RIZKY ADIPUTRA
15.222.01.3439
Tetap pada umumnya orang menyebut volume pekerjaan dengan Bill of Quantity
karena biasanya sebelum pelelangan pekerjaan, setiap peserta pelelangan dibagikan daftar
volume pekerjaan yang telah tercantum di dalam Bill of Quantity dengan maksud agar para
peserta lelang tinggal mengisi blanko tersebut.
Volume pekerjaan diperoleh dari perhitungan dan gambar rencana dari hasil survey
dan pengukuran dilapangan. Didalam menghitung volume pekerjaan harus pula
memperhitungkan semua faktor yang mungkin mempengaruhi.
Volume pekerjaan dapat dihitung dengan melihat gambar kerja yang sudah dibuat
sebelumnya. Perhitungan volume dapat menggunakan rumus matematika sederhana sesuai
dengan jenis pekerjaan yang ada dalam perencanaan.
Untuk pekerjaan tanah harus diperhitungkan faktor-faktor konversi antara tanah asli,
tanah gembur, tanah padat dan sebagainya, seperti jika kita menghitung kapasitas dan
produksi alat. Satuan volume pekerjaan dapat bermacam-macam : m, m2, m3, dan lain
sebagainya.
B. PERHITUNGAN PKA
1|Page
Untuk menghitung kapasitas actual maka tergantung pada ukuran mangkok
pembawa material yang ada pada setiap alat, misalnya blade pada Bulldozer,
bucket pada Excavator dan Wheel Loader, bak pada Dump Truk dan lain sebagainya.
Kapasitas aktual dihitung dalam satuan (m3).
2. Menghitung waktu siklus
Waktu siklus merupakan waktu yang diperlukan untuk merampungkan satu siklus
pekerjaan. Total waktu siklus terdiri dari waktu tetap dan waktu tidak tetap dalam
satuan (menit atau detik).
3. Menghitung Produksi Kerja Kasar (PKK)
Produksi kerja kasar adalah produksi kerja yang dapat dihasilkan oleh alat berat dalam
satu jam tanpa memperhitungkan faktor-faktor koreksi dan faktor-faktor efisiensi dalam
satuan (m3/ jam).
Untuk menghitung produksi kerja kasar maka isi aktual (hasil dari perhitungan langkah
1) dikalikan dengan jumlah siklus perjam (60 menit dibagi total waktu siklus dalam
menit).
4. Menghitung Produksi Kerja Aktual (PKA)
Produksi kerja aktual merupakan produksi kerja yang dapat dihasilkan oleh alat berat
dalam satu jam dengan memperhitungkan seluruh faktor-faktor koreksi dan faktor-
faktor efisiensi yang ada dalam satuan (m3/ jam).
Perhitungan produksi kerja actual didapat dari perhitungan produksi kerja kasar
dikalikan dengan faktor-faktor koreksi dan faktor-faktor efisiensi.
Dari keempat prinsip dasar diatas dapat dirangkum dalam satu rumus produksi
kerja yang umum digunakan yaitu :
Q = q x N x E
Keterangan :
Q = produksi kerja per jam (m3/ jam)
Q = produksi kerja per siklus (m3)
60 menit/ jam
N = jumlah siklus = ---------------------------------
Total waktu siklus (menit)
E = efisiensi kerja
2|Page
I. Produksi Kerja Excavator
Produksi kerja Excavator adalah berapa meter kubik material yang dapat digali/
dipindahkan dalam satu jam kerja. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
menghitung produksi kerja Excavator, yaitu :
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat kapasitas bucket Excavator dan carry
faktor dari beberapa jenis material.
