Anda di halaman 1dari 13

BAB III.

DIAGRAM INTERAKSI

DAFTAR ISI

3.1 PENGENALAM DIAGRAM INTERAKSI.........................................III-1

3.2 KONDISI BATAS KERUNTUHAN KOLOM.....................................III-3

3.3 PEMBAHASAN KASUS I ..................................................................III-4

3.4 PEMBAHASAN KASUS II.....................................................’............III-7

3.5 KESIMPULAN PEMBAHASAN KASUS.............................................III-11


III-2

III. DIAGRAM INTERAKSI

3.1 PENGENALAN DIAGRAM INTERAKSI

Pada pembahasan sebelumnya, telah dipelajari gaya-gaya dalam kolom yang


disumbangkan oleh kekuatan tekan beton, tarik baja dan tekan baja.

Keruntuhan kolom dianggap terjadi apabila regangan beton telah mencapai


0.003 atau tegangan tarik baja telah mencapai tegangan leleh fy. Pengenalan
diagram interaksi secara umum sebagai berikut,

• Perilaku keruntuhan kolom dapat digambarkan dengan diagram interaksi


kapasitas aksial Pn dan kapasitas momen lentur Mn suatu kolom, dimana
pada kurva menunjukan batas runtuh kolom dalam menerima setiap
kombinasi beban aksial P dan lentur M.

• Setiap kombinasi beban aksial P dan lentur M yang berada pada bagian
dalam kurva/diagram interaksi berati aman, sedangkan setiap kombinasi
beban P dan M yang berada di luar kurva menyatakan keruntuhan.

• Pada kurva diagram interaksi, diasumsikan beton pada sisi tekan runtuh
pada regangan 0.003, sedangkan pada regangan sisi lain, dapat dihitung
seiring bertambah dan berkurangnya nilai kombinasi Pn dan Mn.

• Setiap kombinasi nilai Pn dan Mn penampang kolom, dapat dikorelasikan


dengan diagram regangan kolom dan titik netral yang berbeda-beda.

• Distribusi regangan yang dijelaskan pada gambar dibawah, menunjukan


kehancuran kolom pada berbagai macam nilai kombinasi Pn dan Mn.
Pada diagram interaksi, sepanjang garis kurva interaksi, nilai maksimum
regangan beton tekan diasumsikan telah mencapai tekan runtuh
sebesar 0.003 (kondisi beton tekan mengalami kehancuran) dan pada
regangan pada sisi lain dihitung seiring bertambah dan berkurangnya nilai
Pn dan Mn.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-3

Gambar 3.1 Diagram interaksi P – M

Gambar diagram interaksi diatas, mengilustrasikan berbagai macam distribusi


regangan pada titik-titik diagram. Ilustrisi titik-titik utama pada diagram interaksi
(titik A,B, C dan D) menggambarkan kondisi sebagai berikut,

• Titik A, menunjukan kondisi tekan murni, titik ini merupakan nilai Pn


maksimum teoritis pada kolom

• Titik B, menunjukan kondisi dimana beton telah hancur terlebih dahulu,


disisi lain tegangan tarik baja masih kecil (jauh dari batas leleh) atau nol.

• Titik C, menunjukan kondisi dimana beton telah hancur dengan


ditunjukan distribusi regangan beton telah mencapai ∈cu = 0.003 pada
saat yang sama tegangan baja telah mecapai titik leleh, fs = fy, ∈s = ∈y.
Kondisi seperti ini disebut keruntuhan seimbang.

• Titik D, menunjukan tulangan baja telah meregang melewati batas


regangan lelehnya beberapa kali sebelum akhirnya beton hancur. Ini

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-4

menunjukan kondisi kolom yang lebih daktail, bertolak belakang dengan


kondisi titik B, dimana kolom telah mengalami kehacuran karena
regangan beton telah mencapai 0.003 pada sisi lain tegangan tarik baja
belum meleleh, kondisi ini menunjukan beton mengalami kehancuran
yang getas (brittle) dan tiba-tiba.

3.2 KONDISI BATAS KERUNTUHAN KOLOM

Diagram interaksi kolom menunjukan, setiap kombinasi beban P dan M yang


berada pada bagian dalam kurva berati aman, sedangkan setiap kombinasi
beban P dan M yang berada di luar kurva menyatakan keruntuhan.
Dalam kurva diagaram interaksi seperti dijelaskan gambar dibawah, menunjukan
ragam keruntuhan untuk setiap kombinasi nila Pn dan Mn. Titik-titik keruntuhan
itu mempunyai prilaku runtuh yang berbeda dan bertemu pada titik C, yaitu
runtuh kondisi seimbang dimana beton tekan telah hancur disaat bersamaan
tulangan baja tarik juga telah leleh, titik ini disebut titik keruntuhan seimbang
(balanced failure).

Daerah pada kurva diagram interaksi dimana lokasi titik diatas titik C, atau
dengan Pn yang lebih tinggi, termasuk dalam kategori keruntuhan tekan,
sedangkan daerah diagram yang dibawah titik C , atau dengan Pn yang lebih
rendah, termasuk dalam kategori keruntuhan tarik.

Gambar 3.2. Diagram interaksi P – M pad kolom

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-5

Dari digram interaksi diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis keruntuhan dapat
klasifikasikan sebagai berikut,

Keruntuhan seimbang, dimana


• ∈s =∈y dan ∈cu = 0.003
• Pn = Pnb
• Eksentrisitas adalah eb

Keruntuhan tekan, dimana


• ∈s < ∈y, regagnan baja tarik belum mencapai titik leleh
• ∈cu = 0.003
• Pn > Pnb
• Eksentrisitas e > eb

Keruntuhan tarik, dimana


• ∈s > ∈y, regangan baja tarik telah melewati regangan tarik leleh
• ∈cu = 0.003
• Pn < Pnb
• Ekesentrisitas e < eb

3.3 PEMBAHASAN KASUS I

Menghitung titik-titik kritis pada diagram interaksi yaitu,


1. Gaya aksial tekan maksimum, Pn max
2. Kapasitas gaya aksial tekan pada saat runtuh seimbang, Pnb
3. Kapasitas momen lentur pada saat runtuh seimbang, Mnb
4. Kapasitas gaya tarik murni tulangan baja, Pnt

Perhitungan contoh kasus dibawah ini, menggunakan rumus-rumus persamaan


kekuatan kolom beton yang telah diberikan pada modul sebelumnya, yaitu bab II,
sub bab II.3 dan II.4 analisa penampang akibat aksial & lentur dan keseimbangan
gaya pada kolom.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-6

Penjelasan mengenai 4 poin diatas, lebih jelas pada pembahasan kasus soal
diabawah ini,

Gambar 3.3 Penampang kolom

Diketahui kolom dengan panampang seperti pada gambar

Nilai data seperti pada tabel dibawah

Hitung
A Kekuatan pada runtuh seimbang, Pnb dan Mnb
B Eksentrisitas e pada saat seimbang, eb
C Kapasitas maksimum aksial tekan Pn max
D Hitung kapasitas tarik murni baja Pnt

Hitung Pn dan Mn

1 MATERIAL PROPERTIES

f'c = 30 Mpa = 300 kg/cm2


fy = 400 Mpa = 4,000 kg/cm2
Es = 210,000 Mpa = 2,100,000 kg/cm2
εcu = 0.0030 Regangan beton tekan
fy/Es--->
εy = 0.00190 dihitung
b = 30 cm
h = 40 cm
d' = 5.5 cm
(h-
d = 34.5 cm d')
As1 = 18.84 cm2
As2 = 18.84 cm2
Ast = 37.68 cm2
Agr = 1200 cm2

