Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN KASUS GERONTIK DENGAN NYERI KRONIS

PADA HIPERTENSI DI WISMA A BPSTW


YOGYAKARTAUNIT BUDI LUHUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh :
CINDY PUSPITA SARI HAJI JAFAR
201510206061

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017

i
LAPORAN KASUS GERONTIK DENGAN NYERI KRONIS
PADA HIPERTENSI DI WISMA A BPSTW
YOGYAKARTA UNIT BUDI LUHUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ners


Pada Program Profesi Ners Di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
CINDY PUSPITA SARI HAJI JAFAR
201510206061

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam laporan karya ilmiah akhir ners ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk karya ilmiah lain atau untuk memperoleh gelar
ners pada perguruan tinggi lain dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya
orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 31 Januari 2017

Cindy Puspita Sari Haji Jafar

iii
iv
MOTTO

“Siapapun yang menempuh suatu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan
memberikan kemudahan jalannya menuju surga”.
(H.R Muslim)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”.


(Aristoteles)

“Bersabar, Berusaha, dan Bersyukur”.


“Bersabar dalam berusaha, berusaha dengan tekun dan pantang menyerah, dan bersyukur atas
apa yang diperoleh”.

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan hidayahnya yang telah
memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini hingga selesai. Saya persembahkan karya tulisku ini untuk :

1. Bapak dan Ibu Saya Tercinta (Mukhsin Haji Jafar & Samsiah Haji Ali)
Terima kasih atas segala dukungan, kasih sayang dan do‟a yang tiada henti-hentinya yang
kalian berikan selama ini. Kalian adalah kedua orang tuaku yang selalu mengajarkanku
arti dari hidup ini, dan restu yang kalian berikan menjadikan kemudahan dalam setiap
langkahku.
2. Dosen dan Almamater Saya Tercinta
Terima kasih yang tak terhingga untuk dosen – dosen saya, terutama pembimbing saya
(Suri Salmiyati, S.Kep., Ns., M.Kes. & Wiwin A Arifah, AMK.) dan pengujiku (Tiwi
Sudyasih, S.Kep., Ns., M.Kep.) yang tak pernah lelah dan sabar memberikan bimbingan
dan arahan kepada saya.
3. Kakak-kakak Saya Tersayang
Terima kasih yang telah menjadi motivasi dan inspirasi serta yang selalu mendo‟akan saya
di setiap sujud kalian.
4. Sahabat-sahabat Saya
Terima kasih untuk sahabat saya (Suyanti & Muna) meskipun jauh kalian tak lupa selalu
memberikan dukungan dan do‟a, serta untuk sahabat saya di sini (Cyntia, Dessy, Desy,
Dini, Isna, Nurul & Sumi) terima kasih yang senantiasa menjadi penyemangat dan
menemani di setiap hariku sehingga karya ilmiah akhir ners ini dapat terselesaikan.
5. Teman Profesi Ners Angkatan 2015
Teruntuk teman-teman angkatan saya yang selalu membantu, berbagi keceriaan dan
melewati setiap suka dan duka selama kuliah, terima kasih banyak untuk kalian semua.
“Tiada hari yang indah tanpa kalian semua”.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan
pengikut-Nya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Atas berkat dan rahmat Allah serta
pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul,
“Laporan Kasus Gerontik Dengan Nyeri Kronis Pada Hipertensi Di Wisma A BPSTW
Yogyakarta Unit Budi Luhur”.
Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan bimbingan dan arahan baik secara moril maupun material. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku Rektor Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
2. Ismawati, S.K.M., S.ST., M.P.H. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta.
3. Ns. Ruhyana, MAN. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
„Aisyiyah Yogyakarta.
4. Suri Salmiyati, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku pembimbing akademik yang telah
mencurahkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dalam
penuyusunan laporan ini.
5. Wiwin A Arifah, AMK. selaku pembimbing klinik yang telah memberikan bimbingan
dalam proses asuhan keperawatan.
6. Tiwi Sudyasih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan
saran untuk penulisan laporan ini.
7. Bapak dan ibu dosen pengajar dan staf Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
8. BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur , yang telah memberikan izin dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia khususnya di wisma A.
9. Kedua orang tua saya yang senantiasa semangat dan memberikan do‟a.
10. Teman-teman Profesi Ners Universitas „Aisyiyah Yogyakarta khususnya kelompok C2
dan semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan dan semangat dalam penulisan
karya ilmiah akhir ners ini.
Penulis menyadari penyusunan karya ilmiah akhir ners ini masih jauh dari
kesempurnaan mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman, serta waktu, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk lebih
menyempurnakan karya ilmiah akhir ners ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 31 Januari 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN…………………………………………………………............. i
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….......... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.....………………....... iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………........... iv
MOTTO.......................................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................... vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………........... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......... viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….......... ix
DAFTAR GAMBAR....………………………………………………………............. x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………......... xi
INTISARI………………………………………………………………………........... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………......................... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………............ 4
C. Tujuan………………………………………………….................................. 4
D. Manfaat…………………………………………............................................ 4
E. Ruang Lingkup……………………………………………............................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit Hipertensi pada Lanjut Usia.....………………………….... 6
B. Konsep Nyeri……………………………………………................................ 16
C. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………………………....... 19
BAB III LAPORAN KASUS
A. Skenario Kasus………………………………………………….................... 26
B. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………….. 27
C. Farmakoterapi……………………………………………............................. 37
D. Analisa Data…………………………………………………........................ 38
E. Prioritas Diagnosa Keperawatan…………………………………………... 41
F. Intervensi Keperawatan………………………………….............................. 42
G. Implementasi Keperawatan……………………………................................ 42
H. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………….. 44
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
A. Profil BPSTW…………………………………………….............................. 46
B. Pengkajian Keperawatan…………………………………………………….. 46
C. Diagnosa Keperawatan………………………………………………………. 47
D. Intervensi Keperawatan.…………………………………………….............. 49
E. Implementasi Keperawatan.......................................................................... 50
F. Evaluasi Keperawatan.................................................................................. 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………............... 55
B. Saran……….…………………………………………………………............ 56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............ 57
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi.……………………………………………................ 10


Tabel 2.2 Makanan yang Dianjurkan dan tidak dianjurkan dikonsumsi...………......... 14
Tabel 2.3 Contoh Menu Diet…………………………….................................…......... 15
Tabel 2.4 NOC dan NIC Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronis…………......…........... 23
Tabel 2.5 NOC dan NIC Diagnosa Keperawatan Gangguan Pola Tidur….................... 24
Tabel 2.6 NOC dan NIC Diagnosa Keperawatan Risiko Jatuh……….......................... 24
Tabel 3.1 Pengkajian Keperawatan…………………………….................................... 27
Tabel 3.2 Pengkajian Modifikasi dari Bartel Indeks…………………………….......... 30
Tabel 3.3 Pengkajian Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)………........ 31
Tabel 3.4 Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam)……………………………. 32
Tabel 3.5 Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)…………………………….... 34
Tabel 3.6 Pengkajian Skala Resiko Dekubitus………………………………………... 35
Tabel 3.7 Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi……………...... 35
Tabel 3.8 Pengkajian Fungsional reach test (FR Tests)……………………………..... 36
Tabel 3.9 Pengkajian The Time Up Ana Go (TUG Test)…………………………….. 36
Tabel 3.10 Farmakologi………………………………………...... ................................. 37
Tabel 3.11 Analisa Data………………………………………....................................... 38
Tabel 3.12 Prioritas Diagnosa Keperawatan……………………………........................ 41
Tabel 3.13 Intervensi Keperawatan………………………………………...................... 41
Tabel 3.14 Implementasi Keperawatan………………………………………................ 42
Tabel 3.15 Evaluasi Keperawatan………………………………………........................ 44

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi...................................................................................... 12


Gambar 2.2 Face Pain Rating Scale............................................................................... 17
Gambar 2.3 Verbal Descriptor Scala.............................................................................. 18
Gambar 2.4 Numerical Rating Scale............................................................................... 18
Gambar 2.5 Skala nyeri menurut Bourbanis................................................................... 18

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule Penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners


Lampiran 2 Leaflet Senam Relaksasi Otot Progresif
Lampiran 3 Lembar Konsultasi

xi
LAPORAN KASUS GERONTIK DENGAN NYERI KRONIS PADA
HIPERTENSI DI WISMA A BALAI PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR1

Cindy Puspita Sari Haji Jafar², Suri Salmiyati³, Wiwin A Arifah4

INTISARI

Latar Belakang : Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada
lansia. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi.
Tujuan : Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk memberikan dan menerapkan Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Nyeri Akut pada Hipertensi di Wisma A Balai Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Metode : Metode yang digunakan yaitu deskriptif dalam bentuk laporan kasus dan
menggunakan pendekatan studi kasus. Sampel yang digunakan adalah 2 lansia yang
terdiagnosis hipertensi dengan diagnosa keperawatan nyeri akut di wisma A Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Hasil : . (1) Sebelum mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, Ny. K dengan skala nyeri 5
sedangkan Ny. P dengan skala nyeri 4, (2) Setelah mendapatkan terapi relaksasi otot progresif,
ada penururnan skala nyeri yaitu Ny. K dengan skala nyeri 3 dan Ny. P dengan skala nyeri 3.
Simpulan : Hasil menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dengan pemberian relaksasi
otot progresif terhadap lansia dengan nyeri akut pada hipertensi di wisma A Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur.
Saran : Diharapkan lansia dengan penderita hipertensi dapat menerapkan senam relaksasi otot
progresif secara berulang dan kontinyu ketika klien merasa nyeri agar dapat mengurangi nyeri
dan menurukan tekanan darah tinggi.

Kata Kunci : Nyeri kronis, hipertensi


Kepustakaan : 38 buku (2006-2015), 1 skripsi, 3 jurnal, 3 website
Jumlah Halaman : xii, 60 halaman, 21 tabel, 5 gambar, 3 lampiran
1
Judul Karya Ilmiah Akhir Ners
2
Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Pembimbing Akademik Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
4
Dosen Pembimbing BPSTW Yogyakarta

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data yang tercatat dari hasil survei kesehatan nasional yang dilakukan pada tahun
2013, lansia keseluruhan yang ada di Indonesia terdapat 20,04 juta orang atau terdapat
sekitar 8,05% dari total penduduk yang ada di Indonesia. Persentase untuk penduduk usia
lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%, usia lebihdari 70 sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80
tahun sebesar 0,85% (BPS, 2013). Peningkatan jumlah lansia di Indonesia tentunya perlu
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah berkaitan dengan pelayanan sosial dan
pelayanan kesehatan terkait dengan proses menua. Lansia membutuhkan perhatian
khusus dalam kesehatan, kemandirian, perawatan, dan penghargaan (Jafar, 2011).
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya (Fatimah, 2010).
Penyakit yang mengiringi proses penuaan terhadap lansia, salah satunya adalah
hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah dalam tubuh secara tetap
berada diatas 140/90 mmHg (Raymond, 2010). Hipertensi dapat digolongkan sebagai
ringan, sedang, dan berat, berdasarkan dari tekanan diastole. Hipertensi dikatakan ringan
apabila tekanan darah diastole 95-104 mmHg, hipertensi dikatakan sedang jika tekanan
diastolenya 105-114 mmHg, sedangkan hipertensi berat ketika tekanan diastolenya lebih
dari 115 mmHg.
Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada lansia.
Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%
penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9%
menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan
darah sistolik). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien
congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90

1
2

mmHg. Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan
51% kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Jumlah angka penderita hipertensi esensial primer berdasarkan pola penyakit untuk
rawat jalan di Provinsi D.I Yogyakarta berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi D.I
Yogyakarta adalah sebesar 3.574 jiwa (2,07%) (Dinas Kesehatan Provinsi D.I
Yogyakarta, 2009). Hasil survey pendahuluan di Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Dinas
Kesehatan Sleman dan Puskesmas Gamping II menyebutkan bahwa populasi lanjut usia
terbanyak di Indonesia adalah di Yogyakarta. Hasil penjaringan di Kabupaten Sleman
Yogyakarta pada tahun 2011 didapatkan kasus hipertensi sebanyak 39,65% (Dinkes,
2011).
Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes DIY, 2013). Hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah
kasus hipertensi di Indonesia berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum obat. Hal
ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun
2007, dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus
hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat. Oleh karena itu akan
terjadi peningkatan jumlah pasien yang datang ke puskesmas atau rumah sakit untuk
mendapatkan pengobatan hipertensi dan penanganan nyeri kepala yang diakibatkan oleh
hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Nyeri kepala atau sakit kepala merupakan gejala penting
dari berbagai kelainan tubuh organik maupun fungsional. Nyeri kepala diartikan sebagai
sensasi tidak menyenangkan yang melibatkan emosi dengan atau tanpa kerusakan
jaringan sebagai gejala penting dari suatu kelainan organ ataupun penyakit. Beberapa
nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari intrakranial atau
exstrakranial (Hall, 2012).
Berbagai cara dilakukan oleh para pakar dan praktisi kesehatan dalam upaya
mengatasi nyeri agar pasien merasa aman dan nyaman, para pakar dan praktisi kesehatan
mengemukakan macam-macam terapi yaitu: terapi farmakologi dan terapi non-
farmakologi. Salah satu metode pengobatan pengurangan rasa nyeri kepala dengan cara
non-farmakologi yaitu dengan metode relaksasi napas dalam. Klasifikasi metode
relaksasi napas dalam dibagi menjadi dua macam yaitu teknik relaksasi progresif aktif
dan teknik relaksasi progresif pasif. Teknik relaksasi progresif pasif melibatkan
penggunaan pernafasan perut yang dalam dan pelan ketika otot mengalami relaksasi
dengan keteganggan sesuai urutan yang diperintahkan. Teknik relaksasi yang efektif
dapat menurunkan denyut jantung, tekanan darah, mengurangi tension headache,
3

