Anda di halaman 1dari 5

PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP TEKNIK KOMUNIKASI SBAR

DIRSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

KNOWLEDGE OF NURSES TO SBAR COMMUNICATION TECHNIQUE IN dr.


ZAINOEL ABIDIN HOSPITAL BANDA ACEH

Irawati1; AndaraMaurissa2

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2
Bagian Manajemen Keperawatan Dasar Dasar Keperwatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
e-mail: iraaw9@gmail.com; andara.maurissa@gmail.com

ABSTRAK

Komunikasi SBAR digunakan oleh perawat dalam menyampaikan kondisi pasien kepada dokter. Dalam
penerapan komunikasi SBAR membutuhkan pengetahuan yang baik sehingga informasi yang disampaikan
jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat terhadap teknik
komunikasi SBAR di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun
2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain penelitian cross sectional study.
Populasinya seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh sebanyak 264 perawat, Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability
sampling, sebanyak 73 responden dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Hasil penelitian yang
didapatkan bahwa secara keseluruhan pengetahuan perawat terhadap teknik komunikasi SBAR di ruang
rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada kategori baik yaitu
sebanyak 79,5%. Dari hasil penelitian ini diharapkan penggunaan teknik komunikasi SBAR oleh perawat di
seluruh ruang rawat inap dapat ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Kata Kunci:Pengetahuan perawat, Komunikasi SBAR

ABSTRACT

SBAR communication used by nurses in delivering the patient to the doctor.In applying the SBAR
communication requires good knowledge so thatinformation presented clearly.The purpose of this study is to
describe the nurse's knowledge of the SBAR communication technique in the inpatient unit District General
Hospital dr.Zainoel Abidin Banda Aceh in 2016.This research is a descriptive exploratory study with cross
sectional design.Populations throughout nurses in the inpatient unit District General Hospital dr.Zainoel
Abidin Banda Aceh as many as 264 nurses, Sampling techniques in this study is a probability sampling, a
total of 73 respondents to the questionnaire data collection tools. The research result
obtained that Retained Earnings nurse's knowledge of the SBAR communication technique in the inpatient
unit District General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh are in good category that is as much as 79.5%
of nurses.From the results of this study are expected to use SBAR communication technique by nurses in all
the wards can be increased so as to improve patient safety in hospitals.