b) Menghitung waktu siklus Excavator yang terdiri dari waktu memuat bucket,
waktu mengayun bermuatan, waktu membuang muatan dan waktu mengayun
3|Page
kosong. Waktu siklus dapat ditentukan berdasarkan 5 kondisi kerja (Nabar,
1998), yaitu :
1. Kondisi bagus sekali (waktu tercepat)
Penggalian mudah (tanah gembur, pasir, kerikil), meliputi :
kedalaman galian < 30 % kemampuan jangkauan alat
sudut ayun kurang dari 30º
membuang diatas timbunan tanah galian
tidak ada halangan
2. Kondisi di atas rata-rata
Penggalian sedang (tanah gembur, tanah liat kering dan keras),
meliputi :
batu yang terkandung dalam tanah < 25 %
kedalaman galian sampai 40 % jangkauan maksimal alat
sudut ayun 60º
tempat pembuangan berukuran besar dan sedikit halangan
3. Kondisi khas
Penggalian sedang sampai sulit (tanah keras padat mengandung batu
sampai 50 %), meliputi :
kedalaman sampai 50 % kemampuan maksimal alat
sudut ayun sampai 90º
memuati truk yang terletak disamping Excavator
4. Kondisi di bawah rata-rata (agak lambat)
Penggalian sulit (batu hasil ledakan atau tanah keras mengandung batu
sampai 75 %), meliputi :
kedalaman sampai 75 % dari kemampuan maksimal alat
sudut ayun sampai 120º
saluran landai
tempat pembuangan berukuran kecil
bekerja di atas persilangan pekerjaan pempipaan
5. Kondisi sangat sulit (waktu paling lambat)
Penggalian yang paling sulit (batu pasir, cadas, batu kapur), meliputi :
penggalian diatas 75 % dari jangkauan maksimal alat
sudut ayun > 120º
tempat pembuangan berukuran kecil
membutuhkan jangkauan maksimal
terdapat orang dan halangan disekitar lokasi
4|Page
Waktu siklus untuk kondisi tanah lempung keras dan sudut ayun antara 60o –
90o serta kemampuan operator di atas rata-rata dapat dilihat pada tabel
berikut.
Dimana :
3600 detik/jam
Jumlah siklus per jam = ---------------------------
Waktu siklus (detik)
d) Menghitung produksi kerja aktual (PKA), jumlah material yang sanggup digali
Excavator dalam satu jam dengan memperhitungkan faktor-faktor effisiensi.
Dimana :
5|Page
ditentukan karena mengingat factor-faktor yang ada. Adapun langkah-langkah
perhitungan produksi kerja Bulldozer adalah sebagai berikut :
= AC2 x AD
= H2 x L
Namun jika anggapan tanah yang jatuh kedepan sebanding dengan 1,6 : 1,
maka AB = 1,6 AC dan volume prima segitiga menjadi :
= ½ . 1,6 AC x AC x AD
= 0,8 AC2 x AD
6|Page
= 0,8 H2 x L
Dimana :
Pada tabel berikut dapat dilihat ukuran blade yang umum digunakan.
Waktu siklus dari Bulldozer adalah waktu gusur, waktu kembali dan waktu
tetap. Waktu gusur adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan
penggusuran, dapat dihitung dengan rumus :
7|Page
Waktu tetap merupakan waktu yang diambil konstan pada setiap
pengoperasian Bulldozer, misalnya dalam menentukan waktu percepatan dan
perlambatan.
Pada tabel berikut dapat dilihat tingkatan gigi dan kecepatan Bulldozer.