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tekanan


gejala pada individu yang mengalami berbagai situasi (Potter & Perry, 2010).
Seperti yang dijelaskan dalam buku Potter & Perry tahun 2010 di atas, bahwa terapi
relaksasi napas dalam progresif pasif memiliki manfaat yang sangat banyak dan positif
bagi kesehatan, salah satunya yaitu menurunkan nyeri kepala karena hipertensi. Adapun
penelitian terdahulu tentang relaksasi napas dalam terkait dengan hipertensi yang pernah
dilakukan sebelumnya yaitu oleh Sulistyarini (2013) dengan judul “Terapi Relaksasi
Untuk Menurunkan Tekanan Darah dan Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita
Hipertensi”. Penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa relaksasi dapat menurunkan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik pada penderita hipertensi.
Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian serius dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat dengan
dibentuknya Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun tentang penanggulangan penyakit kardiovaskular.
Selain itu salah satu bentuk perhatian dari pemerintah dan masyarakat yaitu dengan
dibentuknya pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat seperti posyandu lansia
(Kepmenkes RI , 2014). Meskipun sudah ada upaya dari pemerintah dalam mengatasi
penyakit hipertensi, akan tetapi masyarakat masih menganggap penyakit hipertensi
sebagai penyakit biasa yang tidak berbahaya. Oleh sebab itu, masyarakat cenderung
terlambat dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, sehingga kadang lelah akan terjadi
akibat yang lebih berat (Kusumawati & Zulaekah, 2009 dalam Anis, 2015).
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan pada 7 November 2016, didapatkan
data kurang lebih 34 (38.6%) lansia yang menderita hipertensi dari 88 lansia. Dari hasil
wawancara dengan lansia yang berada di BPSTW yang menderita hipertensi, di dapatkan
kebanyakan keluhan yaitu nyeri kepala dan tengkuk, mengeluh pusing sampai sulit untuk
tidur , sering terbangun saat malam hari. Berdasarkan hasil data pengkajian pada lansia
wisma A di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur didapatkan data sebanyak
10 lansia. Lansia yang banyak mengalami hipertensi adalah sebanyak 6 lansia (60%).
Dari data diatas menunjukan angka kejadian hipertensi di wisma A di Balai Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Budi Luhur masih tinggi. Hipertensi dan penyakit kardiovaskular
lainnya merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes DIY, 2013).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Nyeri Kronis pada Hipertensi di Wisma A
BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan bahwa permasalahannya adalah
“Apakah mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Nyeri
Kronis pada Hipertensi di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan menerapkan Asuhan Keperawatan Gerontik
dengan Nyeri Kronis pada Hipertensi di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi
Luhur.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
c. Mahasiswa mampu menerapkan intervernsi keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
d. Mahasiswa mampu memberikan dan menerapkan implementasi keperawatan
gerontik dengan nyeri kronis pada hipertensi.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan gerontik dengan nyeri
kronis pada hipertensi.

D. Manfaat
1. Teoritis
a. Hasil penulisan diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan wawasan
pelaksanaan asuhan keperawatan lansia yang diberikan kepada gerontik yang
menderita Hipertensi di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan nyeri
kronis pada hipertensi.
b. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan profesionalisme perawat dalam
asuhan keperawatan gerontik sebagai bentuk aplikasi program kesehatan
masyarakat.
5

2. Bagi Praktis
a. Bagi Lansia
Karya ilmiah Ners ini diharapkan dapat digunakan pada lansia dalam
menerapkan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah nyeri kronis pada
hipertensi.
b. Bagi BPSTW
Bagi perawat dapat sebagai media pembelajaran dan sebagai salah satu
pemecahan sebuah permasalahan yang berkaitan dengan masalah hipertensi dan
dalam melaksanakan program kesehatan di BPSTW, terkait dalam hal asuhan
keperawatan gerontik.
c. Bagi Universitas „Aisyiyah
Karya Ilmiah Ners ini diharapkan dapat menambah wacana bagi pembaca
diperpustakaan tentang asuhan keperawatan gerontik dengan nyeri kronis pada
hpertensi di wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.

E. Ruang Lingkup
1. Klien
Klien dalam karya tulis ini adalah lansia dengan nyeri kronis pada hipertensi di
Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
2. Tempat
Tempat penelitian ini di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur.
3. Materi
Materi dalam karya tulis ini adalah Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Nyeri
Kronis pada Hipertensi di Wisma A BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur adapun
karya ilmiah ini termasuk dalam Keperawatan Gerontik dan Keperawatan
Medical Bedah.
4. Waktu
Waktu dalam penulisan karya ilmiah ini adalah mulai bulan November 2016 sampai
Februari 2017 yaitu mulai dari pengkajian sampai pengumpulan karya ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Hipertensi pada Lanjut Usia


1. Lanjut Usia
a. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang akibat usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Pengertian dan pengelolaan lanjut usia
sebagai berikut (Mujahidullah, 2012) :
1) Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas.
2) Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
3) Lanjut usia tak potensial adalah lanjut usia yang sudah tidak sanggup lagi
untuk mencari nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang
lain.
b. Klasifikasi Lanjut Usia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Aspiani (2014) membagi
batasan lanjut usia menjadi tiga, yaitu:
1) Masa virilitas atau kelompok menjelang usia lanjut adalah usia 45-54 tahun.
2) Masa presenium atau kelompok usia lanjut adalah usia 55-64 tahun.
3) Masa senium atau kelompok-kelompok usia lanjut adalah usia > 65 tahun.
c. Batasan Lanjut Usia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (Mujahidullah, 2012)
batasan lanjut usia dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Middle age atau usia pertengahan yaitu 45-59 tahun.
2) Elderly atau lanjut usia yaitu 60-74 tahun.
3) Old atau lanjut usia tua yaitu 75-90 tahun.
4) Very old atau usia sangat tua yaitu diatas 90 tahun.
d. Teori Penuaan Lanjut Usia
Menurut Mujahidullah (2012), secara umum implikasi yang dapat
dikembangkan dalam proses menua dapat didasarkan pada teori menua yang
terdiri dari faktor biologis, psikologis, dan sosial.

6
7

1) Teori Biologis
Teori ini menjelaskan tentang proses fisik penuaan, perubahan fungsi
dan struktur pengembangan, lamanya usia dan kematian. Teori biologis ini
juga menjelaskan alasan mengapa seseorang dapat mengalami proses
penuaan dengan cara yang berbeda-beda serta faktor yang mempengaruhi
usia, perlawanan terhadap organisme, perubahan seluler hingga kematian.
2) Teori Psikologis
Teori psikososial ini lebih menitikberatkan terhadap perubahan sikap
danperilaku yang mengiringi penambahan usia pada lanjut usia serta sebagai
lawan dari implikasi biologis. Dalam teori psikologis ini, terdapat beberapa
teori perkembangan lanjutan antara lain, teori tugas perkembangan, teori
delapan tingkat kehidupan, teori dan teori jung.
3) Teori Sosial
Pada teori sosial ini terdiri dari teori stratifikasi usia, teori aktivitas, dan
teori kontinuitas. Ketiga bagian dari teori sosial tersebut menitikberatkan
pada peranan lanjut usia dalam masyarakat dan kelompok sosial serta
kemampuan untuk mempertahankan keaktifan dalam kehidupan sosial agar
dapat sukses di hari tua.
e. Perubahan Fisiologis Pada Lanjut Usia
Perubahan pada lanjut usia baik seluler maupun ekstraseluler dapat
menyebabkan penurunan dalam penampilan fisik. Pada lanjut usia terjadi
perubahan bentuk dan susunan tubuh yang dapat diukur (Smeltzer & Bare, 2009).
Perubahan fisiologis yang terjadi pada lanjut usia dimulai dari perubahan sel
sampai ke seluruh sistem tubuh perubahan fisiologis antara lain, sebagai berikut:
1) Perubahan pada Sistem Integumen
Kulit mempunyai fungsi memproteksi, perubahan suhu, sensasi dan
ekskresi. Pertambahan usia dapat menjadikan fungsi instrinsik dan
ekstrinsik yang mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit (Smeltzer &
Bare, 2009). Kehilangan jaringan lemak dapat mengakibatkan kulit keriput,
kering dan kurang elastis. Ketika jaringan adiposa menghilang, kulit akan
menjadi pucat serta timbul bintik-bintik hitam dikarenakan aliran darah ke
kulit menurun. Sel yang memproduksi pigmen menurun, kuku pada jari
tangan dan kaki menjadi tebal dan mudah rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat menurun, rambut menipis serta warna rambut menjadi kelabu
(Mubarak, 2012).
8

2) Perubahan Sistem Persyarafan


Pada lanjut usia akan terjadi perubahan pada sistem persyarafan seperti
mengecilnya saraf panca indra, menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan,
lambat merespon dan waktu untuk menanggapi, serta menurunnya
hubungan saraf satu dengan saraf lainnya (Mujahidullah, 2012).
3) Perubahan Sistem Respirasi
Kekuatan otot – otot pernafasan mulai menghilang dan menjadi kaku,
aktivitas silia menurun, elastisitas paru menurun sehingga kapasitas residu
meningkat yang membuat lanjut usia saat menarik nafas menjadi berat.
Menurunnya kapasitas pernafasan maksimum dan kedalaman bernafas juga
menurun. Ukuran alveoli manjadi lebar tetapi jumlahnya menurun dan
oksigen di arteri menurun menjadi 75 mmHg (Mujahidullah, 2012).
4) Perubahan pada Sistem Perkemihan
Kemampuan mengonsentrasi urin menurun karena ukuran ginjal
mengecil sehingga aliran darah ke ginjal menurun. Fungsi tubulus dan
penyaringan di glomerulus juga menurun. Otot-otot bledder melemah,
penurunan kapasitas dan retensi urin, pembesaran prostat serta terjadinya
atrofi vulva (Mujahidullah, 2012).
5) Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Penyakit periodontal mengakibatkan lanjut usia kehilangan gigi serta
mulut kering karena aliran saliva berkurang. Efisiensi peristaltik esofagus
berkurang, kegagalan relaksasi pada sfingter gastroesofagus mengakibatkan
pengosongan pada esofagus terhambat sehingga terjadi perasaan penuh,
nyeri ulu hati dan gangguan pada pencernaan. Pengosongan isi lambung
menjadi lambat karena motalitas lambung menurun. Absorbsi besi, kalsium
dan vitamin B12 menurun karena sekresi asam dan pepsin berkurang.
Konstipasi adalah keluhan yang paling sering diserita oleh lanjut usia,
apabila konstipasi ringan lanjut usia hanya mengalami flatulens dan perut
yang tidak nyaman, namun pada kondisi yang berat dapat terjadi impaksi
feses, obstruksi dan inkontinensia fekal. Konstipasi ini dikarenakan
kurangnya serat, kurang input cairan, pemakaian laksatif, sering menunda
defekasi, efek samping obat, kurang aktivitas serta makanan yang berlemak
(Smeltzer & Bare, 2009).
9

6) Perubahan Pada Sistem Penglihatan


Pada lanjut usia akan kehilangan elastisitas pembuluh darah dan
hilangnya respon terhadap cahaya. Perubahan akomodatif dimulai ketika
lansia memiliki masalah dalam membaca huruf yang kecil, ini dikarenakan
otot–otot siliaris melemah dan kendur, lensa kristalin menjadi sklerosis.
Pupil menjadi miosis karena sfingter pupil mengalami sklerosis sehingga
lapang pandang lansia menjadi sempit. Kekeruhan lensa meningkat dan
menjadi kuning. Sensitivitas terhadap warna juga menurun serta dapat
menyebabkan tekanan darah meningkat (Mujahidullah, 2012).
7) Perubahan pada Sistem Endokrin
Hampir seluruh produksi hormon menurun, fungsi hormon paratiroid
dan sekresinya tidak berubah. ACTH, TSH, FSH, LH berkurang dan
aktivitas tioid menurun akibatnya basal metabolisme juga menurun.
Produksi aldosteron menurun, penurunan sekresi hormon progesteron,
estrogen dan aldosteron. Insulin, norefinefrin, parathormon dan vasopresin
bertambah sedangkan tridotironin dan psikomotor berkurang dan menjadi
lambat (Mubarak, 2012).
8) Perubahan pada Sistem Reproduksi
Produksi testosteron dan sperma terjadi penurunan namun tidak
mencapai titik nadir. Lanjut usia laki-laki yang berusia 70 tahun masih bisa
memiliki libido dan melakukan kopulasi. Jumlah ovum dan folikel yang
rendah pada wanita menyebabkan kadar estrogen menurun setelah
menopause. Dinding rahim menjadi tipis, mulut rahim, selaput lendir dan
saluran kemih menjadi kering (Tamher, 2009).
9) Perubahan Pada Sistem Muskuloskeletal
Berkurangnya kecepatan dan kekuatan kontraksi otot, penurunan serabut
otot sehingga otot menjadi kecil atau atrofi. Berkurangnya ukuran otot,
kehilangan kekuatan, ketahanan dan fleksibilitas otot dapat menyebabkan
penurunan aktifitas pada lansia. Kehilangan massa total tulang pada lanjut
usia karena kecepatan formasi tulang baru mengalami penurunan dan
menjadi lambat (Tamher, 2009).
10

2. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg (Kapita Selekta Kedokteran).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan sebagai
tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg
(Palmer, 2007). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah
dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan
tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung
menguncup (sistole). Tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat
jantung mengendor kembali (diastole) (Gunawan, 2011).
b. Klasifikasi Tekanan Darah
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Pre Hipertensi 130-139 85-89
Hipertensi
Stage 1 (mild) 140-159 90-99
Stage 2 (moderate) 160-179 100-109
Stage 3 (severe) ≥180 ≥110
Klasifikasi Hipertensi dalam Julianti, 2010.
c. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi
Beberapa faktor risiko hipertensi yaitu:
1) Konsumsi kadar garam tinggi
Konsumsi garam (NaCl) yang berlebih dapat menahan air (retensi) sehingga
meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya jantung bekerja keras dan
tekanan darah menjadi naik (Soenanto, 2009).
2) Obesitas
Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi daripada dengan berat badan normal. Obesitas
memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi (Soenanto, 2009).
3) Stres
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktifitas saraf
simpatis (saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Stres mempercepat produksi
11

senyawa berbahaya, meningkatkan kecepatan kecepatan denyut jantung dan


kebutuhan akan suplai darah, dan tidak lama kemudian, meningkatkan
tekanan darah serta menimbulkan serangan jantung dan stroke (Kowalski,
2010).
4) Gaya Hidup
Perokok berat dan peminum alkohol juga memiliki risiko tekanan darah
tinggi. Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti, pengamatan
epidemiologi menunjukkan bahwa kebiasaan ini banyak terdapat pada
penderita tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Kegemukan akibat
kurang olahraga juga mempengaruhi munculnya tekanan darah tinggi
(Wiryowidagdo & Sitanggang, 2008). Olahraga dapat memperlancar
peredaran darah kita yang akan menurunkan tekanan darah.
5) Gangguan tidur atau kualitas tidur yang buruk seperti gangguan tidur apnea,
dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Insomnia dan durasi tidur
yang singkat objektif juga merupakan salah satu faktor terjadinya resiko
peningkatan tekanan darah (Calhoun & Harding, 2010).
6) Usia tua
Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia (Palmer,
2007).
7) Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga
Seseorang yang memiliki riwayat keturunan penderita hipertensi memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi. Gen yang dibawa dari riwayat
keturunan sedarah sangat besar pengaruhnya terhadap penyakit ini
(Soenanto, 2009).
d. Tanda dan Gejala Hipertensi
1) Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2) Sakit kepala
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat Suhu tubuh rendah
12

e. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan
volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi
kontraktilitas jantung.
f. Pathway Hipertensi
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Retina

Spasme arteriole
Resistensi pembuluh darah otak naik Suplai O2 otak
menurun diplopia

Sinkop

Nyeri kepala Gangguan pola tidur Gangguan perfusi Risiko jatuh


jaringan
Sumber : Nurarif H & Kusuma H., (2015)
Gambar 2.1 Pathway Hipertensi
g. Komplikasi akibat hipertensi
Jika terjadi hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
penyakit lain yang lebih berbahaya antara lain:
1) Stroke
2) Gangguan fungsi otak
3) Gangguan penglihatan
4) Gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah
5) Demensia
6) Gangguan fungsi ginjal
13

h. Cara Pencegahan Dan Pengobatan Hipertensi.


