Contoh Kian PDF
Contoh Kian PDF
Disusun Oleh :
CINDY PUSPITA SARI HAJI JAFAR
201510206061
i
LAPORAN KASUS GERONTIK DENGAN NYERI KRONIS
PADA HIPERTENSI DI WISMA A BPSTW
YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR
Disusun Oleh :
CINDY PUSPITA SARI HAJI JAFAR
201510206061
Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam laporan karya ilmiah akhir ners ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk karya ilmiah lain atau untuk memperoleh gelar
ners pada perguruan tinggi lain dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.
iii
iv
MOTTO
“Siapapun yang menempuh suatu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan
memberikan kemudahan jalannya menuju surga”.
(H.R Muslim)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini hingga selesai. Saya persembahkan karya tulisku ini untuk :
1. Bapak dan Ibu Saya Tercinta (Mukhsin Haji Jafar & Samsiah Haji Ali)
Terima kasih atas segala dukungan, kasih sayang dan do‟a yang tiada henti-hentinya yang
kalian berikan selama ini. Kalian adalah kedua orang tuaku yang selalu mengajarkanku
arti dari hidup ini, dan restu yang kalian berikan menjadikan kemudahan dalam setiap
langkahku.
2. Dosen dan Almamater Saya Tercinta
Terima kasih yang tak terhingga untuk dosen – dosen saya, terutama pembimbing saya
(Suri Salmiyati, S.Kep., Ns., M.Kes. & Wiwin A Arifah, AMK.) dan pengujiku (Tiwi
Sudyasih, S.Kep., Ns., M.Kep.) yang tak pernah lelah dan sabar memberikan bimbingan
dan arahan kepada saya.
3. Kakak-kakak Saya Tersayang
Terima kasih yang telah menjadi motivasi dan inspirasi serta yang selalu mendo‟akan saya
di setiap sujud kalian.
4. Sahabat-sahabat Saya
Terima kasih untuk sahabat saya (Suyanti & Muna) meskipun jauh kalian tak lupa selalu
memberikan dukungan dan do‟a, serta untuk sahabat saya di sini (Cyntia, Dessy, Desy,
Dini, Isna, Nurul & Sumi) terima kasih yang senantiasa menjadi penyemangat dan
menemani di setiap hariku sehingga karya ilmiah akhir ners ini dapat terselesaikan.
5. Teman Profesi Ners Angkatan 2015
Teruntuk teman-teman angkatan saya yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan
melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terima kasih banyak untuk kalian semua.
“Tiada hari yang indah tanpa kalian semua”.
vi
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN…………………………………………………………............. i
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….......... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.....………………....... iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………........... iv
MOTTO.......................................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................... vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………........... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......... viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….......... ix
DAFTAR GAMBAR....………………………………………………………............. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………......... xi
INTISARI………………………………………………………………………........... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………......................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………............ 4
C. Tujuan………………………………………………….................................. 4
D. Manfaat…………………………………………............................................ 4
E. Ruang Lingkup……………………………………………............................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Hipertensi pada Lanjut Usia.....………………………….... 6
B. Konsep Nyeri……………………………………………................................ 16
C. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………………………....... 19
BAB III LAPORAN KASUS
A. Skenario Kasus………………………………………………….................... 26
B. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………….. 27
C. Farmakoterapi……………………………………………............................. 37
D. Analisa Data…………………………………………………........................ 38
E. Prioritas Diagnosa Keperawatan…………………………………………... 41
F. Intervensi Keperawatan………………………………….............................. 42
G. Implementasi Keperawatan……………………………................................ 42
H. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………….. 44
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
A. Profil BPSTW…………………………………………….............................. 46
B. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………….. 46
C. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………. 47
D. Intervensi Keperawatan.…………………………………………….............. 49
E. Implementasi Keperawatan.......................................................................... 50
F. Evaluasi Keperawatan.................................................................................. 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………............... 55
B. Saran……….…………………………………………………………............ 56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............ 57
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
LAPORAN KASUS GERONTIK DENGAN NYERI KRONIS PADA
HIPERTENSI DI WISMA A BALAI PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR1
INTISARI
Latar Belakang : Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada
lansia. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi.
Tujuan : Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan dan menerapkan Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Nyeri Akut pada Hipertensi di Wisma A Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Metode : Metode yang digunakan yaitu deskriptif dalam bentuk laporan kasus dan
menggunakan pendekatan studi kasus. Sampel yang digunakan adalah 2 lansia yang
terdiagnosis hipertensi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut di wisma A Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Hasil : . (1) Sebelum mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, Ny. K dengan skala nyeri 5
sedangkan Ny. P dengan skala nyeri 4, (2) Setelah mendapatkan terapi relaksasi otot progresif,
ada penururnan skala nyeri yaitu Ny. K dengan skala nyeri 3 dan Ny. P dengan skala nyeri 3.
Simpulan : Hasil menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dengan pemberian relaksasi
otot progresif terhadap lansia dengan nyeri akut pada hipertensi di wisma A Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Saran : Diharapkan lansia dengan penderita hipertensi dapat menerapkan senam relaksasi otot
progresif secara berulang dan kontinyu ketika klien merasa nyeri agar dapat mengurangi nyeri
dan menurukan tekanan darah tinggi.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data yang tercatat dari hasil survei kesehatan nasional yang dilakukan pada tahun
2013, lansia keseluruhan yang ada di Indonesia terdapat 20,04 juta orang atau terdapat
sekitar 8,05% dari total penduduk yang ada di Indonesia. Persentase untuk penduduk usia
lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%, usia lebihdari 70 sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80
tahun sebesar 0,85% (BPS, 2013). Peningkatan jumlah lansia di Indonesia tentunya perlu
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah berkaitan dengan pelayanan sosial dan
pelayanan kesehatan terkait dengan proses menua. Lansia membutuhkan perhatian
khusus dalam kesehatan, kemandirian, perawatan, dan penghargaan (Jafar, 2011).
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya (Fatimah, 2010).
Penyakit yang mengiringi proses penuaan terhadap lansia, salah satunya adalah
hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah dalam tubuh secara tetap
berada diatas 140/90 mmHg (Raymond, 2010). Hipertensi dapat digolongkan sebagai
ringan, sedang, dan berat, berdasarkan dari tekanan diastole. Hipertensi dikatakan ringan
apabila tekanan darah diastole 95-104 mmHg, hipertensi dikatakan sedang jika tekanan
diastolenya 105-114 mmHg, sedangkan hipertensi berat ketika tekanan diastolenya lebih
dari 115 mmHg.
Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada lansia.
Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%
penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9%
menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan
darah sistolik). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien
congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90
1
2
mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan
51% kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Jumlah angka penderita hipertensi esensial primer berdasarkan pola penyakit untuk
rawat jalan di Provinsi D.I Yogyakarta berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi D.I
Yogyakarta adalah sebesar 3.574 jiwa (2,07%) (Dinas Kesehatan Provinsi D.I
Yogyakarta, 2009). Hasil survey pendahuluan di Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Dinas
Kesehatan Sleman dan Puskesmas Gamping II menyebutkan bahwa populasi lanjut usia
terbanyak di Indonesia adalah di Yogyakarta. Hasil penjaringan di Kabupaten Sleman
Yogyakarta pada tahun 2011 didapatkan kasus hipertensi sebanyak 39,65% (Dinkes,
2011).
Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes DIY, 2013). Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah
kasus hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum obat. Hal
ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun
2007, dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus
hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat. Oleh karena itu akan
terjadi peningkatan jumlah pasien yang datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan hipertensi dan penanganan nyeri kepala yang diakibatkan oleh
hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Nyeri kepala atau sakit kepala merupakan gejala penting
dari berbagai kelainan tubuh organik maupun fungsional. Nyeri kepala diartikan sebagai
sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi dengan atau tanpa kerusakan
jaringan sebagai gejala penting dari suatu kelainan organ ataupun penyakit. Beberapa
nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari intrakranial atau
exstrakranial (Hall, 2012).