Keywords: Knowledge nurse, SBAR communication

1
PENDAHULUAN Kerangka komunikasi efektif terkini
Dalam pelaksanaan operan, perawat yang digunakan di rumah sakit adalah
berkomunikasi membahas hal-hal yang komunikasi SBAR, WHO mewajibkan
berkaitan dengan pasien yang menjadi kepada rumah sakit untuk menggunakan
tanggung jawabnya dengan menggunakan suatu standar yang strategis yaitu dengan
dokumentasi sebagai sumber informasi. Hal- menggunakan metode komunikasi SBAR.
hal yang dibicarakan mengenai kondisi Komunikasi SBAR merupakan komunikasi
pasien terkini, pengobatan dan perencanaan yang terdiri dari 4 komponen yaitu S
keperawatan, alokasi pasien, dan prioritas (Situation) merupakan suatu gambaran yang
pelayanan lainnya (Sugiharto, Keliat & Sri, terjadi pada saat itu. B (Background)
2012, p.40). merupakan sesuatu yang melatar belakangi
Kegiatan pendokumentasian situasi yang terjadi. A (Assessment)
keperawatan yang terjadi saat ini masih merupakan suatu pengkajian terhadap suatu
banyak ditemui berbagai hambatan yang masalah. R (Recommendation) merupakan
mengakibatkan asuhan keperawatan yang suatu tindakan dimana meminta saran untuk
tidak optimal. Hal ini karena banyaknya tindakan yang benar yang seharusnya
faktor yang mempengaruhi seperti beban dilakukan untuk masalah tersebut (The Joint
kerja, pengetahuan, waktu, keterampilan Commission International, 2007).
perawat, pengalaman kerja perawat, Komunikasi SBAR dalam dunia
pendidikan, motivasi, tenaga, sarana, dan kesehatan dikembangkan oleh pakar patient
faktor sosial (Iyer & Nancy, 2005, p.3). safety dari Californiauntuk membantu
Sistem dokumentasi yang ideal harus komunikasi antaradokter dan perawat.
memberikan informasi pasien yang Komunikasi SBAR di desain untuk
komprehensif, mampu menampilkan data komunikasi dalam situasi beresiko tinggi
tentang keadaan pasien dari tingkat antara perawat dan dokter untuk mengatasi
kesakitan, jenis, kualitas dan kuantitas dari masalah pasien (The Joint Commission
layanan yang telah diberikan perawat dalam International, 2010).
memenuhi kebutuhan pasien, memfasilitasi Hasil studi literatur yang
bantuan pembayaran dari pemerintah dan dikembangkan oleh Velji (2010) mengenai
perusahaan asuransi pembayar, serta efektifitas dokumentasi SBAR dalam
berfungsi sebagai dokumen yang legal (Potter pengaturan rehabilitasi didapatkan bahwa
& Perry, 2005, p.232). penggunaan dokumentasi SBAR memiliki
Komunikasi efektif merupakan unsur potensi untuk meningkatkan komunikasi tim
utama dari sasaran keselamatan pasien karena interprofesional dalam konteks rehabilitasi
komunikasi adalah penyebab pertama dan kontribusi berharga dalam praktek
masalah keselamatan pasien (patient safety). keselamatan pasien.
Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, Penelitian Supinganto, Mulianingsih &
akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh Suharmanto (2015) di rumah sakit RSUD
penerima mengurangi kesalahan dan kota Mataram menunjukkan bahwa pada
meningkatkan keselamatan pasien. Maka komponen komunikasi situation (S) sebagian
dalam komunikasi efektif harus dibangun besar dalam kategori efektif sebanyak 82,0%,
aspek kejelasan, ketepatan, sesuai dengan pada komponen komunikasi background (B)
konteks baik bahasa dan informasi, alur yang sebagian besar dalam kategori tidak efektif
sistematis, dan budaya. Komunikasi yang sebanyak 78,0%, pada komponen komunikasi
tidak efektif akan menimbulkan risiko assessment (A) sebagian besar dalam
kesalahan dalam pemberian asuhan kategori tidak efektif sebanyak 64,0% dan
keperawatan (Supinganto, Mulianingsih & pada kategori komponen komunikasi
Suharmanto, 2015). recommendation (R) sebagian besar dalam