Menurut Gunawan (2011), agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi,
harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure),
antara lain:
1) Pencegahan Hipertensi
a) Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram
garam dapur untuk diet setiap hari. Batasi makanan yang mengandung
natrium, diantaranya makanan olahan (ikan kalengan, lauk atau sayur
instant), saus botolan (saus cabai, saus tomat, kecap), makanan instant
(mie, lauk instant), cake dan kue kering yang dibubuhi soda kue /
baking powder seperti biscuit.
b) Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kolesterol darah tidak
terlalu tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan
terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama
kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat
pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian,
akan memperberta kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam darah dibatasi
maksimal 200 mg – 250 mg per 100 cc serum darah.
c) Menghindari kegemukan (obesitas)
Makan banyak buah dan sayur
d) Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak emngandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
e) Tidak merokok dan tidak minum alcohol.
f) Olahraga teratur, latihan relaksasi dan meditasi
Menurut penelitian, olahraga teratur dapat menyerap atau
menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi. Olahrga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh,
seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan ,elakukan
olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi,
karena latihan yang berat bahkan dapat menyebabkan hipertensi.
14

g) Relaksasi dapat dilakukan dengan membayangkan sesuatu yang indah,


damai, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi.
h) Istirahat yang cukup dapat mengurangi ketegangan dan kelelahan otot
bekerja sehingga mengembalikan kesegaran tubuh dan pikiran.
i) Berusaha membina hidup yang positif.
j) Banyak ramuan tradisional yang dipercaya dapat menurunkan tekanan
darah. Beberapa ramuan sudah diteliti secara laboratoris. Contoh bahan
yang berkhasiat menurunkan tekanan darah : cincau hijau, daun dan
buah alpukat, mengkudu masak (pace), mentimun, daun seledri, daun
selada air, bawang putih, daun dan buah belimbing bintang, buah
belimbing wuluh, daun tapak dara, akar pepaya, rambut jagung serta
adas pulowaras. Jika tekanan darah sudah kembali normal, dapat
dihentikan pemakaiannya. Pemakaian berlebihan dapat menurunkan
tekanan darah di bawah normal.
2) Pengobatan hipertensi:
Pengobatan dengan antihipertensi.
i. Diet Hipertensi
1) Tujuan diet rendah garam
Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada hipertensi.
2) Syarat-syarat Diet Rendah Garam:
a) Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin.
b) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit.
c) Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan berat tidaknya
retensi garam atau air dan/ hipertensi.
3) Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dikonsumsi.
Tabel 2.2 Makanan yang Dianjurkan dan tidak dianjurkan dikonsumsi
No. Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak
makanan diberikan boleh diberikan
1. Sumber hidrat Beras, kentang, singkong, Roti, biskuit, kue-kue
arang terigu, tapioka, hunkeww, yang dimasak dengan
makanan yang diolah dari garam dapur dan soda.
bahan makanan diatas tanpa
garam dapur dan soda seperti:
Makaroni, mie, bihun, roti,
biskuit, kue kering.
2. Sumber protein Daging dan ikan maksimal 100 Otak, ginjal, lidah, sardin,
hewani gram per hari; telur maksimal 1 keju, daging, ikan, telur,
butir sehari, susu maksimal 200 dan yang diawetkan
15

gram sehari. dengan garam dapur


seperti daging asap,
dendeng, abon, ikan asin,
ikan kaleng, kornet, ebi,
udang kering, telur asin,
telur pindang.
3. Sumber protein Semua kacang-kacangan dan Keju, kacang tanah, dan
nabati hasilnya yang diolah dan semua kacang-kacangan
dimasak tanpa garam. dan hasilnya yang diolah
dan dimasak dengan
garam dapur.
4. Sayuran Semua sayuran segar seperti Sayuran dalam kaleng,
sayuran hijau, wortel, brokoli, sawi asin, kol, asinan,
tomat. acar.
5. Buah-buahan Semua buah-buahan segar Nangka dan durian.
seperti pisang, pepaya, melon,
jeruk, semangka, mengkudu,
ketimun, strawberry.
6. Lemak Minyak, margarin tanpa garam, Mentega dan margarin
mentega tanpa garam. biasa.
7. Bumbu-bumbu Semua bumbu-bumbu segar dan Garam dapur, baking
kering yang tidak mengandung powder, soda kue, vetsin
garam dapur , natrium benzoat, dan bumbu-bumbu yang
dan soda. mengandung garam dapur
seperti kecap, terasi, saus
tomat, petis, tauco.
8. Minuman Teh, cokelat, air putih Kopi

4) Contoh menu diet


Tabel 2.3 Contoh menu diet
Pagi Siang Sore
Nasi Nasi Nasi
Telur dadar Ikan Daging
Tumis kacang panjang Tahu bacem Tempe
Sayur lodeh Ca sayuran
Pepaya Pisang
Pukul 10.00 : bubur kacang hijau.

B. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan seseorang
untuk membuat tanggap rangsang yang memadai guna mencegah kerusakan lebih
lanjut dari jaringan yang bersangkutan. Menurut The International Association for
The Study of Pain, Nyeri didefinisikan sebagai suatu rasa yang tidak
menyenangkan dan merupakan pengalaman emosional yang berhubungan dengan
jaringan actual maupun potensial terkadang nyeri digunakan untuk menyatakan
adanya kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensori yang
berbeda dengan mobnilitas sensori lainnya (Parjoto, 2006).
16

Menurut Aziz (2009) dalam Tetti (2015) bahwa nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif. Perasaan nyeri pada
setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkataanya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.
2. Fisiologi Nyeri
Seluruh reseptor nyeri yang terdapat pada kulit dan jaringan merupakan ujung
saraf bebas dan tersebar pada permukaan superficial kulit dan juga dalam jaringan
tertentu. Misalnya dinding arteri,periosteum, pemukaan sendi serta tentorium
tempurung kepala. Sebagian besar jaringan lainnya tidak begitu banyak di
persarafi oleh ujung saraf rasa nyeri, tetapi bila kerusakan jaringan yang luas dapat
saja bergabung sehingga pada daerah tersebut akan timbul rasa nyeri.
Teori Gate Control menyatakan bahwa rangsangan atau implus nyeri yang
disampaikan oleh serat saraf perifer afferent ke korda spinal dapat di modifikasi
sebelum ditransmisikan ke otak. Rangsangan pada saraf besar akan meningkatkan
aktivitas sustantia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu sehingga
aktivitas sel T di hambat dan menyebabkan hantaran rangsangan nyeri terhambat
juga. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas sustansia
gelantinosa dan membuka meklanisme pintu sehingga aktivitas sel T meningkat
yang akan menghantarkan implus nyeri ke otak. Pengukuran subjektif nyeri dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukuran seperti Skala Visual
Analog, Skala Nyeri Numerik, Skala Nyeri Deskriptif atau skala nyeri Wong-
Bakers untuk anak-anak. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang nyeri meliputi :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Budaya
d. Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya
e. Makna nyeri
f. Perhatian klien
g. Tingkat kecemasan
h. Tingkat energy dan stress
i. Pengalaman sebelumnya
j. Pola koping
k. Dukungan keluarga dan social
17

4. Berdasarkan Lokasi Nyeri


a. Nyeri supervisial adalah nyeri yang timbul akibat stimulasi terhadap kulit yang
memiliki durasi pendek, terlokalisir dan memiliki sensasi yang tajam.
b. Nyeri somatic dalam adalh nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta
struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi
dengan adanya peregangan dan iskemia.
c. Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal
bersifat difur dan durasinya cukup lama, sensasi yang timbul tumpul.
d. Nyeri sebar adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah aslinya ke jaringan
sekitar seperti rasa nyeri berjalan dari asal nyeri ke sekitar atau ke sepanjang
sebagian tubuh tertentu bersifat intermiten atau konstan.
e. Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami
amputasi, nyeri dipersepsi berbeda pada orang yang telah diamputasi seolah-
olah organnya masih ada.
f. Nyeri alih adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri visceral yang menjalar
ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat yang kadang
jauh dari lokasi aslinya.
5. Skala Pengukuran Intensitas/Derajat Nyeri
Intensitas/derajat nyeri adalah gambaran tentang beberapa parah nyeri
dirasakan individu, pengukuran derajat nyeri sangant subyektif dan individual dan
kemungkina nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat bverbeda oleh
orang yang berbeda.
a. Face Pain Rating Scale (skala wajah)
Menurut Wong dan Beker (1998) pengukuran skala nyeri menggunakan Face
Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah yang menggambarkan ekspresi
pada saat merasakan nyeri (Fenderson, 2009).

Gambar 2.2 Face Pain Rating Scale


18

b. Verbal Descriptor Scala (Skala Deskriptif verbal)


Verbal Descriptor Scala merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai
lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang
garis. Pendeskripsi ini diungkapkan dari “tidak terasa nyeri” sampai nyeri yang
tak tertahankan.

Gambar 2.3 Verbal Descriptor Scala

c. Numerical Rating Scale (Skala Numerik)


Skala penilain numeri (Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata yang menggunakan skala 1 sampai 10.

Gambar 2.4 Numerical Rating Scale


d. Skala nyeri menurut Bourbanis

Gambar 2.5 Skala nyeri menurut Bourbanis


Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
19

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,


memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan
klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan (Potter,
2009).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan diawali dengan mencari data dasar yang akurat berupa hasil
pengkajian. Setelah pengakajian maka ditegakkan diagnosa keperawatan lalu menyusun
rencana tindakan (intervensi) sebagai panduan dalam melakukan tindakan keperawatan
(implementasi). Proses asuhan keperawatan yang terakhir adalah evaluasi keperawatan
untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan
pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan yang ada (Aziz, 2009).
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, suku,
alamat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri kepala/tengkuk, sulit tidur.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah menderita penyakit lain selain hipertensi, apakah ada alergi dan
kebiasaan sehari-hari.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit hipertensi dan stokre.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
20

a. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital


Keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan,
dan frekuensi pernafasan.
b. Pengkajian Persistem (Doengoes, 2011)
1) Pernafasan (B1: Breathing)
Meluputi : bentuk dada, sekresi dan batuk, pola nafas, frekuensi nafasbunyi
nafas, resonen lokal, pergerakan dada, tractil fremitus/fremitus lokal, alat
bantu pernafasan.
2) Cardiovascular (B2: Bleeding)
Meliputi : nadi, frekuensi, bunyi jantung, letak jantung, pembesaran
jantung, nyeri dada, edema, clubbing finger.
3) Persarafan (B3: Brain)
Meliputi : tingkat kesadaran: composmentis, GCS, total GCS, refleks,
koordinasi gerak, kejang, lain-lain.
4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Meliputi : masalah kandung kemih, produksi urine, frekuensi, warna, bau.
5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Meliputi : mulut dan tenggorokan, mulut, lidah, kebersihan rongga mulut,
tenggorokan, abdomen, pembesaran hepar, pembesaran lien, asites, masalah
usus besar dan rectum/anus, bab, obat pencahar, lavemen.
6) Otot, Tulang, Dan Integumen (B6: Bone)
Meliputi: otot dan tulang, kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai
(ROM), kemampuan kekuatan otot, integumen, warna kulit, akral, turgor,
tulang belakang.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa adalah pernyataan sebagai kesimpulan hasil dari analisan data
pengkajian yang telah didapat. NANDA (2015) menyebutkan perumusan diagnosa
menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada etiologi. Diagnosa keperawatan yang
umum pada lansia dengan masalah Hipertensi berdasarkan rujukan Diagnosa Nanda
2015-2017 :
1) Nyeri kronis
Nyeri kronis didefinisikan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association for The Study
of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga
21

berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga bulan. (Nanda, 2015). Batasan
karakteristik masalah keperawatan ini meliputi :
a. Anoreksia
b. Bukti nyeri dengan mengunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya (mis; neonatal infant pain scale, pain
assessment check list for senior with limited abilitd to comunicate)
c. Ekspresi wajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
d. Fokus pada diri sendiri
e. Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnya
f. Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis; skala
Wong-Baker FACES skala analog visual, skala penilaian numerik)
g. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen
nyeri (mis; McGill Paint Questionnaire, Brief Paint Infentory)
h. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis; anggota keluarga,
pemberi asuhan)
i. Perubahan pola tidur
2) Gangguan pola tidur
Ganguan pola tidur didefinisikan interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur
akibat faktor eksternal. NANDA (2015) Karatersitik yang ditetapkan meliputi:
a. Kesulitan jatuh tertidur
b. Ketidakpuasan tidur
c. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat
d. Penurunan kemampuan berfungs
e. Perubahan pola tidur normal
f. Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
3) Risiko jatuh
Risiko jatuh didefinisikan rentan terhadap peningkatan risiko jatuh, yang
dapat menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan (Nanda, 2015). Faktor
risiko yang ditetapkan meliputi :
Dewasa
a. Penggunaan alat bantu (mis; walker, tongkat, kursi roda).
b. Prostesis ektermitas bawah.
c. Riwayat jatuh.
22

d. Tinggal sendiri.
e. Usia ≥65 tahun.
Fisilogis
a. Anemia.
b. Artritis.
c. Defisit proprioseptif.
d. Diare.
e. Gangguan keseimbangan.
f. Gangguan mendengar.
g. Gangguan mobilitas.
h. Gangguan pada kaki.
i. Gangguan visual.
j. Hipotensi ortostatik.
k. Inkontinensia.
l. Kesulitan gaya jalan.
m. Mengantuk.
n. Neoplasma.
o. Neuropati.
p. Penurunan kekuatan ekstermitas bawah.
q. Penyakit vaskular.
r. Periode pemulihan pascaoperasi.
s. Perubahan kadar gula darah.
t. Pusing saat mengekstensikan leher.
u. Pusing saat menolehkan leher.
v. Sakit akut.
w. Urgensi berkemih.
4. Intervensi keperawatan
Perencanaan merupakan tahap lanjut dari proses keperawatan setelah tahap
perumusan masalah keperawatan dalam bentuk intervensi. Intervensi didefinisikan
perencanaan tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari
tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
23