Berbagai cara dilakukan oleh para pakar dan praktisi kesehatan dalam upaya
mengatasi nyeri agar pasien merasa aman dan nyaman, para pakar dan praktisi kesehatan
mengemukakan macam-macam terapi yaitu: terapi farmakologi dan terapi non-
farmakologi. Salah satu metode pengobatan pengurangan rasa nyeri kepala dengan cara
non-farmakologi yaitu dengan metode relaksasi napas dalam. Klasifikasi metode
relaksasi napas dalam dibagi menjadi dua macam yaitu teknik relaksasi progresif aktif
dan teknik relaksasi progresif pasif. Teknik relaksasi progresif pasif melibatkan
penggunaan pernafasan perut yang dalam dan pelan ketika otot mengalami relaksasi
dengan keteganggan sesuai urutan yang diperintahkan. Teknik relaksasi yang efektif
dapat menurunkan denyut jantung, tekanan darah, mengurangi tension headache,
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan bahwa permasalahannya adalah
“Apakah mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Nyeri
Kronis pada Hipertensi di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan menerapkan Asuhan Keperawatan Gerontik
dengan Nyeri Kronis pada Hipertensi di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
c. Mahasiswa mampu menerapkan intervernsi keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
d. Mahasiswa mampu memberikan dan menerapkan implementasi keperawatan
gerontik dengan nyeri kronis pada hipertensi.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
D. Manfaat
1. Teoritis
a. Hasil penulisan diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan wawasan
pelaksanaan asuhan keperawatan lansia yang diberikan kepada gerontik yang
menderita Hipertensi di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
b. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan profesionalisme perawat dalam
asuhan keperawatan gerontik sebagai bentuk aplikasi program kesehatan
masyarakat.
5
2. Bagi Praktis
a. Bagi Lansia
Karya ilmiah Ners ini diharapkan dapat digunakan pada lansia dalam
menerapkan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah nyeri kronis pada
hipertensi.
b. Bagi BPSTW
Bagi perawat dapat sebagai media pembelajaran dan sebagai salah satu
pemecahan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan masalah hipertensi dan
dalam melaksanakan program kesehatan di BPSTW, terkait dalam hal asuhan
keperawatan gerontik.
c. Bagi Universitas „Aisyiyah
Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat menambah wacana bagi pembaca
diperpustakaan tentang asuhan keperawatan gerontik dengan nyeri kronis pada
hpertensi di wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
E. Ruang Lingkup
1. Klien
Klien dalam karya tulis ini adalah lansia dengan nyeri kronis pada hipertensi di
Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
2. Tempat
Tempat penelitian ini di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
3. Materi
Materi dalam karya tulis ini adalah Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Nyeri
Kronis pada Hipertensi di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur adapun
karya ilmiah ini termasuk dalam Keperawatan Gerontik dan Keperawatan
Medical Bedah.
4. Waktu
Waktu dalam penulisan karya ilmiah ini adalah mulai bulan November 2016 sampai
Februari 2017 yaitu mulai dari pengkajian sampai pengumpulan karya ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
1) Teori Biologis
Teori ini menjelaskan tentang proses fisik penuaan, perubahan fungsi
dan struktur pengembangan, lamanya usia dan kematian. Teori biologis ini
juga menjelaskan alasan mengapa seseorang dapat mengalami proses
penuaan dengan cara yang berbeda-beda serta faktor yang mempengaruhi
usia, perlawanan terhadap organisme, perubahan seluler hingga kematian.
2) Teori Psikologis
Teori psikososial ini lebih menitikberatkan terhadap perubahan sikap
danperilaku yang mengiringi penambahan usia pada lanjut usia serta sebagai
lawan dari implikasi biologis. Dalam teori psikologis ini, terdapat beberapa
teori perkembangan lanjutan antara lain, teori tugas perkembangan, teori
delapan tingkat kehidupan, teori dan teori jung.
3) Teori Sosial
Pada teori sosial ini terdiri dari teori stratifikasi usia, teori aktivitas, dan
teori kontinuitas. Ketiga bagian dari teori sosial tersebut menitikberatkan
pada peranan lanjut usia dalam masyarakat dan kelompok sosial serta
kemampuan untuk mempertahankan keaktifan dalam kehidupan sosial agar
dapat sukses di hari tua.
e. Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia
Perubahan pada lanjut usia baik seluler maupun ekstraseluler dapat
menyebabkan penurunan dalam penampilan fisik. Pada lanjut usia terjadi
perubahan bentuk dan susunan tubuh yang dapat diukur (Smeltzer & Bare, 2009).
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lanjut usia dimulai dari perubahan sel
sampai ke seluruh sistem tubuh perubahan fisiologis antara lain, sebagai berikut:
1) Perubahan pada Sistem Integumen
Kulit mempunyai fungsi memproteksi, perubahan suhu, sensasi dan
ekskresi. Pertambahan usia dapat menjadikan fungsi instrinsik dan
ekstrinsik yang mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit (Smeltzer &
Bare, 2009). Kehilangan jaringan lemak dapat mengakibatkan kulit keriput,
kering dan kurang elastis. Ketika jaringan adiposa menghilang, kulit akan
menjadi pucat serta timbul bintik-bintik hitam dikarenakan aliran darah ke
kulit menurun. Sel yang memproduksi pigmen menurun, kuku pada jari
tangan dan kaki menjadi tebal dan mudah rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat menurun, rambut menipis serta warna rambut menjadi kelabu
(Mubarak, 2012).
8
2. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg (Kapita Selekta Kedokteran).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Palmer, 2007). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah
dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan
tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung
menguncup (sistole). Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat
jantung mengendor kembali (diastole) (Gunawan, 2011).
b. Klasifikasi Tekanan Darah
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Pre Hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi
Stage 1 (mild) 140-159 90-99
Stage 2 (moderate) 160-179 100-109
Stage 3 (severe) ≥180 ≥110
Klasifikasi Hipertensi dalam Julianti, 2010.
c. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi
Beberapa faktor risiko hipertensi yaitu:
1) Konsumsi kadar garam tinggi
Konsumsi garam (NaCl) yang berlebih dapat menahan air (retensi) sehingga
meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya jantung bekerja keras dan
tekanan darah menjadi naik (Soenanto, 2009).
2) Obesitas
Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi daripada dengan berat badan normal. Obesitas
memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi (Soenanto, 2009).
3) Stres
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktifitas saraf
simpatis (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Stres mempercepat produksi
11
e. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan
volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi
kontraktilitas jantung.
f. Pathway Hipertensi
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas
Hipertensi
Perubahan struktur
Vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Otak Retina
Spasme arteriole
Resistensi pembuluh darah otak naik Suplai O2 otak
menurun diplopia
Sinkop
B. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan seseorang
untuk membuat tanggap rangsang yang memadai guna mencegah kerusakan lebih
lanjut dari jaringan yang bersangkutan. Menurut The International Association for
The Study of Pain, Nyeri didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak
menyenangkan dan merupakan pengalaman emosional yang berhubungan dengan
jaringan actual maupun potensial terkadang nyeri digunakan untuk menyatakan
adanya kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori yang
berbeda dengan mobnilitas sensori lainnya (Parjoto, 2006).
16
Menurut Aziz (2009) dalam Tetti (2015) bahwa nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkataanya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
2. Fisiologi Nyeri
Seluruh reseptor nyeri yang terdapat pada kulit dan jaringan merupakan ujung
saraf bebas dan tersebar pada permukaan superficial kulit dan juga dalam jaringan
tertentu. Misalnya dinding arteri,periosteum, pemukaan sendi serta tentorium
tempurung kepala. Sebagian besar jaringan lainnya tidak begitu banyak di
persarafi oleh ujung saraf rasa nyeri, tetapi bila kerusakan jaringan yang luas dapat
saja bergabung sehingga pada daerah tersebut akan timbul rasa nyeri.
Teori Gate Control menyatakan bahwa rangsangan atau implus nyeri yang
disampaikan oleh serat saraf perifer afferent ke korda spinal dapat di modifikasi
sebelum ditransmisikan ke otak. Rangsangan pada saraf besar akan meningkatkan
aktivitas sustantia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu sehingga
aktivitas sel T di hambat dan menyebabkan hantaran rangsangan nyeri terhambat
juga. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas sustansia
gelantinosa dan membuka meklanisme pintu sehingga aktivitas sel T meningkat
yang akan menghantarkan implus nyeri ke otak. Pengukuran subjektif nyeri dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukuran seperti Skala Visual
Analog, Skala Nyeri Numerik, Skala Nyeri Deskriptif atau skala nyeri Wong-
Bakers untuk anak-anak. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang nyeri meliputi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Budaya
d. Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya
e. Makna nyeri
f. Perhatian klien
g. Tingkat kecemasan
h. Tingkat energy dan stress
i. Pengalaman sebelumnya
j. Pola koping
k. Dukungan keluarga dan social
17
berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga bulan. (Nanda, 2015). Batasan
karakteristik masalah keperawatan ini meliputi :
a. Anoreksia
b. Bukti nyeri dengan mengunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya (mis; neonatal infant pain scale, pain
assessment check list for senior with limited abilitd to comunicate)
c. Ekspresi wajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
d. Fokus pada diri sendiri
e. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
f. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis; skala
Wong-Baker FACES skala analog visual, skala penilaian numerik)
g. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen
nyeri (mis; McGill Paint Questionnaire, Brief Paint Infentory)
h. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis; anggota keluarga,
pemberi asuhan)
i. Perubahan pola tidur
2) Gangguan pola tidur
Ganguan pola tidur didefinisikan interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur
akibat faktor eksternal. NANDA (2015) Karatersitik yang ditetapkan meliputi:
a. Kesulitan jatuh tertidur
b. Ketidakpuasan tidur
c. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
d. Penurunan kemampuan berfungs
e. Perubahan pola tidur normal
f. Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
3) Risiko jatuh
Risiko jatuh didefinisikan rentan terhadap peningkatan risiko jatuh, yang
dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan (Nanda, 2015). Faktor
risiko yang ditetapkan meliputi :
Dewasa
a. Penggunaan alat bantu (mis; walker, tongkat, kursi roda).
b. Prostesis ektermitas bawah.
c. Riwayat jatuh.
22
d. Tinggal sendiri.
e. Usia ≥65 tahun.
Fisilogis
a. Anemia.
b. Artritis.
c. Defisit proprioseptif.
d. Diare.
e. Gangguan keseimbangan.
f. Gangguan mendengar.
g. Gangguan mobilitas.
h. Gangguan pada kaki.
i. Gangguan visual.
j. Hipotensi ortostatik.
k. Inkontinensia.
l. Kesulitan gaya jalan.
m. Mengantuk.
n. Neoplasma.
o. Neuropati.
p. Penurunan kekuatan ekstermitas bawah.
q. Penyakit vaskular.
r. Periode pemulihan pascaoperasi.
s. Perubahan kadar gula darah.
t. Pusing saat mengekstensikan leher.
u. Pusing saat menolehkan leher.
v. Sakit akut.
w. Urgensi berkemih.
4. Intervensi keperawatan
Perencanaan merupakan tahap lanjut dari proses keperawatan setelah tahap
perumusan masalah keperawatan dalam bentuk intervensi. Intervensi didefinisikan
perencanaan tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari
tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
23
A. Skenario Kasus
Ny. K umur 77 tahun tinggal di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
Unit Budi Luhur dengan keluhan sering sakit kepala dan masuk angin, Ny. K mengatakan
rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya, nyeri dirasakan saat
terlalu banyak melakukan aktivitas, nyeri di kepala terasa seperti berdenyut, dengan skala
nyeri 5, dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri. Ny. K mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi
dan masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Ny. K mengeluh sering
terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali, tidak pernah tidur siang,
karena tidak bisa tidur pada saat siang hari. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari.
Ny. K mengatakan senang berada di panti, nyaman dan berbaur dengan lansia yang lain,
bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti. Ny. K juga mengatakan kakinya terkadang
gemetar saat berjalan, dan ketika kurang istirahat.
Sedangkan, Ny. P umur 77 tahun tinggal di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan keluhan terkadang merasa pusing dan merasa sakit
pada bagian tengkuknya, Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapean, nyeri
di tengkuk terasa seperti mencengkram, dengan skala nyeri 4, dan nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri. Ny. P mengatakan
memiliki penyakit tekanan darah tinggi, mengkonsumsi obat darah tinggi secara rutin.
Ny. P mengeluh sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 2-3 kali. Ny.
P juga mengatakan terkadang tidur siang, meskipun hanya sebentar, kemudian bangun
dan tidur lagi. Klien tampak hanya tidur sebentar disiang hari. Ny. P mengatakan senang
berada di panti, tidak merasa sepi, karena ada teman dan mengikuti kegiatan yang ada di
panti. Ny. P juga mengatakan setiap pagi mengikuti senam dengan duduk dikursi, karena
sudah tua dan merasa tidak kuat untuk berdiri lama.
26
26
B. Pengkajian Keperawatan
Tabel 3. 1 Pengkajian Keperawatan
1. IDENTITAS KLIEN KASUS 1 KASUS 2
Nama Ny. K Ny. P
Umur 77 tahun 77 tahun
Alamat Pandean, Sidohulur, Godean, Sleman, Yogyakarta Gondeng, Banyurejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta
Pendidikan SD SD
Tanggal masuk panti wredha 04 Februari 2014 04 Mei 2011
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Suku Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Status perkawinan Janda Janda
Hari/Tanggal pengkajian/Jam Senin, 07 November 2016, 10.00 WIB Senin, 07 November 2016, 10.00 WIB
2. RIWAYAT a. Ny. K mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah a. Ny. P mengatakan memiliki penyakit tekanan darah tinggi.
PENYAKIT tinggi. b. Ny. P masih mengkonsumsi obat darah tinggi secara rutin.
SEKARANG b. Ny. K masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin. c. Ny. P mengatakan terkadang tidur siang, meskipun hanya
c. Ny. K mengeluh sering terbangun pada malam hari jika ingin sebentar, kemudian bangun dan tidur lagi.
BAK sampai 3 kali. d. Klien tampak hanya tidur sebentar disiang hari.
d. Ny. K mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur e. Ny. P mengelub sering terbangun pada malam hari jika
pada saat siang hari. ingin BAK sampai 2-3 kali.
e. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari. f. Ny. P mengatakan senang berada di panti, tidak merasa sepi,
f. Ny. K mengatakan senang berada di panti, nyaman dan berbaur karena ada teman dan mengikuti kegiatan yang ada di panti.
dengan lansia yang lain, bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti. g. Ny. P mengatakan setiap pagi mengikuti senam dengan
g. Ny. K mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan, dan duduk dikursi, karena sudah tua dan merasa tidak kuat untuk
ketika kurang istirahat. berdiri lama.
h. Ny. K mengatakan sering sakit kepala dan masuk angin. h. Ny. P mengatakan terkadang merasa pusing dan merasa sakit
i. Ny. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang pada bagian tengkuknya.
mengganggu aktivitasnya. i. Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapean (P)
j. Ny. K mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan j. Ny. P mengatakan Nyeri terasa seperti mencengkram (Q).
aktivitas (P) k. Ny. P mengatakan nyeri di tengkuk (R).
k. Ny. K mengatakan Nyeri terasa seperti berdenyut (Q) l. Ny. P mengatakan skala nyeri 4 (S).
l. Ny. K mengatakan nyeri di kepala (R) m. Ny. P mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T).
m. Ny. K mengatakan skala nyeri 5 (S) n. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
n. Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
o. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
27
3. RIWAYAT a. Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. K tidak pernah dirawat di rumah a. Penyakit : Ny. P tidak pernah dirawat di rumah sakit, pada
KESEHATAN sakit dan jika sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua masa tua Ny. P mengalami tekanan darah tinggi sejak
DAHULU Ny. K mengalami tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun, dan sebelum masuk panti jompo.
pernah mengalami tetanus pada usia 67 tahun, farises dan asam b. Alergi : Ny. P mengatakan tidak ada alergi.
urat. c. Kebiasaan : Ny. P tidak merokok, tidak merokok, tidak
b. Alergi : Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang minum kopi, dan tidak minum alcohol.
seluruh badannya gatal-gatal seperti biduran.
c. Kebiasaan : Ny. K tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak
minum alcohol.