Dimana :
60 menit/jam
Jumlah siklus per jam = ---------------------------
Waktu siklus (menit)
8|Page
Uraian Kondisi Kerja Faktor Koreksi
Track Wheel
OPERATOR
Bagus sekali 1,00 1,00
Sedang 0,75 0,60
Kurang 0,60 0,50
MATERIAL
Timbunan gembur 1,20 1,20
Sukar digali, beku dengan silinder pengungkit 0,80 0,70
Tanpa silinder pengungkit 0,70 -
Blade dikendalikan dengan kabel 0,60 -
Sukar digusur, non kohesif, sangat lengket 0,80 0,80
Batu yang digaru atau diledakkan 0,60 – 0,80 -
PENGGUSURAN
Dalam celah 1,20 1,20
Berdampingan 1,15 – 1,25 1,15 – 1,25
CUACA (KEJELASAN PANDANGAN)
Debu, hujan, kabut, salju dan gelap 0,8 0,70
EFFISIENSI KERJA
50 menit/ jam 0,83 0,83
40 menit/ jam 0,67 0,67
DIRECT DRIVE TRANSMISION
Waktu tetap 0,10 menit 0,8 -
KOREKSI KEMIRINGAN (lihat gambar)
(Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
Untuk menghitung produksi kerja Ripper dapat dilakukan dengan cara grafis
dan secara analitis, namun perhitungan dengan cara analitis yang sering digunakan
dilapangan karena perhitungan yang dilakukan dapat lebih akurat. Empat langkah
yang dilakukan dalam menghitung produksi kerja Ripper, yaitu :
Dimana :
Jarak/ Lebar Garuan = lebar material yang dapat hancur setelah dilakukan
satu lintasan ripping (m)
9|Page
Penetrasi = kedalaman terbenamnya shank kedalam tanah (m)
Dimana :
Waktu Ripping adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh satu lintasan
kerja (tergantung dari kecepatan alat dan panjang lintasan)
10 | P a g e
IV. Produksi Kerja Loader
Kapasitas aktual bucket tergantung pada kapasitas bucket dan faktor isi. Pada
tabel dapat dilihat ukuran bucket Track Loader.
Sedangkan pada tabel di bawah dapat dilihat faktor isi dari Wheel Loader
11 | P a g e
Tanah, bongkahan batu dan akar 0,80 – 1,00
Material yang di semen 0,85 – 0,90
(Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
Jadi rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas aktual bucket :
Waktu siklus dari Loader meliputi waktu muat, waktu angkut, waktu buang dan
waktu kembali. Namun apabila Loader memuat Dump Truk secara langsung
tanpa menempuh perjalanan maka waktu angkut dan waktu kembali tidak perlu
diperhitungkan.
Waktu siklus pada Loader berbeda dengan alat-alat lainnya dimana Loader
mempunyai waktu standar untuk suatu siklus kerja yang biasa disebut dengan
waktu siklus dasar, maksudnya Loader hanya bergerak dengan gerakan-gerakan
dasar seperti pemuatan, pembuangan, pengolahan gerak, siklus hidrolik penuh
dan perjalanan minimal.
12 | P a g e
Material yang disemen 0,10 – 0,20
(Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
13 | P a g e
Perhitungan produksi kerja Wheel Tractor Scraper adalah sebagai berikut :
Pada tabel berikut dapat dilihat kapasitas bowl dari beberapa model alat
Wheel Tractor Scraper.
Waktu siklus Wheel Tractor Scraper terdiri dari waktu muat, waktu angkut,
waktu hampar, waktu kembali dan waktu tetap (untuk manuver, percepatan,
perlambatan, dan lain-lain).
Waktu muat
Waktu hampar
Waktu hampar adalah waktu yang diperlukan untuk menumpahkan
muatan Wheel Tractor Scraper, prinsipnya hampir sama dengan Dump
Truk namun Wheel Tractor Scraper membuang muatannya dalam
14 | P a g e
bentuk hamparan material dengan ketebalan merata, sehingga
factor-faktor yang mempengaruhinya seperti kapasitas bowl, ketebalan,
lebar penghamparan dan kecepatan penghamparan akan
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap waktu hampar.
Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu hampar adalah
sebagai berikut :
Kapasitas bowl x 60 menit/jam
Waktu hampar = ----------------------------------------------------------
Lebar x tebal penghamparan x kecepatan
Namun waktu angkut/ kembali juga dapat dihitung dengan cara grafik
dan analisis tenaga (tidak dibahas pada materi ini).
c) Menghitung Produksi Kerja Kasar
Prinsip dasar perhitungan produksi kerja kasar sama dengan pada alat-alat
sebelumnya, yaitu :
PKK = Isi aktual bowl x jumlah siklus per jam
d) Menghitung Produksi Kerja Aktual
Sedangkan produksi kerja aktual dihitung dengan rumus :
PKA = PKK x faktor-faktor effisiensi
Waktu muat dapat ditentukan dengan melihat waktu muat khas yang telah ditentukan
15 | P a g e
Tabel Waktu Khas Scraper Memuat, Menghampar dan Lebar Blade
16 | P a g e
785B (185 ton) 57,00 m3 78,00 m3
789B (195 ton) 73,00 m3 105,00 m3
793B (240 ton) 96,00 m3 129,00 m3
(Sumber : Nabar, 1998)
Sedangkan faktor muat dapat digunakan pendekatan antara 0,8 sampai dengan
0,9 artinya tingkat kepenuhan bak Dump Truk berkisar antara 80 % sampai
dengan 90 % (Sukoto dalam Nabar, 1998).
17 | P a g e
Luas lintasan kerja dapat dihitung dengan rumus :
Model Alat Lebar Blade (m) Perkiraan Lebar Efektif Blade (m)
120 B 2,62 2,42 – 2,32
140 B 2,76 2,56 – 2,46
120 G 2,49 2,29 – 2,19
130 G 2,57 2,37 – 2,27
12 G 2,57 2,37 – 2,27
140 G 2,57 2,37 – 2,27
14 G 2,87 2,67 – 2,57
16 G 3,10 2,90 – 2,80
(Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
Waktu siklus pada Motor Grader terdiri dari waktu grading dan waktu tetap. Dimana
waktu grading adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan perataan
dan waktu tetap adalah waktu yang digunakan untuk berputar, percepatan,
perlambatan dan lain-lain.
Kecepatan Motor Grader dalam berbagai tingkatan gigi dapat dilihat pada tabel
18 | P a g e
120 G
Maju 3,90 6,20 9,80 16,20 25,90 44,90 - -
Mundur
130 G
Maju 3,70 6,00 9,50 15,60 25,00 39,40 - -
Mundur
12 G
Maju 3,70 6,00 9,50 15,60 25,00 39,40 - -
Mundur
140 G
Maju 3,90 6,20 9,80 15,60 26,00 41,00 - -
Mundur
140 B
Maju 3,70 5,30 7,10 10,40 15,60 22,00 29,70 43,00
Mundur 4,40 6,20 8,30 12,00 18,20 25,60 34,60 50,00
16 G
Maju 3,90 5,30 7,20 10,80 15,80 22,30 30,10 43,60
Mundur
(Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
19 | P a g e
Sedangkan produksi kerja aktual dapat dihitung dengan rumus :
PKA = PKK x faktor-faktor effisiensi
Lebar efektif pemadatan berpedoman pada lebar roda alat pemadat yang
digunakan. Biasanya dihitung berdasarkan ukuran lebar roda dikurangi tumpang
tindih yang terjadi pada setiap jalur. Hal ini diperlukan agar pemadatan pada pinggir
roda pemadat memiliki kepadatan yang sama sehingga sebagian kecil jalur pertama
bagian tepi roda diulang gilas pada jalur berikutnya. Pada tabel dapat dilihat lebar
pemadatan dan kecepatan Compactor.
Tabel Lebar Pemadatan dan Kecepatan Alat Pemadat
Lebar Kecepatan
Jenis Alat Pemadatan Maksimal
(m) (Km/jam)
Soil Compactor CS-323 1,22 10,50
Soil Compactor CS-431C/CS-433C 1,68 12,80
Soil Compactor CS-563C/CS-583C 2,13 12,80
DDV Asphalt Compactor CB-214C 1,00 10,50
DDV Asphalt Compactor CB-224C 1,20 10,50
DDV Asphalt Compactor CB-434B 1,442 11,60
DDV Asphalt Compactor CS-634C 2,013 12,20
Pneumatic Tire Asphalt Compactor PS-180 1,727 38,60
Pneumatic Tire Asphalt Compactor PS-300 1,90 26,50
Pneumatic Tire Asphalt Compactor PS-500 2,42 26,50
(Sumber : Cartepillar Performance Handbook, dalam Nabar, 1998)
Untuk faktor effisiensi diambil angka efektif berkisar 0,83 sampai dengan 0,91
karena secara umum tingkat kesulitan operasi dari alat pemadat lebih ringan (Nabar,
1998).