2
kategori tidak efektif sebanyak 64,0%. Secara PEMBAHASAN
umum, sebagian besar komunikasi perawat Hasil penelitian yang terdapat pada
dalam kategori efektif. tabel 5.6 yaitu pengetahuan perawat terhadap
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika teknik komunikasi SBAR di ruang rawat inap
orang yang berkomunikasi memiliki tingkat menunjukkan kategori baik sebanyak 58
pengetahuan yang berbeda, pesan akan perawat (79,5%) sehingga dapat disimpulkan
menjadi tidak jelas jika kata-kata dan bahwa sebagian besar perawat memiliki
ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pengetahuan yang baik mengenai teknik
pendengar. Berdasarkan uraian tersebut, komunikasi SBAR.
peneliti tertarik untuk menganalisis Menurut Notoatmodjo (2007, p.140)
bagaimana gambaran pengetahuan perawat tahu (know) merupakan salah satu tingkatan
terhadap teknik komunikasi SBAR di ruang domain kognitif seseorang yang diartikan
rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. sebagai pengingat suatu materi yang
Zainoel Abidin Banda Aceh. dipelajari sebelumnya. Seseorang dapat
dikatakan tahu manakala ia mampu
METODE menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
Metode penelitian yang digunakan ataupun menyatakan tentang sesuatu yang
dalam penelitian ini adalah deskriptif sedang diukur. Salah satu tingkatan domain
eksploratif dengan desain penelitian cross kognitif yang lain adalah memahami
sectional study melalui kuesioner. Metode (comprehension), yang diartikan sebagai
pengambilan sampel yang digunakan dalam suatu kemampuan untuk menjelaskan,
penelitian ini adalah probability sampling. menyimpulkan, ataupun menyebutkan contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dari suatu hal yang sedang diukur.
perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Tahu (know) dan memahami
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada (comprehension) bukan berarti adanya suatu
tahun 2016 sebanyak 264 responden. Sampel jaminan bahwa seseorang akan
dalam penelitian ini adalah perawat mengaplikasikan apa yang telah diketahui,
pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah dr. namun aplikasi adalah suatu kemampuan
Zainoel Abidin Banda Aceh sebanyak 73 untuk menggunakan suatu materi yang telah
responden. dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya (Notoatmodjo, 2007, p.141).
HASIL Pengetahuan terkait komunikasi terhadap
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan berbagai informasi mengenai perkembangan
Tentang Komunikasi SBAR pasien antar profesi kesehatan di rumah sakit
No Kategori (F) (%) merupakan komponen yang fundamental
1 Baik 58 79,5 dalam keperawatan (Swansburg, 1990).
2 Kurang 15 20,5 Permenkes Nomor 1691 (2010)
Baik
dalam program patient safety mengatakan
Total 73 100
bahwa untuk menjamin keselamatan pasien
Berdasarkan tabel 2 dapat
di rumah sakit, pelatihan program
disimpulkan bahwa sebanyak 58 perawat
keselamatan pasien merupakan salah satu
(79,5%) perawat memiliki pengetahuan yang
pelayanan mutu terhadap pasien. Perawat
baik terhadap teknik komunikasi SBAR di
yang kurang termotivasi untuk menggunakan
ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
teknik komunikasi SBAR dapat
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
menyebabkan pelayanan kepada pasien
kurang baik. Penggunaan komunikasi yang
tepat menjadi salah satu sasaran dari program
patient safety yaitu peningkatan komunikasi

3
yang efektif. Perawat merupakan tenaga psikologis akan timbul kesan yang membekas
terbanyak dan mempunyai waktu kontak dalam emosi kejiwaan. Selain itu, menurut
dengan pasien lebih lama dibandingkan asumsi peneliti berdasarkan hasil pengamatan
tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka pada saat penelitian disetiap ruang rawat inap
mempunyai peranan penting dalam rumah sakit terdapat SOP sebagai panduan
menentukan baik buruknya mutu pelayanan dalam menggunakan teknik komunikasi
kesehatan di rumah sakit. SBAR. Hal ini juga dapat membantu
Dufour (2012) mengatakan bahwa responden dalam meningkatkan
sekarang ini sudah ada metode yang pengetahuannya terhadap teknik komunikasi
dirancang untuk memudahkan komunikasi SBAR.
perawat yaitu dengan menggunakan
komunikasi SBAR. Menurut Haig et al dalam Komunikasi efektif khususnya
Kesten (2011)Kerangka komunikasi SBAR komunikasi SBAR sangat membantu untuk
sangat efektif digunakan untuk melaporkan meningkatkan keselamatan pasien (patient
kondisi dan situasi pasien secara singkat pada safety) di rumah sakit. Penggunaan
saat pergantian shift, sebelum prosedur komunikasi SBAR juga mencegah informasi
tindakan atau kapan saja diperlukan dalam salah yang disampaikan oleh perawat kepada
melaporkan perkembangan kondisi pasien. dokter, hal ini dikarenakan komunikasi
Penelitian Wahyuni (2014) tentang SBAR merupakan komunikasi yang telah
efektifitas pelatihan komunikasi SBAR terstruktur dengan baik, benar dan jelas,
dalam meningkatkan mutu operan jaga maka dari itu pengetahuan tentang teknik
(handover) di Bangsal Wardah RS PKU komunikasi SBAR penting untuk terus
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II ditingkatkan.
menunjukan bahwa adanya peningkatan yang
bermakna pada mutu operan jaga setelah KESIMPULAN
diberikan pelatihan komunikasi SBAR Kesimpulan dari hasil penelitian ini
kepada perawat. Perbedaan mutu operan jaga adalah pengetahuan perawat terhadap teknik
yang menjadi lebih baik dari sebelumnya komunikasi SBAR dikategorikan baik.
dikarenakan telah diberikan sebuah perlakuan Adapun beberapa saran berdasarkan
pelatihan komunikasi SBAR pada perawat. hasil penelelitian dari penulis bagi profesi
Pelatihan komunikasi SBAR dapat dijadikan keperawatan sebaiknya terus
solusi untuk mengatasi kekurangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
pelaksanaan handover. keterampilan tentang isu terbaru yang sedang
Sumber informasi yang didapatkan berkembang di rumah sakit sehingga praktik
oleh responden tentang komunikasi SBAR keperawatan di rumah sakit lebih baik dan
pada penelitian ini lebih cenderung pada berkualitas. Dan bagi rumah sakit sebaiknya
atasan (39,7%). Hal ini dikarenakan atasan terus memberikan dukungan kepada perawat
lebih memiliki pengalaman sehingga untuk terus meningkatkan komunikasi efektif
pengetahuannya juga lebih tinggi. khususnya komunikasi SBAR karena sangat
Pengalaman juga menjadi hal penting dalam penting untuk program patient safety.
proses penerimaan pengetahuan dan
informasi, sejalan dengan pernyataan REFERENSI
Mubarak (2007, p.30) bahwa pengalaman Aimone, E., Andreoli, a., Baker,G.R., Boaro,
adalah suatu kejadian yang pernah dialami N., Fancott, C., Sinclair, L., Tardif, G.,
seseorang dalam berinteraksi. Pengalaman & Velji K (2010). Efektivitas sebuah
yang kurang baik akan berusaha untuk alat komunikasi SBAR diadaptasiuntuk
dilupakan, namun jika pengalaman terhadap pengaturan rehabilitasi, Healthcare
objek tersebut menyenangkan maka secara Quarterly, 11(Sp) 2008: 72-79. Di