1) Diagnosa: Nyeri Kronis


Tabel 2.4 NOC dan NIC Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronis
DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Nyeri kronis Pain Control Pain management
1. Mampu 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
mengontrol nyeri komprehensif termasuk lokasi,
(tahu penyebab karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri, mampu dan faktor presipitasi
menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengurangi untuk mengetahui pengalaman nyeri
nyeri, mencari pasien
bantuan) 4. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
2. Melaporkan bahwa pemberian analgesik pertama kali
nyeri berkurang 5. Berikan analgesik tepat waktu terutama
dengan saat nyeri hebat
menggunakan 6. Kontrol lingkungan yang dapat
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
3. Mampu mengenali pencahayaan dan kebisingan
nyeri (skala 7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
intensitas, 8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
frekuensi dan tanda keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
nyeri) 9. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
4. Tanda vital dalam 10. Tingkatkan istirahat
rentang normal
Analgesic Administration
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
2. Cek riwayat alergi
3. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
(Bulechek, 2008) (Moorhead, 2008).
2) Diagnosa: Gangguan pola tidur
Tabel 2.5 NOC dan NIC Diagnosa Keperawatan Gangguan pola tidur
DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Gangguan pola Sleep : Extent Sleep Enhancement
tidur ang Pattern
1. Pantau keadaan umum pasien dan TTV.
1.
2. Kaji Pola Tidur.
1. Jam tidur
3. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas,
bertambah
kecepatan, irama.
2. Pola tidur teratur
4. Kaji faktor yang menyebabkan gangguan
3. Kualitas tidur
tidur (nyeri, takut, stress, ansietas,
meningkat
imobilitas, gangguan eliminasi
4. Tidak terbangun
sepertisering berkemih, gangguan
pada malam hari
metabolisme, gangguan transportasi,
5. Tidak sulit lagi
lingkungan yang asing, temperature,
untuk tidur
aktivitas yang tidak adekuat).
2.
5. Catat tindakan kemampuan untuk
mengurangi kegelisahan.
6. Ciptakan suasananyaman, Kurangi atau
hilangkan distraksi lingkungan dan
gangguan tidur.
7. Batasi pengunjung selama periode
24

istirahat yang optimal (mis;


setelah makan).
8. Minta klien untuk membatasi asupan
cairan pada malam hari dan berkemih
sebelum tidur.
9. Anjurkan atau berikan perawatan pada
petang hari (mis; hygienepersonal, linen
dan baju tidur yang bersih).
10. Gunakan alat bantu tidur (misal; air
hangat untuk kompres rilaksasi otot,
bahan bacaan, pijatan di punggung, music
yang lembut, dll).
11. Ajarkan relaksasi distraksi.
12. Beri obat dengan kolaborasi dokter.

(Bulechek, 2008) (Moorhead, 2008).


3) Diagnosa: Risiko jatuh
Tabel 2.6 NOC dan NIC Diagnosa Keperawatan Risiko Jatuh
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Risiko jatuh Risk Control Falls Preventions :
1. Klien terbebas dari cedera 1. Kaji adanya faktor-faktor
2. Klien mampu menjelaskan risiko injuri pada klien.
cara/metode untuk 2. Lakukan modifikasi
mencegah injury/cedera lingkungan agar lebih aman,
3. Klien mampu menjelaskan sesuai hasil pengkajian
factor resiko dari terhadap risiko injuri.
lingkungan/perilaku 3. Monitor klien secara berkala.
personal 4. Ajarkan klien tentang upaya
4. Mampu memodifikasi gaya pencegahan cidera.
hidup untuk mencegah
injury

(Bulechek, 2008) (Moorhead, 2008).


5. Implementasi keperawatan
Tahap lanjutan dari asuhan keperawatan adalah proses implementasi, yaitu
melaksanakan tahap-tahap intervensi yang telah ditetapkan. Tahap implementasi
adalah pelaksanakan tindakan-tindakan atau intervensi yang spesifik dalam proses
perencanaan melalui kerjasama dengan klien (individu, keluarga, masyarakat) dan
tim kesehatan lainnya (Maglaya, 2006 dalam Effendy, 2009).
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, evaluasi dilakukan
untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi, bukan untuk
melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan (Potter & Perry, 2009).
Keefektifan intervensi keperawatan tergantung pada pengkajian kembali secara
berkesinambungan terkait masalah kesehatan dan pemilihan rencana intervensi yang
tepat untuk menyelesaikan maslah yang ditemukan.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Skenario Kasus
Ny. K umur 77 tahun tinggal di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
Unit Budi Luhur dengan keluhan sering sakit kepala dan masuk angin, Ny. K mengatakan
rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya, nyeri dirasakan saat
terlalu banyak melakukan aktivitas, nyeri di kepala terasa seperti berdenyut, dengan skala
nyeri 5, dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri. Ny. K mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi
dan masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin. Ny. K mengeluh sering
terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali, tidak pernah tidur siang,
karena tidak bisa tidur pada saat siang hari. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari.
Ny. K mengatakan senang berada di panti, nyaman dan berbaur dengan lansia yang lain,
bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti. Ny. K juga mengatakan kakinya terkadang
gemetar saat berjalan, dan ketika kurang istirahat.
Sedangkan, Ny. P umur 77 tahun tinggal di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Budi Luhur dengan keluhan terkadang merasa pusing dan merasa sakit
pada bagian tengkuknya, Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapean, nyeri
di tengkuk terasa seperti mencengkram, dengan skala nyeri 4, dan nyeri yang dirasakan
hilang timbul. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri. Ny. P mengatakan
memiliki penyakit tekanan darah tinggi, mengkonsumsi obat darah tinggi secara rutin.
Ny. P mengeluh sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 2-3 kali. Ny.
P juga mengatakan terkadang tidur siang, meskipun hanya sebentar, kemudian bangun
dan tidur lagi. Klien tampak hanya tidur sebentar disiang hari. Ny. P mengatakan senang
berada di panti, tidak merasa sepi, karena ada teman dan mengikuti kegiatan yang ada di
panti. Ny. P juga mengatakan setiap pagi mengikuti senam dengan duduk dikursi, karena
sudah tua dan merasa tidak kuat untuk berdiri lama.

26
26

B. Pengkajian Keperawatan
Tabel 3. 1 Pengkajian Keperawatan
1. IDENTITAS KLIEN KASUS 1 KASUS 2
Nama Ny. K Ny. P
Umur 77 tahun 77 tahun
Alamat Pandean, Sidohulur, Godean, Sleman, Yogyakarta Gondeng, Banyurejo, Tempel, Sleman, Yogyakarta
Pendidikan SD SD
Tanggal masuk panti wredha 04 Februari 2014 04 Mei 2011
Jenis kelamin Perempuan Perempuan
Suku Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Status perkawinan Janda Janda
Hari/Tanggal pengkajian/Jam Senin, 07 November 2016, 10.00 WIB Senin, 07 November 2016, 10.00 WIB
2. RIWAYAT a. Ny. K mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah a. Ny. P mengatakan memiliki penyakit tekanan darah tinggi.
PENYAKIT tinggi. b. Ny. P masih mengkonsumsi obat darah tinggi secara rutin.
SEKARANG b. Ny. K masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin. c. Ny. P mengatakan terkadang tidur siang, meskipun hanya
c. Ny. K mengeluh sering terbangun pada malam hari jika ingin sebentar, kemudian bangun dan tidur lagi.
BAK sampai 3 kali. d. Klien tampak hanya tidur sebentar disiang hari.
d. Ny. K mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur e. Ny. P mengelub sering terbangun pada malam hari jika
pada saat siang hari. ingin BAK sampai 2-3 kali.
e. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari. f. Ny. P mengatakan senang berada di panti, tidak merasa sepi,
f. Ny. K mengatakan senang berada di panti, nyaman dan berbaur karena ada teman dan mengikuti kegiatan yang ada di panti.
dengan lansia yang lain, bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti. g. Ny. P mengatakan setiap pagi mengikuti senam dengan
g. Ny. K mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan, dan duduk dikursi, karena sudah tua dan merasa tidak kuat untuk
ketika kurang istirahat. berdiri lama.
h. Ny. K mengatakan sering sakit kepala dan masuk angin. h. Ny. P mengatakan terkadang merasa pusing dan merasa sakit
i. Ny. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang pada bagian tengkuknya.
mengganggu aktivitasnya. i. Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapean (P)
j. Ny. K mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan j. Ny. P mengatakan Nyeri terasa seperti mencengkram (Q).
aktivitas (P) k. Ny. P mengatakan nyeri di tengkuk (R).
k. Ny. K mengatakan Nyeri terasa seperti berdenyut (Q) l. Ny. P mengatakan skala nyeri 4 (S).
l. Ny. K mengatakan nyeri di kepala (R) m. Ny. P mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T).
m. Ny. K mengatakan skala nyeri 5 (S) n. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
n. Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
o. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
27

3. RIWAYAT a. Penyakit : Masa kanak-kanak Ny. K tidak pernah dirawat di rumah a. Penyakit : Ny. P tidak pernah dirawat di rumah sakit, pada
KESEHATAN sakit dan jika sakit panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua masa tua Ny. P mengalami tekanan darah tinggi sejak
DAHULU Ny. K mengalami tekanan darah tinggi sejak usia 55 tahun, dan sebelum masuk panti jompo.
pernah mengalami tetanus pada usia 67 tahun, farises dan asam b. Alergi : Ny. P mengatakan tidak ada alergi.
urat. c. Kebiasaan : Ny. P tidak merokok, tidak merokok, tidak
b. Alergi : Ny. K mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang minum kopi, dan tidak minum alcohol.
seluruh badannya gatal-gatal seperti biduran.
c. Kebiasaan : Ny. K tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak
minum alcohol.

4. RIWAYAT Ny. K mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai Ny.K mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang
KESEHATAN sakit hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu. mempunyai sakit hipertensi.
KELUARGA
5. TINJAUAN SISTEM a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6). a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang. b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit putih.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam c. Kepala : Bentuk lonjong, distribusi rambut merata, warna
terdapat uban. putih.
d. Mata: Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak anemis, d. Mata: Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak
penglihatan masih normal. anemis, penglihatan agak kabur.
e. Telinga : Simetris, Tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada e. Telinga : Simetris, Tampak bersih, pendengaran sudah
benjolan, tidak cairan yang keluar. menurun, tidak ada benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, tidak memiliki gigi,
tanggal tersisa tinggal 4 buah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
a. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis. g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.
b. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan. h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan.
p. Ekstermitas atas : Tangan klien tampak gemetar saat memegang i. Ekstermitas atas : Tangan klien tampak gemetaran.
gelas. j. Ekstermitas bawah : Ny. P mengatakan terkadang kakinya
q. Ekstermitas bawah : Ny. K mengatakan kakinya terkadang gemetar merasa gemetaran, ketika kurang istirahat.
saat berjalan, jika terlalu banyak aktivitas. k. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada
c. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah, R : masalah R : 22 x/menit
24 x/menit l. Sistem kardiovaskuler : TD : 140/80 mmHg
d. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg m. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara
e. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara bising bising usus, makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1
usus, makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x porsi, BAB 2 hari sekali dan lancar
sehari. n. Sistem perkemihan : BAK lancar 5-6x sehari, tidak ada
f. Sistem perkemihan : BAK lancar 6x sehari, tidak ada inkontinensia inkontinensia urin.
urin. o. Sistem Genetoreproduksi : Klien seorang wanita, tidak
g. Sistem Genetoreproduksi : Klien seorang wanita, tidak mempunyai gangguan reproduksi.
28

mempunyai gangguan reproduksi. p. Sistem muskuluskeletal : Klien mengatakan


h. Sistem muskuluskeletal : Klien mengatakan kakinya pinggangnya terkadang merasa pegel-pegel.
terkadang merasa kesemutan. q. Sistem syaraf pusat : klien tidak memiliki riwayat cedera
i. Sistem syaraf pusat : klien tidak memiliki riwayat cedera kepala. kepala.
j. Sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. r. Sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
6. PENGKAJIAN PSIKOSIAL DAN SPIRITUAL
a. PSIKOSOSIAL Kemampuan bersosialisasi Ny. K saat ini baik kadang saling ngobrol Kemampuan bersosialisasi Ny. P saat ini baik kadang saling
dengan teman satu kamarnya dan penghuni wisma lain, petugas ngobrol dengan teman satu wismanya, penghuni wisma lain,
BPSTW dan mahasiswa, klien juga aktif dalam kegiatan rutin yang ada petugas BPSTW dan mahasiswa, klien juga aktif dalam kegiatan
di BPSTW, sikap klien terhadap orang lain sangat baik dan ramah. rutin yang ada di BPSTW, sikap klien terhadap orang lain sangat
baik dan ramah.

b. IDENTIFIKASI Pertanyaan Tahap I Pertanyaan Tahap I


MASALAH 1) Apakah klien mengalami sukar tidur ? “ya” 1) Apakah klien mengalami sukar tidur ? “ya”
EMOSIONAL 2) Apakah klien sering merasa gelisah? “ya” 2) Apakah klien sering merasa gelisah? “ya”
3) Ada gangguan/ masalah atau banyak pikiran?”tidak” 3) Ada gangguan/ masalah atau banyak pikiran?”tidak”
4) Apakah klien sering was-was atau khaatir?”tidak” 4) Apakah klien sering was-was atau khaatir?”tidak”

Pertanyaan Tahap 2 Pertanyaan Tahap 2


1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? 1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1
“ya” bulan? “ya”
2) Ada masalah atau banyak pikiran? “tidak” 2) Ada masalah atau banyak pikiran? “tidak”
3) Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? “tidak” 3) Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? “tidak”
4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? “tidak” 4) Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
5) Cenderung mengurung diri? “tidak” “tidak”
Tidak ada masalah emosional 5) Cenderung mengurung diri? “tidak”
Tidak ada masalah emosional
c. SPIRITUAL Ny. K beragama islam dan melakukan sholat lima waktu di wisma, Ny. P beragama islam dan jarang melakukan sholat lima waktu,
klien sering melakukan sholat malam. Klien juga mengikuti kegiatan tetapi sering mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan di
keagamaan yang dilakukan di panti. panti.

7. PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN


a. KATZ INDEKS Ny. K termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa Ny. P termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa
dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan , pengarahan atau bantuan dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan, pengarahan atau
dari orang lain di antaranya yaitu makan, kontinensia (BAK,BAB), bantuan dari orang lain di antaranya yaitu makan, kontinensia
menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi, pasien (BAK, BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah
tidak menggunakan alat bantu berjalan. dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan.
29

b. Modifikasi dari Bartel Indeks


Tabel 3.2 Pengkajian Modifikasi dari Bartel Indeks
Ny. K Ny. P
Dengan Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan Mandiri Keterangan
Bantuan Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya Jumlah: secukupnya
Jenis: nasi, sayur, lauk Jenis: nasi, sayur, lauk, buah
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali sehari 10 Frekuensi: 3-4 kali sehari
Jumlah: 1 gelas Jumlah: 1 gelas
Jenis: air putih dan susu Jenis: air putih.
3 Berpindah dari satu 15 Mandiri 15 Mandiri
tempat ketempat
lain
4 Personal toilet (cuci 5 Ny. K mencuci muka ketika ingin 5 Klien mencuci muka ketika ingin
muka, menyisir berwudhu, menyisir rambut ketika rambut berwudhu, menyisir rambut ketika
rambut, gosok gigi). berantakan, klien tidak menggosok gigi rambut berantakan, klien tidak
dikarenakan gigi klien sudah banyak yang menggosok gigi dikarenakan klien
tanggal. sudah tidak memiliki gigi.
5 Keluar masuk toilet 10 Ny.K mencuci pakian setiap hari, menyeka 10 Ny. P mencuci pakian setiap hari,
(mencuci pakaian, dan menyiran tubuh 2 x/hari menyeka dan menyiran tubuh 2 x/hari
menyeka tubuh,
meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi dan sore hari sebelum 15 2x sehari pada pagi dan sore hari
Ashar. sebelum Ashar.
7 Jalan dipermukaan 5 Setiap ingin melakukan sesuatu misalnya 5 Setiap ingin melakukan sesuatu
datar mengambil minum/makan atau ke kamar misalnya mengambil minum/makan
mandi. atau ke kamar mandi.
8 Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-pelan 10 Baik tapi harus pelan-pelan
9 Mengenakan 10 Mandiri dan rapi 10 Mandiri dan rapi
pakaian
10 Kontrol Bowel 10 Frekuensi: 1 hari 1 kali 10 Frekuensi: 2 hari 1 kali
(BAB) Konsistensi: padat Konsistensi: padat dan lancar
11 Kontrol Bladder 10 Frekuensi: 6x sehari 10 Frekuensi: 5x sehari
(BAK) Warna: kuning Warna: kuning
12 Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti senam yang diadakan 10 Klien mengikuti senam yang diadakan
PSTW saat pagi hari PSTW saat pagi hari
30

13 Rekreasi/ 10 Jenis: rekreasi keluar panti 1 tahun sekali 10 Jenis: rekreasi keluar panti 1 tahun
pemanfaatan waktu dari BPSTW, Ny. K juga sering mengikuti sekali dari BPSTW, Ny. P juga sering
luang senam pagi, dendang ria, pengajian dan mengikuti senam pagi, dendang ria,
hanya duduk saja kadang mengobrol pengajian, keterampilan menggunting
dengan teman. dan hanya duduk saja kadang
mengobrol dengan teman.

Kesimpulan: Kesimpulan:
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam
mandiri. kategori mandiri.

8. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Tabel 3.3 Pengkajian Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Ny. K Ny. P
Benar Salah Benar Salah No Pertanyaan
√ √ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ √ 02 Hari apa sekarang?
√ √ 03 Apa nama tempat ini?
√ √ 04 Dimana alamat anda?
√ √ 05 Berapa umur anda?
√ √ 06 Kapan anda lahir?
√ √ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ √ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ √ 09 Siapa nama ibu anda?
√ √ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun
8 2 8 2 Jumlah
Kesimpulan:
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian :
1. Ny. K yaitu salah 2 sehingga disimpulkan Ny. K memiliki fungsi intelektual utuh.
2. Ny. P yaitu salah 2 sehingga disimpulkan Ny. P memiliki fungsi intelektual utuh.
31

b. MMSE (Mini Mental Status Exam)


Tabel 3.4 Pengkajian MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Ny. K Ny. P
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar 4 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016 a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan b. Musim : Hujan
c. Tanggal : 07 c. Tanggal : 07
d. Hari : Senin d. Hari : Senin
e. Bulan : November e. Bulan : -

Orientasi 5 5 Diamana kita sekarang? 4 Diamana kita sekarang?


a. Negara : Indonesia a. Negara : Indonesia
b. Provinsi : DIY b. Provinsi : DIY
c. Kota : Yogyakarta c. Kota : Yogyakarta
d. Di : BPSTW Budi Luhur d. Di : BPSTW Budi Luhur
e. Wisma : Anggrek e. Wisma : -

2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama tiga objek (oleh pemeriksa) 1 detik 2 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1 detik
dan mengatakan asing-masing obyek. dan mengatakan asing-masing objek.
a. Meja, Kursi, Bunga. a. TV, Polpen, Buku .
*Klien mampu menyebutkan kembali objek *Klien hanya mampu menyebutkan kembali 2 objek
yang di perintahkan. yang di perintahkan.

3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat: dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65) (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan semuanya. *Klien dapat menghitung 5 kali/tingkat.

4. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga objek pada no 2
2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point masing- (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point masing-masing
masing objek. objek.
*Klien mampu mengulang objek yang disebutkan. *Klien mampu mengulang 2 objek yang disebutkan.

5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan 7 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
nama pada klien nama pada klien
32

a. Missal jam tangan a. Missal jam tangan


b. Missal pensil b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut: “tidak Minta klien untuk mengulangi kata berikut: “tidak
ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar nilai satu ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar nilai satu poin
poin a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada, tetapi
a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada, tetapi Minta klien untuk menuruti perintah berikut terdiri
Minta klien untuk menuruti perintah berikut terdiri dari 3 langkah.
dari 3 langkah. “ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh
“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan taruh dilantai”
dilantai” a. Ambil kertas ditangan anda
a. Ambil kertas ditangan anda b. Lipat dua
b. Lipat dua c. Taruh dilantai
c. Taruh dilantai Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila
Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point) a. “tutup mata anda”
a. “tutup mata anda” Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat
Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat dan menyalin gambar
dan menyalin gambar b. Tulis satu kalimat
b. Tulis satu kalimat c. Menyalin gambar
c. Menyalin gambar *Klien bisa menyebutkan benda yang ditunjuk
*Klien bisa menyebutkan benda yang ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa mengambil kertas,
pemeriksa. Selain itu, klien bisa mengambil kertas, melipat jadi dua, dan menaruh di bawah sesuai
melipat jadi dua, dan menaruh di bawah sesuai perintah. Tetapi, klien dapat menulis satu kalimat dan
perintah. klien dapat menulis satu kalimat dan menyalin gambar.
menyalin gambar.

Total Nilai 30 Kesimpulan: 24 Kesimpulan:


Terdapat aspek kognitif dari fungsi mental baik Terdapat aspek kognitif dari fungsi mental baik
33

c. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)


Tabel 3.5 Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)
KLIEN Ny. K Ny. P
PERTANYAAN JAWABAN SKOR JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0 Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat atau kesenangan anda? Ya 1 Tidak 0
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0 Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0 Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0 Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Tidak 0 Ya 1
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0 Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0 Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi keluar dan mengerjakan sesuatu yang Ya 1 Tidak 0
baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan Tidak 0 Tidak 0
kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya 0 Ya 0
Apakah anda merasa berharga? Ya 1 Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0 Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0 Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada anda? Tidak 0 Tidak 0
Jumlah 3 2

Kesimpulan:
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian :
1. Ny. K yaitu 3 sehingga disimpulkan Ny. K tidak depresi/Normal.
2. Ny. P yaitu 2 sehingga disimpulkan Ny. P tidak depresi/Normal.
34

d. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus


Tabel 3.6 Pengkajian Skala Resiko Dekubitus
Ny. K Ny. P
Persepsi 1 2 3 4 Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas Sangat Agak Tidak terbatas Sensori Terbatas Sangat Agak Tidak terbatas
penuh terbatas Terbatas penuh terbatas Terbatas
Kelembapan Lembab Sangat Kadang Jarang Kelembapan Lembab Sangat Kadang Jarang
konstan lembab lembab Lembab konstan lembab lembab Lembab
Aktifitas Di tempat Dikursi Kadang Jalan Keluar Aktifitas Di tempat Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
tidur jalan tidur
Mobilisasi Imobil Sangat Kadang Tidak Terbatas Mobilisasi Imobil Sangat Kadang Tidak
penuh terbatas terbatas penuh terbatas terbatas Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Sempurna Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Sempurna
Adekuat Adekuat
Gerakan/ Masalah Masalah Tidak Ada Sempurna Gerakan/ Masalah Masalah Tidak Ada Sempurna
cubitan Resiko Masalah cubitan Resiko Masalah
Total skor = Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian Ny. K, didapatkan Total skor = Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian Ny. P, didapatkan
22 total skor : 22 sehingga disimpulkan klien tidak mengalami 22 total skor : 22 sehingga disimpulkan klien tidak mengalami
resiko dekubitus. resiko dekubitus.

9. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg


a. Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi
Tabel 3.7 Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi
Reach Test (FR test) Hasil Reach Test (FR test) Hasil
Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran
posisi yaitu: dalam tiga posisi pada Ny. K posisi yaitu: dalam tiga posisi pada Ny. K
a. Tidur sebagai berikut: a. Tidur sebagai berikut:
b. Duduk a. Tidur : 130/70 mmHg b. Duduk a. Tidur : 120/70 mmHg
c. Berdiri b. Duduk : 150/80 mmHg c. Berdiri b. Duduk : 140/80 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran c. Berdiri : 150/90 mmHg Catatan jarak antar posisi pengukuran c. Berdiri : 140/90 mmHg
kurang lebih 5 – 10 menit. kurang lebih 5 – 10 menit.
KESIMPULAN KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka Dari hasil skoring pada Ny. P diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka
dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki resiko jatuh mengingat usia Ny. K juga dapat dikatakan bahwa Ny. P memiliki resiko jatuh mengingat usia Ny. P juga
sudah semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit sudah semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit
yang di derita. yang di derita.
35

b. Fungsional reach test (FR Tests)


Tabel 3.8 Pengkajian Fungsional reach test (FR Tests)
Reach Test (FR test) Hasil Reach Test (FR test) Hasil
1. Minta lansia untuk menempel 1. Lansia dapat berdiri sendiri 1. Minta lansia untuk menempel 1. Lansia dapat berdiri sendiri tanpa
ditembok tanpa bantuan / mandiri. ditembok bantuan / mandiri.
2. Minta lansia untuk 2. Hasil pemeriksaan diperoleh < 2. Minta lansia untuk 2. Hasil pemeriksaan diperoleh < 6 ichi (4
mencondongkan badannya ke 6 ichi (5,5 inchi) mencondongkan badannya ke inchi)
depan tanpa melangkahkan depan tanpa melangkahkan
kakiknya. kakiknya.
3. Ukur jarak condong antara 3. Ukur jarak condong antara
tembok dengan punggung tembok dengan punggung lansia
lansia dan biarkan dan biarkan kecondongan terjadi
kecondongan terjadi selama 1 – selama 1 – 2 menit.
2 menit.
KESIMPULAN KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Ny. K diperoleh hasil skoring total = 5,5 inchi, Dari hasil skoring pada Ny. P diperoleh hasil skoring total = 4 inchi, maka dapat
maka dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki resiko jatuh. dikatakan bahwa Ny. P memiliki resiko jatuh.

c. The Time Up Ana Go (TUG Test)


Tabel 3.9 Pengkajian The Time Up Ana Go (TUG Test)
Ny. K Ny. P
Berdasarkan pengkajian, didapatkan data bahwa Klien masuk dalam Berdasarkan pengkajian, didapatkan data bahwa Klien masuk dalam kategori
kategori mostly independent yaitu dengan jumlah score 18 detik. Pada saat varable mobility yaitu dengan jumlah score 24 detik. Pada saat diminta angkat kaki
diminta angkat kaki satu klien mampu. satu klien tidak mampu.
36

C. Farmakoterapi
Tabel 3.10 Farmakoterapi

FARMAKOTERAPI DOSIS INDIKASI


Ny. K

Captopril 2x1 Captopril termasuk dalam golongan obat penghambat enzim pengubah angiotensin. Fungsi utama obat ini adalah untuk
mengobati hipertensi dan gagal jantung. Tetapi Captopril juga berguna untuk melindungi jantung setelah terjadi serangan
jantung serta menangani penyakit ginjal akibat diabetes atau nefropati diabetes.

Kalk 2x1 Kalk adalah kalsium tambahan pada masa pertumbuhan, masa hamil, menyusui, untuk pertumbuhan tulang & gigi, dan penderita
gagal ginjal kronik.. Juga sebagai antasida, juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi yang disebabkan oleh tingkat kalsium
rendah seperti osteoporosis, osteomalacia, berkurangnya aktivitas kelenjar paratiroid (hypoparathyroidism), dan penyakit otot
tertentu (latent tetany).
Asam Mefenamat 2x1 Asam mefenamat merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi non-steroid. Obat ini berfungsi meredakan rasa sakit tingkat
ringan hingga menengah, serta mengurangi inflamasi atau peradangan. Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan
sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri
otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Ny. P

Amlodipin 2x1 Amlodipine adalah obat untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Obat ini juga bisa digunakan untuk membantu
mengatasi serangan angina atau angina duduk. Dengan menurunkan tekanan darah, obat ini membantu mencegah serangan
stroke, serangan jantung, dan penyakit ginjal.

Antalgin 2x1 Obat Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik), dikenal juga dengan sebutan metampiron atau
dipiron. penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu: - Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan. -
Nyeri karena tumor atau kolik. - Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong. - Demam tinggi yang tidak bisa
diatasi antipiretik lain.

Livron B-Plex 2x1 Anemia markositik hiperkromik , seperti: anemia megaloblastik tropikal, anemia hiperkronik. Anemia yang bertalian dengan
gangguan fungsi hati, perdarahan pada gusi. Anemia Hiperkronik sehabis keracunan. Untuk segala macam penyakit oleh karena
kekurangan vitamin B. sesudah pengobatan dengan antibiotika, sulfonamia dan sebagai tabahan vitamin. Dalam hal-hal yang tak
memungkinkan penyutikan denga preparat hati, misalnya oleh karena terlalu peka. sebagai tonokum umum untuk pertumbuhan.
37

D. Analisa Data
Tabel 3.11 Analisa Data

ANALISA DATA PENYEBAB MASALAH

Ny. K
DS : Hipertensi Nyeri kronis
1. Ny. K mengatakan sering sakit kepala dan masuk angin.
2. Ny. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang Kerusakan vaskuler pembuluh darah
mengganggu aktivitasnya.
3. Ny. K mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak Perubahan struktur
melakukan aktivitas (P)
4. Ny. K mengatakan nyeri terasa seperti berdenyut (Q) Penyumbatan pembuluh darah
5. Ny. K mengatakan nyeri di kepala (R)
6. Ny. K mengatakan skala nyeri 5 (S) Vasokonstriksi
7. Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
Gangguan sirkulasi pada otak
DO :
1. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri. Resistensi pembuluh darah otak naik
2. TD 150/80 mmHg
Nyeri kepala

DS : Hipertensi Gangguan pola tidur


1. Ny. K mengeluh sering terbangun pada malam hari jika
ingin BAK sampai 3 kali. Kerusakan vaskuler pembuluh darah
2. Ny. K mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak
bisa tidur pada saat siang hari. Perubahan struktur
3. Ny. K mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi
tidak banyak pikiran. Penyumbatan pembuluh darah
4. Ny. K mengatakan nyeri di kepala.
Vasokonstriksi
DO :
1. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari. Gangguan sirkulasi pada otak
2. Tangan klien tampak gemetar saat memegang gelas.
Resistensi pembuluh darah otak naik

Gangguan pola tidur


38

DS : Hipertensi Risiko jatuh


1. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat
berjalan, jika terlalu banyak aktivitas. Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur
DO :
1. Tangan klien tampak gemetar saat memegang gelas. Penyumbatan pembuluh darah
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada
tekanan diastolik. Vasokonstriksi
3. Hasil reach test <6 inchi, yaitu hasil skoring total = 5,5
inchi, maka dapat dikatakan bahwa Ny. K memiliki Gangguan sirkulasi pada otak
resiko jatuh.
4. Pada saat diminta angkat kaki satu klien mampu. Resistensi pembuluh darah otak naik
5. Hasil TUG Test 18 detik.
Retina

Spasme arteriole

Diplopia

Risiko jatuh

Ny. P

DS : Hipertensi Nyeri kronis


1. Ny. P mengatakan terkadang merasa pusing dan merasa
sakit pada bagian tengkuknya. Kerusakan vaskuler pembuluh darah
2. Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapekan
(P) Perubahan struktur
3. Ny. P mengatakan Nyeri terasa seperti mencengkram (Q).
4. Ny. P mengatakan nyeri di tengkuk (R). Penyumbatan pembuluh darah
5. Ny. P mengatakan skala nyeri 4 (S).
6. Ny. P mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Vasokonstriksi

DO : Gangguan sirkulasi pada otak


1. Wajah klien tampak meringis saat menahan nyeri.
2. TD : 140/80 mmHg. Resistensi pembuluh darah otak naik

Nyeri kepala
39

DS : Hipertensi Gangguan pola tidur


1. Ny. P mengatakan terkadang tidur siang, meskipun hanya
sebentar, kemudian bangun dan tidur lagi. Kerusakan vaskuler pembuluh darah
2. Ny. P mengeluh sering terbangun pada malam hari jika
ingin BAK sampai 2-3 kali. Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

DO : Vasokonstriksi
1. Klien tampak hanya tidur sebentar disiang hari.
2. Tangan klien tampak gemetaran. Gangguan sirkulasi pada otak

Resistensi pembuluh darah otak naik

Gangguan pola tidur

DS : Hipertensi Risiko jatuh


1. Ny. P mengatakan setiap pagi mengikuti senam dengan
duduk dikursi, karena sudah tua dan merasa tidak kuat Kerusakan vaskuler pembuluh darah
untuk berdiri lama.
2. Ny. P mengatakan terkadang kakinya merasa gemetaran, Perubahan struktur
ketika kurang istirahat
3. Ny. P juga mengatakan penglihatan agak kabur. Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi
DO :
1. Tangan klien tampak gemetaran. Gangguan sirkulasi pada otak
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg pada
tekanan diastolik. Resistensi pembuluh darah otak naik
3. Hasil reach test <6 inchi, yaitu skoring total = 4 inchi,
maka dapat dikatakan bahwa Ny. P memiliki resiko jatuh. Retina
4. Pada saat diminta angkat kaki satu klien tidak mampu.
5. Hasil TUG Test 24 detik. Spasme arteriole

Diplopia

Risiko jatuh
40

E. Prioritas Diagnosa Keperawatan


Kasus I dan II :
1. Nyeri kronis
2. Gangguan pola tidur
3. Risiko jatuh

F. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.12 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL


Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan asuhan Pain management
keperawatan selama 3x 24 jam nyeri klien 1. Pengkajian berkelanjutan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang dengan kriteria hasil : membantu meyakinkan bahwa
komprehensif termasuk lokasi,
Pain Control (NOC) penanganan dapat memenuhi
karakteristik, durasi, frekuensi,
kebutuhan pasien dalam
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi.
mengurangi nyeri.
penyebab nyeri, mampu 2. Monitor vital sign.
2. Untuk memantau status
menggunakan tehnik nonfarmakologi 3. Ajarkan tentang teknik non
perkembangan klien guna
untuk mengurangi nyeri, mencari farmakologi : senam relaksasi otot
menentukan perencanaan dan
bantuan). progresif.
tindakan.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 4. Tingkatkan istirahat.
3. Untuk membantu mengurangi
dengan menggunakan manajemen
nyeri.
nyeri.
4. Tindakan ini meningkatkan
3. Mampu mengenali nyeri (skala
kesehatan, kesejahteraan dan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
peningkatan tingkat energy yang
4. Tanda vital dalam rentang normal.
penting untuk pengurangan nyeri.
41

G. Implementasi Keperawatan
Tabel 3.13 Implementasi Keperawatan
DIAGNOSA
8 NOVEMBER 2016 9 NOVEMBER 2016 10 NOVEMBER 2016
KEPERAWATAN
Kasus I (Ny. K) Jam 13.00 WIB Jam 16.30 WIB Jam 13.00 WIB
1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, secara komprehensif termasuk lokasi, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)

Jam 13.05 WIB Jam 16.35 WIB Jam 13.05 WIB


2. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur tekanan darah.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)

Jam 13.10 WIB Jam 16.40 WIB Jam 13.10 WIB


3. Mengajarkan tentang teknik non 3. Mengevaluasi tentang teknik non 3. Mengevaluasi tentang teknik non
farmakologi : senam relaksasi otot farmakologi : senam relaksasi otot farmakologi : senam relaksasi otot
progresif. progresif. progresif.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)

Jam 13.25 WIB Jam 16.55 WIB Jam 13.25 WIB


4. Menganjurkan klien untuk 4. Menganjurkan klien untuk 4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istitrahat. meningkatkan istitrahat. meningkatkan istitrahat.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)


42

Kasus II (Ny. P) Jam 13.00 WIB Jam 16.30 WIB Jam 13.00 WIB
1. Melakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri 1. Mengevaluasi pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, secara komprehensif termasuk lokasi, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi. kualitas dan faktor presipitasi.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)

Jam 13.05 WIB Jam 16.35 WIB Jam 13.05 WIB


2. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur tekanan darah.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)

Jam 13.10 WIB Jam 16.40 WIB Jam 13.10 WIB


3. Mengajarkan tentang teknik non 3. Mengevaluasi tentang teknik non 3. Mengevaluasi tentang teknik non
farmakologi : senam relaksasi otot farmakologi : senam relaksasi otot farmakologi : senam relaksasi otot
progresif. progresif. progresif.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)

Jam 13.25 WIB Jam 16.55 WIB Jam 13.25 WIB


4. Menganjurkan klien untuk 4. Menganjurkan klien untuk 4. Menganjurkan klien untuk
meningkatkan istitrahat. meningkatkan istitrahat. meningkatkan istitrahat.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)


43

H. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.14 Evaluasi Keperawatan
EVALUASI HARI KE-1 (08/11/16, 13.30 WIB) HARI KE-2 (09/11/16, 17.30 WIB) HARI KE-3 (10/11/16, 13.30 WIB)
Kasus I (Ny. K) S: S: S:
1. Ny. K mengatakan senang diajarkan 1. Ny. K mengatakan masih ada beberapa 1. Ny. K mengatakan telah mempraktekkan
senam relaksasi otot progresif. gerakan yang lupa. senam relaksasi otot progresif yang
2. Ny. K mengatakan masih sakit kepala. 2. Ny. K juga mengatakan nyeri sudah mulai diajarkan, tetapi tidak berurutan.
a. P : nyeri dirasakan saat terlalu berkurang. 2. Ny. K mengatakan nyeri berkurang.
banyak melakukan aktivitas. a. P : nyeri dirasakan ketika kurang istirahat. a. P : nyeri dirasakan ketika terlalu capek
b. Q : nyeri terasa seperti berdenyut. b. Q : nyeri terasa seperti berdenyut. dan banyak aktivitas.
c. R : nyeri di kepala. c. R : nyeri di kepala. b. Q : nyeri terasa seperti berdenyut.
d. S : skala nyeri 5. d. S : skala nyeri 4. c. R : nyeri di kepala.
e. T : nyeri yang dirasakan hilang e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. d. S : skala nyeri 3.
timbul. O: e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul.
O: 1. Ny. K tampak kooperatif.
1. Ny. K dapat mempraktekkan senam 2. Ny. K mampu melakukan gerakan senam O:
relaksasi otot progresif sesuai intruksi. relaksasi progresif, meskipun ada beberapa 1. Ny. K tampak kooperatif.
2. Ny. K tampak memegang kepala gerakan yang lupa. 2. Ny. K mampu mempraktekkan kembali
menunjukkan lokasi nyeri. 3. TD : 140/80 mmHg. senam relaksasi otot progresif, meskipun
3. TD : 140/90 mmHg. tidak berurutan.
A: A: 3. Nyeri Ny. K tampak berkurang.
Masalah keperawatan nyeri kronis Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi 4. TD : 130/70 mmHg.
belum teratasi. sebagian.
P: P: A:
Lanjutkan intervensi: Lanjutkan intervensi: Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi
1. Evaluasi pengkajian nyeri secara 1. Evaluasi pengkajian nyeri secara sebagian.
komprehensif termasuk lokasi, komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas P:
kualitas dan faktor presipitasi. dan faktor presipitasi. Lanjutkan intervensi:
2. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur tekanan darah. 1. Motivasi klien untuk melakukan relaksasi
3. Evaluasi tentang teknik non 3. Evaluasi tentang teknik non farmakologi : otot progresif setiap hari.
farmakologi : senam relaksasi otot senam relaksasi otot progresif. 2. Tingkatkan istirahat.
progresif. 4. Tingkatkan istirahat.
4. Tingkatkan istirahat.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)


44

Kasus II (Ny. P) S: S: S:
1. Ny. P mengatakan senang diajarkan 1. Ny. P mengatakan lupa dengan gerakan 1. Ny. P mengatakan akan melakukan senam
senam relaksasi otot progresif. senam yang diajarkan. relaksasi otot progresif yang diajarkan.
2. Ny. P mengatakan merasa nyeri di 2. Ny. P juga mengatakan tengkuknya masih 2. Ny. P mengatakan nyeri mulai berkurang.
tengkuk. terasa berat. a. P : nyeri dirasakan saat banyak
a. P : nyeri dirasakan saat kecapekan. a. P : nyeri dirasakan saat kurang istirahat. kegiatan yang dilakukan.
b. Q: nyeri terasa seperti mencengkram. b. Q : nyeri terasa seperti mencengkram. b. Q : nyeri terasa seperti mencengkram.
c. R : nyeri di tengkuk. c. R : nyeri di tengkuk. c. R : nyeri di tengkuk.
d. S : skala nyeri 4. d. S : skala nyeri 4. d. S : skala nyeri 3.
e. T : nyeri yang dirasakan hilang e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul. e. T : nyeri yang dirasakan hilang timbul.
timbul.
O: O:
O: 1. Ny. P tampak senang diajarkan kembali 1. Ny. P tampak kooperatif.
1. Ny. P tampak kooperatif. senam relaksasi progresif. 2. Ny. P mampu mempraktekkan kembali
2. Ny. P dapat mempraktekkan senam 2. Ny. P tampak meringis saat menahan nyeri. senam relaksasi otot progresif, meskipun
relaksasi otot progresif sesuai intruksi, 3. TD : 140/90 mmHg. agak lupa.
meskipun ada beberapa gerakan yang 3. Nyeri Ny. PK mulai berkurang.
kurang tepat. A: 4. TD : 130/80 mmHg.
3. TD : 140/70 mmHg. Masalah keperawatan nyeri kronis belum
teratasi. A:
A: Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi
Masalah keperawatan nyeri kronis P: sebagian.
belum teratasi. Lanjutkan intervensi:
1. Evaluasi pengkajian nyeri secara P:
P: komprehensif termasuk lokasi, Lanjutkan intervensi:
Lanjutkan intervensi: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 1. Motivasi klien untuk melakukan
1. Evaluasi pengkajian nyeri secara dan faktor presipitasi. relaksasi otot progresif setiap hari.
komprehensif termasuk lokasi, 2. Mengukur tekanan darah. 2. Tingkatkan istirahat.
karakteristik, durasi, frekuensi, 3. Evaluasi tentang teknik non farmakologi :
kualitas dan faktor presipitasi. senam relaksasi otot progresif.
2. Mengukur tekanan darah. 4. Tingkatkan istirahat.
3. Evaluasi tentang teknik non
farmakologi : senam relaksasi otot
progresif.
4. Tingkatkan istirahat.

(Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar) (Cindy P. S Haji Jafar)


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Profil BPSTW
BPSTW (Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha) merupakan unit atau lembaga
teknis di bawah naungan Departemen Sosial yang mengelola pelayanan kepada Lansia.
Terletak di daerah Yogyakarta, yang berjarak 12 km ke arah selatan dari Kota
Yogyakarta. Dalam melayani para Lansia BPSTW diasuh oleh beberapa petugas dari
pekerja Sosial, Psikolog, Perawat, ahli gizi, dan sebagainya, serta bekerja sama dengan
Puskesmas maupun RS. BPSTW Budi Luhur merupakan panti sosial yang mempunyai
tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi masyarakat, baik yang berada di dalam
panti maupun di luar pantai.

B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Dermawan, 2012). Tekanan darah tinggi atau hipertensi secara umum didefinisikan
sebagai tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg. Sedangkan tanda dan gejala hipertensi yaitu
sakit kepala, pusing / migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang,
lemah dan lelah (Palmer, 2007).
Dari pengkajian pada tanggal 07 November 2016 pukul 13:00 WIB, didapatkan data
pada kasus I yaitu Ny. K dengan keluhan sering sakit kepala dan masuk angin, Ny. K
mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya, nyeri
dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas(P), nyeri di kepala terasa seperti
berdenyut (Q), Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala (R), dengan skala nyeri
5 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 150/80 mmHg. Berdasarkan teori
keluhan nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan darah serebral, terjadi
karena adanya peningkatan daya kerja jantung dalam memompa darah keseluruhan tubuh
sehingga terjadi peningkatan tekanan pada pembuluh darah diotak yang menekan serabut
saraf diotak sehingga menyebabkan nyeri kepala (Price, 2015).

46
47

Sedangkan, pada kasus II yaitu Ny. P dengan keluhan terkadang merasa pusing, Ny.
P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapekan (P), nyeri di tengkuk terasa seperti
mencengkram (Q), Ny. P mengatakan merasa sakit pada bagian tengkuknya (R), dengan
skala nyeri 4 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak
meringis saat menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 140/80 mmHg.
Berdasarkan teori keluhan nyeri tengkuk (kuduk) istilah untuk daerah leher bagian
belakang, nyeri tengkuk sering dialami oleh lansia. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pada
hipertensi sering terjadi kaku kuduk. Ketegangan otot berlebihan apalagi terjadi terus-
menerus menimbulkan nyeri dan kaku, karena otot didaerah kepala, bahu dan lengan
meregang, peredaran darah dalam otot yang menahan sikap badan menjadi kurang lancar,
sisa akhir metabolisme di dalam otot tertimbun didalamnya sehingga menyebabkan
peradangan pada tempat perlekatan otot dengan tulang, daerah tersebut kemudian terasa
nyeri jika ditekan (Qauliyah, 2006).
Berdasarkan data yang didapatkan poenulis sesuai dengan teori yang menyebutkan
pengkajian nyeri yang aktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan dasar, menegakkan
diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi terapi keperawatan yang cocok dan
mengevaluasi respon (Potter & Perry, 2006). Pengkajian karakteristik nyeri meliputi
PQRST : P (paliatif = yang menyebabkan timbul masalah), Q (quality = kualitas dan
kuantitas nyeri yang dirasakan), R (regoin = lokasi nyeri), S (severity = keparahan), T
(timing = waktu). Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri hayward
dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan (dari 0-10) yang
menurutnya paling mengambarkan pengalaman nyeri yangb ia rasakan. Skala nyeri
menurut haywadr dapat dituliskan sebagai bertukit : 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri
ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = sangat nyeri tetapi masih dapat dikendalikan dengan
aktivitas yang biasa dilakukan, 10 = sangat nyeri dan tidak bisa dikendalikan (Saputra,
2013).

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pengkajian yang menunjukkan pengelompokan
data yang mengidentifikasi klien mempunyai risiko keamanan yang aktual atau potensial
dengan mengembangkan suatu pernyataan diagnosa keperawatan dimana harus
dipastikan batasan karakteristik yang tepat dalam dasar pengkajian (Potter & Perry,
2006). Diagnosa yang muncul pada pasien hipertensi yaitu ada kasus Ny. K dan Ny. P
diagnosa yang muncul yaitu nyeri kronis, gangguan pola tidur, dan risiko jatuh, tetapi
48

dalam penulisan ini difokuskan dengan diagnosa nyeri kronis, karena merupakan prioritas
diagnosa keperawatan dari diagnosa yang lainnya.
Proses keperawatan yang diambil oleh penulis adalah nyeri kronis, yang telah
disesuaikan dengan diagnosa keperawatan (Herdman & Kamitsuru, 2015). Pada kasus
yang dialami Ny. K dan Ny. P terjadi nyeri kronis yaitu pengalaman emosional tidak
menyenangkan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan (Internasional Association for the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi konstan atau
berulang tanpa akhir yang diansitipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga
bulan.
Penulis mengangkat diagnosa nyeri kronis mengacu pada hasil analisa data dimana
data subjektif dan data objektif yang didapatkan hasil pada Kasus I yaitu Ny. K
mengatakan sering sakit kepala dan masuk angin, nyeri yang dirasakan terkadang
mengganggu aktivitasnya, Ny. K mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas, nyeri terasa seperti berdenyut, nyeri di kepala dengan skala nyeri 5,
Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul, wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri, TD 150/80 mmHg. Sedangkan pada kasus II yaitu Ny. P mengatakan
terkadang merasa pusing dan merasa sakit pada bagian tengkuknya, nyeri dirasakan saat
merasa kecapekan, nyeri terasa seperti mencengkram, nyeri di tengkuk dengan skala
nyeri 4, Ny. P mengatakan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak
meringis saat menahan nyeri. TD : 140/80 mmHg. Data tersebut sesuai dengan batasan
karakteristik Nanda (2015-2017) yaitu bukti nyeri dengan menggunakan data standar
daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya, ekspresi wajah
nyeri (meringis), fokus pada diri sendiri, hambatan kemampuan meneruskan aktivitas
sebelumnya, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri, laporan tentang
perilaku nyeri/perubahan aktivitas, perubahan pada parameter fisiologis (tekanan darah)
(Herdman & Kamitsuru, 2015).
49

D. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Dari penyataan tersebut
diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria
yang diperkirakan atau diharapkan dan intervensi keperawatan (Andarmoyo, 2013) :
1. NOC (Nursing Outcome Classification)
Tujuan atau nursing outcome classification adalah proses memberitahukan status
klien setelah dilakukan intervensi keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan
untuk mengukur hasil dari tindakan keperawatan. Selain itu menggambarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan.
Pada kasus I dan kasus II dengan diagnosa yang sama yaitu nyeri kronis, penulis
mempunyai tujuan sesuai dengan label NOC Pain Control dengan kriteria hasil yaitu
mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), tanda vital dalam rentang normal.
2. NIC (Nursing Interventions Classification)
Pada kasus I dan kasus II penulis menggunakan intervensi yang sama yaitu
menggunakan NIC label Pain management dengan rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, monitor vital sign,
ajarkan tentang teknik non farmakologi : tarik nafas dalam dan senam relaksasi otot
progresif dan tingkatkan istirahat.
Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai
dengan sistematika SMART, Spesifik (jelas), Measureable (dapat diukur), Acepptance,
Rasional dan Timming. Berdasarkan tujuan dari diagnosa nyeri kronis dilakukan
tindakan selama 3x24 jam (Judha, 2012).
50

E. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan kompenen dari proses keperawatan, kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperkukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter dan Perry,
2006). Tindakan keperawatan yang dilakukan pleh penulis secara umum merupakan
implementasi dan rencana keperawatan yang telah disusun :
1. Hari ke 1
Tindakan yang penulis lakukan pada kasus I dan kasus II sama yaitu yang
pertama dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi dapat
membantu meyakinkan bahwa penanganan dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam
mengurangi nyeri. Menurut Potter dan Perry (2010), pengkajian nyeri yang tepat
dibutuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menegakkan diagnose keperawatan
yang tepat, untuk menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon
klien terhadap terapi.
Tindakan yang penulis lakukan pada kasus I dan kasus II sama yaitu yang kedua
adalah mengukur tekanan darah untuk memantau status perkembangan klien guna
menentukan perencanaan dan tindakan. Menurut Triyanto (2014), pemantauan
tekanan darah menjadi tindakan penting karena dapat menjadi asuhan keberhasilan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam pencegahan komplikasi hipertensi lebih
lanjut.
Tindakan yang ketiga pada kasus I dan kasus II sama yaitu mengajarkan tentang
teknik non farmakologi : senam relaksasi otot progresif, dengan tujuan untuk
membantu mengurangi nyeri. Menurut Potter & Perry tahun (2010), bahwa teknik
relaksasi yang efektif dapat menurunkan denyut jantung, tekanan darah, mengurangi
tension headache, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan kesejahteraan dan
mengurangi tekanan gejala pada individu yang mengalami berbagai situasi dan terapi
relaksasi otot progresif memiliki manfaat yang sangat banyak dan positif bagi
kesehatan, salah satunya yaitu menurunkan nyeri kepala karena hipertensi. Tindakan
yang keempat penulis lakukan sama untuk kasus I dan kasus II menganjurkan klien
untuk meningkatkan istitrahat tujuan tindakan ini meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan dan peningkatan tingkat energy yang penting untuk pengurangan nyeri.
2. Hari ke II dan hari ke III
Tindakan yang penulis lakukan pada kasus I dan kasus II masih sama yaitu
mengevaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
51

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Tindakan yang kedua pada kasus I
dan II adalah mengukur tekanan darah. Tindakan selanjutnya yang dilakukan
peneliti pada kasus I dan II adalah mengevaluasi tentang teknik non farmakologi :
senam relaksasi otot progresif. Tindakan selanjutnya pada kasus I dan II adalah
menganjurkan klien untuk meningkatkan istitrahat.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asihan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku klien yang yang tampil.
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dnegan SOAP,
subjective, objective, analisa, planning (Dermawan, 2012) :
1. Hari ke I
Evaluasi pada kasus I yaitu pada tanggal 08 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. K mengatakan senang diajarkan senam relaksasi otot progresif,
Ny. K juga mengatakan masih sakit kepala, nyeri dirasakan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas (P), nyeri terasa seperti berdenyut (Q), nyeri di kepala (R), skala
nyeri 5 (S), nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. K dapat
mempraktekkan senam relaksasi otot progresif sesuai intruksi, Ny. K tampak
memegang kepala menunjukan lokasi nyeri, TD : 140/90 mmHg. Masalah
keperawatan nyeri kronis belum teratasi yang ditandai dengan mampu mengenali
nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning monitor vital sign,
evaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi tentang teknik non farmakologi :
senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
Evaluasi pada kasus II yaitu pada tanggal 08 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. P mengatakan senang diajarkan senam relaksasi otot progresif,
Ny. P mengatakan merasa nyeri di tengkuk, nyeri dirasakan saat kecapekan (P), nyeri
terasa seperti mencengkram (Q), nyeri di tengkuk (R), skala nyeri 4 (S), nyeri yang
dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. P tampak kooperatif, Ny. P dapat
mempraktekkan senam relaksasi otot progresif sesuai intruksi, meskipun ada
beberapa gerakan yang kurang tepat, TD : 140/70 mmHg. Masalah keperawatan
nyeri kronis belum teratasi yang ditandai dengan mampu mengenali nyeri (skala
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning monitor vital sign, evaluasi
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
52

frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi tentang teknik non farmakologi :
senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
2. Hari ke II
Evaluasi pada kasus I yaitu pada tanggal 09 November 2016 pukul 17.30 WIB,
data subyektif Ny. K mengatakan masih ada beberapa gerakan yang lupa, Ny. K juga
mengatakan nyeri sudah mulai berkurang, nyeri dirasakan ketika kurang istirahat (P),
nyeri terasa seperti berdenyut (Q), nyeri di kepala (R), skala nyeri 4 (S), nyeri yang
dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. K tampak kooperatif, Ny. K mampu
melakukan gerakan senam relaksasi progresif, meskipun ada beberapa gerakan yang
lupa, TD : 140/80 mmHg. Masalah keperawatan nyeri kronis teratasi sebagian yang
ditandai dengan mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan),
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu
mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning monitor vital
sign, evaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi tentang teknik non
farmakologi : senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
Evaluasi pada kasus II yaitu pada tanggal 09 November 2016 pukul 17.30 WIB,
data subyektif Ny. P mengatakan lupa dengan gerakan senam yang diajarkan, Ny. P
juga mengatakan tengkuknya masih terasa berat, nyeri dirasakan saat kurang istirahat
(P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), nyeri di tengkuk (R), skala nyeri 4 (S),
nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Data objektif Ny. P tampak senang diajarkan
kembali senam relaksasi progresif, Ny. P tampak meringis saat menahan nyeri, TD :
140/90 mmHg. Masalah keperawatan nyeri kronis belum teratasi yang ditandai
dengan mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
Planning monitor vital sign, evaluasi pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, evaluasi
tentang teknik non farmakologi : senam relaksasi otot progresif, tingkatkan istirahat.
3. Hari ke III
Evaluasi pada kasus I yaitu pada tanggal 10 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. K mengatakan telah mempraktekkan senam relaksasi otot
progresif yang diajarkan, tetapi tidak berurutan, Ny. K mengatakan nyeri berkurang,
nyeri dirasakan ketika terlalu capek dan banyak aktivitas (P), nyeri terasa seperti
berdenyut (Q), nyeri di kepala (R), skala nyeri 3 (S), nyeri yang dirasakan hilang
timbul (T). Data objektif Ny. K tampak kooperatif, Ny. K mampu mempraktekkan
53

kembali senam relaksasi otot progresif, meskipun tidak berurutan, Nyeri Ny. K
tampak berkurang, TD : 130/70 mmHg. Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
sebagian yang ditandai dengan mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri, mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning
motivasi klien untuk melakukan relaksasi otot progresif setiap hari, tingkatkan
istirahat.
Evaluasi pada kasus II yaitu pada tanggal 10 November 2016 pukul 13.30 WIB,
data subyektif Ny. P mengatakan akan melakukan senam relaksasi otot progresif
yang diajarkan, Ny. P mengatakan nyeri mulai berkurang, nyeri dirasakan saat
banyak kegiatan yang dilakukan (P), nyeri terasa seperti mencengkram (Q), nyeri di
tengkuk (R), skala nyeri 3 (S), nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Data objektif
Ny. P tampak kooperatif, Ny. P mampu mempraktekkan kembali senam relaksasi
otot progresif, meskipun agak lupa, Nyeri Ny. P mulai berkurang, TD : 130/80
mmHg. Masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian yang ditandai dengan
mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri
(skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri). Planning motivasi klien untuk
melakukan relaksasi otot progresif setiap hari, tingkatkan istirahat.
Hasil evaluasi antara kasus I dan kasus II yaitu Ny. K dan Ny. P selama tiga hari
masalah nyeri kronis sebagian teratasi ditandai dengan mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri). Implementasi relaksasi otot progresif yang diberikan menunjukkan
efektif terhadap penurunan skala nyeri. Perbedaan pada Ny. K dan Ny. P yaitu
sebelum mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, Ny. K dengan skala nyeri 5
sedangkan Ny. P dengan skala nyeri 4, setelah mendapatkan terapi relaksasi otot
progresif, ada penururnan skala nyeri yaitu Ny. K dengan skala 3 dan Ny. P dengan
skala 3. Penurunan skala nyeri pada Ny. K lebih efektif dibandingkan dengan Ny. P
dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi diantara kedua pasien tersebut, yaitu Ny.
K melakukan senam relaksasi otot progresif dengan kooperatif dan dengan gerakan
yang tepat, sedangkan Ny. P kurang kooperatif dalam melakukan senam relaksasi
54

otot progresif. Hal tersebut dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi, seperti umur
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri, yaitu umumnya para lansia
menganggap nyeri sebagai kompenen alamiah dari proses penuaan dan dapat
diabaikan atau tidak ditangani oleh petugas kesehatan, cara lansia bereaksi terhadap
nyeri berbeda dengan cara bereaksi orang yang lebih muda. Karena individu lansia
mempunyai metabolisme yang lebih lambat dan rasio lemak tubuh terhadap masa
otot lebih besar dibanding individu berusia muda (Le Mone & Burke, 2008).
Hasil evaluasi dari Asuhan Keperawatan ini sesuai dengan penelitian Rahmasari
(2015) dalam penelitiannya, tehnik relaksasi otot progresif diketahui efektif untuk
menurunkan nyeri kepala dan dapat di implementasikan sebagai intervensi
keperawatan terapi non farmakologis khususnya pada pasien dengan keluhan nyeri
kepala tipe tegang (tension type) setelah dilakukan relaksasi otot progresif selama
±10 menit 1 kali per hari selama 3 hari terjadi penurunan skala nyeri (p=0,000). Pada
Ny. K dan Ny. P juga mengalami penurunan tekanan darah dalam rentang pre
hipertensi, yaitu Ny. K 130/70 mmHg dan tekanan darah Ny. P 130/80 mmHg. Hal
ini juga sesuai dengan penelitian Suratini (2013), hasil analisa data dengan Wilcoxon
match pait test menunjukkan ada perbedaan tingkat tekanan darag sistoe dan diastole
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif (p=0,017 dan p=0,001;
α=0,05).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Pengkajian
Dari pengkajian pada tanggal 07 November 2016 pukul 13:00 WIB, didapatkan
data pada kasus I yaitu Ny. K dengan keluhan sering sakit kepala dan masuk angin,
Ny. K mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya,
nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas(P), nyeri di kepala terasa
seperti berdenyut (Q), Ny. K mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala (R), dengan
skala nyeri 5 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah klien tampak
meringis saat menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 150/80 mmHg.
Sedangkan, pada kasus II yaitu Ny. P dengan keluhan terkadang merasa pusing,
Ny. P mengatakan nyeri dirasakan saat merasa kecapekan (P), nyeri di tengkuk terasa
seperti mencengkram (Q), Ny. P mengatakan merasa sakit pada bagian tengkuknya
(R), dengan skala nyeri 4 (S), dan nyeri yang dirasakan hilang timbul (T). Wajah
klien tampak meringis saat menahan nyeri. Pemeriksaan tekanan darah yaitu 140/80
mmHg.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan prioritas pada Ny. K dan Ny. P
adalah nyeri kronis.
3. Intervensi
Intervensi yang terapkan pada Ny. K dan Ny. P sebagai upaya mencegah
timbulnya nyeri dan menurunkan tekanan darah yaitu monitor vital sign, lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, ajarkan tentang teknik non farmakologi :
tarik nafas dalam dan senam relaksasi otot progresif dan tingkatkan istirahat.
4. Implementasi
Implementasi yang berikan pada Ny. K dan Ny. P yaitu mengukur tekanan
darah, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, mengajarkan tentang
teknik non farmakologi : tarik nafas dalam dan senam relaksasi otot progresif dan
meningkatkan istirahat.

46
56

5. Evaluasi
Hasil evaluasi antara kasus I dan kasus II yaitu Ny. K dan Ny. P selama tiga hari
masalah nyeri kronis sebagian teratasi sesuai dengan tujuan dan kriterial hasil yang
dibuat oleh penulis yang ditandai dengan mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfsarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan), melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri, mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri). Implementasi relaksasi otot progresif yang diberikan menunjukkan efektif
terhadap penurunan skala nyeri. Perbedaan pada Ny. K dan Ny. P yaitu sebelum
mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, Ny. K dengan skala nyeri 5 sedangkan
Ny. P dengan skala nyeri 4, setelah mendapatkan terapi relaksasi otot progresif, ada
penururnan skala nyeri yaitu Ny. K dengan skala 3 dan Ny. P dengan skala 3.
Penurunan skala nyeri pada Ny. K lebih efektif dibandingkan dengan Ny. P
dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi diantara kedua pasien tersebut, yaitu Ny.
K melakukan senam relaksasi otot progresif dengan kooperatif dan dengan gerakan
yang tepat, sedangkan Ny. P kurang kooperatif dalam melakukan senam relaksasi
otot progresif.

B. Saran
1. Bagi Lansia
Diharapkan lansia dengan penderita hipertensi dapat menerapkan senam relaksasi
otot progresif secara berulang dan kontinyu ketika klien merasa nyeri agar dapat
mengurangi nyeri dan menurukan tekanan darah tinggi.
2. Bagi BPSTW
Bagi perawat BPSTW sebaiknya melakukan tindakan secara dini terhadap klien
hipertensi dengan menerapkan terapi relaksasi otot progresif pada lansia. Tindakan
tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi terutama pada
nyeri kepala dan nyeri tengkuk.
3. Bagi Universitas „Aisyiyah
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan referensi
mahasiswa dalam peningkatan ilmu keperawatan, sehingga bisa meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan gerontik dengan
nyeri kronis pada hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S., 2013. Konsep Dasar Proses Keperawatan Nyeri. Ar-ruzz Media, Yogyakarta.

Anis, O., 2015. Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta, Skripsi tidak
dipublikasikan UNIVERSITAS „Aisyiyah Yogyakarta.

Aspiani, R., 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Trans Info Media, Jakarta.

Aziz, A., 2009. Konsep Dasar Manusia, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Badan Pusat Statistik., 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia, Badan Pusat Statistik, Jakarta-
Indonesia.

Bulechek G. M., 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth edition. USA:
Mosby.

Calhoun, D.A., dan Harding,S.M., 2010. Sleep and Hypertension. American College of Chest
Physicians,Inc. Journal Circulation.138:434-443. Available from : http://chestjournal.
chestpubs.org/content/138/2/434.full.html, diakses pada tanggal 15 November 2016.

Dermawan, D., 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Krangka Kerja, Gosyen,
Yogyakarta.

Dinkes, DIY., 2013. Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013, Dinas
Kesehatan D.I. Yogyakarta, Yogyakarta.

Doengoes, 2011. Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta.

Effendy, N. (2009). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Ed 2. Jakarta: EGC.

Fatimah., 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan
Gerontik, TIM, Jakarta.

Fenderson, C. & Wen, K., 2009. Pemeriksaan Neuromuskular, Erlangga, Jakarta.

Gunawan, L., 2011. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hall, J.E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 12, EGC, Jakarta.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S., 2015. Diagnosa Keperawatan Deginisi & Klasifikasi 2015-
2017 Edisi 10, EGC, Jakarta.
57
58

Jafar, N., 2010. Hipertensi, Program Study Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat,Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.

Julianti E.D.. 2008. Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus, Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI.,2014. Pusat Data dan Informasi, Jakarta selatan.

Kemenkes, RI., 2013. Prevalensi Hipertensi, Penyakit yang Membahayakan, Jakarta.

Kowalski, R.E., 2010. Terapi hipertensi, Qanita, Bandung.

Le Mone, P. & Burke, K., 2008. Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care
(4th Edition), Prentice Hall Health, New Jersey.

Moorhead, S., 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition. USA: Mosby.

Mujahidullah, K., 2012. Keperawatan Gerontik, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

Mubarak, W.I., 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2, Salemba
Medika, Jakarta.

Nurarif, A.H. & Kusuma, H.. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2, EGC, Jakarta.

Palmer., 2007. Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta.

Parjoto., 2006. Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, Semarang

Potter, P.A. & Perry, A.G., 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik, vol.2 Edisi4, ECG, Jakarta.

Potter, P.A. & Perry, A.G., 2009. Fundamental Keperawatan Buku I Ed. 7, Salemba Medika,
Jakarta.

Potter, P.A & Perry, A.G., 2010. Fundamentals Of Nursing Fundamental Keperawatan Buku
2 Ed. 7, Salemba Medika, Jakarta.

Qauliyah, A., 2008. Nyeri Tengkuk HipertensI Atau Nyeri Tulang, Available online :
http://astaqauliyah.com/blog/read/181/nyeri-tengkuk-hipertensi-atau-penyakit-
tulang.html, di akses pada tanggal 17 Januari 2017.
59

Rahmasari, I., 2015. Progressive Muscle Relaxation Can Reduce Headache In General
Hospital Dr. Moewardi Surakarta, Indonesian Journal On Medical Science – Volume 2
No 2 – Juli 2015.

Raymond, R., 2010. Seratus Tanya Jawab Mengenai Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), PT.
Indeks, Jakarta.

Saputra, L., 2013. Memahami Berbagasi Macam Penyakit, Jurnal Nursing, Jakarta Barat.

Smeltzer, S. C. & Bare B. G., 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth ( Edisi 8 Volume 1), EGC, Jakarta.

Soenanto, H., 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat dan Obesitas, Gramedia,
Jakarta.

Sulistyarini, I., 2013. Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan Meningkatkan
Kualitas Hidup Pasien Hipertensi. Jurnal Psikologi volume. 40. No. 1.

Suratini., 2013. Pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat tekanan darah pada lansia
hipertensi, Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vil. 9, No. 2, Desember 2013: 193-204.

Tamher, S., 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan,
Salemba Medika, Jakarta.

Tamsuri., 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, ECG, Jakarta.

Tetti., 2015. Metode penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data, Salemba Medika,
Jakarta.

Triyanto, E., 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu,
Graha Ilmu, Yogyakarta.

WHO., 2013. About Cardiovascular Diseases dalam http://www.who.int.cardiovascular_


diseases/about_cvd/en/, diakses pada tanggal 15 November 2016.

Wiryowidagdo, S.M. & Sitanggang., 2008. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah
Tinggi, & Kolesterol, PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
TIME SCHEDULE PENYUSUNAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS
November Desember Januari Februari
No Kegiatan 2016 2016 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Pembagian Pembimbing
2 Studi Pendahuluan
3 Pengajuan Judul
4 Pengkajian
5 Intervensi, Implementasi, Evaluasi
6 Penyusunan BAB I
7 Penyusunan BAB II
8 Penyusunan BAB III
9 Revisi BAB I
10 Revisi BAB II
11 Revisi BAB III
12 BAB I Acc
13 BAB II Acc
14 BAB III Acc
15 Penyusunan BAB IV
16 Penyusunan BAB V
17 Revisi BAB IV
18 Revisi BAB V
19 BAB IV Acc
20 BAB V Acc
21 Ujian Karya Ilmiah Akhir Ners
22 Revisi Karya Ilmiah Akhir Ners
23 Penjilidan Karya Ilmiah Akhir Ners
24 Pengumpulan Karya Ilmiah Akhir Ners

Anda mungkin juga menyukai