20 | P a g e
4) Menghitung Produksi Kerja Aktual (PKA)
Atau dapat dihitung dengan satu rumus produksi kerja yang umum
digunakan yaitu :
Q = q x N x E
Dimana :
Q = produksi kerja per jam (m3/ jam)
Q = produksi kerja per siklus (m3)
60 menit/ jam
N = jumlah siklus = ---------------------------------
Total waktu siklus (menit)
E = efisiensi kerja
Umumnya pada pelaksanaan pekerjaan, jam kerja dihitung sebesar 8 jam dalam
sehari, sehingga jika waktu pelaksanaan pekerjaan diinginkan dalam satuan hari maka waktu
pelaksanaan pekerjaan dalam jam harus dibagi dengan 8 jam.
21 | P a g e
D. PERHITUNGAN KOEFISIEN ALAT, JUMLAH ALAT & PEKERJA & MATERIAL
Koefisien Alat
Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat untuk
menyelesaikan atau menghasilkan produksi sebesar satu satuan volume jenis pekerjaan.
Data utama yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi alat ini adalah:
Jenis alat
Kapasitas produksi
Faktor efisiensi alat
Waktu siklus, dan
Kapasitas produksi alat
Untuk keperluan analisis harga satuan pekerjaan (HSP) diperlukan satu atau lebih alat
berat. Setiap alat mempunyai kapasitas produksi (Q) yang bermacam-macam, tergantung
pada jenis alat, faktor efisiensi alat, kapasitas alat, dan waktu siklus.
Satuan kapasitas produksi alat adalah satu satuan pengukuran per jam. Koefisien alat
adalah berbanding terbalik dengan kapasitas produksi.
Penggunaan tenaga kerja untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja dalam satuan
jam orang per satuan pengukuran (m¹, m², m³, ton, dll.).
Berikut ini rumus yang umum digunakan untuk menentukan koefisien tenaga.
Koefisien tenaga/m³ :
KETERANGAN :
Q1 adalah besar kapasitas produksi alat yang menentukan tenaga kerja; m³/jam, P
adalah jumlah pekerja yang diperlukan; orang,
22 | P a g e
Tb adalah jumlah tukang batu yang diperlukan; orang, TK adalah jumlah jam kerja per
hari (7 jam); jam,
M adalah jumlah mandor yang diperlukan; orang.
Koefisien Bahan
Faktor kembang susut dan faktor kehilangan bahan pada dasarnya ditetapkan
berdasarkan pengalaman, pengamatan dan percobaan.
Faktor kembang susut dan faktor kehilangan dapat berpengaruh terhadap analisis
koefisien bahan.
Berbagai jenis tanah dalam keadaan asli (sebelum digali), telah lepas karena
pengerjaan galian atau pengurugan yang kemudian dipadatkan, volumenya akan berlainan
akibat dari faktor pengembangan dan penyusutan bahan.
23 | P a g e
1 m³ x Fk x Fh
KETERANGAN:
%bahan adalah persentase bahan (agregat, tanah, dll.) yang digunakan dalam
suatu campuran
BiP, adalah berat isi padat bahan (agregat, tanah, dll.) atau campuran beraspal yang
digunakan. Simbol ini dapat diganti dengansimbol Dn
BiL, adalah berat isi lepas bahan (agregat, tanah, dll.) atau campuran beraspal yang
digunakan. Simbol ini dapat diganti dengan simbol Dn
1 m³, adalah salah satu satuan pengukuran bahan atau campuran.
Fh, adalah faktor kehilangan bahan berbentuk curah atau kemasan, yang besarnya
bervariasi
Fk, adalah faktor pengembangan
1.000, adalah perkalian dari satuan ton ke kg
n, adalah bilangan tetap yang ditulis sub script.
Untuk pekerjaan tertentu, kebutuhan alat sudah melekat dimiliki oleh tenaga kerja
karena umumnya pekerjaan dilaksanakan secara manual (misal cangkul, sendok tembok,
roskam, dll).Untuk pekerjaan yang memerlukan alat berat, misal untuk pemancangan tiang
beton atau pipa baja ke dalam tanah, dan/atau pekerjaan vertikal, penyediaan alat dilakukan
berdasarkan sistem sewa.
Jika beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pekerjaan secara mekanis dan
digunakan dalam mata pembayaran tertentu, maka besarnya suatu produktivitas ditentukan
oleh peralatan utama yang digunakan dalam mata pembayaran tersebut.
Berikut ini masukan yang diperlukan dalam perhitungan biaya alat per satuan waktu
untuk pekerjaan secara mekanis.
1. Jenis alat
24 | P a g e
Jenis peralatan yang dipergunakan misalnya Wheel Loader, Backhoe-
Excavator, Asphalt Mixing Plant (AMP) dan sebagainya. Jenis alat yang diperlukan
dalam suatu mata pembayaran disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi teknis, misalnya dalam mata pembayaran Hot Rolled Sheet dalam
spesifikasi diharuskan menggunakan alat pemadat roda baja (Tandem Roller) untuk
penggilasan awal (breakdown rolling) dan alat pemadat roda karet (Pneumatic Tire
Roller) untuk penggilasan antara (intermediate rolling) serta alat pemadat roda baja
tanpa vibrasi untuk pemadatan akhir. Berbagai jenis peralatan telah dibuat untuk
dipakai pada pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Pada umumnya satu jenis peralatan hanya mampu melaksanakan satu jenis
kegiatan pelaksanaan pekerjaan, misalnya asphalt paving machine (asphalt finisher)
fungsinya adalah untuk menghampar campuran aspal panas atau hotmix sebagai
lapisan perkerasan jalan, namun ada juga jenis peralatan yang dapat dan boleh
dipakai untuk beberapa jenis kegiatan atau fungsi misalnya Bulldozer, yang fungsi
utamanya adalah untuk mengupas lapisan permukaan tanah, tapi dapat juga berfungsi
sebagai pembongkar batu-batu atau akar-akar pohon di bawah lapisan permukaan
tanah serta untuk pemadatan awal pada penimbunan tanah dan alat untuk meratakan
timbunan/ hamparan batu.
2. Tenaga mesin
Tenaga mesin (Pw) merupakan kapasitas tenaga mesin penggerak dalam
satuan tenaga kuda atau horsepower (HP).
3. Kapasitas alat
Di samping itu ada peralatan yang bisa berdiri sendiri dalam operasinya, tapi
ada peralatan yang bergantung pada peralatan lain seperti misalnya Dump Truck,
yang tidak bisa mengisi muatannya sendiri, harus diisi memakai Loaderatau
Excavator. Jadi isi muatan bak Dump Truck tergantung pada berapa banyak yang bisa
di tumpahkan oleh pengisinya (Loader atau Excavator).
25 | P a g e
Umur ekonomis peralatan (A) dapat dihitung berdasarkan kondisi penggunaan
dan pemeliharaan yang normal, menggunakan standar/manualdari pabrik pembuat.
Setiap peralatan selama pemakaiannya (operasinya) membutuhkan sejumlah biaya,
yaitu biaya untuk operasi sesuai dengan fungsinya dan biaya pemeliharaan (termasuk
perbaikan) selama operasi.
Umur ekonomis peralatan yang dipakai untuk perhitungan dalam panduan ini
diambil sesuai dengan data dalam referensi yang dipakai
Pada peralatan yang bermesin, jam kerja peralatan atau jam pemakaian
peralatan akan dihitung dan dicatat sejak mesin dihidupkan sampai mesin dimatikan.
Selama waktu (jam) pelaksanaan kegiatan pekerjaan maka peralatan tetap
dihidupkan, kecuali generating set (gen set) yang selalu tetap dihidupkan, untuk
peralatan tidak bermesin maka jam pemakaiannya sama dengan jam pelaksanaan
kegiatan pekerjaan. Jumlah jam kerja peralatan (W) dalam 1 (satu) tahun.