4
unduh dari Sugiharto A.S., Keliat A.B., Sri R. TH.
http://www.longwoods.com/content/.1 (2012). Manajemen keperawatan:
965. aplikasi MPKP di rumah sakit. Jakarta:
EGC.
Alvarado, K., Boblin, S., Chritiffersen, E.,
Fram, N., Lee, R., Lucas, J., & Poole, Supinganto, A., Misroh, M., & Suharmanto.
N. (2006). Transfer of accountability: (2015). Indentifikasi komunikasi efektif
Transforming shift handover to SBAR (Situation, Background,
enhance patient safety. Healthcare Assessment, Recommendation) Di
Quarterly 9, Special issue. RSUD Kota Mataram. Jurnal
Keperawatan (Publikasi).
Dufour, K. M. (2012). Implementation of the
SBAR checklist to improve patient Swansburg, R.C & Swansburg, R.J. (1990).
safety in the united states air force Introductions management and
aeromedical evacuation. College of leadership for nurse managers.
Nursing and Health Student Canada: Jones and Bartlett Publiser.
Publications.
Wahyuni. (2014). Efektifitas Pelatihan
Iyer, P.W., Nancy H.C. (2005). Dokumentasi Komunikasi SBAR dalam
keperawatan. Jakarta: EGC. Meningkatkan Mutu Operan Jaga
(Hand Over) di Bangsal Wardah RS
Joint Comission International. (2007). PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Communication during patient II. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana
handovers. Universitas Muhamadyah.
Joint Commission Accreditation of Health
Organization. (2010). National patient
safety goals.

Kesten, K.S. (2011). Role-Play Using SBAR


Technique to Improve Observed
Communication Skills in Senior
Nursing Students. Journal of Nursing
Education, 50(2): 79-87.

Mubarak, I. (2007). Promosi kesehatan:


sebuah pengantar proses belajar
mengajar dalam pendidikan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan


ilmu pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Permenkes RI No. 1691 (2010). Keselamatan


pasien di rumah sakit. Jakarta: Menteri
Kesehatan RI.

Potter, P.A, & Perry, A.G. (2005).


Fundamental keperawatan: Konsep,
Praktik, dan Teori. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai