Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR REAKSI ANORGANIK


PREPARASI SENYAWA KOORDINASI : KOMPLEKS
OKSALAT

OLEH :

KELOMPOK : 6

ANGGOTA : 1. HAFZHATUL HUSNA

2. FINNY RAHMATANIA

3. SERLI SUKMA YULI

4. RIZKI ANGGI SUHAIRAH NASUTION

DOSEN : MIFTAHUL KHAIR,S.Si,M.Sc,Ph.D

ASISTEN : 1. AULIA RAHMAN

2. MUTIA NURUL

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNVERSITAS NEGERI PADANG


2018
PREPARASI SENYAWA KOORDINASI : KOMPLEKS OKSALAT

A. TUJUAN
1. Untuk menetahui pembentukan senyawa koordinasi
2. Mensintesis beberapa kompleks oksalat
B. WAKTU/TEMPAT
Hari / tanggal : Rabu /
Watu : 07.00 – 9.40 WIB
Tempat : LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK, FMIPA UNP
C. DASAR TEORI
Bila gas boron trifluorida, BF3, dilewatkan ke dalam larutan trimetilamin (CH3)N
terjadi satu reaksi yang sangat eksotermik dan terbentuk padatan putih berbentuk
pasta, padatan ini yang merupakan satu bentuk adducl dari trimetil anin dan boron
trifluorida adalah senyawa koordinasi. Senyawa ini mengandung ikatan kovalen
koordinasi antara asam lewis BF3 dan basa lewis trimetilamin hingga saat ini telah
banyak di kenal senyawa- senyawa. Logam transisi adalah senyawa koordinasi,
dimana logam transisi adalah asam lewis dan atom atau molekul yang berikatan
dengan . logam adalah basa lewis. Basa-basa lewis ini dikenal sebagai ligan. Senyawa
koordinasi bisa juga disebut senyawa kompleks . senyawa kompleks adalah garam
yang terdiri dari kation dan anion. Logam dan ligan berikatan koordinasi membentuk
kation dan juga anion. Dalam penulisan rumusnya, kation ata anion yang dalam
molekulnya terjadi ikatan koordinasi biasanya dibatasi dengan dua kurung siku.
Logam dan ligan –ligan yang terikat padanya menyusun awan koordinasi
(coordination sphere) dalam menulis formulasi kimia untuk senyawa koordinasi awan
koordinasi di batasi dengan dua kurung siku untuk membatasinya dari bahagian lain
dari molekul, misalnya anion. Sebagai contoh, garam NiCI2.6H2O sebenarnya adalah
senyawa koordinasi (Ni(H2O) CI2 dimana heksaaquonikel(II) [Ni(Ch2o)]2+ adalah
satu ion kompleks dengan geometri oktahedral, seperti ditunjukkan pada gambar 1.1.
Pada eksperimen ini akan dilakukan sintesis senyawa koordinasi yang mengandung-
oksalat. Dalam eksperimen 3nanti akan menganalisis senyawa koordinasi ini melalui
titrasi kandungan oksalatnya senyawa yang akan disintesis adalah senyawa-senyawa
koordinasi berikut:
K3[Cr(C2O4)3].3H2O
K2[Cr(C2O4)2].2H2O
K3[Fe(C2O4)3].3H2O
K3[Al(C2O4)3].3H2O
(T et al., 2017)

Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui


ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan
ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit
dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan
ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana
pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan
koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat
merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian
tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan
atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut
sebagai basa Lewis
(Chang, 2004).
Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah
ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-
komponen ini dalam kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang
sangat tertentu, meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup valensi yang
klasik. Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang
menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang
stabil dengan satu atom pusat
(Cotton, 1989).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi.
Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan
hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui atom N)
disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi
bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti NO2-, molekul
sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N
(Petrucci, 1987).
Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-tahapan
reaksi (mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang
berbeda-beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron sehingga
dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat. Dalam
kimia koordinasi, NO atau NO2 dapat berperan sebagai ligan sehingga membentuk
senyawa kompleks dengan beberapa logam transisi. Beberapa ligan dapat dideretkan
dalam suatu deret spektrokimia berdasarkan kekuatan medannya, yang tersusun
sebagai berikut : I- < Br- < S2- < SCN- < Cl-< NO3- < F- < OH- < Ox2- < H2O <
NCS- < NH3 < en < bipi < fen < NO2- < CN- < CO, dengan Ox = oksalat, en =
etilendiamin, bipi = 2,2’-bipiridin dan fen = fenantrolin. Ligan NO2 dalam deret
spektrokimia lebih kuat dibandingkan ligan-ligan feroin (fenantrolin, bipiridin dan
etilendiamin) dan lebih lemah dari ligan CN
(Keenan, 1979).
Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan.
Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan
menaikkan energi semua orbital d, tetapi mereka tidak lagi memiliki energi yang
sama. Elektron-elektron dalam orbital dz2 dan dx2-y2 akan mengalami interaksi yang
lebih besar dengan muatan-muatan ligan yang mendekatinya daripada elektron-
elektron dalam orbital dxy,dxz,dyz. Pertimbangan simetri juga menghasilkan
kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya. Bila pemisahan tersebut
berlaku untuk semua ion kompleks yang terkoordinasi secara oktahedral. 0
(didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga orbital
setingkat dxy,dyz,dxz dengan dua orbital setingkat dx2-y2, dz2. Ikatan ligan dengan
makromolekul merupakan salah satu topik riset yang menarik saat ini. Pengetahuan
tentang ikatan ligan-makromolekul diperlukan dalam mempelajari farmakodinamika
zat-zat aktif dan pada perancangan obat baru. Berbagai metoda, seperti dialisis,
ultrafiltrasi, spektroskopi, atau khromatografi gel telah digunakan untuk keperluan
tersebut. Tujuannya adalah menemukan bahan obat baru berbentuk ligan-ligan
pengganti yang dapat bertindak sebagai penguat atau penghambat aktivitas biokimia
dari makromolekul target di dalam tubuh
(Oxtoby, 2001).
Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau
entitas yang terbentuk dari penggabungan ligan dan ionlogam. Pembentukan senyawa
kompleks memerlukan dua jenis spesi :
1. Ion atau molekul yang sekurang – kurangnya mempunyai satu pasang elektron
bebas yang memadai untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi.
2. Ion logam atau atom yang mempunyai daya – tarik memadai terhadap elektron
untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan gugus yang diikatnya
(Vogel, 1985).

Ion logam atau atom dalam senyawa kompleks dinamakan ion logam pusat atau atom
pusat, gugus yang diikat dinamakan ligan. Ligan dapat berupa ion atau molekul netral.
Dalam ligan, atom yang menempel langsung pada logam melalui ikatan kovalen
koordinasi dinamakan atom donor. Spesi koordinasi biasanya kumpulan atom dalam
kurung persegi di dalam rumus meliputi ion logam pusat plus ligan yang
terikat. Bilangan koordinasi logam pusat adalah jumlah pasangan elektron yang
diterima atom pusat
(Sukardjo,1992).
D.ALAT DAN BAHAN

ALAT
1.NH3 dan HCl 6 M 9.Aseton
2.asam oksalat 10.Tembaga SulfatPentahidrat
3.Kalium Oksalat Monohidrat 11.Besi(II)Ammonium Sulfat Heksahidrat
4.Natrium Oksalat 12.Hidrogen Peroksida 6%
5.Kalium Bikromat 13.H2SO4 6 M
6.Ethanol 50% 14.Serbuk Aluminium
7.Ethanol 95% 15.Klaium Hedroksida
8.Ethanol absolut