CATATAN 1:
Untuk peralatan yang bertugas berat, dianggap bekerja terus menerus dalam
setahun selama 8 jam/hari dan 250 hari/tahun, maka:W = 8 x 250 = 2000
jam/tahun.
Untuk peralatan yang bertugas tidak terlalu berat atau sedang, dianggap bekerja
200 hari dalam 1 tahun dan 8 jam/hari, maka:W = 8 x 200 = 1600 jam/tahun.
Untuk peralatan yang bertugas ringan, dianggap bekerja selama 150 hari/tahun
dan 8 jam/hari, maka:W = 8 x 150 = 1200 jam/tahun.
6. Harga pokok alat
Harga pokok perolehan alat (B) yang dipakai dalam perhitungan biaya sewa
alat atau pada analisis harga satuan dasar alat.
Sebagai rujukan untuk harga pokok alat adalah Perpres Nomor 54 Tahun 2010
pasal 66 ayat (7), dan perubahannya dalam Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Apabila tidak ada, dapat menggunakan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/KPTS/M/2004 tanggal 17 Desember
2004 dengan memperhitungkan faktor inflasi.
26 | P a g e
Harga yang tercantum dapat terjadi melalui persyaratan jual beli apakah
barang tersebut loko gudang, franco gudang, free on board, serta kadang-kadang
penjual harus menanggung cost, freight, and insurance atas barang yang dikirim.
a) Loko Gudang
Pada syarat jual beli ini, pembeli harus menanggung biaya pengiriman barang dari
gudang penjual ke gudang pembeli.
b) Franco Gudang
Kebalikannya syarat jual beli loko gudang, pada syarat jual beli ini, penjual
menanggung biaya pengiriman barang sampai ke gudang pembeli.
c) Free on Board
Bila terjadi perdagangan dengan luar negeri, pembeli bisa saja dikenakan syarat
jual beli free on board. Pemberitahuannya biasanya dikirim lewat surat bisnis atau
email. Free on board adalah syarat jual beli yang membebankan biaya pengiriman
barang kepada pembeli dari luar negeri. Biaya pengiriman barangnya meliputi
biaya dari pelabuhan muat penjual sampai ke pelabuhan penerima yang
digunakan oleh si pembeli.Penjual di dalam negeri, dalam hal ini Indonesia, hanya
menanggung biaya pengangkutan sampai ke pelabuhan muatnya saja.
d) Cost, Freight, and Insurance
Dalam surat perjanjian jual beli kadang-kadang disebutkan bahwa penjual harus
menanggung cost, freight and insurance. Pembeli tidak perlu bingung dengan
syarat jual beli ini.Cost, freight and insurance ini adalah syarat jual beli sehingga
penjual harus menanggung biaya pengiriman barang dan asuransi kerugian atas
barang yang dikirim.
Nilai sisa alat (C) ini banyak tergantung pada kondisi pemakaian dan pemeliharaan
selama waktu pengoperasian.Untuk perhitungan analisis harga satuan ini, nilai
sisa alat dapat diambil rata-rata 10% dari pada harga pokok alat, tergantung pada
karakteristik (dari pabrik pembuat) dan kemudahan pemeliharaan alat.
f) Tingkat suku bunga, faktor angsuran modal dan biaya pengembalian modal
27 | P a g e
Merupakan tingkat suku bunga bank (i) pinjaman investasi yang berlaku pada
waktu pembelian peralatan yang bersangkutan.
(1 i) A 1
Asuransi: F = Ins x B
W
KETERANGAN :
28 | P a g e
Proses perhitungan harga satuan dasar alat
Acuan resmi yang digunakan dalam perhitungan ini antara lain disajikan seperti dalam
contoh pada Lampiran 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/KPTS/M/2004
Tanggal 17 Desember 2004 tentang Pelaksanaan Perhitungan Formula Sewa Peralatan,
Sewa Bangunan dan Tanah dan Sewa Prasarana Bangunan di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum.