4. RIWAYAT Ny. K mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai Ny.K mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang
KESEHATAN sakit hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu. mempunyai sakit hipertensi.
KELUARGA
5. TINJAUAN SISTEM a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6). a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang. b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit putih.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam c. Kepala : Bentuk lonjong, distribusi rambut merata, warna
terdapat uban. putih.
d. Mata: Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak anemis, d. Mata: Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak
penglihatan masih normal. anemis, penglihatan agak kabur.
e. Telinga : Simetris, Tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada e. Telinga : Simetris, Tampak bersih, pendengaran sudah
benjolan, tidak cairan yang keluar. menurun, tidak ada benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, tidak memiliki gigi,
tanggal tersisa tinggal 4 buah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
a. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis. g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.
b. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan. h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan.
p. Ekstermitas atas : Tangan klien tampak gemetar saat memegang i. Ekstermitas atas : Tangan klien tampak gemetaran.
gelas. j. Ekstermitas bawah : Ny. P mengatakan terkadang kakinya
q. Ekstermitas bawah : Ny. K mengatakan kakinya terkadang gemetar merasa gemetaran, ketika kurang istirahat.
saat berjalan, jika terlalu banyak aktivitas. k. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada
c. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah, R : masalah R : 22 x/menit
24 x/menit l. Sistem kardiovaskuler : TD : 140/80 mmHg
d. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg m. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara
e. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara bising bising usus, makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1
usus, makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x porsi, BAB 2 hari sekali dan lancar
sehari. n. Sistem perkemihan : BAK lancar 5-6x sehari, tidak ada
f. Sistem perkemihan : BAK lancar 6x sehari, tidak ada inkontinensia inkontinensia urin.
urin. o. Sistem Genetoreproduksi : Klien seorang wanita, tidak
g. Sistem Genetoreproduksi : Klien seorang wanita, tidak mempunyai gangguan reproduksi.
28
13 Rekreasi/ 10 Jenis: rekreasi keluar panti 1 tahun sekali 10 Jenis: rekreasi keluar panti 1 tahun
pemanfaatan waktu dari BPSTW, Ny. K juga sering mengikuti sekali dari BPSTW, Ny. P juga sering
luang senam pagi, dendang ria, pengajian dan mengikuti senam pagi, dendang ria,
hanya duduk saja kadang mengobrol pengajian, keterampilan menggunting
dengan teman. dan hanya duduk saja kadang
mengobrol dengan teman.
Kesimpulan: Kesimpulan:
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam
mandiri. kategori mandiri.
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama tiga objek (oleh pemeriksa) 1 detik 2 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1 detik
dan mengatakan asing-masing obyek. dan mengatakan asing-masing objek.
a. Meja, Kursi, Bunga. a. TV, Polpen, Buku .
*Klien mampu menyebutkan kembali objek *Klien hanya mampu menyebutkan kembali 2 objek
yang di perintahkan. yang di perintahkan.
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat: dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65) (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan semuanya. *Klien dapat menghitung 5 kali/tingkat.
4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2
2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point masing- (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point masing-masing
masing objek. objek.
*Klien mampu mengulang objek yang disebutkan. *Klien mampu mengulang 2 objek yang disebutkan.
5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan 7 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
nama pada klien nama pada klien
32
Kesimpulan:
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian :
1. Ny. K yaitu 3 sehingga disimpulkan Ny. K tidak depresi/Normal.
2. Ny. P yaitu 2 sehingga disimpulkan Ny. P tidak depresi/Normal.
34
C. Farmakoterapi
Tabel 3.10 Farmakoterapi
Captopril 2x1 Captopril termasuk dalam golongan obat penghambat enzim pengubah angiotensin. Fungsi utama obat ini adalah untuk
mengobati hipertensi dan gagal jantung. Tetapi Captopril juga berguna untuk melindungi jantung setelah terjadi serangan
jantung serta menangani penyakit ginjal akibat diabetes atau nefropati diabetes.
Kalk 2x1 Kalk adalah kalsium tambahan pada masa pertumbuhan, masa hamil, menyusui, untuk pertumbuhan tulang & gigi, dan penderita
gagal ginjal kronik.. Juga sebagai antasida, juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang disebabkan oleh tingkat kalsium
rendah seperti osteoporosis, osteomalacia, berkurangnya aktivitas kelenjar paratiroid (hypoparathyroidism), dan penyakit otot
tertentu (latent tetany).
Asam Mefenamat 2x1 Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi non-steroid. Obat ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat
ringan hingga menengah, serta mengurangi inflamasi atau peradangan. Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan
sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri
otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Ny. P
Amlodipin 2x1 Amlodipine adalah obat untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Obat ini juga bisa digunakan untuk membantu
mengatasi serangan angina atau angina duduk. Dengan menurunkan tekanan darah, obat ini membantu mencegah serangan
stroke, serangan jantung, dan penyakit ginjal.
Antalgin 2x1 Obat Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik), dikenal juga dengan sebutan metampiron atau
dipiron. penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu: - Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan. -
Nyeri karena tumor atau kolik. - Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong. - Demam tinggi yang tidak bisa
diatasi antipiretik lain.
Livron B-Plex 2x1 Anemia markositik hiperkromik , seperti: anemia megaloblastik tropikal, anemia hiperkronik. Anemia yang bertalian dengan
gangguan fungsi hati, perdarahan pada gusi. Anemia Hiperkronik sehabis keracunan. Untuk segala macam penyakit oleh karena
kekurangan vitamin B. sesudah pengobatan dengan antibiotika, sulfonamia dan sebagai tabahan vitamin. Dalam hal-hal yang tak
memungkinkan penyutikan denga preparat hati, misalnya oleh karena terlalu peka. sebagai tonokum umum untuk pertumbuhan.
37
D. Analisa Data
Tabel 3.11 Analisa Data
Ny. K
DS : Hipertensi Nyeri kronis
1. Ny. K mengatakan sering sakit kepala dan masuk angin.
2. Ny. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang Kerusakan vaskuler pembuluh darah
mengganggu aktivitasnya.
3. Ny. K mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak Perubahan struktur
melakukan aktivitas (P)
4. Ny. K mengatakan nyeri terasa seperti berdenyut (Q) Penyumbatan pembuluh darah
5. Ny. K mengatakan nyeri di kepala (R)
6. Ny. K mengatakan skala nyeri 5 (S) Vasokonstriksi
7. Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
Gangguan sirkulasi pada otak
DO :
1. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri. Resistensi pembuluh darah otak naik
2. TD 150/80 mmHg
Nyeri kepala
Perubahan struktur
DO :
1. Tangan klien tampak gemetar saat memegang gelas. Penyumbatan pembuluh darah
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada
tekanan diastolik. Vasokonstriksi
3. Hasil reach test <6 inchi, yaitu hasil skoring total = 5,5
inchi, maka dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki Gangguan sirkulasi pada otak
resiko jatuh.
4. Pada saat diminta angkat kaki satu klien mampu. Resistensi pembuluh darah otak naik
5. Hasil TUG Test 18 detik.
Retina
Spasme arteriole
Diplopia
Risiko jatuh
Ny. P
Nyeri kepala
39
DO : Vasokonstriksi
1. Klien tampak hanya tidur sebentar disiang hari.
2. Tangan klien tampak gemetaran. Gangguan sirkulasi pada otak
Vasokonstriksi
DO :
1. Tangan klien tampak gemetaran. Gangguan sirkulasi pada otak
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada
tekanan diastolik. Resistensi pembuluh darah otak naik
3. Hasil reach test <6 inchi, yaitu skoring total = 4 inchi,
maka dapat dikatakan bahwa Ny. P memiliki resiko jatuh. Retina
4. Pada saat diminta angkat kaki satu klien tidak mampu.
5. Hasil TUG Test 24 detik. Spasme arteriole
Diplopia
Risiko jatuh
40
F. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.12 Intervensi Keperawatan
G. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.13 Implementasi Keperawatan
DIAGNOSA
8 NOVEMBER 2016 9 NOVEMBER 2016 10 NOVEMBER 2016
KEPERAWATAN
Kasus I (Ny. K) Jam 13.00 WIB Jam 16.30 WIB Jam 13.00 WIB
1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, secara komprehensif termasuk lokasi, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi.
Kasus II (Ny. P) Jam 13.00 WIB Jam 16.30 WIB Jam 13.00 WIB
1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, secara komprehensif termasuk lokasi, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi.
H. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.14 Evaluasi Keperawatan
EVALUASI HARI KE-1 (08/11/16, 13.30 WIB) HARI KE-2 (09/11/16, 17.30 WIB) HARI KE-3 (10/11/16, 13.30 WIB)
Kasus I (Ny. K) S: S: S:
1. Ny. K mengatakan senang diajarkan 1. Ny. K mengatakan masih ada beberapa 1. Ny. K mengatakan telah mempraktekkan
senam relaksasi otot progresif. gerakan yang lupa. senam relaksasi otot progresif yang
2. Ny. K mengatakan masih sakit kepala. 2. Ny. K juga mengatakan nyeri sudah mulai diajarkan, tetapi tidak berurutan.
a. P : nyeri dirasakan saat terlalu berkurang. 2. Ny. K mengatakan nyeri berkurang.
banyak melakukan aktivitas. a. P : nyeri dirasakan ketika kurang istirahat. a. P : nyeri dirasakan ketika terlalu capek
b. Q : nyeri terasa seperti berdenyut. b. Q : nyeri terasa seperti berdenyut. dan banyak aktivitas.
c. R : nyeri di kepala. c. R : nyeri di kepala. b. Q : nyeri terasa seperti berdenyut.
d. S : skala nyeri 5. d. S : skala nyeri 4. c. R : nyeri di kepala.
e. T : nyeri yang dirasakan hilang e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. d. S : skala nyeri 3.
timbul. O: e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul.
O: 1. Ny. K tampak kooperatif.
1. Ny. K dapat mempraktekkan senam 2. Ny. K mampu melakukan gerakan senam O:
relaksasi otot progresif sesuai intruksi. relaksasi progresif, meskipun ada beberapa 1. Ny. K tampak kooperatif.
2. Ny. K tampak memegang kepala gerakan yang lupa. 2. Ny. K mampu mempraktekkan kembali
menunjukkan lokasi nyeri. 3. TD : 140/80 mmHg. senam relaksasi otot progresif, meskipun
3. TD : 140/90 mmHg. tidak berurutan.
A: A: 3. Nyeri Ny. K tampak berkurang.
Masalah keperawatan nyeri kronis Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi 4. TD : 130/70 mmHg.
belum teratasi. sebagian.
P: P: A:
Lanjutkan intervensi: Lanjutkan intervensi: Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi
1. Evaluasi pengkajian nyeri secara 1. Evaluasi pengkajian nyeri secara sebagian.
komprehensif termasuk lokasi, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas P:
kualitas dan faktor presipitasi. dan faktor presipitasi. Lanjutkan intervensi:
2. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur tekanan darah. 1. Motivasi klien untuk melakukan relaksasi
3. Evaluasi tentang teknik non 3. Evaluasi tentang teknik non farmakologi : otot progresif setiap hari.
farmakologi : senam relaksasi otot senam relaksasi otot progresif. 2. Tingkatkan istirahat.
progresif. 4. Tingkatkan istirahat.
4. Tingkatkan istirahat.
Kasus II (Ny. P) S: S: S:
1. Ny. P mengatakan senang diajarkan 1. Ny. P mengatakan lupa dengan gerakan 1. Ny. P mengatakan akan melakukan senam
senam relaksasi otot progresif. senam yang diajarkan. relaksasi otot progresif yang diajarkan.
2. Ny. P mengatakan merasa nyeri di 2. Ny. P juga mengatakan tengkuknya masih 2. Ny. P mengatakan nyeri mulai berkurang.
tengkuk. terasa berat. a. P : nyeri dirasakan saat banyak
a. P : nyeri dirasakan saat kecapekan. a. P : nyeri dirasakan saat kurang istirahat. kegiatan yang dilakukan.
b. Q: nyeri terasa seperti mencengkram. b. Q : nyeri terasa seperti mencengkram. b. Q : nyeri terasa seperti mencengkram.
c. R : nyeri di tengkuk. c. R : nyeri di tengkuk. c. R : nyeri di tengkuk.
d. S : skala nyeri 4. d. S : skala nyeri 4. d. S : skala nyeri 3.
e. T : nyeri yang dirasakan hilang e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul.
timbul.
O: O:
O: 1. Ny. P tampak senang diajarkan kembali 1. Ny. P tampak kooperatif.
1. Ny. P tampak kooperatif. senam relaksasi progresif. 2. Ny. P mampu mempraktekkan kembali
2. Ny. P dapat mempraktekkan senam 2. Ny. P tampak meringis saat menahan nyeri. senam relaksasi otot progresif, meskipun
relaksasi otot progresif sesuai intruksi, 3. TD : 140/90 mmHg. agak lupa.
meskipun ada beberapa gerakan yang 3. Nyeri Ny. PK mulai berkurang.
kurang tepat. A: 4. TD : 130/80 mmHg.
3. TD : 140/70 mmHg. Masalah keperawatan nyeri kronis belum
teratasi. A:
A: Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi
Masalah keperawatan nyeri kronis P: sebagian.
belum teratasi. Lanjutkan intervensi:
1. Evaluasi pengkajian nyeri secara P:
P: komprehensif termasuk lokasi, Lanjutkan intervensi:
Lanjutkan intervensi: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 1. Motivasi klien untuk melakukan
1. Evaluasi pengkajian nyeri secara dan faktor presipitasi. relaksasi otot progresif setiap hari.
komprehensif termasuk lokasi, 2. Mengukur tekanan darah. 2. Tingkatkan istirahat.
karakteristik, durasi, frekuensi, 3. Evaluasi tentang teknik non farmakologi :
kualitas dan faktor presipitasi. senam relaksasi otot progresif.
2. Mengukur tekanan darah. 4. Tingkatkan istirahat.
3. Evaluasi tentang teknik non
farmakologi : senam relaksasi otot
progresif.
4. Tingkatkan istirahat.
A. Profil BPSTW
BPSTW (Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha) merupakan unit atau lembaga
teknis di bawah naungan Departemen Sosial yang mengelola pelayanan kepada Lansia.
Terletak di daerah Yogyakarta, yang berjarak 12 km ke arah selatan dari Kota
Yogyakarta. Dalam melayani para Lansia BPSTW diasuh oleh beberapa petugas dari
pekerja Sosial, Psikolog, Perawat, ahli gizi, dan sebagainya, serta bekerja sama dengan
Puskesmas maupun RS. BPSTW Budi Luhur merupakan panti sosial yang mempunyai
tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi masyarakat, baik yang berada di dalam
panti maupun di luar pantai.
B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Dermawan, 2012). Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan
sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg. Sedangkan tanda dan gejala hipertensi yaitu
sakit kepala, pusing / migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang,
lemah dan lelah (Palmer, 2007).
Dari pengkajian pada tanggal 07 November 2016 pukul 13:00 WIB, didapatkan data
pada kasus I yaitu Ny. K dengan keluhan sering sakit kepala dan masuk angin, Ny. K
mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya, nyeri
dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas(P), nyeri di kepala terasa seperti
berdenyut (Q), Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala (R), dengan skala nyeri
5 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 150/80 mmHg. Berdasarkan teori
keluhan nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah serebral, terjadi
karena adanya peningkatan daya kerja jantung dalam memompa darah keseluruhan tubuh
sehingga terjadi peningkatan tekanan pada pembuluh darah diotak yang menekan serabut
saraf diotak sehingga menyebabkan nyeri kepala (Price, 2015).
46
47
Sedangkan, pada kasus II yaitu Ny. P dengan keluhan terkadang merasa pusing, Ny.
P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapekan (P), nyeri di tengkuk terasa seperti
mencengkram (Q), Ny. P mengatakan merasa sakit pada bagian tengkuknya (R), dengan
skala nyeri 4 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak
meringis saat menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 140/80 mmHg.
Berdasarkan teori keluhan nyeri tengkuk (kuduk) istilah untuk daerah leher bagian
belakang, nyeri tengkuk sering dialami oleh lansia. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada
hipertensi sering terjadi kaku kuduk. Ketegangan otot berlebihan apalagi terjadi terus-
menerus menimbulkan nyeri dan kaku, karena otot didaerah kepala, bahu dan lengan
meregang, peredaran darah dalam otot yang menahan sikap badan menjadi kurang lancar,
sisa akhir metabolisme di dalam otot tertimbun didalamnya sehingga menyebabkan
peradangan pada tempat perlekatan otot dengan tulang, daerah tersebut kemudian terasa
nyeri jika ditekan (Qauliyah, 2006).
Berdasarkan data yang didapatkan poenulis sesuai dengan teori yang menyebutkan
pengkajian nyeri yang aktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan dasar, menegakkan
diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi terapi keperawatan yang cocok dan
mengevaluasi respon (Potter & Perry, 2006). Pengkajian karakteristik nyeri meliputi
PQRST : P (paliatif = yang menyebabkan timbul masalah), Q (quality = kualitas dan
kuantitas nyeri yang dirasakan), R (regoin = lokasi nyeri), S (severity = keparahan), T
(timing = waktu). Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri hayward
dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan (dari 0-10) yang
menurutnya paling mengambarkan pengalaman nyeri yangb ia rasakan. Skala nyeri
menurut haywadr dapat dituliskan sebagai bertukit : 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri
ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = sangat nyeri tetapi masih dapat dikendalikan dengan
aktivitas yang biasa dilakukan, 10 = sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan (Saputra,
2013).
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pengkajian yang menunjukkan pengelompokan
data yang mengidentifikasi klien mempunyai risiko keamanan yang aktual atau potensial
dengan mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan dimana harus
dipastikan batasan karakteristik yang tepat dalam dasar pengkajian (Potter & Perry,
2006). Diagnosa yang muncul pada pasien hipertensi yaitu ada kasus Ny. K dan Ny. P
diagnosa yang muncul yaitu nyeri kronis, gangguan pola tidur, dan risiko jatuh, tetapi
48
dalam penulisan ini difokuskan dengan diagnosa nyeri kronis, karena merupakan prioritas
diagnosa keperawatan dari diagnosa yang lainnya.
Proses keperawatan yang diambil oleh penulis adalah nyeri kronis, yang telah
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan (Herdman & Kamitsuru, 2015). Pada kasus
yang dialami Ny. K dan Ny. P terjadi nyeri kronis yaitu pengalaman emosional tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan (Internasional Association for the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau
berulang tanpa akhir yang diansitipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga
bulan.
Penulis mengangkat diagnosa nyeri kronis mengacu pada hasil analisa data dimana
data subjektif dan data objektif yang didapatkan hasil pada Kasus I yaitu Ny. K
mengatakan sering sakit kepala dan masuk angin, nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya, Ny. K mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas, nyeri terasa seperti berdenyut, nyeri di kepala dengan skala nyeri 5,
Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul, wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri, TD 150/80 mmHg. Sedangkan pada kasus II yaitu Ny. P mengatakan
terkadang merasa pusing dan merasa sakit pada bagian tengkuknya, nyeri dirasakan saat
merasa kecapekan, nyeri terasa seperti mencengkram, nyeri di tengkuk dengan skala
nyeri 4, Ny. P mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak
meringis saat menahan nyeri. TD : 140/80 mmHg. Data tersebut sesuai dengan batasan
karakteristik Nanda (2015-2017) yaitu bukti nyeri dengan menggunakan data standar
daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya, ekspresi wajah
nyeri (meringis), fokus pada diri sendiri, hambatan kemampuan meneruskan aktivitas
sebelumnya, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri, laporan tentang
perilaku nyeri/perubahan aktivitas, perubahan pada parameter fisiologis (tekanan darah)
(Herdman & Kamitsuru, 2015).
49
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Dari penyataan tersebut
diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria
yang diperkirakan atau diharapkan dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013) :
1. NOC (Nursing Outcome Classification)
Tujuan atau nursing outcome classification adalah proses memberitahukan status
klien setelah dilakukan intervensi keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan
untuk mengukur hasil dari tindakan keperawatan. Selain itu menggambarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan.
Pada kasus I dan kasus II dengan diagnosa yang sama yaitu nyeri kronis, penulis
mempunyai tujuan sesuai dengan label NOC Pain Control dengan kriteria hasil yaitu
mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), tanda vital dalam rentang normal.
2. NIC (Nursing Interventions Classification)
Pada kasus I dan kasus II penulis menggunakan intervensi yang sama yaitu
menggunakan NIC label Pain management dengan rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign,
ajarkan tentang teknik non farmakologi : tarik nafas dalam dan senam relaksasi otot
progresif dan tingkatkan istirahat.
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai
dengan sistematika SMART, Spesifik (jelas), Measureable (dapat diukur), Acepptance,
Rasional dan Timming. Berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri kronis dilakukan
tindakan selama 3x24 jam (Judha, 2012).
50
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kompenen dari proses keperawatan, kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperkukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter dan Perry,
2006). Tindakan keperawatan yang dilakukan pleh penulis secara umum merupakan
implementasi dan rencana keperawatan yang telah disusun :
1. Hari ke 1
Tindakan yang penulis lakukan pada kasus I dan kasus II sama yaitu yang
pertama dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi dapat
membantu meyakinkan bahwa penanganan dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam
mengurangi nyeri. Menurut Potter dan Perry (2010), pengkajian nyeri yang tepat
dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnose keperawatan
yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon
klien terhadap terapi.
Tindakan yang penulis lakukan pada kasus I dan kasus II sama yaitu yang kedua
adalah mengukur tekanan darah untuk memantau status perkembangan klien guna
menentukan perencanaan dan tindakan. Menurut Triyanto (2014), pemantauan
tekanan darah menjadi tindakan penting karena dapat menjadi asuhan keberhasilan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam pencegahan komplikasi hipertensi lebih
lanjut.
Tindakan yang ketiga pada kasus I dan kasus II sama yaitu mengajarkan tentang
teknik non farmakologi : senam relaksasi otot progresif, dengan tujuan untuk
membantu mengurangi nyeri. Menurut Potter & Perry tahun (2010), bahwa teknik
relaksasi yang efektif dapat menurunkan denyut jantung, tekanan darah, mengurangi
tension headache, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi tekanan gejala pada individu yang mengalami berbagai situasi dan terapi
relaksasi otot progresif memiliki manfaat yang sangat banyak dan positif bagi
kesehatan, salah satunya yaitu menurunkan nyeri kepala karena hipertensi. Tindakan
yang keempat penulis lakukan sama untuk kasus I dan kasus II menganjurkan klien
untuk meningkatkan istitrahat tujuan tindakan ini meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan dan peningkatan tingkat energy yang penting untuk pengurangan nyeri.
2. Hari ke II dan hari ke III
Tindakan yang penulis lakukan pada kasus I dan kasus II masih sama yaitu
mengevaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
51
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Tindakan yang kedua pada kasus I
dan II adalah mengukur tekanan darah. Tindakan selanjutnya yang dilakukan
peneliti pada kasus I dan II adalah mengevaluasi tentang teknik non farmakologi :
senam relaksasi otot progresif. Tindakan selanjutnya pada kasus I dan II adalah
menganjurkan klien untuk meningkatkan istitrahat.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asihan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang yang tampil.
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dnegan SOAP,
subjective, objective, analisa, planning (Dermawan, 2012) :
1. Hari ke I
Evaluasi pada kasus I yaitu pada tanggal 08 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. K mengatakan senang diajarkan senam relaksasi otot progresif,
Ny. K juga mengatakan masih sakit kepala, nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P), nyeri terasa seperti berdenyut (Q), nyeri di kepala (R), skala
nyeri 5 (S), nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. K dapat
mempraktekkan senam relaksasi otot progresif sesuai intruksi, Ny. K tampak
memegang kepala menunjukan lokasi nyeri, TD : 140/90 mmHg. Masalah
keperawatan nyeri kronis belum teratasi yang ditandai dengan mampu mengenali
nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning monitor vital sign,
evaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi tentang teknik non farmakologi :
senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
Evaluasi pada kasus II yaitu pada tanggal 08 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. P mengatakan senang diajarkan senam relaksasi otot progresif,
Ny. P mengatakan merasa nyeri di tengkuk, nyeri dirasakan saat kecapekan (P), nyeri
terasa seperti mencengkram (Q), nyeri di tengkuk (R), skala nyeri 4 (S), nyeri yang
dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. P tampak kooperatif, Ny. P dapat
mempraktekkan senam relaksasi otot progresif sesuai intruksi, meskipun ada
beberapa gerakan yang kurang tepat, TD : 140/70 mmHg. Masalah keperawatan
nyeri kronis belum teratasi yang ditandai dengan mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning monitor vital sign, evaluasi
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
52
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi tentang teknik non farmakologi :
senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
2. Hari ke II
Evaluasi pada kasus I yaitu pada tanggal 09 November 2016 pukul 17.30 WIB,
data subyektif Ny. K mengatakan masih ada beberapa gerakan yang lupa, Ny. K juga
mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, nyeri dirasakan ketika kurang istirahat (P),
nyeri terasa seperti berdenyut (Q), nyeri di kepala (R), skala nyeri 4 (S), nyeri yang
dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. K tampak kooperatif, Ny. K mampu
melakukan gerakan senam relaksasi progresif, meskipun ada beberapa gerakan yang
lupa, TD : 140/80 mmHg. Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi sebagian yang
ditandai dengan mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan),
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu
mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning monitor vital
sign, evaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi tentang teknik non
farmakologi : senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
Evaluasi pada kasus II yaitu pada tanggal 09 November 2016 pukul 17.30 WIB,
data subyektif Ny. P mengatakan lupa dengan gerakan senam yang diajarkan, Ny. P
juga mengatakan tengkuknya masih terasa berat, nyeri dirasakan saat kurang istirahat
(P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), nyeri di tengkuk (R), skala nyeri 4 (S),
nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. P tampak senang diajarkan
kembali senam relaksasi progresif, Ny. P tampak meringis saat menahan nyeri, TD :
140/90 mmHg. Masalah keperawatan nyeri kronis belum teratasi yang ditandai
dengan mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
Planning monitor vital sign, evaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi
tentang teknik non farmakologi : senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
3. Hari ke III
Evaluasi pada kasus I yaitu pada tanggal 10 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. K mengatakan telah mempraktekkan senam relaksasi otot
progresif yang diajarkan, tetapi tidak berurutan, Ny. K mengatakan nyeri berkurang,
nyeri dirasakan ketika terlalu capek dan banyak aktivitas (P), nyeri terasa seperti
berdenyut (Q), nyeri di kepala (R), skala nyeri 3 (S), nyeri yang dirasakan hilang
timbul (T). Data objektif Ny. K tampak kooperatif, Ny. K mampu mempraktekkan
53
kembali senam relaksasi otot progresif, meskipun tidak berurutan, Nyeri Ny. K
tampak berkurang, TD : 130/70 mmHg. Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
sebagian yang ditandai dengan mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri, mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning
motivasi klien untuk melakukan relaksasi otot progresif setiap hari, tingkatkan
istirahat.
Evaluasi pada kasus II yaitu pada tanggal 10 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. P mengatakan akan melakukan senam relaksasi otot progresif
yang diajarkan, Ny. P mengatakan nyeri mulai berkurang, nyeri dirasakan saat
banyak kegiatan yang dilakukan (P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), nyeri di
tengkuk (R), skala nyeri 3 (S), nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Data objektif
Ny. P tampak kooperatif, Ny. P mampu mempraktekkan kembali senam relaksasi
otot progresif, meskipun agak lupa, Nyeri Ny. P mulai berkurang, TD : 130/80
mmHg. Masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian yang ditandai dengan
mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri
(skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning motivasi klien untuk
melakukan relaksasi otot progresif setiap hari, tingkatkan istirahat.
Hasil evaluasi antara kasus I dan kasus II yaitu Ny. K dan Ny. P selama tiga hari
masalah nyeri kronis sebagian teratasi ditandai dengan mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri). Implementasi relaksasi otot progresif yang diberikan menunjukkan
efektif terhadap penurunan skala nyeri. Perbedaan pada Ny. K dan Ny. P yaitu
sebelum mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, Ny. K dengan skala nyeri 5
sedangkan Ny. P dengan skala nyeri 4, setelah mendapatkan terapi relaksasi otot
progresif, ada penururnan skala nyeri yaitu Ny. K dengan skala 3 dan Ny. P dengan
skala 3. Penurunan skala nyeri pada Ny. K lebih efektif dibandingkan dengan Ny. P
dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi diantara kedua pasien tersebut, yaitu Ny.
K melakukan senam relaksasi otot progresif dengan kooperatif dan dengan gerakan
yang tepat, sedangkan Ny. P kurang kooperatif dalam melakukan senam relaksasi
54
otot progresif. Hal tersebut dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi, seperti umur
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu umumnya para lansia
menganggap nyeri sebagai kompenen alamiah dari proses penuaan dan dapat
diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas kesehatan, cara lansia bereaksi terhadap
nyeri berbeda dengan cara bereaksi orang yang lebih muda. Karena individu lansia
mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh terhadap masa
otot lebih besar dibanding individu berusia muda (Le Mone & Burke, 2008).
Hasil evaluasi dari Asuhan Keperawatan ini sesuai dengan penelitian Rahmasari
(2015) dalam penelitiannya, tehnik relaksasi otot progresif diketahui efektif untuk
menurunkan nyeri kepala dan dapat di implementasikan sebagai intervensi
keperawatan terapi non farmakologis khususnya pada pasien dengan keluhan nyeri
kepala tipe tegang (tension type) setelah dilakukan relaksasi otot progresif selama
±10 menit 1 kali per hari selama 3 hari terjadi penurunan skala nyeri (p=0,000). Pada
Ny. K dan Ny. P juga mengalami penurunan tekanan darah dalam rentang pre
hipertensi, yaitu Ny. K 130/70 mmHg dan tekanan darah Ny. P 130/80 mmHg. Hal
ini juga sesuai dengan penelitian Suratini (2013), hasil analisa data dengan Wilcoxon
match pait test menunjukkan ada perbedaan tingkat tekanan darag sistoe dan diastole
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif (p=0,017 dan p=0,001;
α=0,05).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pengkajian
Dari pengkajian pada tanggal 07 November 2016 pukul 13:00 WIB, didapatkan
data pada kasus I yaitu Ny. K dengan keluhan sering sakit kepala dan masuk angin,
Ny. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya,
nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas(P), nyeri di kepala terasa
seperti berdenyut (Q), Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala (R), dengan
skala nyeri 5 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak
meringis saat menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 150/80 mmHg.
Sedangkan, pada kasus II yaitu Ny. P dengan keluhan terkadang merasa pusing,
Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapekan (P), nyeri di tengkuk terasa
seperti mencengkram (Q), Ny. P mengatakan merasa sakit pada bagian tengkuknya
(R), dengan skala nyeri 4 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah
klien tampak meringis saat menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 140/80
mmHg.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan prioritas pada Ny. K dan Ny. P
adalah nyeri kronis.
3. Intervensi
Intervensi yang terapkan pada Ny. K dan Ny. P sebagai upaya mencegah
timbulnya nyeri dan menurunkan tekanan darah yaitu monitor vital sign, lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan tentang teknik non farmakologi :
tarik nafas dalam dan senam relaksasi otot progresif dan tingkatkan istirahat.
4. Implementasi
Implementasi yang berikan pada Ny. K dan Ny. P yaitu mengukur tekanan
darah, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, mengajarkan tentang
teknik non farmakologi : tarik nafas dalam dan senam relaksasi otot progresif dan
meningkatkan istirahat.
46
56
5. Evaluasi
Hasil evaluasi antara kasus I dan kasus II yaitu Ny. K dan Ny. P selama tiga hari
masalah nyeri kronis sebagian teratasi sesuai dengan tujuan dan kriterial hasil yang
dibuat oleh penulis yang ditandai dengan mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri). Implementasi relaksasi otot progresif yang diberikan menunjukkan efektif
terhadap penurunan skala nyeri. Perbedaan pada Ny. K dan Ny. P yaitu sebelum
mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, Ny. K dengan skala nyeri 5 sedangkan
Ny. P dengan skala nyeri 4, setelah mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, ada
penururnan skala nyeri yaitu Ny. K dengan skala 3 dan Ny. P dengan skala 3.
Penurunan skala nyeri pada Ny. K lebih efektif dibandingkan dengan Ny. P
dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi diantara kedua pasien tersebut, yaitu Ny.
K melakukan senam relaksasi otot progresif dengan kooperatif dan dengan gerakan
yang tepat, sedangkan Ny. P kurang kooperatif dalam melakukan senam relaksasi
otot progresif.
B. Saran
1. Bagi Lansia
Diharapkan lansia dengan penderita hipertensi dapat menerapkan senam relaksasi
otot progresif secara berulang dan kontinyu ketika klien merasa nyeri agar dapat
mengurangi nyeri dan menurukan tekanan darah tinggi.
2. Bagi BPSTW
Bagi perawat BPSTW sebaiknya melakukan tindakan secara dini terhadap klien
hipertensi dengan menerapkan terapi relaksasi otot progresif pada lansia. Tindakan
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi terutama pada
nyeri kepala dan nyeri tengkuk.
3. Bagi Universitas „Aisyiyah
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan referensi
mahasiswa dalam peningkatan ilmu keperawatan, sehingga bisa meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan
nyeri kronis pada hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S., 2013. Konsep Dasar Proses Keperawatan Nyeri. Ar-ruzz Media, Yogyakarta.
Anis, O., 2015. Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta, Skripsi tidak
dipublikasikan UNIVERSITAS „Aisyiyah Yogyakarta.
Aspiani, R., 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Trans Info Media, Jakarta.
Aziz, A., 2009. Konsep Dasar Manusia, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Badan Pusat Statistik., 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia, Badan Pusat Statistik, Jakarta-
Indonesia.
Bulechek G. M., 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth edition. USA:
Mosby.
Calhoun, D.A., dan Harding,S.M., 2010. Sleep and Hypertension. American College of Chest
Physicians,Inc. Journal Circulation.138:434-443. Available from : http://chestjournal.
chestpubs.org/content/138/2/434.full.html, diakses pada tanggal 15 November 2016.
Dermawan, D., 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Krangka Kerja, Gosyen,
Yogyakarta.
Dinkes, DIY., 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013, Dinas
Kesehatan D.I. Yogyakarta, Yogyakarta.
Fatimah., 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik, TIM, Jakarta.
Gunawan, L., 2011. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Hall, J.E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 12, EGC, Jakarta.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S., 2015. Diagnosa Keperawatan Deginisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10, EGC, Jakarta.
57
58
Jafar, N., 2010. Hipertensi, Program Study Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.
Julianti E.D.. 2008. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus, Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, Jakarta.
Le Mone, P. & Burke, K., 2008. Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care
(4th Edition), Prentice Hall Health, New Jersey.
Moorhead, S., 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. USA: Mosby.
Mubarak, W.I., 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2, Salemba
Medika, Jakarta.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H.. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2, EGC, Jakarta.
Potter, P.A. & Perry, A.G., 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik, vol.2 Edisi4, ECG, Jakarta.
Potter, P.A. & Perry, A.G., 2009. Fundamental Keperawatan Buku I Ed. 7, Salemba Medika,
Jakarta.
Potter, P.A & Perry, A.G., 2010. Fundamentals Of Nursing Fundamental Keperawatan Buku
2 Ed. 7, Salemba Medika, Jakarta.
Qauliyah, A., 2008. Nyeri Tengkuk HipertensI Atau Nyeri Tulang, Available online :
http://astaqauliyah.com/blog/read/181/nyeri-tengkuk-hipertensi-atau-penyakit-
tulang.html, di akses pada tanggal 17 Januari 2017.
59
Rahmasari, I., 2015. Progressive Muscle Relaxation Can Reduce Headache In General
Hospital Dr. Moewardi Surakarta, Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2
No 2 – Juli 2015.
Raymond, R., 2010. Seratus Tanya Jawab Mengenai Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), PT.
Indeks, Jakarta.
Saputra, L., 2013. Memahami Berbagasi Macam Penyakit, Jurnal Nursing, Jakarta Barat.
Smeltzer, S. C. & Bare B. G., 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth ( Edisi 8 Volume 1), EGC, Jakarta.
Soenanto, H., 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat dan Obesitas, Gramedia,
Jakarta.
Sulistyarini, I., 2013. Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan Meningkatkan
Kualitas Hidup Pasien Hipertensi. Jurnal Psikologi volume. 40. No. 1.
Suratini., 2013. Pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat tekanan darah pada lansia
hipertensi, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vil. 9, No. 2, Desember 2013: 193-204.
Tamher, S., 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta.
Tetti., 2015. Metode penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data, Salemba Medika,
Jakarta.
Triyanto, E., 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Wiryowidagdo, S.M. & Sitanggang., 2008. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah
Tinggi, & Kolesterol, PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
TIME SCHEDULE PENYUSUNAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS
November Desember Januari Februari
No Kegiatan 2016 2016 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Pembagian Pembimbing
2 Studi Pendahuluan
3 Pengajuan Judul
4 Pengkajian
5 Intervensi, Implementasi, Evaluasi
6 Penyusunan BAB I
7 Penyusunan BAB II
8 Penyusunan BAB III
9 Revisi BAB I
10 Revisi BAB II
11 Revisi BAB III
12 BAB I Acc
13 BAB II Acc
14 BAB III Acc
15 Penyusunan BAB IV
16 Penyusunan BAB V
17 Revisi BAB IV
18 Revisi BAB V
19 BAB IV Acc
20 BAB V Acc
21 Ujian Karya Ilmiah Akhir Ners
22 Revisi Karya Ilmiah Akhir Ners
23 Penjilidan Karya Ilmiah Akhir Ners
24 Pengumpulan Karya Ilmiah Akhir Ners