II
. PERHITUNGAN

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-7

A. KEKUATAN KOLOM PADA SAAT RUNTUH SEIMBANG

1 Menentukan nilai c

εcu εs =εy--->kondisi runtuh seimbang


cb = xd
εcu +εs εy = fy/Es

cb = [(0.003) / (0.003+0.001905 )]x34.5


cb = 21.10 cm
2 Menentukan regangan tekan baja
cb - d'
εs' = xεcu
cb
[(21.1-5.5) / 21.1]x0.003
0.00222
Untuk regangan tarik baja, seperti pada langkah 1 diambil sama dengan
regangan leleh baja, karena analisa pada saat keruntuhan seimbang

εs = (0.00190) = εy - kondisi seimbang (balanced)


- Negativ menunjukan kondisi tarik
3 Menentukan a
a = β1xc
β1 = 0.85 → untuk f'c≤30Mpa
β1 = 1.09-0.008f'c → untuk f'c>30 Mpa
diambil
β1 = 0.85
a = β1xc
= 0.85 x 21.1
= 17.937 cm

4 Menentukan tegangan baja

fs = es=>ey--->fs=fy
-4000 kg/cm2 Negativ menunjukan kondisi tarik

fs' = es=>ey-->fs'=fy
4000 kg/cm2

5 Menghitung gaya beton dan baja


Cc = 0.85f'c.a.b
137,215.38 kg

T = fs x As (tension)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-8

(75,360.00) kg Negativ menunjukan kondisi tarik

Cs = (fs'-0.85f'c)As'

70,555.80 kg

6 Menghitung Pn

Pn = Cc - T+ Cs
= 132,411.18 kg
= 132.41 ton
7 Menghitung Mn, panjang lengan gaya dari titik pusat penampang
Mn = Cc (h/2-a/2)+T(1/2h-d)+Cs(h/2-d')
= 137215.38(0.5*40-0.5*17.94)+-75360*(0.5*40-34.5)+70555.8*(0.5*40-5.5)
= 3629494.50 kg cm
= 36.29 tm

B Nilai eksentrisitas pada runtuh seimbang, eb

eb = Mn/Pn
36.29/132.41
0.27 m
27.41 cm

C Kapasitas maximum beban aksial tekan, Pn max

Pn max = 0.85 f"c (Ag-Ast) + fy Ast


0.85300 (1200-37.68)+4000x37.68
447111.60 kg
447.1116 ton

D Kapasitas tarik murni, Pnt

Pnt = Ast fy
37.68 x 4000
150,720 kg
150.72 ton

3.4 PEMBAHASAN KASUS II


Suatu penampang seperti pada kasus I,

Hitung nilai Pn dan Mn pada kondisi dibawah ini

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-9

A Kondisi keruntuhan tekan denganεst =0.5εy

B Kondisi keruntuhan tarik dengan εst = 1.5 εy


Hitung Pn dan Mn

A. PERHITUNGAN Pn dan Mn DENGAN εts = 0.5 εy

1 Menentukan nilai c

εcu
c = xd
εcu +εs
0.
εs = 5 εy
c = [(0.003) / (0.003+ 0.5 x 0.001905 )]x34.5
c = 26.19 cm

2 Menentukan regangan tekan baja


c - d'
εs' = xεcu
c
[(26.19-5.5) / 26.19]x0.003
0.00237 > εy tulangan baja tekan sudah leleh

Untuk regangan tarik baja, seperti pada langkah 1 diambil sama dengan
0.5 εy

εs = (0.00095) Negativ menunjukan kondisi tarik

3 Menentukan a
a = β1xc
β1 = 0.85 → untuk f'c≤30Mpa
β1 = 1.09-0.008f'c → untuk f'c>30 Mpa
diambil
β1 = 0.85
a = β1xc
= 0.85 x 26.19
= 22.259 cm

4 Menentukan tegangan baja

fs = es x Es
-2000 kg/cm2 Negativ menunjukan kondisi tarik

fs' = es=>ey-->fs'=fy
4000 kg/cm2

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-10

6 Menghitung gaya beton dan baja


Cc = 0.85f'c.a.b
170,279.32 kg

T = fs x As (tension)

(37,680.00) kg Negativ menunjukan kondisi tarik

Cs = (fs'-0.85f'c)As'

70,555.80 kg

7 Menghitung Pn

Pn = Cc - T+ Cs
= 203,155.12 kg
= 203.16 ton
8 Menghitung Mn, panjang lengan gaya dari titik pusat penampang
Mn = Cc (h/2-a/2)+T(1/2h-d)+Cs(h/2-d')
= 170279.32(0.5*40-0.5*22.26)+-37680*(0.5*40-34.5)+70555.8*(0.5*40-5.5)
= 3079904.40 kg cm
= 30.80 tm

B. PERHITUNGAN Pn dan Mn DENGAN εts = 1.5 εy

1 Menentukan nilai c

εcu
c = xd
εcu +εs
1.
εs = 5 εy
c = [(0.003) / (0.003+ 1.5 x 0.001905 )]x34.5
c = 17.67 cm

2 Menentukan regangan tekan baja


c - d'
εs' = xεcu
c
[(17.67-5.5) / 17.67]x0.003
0.00207 > εy tulangan baja tekan sudah leleh

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-11

Untuk regangan tarik baja, seperti pada langkah 1 diambil sama dengan
1.5 εy

εs = (0.00286) Negativ menunjukan kondisi tarik

3 Menentukan a
a = β1xc
β1 = 0.85 → untuk f'c≤30Mpa
β1 = 1.09-0.008f'c → untuk f'c>30 Mpa
diambil
β1 = 0.85
a = β1xc
= 0.85 x 17.67
= 15.020 cm

4 Menentukan tegangan baja

fs = es=>ey--->fs=fy
-4000 kg/cm2 Negativ menunjukan kondisi tarik

fs' = es=>ey-->fs'=fy
4000 kg/cm2

6 Menghitung gaya beton dan baja


Cc = 0.85f'c.a.b
114,903.93 kg

T = fs x As (tension)

(75,360.00) kg Negativ menunjukan kondisi tarik

Cs = (fs'-0.85f'c)As'

70,555.80 kg

7 Menghitung Pn

Pn = Cc - T+ Cs
= 110,099.73 kg
= 110.10 ton
8 Menghitung Mn, panjang lengan gaya dari titik pusat penampang
Mn = Cc (h/2-a/2)+T(1/2h-d)+Cs(h/2-d')
= 114903.93(0.5*40-0.5*15.02)+-75360*(0.5*40-34.5)+70555.8*(0.5*40-5.5)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-12

= 3550922.22 kg cm
= 35.51 tm

3.5 KESIMPULAN PEMBAHASAN KASUS.

Dari contoh kasus pada penampang kolom gambar 3.3, dapat disimpulkan hasil
nilai Pn , Mn dan e dari berbagai kondisi sebagai berikut,

Pn Mn e (cm)
ton tm Mn/Pn
Keruntuhan seimbang 132.41 36.29 27.41
Keruntuhan tekan ∈s=0.5∈y 203.16 30.80 15.16
Keruntuhan tarik ∈s=1.5 ∈y 110.10 35.51 32.25
Kapasitas tekan aksial max 447.1 - -
Kapasitas tarik 150.72 - -

Apabila kita melihat sub bab 3.3 kondisi batas keruntuhan, dan kita ambil
kesimpulan dari analisa kasus I dan II penampang gambar 3.3, maka hasilnya
sebagai berikut,

Keruntuhan seimbang
- Kapasitas tekan aksial Pn = Pnb
- Kapasitas momen Mn = Mnb
- Eksentrisitas e = eb
- Regangan tulang taik ∈b = ∈y

Keruntuhan tekan
- Kapasitas tekan aksial Pn > Pnb
- Kapasitas momen Mn < Mnb
- Eksentrisitas e < eb
- Regangan tulang taik ∈s < ∈y

Keruntuhan tekan
- Kapasitas tekan aksial Pn < Pnb
- Kapasitas momen Mn < Mnb

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II
III-13

- Eksentrisitas e > eb
- Regangan tulang taik ∈s > ∈y

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Muhammad Aminullah MT.


STRUKTUR BETON II

Anda mungkin juga menyukai