1. Biaya pasti
Biaya pasti (owning cost) adalah biaya pengembalian modal dan bunga setiap
tahun, dihitung sebagai berikut :
G = (E + F) = (B - C) x D + Ins x B - (B - C) x D + (Ins x D)
W W W
KETERANGAN :
= 0,02 x C
Komponen biaya operasi tiap unit peralatan dihitung berdasarkan bahan yang
diperlukan sebagai berikut:
Kebutuhan bahan bakar tiap jam (H) dihitung berdasarkan data tenaga kerja mesin
penggerak sesuai dengan yang tercantum dalam manual pemakaian bahan bakar
29 | P a g e
yang digunakan untuk proses produksi(misalnya untuk pengeringan/ pemanasan
agregat atau pemanasan aspal pada peralatan AMP, serta pemanasan permukaan
perkerasan pada Hot Recycler).
30 | P a g e
Untuk memudahkan perhitungan biaya operasi alat dapat dipergunakan
tata cara perhitungan dengan rumus-rumus pendekatan.
Perhitungan cara pendekatan dengan rumus rata-rata untuk biaya tidak pasti atau
biaya operasi adalah sebagai berikut:
KETERANGAN :
H adalah banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter/jam
HP adalah Horse Power, kapasitas tenaga mesin penggerak 12,00% adalah
untuk alat yang bertugas ringan
15,00% adalah untuk alat yang bertugas berat
2. Biaya Minyak Pelumas (l)
Banyaknya minyak pelumas (termasuk pemakaian minyak yang lain serta grease)
yang dipergunakan oleh peralatan yang bersangkutan dihitung dengan rumus dan
berdasarkan kapasitas tenaga mesin
KETERANGAN:
I adalah banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter / jam
31 | P a g e
HP adalah kapasitas tenaga mesin (Horse Power) 2,5 % adalah untuk
pemakaian ringan
3 % adalah untuk pemakaian berat
3. Biaya Bengkel (J)
Besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam dihitung sebagai berikut :
KETERANGAN:
KETERANGAN:
Operator, L = 1 orang/jam x U1
Biaya operasi : P = H + I + J + K + L + M
KETERANGAN:
H adalah banyaknya bahan bakar yang dipergunakan dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter/jam
l adalah banyaknya minyak pelumas yang dipakai dalam 1 (satu) jam dengan
satuan liter/jam
32 | P a g e
J adalah besarnya biaya bengkel (workshop) tiap jam
K adalah biaya perbaikan termasuk penggantian suku cadang yang aus L
adalah upah operator atau driver
M adalah upah pembantu operator atau pembantu driver
Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan
pekerjaan konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah
kerja, dan peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga
sewa / beli peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga
satuan pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan
bahan/material, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan
yang dapat digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan
biaya suatu pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat dipasaran, yang
kemudiandikumpulkan didalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material,
sedangkan upah tenaga kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan
didata dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga
satuan yang didalam perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi
alat/efisiensi, metode pelaksanaan dan jarak angkut.
Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material, upah
tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut :
33 | P a g e
Dalam skema diatas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan
maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga satuan alat harus diketahui
terlebih dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang telah ditentukan sehingga
akan didapatkan perumusan sebagai berikut :
maka didapat :
Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan,
harga satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada
ketelitian dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga
satuan upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan
pekerjaan. Harga satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan,
kondisi alat/efisiensi, metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu
sendiri.
34 | P a g e
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya
lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek pembangunan. Secara umum
perhitungan RAB dapat dirumuskan sebagai berikut:
35 | P a g e
Rekapitulasi
Rekapitulasi adalah jumlah total masing-masing sub pekerjaan, mulai dari pekerjaan
persiapan, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton dan lain sebagainya. Sub pekerjaan tersebut
diuraikan lagi lebih rinci dan setiap pekerjaan ditotalkan sehingga diperoleh jumlah total biaya
pekerjaan.
Berisi Rekapitulasi dari RAB (Rencana Anggaran Biaya) yang telah dibuat untuk
dihitung biaya totalnya.
36 | P a g e