BAHAN
1.Penyaring vakum 8.Pembakar bunsen
2.Buret Dengan Mulut Lebar 9.Statif
3.Aspirator 10.Termometer
4.Sumbat Karet 11.Kertas Saring
5.Es 12.Glass woll
6.Gelas kimia
7.Batang Pengaduk

E.PROSEDUR KERJA
1.Pembuatan .3
Pertama tama tambahkan 3,6 garam kalium bikromat
Dalam suspense 10 gram asam oksalat dalam 20 ml H2O
(dan terbnetuknya gas Selama 15 menit)
+4,2 gram klium oksalat monohidrat kedalam gelas piala dan panaslkan
sampai mendidih
+10 ml ethaon 95% sambil diaduk
Setleh itu didinginkan sampai terbebtuknya Kristal
Stelah itu hitunglah berat teoritsi dari si krom tersebut
2. Pembuatan .2
Pertama tama tambahakn 6,2 gram tembaga sulfat pentahidrat dalam 12 ml air
Dan tambahakan larutan ini dengan cepat
Kalium oksalat monohidrat dalam 50 ml air yang didalam gelas ki
mia 100 ml
dinginkan dalam wadah yang berisi es selama 15-30 menit
cuci dengan ethanol dan aseton
3. Pembuatan .3
Larutan yang mengandung fero ammonium sulfat heksahidrat dalam 30 ml air
Ditmbahkan dengan 6 ram okslat dalam 50 ml air
Dan pencampuran ini hina terbebtuk warna kuning
Cuci filtat resebut dengan ethano;
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang preparasi senyawa kompleks
oksalat. Logam yang digunakan oleh praktikan yaitu logam Cu. Tujuan praktikum
kali ini adalah untuk mengetahui pembentukan senyawa koordinasi oksalat dengan
menggunakan logam Cu.
Hal pertama yang dilakukan yaitu memanaskan 6,2 gram tembaga sulfat
dalam 12 ml air sampai suhu 90°C. Selain itu, memanaskan kalium oksalat dalam 50
ml air hingga suhu yang sama dengan larutan tembaga sulfat anhidrat yaitu 90°C .
Kemudian campurkan larutan tersebut dan mendinginkannya kira-kira 15-30 menit.
Alasan mengapa suhu yang dipanaskan harus pada suhu 90°C adalah agar
mempercepat larutnya CuSO4 dan kalium oksalat dalam air. Selain itu, agar CuSO4
tidak rusak karena titik didih air 100°C.
Campuran yang telah didinginkan tadi disaring dengan penyaring vakum. Dan
ambil filtratnya. Pada gelas kimia yang sudah terbentuk kristal didiamkan selama
seminggu agar kristal dapat terbentuk dengan sempurna. Kristal tersebut nantinya
digunakan untuk titrasi oksidasi dan reduksi penentuan oksalat.
Selama proses penyaringan, kristal yang sudah terbentuk dicuci dengan
menggunakan 12 ml air panas, 10 ml etanol, dan 10 ml aseton. Hal ini bertujuan agar
pengotor yang ada pada kristal dapat hilang, sehingga kristal yang didapat murni.
Namun pada percobaan kali ini kami tidak mencuci krista dengan 3 bahan diatas,
karena waktu yang tidak cukup. Alhasil, kristal kami terdapat pengotor yang nantinya
berdampak pada praktikum selanjutnya.

G.Kesimpulan
1. Pada preparasi senyawa oksalat dengan cara mencampurkan tembaga sulfat dengan
kalium oksalat dengan keadaan panas yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

Cotton, F. Albert dan Wilkinson, Geoffrey. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-
Press.

Keenan, Charles W. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Oxtoby dkk. 2001. Prinsip-prinsip kimia modern 2. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, H. Ralph dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.
Jakarta: Erlangga.

Sukardjo. 1992. Kimia Koordinasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Kimia Anorganik. 2018. Modul Praktikum Kimia Anorganik. Padang : FMIPA
UNP.

Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif. Jakarta: Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai