Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

BLIGHTED OVUM

DISUSUN
O
L
E
H
MUHAMMAD HIDAYAT
17.04.074

CI LAHAN CI INSTITUSI

________________________

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR


PRODI NERS
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN BLIGHTED OVUM

A. DEFINISI
Blighted ovum adalah keadaan dimana seorang wanita dalam keadaan hamil
tetapi tidak ada janin di dalam kandungan. Seorang wanita yang mengalaminya juga
merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah
pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi
pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium hasilnya pun positif.

Blighted Ovum

Blighted ovum (kehamilan anembryonic) yang terjadi ketika ovum


yang telah dibuahi menempel pada dinding uterus, tetapi embrio tidak
berkembang. Sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak
membentuk embrio itu sendiri. Blighted ovum biasanya terjadi dalam
trimester pertama sebelum seorang wanita tahu tentang
kehamilannya. Tingginya tingkat kelainan kromosom biasanya menyebabkan
tubuh wanita secara alami mengalami keguguran.

B. ETIOLOGI
Blighted ovum biasanya merupakan hasil dari masalah kromosom dan
penyebab sekitar 50% dari keguguran trimester pertama. Tubuh wanita
mengenali kromosom abnormal pada janin dan secara alami tubuh berusaha
untuk tidak meneruskan kehamilan karena janin tidak akan berkembang
menjadi bayi normal dan sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel
yang abnormal, atau kualitas sperma atau ovum yang buruk.
Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam
proses pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan
streptokokus, penyakit kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak
terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta faktor imunologis seperti adanya
antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan blighted ovum. Risiko juga
meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena kualitas sperma atau
ovum menjadi turun.

C. PATOFISIOLOGI
Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma.
Namun akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak
dapat berkembang sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.
Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam rahim. Plasenta
menghasilkan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon
ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai
pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon
HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur
kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga
sebagai hormon kehamilan.

D. MANIFESTASI KLINIS
Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala
dan tanda-tanda mungkin termasuk :
1. Periode menstruasi terlambat
2. Kram perut
3. Minor vagina atau bercak perdarahan
4. Tes kehamilan positif pada saat gejala
5. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan
perdarahan
6. Hampir sama dengan kehamilan normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonograpghy (USG)
Diagnosis pasti, bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7
minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari
16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Dari situ juga akan tampak,
adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak berisi janin. Diagnosis
kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan ilapada kantong gestasi yang
berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya strukturmudigah
dan kantong kuning telur.

Gambar 1 : Blighted Ovum Gambar 2 : Kehamilan NormaL

F. PENATALAKSANAAN
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan
dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi
penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobatai agar tidak terjadi
kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum
yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika
kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang
rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini,
pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari
pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain.
Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka
pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam
hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi,
pembuahan buatan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran
kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah
pilihan lain bagi banyak pasangan.
Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah
terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.
G. KONSEP KEPERAWATAN
1. Data Demografi
a. Identitas klien meliputi : nama, uumr, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat, status perkawinan
b. Data umum kesehatan meliputi: tinggi badab, berat badan, masalah
kesehatan khusus, obat-obatan.
c. Perdarahan, haid terakhir dan pola siklus haid
2. Pemeriksaan fisik umum
3. Keadaan umum, TTV, jika keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan
stabilisasi segera.
4. Pemeriksaan genikologi
Ada tidaknya tanda akut abdomen jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan, apakan dari dinding vagina atau dari jaringan servik.
5. Jika diperlukan ambil darah untuk pemeriksaan penunjang
6. Pemeriksaan vaginal touche: bimanual tentukan besat dan letak uterus,
tantukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan kedalam ostium
dengan mudah atau tidak.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleran Aktivitas b.d Kelemahan Umum
2. Ansiatas b.d Perubahan Status Kesehatan
3. Risiko infeksi
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Tindakan
No Rasional
Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
1. Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui perubahan pola
b.d. Kelemahan Umum keperawatan selama 3x24 sebelum dan sesudah aktifitas yang terjadi pada
jam, masalah keperawatan latihan dan lihat respon pasien
intoleransi aktifitas teratasi pasien saat latihan 2. Mengetahui faktor penyebab
dengan indikator: 2. Monitor lokasi intoleransi aktifitas dan
- Klien mampu ketidaknyamanan / nyeri menentukan intervensi dengan
menunjukkan kemampuan selama gerakan atau tepat
berpindah aktifitas 3. Mengetahui sejauh mana
- Klien menunjukkan 3. Kaji kemampuan pasien batasan aktifitas pasien
kemampuan ambulasi : dalam aktifitas 4. Mengoptimalkan kemampuan
berjalan/kursi roda 4. Latih pasien dalam pasien dalam aktifitas
- Tidak terdapat adanya pemenuhan kebutuhan 5. Memberikan rasa aman pada
tanda dan gejala gangguan ADL secara mandiri pasien saat melakukan
sirkulasi akibat aktifitas sesuai kebutuhan aktifitas dan meningkatkan
yang terbatas 5. Dampingi dan bantu rasa percaya diri pasien
pasien saat mobilisasi dan 6. Menurunkan resiko terjadinya
bantu pemenuhan cidera
kebutuhan ADL 7. Menghindari terjadinya cidera
6. Berikan alat bantu bila dan melancarkan sirkulasi
pasien membutuhkan darah dalam tubuh
7. Ajarkan bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan bila
diperlukan
2. Ansiatas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Membina hubungan saling
Perubahan Status keperawatan selama 2x24 menyenangkan percaya guna mendapatkan
Kesehatan jam, masalah keperawatan 2. Pahami perspektif pasien informasi adekuat yang
cemas teratasi dengan terhadap stress dibutuhkan perawat
indikator: 3. Temani pasien untuk 2. Penilaian seseorang terhadapt
- Klien menunjukkan memberikan kemanan stres dan mekanisme
kecemasan berkurang 4. Berikan informasi adekuat kopingnya tidak selalu sama
- Secara verbal klien mengenai diagnosis, 3. Faktor dukungan moral dapat
mengatakan cemas dapat tindakan dan prognosis membuat pasien merasa aman
teratasi pada level yang 5. Dorong keluarga untuk dan menurunkan kecemasan
dapat ditangani oleh menemani pasien 4. Informasi adekuat akan
pasien sendiri 6. Bantu pasien mengenali membuat pasien ikut
situasi yang menimbulkan berpartisipasi dalam tindakan
kecemasan keperawatan dan menurunkan
7. Instruksikan pasien tingkat kecemasan pasien
menggunakan teknik 5. Menghindari perilaku isolasi
relaksasi sosial karena faktor perubahan
kondisi tubuh dan kesehatan
dan meningkatkan rasa aman
pasien
6. Pengetahuan yang adekuat
sehingga pasien mampu
memilih mekanisme koping
yang tepat terhadap stress
7. Relaksasi pikiran
menstimulasi rangsang saraf
agar menjadi tenang dan rileks
3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Bersihkan lingkungan atau 1. Mencegah invasi bakteri di
keperawatan selama 3x24 alat-alat setelah dipakai sekitar lingkungan pasien
jam, masalah keperawatan oleh pasien 2. Mencegah terjadinya
risiko infeksi teratasi dengan 2. Instruksikan pengunjung penyebaran infeksi
indikator: untuk mencuci tangan nosokomial
- Tidak didapatkan tanda sebelum dan sesudah 3. Mencegah terjadinya
terjadinya infeksi menengok pasien penyebaran bakteri baik bagi
- Suhu tubuh sesuai yang 3. Cuci tangan sebelum dan pasien maupun perawat
diharapkan dengan sesudah tindakan 4. Sebagai standar prosedur
interval 36,5⁰C – 37,5⁰C keperawatan tindakan dan mencegah invasi
4. Gunakan universal bakteri
precaution / APD selama 5. Nutrisi adekuat meningkatkan
kontak dengan kulit yang kesembuhan luka lebih efektif
luka 6. Acuan intervensi dengan tepat
5. Tingkatkan intake nutrisi bagi kondisi pasien dan
dan cairan mencegah keparahan infeksi
6. Observasi dan laporkan 7. Mengetahui pola normal
tanda dan gejala infeksi metabolik
seperti kemerahan, panas, 8. Mencegah infeksi terjadi pada
dan nyeri luka pada pasien
7. Kaji temperatur tiap 4 jam 9. Proses istirahat adekuat akan
8. Pastikan teknik perawatan membantu proses regenerasi
luka yang tepat jaringan dalam tubuh
9. Anjurkan pasien istirahat 10. Tahap penanganan infeksi dan
adekuat menurunkan risiko
10. Kolaborasi dengan dokter penyebaran infeksi
untuk pemberian
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Oerip Poerwoko, Anantyo Binarso Mochtar, Hary Tjahjanto. 2008. Efek
Misoprostol Sublingual pada Kasus Blighted Ovum dan Missed Abortion.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro : Media Medika Indonesiana
Alan H., et al. 2006. Blighted Ovum. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis
& Treatment-Ninth Ed. DeCherney. http://www.marchofdimes.com
Bulechek, GM, dkk,. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Elsevier
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell
Juminten Saimin, Eddy R. Moeljono, Retno B. Farid. 2008. Pemakaian Tablet
Misoprostol 100 Mikrogram Per Vaginam Untuk Dilatasi Servix Sebelum
Tindakan Kuretase. Makassar : UNHAS
Moorhead, S. dkk,. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. USA : Elsevier
Nasrudin AM, Eddy R Moeljono, Putra Rimba. 2006. Efektivitas Misoprostol 400
mcg Pervaginam Untuk Dilatasi Serviks Pada Kasus Blighted Ovum.
Makassar : UNHAS

Anda mungkin juga menyukai