. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta
c. Jikada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotic
samahalnya jika terjadi amnionitis
d. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu
Berikan antibiotic untuk mengurangi morbiditas ibu an janin :
Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah eritomisin 250
mg per otral 3 kali per hari selama 7 hari
Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan
paru janin:
Betametason 12 mg IM dalam 2 dosis setiap 12 jam
Atau deksametason 6 mg IM dalam 4 dosis setiap 6 jam.
Catatan jangan berika kortikoseroid jika ada infeksi
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu
Jika terdapat his dan darah lender, kemungkinan terjadi persalinan
preterm
e. Jika tidak terapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
a. Jika ketuban telah pecah >18 jam, berikan antibiotic profilaksis untuk
mengurangi resiko infeksi sterptokokus grup B :
a. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b. Atau penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan
c. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan : hentikan antibiotic
b. Jika serviks :
a. Jika serviks sudah matang , lakukan induksi persalinan dengan
oksitosisn
b. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin
dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesrea
Amnionitis
a. Berikan antibiotic kombinasi sampai persalinan :
- Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV sampai 24 jam
- Jika persalinan pervaginam , hentikan antibiotic pascapersalinan
- Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotic dan berikan metronidazole
500 mg IV setiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam
b. Nilai serviks :
- Jika serviks matang , lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
- Jika serviks belum matang , matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau
lakukan seksio sesrea
c. Jika teradpat metritis ( demam, cairan vagina berbau), nerikan antibiotic
d. Jika terdapat sepsis pada bayi baru lahir, lakukan pemeriksaan kulturf san berikan
antibiotika.
DIAGNOSIS
PENANGANAN
Kista ovarium
Kista ovarium dapat menimbulkan nyeriakibat terpulintir atu peach. Kista ovarium
dapat mengalami putaran tangakai atau pecah pada trimester 1
a. Jika mengalami nyeri hebat , patut diduga putaran tangka atau kista pecah.
Lakukan segera laparotomi
Catatan : jika pada laparotomy diduga ada keganasan (bagian padat , pertumbuhan
papil pada dinding tumor), tumor harus diperiksa dibagian patologi. Dan lakukan
rujukan ke RS
b. Jika tumor besarnya 10 cm atau lebih dan asimtomatik
Jika ditemukan pada trimester 1, observasi perkembangan dan komplikasi
Jika ditemukan apada trimester 2, lakukan laparotomy untuk
pengangkatan
c. Jika trumor besarnya 5-10 cm, lakuakan observasi . mungkin laparotomy
diperlukan jika kista membesar dan menetap
d. Jika kista kurang dari 5 cm, biasanya tumor akan mengecil dan tidak memerlukan
terapi
Appendicitis
a. Berikan antibiotic kombinasi dan setelah pembedahan sampai 48 jam bebas demam
Ampisislin 2 g IV tiap 6 jam
Ditamabahakan gentamisisn 5 mg /kg BB IV tiap 24 jam
Ditamabhakan mentronidazole 500 mg IV tiap 8 jam
b. Lakaukan laparotomy eksploratif (tidak pandang usia gestasi) dan aapendektomi, jika
besar apendisitis
Catatan : menundad diagnosis dan terapi dapayt mengakibatkan pecahnya apendiks
dan menimbulkan peritonitis umum.
c. Jika terdapat peritonitis (demam, abdomen akut, nyeri perut) berikan antibiotic untuk
peritonitis
Catatan : adanya peritonitis menimbulkan resiko abortus atau persalinan preterm
d. Jika terdapat nyeri hebat , berikn petidin 1 mg/kgBB (tidak boleh lebih dari 100 mg)
IM atau IV pelan-pelan atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB IM
e. Tokolitik dapata diberikan untuk mencegah persalinan preterm